Cerpen Pendidikan 2020

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

Cerpen Pendidikan – Menjelang Ujian

Tengah Semester
Cerpen pendidikan – Deni duduk termenung di meja belajarnya. Jam dinding menunjuk
angka 4. petang ini, Ia berniat akan belajar semaksimal mungkin. karena besok akan
diadakan UTS atau ujian tengah semester akan dilaksanakan serentak di seluruh SMA di
DKI Jakarta. Deni tampak bingung mau mulai belajar darimana. Langsung saja ia
membuka tas dan ternyata ada soal ulangan tahun lalu yang barusaja ia fotokopi tadi siang
dari kawan nya. “Soal ulangan tengah semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012.
Pelajaran : Sejarah” begitulah kop atau kepala soal yang tertera pada lembaran itu.”
Lumayan lah buat latihan” katanya dalam hati. Tanpa basa-basi Deni mengambil pulpenya
dan mengisi soal itu.

Ada beberapa soal yang sudah ia kuasai seperti teori/hipotesis masuknya agama Hindu ke
Indonesia. Hipostesis Waisya yang menyatakan bahwa agama Hindu dibawa oleh para
pedagang dari tempat asal mereka yaitu dari India. Hipotesis Brahmana menyatakan
Brahman atau pendeta dalam agama hindu yang menyebarkanya. Ada juga Hipotesis
Ksatria yang menekankan bahwa wilayah Indonesia dijajah oleh para Ksatria yang
melarikan diri dari india. Ada lagi Hipotesis Nasional yang menyebutkan bahwa bangsa
Indonesia sendirilah yang berperan aktif dalam menyebarkan Hinduism di tanah air.
Banyak dari soal-soal itu belum terjawab olehnya. seperti soal nomer 28 : Aliran Budha
mengandung arti “kendaraan besar” yang artinya… dan banyak lagi yang belum terjawab.
terhitung lebih dari 20 soal yang masih belum terjawab. “ah ini mah soalnya gampang tapi
jawabanya susah” ia cekikikan dengan maksud menghibur diri.

“latihan soal aja udah susah gini apalagi UTS beneran” bisiknya dalam hati. Diibaratkan
menaiki anak tangga, semakin ke atas semakin berat. sama seperti soal yang dihadapi Deni.
jika tidak diselesaikan, sama saja kalah sebelum bertarung. Semua materi ternyata ada di
text book. Text book yang tebalnya “asdfgh” dibuka juga. dari situ dia mulai membaca
sejarah kerajaan di nusantara.

Dimulai dari kerajaan Kutai. Kerajaan kutai merupakan kerajaan hindu yang beraliran
“siwa”. siwa merupakan dewa hindu yang disebut-sebut sebagai dewa pelebur atau Dewa
pemusnah. Dewa siwa memusnahkan hal-hal yang tidak diperlukan bagi manusia. Dan
kerajaan ini didirikan sekitar 4 M di dekat sungai Mahakam, kalimantan timur. Raja yang
terkenal adalah raja Kudungga, Asmawarman, dan Mulawarman. Ketiga raja ini terkenal
karena keunikanya masing-masing. Konon, Raja Kudungga merupakan nama asli orang
indonesia, sehingga dicatat sejarah. Raja Asmawarman adalah raja kutai pertama yang
beragama Hindu dan disebut juga sebagai pendiri dinasti. Raja Mulawarman pernah
menghadiahkan 20.000 ekor lembu kepada para brahmana. Ia disebut dalam yupa sebagai
raja paling agung. Kadang sulit dibayangkan dari mana lembu sebanyak itu didapat.
Apakah kesalahan penulisan angka atau mungkin lembu-lembu pada jaman itu musim
kawinya tiap 3 hari dan sekali beranak keluar tiga (?)

Di Halaman berikutnya dibahas kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara juga


merupakan kerajaan hindu. Bedanya terletak pada aliranya, yang mana tarumanegara
menganut hindu wisnu. Peninggalanya berupa beberapa prasasti. Yang paling sering
disebut adalah prasasti tugu yang memuat tentang pembangunan saluran gomati sepanjang
6112 tombak atau kurang lebih 12 km. Setelah saluran gomati tersebut ramping, raja
purnawarman juga menghadiahkan 20.000 ekor kerbau kepada para brahmana. Semakin
jelaslah bahwa hadiah tersebut menjadi sebuah “tradisi” bagi kerajaan hindu di tanah air.
Juga ada prasasti jambu/koalengkak yang berisikan kehebatan raja purnawarman. Selain itu
ada juga prasasti kebon kopi, ciareteun dll.

Pada akhirnya deni dapat menjawab soal-soal tersebut dengan lancar jaya. Sama seperti
cerita ini yang lancar jaya dan adem ayem tanpa konflik antar tokoh. Tak ada niat
sedikitpun dari penulis untuk membuat cerita ini jadi menarik. Karena pada akhirnya
pembaca sudah mengenal satu babak penting yang berpengaruh pada sejarah indonesia.
Tamat

“Ahhh akhirnya selesai juga cerpenya” kata anton dalam hati


Suara ketikan yang berasal dari laptopnya juga terhenti. Tepat setelah kata tamat diketik
nya. Tokoh deni sebenarnya merupakan temanya sendiri. Bedanya dalam kehidupan nyata
Deni lebih malas belajar. Mungkin karena itulah Anton jadi lebih bisa mengimajinasikan
tokohnya secara bebas.
Cerpen Pendidikan – Semilir
Angin, Kapankah?
Cerpen pendidikan – “Praannggg….”
Bunyi itu pun terdengar sampai ke kamar Ridwan. ”suara apa itu?” ucapnya dalam hati.
Iapun melangkahkan kakinya dan mencari apa yang sedang terjadi. Tampak ibunya sedang
gemetar dan hanya diam terpaku di dapur. ”ada apa bu?” ucapnya. Ibunya terlihat pucat dan
berkata ”ibu tak sengaja memecahkannya. Apakah ini ada pertanda buruk?”. Diapun
teringat akan sosok ayahnya yang lagi terlibat konflik dengan desa sebelah. Kedua desa,
yaitu desa kanjuhuran dan kusangin memang tidak pernah akur selama beberapa tahun ini
dan mereka sering terlibat konflik berdarah.

Ridwanpun bergegas pergi keluar tanpa memikirkan tangannya yang luka. ”kamu mau
kemana nak?” ucap seorang ibu yang begitu sayang kepada anaknya itu ”lukamu belum
sembuh” sambungnya. Diapun langsung pergi menemui ayahnya. ”aku ingin bertemu ayah
bu” jawabnya dari kejauhan. ”Ya tuhan lindungilah anak dan suamiku” do’anya kepada
sang Maha Pencipta.
Sambil membersihkan beling yang berserakan, ibunya pun merasa gelisah. Bagaimana
tidak perkelahian minggu lalu saja telah melukai anaknya. Saat itu Ridwan disabet
menggunakan parang dan lukanya cukup serius. Untung saja ia masih bisa diselamatkan. Ia
takut hal yang sama akan terjadi pada suaminya. ”kapankah semua ini akan berakhir?”
tanyanya dalam hati. ”seperti tak ada habisnya” ujarnya. Diapun hanya bisa terduduk lemas
di depan pintu menanti kabar sang suami.

Desa Kanjuhuran dan desa Kusangin adalah dua desa yang bertetangga di kabupaten
simuba. Dulunya kedua desa hidup dengan rukun. Tapi beberapa tahun terakhir ini kedua
desa tampak tegang. Entah siapa yang memulai konflik ini. Tapi konflik ini terjadi tidak
lama setelah pak Mukhlis, yang juga ayahnya Ridwan diangkat warga desa sebagai kepala
desa.
Konflik kedua desa ini dilatarbelakangi oleh batas wilayah kedua kampung. Setiap ada
masalah kecil, kedua desapun menjadi tegang. Sudah beberapa kali dilakukan proses
perdamaian antara kedua kampung, dan sudah beberapa kali pula perjanjian itu hanya hitam
diatas putih.

Sudah banyak yang harus dikorbankan dari pertikaian antara kedua kampung. Mulai dari
waktu, harta benda, sampai kepada nyawa. Hidup damai dan tentram hanyalah menjadi
mimpi yang mungkin suatu saat akan menjadi kenyataan bagi kedua kampung.

Dari jauh terlihat seorang sosok yang sedang memapah orang yang terluka. ”mak, tolong
bapak mak! Bapak terluka” suara sosok itu dari kejauhan yang tidak terdengar jelas.
Sekejap saja sosok yang sedang duduk didepan pintupun beranjak dari peraduannya. Sosok
itupun segera berlari mendatangi kedua sosok itu. ”kenapa dengan bapak mu nak?” tanya
ibu yang tua renta itu. ”bapak tersabet parang mak” jawabnya sambil menghela nafas. ”aku
menemukannya di perbatasan desa” sambungnya. ”bawa bapakmu masuk” ucap ibu
syariah-ibu Ridwan-.

Akhirnya, konflik kedua desa dapat juga mereda. Pak Drajat-orang kepercayaan pak
Mukhlis- mau berunding dengan pak Rahmat-kades kusangin-. Dengan adanya
perundingan ini ketegangan dua desapun dapat dikurangi untuk sementara. Namun bukan
berarti konflik ini benar-benar berhenti. Sudah berulang kali perjanjian hanyalah jadi
perjanjian, tidak pernah direalisasikan dalam tindakan yang nyata. Kedua desa sepakat
untuk menghentikan konflik yang sedang berlangsung. Mungkin mereka sudah lelah
dengan semua yang terjadi. tapi demi harga diri mereka, hal itu mereka kesampingkan.
Bagi mereka lebih baik mati membela kampung dari pada harus mengalah dan
menyerahkan batas desa.

Haripun berlalu, kini tidak tampak lagi konflik badan antara kedua desa. Tetapi suasana
tegang antara kedua desa masih terasa. Warga kanjuhuran yang biasa mencari nafkah di
perbatasan kedua desapun tidak berani untuk mendekat dan bekerja. Mereka hanya
beraktifitas didalam kampung.

