Makalah Kelompok 5

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MENGUKUR BAKAT

(ASSESSMENT OF APTITUDE)
MAKALAH

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Asesmen Psikologi dengan
dosen pengampu Dr. Yaya Sunarya, M.Pd. dan Tri Lestari, M.Pd.

Oleh:

Kelompok 3
BK – A 2020

Athooya Safira Kultsum P.Y. 2006267


Nabila Az-zahra 2000180
Nabila Husna 2007962
Neneng Ardita Pramesti C. 2004579
Rezika Tri Rebiyani 2000517

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Mengukur Bakat atau Assessment of Aptitude” tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Asesmen Psikologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang konsep bakat, karakteristik tes bakat berdasarkan pandangan
beberapa ahli, beberapa tes alat ukur bakat (MAT, DAT, IST), cara-cara
mengadministrasikan tes bakat serta menjelaskan konsep tes kesiapan belajar
kepada pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 1 November 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
DAFTAR TABEL 1
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Pembahasan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
A. Karakteristik Tes Bakat 5
B. Perbedaan Bakat dengan Multiple Intelegence 5
C. Multiple Aptitude Test Batteries 5
D. Specialized Aptitude Test 5
E. Perbedaan Kelompok Battery Test dengan Kelompok Single Test
5
F. Perbedaan Tujuan Pengukuran Tes Bakat dan Tes Prestasi Belajar
5
G. Tes Penerimaan (Admissions Test) 5
H. Konsep Kesiapan Belajar (Learning Readiness) 5
I. Keterkaitan Bakat Dewasa dengan Disabilitas 5
BAB III PENUTUP 1
A. Kesimpulan 5
B. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 1
DAFTAR TABEL
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
DAFTAR TABEL 1
BAB I PENDAHULUAN 1
D. Latar Belakang 2
E. Rumusan Masalah 3
F. Tujuan Pembahasan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
J. Karakteristik Bakat 5
K. Perbedaan Bakat dengan Multiple Intelegence 5
L. Multiple Aptitude Test Batteries 5
M. Specialized Aptitude Test 5
N. Perbedaan Kelompok Battery Test dengan Kelompok Single Test
5
O. Perbedaan Tujuan Pengukuran Tes Bakat dan Tes Prestasi Belajar
5
P. Admissions Test 5
Q. Readiness Test 5
R. Adult Aptitude Related To Disabilities 5
BAB III PENUTUP 1
S. Kesimpulan 5
T. Saran 5
DAFTAR PUSTAKA 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun rumusan masalah dari makalah ini
sebagai berikut.
1. Apa saja karakteristik tes bakat ?
2. Apa perbedaan bakat dengan multiple intelegence ?
3. Bagaimana konsep multiple aptitude test batteries ?
4. Bagaimana konsep specialized aptitude test ?
5. Apa perbedaan kelompok battery test dengan kelompok single ?
6. Apa perbedaan tujuan pengukuran tes bakat dan tes prestasi belajar ?
7. Bagaimana konsep tes penerimaan ?
8. Bagaimana konsep kesiapan belajar ?
9. Bagaimana keterkaitan bakat dewasa dengan disabilitas ?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan pembahasan dalam makalah ini
sebagai berikut.
1. Menyebutkan karakteristik tes bakat.
2. Menyebutkan perbedaan bakat dengan multiple intelegence.
3. Menjelaskan konsep multiple aptitude test batteries.
4. Menjelaskan konsep specialize aptitude test.
5. Menyebutkan perbedaan kelompok battery test dengan kelompok single test.
6. Menyebutkan perbedaan tujuan pengukuran tes bakat dan tes prestasi belajar.
7. Menjelaskan konsep tes penerimaan.
8. Menjelaskan konsep kesiapan belajar.
9. Menjelaskan keterkaitan bakat dewasa dengan disabilitas.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Tes Bakat
Dalam dunia pendidikan, bakat terbukti memiliki peran sebagai prediktor
yang baik dalam meramalkan keberhasilan individu terutama dalam bidang
akademik (Curabay, 2016; Pyari, Mishra, & Dua, 2016; Ahnaldi, 2015; Mankar &
Chavan, 2013; Salkind & Rasmussen, 2007; Oyetunde, 2007). Renzulli dan
kawan-kawan (1981) dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa yang
menentukan bakat seseorang pada pokoknya merujuk pada tiga kelompok ciri-ciri
yakni :
1. Kemampuan di atas rata-rata yaitu kemampuan itu harus cukup diimbangi
dengan tugas dan tanggung jawab terhadap tugas.
2. Kreativitas adalah kemampuan untuk memberikan gagasan gagasan baru dan
menerapkannya dalam pemecahan masalah.
3. Tanggung jawab atau mengikat diri terhadap tugas yaitu menunjukan adanya
semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas. 
Oleh sebab itu, kegiatan penelusuran bakat di berbagai jenjang pendidikan
banyak dilakukan untuk pengembangan karir siswa. Tes yang digunakan untuk
mengukur bakat seseorang disebut dengan tes bakat atau aptitude test. Beberapa
ahli sepakat bahwa tes bakat memiliki ciri sebagai berikut:
1. Tes bakat mencakup area yang lebih luas bila dibandingkan tes prestasi;
2. Tes bakat kurang berkaitan dengan pelajaran sekolah dan kurang terikat
dengan budaya;
3. Tes bakat memiliki indeks heritabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan
tes prestasi;
4. Tes bakat mengukur kemampuan khusus yang sudah terakumulasi, sedangkan
tes prestasi cenderung mengukur hasil belajar;
5. Tes bakat lebih valid untuk mengukur kinerja seseorang di masa depan.
Selain itu, tes bakat biasanya dievaluasi dalam hal validitas prediktif;
yaitu, sejauh mana keberhasilan dalam tes bakat apa pun yang coba diukur dapat
diprediksi dari hasil tes. Beberapa tes bakat didasarkan pada pengalaman
sebelumnya yang distandarisasi secara umum

Adapun pendapat lain yang memaparkan karakteristik tes bakat, diantaranya : 


1. Tes bakat mencerminkan pengaruh kumulatif beraneka ragam pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari;
2. Digunakan untuk memprediksi kinerja berikutnya (meramalkan prestasi
dalam situasi baru;
3. Mengukur potensi;
4. Sifat soal lebih mendasar jika dibandingkan dengan tes prestasi;
5. waktu administrasi lebih singkat jika dibandingkan dengan tes prestasi.

