SK Dirut Tentang Ruang Rawat High Care Unit (Hcu)

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

KEMENTERIAN KESEHATAN zu

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN


RSUP DT. HASAN SADIKIN BANDUNG
Jalan Pasteur No- 38, Bandungit0161
#*r=hs
Telepo n : (022) 2034953, 2034954 { hunting) Fatsim ile : (022) 2032216, 2032533
laman : www.rshs.or.id Po!-€l : [email protected]
l,Ds hot,r" : 081123355ss

KEPUTUSAII DIREKTITR UTAIIA RSUP Dr. HA,SAN SADIXIII BAIIDUNG


ItOMoR : Itl{..a2.o4 | EDLS I La46o lXll 2OtS
TENTAIIG
RUAIIG RAIITAT HICII CARD UMT lHCt\
DI RSt P Dr. HASAN AADIKIIT BAITDUM

DIREKTT R UTAUA RSIIP Dr. IIASAII SADIrIIY BAIYDUIYG,

Menimbang a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan


dan keselamatan pasien di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung,
khususnya dalam pelayanan di ruang rawat HUh Care Unit
(HCU), maka perlu kebijakan yang mengatur pelayanan di Ruang
Rawat High Care Unit qlCU) di RSUP Dr. Hasan Sadikin
Bandung;
b. bahwa untuk mewujudLsl 56[agaimana huruf a, telah disusun
kebijakan yang mengatur pelayanan di Ruang Rawat High Carc
Unit (HCU)di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan
Direktur Utama tentang Ruang Rawat High C;are Lhit luCU) di
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2OO4 tentang Praktik


Kedokteran;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2O09 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2OO9 tentang Rumah Sakit;
4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2OO5 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Iayanan Umum;
Nt9 I{ 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1673/MENKES/PER/
Do B XII/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUP Dr. Hasan
NT As 'tE, Sadikin Bandung
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/MENKDS/PER/
lll /2OO8 tentang Rekam Medik;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/MENKES/PER/
K l2OlO tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/
VLll /2}ll tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2OS2IMENKES/PER/
X/2Oll tentang lzin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran;
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 436/MENKES/SK/
VI/ 1993 tentang berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/MENKES/SK/
Ill2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 834/MENKES/SK/
Vll/2OlO tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan High
Core Unit (HCU) di Rumah Sakit.

Memperhatikan : Pertimbangan Direksi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.


MEMUTUSKAN
Menetapkan IIEPUTUSAIT DIREKTUR UTAUA RSITP DT. HAAAIT AADIXIN
BAnDUIYG TETTAIIG RUArrc RAUTAT HIGH CARD t Nrr FCq
DI RSIIP Dr. IIASAN BADIIfi BAXDITIIG.

KESATU Kebijakan Ruang Rawat High Carc Unit (HCU) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung sebagaimana tercantum dalam l,ampiran
Keputusan ini.

KEDUA Kebijakan Ruang Rawat High C;are Unit (HCU) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dipergunakan sslagai acuan dalam
penyelenggaraan pelayanan di Ruang Rawat High Care Unit (HCU)
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

KETIGA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan


apabila di kemudian hari temyata terdapat kekeliruan dalam
penetapannya, akan diubah dal diperbaiki sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 26 November 2015

R UTAMA,

Y
t
Q*
islPfi.fA: i'. ^

AYI BARSARI
NI 11091984102001
L
Lampiran
Keputusan Direktur Utama
RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Nomor : HK.O2.04/EOl 3 I 18460 lXl / 2Ol5
Tanggal : 26 November 2015
Tentang
Kebijakan High Care Unit di RSUP dr Hasan
Sadikin Bandung

HIGH CARE UMTDI RST,P DT HASAN SAI)IXIN BANDI,NG

I. PEITDAHIILUAIT

di Rumah Sakit perlu ditinglatkan secara


Pelayanan High Care Unit (HCU)
berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan
pengobatan, perawatan dan pemaltauan secara ketat yang semakin meningkat
sebagai akibat penyakit menular maupun tidak menular seperti: demam
berdarah, malaria, cedera, keracunal, penyalah gunaan NAUA, HIV, penyakit
jantung pembuluh darah, diabetes mellitus, gagal gutjal dan lain sebagainya.

Secara strul(ural HCU dapat berada di bawah Departemen / SMF/ lnstalasi


tertentu sesuai dengan klasifikasi dan jenis rumah sakit termasuk
ketersediaan fasilitas, sarana prasarana dan peralatan kedokteran serta tenaga
kesehatan.

Untuk mewujudkan pelayanan HCU yang optimal perlu adanya kebijakan tata
kelola manajemen tertulis meliputi uraian tugas dan tanggung jawab yang
terinci maupun secara klinis / teknis medis yang dituangkan dalam standar
prosedur operasional HCU.

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan
HCU di rumah sakit perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas
dan wewenang yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara
teknis, yang disesuaikan dengan jenis dan kelas rumah sakit, sarana,
prasarana dan peralatan serta ketenagaan.