”maling…maling…” terdengar suara teriakan disubuh hari. Mendengar teriakan itu,


wargapun terbangun dan langsung mencari sumber teriakan. Dilihat warga dua orang suami
istri yang berdaya sedang terkapar di ruang tamu rumah mereka. Pintupun dalam keadaan
terbuka. Ternyata itu adalah pak Syukron dan istrinya. Maling tersebut tidak hanya
mengambil harta pak Syukron tapi juga melukai keduanya.

Dari kejauhan, tampak sosok yang sedang kekelahan seperti habis mengejar sesuatu.
”malingnya lari kesana” ucapnya terengeh-engeh. Ternyata itu adalah si Madin. Ia adalah
penjaga pos ronda. ”kemana?” tanya seorang warga untuk memperjelas. ”itu…” ucapnya
sambil. ”kemana?” tanya warga yang lain. ”kedesa sebelah”. ”apa?” wargapun mulai curiga
bahwa maling tersebut adalah warga desa kusangin.

Tiba-tiba ditengah mereka datanglah Ridwan yang terbangun karena teriakan tadi. ”ada apa
ini?” ucapnya keheranan. ”ini…pak Syukron kemalingan. Pak Syukron juga dibacok oleh
tu maling” ucap madi-salah seorang warga desa-.”malingnya lari kedesa kesebelah wan”
sambar Madin. Ridwanpun merasa heran dengan semua ini. Bagaimana mungkin
malingnya bisa dari desa sebelah. Perbatasan kedua desa saja dibatasi oleh dua orang
penjaga di masing-masing desa. ”sudahlah, biar aku yang akan menyelesaikannya.
Sekarang kalian bantu pak Syukron”
Ridwanpun bergegas pergi kerumah untuk menemui ayahnya. Sesampainya di rumah, ia
melihatnya ayahnya ada di ruang tamu bersama pak Drajat. Kebetulan waktu itu pak Drajat
sedang bermalam di rumah pak Mukhlis. Iapun segera menghampiri ayahnya. ”apa yang
terjadi tadi nak?” tanya ayahnya. ”rumah pak Syukron disatroni maling” jawabnya.
”maling?… pasti maling itu dari desa sebelah” sambung pak Drajat. ”kok bapak bisa tahu?”
tanya Ridwan keheranan. ”memang benar apa yang dikatakan pak Drajat, Ridwan?” tanya
ayahnya. ”kata pak Madin sih seperti itu” jawabnya.

Hati pak Mukhlispun memanas mendengar berita itu. ”bapak tenang saja. Belum tentu lagi
malingnya adalah warga desa sebelah. Kita harus membuktikannya” kata Ridwan yang
ingin kedua desa hidup dalam perdamaian. ”tak mungkin” sela pak Drajat. ”bapak tidak
percaya dengan pak Madin. Ia penjaga pos, tentu ia melihat kemana maling itu pergi!”
tambahnya. Pak Mukhlispun bingung dengan keadaan ini. Ia harus memilih antara anaknya
dan orang kepercayaannya. ”pak, sudahlah pak. Kita akhiri saja semua konflik ini. Tidak
ada gunanya konflik yang terus berkepanjangan ini” ucap Ridwan mencoba untuk
membuka hati ayahnya. ”tidak bisa!!” sambar pak Drajat.”ini adalah demi harga diri. Kalau
kita berdamai kepada mereka, berarti kita kalah” sambungnya. ”bapak jangan coba
mempengaruhi bapak saya ya?”

Suasana di rumahpun menjadi tegang. Perang mulut antara Ridwan dan pak Drajatpun
mulai berkoar. Ridwanpun akhirnya memutuskan pergi kedesa sebelah untuk
menyelesaikan kasus ini. Pada awalnya ayahnya tidak mengizinkan Ridwan untuk pergi
karena dia takut terjadi sesuatu pada anak semata wayangnya itu. Tapi kemauan si Ridwan
akhirnya memaksa ayahnya untuk mengizinkannya pergi kedesa sebelah.

”perdamaian itu akan datang” ucapnya sambil berlalu meninggalkan rumah. Dengan
mengusung perdamaian iapun pergi kedesa sebelah untuk berunding. Ia ditemani oleh si
Amar teman dekatnya. Ia harap apa yang ia lakukan ini akan membawa semilir angin
perdamaian.

Sesampainya di perbatasan desa ia dan Amar dicegat oleh orang yang tidak dapat ia kenali.
Disitulah mereka dibacok, hingga akhirnya Ridwanpun tewas. Ternyata Amar dapat
menyelamatkan diri dari peristiwa itu, walaupun ia menderita luka bacok. Amarpun
kembali kedesa dengan luka parah dibagian kaki.

”pak, Ridwan kemana?” tanya bu Syariah kepada suaminya. ”Dia pergi kedesa Sebelah bu”
ucap suaminya. ”perasaanku jadi tidak enak gini pak? Ada urusan apa dia pergi kesana?”
tanya ibu Ridwan. ”Dia mau berunding dengan desa sebelah” ucap suaminya.

Datanglah Amar dengan luka parah yang dideritanya. ”ada apa Mar? Mana si Ridwan?”
tanya pak Mukhlis. ”Si Ridwan Meninggal pak. Ia dibacok orang di perbatasan” ucap si
Amar terengeh-engeh. ”Apa? Siapa pembunuhnya? ” tanya pak Mukhlis dengan perasaan
sedih.

Terlihat sosok yang sedang berlari kearah rumah Pak Mukhlis. ”ada berita pak!” ucapnya.
Ternyata itu adalah si Madi. ”ternyata malingnya adalah si Udin warga desa kita” ucapnya.
”si Madin hanya berbohong pak, ia disuruh oleh pak Drajat” sambungnya. Mendengar
laporan ini pak Mukhlis merasa bersalah dengan anaknya. Iapun bertekuk dan menyadari
bahwa sikapnya selama ini salah. Ia pun berjanji akan mewujudkan cita-cita anaknya untuk
mewujudkan perdamaian.
”kita datangi pak Drajat!” kata pak Mukhlis dengan tegas. Warga bersama kepala desapun
mendatangi rumah pak Drajat. Disana mereka menemukan rumah pak Drajat dalam
keadaan kosong. Ternyata pak Drajat telah mengetahui hal ini dan segera pergi untuk
menghilangkan jejak.

Akhirnya, pak Mukhlis luluh hatinya setelah kematian anaknya. Kini tak ada lagi yang
menghalangi ia untuk berunding dengan desa sebelah. Selama ini ketika pak Mukhlis ingin
berunding dengan desa sebelah, pak Drajat selalu menghalangi perundingan itu. Hal ini
dilakukan pak Drajat untuk mengambil alaih kekuasaan di desa ini. Terakhir, terdengar
kabar bahwa orang yang mebunuh Ridwan adalah orang suruhan pak Drajat.

Jenazah Ridwanpun akhirnya dibawa pulang untuk dimakamkan. Didepan jenazah anaknya
pak Mukhlis berjanji akan mewujudkan perdamaian di dua desa. ”perdamaian yang engkau
impikan akan segera terwujud nak. Terima kasih karena engkau telah membukakan pintu
hatiku. Sebentar lagi kami akan merasakan nikmatnya semilir angin yang engkau
perjuangkan” ucapnya.
Cerpen Pendidikan – Kotak Cinta
Untuk Ibu
Cerpen Pendidikan – Hari-hariku di kampus di penuhi dengan kegiatan di orgamawa.
Ditambah dengan jadwalku memberi les. Semua terasa berat, ingin rasanya aku memiliki
satu hari yang khusus dihadiahkan untukku. Agar aku bisa beristirahat. Sedikit menghirup
udara segar dan terbebas dari rutinitas dunia kampus. Aku adalah mahasiswi kos di dekat
kampus. Rumahku yang jauh membuatku selalu rindu dengan kedua orang tuaku. Terutama
ibu. Kini, aku belajar mengatur rumah kecil, dapur dan keuanganku.

Otak seperti dikuras habis untuk memikirkan kuliyah, organisasi, les, kebutuhan, tugas dan
seabrek catatan-catatan hidupku yang harus aku pikirkan. Seolah-olah, otak ini sudah
mendidih. Layaknya satan kelapa, yang masih saja dipaksa diambil santannya. Seperti aku
yang selalu memaksa otakku untuk terus berpikir dan berpikir. Bagaimana hidupku terus
berjalan dan maju ke depan.

Rasa capek dan bosan sering membuat sikap malas menghinggapiku. Tapi, aku selalu
mencoba menepisnya. Aku tak ingin perjuangan orang tuaku di desa dengan bekerja keras
sia-sia hanya karena sikap malasku. Aku ingin kuliah dengan benar, dan sungguh-sungguh.
Aku tak ingin mengecewakan mereka.

Aku lantas beranjak dari tempat tidur dan bergegas menuju kamar mandi. Aku sambar
handuk diatas kasur, dan dengan menarik napas dalam-dalam aku berkata. “Aku harus
semangat..! Kamu tidak boleh malas, Nay.” Kataku sendiri mencoba untuk menyemangati.

Aku buka buku yang terlihat besar dan lebih lebar dari bukuku yang lain. Aku mencoba
melihat pekerjaanku kemarin. “Huft…, apanya yang salah, ya?!” Tanyaku yang bingung
sekali. Beginilah pekerjaanku sebelum hari rabu tiba. Mengerjakan tugasku akuntansi.
Karena aku mengambil prodi akuntansi, mau tidak mau aku harus bergelut dengan angka-
ngka yang aku sendiri tak tahu. Berapa jumlah uang sebenarnya.

Aku terkadang berfikir, bagaimana jika pekerjaan akuntansi yang aku kerjakan ini benar-
benar ada uangnya. Niscaya aku akan bingung bukan kepalang. Menghitung
perhitungannya saja aku terkadang kebingungan. Belum lagi saldo yang tidak balance.
Apalagi ditambah menghitung uangnya. Pasti aku akan kebingungan.