B. Perbedaan Bakat dengan Multiple Intelegence


Bakat berasal dari bahasa Inggris “aptitude” atau “talent” yang berarti
kemampuan yang memang sudah dimiliki oleh setiap orang, yang digunakan
untuk mempelajari sesuatu dengan cepat, bahkan beberapa diantaranya dalam
waktu yang singkat serta memiliki hasil yang sangat baik pula. Dalam arti luas,
bakat adalah suatu kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mengetahui dan
menguasai suatu pengetahuan khusus (dengan latihan), keterampilan atau
serangkaian respon yang terorganisir. Dengan demikian, bakat atau aptitude dapat
diartikan sebagai sebuah kemampuan bawaan dari seseorang (Nastiti & Laili,
2020). Kemampuan ini masih berupa potensi yang perlu untuk dikembangkan
lebih lanjut dan dilatih agar dapat mencapai impian yang ingin diwujudkan, misal
kemampuan seseorang di bidang musik, di bidang mekanik, atau kemampuan
bahasa.
Bakat tidak boleh disamakan dengan kemampuan, meskipun kedua istilah
tersebut sering dipertukarkan. Kemampuan biasanya merujuk pada kemampuan
"masa kini" seseorang atau kekuatan untuk melakukan tugas tertentu, baik fisik
atau kognitif, sedangkan bakat adalah tentang kemampuan "potensial" seseorang
yang dibawa sejak lahir. Multiple intelligences adalah teori kecerdasan majemuk
yang dipaparkan oleh Howard Gardner (Aini, 2013), yang berarti kompetensi
individu untuk menemukan solusi atau melahirkan sebuah produk yang efektif
atau bernilai dalam satu latar belakang budaya tertentu. Dengan kata lain, bila
menemukan sebuah persoalan, maka tiap-tiap individu tersebut juga mempunyai
perbedaan cara dalam menemukan solusinya sesuai dengan konteksnya..

C. Multiple Aptitude Test Batteries


MATB adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan serta bakat
siswa dalam belajar atau berhasil di bidang-bidang tertentu (Nastiti & Laili,
2020). MATB terdiri dari serangkaian subtes yang menilai beberapa bakat yang
dimiliki oleh individu dalam satu waktu. Baterai Aptitude tidak memberikan skor
tunggal, melainkan mereka juga menghasilkan profil skor subtes, satu subtes
untuk setiap bakat. Dengan demikian, mereka cocok untuk membandingkan skor
individu di seluruh subtes (yaitu, analisis intra-individual) untuk menentukan
bakat tinggi atau rendah. MATB mengukur bakat seperti bakat numerik, penalaran
mekanik, verbal, ejaan, dan penalaran spasial. Tes tersebut digunakan terutama
untuk konseling pendidikan dan kejuruan. Mereka mengizinkan perbandingan
skor intra-individu, menunjukkan tinggi rendahnya kinerja individu pada berbagai
subtes. Berikut adalah beberapa subtes pada MATB:
1. Armed Services Vocational Aptitude Battery (ASVAB)
ASVAB adalah baterai tes bakat ganda yang paling banyak digunakan di
dunia (Powers, 2014). Awalnya dikembangkan pada tahun 1968 oleh Departemen
Pertahanan AS, ini adalah tes referensi norma yang mengukur bakat untuk bidang
akademik umum dan bidang karir yang mencakup sebagian besar pekerjaan sipil
dan militer. Militer AS menggunakan ASVAB sebagai ujian masuk serta untuk
menentukan tugas pekerjaan tertentu dan bonus pendaftaran. Ada tiga versi
ASVAB: CAT-ASVAB (uji adaptif komputer), ASVAB situs MET (situs uji ujian
seluler), dan ASVAB Pelajar (juga disebut sebagai Program Eksplorasi Karir
ASVAB [ASVAB CEP]).
ASVAB dirancang khusus untuk membantu siswa sekolah menengah dan
pasca sekolah menengah dengan perencanaan karir, apakah siswa berencana untuk
memasuki dunia kerja, militer, atau program perguruan tinggi / kejuruan lainnya.
ASVAB, terdiri dari delapan tes, yang meliputi Ilmu Umum, Matematika,
Pengetahuan Kata, Pemahaman Paragraf, Informasi Elektronik, Informasi
Otomotif dan Toko, dan Pemahaman Mekanik. ASVAB menghasilkan skor
standar (dengan rata-rata 50 dan standar deviasi 10) dan persentil untuk delapan
tes serta untuk tiga tes skor eksplorasi karir: Keterampilan Verbal, Keterampilan
Matematika, dan Keterampilan Sains dan Teknis.
2. Differential Aptitude Tests for Personnel and Career Assessment (DAT for
PCA)
DAT untuk PCA adalah serangkaian tes yang dirancang untuk mengukur
kemampuan individu untuk belajar atau berhasil di sejumlah bidang. Tes ini cocok
untuk administrasi kelompok dan digunakan terutama untuk pendidikan dan
konseling karir serta untuk seleksi karyawan. Organisasi dari berbagai jenis
industri dan pekerjaan menggunakan DAT untuk PCA untuk mengevaluasi
pekerjaan karyawannya. 
DAT untuk PCA terdiri dari delapan subtes, antara lain:
a. Penalaran Verbal: mengukur kemampuan kognitif umum, yang berguna
untuk menempatkan karyawan pada posisi tanggung jawab profesional,
manajerial, dan lainnya yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi.
b. Kemampuan Numerik: menguji pemahaman hubungan numerik dan
fasilitas dalam menangani konsep numerik. Subtes ini adalah prediktor yang
baik untuk keberhasilan pekerjaan di bidang-bidang seperti matematika,
fisika, kimia, teknik, dan bidang lain yang terkait dengan ilmu fisika.
c. Penalaran Abstrak: ukuran nonverbal dari kemampuan untuk memahami
hubungan dalam pola gambar abstrak. Ukuran ini berguna untuk pemilihan
pekerjaan ketika suatu posisi membutuhkan kemampuan untuk memahami
hubungan di antara hal-hal daripada di antara kata-kata atau angka, seperti
matematika, pemrograman komputer, penyusunan, dan perbaikan mobil.
d. Kecepatan dan Akurasi Klerikal: mengukur kecepatan respons dalam tugas
persepsi sederhana. Ini penting untuk tugas administrasi seperti pengarsipan
dan pengkodean.
e. Penalaran Mekanik: mengukur kemampuan memahami prinsip dasar
mekanika mesin, perkakas, dan gerak. Ini berguna dalam keputusan
pemilihan untuk pekerjaan seperti tukang kayu, mekanik, pekerja
pemeliharaan, dan perakit.
f. Hubungan Luar Angkasa: mengukur kemampuan untuk
memvisualisasikan objek tiga dimensi dari pola dua dimensi. Kemampuan ini
penting dalam bidang - bidang seperti menggambar, desain pakaian,
arsitektur, seni, pembuatan cetakan, dekorasi, pertukangan, dan kedokteran
gigi.
g. Ejaan: mengukur kemampuan pelamar untuk mengeja kata-kata bahasa
Inggris yang umum.
h. Penggunaan Bahasa: mengukur kemampuan untuk mendeteksi kesalahan
dalam tata bahasa, tanda baca, dan kapitalisasi.
3. General Aptitude Test Battery (GATB)
General Aptitude Test Battery (GATB) adalah salah satu tes bakat umum
tertua yang masih digunakan sampai sekarang. Dikembangkan oleh US
Employment Service (USES) yang pada awalnya dirancang untuk digunakan oleh
konselor ketenagakerjaan di kantor layanan ketenagakerjaan negara bagian untuk
mencocokkan pelamar kerja dengan calon pemberi kerja di sektor swasta dan
publik. Hingga saat ini GATB digunakan oleh organisasi perusahaan sebagai
metode untuk menyaring sejumlah besar pelamar kerja serta di sekolah menengah
atas untuk konseling karir.
Baterai terdiri dari 12 subtes dengan waktu terpisah, yang membentuk
sembilan skor bakat: (1) Bakat verbal seperti kosa kata; (2) Bakat Numerik seperti
komputasi dan penalaran aritmatika; (3) Bakat spasial seperti ruang tiga dimensi;
(4) Persepsi bentuk seperti pencocokan alat dan pencocokan formulir; (5) Persepsi
klerikal seperti perbandingan nama; (6) Koordinasi motorik seperti pembuatan
tanda; (7) Ketangkasan jari seperti merakit dan membongkar; (8) Ketangkasan
manual seperti menaruh dan memutar; (9) Kemampuan belajar umum seperti kosa
kata, penalaran aritmatika, dan ruang tiga dimensi.
4. Career Ability Placement Survey (CAPS)
CAPS adalah tes bakat yang dirancang untuk mengukur kemampuan yang
relevan secara kejuruan. CAPS adalah ukuran kemampuan yang dapat digunakan
untuk mencocokkan kemampuan siswa dengan persyaratan pekerjaan, pemilihan
program pendidikan atau pelatihan, evaluasi kurikulum, penilaian karir, atau
evaluasi karyawan. Terdapat 8 dimensi bakat dalam CAPS:
a. Penalaran Mekanik: mengukur pemahaman prinsip-prinsip mekanik dan
perangkat dan hukum fisika. 
b. Hubungan Spasial: mengukur kemampuan berpikir dan memvisualisasikan
dalam tiga dimensi.
c. Penalaran verbal: mengukur kemampuan untuk bernalar dengan kata-kata
dan untuk memahami dan menggunakan konsep yang diungkapkan dengan
kata-kata.   
d. Kemampuan Numerik: mengukur kemampuan untuk bernalar dengan dan
menggunakan angka dan bekerja dengan bahan dan ide kuantitatif. 
e. Penggunaan Bahasa: mengukur pengenalan dan penggunaan tata bahasa,
tanda baca, dan kapitalisasi.
f. Pengetahuan Kata: mengukur pemahaman tentang arti dan penggunaan
kata yang tepat. 
g. Kecepatan dan Akurasi Persepsi Mengukur seberapa baik seseorang dapat
melihat kecil detail dengan cepat dan akurat dalam kumpulan huruf, angka, dan
simbol. 
h. Kecepatan dan Ketangkasan Manual Mengukur gerakan tangan yang cepat
dan akurat.  