Di RSUP Dr Hasan Sadikin, yang termasuk dalam High Care Unit adaJah

l. HUh Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kemuning


2. High Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Parahyangan
3. Cardiac High Care UnillCHCU) di Cardiac Centre
4. Intermcdiate High Care (IHC) di Instalasi Gawat Darurat
5. Medbal Intermediate Care (MICI di Ruang Rawat lnap Penyakit Dalam

1
6. Unit Luka Bakar (Bum Unit)
7. Neonatai an-d Pediatric Intermediate Unit (NPIU) di Ruang Rawat Inap
Parahyangan
8. High Care IJnit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kebidanan Alamanda
9. Neurostrgical Citical Care Unit (NCCU)
10. High Care tJnit (HCU) di Ruang Rawat Inap Pediatrik Kenanga
ll. Neurolqg Internadiate Care (NIC) di Ruang Rawat Inap Azalea

II. MAXSTID DANTUJUAII

l. Maksud

Meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien yang dtawat di


HCU

2. T\rjuan

a. Menyediakan, meningkatkan dan mengembangkan sumber daya


manusia di HCU
b. Meningkatkan sarana dan prasarana serta peralatan HCU.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektitas pemanfaatan pelayanan HCU
terutama lagi pasien l,rritis stabil yang hanya membutuhkan pelayanan
pemantauan.

ru. KOI{SIDERASI I'UIIM

i Pelayanan HCU ditujukan untuk pasien dengan kondisi kritis stabil dari
fungsi respirasi, hemodinamik dan kesadaran namun masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat.

2 Fokus pelayanan HCU adalah pasien pasien dengan kondisi kritis stabil
yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara
ketat tanpa penggunaan alat bantu (misalnya ventilator).

J Tlrjuan pelayanan di HCU adalah untuk mengetahui secara dini


perubahan perubahan frsiologis pasien yang membahayakan, sehingga
dapat dengan segera dipindah ke ICU untuk dikelola lebih baik lagi.

IV. LII{GI(IrP PEUIYAII/IN HCU RSIIP Dr. HASAIT SADIXM

l. Pemantauan

a. Tingkat kesadaran.

2
b. Fungsi pemapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4
(empat)iam atau disesuaikan dengan keadaan pasien.
c, Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam
atau disesuaikan dengan keadaan pasien.

2. Penanganan

Bantuan Hidup Dasar lBasic Life SLpport) dan Bantuan Hidup Lanjut
(Aduanred Life $ryWrtll

a. Pembebasan jalan nafas (Airuog)


Membebaskan jalan nafas tanpa alat atau dengan alat, bila perlu
menggunakan nasoplnryngeal ainaag device.
Dokter HCU juga harus mampu melakukan intubasi endotrakea bila
diindikasikan dan segera memindahkan/ merujuk pasien ke ICU.

b. Bantuan pemaiasan/vendlasi (Breathing)


Dolder HCU harus mampu melakukan bantuan nafas (breathing
support) dengal: bag-mask-u alue.

c. Sirkulasi (Ciratlationl
Dokter HCU harus mampu melakukan resusitasi cairan, tindakan
defibrilasi dan tindakan kompresi jantung luar.

3. Terapi oksigen.

Memberikan oksigen sesuai kebutuhan pasien dengan berbagai alat


pengalir oksigen, seperti: kanul nasal, sungkup muka sederhana,
sunglup muka dengan reservoir, sungkup muka dengan katup dan
sebagainya.

4 Penggunaan obat-obatan untuk pemeliharaan/stabilisasi hemodinamik


(inotropik, vasopressor, obat anti nyeri, obat anti aritmia, dan lain-lain).

5 Pemberian nutrisi enteral, parenteral atau campuran

6 Fisioterapi sesuai dengan keadaan umum pasien

7 Evaluasi seluruh tindakan dan pengobatan yang telah diberikan

8 Tindakan-tindakan invasif atau non invasif lain yang memerlukan


pemantauan ketat dan tidak dapat dilakukan di rr.ang biasa'

3
V. NTTENAGAAN

Tenaga yang terlibat datam perayanan HCU terdiri dari tenaga dokter spesialis,
dokter umum dan perawat.

Tenaga tersebut melaksanakan pelayanan HCU sesuai dengan kompetensi dan


kewenangan yang diatur oleh RSUP Dr. Hasan Sadikin

1 Dokter Penanggung Jawab Pelayanan: dokter spesialis sesuai dengan


kompetensi spesifikasi HCU.

2 Staff: dokter spesialis, dokter umum atau perawat sesuai dengan


kompetensi bidang yang dimiliki.

3. KualiEkasi DPJP HCU

a. High Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kemuning, DPJP utama
Spesialis Anestesi

b. HUh Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Parahyangan, DPJP


utama dipegang oleh masing-masing dokter pemegang pasien

c Cardiac High Care Unif(CHCU) di Cardiac Centre, DPJP utama


Spesialis Jantung

d,. Intermediate High Care (IHC) di lnstalasi Gawat Darurat, DPJP


utama dipegang oleh masing-masing dokter pemegang pasien

e Medbal Interm.ediate Care (MIC) di Ruang Rawat Inap Penyakit


Dalam, DPJP utama Spesialis Penyakit Dalam

f. Unit Luka Bakar (Bum Unit), DPJP utama Spesialis Bedah Plastik

g. Neonatal and Pediatric Intennediate Unit (NPIU) di Ruang Rawat


Inap Parahyangan, DPJP utama Spesialis Ilmu Kesehatan Anak

h. High Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kebidanan Alamanda,


DPJP utama Spesialis Kebidanan dan Kandungan

Neurosurgim.l Critiul Care Unrt (NCCU), DPJP utama Spesialis


Bedah Saraf

J High Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Pediatrik Kenanga,


DPJP utama Spesialis Ilnu Kesehatan Anak

k. Neurologg Intermediate Care (NIC) di Ruang Azalea, DPJP utama


Spesialis Penyakit Saraf.