Meskipun begitu, Akuntansi adalah mata pelajaran yang aku sukai ketika aku masih di
SMK. Oleh karena itu, aku ingin melanjutkan pengetahuanku mengenai akuntansi di
jenjang perguruan tinggi ini. Aku merasakan kesenangan tersendiri dengan kumpulan
angka-angka yang menarik itu. Perhitungannya jelas. Rumus-rumusnya juga jelas.
Misalnya, saat kita membeli suatu mesin. Tenti saja, kalau kita ingin membeli sesuatu
barang, maka uang kita akan berkurang (Termasuk asset lancar yaitu kas). Dan kita akan
mempunyai mesin baru yang biasa di sebet asset (Asset yang bertambah yaitu asset tetap,
mesin).

Mudah sekali mempelajari akuntansi. Saat kita mengerjakan, anggap saja perusahaan itu
adalah milik kita. Dan saat mengerjakannya, anggap pula kita sedang mengerjakan laporan
perusahaan kita sendiri. Dengan begitu, belajar akan lebih menyenangkan. Jika kamu
mendapati ketidakseimbangan pada saldonya, lebih baik lanjutkan pekerjaannya esok hari.
Sungguh, aku akan malas untuk melanjutkan pekerjaanku jika saldonya tidak balance.
Bukan bermaksud menunda-nunda. Tapi aku ingin mengistirahatkan pikiran. Berharap,
esok pikiranku akan segar kembali. Dan bisa meneliti pekerjaaanku.

Salah satu kelemahanku adalah, kurangnya ketelitian dan kecermatan dalam


mengerjakannya. Meskipun aku memahami materinya, kecermatan sangat penting dalam
mengerjakannya. Mataku pun sudah mulai membengkak karena kelelahan aku ajak
begadang. “Lebih baik, aku selesaikan besok malam saja.” Kataku sambil menutup buku.
Aku langsung membaringkan tubuhku di atas ranjang.

“Nay, saldonya berapa?” Tanya Rini. “Aku belum selesai, Rin.” Jawabku setelah menyedot
es teh yang ada dalam gelas plastik. “Ngapain sih, rame-rame?” Tanya Nana. “Na, saldo
soal akuntansinya Bu Priska berapa?” Tanya Rini. Ia adalah temanku yang kurang begitu
paham dengan pelajaran akuntansi. Tapi aku salut dengan semangatnya. Ia selalu bertanya
padaku, jika ia selesai mengerjakannya. Berusaha untuk mencocokkan, dan jika
jawabannya berbeda dan salah. Ia akan segera membenahinya.

Pernah suatu kali, ia datang pagi-pagi ke kosku untuk mencocokkan pekerjaannya yang
salah. Sekarang ia tampak kebingungan sekali. Yang ngerti akuntansi saja belum selesai
mengerjakannya. Aku bisa melihar raut wajah kepanikan dari sikapnya. “Jangankan
mengerjakannya, soalnya saja aku tidak tahu…,” Jawab Nana dengan santai dan terlihat
tanpa beban. Tapi, mereka adalah teman-teman yang selalu memberiku semangat. Teman-
teman yang selalu membuatku tersenyum. Mengobati kerinduanku terhadap ibu dan bapak.

Usai mengerjakan soal akuntansi, aku membereskan buku-buku di rak yang berantakan.
Akupun memasukkannya ke dalam kardus agar rakku tidak penuh dengan buku. Tiba-tiba
aku menemukan kotak berwarna cokelat. Aku ingat, ini adalah kotak kue yang dulu pernah
aku berikan untuk ibuku. Tepat di hari ibu dan di hari ulang tahun ibuku. Aku langsung
menuju kalender yang menempel di dinding kamarku. Mataku terus berjalan mencari bulan,
kemudian mencari hari. Mataku pun kemudian berjalan menuju Kotak yang bertuliskan
angka. Tampak angka 12. Kurang sepuluh hari adalah hari ibu dan tepat ulang tahu ibuku.

Aku kemudian duduk di atas kasur. Aku terus mengamati kotak kue dari kardus itu. Aku
sengaja menghias kotak itu dengan kertas dan daun kering, agar terlihat cantik dan menarik.
Seperti membuat herbarium, waktu aku masih SMP dulu. Tugas biologi mengeringkan
daun atau mengawetkannya. Aku menata daun-daun kering itu dan menempelkannya pada
kardus. Sangat cantik dan cukup mebuat ibuku tersenyum senang dan bahagia. “Ingin sekali
aku melihat senyum dan kebahagiaan itu kembali dari raut wajahnnya.” Kataku yang mulai
sedih terbawa suasanya.

Aku sudah lama tidak pulang ke rumah. Tugasku memberi les dan kegiatan di organisasi
cukup membuatku kualahan. Antara tanggungjawab dan kerinduan teramat dalam pada
kampung halaman. ‘Aku ingin pulang, ibu.., bapak..,’ Teriakku tertahan. Aku peluk kotak
itu erat-erat. Kotak cinta untuk ibu yang mungkin akan aku buat lagi di tahun ini. Kotak
Cinta yang selalu aku buat khusus untuk ibuku. Di hari ibu dan dihari ulang tahunnya.

Malam minggu ini, langit begitu cerah. Ramai dengan bintang bertebaran di langit.
Hamparan luas bintang terasa kurang lengkap tanpa hadirnya bulan. Seperti kehidupanku.
Banyak teman disekelilingku, tapi kehadiran ibukulah yang paling berharga dalam hidupku.
Membuat hidupku jauh lebih lengkap. Angin malam menerpa kulitku, terasa dingin hingga
menusuk tulang. Seketika bulu-bulu di kaki dan tanganku langsung berdiri, meski
berbalutkan jaket dan rok panjang. Aku lantas menarik resleting jaketku ke atas. Agar
dinginnya angin malam tidak mengusikku.
Aku mulai berpikir untuk memberikan sesuatu yang berkesan di hati ibuku. Momen yang
aku nanti-nantikan. Aku ingin memberikan kotak cinta itu untuk ibu. “Kira-kira, aku ingin
mengisi kotak itu dengan apa, ya?” pikirku. “Nay, ngelamun apa, sih?” Tanya Rini. “Ah..,
tidak, Rin. Aku tidak melamun, kok.” Jawabku. Dibilang kaget, aku jawabnya juga santai.
Dibilang tidak kaget, masih mikir juga untuk menjawab pertanyaan Rini.

“Sabtu depan pulang, kan?” Tanya Rini. “InsyaAllah.., semoga di kampus tidak ada acara
dan kegiatan. Aku ingin pulang, Rin. Aku kangen ibu dan bapak. Terutama Nila adikku.
Sudah lama aku tidak pulang dan berkumpul mereka.” Kataku berbagi beban di pundak ini
pada sahabatku. “Aku tahu, Nay. Kalau kamu mau, kamu pakai saja uangku dulu untuk
pulang.” Rini menawarkan bantuan. “Tidak usah, Rin. Kamu kan juga butuh uang untuk
pulang.” Aku berusaha menolaknya. “Tidak apa-apa, Nay. Aku sabtu depan ada acara di
kampus. Jadi, aku tidak pulang.” Rini menjelaskan.

Aku pun terdiam sejenak untuk memikirkan tawaran Rini. Antara senang dan perasaan
tidak enak pada Rini. Senang karena aku bisa pulang dan bertemu dengan ibu, bapak, dan
Nila. Tapi, Rini sudah terlalu banyak menolongku. “Bagaimana, Nay?” Tanya Rini
kembali, meminta kepastianku. “Iya, Rin.” Aku pun menerima bantuan itu. Karena aku
ingin sekali bertemu dengan ibu.

Hari ini, aku pulang dengan hati yang berkecamuk perasaan sedih. Mukaku terlihat nanar,
dan air mata sudah mengumpul di ujung mata. Aku tak bisa pulang sabtu depan. Ada
kegiatan organisasi yang harus aku selesaikan. Penggalangan dana untuk saudara-saudara
yang sedang tertimpa masalah di Gaza, akan diadakan sabtu depan. Dengan perasaan sedih,
aku harus mengikhlaskan.

Aku sebagai penanggung jawab, tidak mungkin lari begitu saja. Dimana integritasku jika
aku pergi meninggalkan tanggungjawab itu? Dimana, Nay. Aku mengambil kotak cinta itu.
“Ibu, Selimut ini tidak akan datang di hari ulang tahun ibu.” Aku memandangi kotak yang
berisikan selimut berwarna biru. Aku ingin ia menemani malam-malamnya. Aku ingin
kehangatan melindungi tubuhnya. Aku ingin selalu ada di dalam mimpi-mimpinya.

Aku tutup kembali kotak itu, dan kusimpan kembali dalam lemari. “Apa itu, Nay?” Tanya
Rini, heran terhadap kotak itu. “Ini hadiah ulang tahun ibuku” Jawabku dengan nada parau.
“Aku tahu, kamu tidak bisa pulang sabtu depan. Kamu sabar, ya..!” Rini menepuk bahuku.
“Iya..” Jawabku dengan senyum yang sedikit aku paksakan.

Usai melakukan penggalangan dana, aku langsung pulang. Dari pagi, aku dan teman-teman
sudah terjun di jalannan. Membagi-bagikan bendera dan brosur, di tengah terik matahari
yang cukup panas. Kepalaku pusing, akibat terlalu lama berada di bawah terik matahari.
Kakiku terasa sakit dan memerah. Kakiku juga melepuh dan berair. Karena tadi siang aku
lupa memakai kaos kaki. Aku langsung membaringkan tubuhku di atas ranjang.

Aku merasakan timangan kasur nan empuk di kamarku. Perlahan-lahan, diriku dibawa
terbang ke awan. Menyusuri pulau nan indah bersama ibuku. Kami sekeluarga terlihat
gembira dan begitu menikmati. Aku melihat senyum yang begitu natural, senyum yang
terpancar dari hati. Sesuatu yang ibu ekspresikan dengan tulus. Aku begitu senang melihat
ibu bahagia. “Buatlah ibu bangga, Nay. Jangan biarkan orang lain merendahkan dan
meremehkan kita. Aku yakin kamu pasti bisa membuat ibu tetawa dan bahagia lebih dari
hari ini.” Kata ibu memegang telapak tanganku. Tangannya begitu hangat.
Aku hanya memandang senyum yang masih merekah dari kedua bibir ibuku. Tatapanku
penuh tanya, dan otakku terus berpikir. Bukankah aku melihat tawa yang begitu lepas. Tapi
ibu menginginkan kebahagian yang lebih dari hari ini. ‘Aku memang belum bisa
membahagiakanmu, Bu. Engkau selalu berbohong dibalik senyummu. Seolah-olah, engkau
sudah merasa bahagia dengan apa yang ada. Tapi, kebohongan yang engkau sembunyikan
terlihat nyata. Engkau selalu merasa gembira, untuk menyembunyikan kesedihan. Engkau
merasa sehat dengan menyembunyikan sakitmu. Aku ingin engkau bahagia, lebih dari hari
ini, hari esok, dan hari esoknya lagi.’ Kata hatiku.