D. Specialized Aptitude Test


Specialized aptitude test atau single aptitude test adalah tes yang hanya
mengukur satu bakat khusus tertentu. Sebagai contoh, yaitu Musical Aptitude
Test, Artistical Aptitude Test, Clerical Aptitude Test, dan Mathematical Aptitude
Test. Bakat tertentu seperti kemampuan klerikal, ketangkasan motorik, dan bakat
artistik ini dianggap terlalu spesifik untuk dimasukkan ke dalam baterai multi-
aptitude, namun bakat-bakat tersebut sering dianggap penting untuk pekerjaan
atau tugas tertentu (Reynolds, Vannest, & Fletcher-Janzen, 2014). Maka dari itu,
specialized aptitude test ini dirancang untuk mengukur kemampuan khusus ini.
1. Kemampuan klerikal (Clerical Ability) adalah kemampuan yang dibutuhkan
oleh perusahaan atau tugas klerikal. Individu dengan bakat klerikal yang
tinggi bisa memproses informasi dengan lebih cepat, berorientasi pada detail,
dan mungkin bisa sukses sebagai teller bank, asisten administratif, pengolah
data, atau kasir. Kemampuan yang berhubungan dengan bakat klerikal yaitu:
a. Perhitungan (Calculation), adalah kemampuan untuk melakukan
serangkaian perhitungan aritmatik sederhana.
b. Pemeriksaan (Checking), adalah kemampuan untuk memeriksa kalimat
dan angka dengan cepat dan akurat.
c. Coding, adalah kemampuan untuk menyalin simbol-simbol seperti huruf
adan angka sesuai dengan pola tertentu.
d. Pengarsipan (Filing), adalah kemampuan mengidentifikasi lokasi yang
benar untuk satu set file bernama.
e. Keyboarding, adalah kemampuan untuk mengetik dengan cepat dan
akurat pada keyboard komputer.
f. Kemampuan numerik (Numerical ability), adalah kemampuan untuk
menggunakan angka-angka secara efisien dalam konteks klerikal dan
administrasi.
g. Penalaran verbal (Verbal reasoning), seperti pengejaan, tata bahasa,
pemahaman analogi, dan following instructions.
Berikut ada beberapa contoh dari clerical ability test yang terkenal:
a. General Clerical Test-Revised (GCT-R). Tes ini dikembangkan untuk
menilai kemampuan seseorang untuk berhasil dalam posisi yang
membutuhkan keterampilan klerikal. Ini dapat dilakukan secara
kelompok atau individual dan memakan waktu sekitar 1 jam. Instrumen
terdiri dari tiga subtes: klerikal, numerik, dan verbal. Subtes klerikal
menilai kecepatan dan ketepatan dalam melakukan tugas-tugas persepsi
(memeriksa dan menyusun abjad) yang melibatkan perhatian terhadap
detail. Subtes numerik menilai komputasi matematika, lokasi kesalahan
numerik, dan penalaran matematika. Subtes verbal mengevaluasi ejaan,
pemahaman bacaan, kosa kata, dan tata bahasa.
b. Minnesota Clerical Test (MCT). Tes ini dikembangkan untuk membantu
pemberi kerja dalam memilih individu untuk mengisi pekerjaan yang
berorientasi pada detail, terutama posisi yang membutuhkan perhatian
terhadap detail angka dan huruf (seperti teller bank, resepsionis, kasir,
dan asisten administrasi). Instrumen terdiri dari dua bagian: perbandingan
angka dan perbandingan nama. Ada 200 pasang angka dan 200 pasang
nama, dan dalam waktu tertentu, peserta ujian harus memilih pasangan
dengan elemen yang identik dengan benar.
c. Clerical Abilities Battery (CAB). Tes ini dikembangkan bekerja sama
dengan General Motors Corporation dan menilai keterampilan yang
paling sering dibutuhkan untuk tugas-tugas administrasi. Baterai terdiri
dari tujuh tes: pengarsipan, menyalin informasi, membandingkan
informasi, menggunakan tabel, mengoreksi, keterampilan matematika
dasar, dan penalaran numerik. Tes dapat diberikan dalam kombinasi apa
pun untuk mencerminkan keterampilan yang dibutuhkan untuk posisi
atau tugas tertentu.
2. Kemampuan Mekanik (Mechanical Ability). Kemampuan mekanik adalah
kemampuan untuk mempelajari benda-benda mekanik. Hal ini tercermin
dalam keakraban dengan benda-benda fisik sehari-hari, peralatan, perangkat,
dan perbaikan rumah, serta penalaran spasial (yaitu, kemampuan untuk
memvisualisasikan objek tiga dimensi dari pola dua dimensi). Berikut ini
adalah contoh tes kemampuan mekanik:
a. Bennett Mechanical Comprehension Test (BMCT). Tes ini berfokus pada
persepsi spasial dan pengetahuan alat dan sangat cocok untuk menilai
individu untuk pekerjaan yang membutuhkan pengoperasian dan perbaikan
perangkat mekanis. Tes ini memiliki 68 item pilihan ganda yang berfokus
pada penerapan prinsip-prinsip fisik dan mekanik dalam situasi praktis.
b. Mechanical Aptitude Test (MAT 3-C). Tes ini dirancang khusus untuk
mengukur potensi individu agar berhasil dalam program magang atau