4
VI ALI'R PELAYAITAIT
Pasien yang memerlukan pelayanan HCU sesuai indikasinya adalah:

1. Pasien dari ICU

2 Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti: kamar
bersalin, ruang endoskopi, ruaag dialisis, dan sebagainya

3 Pasien dari rawat inap

4 Pasien dari IGD

5 Pasien rujukaa dari RS lain

Vtr. KRITERIA MASIM DAN XELUAR HCU

Penentuan kriteria pasien masuk dan keluar HCU dan pasien yang tidak
dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasar lciteria sebagai berikut:

1. Kriteria masuk

a. Pasien gagal organ yang berpotensi mempunyairisiko tinggi untuk


terjadi komplikasi dan tidak memerlukan monitor dan alat bantu
invasif
b. Pasien yang memerlukan perawatan dan pengawasan perioperatif.

2. Kriteria keluar

a. Pasien yang tidak lagi membutuhkan pemantauan yang ketat.


b. Pasien yang cenderung memburuk dan/atau memerlukan pemantauan
dan alat bantu invasif sehingga perlu dipindah ke lCU

3 Kriteria tidak masuk HCU

a. Pasien dengan fase terminal suatu penyakit (seperti: kanker stadium


akhir)
b. Pasien/keluarga yang menolak untuk dirawat di HCU (atas dasar
informed consent).

VIII INDIIIASI MEDIS MAST'K DAN KELUAR ECU

l. Indikasi medis pasien masuk ke:

5
a. Hlghcat? Ua{t (HCU) di Ruang Rawat Inap Kemuning
b. Htgh Cat€ Unlt {ECU) di Ruang Rawat Inap Parahyangan
c. Interrrt dtolto Htgh Cdrz (IHC) di Instalasi Gawat Darurat

Adalah sebagai berikut

a. Kesadaran GCS 8-12 tanpa trakheostomi, GCS < 7 dengan


trakheostomi
b. Nafas spontan
c. Tidak ada anca:lan sumbatan jalan napas
d. Laju respirasi l2-2O kali per menit
e. Saturasi oksigen 80- 9oolo pada fraksi inspirasi oksigen < 5O%
f. Masih terdapat gangguan irama jantung
C. t4iu nadi 40-6O kali / menit atau 120-l4O kali / menit
h. Menggunakan inotropik, vasopressor atau antihipertensi intravena
i. Kejang tapi tidak berulang
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan salah satu dari hal-hal
sebagei berikut:

a. Hiperkalemia atau hipokalemia tanpa perubahan gambaran ECG


b. Hipematremia atau hiponatremia tanpa disertai dengan galgguan
kesadaran
c. Hipocalcemia atau hipercalcemia tanpa disertai dengan kejang atau
perubahan gabaran EKG
d, Hipomagnesemia atau hipermagnesemia tanpa disertai dengan
kelemahan otot pernapaszrn, perubahan gambaran ECG.
e. Hiperglikemia atau hipoglikemia yang disertai dengan gangguan
kesadaran
.)
Indikasi medis pasien keluar dari
a. Elgh Ccr= Unlt (IICU) di Ruang Rawat Inap Kemuning
b. Hlgh Carc Unlt IB.CUI di Ruang Rawat Inap Parahyangan
c. InterTnadlate Hlgh Cane (IIIC) di Instalasi Gawat Darurat

Taada tanda vltal


a. Temperatur < 38.3' C
Sistolik Diastolik
b. Tekanan darah
1OO-180 mmHg 50 -110 mmHg

c. Pulse
50 - IOO kali / menit ( > 45 kali / menit jika
pasien meminum beta blocker)

6
d. Respirasi 12-30 kali / menit

Fuagslonal
Dapat mentolerir makanan dalam 12 jam terakhir
a. Diet tanpa muntah kecuali pasien-Pasien
khemotherapi
b. Kemampuan
Dapat beralrtifrtas sendiri tanpa dibantu
diri
Dapat buang air kecil sendiri tanpa kesulitan
c. Urine
dalam 12 jam terakhir
Kebutuhan analgetik parenteral tidak melebihi
satu kali dosis pemberian dalam 3 jarn ts1akhfu'
d. Analgetik kecuali pasien -pasien yang memang memerlukan
analgetik regular karena kondisi penyakitnya yang
menetap

3 Indikasi masuk ke Ucdlel Intentedlde Catc lmCl di Ruang Rawat


Inap Penyakit Dalam

a. Pasien dengan gangguan hemodinamik yarrg memerlukan pemantauan


ketat
b. Pasien dengan ancaman distress respirasi
c. Pasien yang memerlukan support inotropic, vasodilator, antihipertensi
intravena
d. Pasien yang memerlukan terapi insulin kontinyu yang kadar gula
darahnya dipantau tiap jam
e. Pasien dengan sepsis berat yalg tidak membutuhkan support
ventilator
f. Penanganan pasien-pasien dengan penyakit terminal dengan nyeri
berat
g. Pasien dengan disfungsi satu organ
h. Pasien dengan furfu Waming Sore lebih dari 7

