SK Dirut Tentang Ruang Rawat High Care Unit (Hcu)
SK Dirut Tentang Ruang Rawat High Care Unit (Hcu)
SK Dirut Tentang Ruang Rawat High Care Unit (Hcu)
KESATU Kebijakan Ruang Rawat High Carc Unit (HCU) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung sebagaimana tercantum dalam l,ampiran
Keputusan ini.
KEDUA Kebijakan Ruang Rawat High C;are Unit (HCU) di RSUP Dr. Hasan
Sadikin Bandung dipergunakan sslagai acuan dalam
penyelenggaraan pelayanan di Ruang Rawat High Care Unit (HCU)
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Ditetapkan di : Bandung
Pada tanggal : 26 November 2015
R UTAMA,
Y
t
Q*
islPfi.fA: i'. ^
AYI BARSARI
NI 11091984102001
L
Lampiran
Keputusan Direktur Utama
RSUP Dr Hasan Sadikin Bandung
Nomor : HK.O2.04/EOl 3 I 18460 lXl / 2Ol5
Tanggal : 26 November 2015
Tentang
Kebijakan High Care Unit di RSUP dr Hasan
Sadikin Bandung
I. PEITDAHIILUAIT
Untuk mewujudkan pelayanan HCU yang optimal perlu adanya kebijakan tata
kelola manajemen tertulis meliputi uraian tugas dan tanggung jawab yang
terinci maupun secara klinis / teknis medis yang dituangkan dalam standar
prosedur operasional HCU.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang optimal dari program pelayanan
HCU di rumah sakit perlu ditata pengorganisasian pelayanan dengan tugas
dan wewenang yang jelas dan terinci baik secara administratif maupun secara
teknis, yang disesuaikan dengan jenis dan kelas rumah sakit, sarana,
prasarana dan peralatan serta ketenagaan.
Di RSUP Dr Hasan Sadikin, yang termasuk dalam High Care Unit adaJah
1
6. Unit Luka Bakar (Bum Unit)
7. Neonatai an-d Pediatric Intermediate Unit (NPIU) di Ruang Rawat Inap
Parahyangan
8. High Care IJnit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kebidanan Alamanda
9. Neurostrgical Citical Care Unit (NCCU)
10. High Care tJnit (HCU) di Ruang Rawat Inap Pediatrik Kenanga
ll. Neurolqg Internadiate Care (NIC) di Ruang Rawat Inap Azalea
l. Maksud
2. T\rjuan
i Pelayanan HCU ditujukan untuk pasien dengan kondisi kritis stabil dari
fungsi respirasi, hemodinamik dan kesadaran namun masih memerlukan
pengobatan, perawatan dan pemantauan secara ketat.
2 Fokus pelayanan HCU adalah pasien pasien dengan kondisi kritis stabil
yang membutuhkan pelayanan, pengobatan dan pemantauan secara
ketat tanpa penggunaan alat bantu (misalnya ventilator).
l. Pemantauan
a. Tingkat kesadaran.
2
b. Fungsi pemapasan dan sirkulasi dengan interval waktu minimal 4
(empat)iam atau disesuaikan dengan keadaan pasien.
c, Oksigenasi dengan menggunakan oksimeter secara terus menerus.
d. Keseimbangan cairan dengan interval waktu minimal 8 (delapan) jam
atau disesuaikan dengan keadaan pasien.
2. Penanganan
Bantuan Hidup Dasar lBasic Life SLpport) dan Bantuan Hidup Lanjut
(Aduanred Life $ryWrtll
c. Sirkulasi (Ciratlationl
Dokter HCU harus mampu melakukan resusitasi cairan, tindakan
defibrilasi dan tindakan kompresi jantung luar.
3. Terapi oksigen.
3
V. NTTENAGAAN
Tenaga yang terlibat datam perayanan HCU terdiri dari tenaga dokter spesialis,
dokter umum dan perawat.