Aku akan membahagiakanmu selamanya, bu. Ingin sekali senyum itu nyata dari hatimu,
tanpa ada yang engkau sembunyikan. Perlahan-lahan genggaman ibu merosot dari
genggamanku. Aku merasa kebingungan, dan mencoba menahannya. Tapi, ujung jariku
sudah menyentuk kukunya. Dan tiba-tiba tangan ini sudah tak menggenggam tangannya
lagi. “Ibu….,!” Teriakku terkejut. Aku mencoba mengatur nafas dan mencoba memasuki
duniaku yang sebenarnya. Lelah dan kerinduan telah mengantarkanku pada mimpi bertemu
dengan ibu. Dan kotak itu secara tiba-tiba melintas di dalam pikiranku dan hinggap di sana.

Hari ini, bulan terlihat diantara bintang-bintang. “Andaikan aku ada disamping ibu, aku
akan sangat bahagia.” Kataku sambil memandangi langit. Aku buka kotak yang ada di
pangkuanku. Ternyata, selimut ini tak bisa menghangatkan malamnya hari ini. Hari ulang
tahunnya, dan hari ibu. Bagiku, hari ibu ada di setiap hari dalam hidupku. Seperti hari-hari
yang selalu ada do’a untuku, anaknya.

Aku menarik selembar kertas dari bukuku. Tanganku dengan lincah menari-nari di atas
kertas itu, merangkai kata-kata. Padahal aku bukan seorang pujangga. Tak perlu menjadi
seorang pujangngga. Hanya karena cinta, kata-kata indah akan tercipta dengan sendirinya.
Meskipun kata-kata cinta untuk ibu tidak seindah kata-kata cinta kahlil gibran, dan tak
seindah syair-syair Chairil anwar. Aku yakin, ibu bisa merasakan betapa aku sangat
mencintainya.

“Aku berjanji, Bu. Meski ibu mengucapkannya dalam mimpi. Aku yakin, itu adalah apa
yang selama ini ibu harapkan. Apa yang selama ini ibu tunggu-tunggu. Aku akan membuat
ibu bahagia. Lebih dari hari ini dan hari selanjutnya. Selimut ini akan menghangatkan
malam-malam ibu. Jika Nayla pulang nanti, bawalah ia untuk menemani tidurmu, Bu.
Hanya ini yang bisa Nayla berikan. Tak sebanding dengan kehangatan cinta ibu yang selalu
menghangatkanku.” Aku menitikkan air mata, dan jatuh dalam kotak itu.

Air mataku semakin mengalir deras. Mengingat perjuangan, kasih sayang dan cintanya
selama ini. Sekelebat kenanga-kenangan bersama ibu secara bergantian melintas di
hadapanku. Seperti diputarnya film yang dipertontonkan untukku. Tapi sayang, air mata
yang menetes banyak di dalam kotak tak akan meninggalkan bekas. Andaikan ia bisa
berubah menjadi kristal putih nan cantik, pancarkan keindahan seperti kasih sayangnya
selama ini. Aku akan menyertakannya di dalam kotak itu dan menghadiahkannya untuk ibu.

Tapi, air mataku tak bisa kusulap menjadi butiran kristal. Hanya ada selimut berwarna biru
di dalam kotak. Kotak cinta yang akan aku persembahkan untuk ibuku saat aku pulang
nanti. Hanya itu yang bisa aku berikan. Uang dari honor menulis cerpenku. Cerpen yang
baru pertama kali diterima oleh redaksi. Untukmu,Bu.., untukmu.

“Tunggulah sampai anakmu pulang, Bu. Nayla di sini baik-baik saja. Semoga ibu dapat
tersenyum untuk selamanya. Nayla berjanji, Bu.” Aku menghapus air mataku. Aku harus
semangat, semangat!
Aku menutup kotak itu dan kubawa kedalam kamar. Aku memasukkannya dalam lemari.
“Tinggallah di sini sementara, kotakku. Sebentar lagi engkau akan bertemu dengan ibu.
Aku tahu, engkau pasti tidak sabar bertemu dengan ibu.” Aku kemudian mengambil hp
yang ada di tasku, hp lama pemberian dari keponakan ibu. Tak apalah, dengan hp ini aku
bisa mendengarkan lagu ‘Mother How Are You Today’. Setidaknya, lagu ini bisa menjadi
penenang jiwaku. Lagu yang ingin aku sampaikan pada ibu. “Tunggu aku pulang, Bu. Aku
sangat mencintaimu” Kataku dengan tersenyum di balik kerinduan yang teramat dalam.

Cerpen Pendidikan – Sebuah Cake


Cerpen Pendidikan – Menjadi kuat itu tak semudah bayangan, tak seindah keinginan, tapi
seperti membuat sebuah cake yang hasilnya manis atau mungkin gosong dan bisa saja tetap
menjadi bahan dasar. Filosofi manusia dalam sebuah cake adalah seperti telur, yang bisa
dikocok agar mengembang, kemudian diaduk dan dicampur tepung, ditambah margarine
yang telah dipanaskan, menggeliat dalam hujan kegelisahan dan kepanasan ketika
disudutkan oleh banyak pihak. Diaduk terus sampai kelihatan mantap untuk kemudian
sedikit demi sedikit diberi gula, agar air mata yang telah tumpah tidak terlalu membuat
cake menjadi asin, tapi malah menimbulkan kesan gurih, perpaduan antara gula dan garam.

Setelah semua dirasa cukup, cake dimasukkan kedalam oven, bisa 30 hingga 45 menit, agar
semua bagian cake masak merata. Jika tidak merata, apa salahnya kembali memutar
cooking time selama yang diperlukan, jika masih belum masak, buang saja. Seperti cobaan
manusia yang tiada habis, takkan berhenti hingga matang, bahkan setelah matang harus
terasa memuaskan lidah sebelum akhirnya dimakan habis habis atau mungkin teronggok di
balik keranjang sampah, kemudian dimakan oleh pengemis jalanan yang tak mandi selama
3 hari 3 malam, sambil berguman
“baru hari ini makan enak”

Sisa cake itu tetap dipeluk mesra, agar besok masih ada makanan yang mengganjal
perutnya jika tak ada yang memberi sepeser uang receh.
Pengemis lelah berjalan, dan meletakkan sisa cake di samping tubuhnya yang ringkih,
beralaskan tanah bumi segar, untuk sekedar meratakan pinggang. Tanpa disadari pengemis,
seekor kucing mengendus cake, namun kucing pun berlalu. Seperti itu juga manusia, tak
semua orang yang berada di sisinya selamanya dapat menjadi penggemarnya, ataupun
penopang hidupnya. Pengemis juga manusia, butuh tidur dan makan, ketika pengemis tidur,
cake teronggok diam karena tak sempat mengolah kaki waktu berada di oven. Binatang saja
mudah lari darinya, karena paras cake tak seperti ikan, tak memuaskan dahaga kucing.
Sama seperti manusia, ketika sudah tak memuaskan, akan dibuang, atau ditinggalkan.

Pengemis bangun kesiangan, terlambat masang tampang diperempatan, sehingga didahului


oleh pengemis lain yang lebih memelas ditambah membawa bayi dan balita. Pengemis
kalah. Tanpa sadar, cake semalam terinjak oleh kakinya, tanpa disadarinya pula. Pengemis
lupa memiliki jatah sarapannya. Cake malang. Sudah bau akibat terinjak, sekarang penyet
seperti bongkahan kotoran. Begitu juga kehidupan manusia, awalnya disayang, diberi
perhatian dan perlindungan. Tapi jangan lupa, sama sama manusia. Masing masing punya
kepentingan dalam hidup. Sama sama merasa dikerjar waktu, ditekan oleh ambisi, sehingga
mampu meninggalkan yang dicintai. Dan bahkan lupa, bahwa pernah memiliki yang
dicintai.
Cake bisa apa, menangis pun tak punya mata, ingin berteriak, mulut pun tak terbentuk, mau
menggapai, tangan yang mana. Apalagi hendak berjalan, kaki saja mungkin cake tak kenal
bentuknya.

Cake hanya sebuah hasil, dari kocokan telur, mengembang dan diberi tepung dan
margarine, dengan harapan akan kuat namun lembut. Tak lupa ditaburi gula, agar
merasakan senang dan pahit. Kemudian dibakar dalam panas yang seimbang. Cake adalah
campuran, dari semangat, tekad, kerja keras, cinta, dan doa serta harapan si pembuat, agar
menjadi cake yang sedap dimulut, indah bentuk dan rupanya, menawan dalam hidangan.
Menjadi ratu yang menarik perhatian dari semua orang, hingga menaikkan dagu setinggi 5
inci.
Cake dijalan itu bukan cake yang diharapkan sang pembuat. Teronggok jelek dijalan,
terinjak dan ditinggalkan.

Tapi cake masih punya satu harapan, satu jalan, dan satu perhatian. Si Pembuat cake masih
mengharap cake kembali padaNya, karena Pembuat Cake mampu melakukan segalanya,
bahkan mengembalikan kemulian sebuah cake, karena si Pembuat cake, adalah Sang Koki
jagat raya.
Cerpen Pendidikan – Air Mata
Seorang Kawan
Cerpen pendidikan – “Mah, korupsi itu apa sih?” tanya Kintan.

Mama agak bingung juga menjawab pertanyaan anaknya yang berumur delapan tahun
duduk di kelas tiga SD. Kintan kelihatannya tidak serius dengan pertanyaannya tadi,
malahan sekarang sedang asik main Boneka. Mamanya menonton TV kembali
mengabaikan pertanyaan Kintan tadi
“Jahat mana Korupsi dengan Maling?” Tanya Kintan lagi. Kali ini Boneka ditinggalin lalu
mendekati pangkuan mamanya.