4 Indikasi keluar dari iledlco,l Intennedla,fe Cdr€ (UICI di Ruang Rawat


Inap Penyakit Dalam

a. Pasien dengan hemodinamik yang sudah stabil


b. Pasien dengan ketoasidosis yang sudah dalam perbaikan

5. Indikasi masuk ke Hlgh Carz UnIt IHCUI di Ruang Rawat Inap


Kebidanan Alamanda

7
a. Pasien pre eklampsi yang tidak disertai dengan distress respirasi
b. Pasien peripartum kardiomyopati dengan hemodinarnik stabil
c. Pasien perdarahan peripartum yang memerlukan transfusi dengan
hemodinamik stabil

6 Indikasi keluar dari ,Itgh Crrre Un{t IECU) di Ruang Rav/at Inap
Kebidanan Alamanda

a Pasien dengan hemodinamik yang sudah stabil


b Dapat mentolerir makanan dalam 12 jnm terakht tanpa muntah
c Dapat beral<tifitas sendiri tanpa dibantu

7. Indikasi masuk ke Unlt LuLa E,atar (Eu;rta V^tg

a. Pasien tanpa distress respirasi


b. Luka bakar lebih dari l0o/o total bodU surfae area atau lebih dari 5%
pada anak anak.
c. Luka bakar di wajah, tangan, kaki, genital, perineum atau persendian
mayor
d. Luka bakar derajat 3 untuk semua kelompok umur
e. Luka bakar listrik termasuk luka bakar karena sambaran petir
f. Luka ba-kar karena zat kimia
g. Luka bakar inhalasi
h. Luka bakar pada pasien-pasien dengan penyakit medis yang sudah
ada sebelumnya yang akan menyebabkan pemulihan yang lama,
pengelolaan yang kompleks atau kematian
i. Pasien-pasien luka bakar dengan trauma penyerta (misalnya fraktur)
j. Luka bakar pada anak-anak
k. Pasien-pasien luka bakar yang memerlukan intervensi sosial,
emosional dan rehabilitasi yang lama.

8 Indikasi keluar dari Uatt LuLa Bntar (Eura AntQ

a. Hemodinamik stabil
b. Tidak ada masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Infeksi sudah teratasi
d. Asupan nutrisi enteral sudah optimal
e. Tidak terdapat gangguan irama jantung atau masalah di sistem
kardiovaskuler

9 Indikasi masuk ke l{eornz,ta,l and Pc,dla;H'c Intannedldc Unft fiPIUf di


Ruang Rawat Inap Parahyangan

8
a. Pasien dengan masalah respirasi kronis yang tidak memerlukan
bantuan ventilasi mekanik
b. Pasien dengan masalah sistem kardiovaskuler yang memerlukan obat-
obat inotropik atau vasopressor tanpa disertai dengan distress
respirasi
c. Pasien yang memerlukan pemantauan ketat akibat dari salah satu
atau lebih masalah pada sistem endokrin dan metabolik, hemostatis,
neurologis.
d. Pasien-pasien yang memerlukan total atau partial parenteral nutrisi

l0 Indikasi keluar dari lt&'onatol ortd Pgd;la,trlc Intenncdlate Unlt (IYPru)


di Ruang Rawat Inap Parahyangan

a. Keadaan umum pasien sudah stabil (hemodinamik, respirasi, dan


neurologis) dalam 24 ja,n.
b. Tidak memerlukan pemantauan khusus
c. Keluarga pasien dan tim perawatan NPIU setelah melalui berbagai
pertimbangan menganggap tidak ada manfaat melanjutkan perawatan
di NPIU

11 Indikasi masuk ke krdtac Hlgh Car: Unlt ICECUI di Cardiac Centre

a. Sindroma coroner akut resiko rendah


b. Gagal jantung kronis simptomatik
c. Penyakit katup jantung stabil
d. Penyakit pada aorta dan pericardium yang tidak mengancam jiwa
e. Penyakit jantung bawaan pada orarrg dewasa dengan parameter
fsiologi terkontrol.
f. Gangguan irama jantung yang memerlukan monitoring ketat termasuk
didalamnya blok trifasik dan bradiaritmia
g. Pasien pasien yang sedang mendapatkan terapi untuk jantungrr.ya
yang memerlukan monitoring hemodinamik kontinyu
h. Post infark miokard yang stabil lebih dari 48 jam
i. Pasien-pasien post pemasangan pacemaker pennanen dengan kondisi
stabil

12 Indikasi keluar dari Catdlac Hlgh Care Unlt ICECUf di Cardiac Centre

a. Hemodinamik stabil
b. Pasien tidak memerlukan monitoring kettat
c. Dosis obat-obat inotropik atau vasopressor minimal