a. High Care Unit (HCU) di Ruang Rawat Inap Kemuning, DPJP utama
Spesialis Anestesi
f. Unit Luka Bakar (Bum Unit), DPJP utama Spesialis Bedah Plastik
4
VI ALI'R PELAYAITAIT
Pasien yang memerlukan pelayanan HCU sesuai indikasinya adalah:
2 Pasien dari kamar operasi atau kamar tindakan lain seperti: kamar
bersalin, ruang endoskopi, ruaag dialisis, dan sebagainya
Penentuan kriteria pasien masuk dan keluar HCU dan pasien yang tidak
dianjurkan untuk dirawat di HCU ditentukan berdasar lciteria sebagai berikut:
1. Kriteria masuk
2. Kriteria keluar
5
a. Hlghcat? Ua{t (HCU) di Ruang Rawat Inap Kemuning
b. Htgh Cat€ Unlt {ECU) di Ruang Rawat Inap Parahyangan
c. Interrrt dtolto Htgh Cdrz (IHC) di Instalasi Gawat Darurat
c. Pulse
50 - IOO kali / menit ( > 45 kali / menit jika
pasien meminum beta blocker)
6
d. Respirasi 12-30 kali / menit
Fuagslonal
Dapat mentolerir makanan dalam 12 jam terakhir
a. Diet tanpa muntah kecuali pasien-Pasien
khemotherapi
b. Kemampuan
Dapat beralrtifrtas sendiri tanpa dibantu
diri
Dapat buang air kecil sendiri tanpa kesulitan
c. Urine
dalam 12 jam terakhir
Kebutuhan analgetik parenteral tidak melebihi
satu kali dosis pemberian dalam 3 jarn ts1akhfu'
d. Analgetik kecuali pasien -pasien yang memang memerlukan
analgetik regular karena kondisi penyakitnya yang
menetap
7
a. Pasien pre eklampsi yang tidak disertai dengan distress respirasi
b. Pasien peripartum kardiomyopati dengan hemodinarnik stabil
c. Pasien perdarahan peripartum yang memerlukan transfusi dengan
hemodinamik stabil
6 Indikasi keluar dari ,Itgh Crrre Un{t IECU) di Ruang Rav/at Inap
Kebidanan Alamanda
a. Hemodinamik stabil
b. Tidak ada masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
c. Infeksi sudah teratasi
d. Asupan nutrisi enteral sudah optimal
e. Tidak terdapat gangguan irama jantung atau masalah di sistem
kardiovaskuler
8
a. Pasien dengan masalah respirasi kronis yang tidak memerlukan
bantuan ventilasi mekanik
b. Pasien dengan masalah sistem kardiovaskuler yang memerlukan obat-
obat inotropik atau vasopressor tanpa disertai dengan distress
respirasi
c. Pasien yang memerlukan pemantauan ketat akibat dari salah satu
atau lebih masalah pada sistem endokrin dan metabolik, hemostatis,
neurologis.
d. Pasien-pasien yang memerlukan total atau partial parenteral nutrisi
12 Indikasi keluar dari Catdlac Hlgh Care Unlt ICECUf di Cardiac Centre
a. Hemodinamik stabil
b. Pasien tidak memerlukan monitoring kettat
c. Dosis obat-obat inotropik atau vasopressor minimal
9
13 Indikasi masuk ke l{clttosutgtcal CrafJr'o,l Ccrc Un{t lIfCCUf
l5 Indikasi masuk ke Hlgh Care Unlt (HCll) Ruang Rawat Pediatrik Kenanga
Kelehaa rcrplratorll
a. Pasien yang memerlukan ventilasi mekanik menggunakan trakeostomi,
biasanya pada anak dengan insufisiensi respiratorik kronik
b. Pasien dengan kelainan paru progresif (saluran nafas bawah atau atas)
dengan derajat sedang, n.rmun berisiko progresif menjadi qagal nafas
atau kemungkinan obstruksi
c. Pasien yang seczEa akut memerlukan dukungan oksigen (dengan
10
fraksi oksigen0'5), tanpa melihat sebab
>
d. Pasien dengan trakeostomi menetaP
e. Pasien yang memerlukar pemantauan apnea dan kardiorespirasi'
Kclalnu Lardlorrarkuler
a. Pasien dengan disritmia yang tidak mengancarn nyawa, dengan atau
tanpa keperluan terhadap intervensi kardioversi
b. Pasien dengan kelainan kardiologi yang memerlukan inotropik
intravena atau vasodilator dosis rendah
c. Pasien yang telah dj.lakukan prosedur kardiologi risiko tinggi yang
memerlukan monitoring ketat dan tidak memiliki gangguan
hemodinamik atau respiratori
d. Pasien yang telah dilakukan prosedur kardiovaskular tertutup atau
pembedahan intravascular, termasuk koreksi patent ducttts arTeriostts,
shunt vascular, pemasangan permanent pace maker, darr torakotomi
terbuka yang fidaft 66miliki gangguan hemodinatnik atau respiratori.
Kelalnan treurologlr
a. Pasien dengan kejang yang berespon terhadap terapi tetapi
memerlukan monitoring kardiorespiratori kontinyu yang tidak
merniliki kelainan hemodinemik, namun memiliki kecenderungan
untuk kelainan respiratori
b. Pasien dengan gangguan sensoris pada pasien yang tidak terdapat
deteriorasi atau depresi neurologis dan memerlukan penilaian
neurologis
c. Pasien post-operasi newosurgicol yang memerlukan monitoring
kardiorespirasi
d. Pasien dengan inllamasi akut atau infeksi susunan saraf pusat tanpa
disertai defrsit neurologis atau komplikasi lain
e. Pasien trauma kepala tanpa tanda dan gejala neurologis yang progresif
f. Pasien dengan disfungsi neuromuscular yang progresif tanpa
gangguan sensoris yang memerlukan monitoring kardiorespirasi.