“Mama enggak tau ya, jahat mana korupsi dengan maling?” rupanya dia bertanya serius ke
mamanya dan biasanya kalau sudah begini harus ada jawabannya atau dia akan mengambek

“Lebih jahat korupsi.” jawab Mama.

Kintan termangu dan menatap mata Mamanya sambil berpikir.

“sama Ryan pembunuh itu, jahat mana?” tanya Kintan

Wah ini pasti Ryan pembunuh berantai yang dari Jombang itu. Ada rasa bersalah di hati
Mama kenapa Kintan bisa tau berita tentang Ryan itu dan memori itu kini keluar mengikuti
keingin-tahuannya tentang korupsi. Harusnya Kintan tidak boleh nonton berita tentang
pembunuh sadis itu

“Mah, lebih jahat mana?” Ih mama ditanya malah bengong”

“Kejahatannya berbeda, Nak, Ryan membunuh banyak orang, sedangkan Korupsi itu
mencuri uang Negara” kata Mama.

“lebih jahat mana, mah?” Pasti ada yang lebih jahat dong!” Sanggah Kintan

“Pokoknya sama-sama jahat deh, Korupsi itu membuat Negara jadi miskin, akibatnya
banyak orang jadi melarat anak-anak kecil menjadi pengemis ga bisa makan dan sekolah,
kalau sakit ga bisa berobat”

Kintan tercengang-cengang dengan penjelasan itu “Masa sih sejahat itu?” Kintan berkata
sambil terisak-isak. Mama terkejut dengan pernyataan Kintan belakangan. “Lho, kamu
kenapa, Nak?”Tanya Mama
“Masa sih Mamanya Marni se jahat itu? Hiks hiks, Maa..! Mamanya ditangkap karena
korupsi” kata Kintan.
Terkejut Mama mendengar jawaban itu “Kamu tau dari mana, Nak? Mudah-mudahan tidak
benar.
“Sonya yang bilang, dia tau dari Mamanya” Jawab Kintan

Marni adalah teman Kintan, hampir tiap hari mereka bersama, belajar bersama. Marni anak
orang kaya menurut ukuran di kampung ini, Mama dan Papa nya kerja, di rumah tinggal
Marni dan Abangnya Rizki, Rizki duduk di SMP kelas dua. Kintan dan Marni berkawan
sejak dari TK sama dengan kawan-kawan sekelas lainnya. Keluarga orangtuanya Marni
naik daun sejak Ibunya yang PNS bekerja di Dep Keu bagian Pajak. Tapi biarpun menjadi
orang kaya
Marni tetap akrab dengan Kintan, bahkan Mamanya sering membagi oleh-oleh buat Kintan
jika pulang dari bepergian

“Oh Tuhan tolonglah Mamanya Marni dan jangan sampai dia menjadi Koruptor, jangan
biarkan dia tertangkap, lepaskan dia Tuhan, amin. Kintan berdoa untuk kawannya Marni…

Suasana pagi di SDN 233 Kampung Sari sudah mulai ramai, anak-anak dengan seragam
putih merah sudah mulai berdatangan, sebagian sudah ada yang bermain di halaman
sekolah, anak-anak perempuan duduk di teras depan kelas sambil ngobrol.

Dia belum datang juga, pikir Kintan. Berarti benar Ibunya di tangkap polisi kemarin seperti
cerita orang-orang. Tak terasa air matanya menetes buat kawannya Marni.
“Udah ga usah ditungguin, ibunya aja Koruptor ngapain ditungguin, ha ha ha” Suara
seorang anak lelaki memecah lamunannya”
“Huuuu ngapain juga temenan sama dia, anak Koruptor aja” Suara anak yang lain
“Najis!”

Kintan melihat teman lelakinya 3 orang sedang tertawa-tawa melihatnya bersedih untuk
Marni
“Yeee siapa?” emangnya Gue, huh!” Kata Kintan sambil berlalu.
Ia berjalan mendekati kawannya Dewi, Sonya dan Desi yang sedang ngobrol di dekat pintu
ruangan kelas 3b
“Belum tentu benar kata Bapak gue, itu kan baru tersangka” Kata Dewi.
“Tapi kenapa Ibunya di tangkap, kalu ga bersalah ga mungkin di tangkap” Kata Sonya.
“Ya ga tau, kan itu kata bapak gue, lu tanya aja ke bapak gue hi hi hi” Jawab Dewi
“Bodo! Pokoknya kata nyokap gue korupsi itu jahaaaat banget kayak teroris” Kata Sonya
“Eh Kintan, sini deh jangan temen sama Marni lagi, Mamanya Koruptor, najis!
Kintan tertegun mendengar kata-kata Sonya, dia tidak sanggup berkata-kata.
“Lho memang kenapa kalau dia berteman sama Marni?” Tanya Dewi.
“Ihh namanya najis ya menular hi hi hi Lu mau jadi najis juga? Ya terserah” kata Sonya

Kintan tidak sanggup melihat kenyataan sekelilingnya dia kembali melihat ke 3 anak lelaki
tadi, melihat ke kawan Sonya dan kawan-kawan, dia melihat ke anak-anak yang lain
mereka semua sepertinya melihat dia meneteskan airmata untuk Marni dan mereka semua
mengatakannya ; jangan berteman dengan Marni….

Di dalam kelas 3b

“Anak-anak mohon perhatian semuanya , sebelum mulai pelajaran Ibu ingin menjelaskan
pertanyaan yang ditanyakan beberapa orang murid.” Kata Bu Nina wali kelas 3b
Anak-anak mendadak diam, Bu Nina menunggu anak-anak tenang dulu lalu berkata:
“Ibu ingin bertanya, tolong yang sudah tau di jawab bergantian ya, siapa yang sudah pernah
dengan kata Korupsi? Dengar dari mana atau siapa?”
“Saya Bu, kata Tono yang duduk di depan, nonton di televisi Bu.”
“Ya, Bu, lihat di televisi Bu.” Sambung menyambung anak-anak menjawab dari TV
“Saya mendengar dari Mama waktu mengobrol dengan Papa” jawab Sonya
“Ya, betul jadi kita mendengar dan melihat korupsi itu dari berita di TV.” Jawab Bu Nina
“Horeeee, aku betul” seru anak-anak rame-rame
Bu Nina kembali menenangkan murid-muridnya
“Menurut kalian, apa itu Korupsi?” Tanya Bu Nina kembali
“DPR Bu” kata Tono lagi, yang lain mengiyakan. Jawaban yang membuat Bu Nina
tersenyum.
“Siapa yang mengerti apa itu Korupsi?”
Murid-murid saling melihat satu sama lainnya sambil berpikir tapi nampaknya mereka
belum mengerti apa artinya
“Korupsi itu jahat, kata mama, lebih jahat dari pada Maling dan hampir sama dengan
Teroris.” Kata Sonya “Jangan mau berteman sama anak korupsi”
“Ha???.” Seru yang lain ber ramai-ramai
“Teroris itu apa?” Tanya Dewi. “Huuuu Teroris aja enggak tau, cemeeen!” Kata seorang
anak laki-laki
“Ehh, tidak boleh begitu, kalau kamu tau apa itu teroris ya jelaskan.” Kata Bu Nina
“Teroris itu yang suka bunuh banyak orang pake Bom.” Kata Tono
“Korupsi enggak ada yang pake Bom.” Kata Joko
“Sekarang kalian diam dulu anak-anak.”
Anak-anak diam kembali
“Siapa yang tau korupsi itu kejahatan seperti apa?” Tanya Bu Nina
Anak-anak tidak menjawab malah berbisik-bisik tapi tidak ada yang menjawab. Mereka
kebingungan dengan kata korupsi itu
“Kalau begitu ibu beri contoh; misalnya ibu menyuruh Joko membeli Air Mineral yang
harganya Rp. 3000.- Joko pergi membeli dan dia bilang bahwa Air Mineral ini harganya
Rp. 5000.- Jadi Joko mengambil uang lebihnya Rp. 2.000.- Nah itu yang namanya Korupsi
“Wah, Joko Penipu!” kata seorang anak. “Pencuri!” “Maling!”
“Ehh, bukan Joko, kan Ibu bilang misalnya Joko.” Kata Bu Nina
“Kalau koruptor itu apa Bu?” Tanya Jane
“Koruptor itu orang melakukan korupsi” Jawab Bu Nina. “Anak-anak masih ada
pertanyaan?”
“Lebih jahat mana Koruptor sama Maling?”
“Maling itu mengambil uang seseorang di suatu tempat, tapi Koruptor itu mencuri uang
Negara sehingga Negara jadi miskin dan menyengsarakan banyak orang, jadi…. menurut
kalian siapa yang lebih jahat?”
“Koruptor…….! Jawab mereka serempak

“Eh, Kintan kenapa, Nak ? Kenapa kamu menangis ?” Tanya Bu Nina. “Ga apa apa Bu,
kata Kintan sambil menghapus airmatanya
“Anak-anak dengar pengumuman dari Ibu ya. Kawan kita Marni sedang di timpa musibah.
Kalian mengerti…?”
“Mengerti, Bu guru….!”
“Bagus…! Bagaiman seharusnya sikap kita terhadap kawan kita yang sedang tertimpa
musibah?”
“Menolong, Bu…!” Jawab sebagian anak-anak. “Kata mama ga boleh temen sama anak
Koruptor, Najis!” Kata Sonya.
“Kalian dengar, anak-anak…! Kalian harus belajar untuk tidak menyalahkan orang lain
apalagi mengatakan Najis! Mengerti…? Ibunya Marni sekarang disebut tersangka jadi dia
belum tentu betul-betul melakukan korupsi. Mengerti…?
“Jika nantinya ternyata Ibunya terbukti melakukan Korupsi nanti dia akan di hukum
tetapi… itu bukan salahnya Marni kawan kalian, mengerti….?”
“Mengerti Bu Guru……!” Jawab anak-anak…