9
13 Indikasi masuk ke l{clttosutgtcal CrafJr'o,l Ccrc Un{t lIfCCUf

a. Pasien-pasien dengan GCS < 15 dengan hemodinamik tidak stabil


b. Pasien-pasien dengan GCS < 14 dengan tanda-tanda lateralisasi (mini
neurological state)
c. Pasien-pasien dengan GCS < 13 dengan tanda-tanda peningkatan
tekanan intracranial
d. Pasien-pasien dengan GCS < 8.
e. Pasien-pasien yang mengalami cedera otak dengan defisit neurologis
progresif dan belum terdapat indikasi operasi
f. Pasien dengan hasil CT scan kepala abnorrral yang belum didapatkan
indikasi untuk intervensi operasi.
g. Pasien yang memerlukan bantuan terapi inotropik, vasopressor dan
atau antihipertensi intravena.
h. Pasien pra bedah yang memerlukan pemantauan hemodina'nik ketat
i. Pasien pasca operasi yang memerlukan observasi monitoring ketat
j. Pasien pasca operasi tulang belakang dengan perdarahan massif atau
dengan syok spinal.
k. Pasien-pasien pasca operasi bedah saraf dengan gangguan
keseimbangan elektrolit dan / atau cairan.

14 Indikasi keluar dari l{eutosurglcol Ctttico,l Carc Untt INCCU}

a. Pasien dengan peningkatan GCS dan / atau perbaikan keadaan umum


b. Pasien dengan hemodinamik yang sudah stabil dan / atau sudah tidak
lqgi memerlukan pemantauan hemodinamik secara ketat
c. Pasien yang sudah tidak lagi memerlukan bantuan terapi inotropik,
vasopressor dan atau antihipertensi intravena
d. Pasien-pasien pasca operasi bedah saraf yang tidak lagi mengalarni
peningkatan tekanan intracranial dan / atau sudah tidak terdapat
tanda tanda lateralisasi
e. Pasien-pasien pasca operasi tulang belakang dengan hemodinamik
stabil, napas spontan, tidak ada tanda-tanda perdarahan massif dan
tidak ada ancam€rn gangguan pernapasErn dan / atau syok spinal.

l5 Indikasi masuk ke Hlgh Care Unlt (HCll) Ruang Rawat Pediatrik Kenanga

Kelehaa rcrplratorll
a. Pasien yang memerlukan ventilasi mekanik menggunakan trakeostomi,
biasanya pada anak dengan insufisiensi respiratorik kronik
b. Pasien dengan kelainan paru progresif (saluran nafas bawah atau atas)
dengan derajat sedang, n.rmun berisiko progresif menjadi qagal nafas
atau kemungkinan obstruksi
c. Pasien yang seczEa akut memerlukan dukungan oksigen (dengan

10
fraksi oksigen0'5), tanpa melihat sebab
>
d. Pasien dengan trakeostomi menetaP
e. Pasien yang memerlukar pemantauan apnea dan kardiorespirasi'

Kclalnu Lardlorrarkuler
a. Pasien dengan disritmia yang tidak mengancarn nyawa, dengan atau
tanpa keperluan terhadap intervensi kardioversi
b. Pasien dengan kelainan kardiologi yang memerlukan inotropik
intravena atau vasodilator dosis rendah
c. Pasien yang telah dj.lakukan prosedur kardiologi risiko tinggi yang
memerlukan monitoring ketat dan tidak memiliki gangguan
hemodinamik atau respiratori
d. Pasien yang telah dilakukan prosedur kardiovaskular tertutup atau
pembedahan intravascular, termasuk koreksi patent ducttts arTeriostts,
shunt vascular, pemasangan permanent pace maker, darr torakotomi
terbuka yang fidaft 66miliki gangguan hemodinatnik atau respiratori.

Kelalnan treurologlr
a. Pasien dengan kejang yang berespon terhadap terapi tetapi
memerlukan monitoring kardiorespiratori kontinyu yang tidak
merniliki kelainan hemodinemik, namun memiliki kecenderungan
untuk kelainan respiratori
b. Pasien dengan gangguan sensoris pada pasien yang tidak terdapat
deteriorasi atau depresi neurologis dan memerlukan penilaian
neurologis
c. Pasien post-operasi newosurgicol yang memerlukan monitoring
kardiorespirasi
d. Pasien dengan inllamasi akut atau infeksi susunan saraf pusat tanpa
disertai defrsit neurologis atau komplikasi lain
e. Pasien trauma kepala tanpa tanda dan gejala neurologis yang progresif
f. Pasien dengan disfungsi neuromuscular yang progresif tanpa
gangguan sensoris yang memerlukan monitoring kardiorespirasi.