11
Kclalna,r endotrln/netabollL
a. Pasien dengan ketoasidosis diabetikum sedang (kadar gula darah <5O0
mg/dl atau pH > 7.21yang memerlukan terapi insulin intravena tanpa
gangguan sensoris
b. Pasien dengan kelainan elektrolit sedang dan/atau abnormalitas
metabolik (memerlukan monitoring kardiak dan intervensi terapeutik),
seperti:
t(61?lnaa gartrolntestlad
a. Pasien dengan perdarahan gastrointestinal akut namun tidak memiliki
instabilitas hemodinamik atau respiratori
b. Pasien dengan benda asing pada gastrointestinal atau kelainan
gastrointestinal lain yang memerlukan endoskopi emergensi tetapi
tidak memiliki kelainan kardiorespiratori
c. Pasien dengan kelainan gastrointestinal kronik atau insufisiensi
hepatobilier, namun tidak dalam kondisi koma, instabilitas
hemodinamik atau respiratori.
Pombedahan
a. Pasien setelah pembedahan kardiovaskular
b. Pasien setelah pembedahan torak
c. Pasien setelah tindakat neurosurgical
d. Pasien setelah pembedahan jalan nafas atas atau bawah
e. Pasien setelah pembedahan kraniofasial
f. Pasien trauma torak atau abdomen
g. Pasien dengan multiple traumatic injuries
Kelahan gfajal
a. Pasien dengan hipertensi tanpa kejang, ensefalopati, atau gejala lain,
nzrmun memerlukan terapi intravena berkala-intermitten atau
medikasi oral
b. Pasien dengan sindroma nefrotik tanpa komplikasi (tanpa melihat
\2
sebab) dengan hipertensi kronik dan memerlukan monitoring tekanan
darah berkala
c. Pasien dengan gagal grnjal, tanpa melihat sebab
d. Pasien yang memerlukan hemodialis kronik atau peritoneal dialisa
c. Pasien yang tertelan bahan toksik tanpa komplikasi dan tidak memiliki
masalah kardiovaskular atau respiratory dan memerlukan
pemantauan kardiorespiratori
16 Indikasi keluar dari Hfgh Care Unlt fiICQ Ruang Rawat Pediatrik
Kenanga
13
untuk kurun waktu tertentu
- Seluruh alat pemantauan hemodinamik telah tidak digunakan
(termasuk akses intra arteri)
- Pasien yang memerlukan peritoneal dialisa atau hemodialysis secara
rutin, sehingga pasien ini dapat mendapatkan tatalaksana sebagai
pasien rawat jalan.
- Dengan mempertimbangkan intervensi multidisiplin, pasien sudah
dapat memenuhi kriteria dirawat diruang rawat umum
4. Pasen tetanus umum grade > 3, dengan spasme umum yang cukup
terkontrol dengan dosis diazepam 10-12 ampul iv / hari, gangguan
otonom yang ringan (hiperhidrosis tapi nadi dan tekanan darah
masih cukup stabil), sudah terpasang trakheostomi dan belum
memerlukan bantuan ventilator (RR s 24, saturasi 02 > 95/o
dengan 02 nasal atau sungkup sederhana)
t4
7. Pasen-pasen SOL intrakranial dengan gejala dan tanda
peningkatan tekanan intrakranial yangjelas yaitu nyeri kepala,
muntah proyektil, penurunan kesadaran dengan / tanpa disertai
Sindroma Cushing (penurunan kesadaran (GCS <12), hipertensi
dan bradikardi).
15
tidak memerlukal monitoring ketat TMainnya.
4, Pasen tetanus umum grade > 3, dengan spasme umum yang sudah
membaik dengan dosis diazepam < 1O ampul iv / hari, gangguan
otonom membaik dan TTV stabil, dan tidak ada komplikasi yang
berat (RR 3 24, saturasi 02 > 95o/ol
16
> 65 mmHg
2 Penjelasan seperti tersebut diatas diberikan oleh DPJP HCU atau dokter
yang bertugas.
5 Pada keadaan sarana dan prasarErna HCU yang terbatas pada suatu
rumah sakit, diperlukan mekanisme untuk membuat prioritas apabila
kebutuhan atau permintaan akan pelayanan HCU lebih tinggi daripada
kemampuan pelayanan yang dapat diberikan.
17
6 Kepala HCU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi perawatan
pasien di HCU.
6 Bila kebutuhan masuk HCU melebihi tempat tidur yang tersedia, maka
kepala HCU harus menentukan berdasarkan prioritas kondisi medik,
pasien mana yang akan dirawat di HCU.
I Staff medis harus terbiasa dan mematuhi kebijakan High Care Unit di
RSUP dr Hasan Sadikin Bandung
) Para kepala instalasi, unit ke{a, manqier on duty dan case manajer
bertanggung jawab untuk memastikan kepatuhan pada kebijakan ini.
18