pelatihan untuk mekanik pemeliharaan, mekanik mesin industri, pembuat
pabrik, operator mesin, dan pembuat alat. Tes berisi 36 item pilihan ganda
dan membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk menyelesaikannya.
c. Wiesen Test of Mechanical Aptitude (WTMA). Tes bakat ini dirancang untuk
memilih personel tingkat pemula untuk pekerjaan yang melibatkan operasi,
pemeliharaan, dan perbaikan peralatan mekanis dari berbagai jenis.
3. Kemampuan Psikomotor (Psychomotor Ability). R Kemampuan psikomotor
mengacu pada kapasitas seseorang untuk melakukan gerakan motorik tubuh
(misalnya, gerakan jari, tangan, kaki, dan tubuh) dengan presisi, koordinasi,
atau kekuatan. Kemampuan psikomotor penting untuk pekerjaan yang
melibatkan bekerja dengan objek (misalnya, membangun, memperbaiki,
merakit, mengatur, dan menulis). Contoh tes psikomotor yaitu:
a. Bennett Hand-Tool Dexterity Test. Tes ini menilai apakah seseorang memiliki
keterampilan dasar yang diperlukan untuk pekerjaan apa pun yang
membutuhkan perkakas tangan, seperti mekanik pesawat terbang atau mobil,
penyetel mesin, mekanik perawatan, dan pekerja lini perakitan. Pengujian
mengharuskan peserta ujian untuk menggunakan kunci pas dan obeng untuk
membongkar 12 rakitan mur, baut, dan ring dari rangka kayu dan kemudian
memasangnya kembali.
b. Purdue Pegboard Test. Tes ini adalah tes ketangkasan yang dirancang untuk
membantu dalam memilih karyawan untuk pekerjaan industrial yang
membutuhkan ketangkasan motorik halus dan kasar dan koordinasi, seperti
perakitan, pengepakan, pengoperasian mesin tertentu, dan pekerjaan manual
lainnya. Tes ini mengukur gerakan kasar tangan, jari, dan lengan, serta
ketangkasan ujung jari.
c. Bruininks-Oseretsky Test of Motor Proficiency, 2nd Edition (BOT-2). Tes ini
menilai keterampilan motorik halus, ketangkasan manual, koordinasi,
keseimbangan, serta kekuatan dan kelincahan. Tes dapat digunakan untuk
membuat keputusan tentang penempatan pendidikan atau kejuruan,
mengembangkan dan mengevaluasi program pelatihan motorik, penyaringan
sebagai bagian dari evaluasi psikologis yang mendalam, dan menilai
perkembangan neurologis.
d. The Minimal Invasive Surgical Trainer, Virtual Reality Simulator. Kegunaan
lain dari asesmen kemampuan psikomotorik termasuk pelatihan medis. Dalam
persiapan untuk disiplin ini, akan sangat membantu untuk mendapatkan
penilaian awal keterampilan motorik untuk menentukan pelatihan tambahan
yang diperlukan agar berhasil dalam praktik karir ini. Daripada benar-benar
melakukan bedah atau prosedur medis lainnya, siswa cenderung dinilai
menggunakan realitas virtual (Virtual Reality).
4. Kemampuan Artistik (Artistic Ability). Konsep kemampuan artistik sering
menunjukkan kemampuan untuk menggambar dan melukis atau menghargai
seni yang hebat. Namun, karena apa yang dianggap sebagai seni yang hebat
berbeda dari orang ke orang dan dari budaya ke budaya, kriteria untuk
mengukur kemampuan artistik sulit ditentukan (Aiken & Groth-Marnat,
2006). Salah satu tes apresiasi seni yang paling populer adalah Meier-
Seashore Art Judgment Test (Meier, 1940), yang mengukur kemampuan
seseorang untuk membedakan antara karya seni yang lebih baik dan lebih
buruk. Tes terdiri dari pasangan gambar yang berbeda dalam satu fitur. Tes
kemampuan artistik terkait adalah Meier Art Test of Aesthetic Perception. Tes
ini menyajikan empat versi dari karya yang sama—masing-masing berbeda
dalam hal proporsi, kesatuan, bentuk, atau desain —dan peserta tes diminta
untuk memberi peringkat pada setiap set dalam urutan prestasi.
5. Kemampuan Musik (Musical Ability). Sebagian besar tes kemampuan musik
menilai keterampilan yang harus dimiliki musisi, seperti kapasitas untuk
membedakan nada, kenyaringan, tempo, timbre, dan ritme. Tes kemampuan
musik tertua dan paling terkenal adalah Seashore Measures of Musical
Talents. Tes ini menyajikan enam subtes yang mengukur dimensi
diskriminasi pendengaran: nada, kenyaringan, waktu, timbre, ritme, dan
memori nada. Tes lain yang dimaksudkan untuk mengukur bakat musik yaitu,
Kwalwasser Music Talent Test. Tes ini terdiri dari 50 item, menghadirkan
peserta tes dengan pola tiga nada yang diulang dengan variasi nada, nada,
ritme, atau kenyaringan. Instrumen lainnya adalah Musical Aptitude Profile
(MAP), yang terdiri dari tujuh komponen: melodi dan harmoni (citra nada);
tempo dan meteran (imaji ritme); dan ungkapan, keseimbangan, dan gaya
(sensitivitas musik).