IIolahan hematologl/ ontologt


a. Pasien dengan anemia berat tanpa kelainan hemodinamik atau
respiratori
b. Pasien dengan komplikasi sedang pada penyakit si&le ell crisis,
seperti distress pernafasan, tar::pa acate chest sgnd"rome
c. Pasien trombositopenia, anelnia, neutropenia, atau tumor solid yang
memiliki risiko kelainan kardiopulmonal namun saat ini stabil dan
memerlukan monitoring kardiorespiratori yang ketat

11
Kclalna,r endotrln/netabollL
a. Pasien dengan ketoasidosis diabetikum sedang (kadar gula darah <5O0
mg/dl atau pH > 7.21yang memerlukan terapi insulin intravena tanpa
gangguan sensoris
b. Pasien dengan kelainan elektrolit sedang dan/atau abnormalitas
metabolik (memerlukan monitoring kardiak dan intervensi terapeutik),
seperti:

Hipokalemia (kadar kalium darah <2.0 mEq) darr hiperkalemia


(kadar kalium darah >6.0 mEq)
Hiponatremia dan hipernatremia dengan gangguan status klinis
(seperti kejang atau gangguan kesadaran)
Hipokalsemia atau hiperkalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Asidosis metabolik sedang yalg memerlukan infus bikarbonat.

c. Pasien dengan inborn errots of metabolism yang memerlukan


monitoring kardiore spiratori

t(61?lnaa gartrolntestlad
a. Pasien dengan perdarahan gastrointestinal akut namun tidak memiliki
instabilitas hemodinamik atau respiratori
b. Pasien dengan benda asing pada gastrointestinal atau kelainan
gastrointestinal lain yang memerlukan endoskopi emergensi tetapi
tidak memiliki kelainan kardiorespiratori
c. Pasien dengan kelainan gastrointestinal kronik atau insufisiensi
hepatobilier, namun tidak dalam kondisi koma, instabilitas
hemodinamik atau respiratori.

Pombedahan
a. Pasien setelah pembedahan kardiovaskular
b. Pasien setelah pembedahan torak
c. Pasien setelah tindakat neurosurgical
d. Pasien setelah pembedahan jalan nafas atas atau bawah
e. Pasien setelah pembedahan kraniofasial
f. Pasien trauma torak atau abdomen
g. Pasien dengan multiple traumatic injuries

Kelahan gfajal
a. Pasien dengan hipertensi tanpa kejang, ensefalopati, atau gejala lain,
nzrmun memerlukan terapi intravena berkala-intermitten atau
medikasi oral
b. Pasien dengan sindroma nefrotik tanpa komplikasi (tanpa melihat

\2
sebab) dengan hipertensi kronik dan memerlukan monitoring tekanan
darah berkala
c. Pasien dengan gagal grnjal, tanpa melihat sebab
d. Pasien yang memerlukan hemodialis kronik atau peritoneal dialisa

Uultblrtem daa pelyaHt latn


a. Pasien yang memerlukan aplikasi telodk tertentu, misalnya:
- Penggunaan alat bantu respiratori, seperti confinuous positie airutag
pressu/e, bileel posittue airwag pressure, atau chronic tame
uentilation.
- Trakeostomi yang memerlukan higienitas puknoner dan suction
berkala.
- Drainase pleural atau pericardial setelah stabilisasi awal (untuk
pasien yang tidak memiliki kelainan respirasi atau hemodinamik)

b. Pasien yang datang langsung dari fasilitas kesehatan lain di luar


rumah sakit (mungkin langsung dirujuk untuk perawatan
intermediate)

c. Pasien yang tertelan bahan toksik tanpa komplikasi dan tidak memiliki
masalah kardiovaskular atau respiratory dan memerlukan
pemantauan kardiorespiratori

16 Indikasi keluar dari Hfgh Care Unlt fiICQ Ruang Rawat Pediatrik
Kenanga

a. Apabila kondisi pasien mengalami perburukan maka pasien harus


dipindahkan ke ruangarr pediatic inter*iue are unit.

b. Pasien harus ditransfer ke ruang rawat biasa atau dipulangkan dari


rumah sakit apabila sesuai dengan kriteria berikut:

- Pasien telah stabil hemodinamik minimal 6-12 jam


- Pasien telah stabil kondisi respiratori dan telah ekstubasi disertai
bukti pertukaran gas yang baik lebih dari 4 jam
- Pasien hanya perlu konsumsi oksigen yang minimal yaitu
dibuktikan dengan fraksi oksigen inspirasi 0.4 atau kurang
- Tidak diperlukan dukungan inotropic, vasodilator, darr antiaritmia
atau apabila memungkinkan, medikasi ini diberikan dalarn dosis
rendah pada pasien yarg stabil, di ruang yang telah disesuaikan
- Cardiqc arrhgtfunio.s yang terkontrol untuk periode tertentu namun
tidak kurang dari 24 jam
- Pasien memiliki stabilitas neurologis dan kejang yang terkontrol

13
untuk kurun waktu tertentu
- Seluruh alat pemantauan hemodinamik telah tidak digunakan
(termasuk akses intra arteri)
- Pasien yang memerlukan peritoneal dialisa atau hemodialysis secara
rutin, sehingga pasien ini dapat mendapatkan tatalaksana sebagai
pasien rawat jalan.
- Dengan mempertimbangkan intervensi multidisiplin, pasien sudah
dapat memenuhi kriteria dirawat diruang rawat umum

17 Indikasi masuk llkarctogEr Intenncdtate Ccru (J{IC,f Ruang AzaJea

1. Pasen stroke iskemik:


a. Yang akan dilakukan terapi trombolisis
b. Yang memerlukan monitoring ketat tekanan darah atau
perlu terapi antihipertensi intravena (TDS > 22O mmHg dan/
atau TDD > l2O mmHg Atau TD >185/ I lO mmHg bila akan
diberikan terapi trombolitik)