“Bang minta siomay satu dong..!” Kata Mama Dani ke Penjual Siomay. “Baik Bu!” Jawab
si Abang. Mama Dani dengan ibu-ibu yang lain sedang menunggu di tempat tunggu di
depan sekolah
“Enggak pesan sekalian, Mama Mel?” Tanya Mama Dani yang anaknya duduk di kelas dua
kepada Mamah Melati yang anaknya juga di kelas dua
“Ah nanya doang traktir kagak.” Jawab Mama Mela bercanda sambil ketawa
“Ntar gue korupsi dulu ya, baru gue traktir.” Jawab Mamah Dani
“Najis!” Kata Mama Mela sambil ketawa “Ntar gue mencret-mencret makan hasil korupsi.”
“Ala.. jangan muna deh lu, emangnya uang hasil korupsi teriak-teriak gue hasil korupsi?”
Kata Mama Dani. “Lagian belum ada fatwa yang menyatakan uang korupsi haram.”
“Kalau ada fatwa pun belum tentu di dengar.” Kata Mama Mela
“Minimal kan bagi calon pelaku korupsi tau bahwa korupsi itu haram.” Kata Mama Dani
“Ah udah ah lu makan aja tuh, ga usah ceramah ah namanya Koruptor ya tetap aja Maling
Busuk, nanti Si Marni juga bakal jadi Koruptor Najis!
“Eh Kintan…!” nunggu mama jemput ya?” Kata Mama Dani melihat Kintan melihatnya
sambil melongo
Kintan sudah mendengar obrolan mereka dari tadi, airmatanya tak terasa menetes lagi. Dia
tidak tau apa korupsi itu, korupsi adalah dunia orang dewasa.
Kintan tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan kawannya Marni jika harus
menghadapi sikap semua orang, apa salah Marni……
Cerpen Pendidikan – Tujuan Hidup
Seorang Gadis Kecil
Cerpen Pendidikan – Seorang gadis kecil tinggal di suatu kota di Negara Indonesia. Dia
mempunyai satu orang kakak perempuan dan kedua orang tua. Sekarang, gadis kecil itu
menginjak kelas XII di SMA favorit di kotanya.

Suatu hari yang berbahagia, gadis kecil itu sedang memperhatikan seorang guru yang
sedang menerangkan sesuatu di depan kelas. Setelah menerangkan sesuatu, guru itu
bertanya kepada setiap murid tentang suatu hal termasuk pada gadis kecil itu.

“Fatimah, apa cita-citamu kelak?” Tanya Pak Guru.


“Saya tidak mempunyai cita-cita yang pasti seperti teman yang lainnya, Pak. Seperti dokter,
insinyur, arsitektur, dan lain-lain. Tetapi saya memiliki tujuan hidup yang semaksimal
mungkin harus saya lakukan. Tujuan itu adalah saya hidup hanya untuk ibadah kepada
Allah, menjadi khalifah fil ard, dan kehidupan saya di dunia ini harus berguna untuk
manusia. Itulah tujuan hidup saya. Apa pun profesi yang saya geluti nanti, saya akan
menjalankannya dengan baik, yang penting profesi itu sesuai dengan kemampuan dan
kecocokan saya dalam bidang tersebut dan tidak terlepas dari tujuan hidup saya.” jawab
Fatimah.
“Jawaban yang bagus Fatimah, tapi kenapa Fatimah bisa memiliki tujuan hidup seperti itu?
Tidak seperti teman yang lainnya yang mempunyai cita-cita setinggi langit?” tanya Pak
Guru.

“Saya memang tidak punya cita-cita setinggi langit, tapi saya yakin, Pak. Saat saya
memiliki tujuan hidup dan saya memaksimalkan usaha dan kemampuan yang saya punya,
tanpa bermimpi atau menarget pasti hasilnya akan lebih baik. Mungkin saya bisa melebihi
cita-cita teman saya yang setinggi langit yaitu menjadi seluas alam semesta.” jawab
Fatimah.

“Wah, bagus kamu, Fath. Tak sangka ternyata di zaman seperti ini masih ada seorang
remaja yang memliki pola pikir seperti itu.” Kata Pak Guru.

Bel berbunyi, tandanya waktu pulang tiba. Semua murid bersiap-siap untuk pulang.
Fatimah tidak pulang, dia pergi ke tempat lesnya. Di tempat lesnya terpampang sebuah
poster yang isinya menjelaskan tentang beasiswa untuk siswa yang kurang mampu, kalau
siswa tersebut lolos dalam tahap-tahap penerima beasiswa, maka siswa tersebut dibebaskan
biaya saat dia kuliah nanti. Fatimah tertarik dengan beasiswa itu, dia pikir jika dia diterima
menjadi salah satu siswa penerima beasiswa pasti kedua orang tuanya akan tersenyum
penuh dengan kebahagiaan. Fatimah pun menulis syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk
mengikuti beasiswa tersebut.

***

“Mah, tadi di tempat les Ade ngeliat poster beasiswa. Ade mau ikut beasiswa itu, syarat-
syaratnya ini, diusahain besok udah ada. Nanti sama Ade syarat-syarat dan formulirnya
dikasih ke tempat les.” kata Fatimah. “Emang beasiswa apa, Fath?” Tanya Mamah.

“Beasiswa bagi siswa yang tidak mampu, nanti kalau Ade lolos seleksi, Mamah enggak
usah bayarin Ade kuliah.” jawab Ade sambil tersenyum.

“Ikutan aja, Fath. Biar Mamah yang ngumpulin syarat-syarat untuk beasiswanya. Kalau
kamu nanti lolos, mamah sangat terbantu sekali.” kata Mamah. “Siap deh, Mah. Makasih
ya, Mah.” Kata Fatimah sambil memeluk Mamahnya.

“Sama-sama, Fatimah sayang.” Kata Mamah.

***
Ada beberapa tahap untuk bias mendapatkan beasiswa itu. Tahap pertama adalah tes
akademik I, tahap kedua adalah wawancara, dan tahap ketiga atau akhir adalah tes
akademik II. Tahap pertama yaitu tes akademik I dilaksanakan di Ganesha (tempat
dilaksankanannya setiap tahap beasiswa), banyak sekali siswa yang mengikuti beasiswa
tersebut. Kurang lebih ada sembilan ratus orang yang mengikuti beasiswa itu. Fatimah
menempati duduk di belakang, dengan persiapan tes yang kurang maksimal, Fatimah tetap
berdoa agar diberikan kelancaran dan kemudahan oleh Allah dan diberikan hasil yang
terbaik oleh Allah.

Tes akamedik I pun dimulai, semua siswa mengerjakan soal yang diberi oleh panitia. Satu
menit, dua menit, tiga puluh menit, waktu berlalu begitu cepat.

“Waktu yang tersisa lima belas menit lagi.” kata panitia. Dan waktu untuk mengerjakan
soal pun habis. Fatimah mengerjakan soal itu semampunya, semampu yang bisa dia
kerjakan. Hasil yang nanti dia dapati, baik buruk maupun baik. Dia serahkan semuanya
pada Allah.

***
Pengumuman siswa yang lolos beasiswa pun dibuka. Dengan cepatnya, Fatimah melihat
hasilnya. Syukur Alhamdulillah, Fatimah lolos tahap pertama. Tak ada kata yang bisa
Fatimah ucapakan selain ucapan terima kasih kepada Allah atas jalan yang Dia beri untuk
Fatimah. Siswa yang lolos tahap pertama kurang lebih tiga ratus orang.

Siswa yang lolos tahap pertama, diminta untuk datang ke Ganesha untuk pendataan dan ada
beberapa hal yang akan disampaikan kepada siswa yang lolos.

***
Semua siswa pun berkumpul di Ganesha pada hari yang telah ditentukan. Dalam pertemuan
itu dijelaskan bahwa tahap kedua yaitu wawancara telah dilalui, mereka mewawancarai
peserta melalui formulir yang diisi oleh peserta.

Tersisa satu tahap lagi untuk mendapatkan beasiswa tersebut, tahap ini adalah tes akademik
II yang akan diselenggarakan berbarengan dengan gelombang kedua beasiswa tersebut.
Pada bulan Desember, tahap ketiga ini akan dilaksanakan. Supaya para siswa mempunyai
bekal ilmu yang cukup untuk tes akademik II, siswa diberi les gratis oleh Yayasan Ganesha
dan salah satu tempat les di kota itu.

Para siswa diberi secarik kertas, di sana tertulis jadwal yang akan dipilih untuk les. Fatimah
pun memilih hari-hari yang tidak bentrok dengan kegiatannya.

***

Saat itu Fatimah merasa bebannya mulai bertambah, dia harus meluangkan banyak waktu
untuk belajar. Padahal sudah cukup baginya les sepulang sekolah yang dia lakukan dua kali
seminggu. Entah mengapa hatinya tak menerima dirinya disibukkan oleh hal seperti itu. Dia
lebih baik disibukkan dengan kerjaan organisasi atau disuruh pergi kesana kemari. Beban
yang Fatimah rasakan saat ini membuat dirinya menjadi stres, akhirnya Fatimah pun jatuh
sakit. Sangat jarang Fatimah sakit dua kali dalam satu bulan. Dia pun bingung, kenapa
dirinya sakit lagi? Pada hari Minggu, Fatimah bertemu dengan seseorang yang suka
memberinya solusi. Sebut saja orang itu Kakang. Fatimah pun menceritakan semua
bebannya pada Kakang. Dengan bijak, Kakang memberikannya solusi.