E. Perbedaan Kelompok Battery Test dengan Kelompok Single Test


Pada umumnya, tes bakat dapat dibagi menjadi dua, yakni kelompok 
special/ single yang terfokus pada satu bakat saja, misal mengukur bakat dibidang
teknik mekanik, bakat pekerjaan tertentu (klerikal); dan kelompok battery test
yang dari sejumlah tes dan digunakan untuk menganalisis profil individu
(Anastasi & Urbina, 1997). Kelompok battery test adalah rangkaian bermacam-
macam test, dimana masing-masing tes dapat berdiri sendiri sehingga tidak harus
digunakan secara keseluruhan. Kelompok ini terdiri dari serangkaian subtes yang
menilai beberapa bakat pada satu waktu. Beberapa tes bakat dirancang untuk
mengukur dua atau lebih kemampuan yang berbeda. Dalam beberapa hal, tes
tersebut dapat menyerupai tes kecerdasan dalam hal fokus dan lingkup mereka.
Kelompok battery test tidak memberikan skor tunggal; melainkan, menghasilkan
profile skor subtes, satu subtes untuk setiap bakat. Dengan demikian, kelompok
ini dapat digunakan untuk membandingkan skor individu di seluruh subtes (yaitu,
analisis intra-individu) untuk menentukan bakat tinggi atau rendah. kelompok ini
mengukur kemampuan seperti bakat numerik, penalaran mekanis, dan penalaran
spasial. Tes tersebut digunakan terutama untuk konseling pendidikan dan
kejuruan. Mereka mengizinkan perbandingan skor intra-individu, menunjukkan
tinggi rendahnya kinerja individu pada berbagai subtes.
Sedangkan  kelompok single test merupakan kelompok test dengan satu
jenis tes dan pada umumnya mengungkap kemampuan khusus yang dimiliki
seseorang. Tes bakat tunggal hanya mengukur satu domain kemampuan,
sedangkan tes bakat ganda menghasilkan skor untuk beberapa areal kemampuan
yang berbeda. 
Tabel 2. Tes bakat kelompok battery test dan single test

Tes bakat kelompok battery Tes bakat kelompok single test

Terdiri dari serangkaian subtes yang menilai Mengukur tunggal bakat/ bakat-
beberapa bakat pada satu waktu bakat tertentu (seperti
keterampilan administrasi,
keterampilan motorik, dan bakat
seni)

Mempunyai manfaat yang tinggi bila dipakai Masing-masing tes tidak


secara bersama, walaupun masing-masing memiliki keterkaitan (tunggal)
tes dalam baterai tes ini mandiri
Tes dalam kelompok battery test :  Tes dalam kelompok single
test : 

1. Differential Aptitude Test (DAT). 1. Tes Sensory


Sarana akademik untuk mendapatkan Tes yang mengungkap
prosedur penilaian yang ilmiah, kemampuan indera, misal tes
terintegrasi, dan standar bagi murid– ketajaman penglihatan,
murid. pendengaran
2. General Aptitude Test Battery 2. Tes artistik
(GATB). Digunakan dalam bimbingan Tes yang mengungkap bakat
jurusan dan menilai kecerdasan umum seni, misal: tes gambar dan
dari seseorang. tes musik
3. Flanagan Aptitude Classification 3. Tes clerical
Test (FACT). Untuk memperoleh sistem Tes untuk mengukur
klasifikasi bakat dalam penentuan bakat keakuratan (ketepatan,
dan kemampuan dasar seseorang dalam ketelitian) dan kecepatan
tugas-tugas tertentu respon dalam tugas-tugas
4. Armed Services Vocational Aptitude pekerjaan yang
Battery (ASVAB). Membantu siswa membutuhkan persepsi
sekolah menengah dan pasca sekolah sederhana.
menengah dengan perencanaan karir, 4. Tes Kreativitas
apakah siswa berencana untuk memasuki 4. Tes motor dexterity (tes
dunia kerja, militer, atau program ketangkasan atau
perguruan tinggi / kejuruan lainnya. keterampilan motorik)
5. Career Ability Placement Survey 4. Tes Kraepelin
(CAPS). Mengukur kemampuan yang Tes ini dibuat dengan
relevan secara kejuruan. maksud untuk mengetahui
kecepatan kerja, ketelitian
kerja, keajegan kerja dan
ketahanan kerja