2. Pasen stroke perdarahan:


a. Yang disertai tanda dan gejala peningkatan tekanan
intrakranial, dan memerlukan monitoring ketat kesadaran
serta tanda-tanda vital lainnya (GCS < l3).
b. Yang memerlukan monitoring ketat tekanan darah atau
perlu terapi antihipertensi intravena (TDS > 180 mmHg dan/
atau TDD > 105 mmHg)

3. Pasen status epileptikus yang sudah teratasi dalam ljatn lspi


masih memerlukan monitoring adanya kejang, kesadaran dan
tanda-tanda vital

4. Pasen tetanus umum grade > 3, dengan spasme umum yang cukup
terkontrol dengan dosis diazepam 10-12 ampul iv / hari, gangguan
otonom yang ringan (hiperhidrosis tapi nadi dan tekanan darah
masih cukup stabil), sudah terpasang trakheostomi dan belum
memerlukan bantuan ventilator (RR s 24, saturasi 02 > 95/o
dengan 02 nasal atau sungkup sederhana)

5. Pasen polineuropati akut yang defisit neurologinya masih


bertarnbah berat tapi belum memerlukan bantual ventilator
(kapasitas vital paru > 15 ml/ kgBB, RR < 24, saturasi 02 > 95yo
dengan 02 nasal atau sungkup sederhana)

6. Pasen impending krisis myasthenia gravis dimana kelumpuhannya


bertambah buruk dari biasanya/ disertai disfagia/ disfoni tapi
belum memerlukan bantuan ventilator (kapasitas vital paru > 15
mI/ kgBB, RR < 24, saturasi 02 > 95o/o dengan 02 nasal atau
sungkup sederhana)

t4
7. Pasen-pasen SOL intrakranial dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial yangjelas yaitu nyeri kepala,
muntah proyektil, penurunan kesadaran dengan / tanpa disertai
Sindroma Cushing (penurunan kesadaran (GCS <12), hipertensi
dan bradikardi).

8. Pasen-pasen infeksi susunan saraf pusat yang memerlukan


monitoring ketat kesadaran, kejang dan tanda-tanda vital lainnya.

9. Pasen-pasen cedera kepala sedang - berat yang memerlukan


monitoring ketat kesadaran, kejang dan tanda-tanda vital lainnya.

10. Pasen-pasen cedera medula spinalis terutama dengan cedera leher


yang berpotensi mengalami gangguan pernafasan.

I 1. Pasen-pasen neurologi lainnya :


a. Yang mengalerni gangguan kesadaran akibat gangguan
metabolik (ensepalopati metabolik) sehingga perlu
monitoring yang ketat
b. Yang mengalami gangguan kardiovaskuler sehingga perlu
dukungan obat-obat vasopressor atau inotropik
c. Yang memerlukan terapi insulin drip dan perlu monitoring
glukosa dara-h serial setiap I sd 4 jam
d. Yang mengalami gangguan keseimbangan cairan sehingga
memerlukan monitoring ketat intake - output, misalnya
pasen dengan komplikasi SIADH/ CSWS/ gangguan ginjal/
gangguan GIT atau kelainan jantung
e, Yang mengalami gangguan keseimbangan asam basa/
elektrolit dan perlu koreksi intravena (misalnya: hipo/
hipernatremi; hipo/ hiperkalemi; hipo/ hiperkalsemi, dll)
f. Yang mengalami kelainan jantung seperti CAD OMI, ACS
ringan, arrhytmia cordis, RHD, gagal jartung dengan
hemodinamik yarrg masih stabil
g. Yang mengalami komplikasi infeksi (pnemonia, ISK, dll) yang
disertai tanda dan gejala sepsis, dengan gangguan fungsi < 1
orgarn
h. Yang mengalami gangguan nutrisi dan perlu dukungan
nutrisi parenteral total/ parsial

lg Indikasi keluar dari l{eurclogy la;tcr'ntcdlc,te Canz (NIC) Ruaag Azalea

I. Pasen stroke iskemik:


a. Yang sudah dilakukan terapi trombolisis dengan nilai INR
yang normal dan kondisi hemodinamilmya stabil, tidak
memerlukan lagi monitoring tanda-tanda vital (TfV) dan
terapi antihipertensi diberikan peroral/ NGT
b. Tekanan darah stabil dengal antihipertensi yang diberikan
peroral/ NGT (TDS < 220 mmHg danf atau TDD < 12O
mmHg Atau MAP sudah turun 2070 dari sebelumnya) serta

15
tidak memerlukal monitoring ketat TMainnya.