“Tidaklah satu pun makhluk di dunia ini yang tidak diberi ujian oleh Allah. Semua yang
terjadi di dunia ini sudah diatur oleh-Nya. Mungkin saja pandangan kita buruk terhadap
suatu hal, tapi ternyata hal itu adalah hal yang baik bagi kita. Allah sudah merencanakan
semua hal yang terbaik bagi kita. Janganlah kita selalu suudzan pada-Nya. Sekarang yang
Fatimah alami adalah ketidaksukaan Fatimah disibukkan dengan banyaknya tambahan
belajar di luar jam pelajaran sekolah. Namun mungkin dibalik ketidaksukaan itu, terdapat
suatu hal yang baik bagi Fatimah. Sekarang yang perlu Fatimah lakukan adalah berbaik
sangka kepada Allah, Dialah yang mengatur kehidupan kita, baik atapun buruknya hanya
Dia yang tau. Pahamilah diri Fatimah bahwa Fatimah sedang berada ditempat yang
mengharuskan Fatimah untuk selalu belajar. Mungkin ini juga salah satu doa Fatimah yaitu
semoga selalu diberikan yang terbaik oleh-Nya. Mungkin inilah yang menurut-Nya terbaik
untuk Fatimah saat ini. Setelah berbaik sangka, yakinkan pada diri Fatimah bahwa ini
adalah kesempatan Fatimah untuk memaksimalkan kemampuan dan usaha yang Fatimah
lakukan.

Teruslah berjuang untuk tujuan hidup yang telah Fatimah pilih. Jangan pernah Fatimah
mengeluh akan suatu hal, karena itu tak ada gunanya. Tak ada bedanya kok, setelah atau
sebelum Fatimah mengeluh akan suatu hal. Nah terus, sakit yang Fatimah alami sekarang
bukan karena Fatimah cape melakukan suatu aktivitas. Tapi Fatimah lelah dengan perasaan
Fatimah sendiri, Fatimah stress menghadapi ini semua. Itu bisa membuat seseorang atau
Fatimah jadi sakit. Oleh karena itu, kendalikan stres itu. Kakang yakin, Fatimah pasti bisa.
Semangat!”
Satu, dua, tiga tetes air mata mengalir di pipi Fatimah. Fatimah sadar semua hal yang
dikatakan Kakang adalah benar. Kalaulah aku menjadi seorang yang mengeluh, apa
gunanya juga?

Solusi yang Kakang berikan pada Fatimah membuat Fatimah menjadi lebih yakin bahwa ini
bukanlah suatu beban tapi inilah jalan dan takdir Fatimah. Oleh karena itu, Fatimah harus
memaksimalkannya.

***

Sekolah, les, dan les, itulah rutinitas yang Fatimah lakukan tiap harinya. Hari ini, ya, hari
ini mungkin Fatimah sampai pada titik jenuh dia untuk belajar. Walau begitu, Fatimah tetap
istiqomah untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan memaksimalkan waktu yang ia
punya untuk hal yang berguna, salah satunya yaitu untuk belajar.

***

Beberapa bulan kemudian, bulan Desember. Tahap ketiga atau akhir yaitu tes akademik II
telah tiba. Fatimah telah duduk menunggu soal yang datang untuk dia isi. Soal pun
dibagikan, Fatimah mengerjakan soal-soal itu dengan teliti dan cermat.

Beberapa jam setelah tes, hasil dari tahap ketiga itu dipampang di sebuah mading di
Ganesha. Pada tahap ketiga ini hanya 150 orang yang lolos. Fatimah pun berburu dengan
siswa lainnya untuk melihat hasil tahap ketiga.

“Fatimah Azzahrah LOLOS”

Rasa syukur dia panjatkan kepada Allah SWT, tak ada kata yang dia ucap selain
Alhamdulillah. Hanya Allah yang dapat memberikan semua ini padanya.

***

Bulan Maret.
Tak terasa bulan yang ditunggu oleh para siswa se-Indonesia akhirnya datang juga. Setelah
usaha yang telah mereka lakukan, belajar setiap hari agar dapat mengerjakan ujian nasional
dengan lancar dan mereka akan merasakan hasilnya pada hari-hari ujian ini. Tetapi ada
beberapa oknum yang mengandalakan kunci jawaban yang telah mereka beli sebelum UN
dilaksanakan. Oknum tersebut membagikan kunci jawaban pada semua siswa termasuk
Fatimah. Tetapi dengan keyakinan yang kuat Fatimah menolaknya.

“Fatimah ingin mengerjakan ujian ini dengan jujur, tanpa kecurangan sedikit pun. Bukan
nilai atau kelulusan yang Fatimah diinginkan, tapi yang Fatimah inginkan adalah mental
baja seorang pemuda Indonesia di masa mendatang. Bukan para pemuda yang bermental
tempe yang tak siap mengahadapi dunia dan malah melakukan korupsi kecil-kecilan seperti
ini.

Kalau kalian masih melakukan hal semacam ini, tak salah kok kalau negara kita tidak akan
pernah maju. Kenapa? Karena pemuda penerus bangsanya sudah diajarkan sejak dini,
bagaimana caranya untuk melakukan kecurangan atau korupsi?” kata Fatimah dengan nada
yang tegas.

Semua oknum yang mendengar ucapan Fatimah seketika terdiam membisu, mereka sadar
bahwa yang mereka lakukan adalah salah. Akhirnya, oknum penyebar kunci jawaban UN
pun mengambil semua kertas kunci jawaban yang sudah ditulis oleh siswa dan
membuangnya.
“Berlakulah adil pada diri kita sendiri, kita selalu mengeluh kalau ada pejabat yang korupsi,
padahal secara tidak sadar kita pun melakukan korupsi kecil. Sudah cukup sampai sini kita
menyontek dan melakukan kecurangan. Ayo kita maksimalkan kemampuan yang kita
punya untuk mengisi soal-soal ujian ini. Buktikan bahwa kita bisa dengan kemampuan
yang kita punya.” Kata salah satu oknum kepada teman-teman di kelas. Ujian Nasional pun
dilaksanakan, semua siswa di ruangan Fatimah mengisi soal-soal ujian dengan jujur tanpa
melakukan kecurangan sedikit pun seperti menyontek.

Hari-hari Ujian Nasional telah Fatimah lalui. Setelah Ujian Nasional, ada ujian berikutnya
yang haru Fatimah lalui, ujian itu adalah PMBP ITB.

***

Beberapa hari setelah UN dilaksanakan. PMBP ITB (Penelusuran Minat Bakat Prestasi
Institut Teknologi Bandung) sudah di depan mata.

Fatimah mencari tempat duduknya untuk melaksanakan PMBP ITB. Selama dua hari
PMBP ITB dilaksanakan. Fakultas yang Fatimah pilih yaitu 3 diantaranya adalah FTI,
FTTM, dan FITB. Tak ada yang bisa membantu Fatimah pada saat PMBP kecuali Allah.
Fatimah selalu berdoa setelah solatnya.

“ Ya Allah, berilah petunjuk kepada hamba- Mu ini, berilah aku kelancaran dan kemudahan
untuk menjalani perjalanan hidup di dunia. Berilah aku jalan terbaik menurut-Mu.
Selamatkanlah aku di dunia maupun akhirat. Amin. ”

PMBP pun sudah Fatimah lewati. Walau semua ujian tulis telah Fatimah lalui, Fatimah tak
hentinya belajar. Karena dia tak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang. Apakah dia
diterima di ITB melalui jalur PMBP atau tidak? Yang tahu hanyalah Allah SWT.

***

Pengumuman PMPB pun dibuka, Fatimah membuka web ITB dan mengetikkan nama dan
nomor peserta ujian pada halaman web tersebut. Setelah menunggu beberapa detik.
Keluarlah hasil dari perjuangan seorang gadis kecil.

FATIMAH AZZAHRAH
Selamat Anda
DITERIMA
FTTM ITB

Sujud syukur, hal yang pertama kali dia lakukan setelah melihat hasil tersebut. Berterima
kasih kepada Allah yang memberikan dia hasil yang membuat kedua orang tuanya
tersenyum bahagia. Tidaklah satu makhluk di dunia ini yang tidak diberi ujian oleh Allah,
hasil yang Fatimah dapati hari ini bukanlah kesenangan belaka. Tapi itu semua adalah
sebuah ujian baru yang Allah berikan untuk Fatimah.

***

Beban, ya beban, sesuatu yang Fatimah anggap beban kali ini mulai berkurang. Tersisa satu
pengumuman lagi yang Fatimah nanti. Itu adalah hasil Ujian Nasional. Tak terasa, hari
pengumuman pun tiba. Sekolah mengirim hasil Ujian Nasional via pos ke setiap rumah.
Surat itu pun sampai di rumah Fatimah. Perlahan Fatimah membuka isi surat itu. tertulis
disana sebuah kata LULUS, tersenyumlah Fatimah.

***
“ Ya Allah, ya Rabb. Apakah semua ini adalah takdir yang terbaik yang engkau berikan
padaku saat ini? Apakah ini jalan yang telah kau berikan agar aku tetap istiqomah pada
tujuan hidupku? Jika iya, aku akan berusaha semaksimal mungkin dengan detik-detik
terakhir yang aku punya agar aku bisa membuat bumi dan isinya menjadi lebih baik.
Terima kasih atas segala yang telah Kau berikan kepadaku ya Allah, tanpa-Mu aku bukan
apa-apa di dunia ini. SemogaEngkau selalu menuntun setiap langkah yang aku jalani.
Amin. ”

Cerpen Pendidikan – Welcome Exam I


am Ready
Cerpen pendidikan – malam kian larut waktunyatarik selimut angin berhembus lembut
,malam yang sunyi, hanya deru kendaraan roda 2 dan roda 4 yang terdengar, lampu2 di
setiap rumah masih menyala hanya pintu2 rumah mereka yng tertutup rapatjarang sekali
ada pedagang keliling melewati gang2 rumahku d malam hari mungkin karena sepinya
pembeli, tapi sepertinya aku tidak bisa secepat itu untuk larut dalam indahnya mimpi yang
sering datang menghampiriku,ku persiapkan barang2 yang akan ku bawa esok hari aku rasa
hnya aku yang terlambat datang ke asrama tapi tak apalah kapan lagi aku datang
terlambat ,yang penting aku tidak terlambat mengikuti ujian UAS & Ujian praktek yang di
adakan di asramaku . semua perlengkapanrasanya sudah kumplit tidak ada yang tertinggal
mulai dari baju tidur ,baju sekolah,kosmetik sampai perlengkapan mandipun sudah ku
persiapkan tinggal tunggu hari esok hmmmzzzzz seperti mimpi rasanya ,aku akan
menginap di asrama selama 2 week! Owh sangat2 mengejutkan,waktu menunjukan pukul
11.15 mata ini belum terasa mengantuk ntah apa yang menyebabkan mataku masih terjaga
padahal aku sudah memejamkannya berulang kali ,gelisahkah aku?apa yang ku
gelisahkan?.