F. Perbedaan Tujuan Pengukuran Tes Bakat dan Tes Prestasi Belajar


Tes bakat digunakan untuk mengungkap potensi-potensi individu untuk
belajar beberapa macam aktivitas tertentu, yaitu aktivitas-aktivitas yang
berhubungan dengan pekerjaan yang bersangkutan. Beberapa aspek penilaian tes
bakata yaitu pengetahuan umum, berhitung, penalaran aritmatika, analogi,
pemahaman konsep, serta pengambilan keputusan. Sementara tes prestasi belajar
bertujuan untuk mengukur prestasi atau hal yang dicapai siswa dalam belajar. Tes
ini juga bertujuan untuk mengklasifikasikan individu/siswa kedalam bidang atau
jurusan yang sesuai dengan kemampuan yang telah diperlihatkan pada hasil
belajarnya.
G. Tes Penerimaan (Admission Test)
Sebagian besar program akademik menggunakan nilai tes bakat sebagai
bagian dari persyaratan penerimaan mereka. Tes penerimaan (kadang-kadang
disebut sebagai ujian masuk atau tes kemampuan akademik) dirancang untuk
memprediksi kinerja dalam program pendidikan tertentu. Digunakan dalam
kombinasi dengan informasi lain yang relevan (misalnya, nilai rata-rata sekolah
menengah, rekomendasi guru, dll.), hal tersebut adalah indikator umum
keberhasilan akademik di masa depan. Dengan demikian, siswa yang mendapat
nilai tinggi pada tes penerimaan kemungkinan besar akan tampil lebih baik di
perguruan tinggi daripada mereka yang tidak mendapat nilai tinggi.
Sebagian besar tes penerimaan menilai beberapa kombinasi keterampilan
penalaran verbal, kuantitatif, menulis, dan analitis atau pengetahuan khusus
disiplin. Tes ini bertujuan untuk mengukur keterampilan dan pengetahuan yang
paling relevan untuk menguasai disiplin ilmu tertentu. Aspek psikometrik kunci
dari tes penerimaan adalah validitas prediktif, yang biasanya dievaluasi dengan
mengkorelasikan skor tes dengan ukuran kinerja akademik, seperti nilai rata-rata
tahun pertama (IPK), IPK lulusan, pencapaian gelar, kualifikasi atau skor ujian
komprehensif, produktivitas penelitian, jumlah kutipan penelitian, kinerja ujian
perizinan, atau evaluasi fakultas terhadap mahasiswa. Meskipun skala verbal dan
kuantitatif umum adalah prediktor efektif keberhasilan akademik, prediktor
terkuat keberhasilan adalah IPK sekolah menengah (HSGPA) (Fu, 2012).
Beberapa tes penerimaan terkemuka, diantaranya:
1. SAT  (Scholastic Assessment Test)
Tes SAT adalah ujian standarisasi yang diciptakan oleh College Board,
sebuah lembaga nirlaba yang berbasis di AS. Tes ini umumnya diikuti oleh para
pelajar yang telah menuntaskan pendidikan 12 tahun dan ingin memasuki jenjang
perguruan tinggi (Setiawati, dkk, 2018, hlm. 4). SAT telah diakui secara global
dan menjadi acuan berbagai universitas luar negeri saat menerima mahasiswa
baru. Faktanya, Fu (2012) menemukan bahwa skor pada SAT memiliki korelasi
yang tinggi dengan IPK tahun pertama untuk mahasiswa sarjana internasional.

SAT terdiri dari dua tes, yaitu reasoning test dan subject test (untuk
penerimaan dan penempatan kursus atau untuk mengkonseling siswa). Namun
pada tahun 2021, College Board memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan
SAT Subject Test. Penghentian ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk
mengurangi dan menyederhanakan tuntutan akademis yang diberikan pada para
pelajar. 
Tes Penalaran (reasoning test), menilai keterampilan berpikir kritis yang
dibutuhkan untuk kuliah dan memiliki tiga bagian: matematika, membaca kritis,
dan menulis (lihat Tabel 1). Tes ini membutuhkan waktu 3 jam dan 45 menit
untuk diselesaikan, termasuk bagian eksperimen 25 menit tanpa skor (digunakan
untuk pengembangan pertanyaan tes di masa mendatang). Ini mencakup beberapa
jenis item yang berbeda, termasuk pertanyaan pilihan ganda, tanggapan yang
dihasilkan siswa, dan esai yang diproduksi siswa (opsional). Namun mulai tahun
2021, SAT Essay telah dihapuskan, karena pihak College Board memahami ada
berbagai jalur lain yang diakui untuk mengukur kemampuan menulis para pelajar.

Tabel 1. Contoh SAT Reasoning Tests


Section Content Tipe Item Waktu
Critical Pemahaman bacaan, Pilihan Ganda 70
Reading penyelesaian kalimat, bacaan minutes
kritis sepanjang paragraf
Mathematics Operasi penjumlahan; fungsi Pilihan Ganda,  70
aljabar; geometri; statistik; grid-ins minutes
Writing Grammar, usage, dan pilihan Pilihan Ganda, 60
(Menulis) kata essay (opsional) minutes
Experimental Membaca secara kritis, Any 25
matematika, atau menulis minutes

Tes SAT, di dalamnya juga terdapat tes standar yang memberikan praktik
langsung kepada siswa sekolah menengah, yaitu Preliminary SAT/National Merit
Scholarship Qualifying Test (PSAT/NMSQT).mengukur keterampilan membaca
kritis, keterampilan pemecahan masalah matematika, dan keterampilan menulis.
Ini memberi siswa umpan balik tentang kekuatan dan kelemahan mereka pada
keterampilan yang diperilukan untuk studi perguruan tinggi, membantu siswa
mempersiapkan SAT, dan memungkinkan siswa untuk mengikuti kompetisi
beasiswa dari National Merit Scholarship Corporation (NMSC).
2. Sistem Informasi ACT
Program ACT adalah sistem yang komprehensif untuk mengumpulkan dan
melaporkan informasi tentang siswa yang berencana untuk masuk ke jenjang
universitas. Program ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 
a. Tes Pengembangan Pendidikan (Tests of Educational Development)
adalah pilihan ganda yang dirancang untuk menilai perkembangan pendidikan
umum siswa dan kemampuan mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tingkat
perguruan tinggi. Seperti SAT, ACT pengembangan pendidikan ini dapat
diambil oleh siswa di kelas 11 atau 12. Tes mencakup empat bidang
keterampilan: bahasa Inggris, matematika, membaca, dan sains.
b. Bagian Profil Siswa, berisi informasi yang dilaporkan mahasiswa saat
mendaftar ACT. Informasi ini mencakup kategori informasi
penerimaan/pendaftaran; rencana, minat, dan kebutuhan pendidikan;
kebutuhan, minat, dan tujuan pendidikan khusus; rencana ekstrakurikuler
perguruan tinggi; bantuan keuangan; kegiatan ekstrakurikuler SMA; dan
prestasi di luar kelas.
c. Bagian Informasi Mata Pelajaran/Kelas, menyediakan 30 nilai sekolah
menengah yang dilaporkan sendiri dalam bidang bahasa inggris, matematika,
IPA, IPS, bahasa, dan seni. Mata pelajaran mencakup yang biasanya
membentuk kurikulum persiapan inti perguruan tinggi dan sering diperlukan
untuk masuk ke perguruan tinggi.
d. Inventarisasi Minat ACT (Unisex Edition of the ACT). Tujuan utama dari
inventarisasi minat adalah untuk membantu siswa mengidentifikasi jurusan
yang sesuai dengan minat mereka.
Sebelum dilakukannya program ACT, ada program rencana atau “Pre-ACT”.
Perencanaan ini mirip dengan PSAT, dan merupakan prediktor keberhasilan pada
ACT. Rencana ini terdiri dari empat tes prestasi akademik dalam bahasa inggris,
matematika, membaca, dan IPA. 