2. Pasen stroke perdarahan:


a. Tanda dan gejala peninglatan tekanan intrakranial
(kesadaran, nyeri kepala, muntah) sudah membaik (GCS >
13) dan tidak memerlukan monitoring ketat TTV lainnya.
b. Tekanan darah stabil dengan terapi antihipertensi PO/ NGT
(TDS < 180 mmHg dan/ atau TDD < 105 mmHg)

3. Pasien status epileptikus yang sudah teratasi, kejang tidak ada/


jarang dengan kesadaran yang sudah komposmentis dan hasil EEG
bukan status konvulsivus

4, Pasen tetanus umum grade > 3, dengan spasme umum yang sudah
membaik dengan dosis diazepam < 1O ampul iv / hari, gangguan
otonom membaik dan TTV stabil, dan tidak ada komplikasi yang
berat (RR 3 24, saturasi 02 > 95o/ol

5. Pasen polineuropati akut yang defrsit neurologinya sudah


membaik/ tidak progresif legi serta TTV stabil (RR < 24, saturasi
02 > 95yo dengan 02 nasal atau sungkup sederhana)
6. Pasen impending krisis myasthenia gravis sudah membaik
kekuatan motoriknya dan disfagia/ disfoni perbaikan serta TTV
lainnya normal (RR < 24, saturasi 02 > 95o/o dengan 02 nasal atau
sungkup sederhana)

7. Pasen-pasen SOL intrakranial dengan gejala dan tanda


peningkatan tekanan intrakranial (nyeri kepala, muntah proyektil,
penurutran kesadaran) sudah membaik (GCS > 12) dengan TIV
lainnya stabil.

8. Pasen-pasen infeksi susunan saraf pusat yang sudah membaik


kesadarannya ( GCS > 12) dan tanda-tanda vital lainnya stabil,
didukuog juga oleh perbaikan hasil laboratorium.

9. Pasen-pasen cedera kepala sedang - berat yang sudah membaik


kedarannya (GCS > 12) dan tanda-tanda vital lainnya stabil.

lO.Pasen-pasen cedera medula spinalis terutama dengan cedera leher


yang sudah stabil TTVnya dan sudah dilakukan tindakan definitif
6ila rtiperlukan

I l. Pasen-pasen neurologi lainnya :

a. Yang mengalami ensefalopati metabolik sudah membaik


kesadarannya (GCS > f4) dan kelainan metabolik terkoreksi

b. Yang mengalarrri gangguan kardiovaskuler sudah tidak perlu


obat-obat vasopressor atau inotropik intravena dengan MAP

16
> 65 mmHg

c. Yang mengalami hiperglikemi dan sudah terkontrol dengan


antidiabet yang diberikan secara SC/ PO/ NGT (tidak perlu
insulin drip) serta tidak memerlukan monitoring ketat
glukosa darah (target GDS 15O -18O mgold

d. Yang mengalami gangguan keseimbangan cairan sudah


membaik dan tidak perlu monitoring ketat intake - output
e. Yang mengalami gangguan keseimbangan as"ttt basa/
elektrolit sudah membaik dan tidak perlu koreksi intravena

f. Yang mengalami kelainan jantung seperti CAD OMI, ACS


ringa, arrhytmia cordis, RHD, gagal jantung sudah membaik
atau tetap stabil hemodinamilmya

g. Yang mengal.'ni komplikasi infeksi sudah teratasi infeksinya


dan perbaikan gejala sepsis serta perbaikan pada fungsi
organ yang terganggu

h. Yang mengalami gangguan nutrisi sudah membaik dan tidak


perlu dukungan nutrisi parenteral

TX FOI.A OPERASIOITAL IICU

1 Sebelum pasien dimasukkan ke HCU, pasien dan/ataukeluarganya


harus mendapatkan penjelasarr secara lengkap mengenai dasar
pertimbangan mengapa pasien harus mendapatkan perawatan di HCU,
serta tindakan kedokteran yang mungkin akan ditakukan selama pasien
dirawat di HCU.

2 Penjelasan seperti tersebut diatas diberikan oleh DPJP HCU atau dokter
yang bertugas.

J Atas penjelasan tersebut, pasien dan/atau keluarganya diharapkan


mengerti dan dapat menerima/menyatakan persetujuan untuk dirawat di
HCU.

4 Persetujuan dinyatakan dengan menandatangani formulir informed


@nsent.

5 Pada keadaan sarana dan prasarErna HCU yang terbatas pada suatu
rumah sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila
kebutuhan atau permintaan akan pelayanan HCU lebih tinggi daripada
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.

17
6 Kepala HCU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan
pasien di HCU.

6 Bila kebutuhan masuk HCU melebihi tempat tidur yang tersedia, maka
kepala HCU harus menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,
pasien mana yang akan dirawat di HCU.

7 . Prosedur untuk melaksanakan kebijakan ini harus dijelaskan secara


nncl

X PERAN K(X)RDINASI DAIT INTEIORASI DALAU KER.IA SAUA TIU


Dengan mempertimbangkan keadaan pasien, maka sistem ke{a tim
multidisplin adalah sebagai berikut

1 Sebelum masuk HCU, dokter yang merawat pasien melakukan evaluasi


pasien sesuai bidangnya dan memberi pandangan atau usulan terapi.

c DPJP HCU melakukan evaluasi menyeluruh, mengambil kesimpulan,


memberi instruksi terapi dan tindakan secara tertulis dengan
mempertimbangkan usulan anggota im lainnya.

3 DPJP HCU berkonsultasi pada konsultan lain dengan mempertimbangkan


usulan-usulan anggota tim.

]U MOMTORII{G DAN ITEPATI'HATT STAFF UEDIS

I Staff medis harus terbiasa dan mematuhi kebijakan High Care Unit di
RSUP dr Hasan Sadikin Bandung

) Para kepala instalasi, unit ke{a, manqier on duty dan case manajer
bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan pada kebijakan ini.

18

Anda mungkin juga menyukai