3. Graduate Record Examination (GRE)


Tes GRE adalah tes yang dikirimkan komputer. Namun, ujian berbasis
kertas juga dimungkinkan ketika tes online tidak tersedia. Tes ini menampilkan
pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan keterampilan yang siswa perlukan
untuk diterima di sekolah impian. Durasi tes GRE adalah total 3 jam 45 menit,
dengan istirahat 10 menit di antaranya. Format GRE mudah digunakan dan sangat
fleksibel, karena siswa dapat melewati pertanyaan dalam satu bagian, kembali dan
mengubah jawaban kapan saja selama tes atau bahkan memilih pertanyaan mana
yang ingin dijawab terlebih dahulu. Tes ini terdiri dari dua tes, yaitu tes umum
dan tes mata pelajaran.
4. The Miller Analogies Test (MAT)
MAT adalah ujian penerimaan lain yang diambil oleh individu yang
mendaftar ke sekolah pascasarjana. MAT adalah 50 item, tes yang dikelola
kelompok yang terdiri dari 100 item analogi pilihan ganda. Dalam setiap item
analogi MAT, satu istilah hilang dan telah diganti dengan empat pilihan jawaban,
hanya satu yang melengkapi analogi dengan benar. Istilah di sebagian besar item
analogi MAT adalah kata-kata, tetapi dalam beberapa kasus, mereka mungkin
berupa angka, simbol, atau bagian kata. Berikut ini adalah contohnya:
PESAWAT : UDARA :: MOBIL : (a. kapal selam, b. ikan, c. darat, d. pilot) 
Langkah pertama dalam menyelesaikan analogi MAT adalah memutuskan
dua dari tiga suku yang diberikan yang membentuk pasangan lengkap. Dalam
contoh, ini bisa berupa “PESAWAT terkait dengan UDARA” (istilah pertama
terkait dengan istilah kedua) atau “PESAWAT terkait dengan MOBIL” (istilah
pertama terkait dengan istilah ketiga). Pada MAT, tidak akan pernah ada
“PESAWAT terkait dengan (a. kapal selam, b. ikan, c. air, d. pilot)”; suku
pertama tidak pernah berhubungan dengan suku keempat.
Tes masuk lainnya, yang perguruan tinggi banyak digunakan termasuk
Medical College Admissions Test (MCAT), Law School Admissions Test (LSAT),
dan Graduate Management Admissions Test (GMAT). Pertimbangan terpenting
dalam penggunaan tes ini adalah apakah validitas tes untuk program tertentu telah
ditetapkan, terutama melalui studi di perguruan tinggi setempat.

H. Konsep Kesiapan Belajar ( Learning Readiness)


Istilah tes kesiapan diterapkan pada tes bakat yang digunakan untuk
memprediksi keberhasilan ketika seorang anak memasuki sekolah. Kesiapan
sekolah secara historis telah didefinisikan sebagai kesiapan untuk mempelajari
materi tertentu dan berhasil dalam konteks sekolah yang khas (Bracken dan
Nagle, 2007). Sekolah sering menggunakan tes kesiapan untuk menilai apakah
anak-anak "siap" untuk taman kanak-kanak atau kelas 1.
Tes ini mirip dengan tes penerimaan karena mengukur pengetahuan dan
keterampilan saat ini untuk memperkirakan kinerja akademik di masa depan.
perbedaannya adalah istilah tes kesiapan digunakan secara khusus untuk mengacu
pada tes untuk anak kecil. Di sebagian besar negara bagian, kelayakan untuk
mendaftar di taman kanak-kanak dimulai pada usia 5,1 tahun. Meskipun anak-
anak dapat memenuhi persyaratan usia tertentu ini, mereka sangat bervariasi
dalam hal kesiapan mereka untuk taman kanak-kanak. Misalnya, beberapa anak
memiliki pengalaman pendidikan pra-TK (PAUD) yang cukup besar dan mampu
mengenali huruf, angka, dan bentuk, sedangkan anak-anak lain mungkin memiliki
kemampuan yang lebih sedikit terkait dengan keberhasilan taman kanak-kanak.
Tes kesiapan digunakan untuk menentukan sejauh mana anak-anak telah
menguasai keterampilan dasar yang dianggap perlu untuk pembelajaran di
sekolah. Sebagian besar tes kesiapan menilai wajah dari lima domain berikut
(Boan, dkk, 2007, hlm. 52):
1. Fisik berfokus pada gangguan fungsi sensorik, keterampilan motorik,
penyakit atau kondisi medis, pertumbuhan, dan kesejahteraan secara
keseluruhan.
2. Sosial dan Emosional melibatkan keterampilan sosial yang sesuai dengan
usia, kesejahteraan psikologis, persepsi diri, dan interaksi interpersonal.
3. Belajar meliputi perhatian, rasa ingin tahu, dan semangat belajar.
4. Bahasa melibatkan keterampilan komunikasi verbal, keterampilan
komunikasi nonverbal, dan keterampilan literasi awal.
5. Kognisi dan Pengetahuan Umum menekankan pada keterampilan
pemecahan masalah (problem-solving), penalaran abstrak, keterampilan
matematika awal, dan modal keseluruhan pengetahuan.
Menurut Drumnond dan Jones (2020, hlm. 275), anak-anak yang dianggap
“belum siap” seringkali menunggu satu tahun lagi sebelum memulai sekolah. Tes
kesiapan dapat digunakan untuk mengembangkan kurikulum dan untuk
menetapkan instruksi individual. Sebagian besar tes kesiapan dirancang untuk
menilai area yang terkait dengan tugas sekolah, seperti pengetahuan umum,
bahasa, dan kesehatan serta fungsi fisik. Penelitian menemukan validitas prediktif
dari tes ini sangat terbatas; dengan demikian, penggunaannya dalam membuat
keputusan tentang pendaftaran taman kanak-kanak sangat dipertanyakan.
Seringkali, konsep kesiapan lebih dipengaruhi oleh faktor orang tua daripada
kesiapan akademik. Misalnya, kesulitan sosial ekonomi, demoralisasi orang tua,
dan dukungan untuk pembelajaran telah terbukti berdampak pada kesiapan
(Okado, dkk, 2014). 
Dengan demikian, ada potensi bias budaya saat menilai kesiapan sekolah.
Kami memperingatkan konselor dan profesional penolong lainnya dalam
penggunaan penilaian semacam itu tanpa serangkaian informasi penting lainnya
untuk mendukung temuan. Contoh tes kesiapan sekolah (Drumnond dan Jones,
2020, hlm. 276) termasuk Kaufman Survey of Early Academic and Language
Skills (K-SEALS), Kindergarten Readiness Test (KRT), School Readiness Test
(SRT), Metropolitan Readiness Tests, (MRT) dan Bracken School Readiness
Assessment (BSRA-3).
Terdapat beberapa kekhawatiran tentang penggunaan tes kesiapan belajar
untuk membuat keputusan penting tentang kehidupan anak. Meskipun sebagian
besar peneliti, pendidik, dan pembuat kebijakan setuju pada dimensi penting
untuk kesiapan sekolah (misalnya, perkembangan fisik; perkembangan emosional
dan sosial; pembelajaran, bahasa, dan kognisi; pengetahuan umum), ada beberapa
perdebatan mengenai apakah dimensi ini akurat atau lengkap (Meisels, 1999).
Selain itu, menilai anak usia prasekolah merupakan tantangan karena
perkembangan mereka yang cepat dan tidak merata, yang dapat sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Saluja, dkk, 2000). Selain itu, tes kertas dan
pensil standar yang sesuai untuk anak yang lebih besar tidak sesuai untuk anak
yang masuk sekolah (Shepard, dkk, 1998).

I. Keterkaitan Bakat Dewasa dengan Disabilitas


Penilaian bakat orang dewasa (Drumnond dan Jones, 2020, hlm. 277)
dapat digunakan untuk mendokumentasikan kebutuhan disabilitas dalam
pendidikan tinggi dan situasi lainnya. Misalnya, jika seseorang memiliki
disabilitas yang terdokumentasi, universitas diharuskan menawarkan upaya
akomodasi yang wajar untuk membantu siswa agar berhasil. Tes bakat mungkin
merupakan salah satu bukti yang diberikan untuk mendokumentasikan keberadaan
ketidakmampuan belajar atau kinerja. Menurut Learning Disabilities Association
of America (2018), orang dewasa harus dinilai jika mereka mengalami masalah
signifikan dalam kehidupan, pekerjaan, atau sekolah yang menghalangi mereka
mencapai tujuan yang diinginkan. Pengaturan pekerjaan mungkin tidak diperlukan
untuk menawarkan akomodasi, tetapi orang dewasa yang dinilai dapat
menggunakan informasi apa pun yang terkait dengan kecacatan khusus mereka
untuk lebih mempersiapkan diri bekerja atau memilih jalur karier yang sesuai. 
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes bakat mengukur kinerja individu pada tugas-tugas yang dipilih untuk
memprediksi bagaimana orang itu akan melakukan beberapa waktu di masa depan
atau dalam situasi yang berbeda. Bakat dapat melibatkan kinerja sekolah, kinerja
pekerjaan, tugas atau situasi lain. Tes bakat mengukur pengetahuan yang
diperoleh dan kemampuan bawaan untuk menentukan potensi seseorang. Baterai
multiple aptitude digunakan dalam konteks pendidikan dan bisnis serta dengan
sistem bimbingan karir. Untuk mengetahui bakat individu secara tepat, perlu
dilaksanakan pengukuran psikologis dengan menggunakan beberapa instrumen tes
bakat yaitu Armed Services Vocational Aptitude Battery (ASVAB), General
Aptitude Test Battery (GATB), dan Differential Aptitude Test (DAT).
Tes bakat khusus dirancang untuk mengukur kemampuan untuk
memperoleh kemahiran dalam bidang aktivitas tertentu, seperti seni atau musik.
Tes bakat mekanik dan klerikal telah digunakan oleh pendidikan vokasi serta
personel bisnis dan industri untuk menyarankan, mengevaluasi,
mengklasifikasikan, dan menempatkan peserta tes. Baik tes multifaktor dan bakat
khusus dirancang untuk membantu peserta tes mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang kemampuan khusus mereka sendiri.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi dasar
melakukan bantuan yang tepat dalam rangka mencapai tujuan tes bakat sesuai
yang diharapkan. Karena tanpa asesmen yang berkualitas khususnya tes bakat,
tidak akan mampu mencapai tujuan layanan dengan tuntas, baik dalam fungsi
kuratif, maupun perseveratif, apalagi fungsi pengembangan (developmental) dan
pencegahan (preventif). Jadi tes bakat mutlak perlu dalam program bimbingan dan
konseling.

DAFTAR PUSTAKA
Aini, J. (2013). PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS
MULTIPLE INTELEGENCES DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI MTS
MADINATUNNAJAH KELURAHAN KECAPI KECAMATAN
HARJAMUKTI KOTA CIREBON (Doctoral dissertation, IAIN Syekh
Nurjati Cirebon).
Anastasi, A. & Urbina, S. (1997). Psychological Testing. New Jersey: Prentice
Hall.
Drumnond, R.J.; Jones, K.D. (2020). Asessment Procedures foCounselors  and
Helping Professionals (Edisi Kesembilan). Boston: Pearson.
Learning Disabilities Association of America. (2018). Adult learning disability
assessment process. https://ldaamerica.org/adultlearning-disability-
assessment-process/.
Nastiti, D., & Laili, N. (2020). Buku Ajar Asesmen Minat Dan Bakat Teori Dan
Aplikasinya. Sidoarjo: Umsida Press.
Samosir, F. C. (2008). Prediksi Tes Bakat (Aptitude Test) terhadap Performansi
Kerja Karyawan Circle-X. [Skripsi]. Fakultas Psikologi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Setiawati, F. A., Izzaty, R. E., & Hidayat, V. (2018). ANALISIS RESPONS
BUTIR PADA TES BAKAT SKOLASTIK. Jurnal Psikologi, 17(1), 1-17.
Diakses [online] dari doi:10.14710/jp.17.1.1-17.

Anda mungkin juga menyukai