@@@

“hi k’Ulya,kapan datang nie? Gm kabarnya?lama banget kamu g datang ke sini”ku hanya
menjawab dengan senyuman Rona mengerti maksudku,jujur saja aku udah g nyaman lagi
kalau harus tinggal lama di sana mungkin karena sekarang aku merasa nyaman hidup di
luar atau mungkin karena aku memang sudah tidak bermukim lagi di asrama jadi merasa
canggung dan malu,pertama datangpun aku mulai merasa malu untuk menginjakan kaki di
tempat itu teman2kupun tidak ada yang menyambut karena aku tidak memberi tahu mereka
kalau aku akan datang sore itu, ku rasa merekapun akan tahu aku dating, tanpa harus aku
beri tahu .ku meminta tolong pada Rona untuk membantuku mengangkatkan koper yang
begitu berat untung saja dia mau ,semua mata tertuju padaku ketikaku melewati masjid
yang dekat sekalidengan kamar teman2ku ya itulah alumni pasti jadi pusat perhatian para
santri baru ataupun santri lama yang mengenali kita,ku tundukan pandanganku karena rasa
malu padahal untuk apa aku malu toh aku masih mengikuti aturan yang ada di asrama tapi
ya mungkin itu salah satu dari sifat ku yang masih mendarah daging dan mudah- mudahan
itu hilang ,hilang dalam kebenaran dan muncul dalam kesalahan. sore itu cuaca terlihat
cerah seolah mendukungku untuk terus semangat menghadapi ujian hari esok ,ku sapa
semua teman2ku yang ku dapati di sana mereka tersenyum ramah padaku menyapaku
dengan penuh senyuman aku senang bisa bertemu dengan mereka kembali sungguh kapan
lagi aku bisa bertemu dengan mereka selain di keseampatan kali itu ,ku rebahkan tubuh
yang lelah ini di atas tumpukan kasur yang tersusun rapih mereka bnyak bertanya padaku
tentang hidupku ketika sudah di luar asrama tentang pasanganku dan pastinya tentang
perkembanganku,bagai seorang artis yang sedang di wawancarai saja !!!…………..

Sore berganti malam, indah! ku bisa melihat kembali keindahan di malm hari yang
sesungguhnya, bintang yang bertebaran bagaikan kumpulan galaxy yang terlihat begitu
jelas ku lihat pancaran bulan yang beitu terang meramaikan suasana malam ,asrama begitu
ramai dengan teriakan para santri yang sedang belajar di malam hari para ustadz
mengontrol berjalannya aktivits di malam itu ,angin berhembus sepoi2 menyentuh tubuh
semua orang yang terlibat di dalamnya ku enggan untuk kembali menyaksian indahnya
malam itu udara mengalahkan ragaku aku kembali ke dalam kamar yang cukup untuk kami
para alumni menginap di dalamnya aku terlelap dala tidurku,bersiap untuk hari esok hari di
mana aku juga teman2ku yang lainnya akan menghadapi ujian Aliyah.
.”Ulya di mana ruang ujian kamu?”Tanya Avril padaku ,setelah ku lihat daftar urut tempat
duduk ternyata aku dan Avril satu ruangan tempat duduk kami berjauhan Avril duduk di
barisan depan sedangkan aku duduk di barisan belakang dekat dengan Raja di depanku
sedangkan di sebelahku sendiri ada Ira dan Zizi ,aku senang dengan hal itu kutersenyum
padanya dia tahu kalau ternyata aku satu ruangan dengannya ,ujian yang menyenangkan
fikirku tapi pertama ujian ku merasa kurang nyaman karena ternyata di ruanganku ad 6
orang ikhwan ,lama ku menjalaninya akhirnya ku terbiasa juga tapi aku tetap harus tahu
batasannya meskipun kami memang tidak terlalu di awasi lagi ujian hari pertama lulus
sensor tdk ada masalah, aku juga yang lainnya free dari pengawasan guru2 ya ada di
sekolah itu .
Hari demi hari kami lalui dengan sempurna tidak ada masalah sedikitpun seseorang jauh di
sana slalu menyemangati ku untuk slalu bersemangat mengerti dengan keadaanku
,mengingatkanku dalam segala hal menemaniku di kala sepi ,sibuk,juga dalam keadaan
ketika ku membutuhkan org yang dapat membantu ku untuk menyelesaikan sebuah
pekerjaan yang menurutku memusingkan karena jujur aku kurang bisa dengan hal kerajinan
tangan meskipun aku seorang perempuan,mungkin dia menganggapku lebih tapi aku belum
bisa sepenuhnya untuk bisa terus dekat dengannya karena ku punya pengalaman pahit
dalam masalah cinta ,aku tidak ingin di sakiti untuk kedua kalinya dan aku tidak ingin
menyakiti siapapun,

@@@

kami memang curang dalam ujian kali ini tapi mereka lebih curang dari kami, kami
mengkaji sendiri soal2 yang akan di ujikan sedangkan mereka mendapatkannya dari guru2
mereka tapi kami juga sadar kami tdk boleh suudzon dulu Karenaitu merusak reportase
kami sebagai seorang murid di asrama kami 1 minggu kami lalui ujian UAS itu, 2 hari
terakhir masalah mulai bermunculan kami ketahuan mendapatkan jawaban-jawaban untuk
soal yang akan di ujikan semua murid yang membawa hand phone mengumpulkan hand
phone mereka trkecuali ruanganku dan sebagian teman aku yang lain ku hanya diam ku
sembunyikan dalam saku bajuku dan untungnya ruanganku bebas dari penggeladahan, hand
phone ku selamat ,hari terakhir ujian sekolah semua pengawas menggeledah baju kami satu
per satu untung waktu penggeledahan aku tidak membawa hp ku lucunya ketika
penggeledahan di langsungkan satu dari kami menyembunyikannya ke dalam tempat
terlarang ,gelak tawa terdengar di ruang kami terutama ikhwan yang ada di tempat benar2
hal yang menggelitik .
“Ya,kamu bawa lg?” Tanya salah satu dari teman ku.aku menggeleng sembari tersenyum
dia mengiyakan .awan mendung,dia seperti tidak bersahabat aku terdiam ada rasa takut
dalam hati kalau kami akan dapat masalah yang besar hari itu bpk kepala sekolah masuk
keruangan kami ,ku kira kami akan dapat hukuman darinya
“asslamkum wr’wb’…baiklah anak2 ujian praktek kita mulai dari sabtu, minggu ini…! ,di
karenaka hari jumat tanggal merah jadi besok ujian di liburkan dahulu baiklah mungkin
hanya itu saja,wassalamkm”
“jadi aku di sini 1 minggu lagi donk ?”
“ya seperti itulah Ulya”
“subhanallah ”,,,,,,,,
“sabar Ya”,
Ku tersenyum kaku tdk ku kira tadinya 1 minggu jadi harus 2 minggu ku rasa percuma aku
terus mengeluh ,toh tdk membuahkan hasil .

@@@

Hari kamis ,hari dimana kami mulai mengikuti ujian praktek fiqih dan aqidah ,kami mampu
menghadapinya .syukurlah kami lolos dalam ujian praktek pertama ini .
Udara segar cuaca yang mendukung ku rasa hari itu kami akan sibuk mempersiapkan
makalah yang harus di dwon load ya untuk apalagi kalau bukan untuk kami serahkan di
hari sabtu nanti ,aku dan Mala pergi dari asrama kami mencari warnet yang lumayan jauh
dari sekitar asrama, cukup menggunaka waktu yang lama kami mendown load. ya memang
aku kurang bisa jadi lumayan lama .cuaca semakin panas matahari kian memperlihatkan
sinarnya mobil2 berjajar di sepanjang jalan aku bru melihat pemandangan seperti itu
,memang hari itu adalah hari jum’at jadi banyak kendaraan beroda 4 memilih untuk
berhenti sejenak memenuhi masjid di pinggir jl raya tsb ku terus berjalan menuju warung
bakso untuk mengisi perut yang masih kosong sedari pagi tadi .untung saja aku sudah biasa
dengan perut kosong jadi bukan masalan lagi untuku kalau aku belum makan.
“Ulya,cerpen gimana?apa kamu udah menyelesaikannya? “Tanya Ammar pada ku,ku kira
mereka tidak menyerahkannyha pada ku jadi aku enjoy saja tanpa membuat cerpen itu,

Hari yang aku tunggu hari sabtu,kami akan melakukan praktek olah raga ,kami kenakan
pakaian olah raga angkatan kami dan semua terlihat serempak ,aku suka pemandangan
seperti ini semua murid harus mengikuti olah raga yang di tentukan tapi aku mundur ketika
olah raga loncat jarak jauh aku rasa aku tdk usah mengikuti olah raga yang satu itu,kenapa?
jika olah raga itu di pisah antara akhwat dan ikhwan aku pasti akan mengikutinya tapi
nyatanya tidak ada batasan antara kami,jadi lebih baik aku mundur saja…..
“dhe,kenapa tadi ga loncat ?”tanya Akara padaku dia memang saudaraku ,saudara yang
menyebaklkan tapi menggemaskan juga
“ndak k,”
“kenapa?kamu g dapat nilai donk dhe?”
“nggk k biarin aja,”
“hmmz kamu nie dhe harusnya kamu tadi loncat”Sembari mendekati ku ,lalu berjalan
mundur menjauh dari hadapan ,aku bejalan meanjauh dari toko yang tadi aku datangi untuk
membeli sebuah minuman karena haus yang ku rasakan kami berjalan bersamaan, ikhwan
di belakang kami dan akhwat di depannya terbalik sich memang ,tapi ku rasakan bagaimana
namanya sekolah di luar sana bebas tanpa ada hijab olah raga yang menyenangkan kapan
lagi bisa olah raga bareng dengan teman2 !,usai praktik olah raga aku bergegas membeli
sebuah buku tulis untuk membuat cerpen yang harus jadi secepat mungkin. dengan gerakan
yang cepat ku sambar pulpen yang sedari tadi bersembunyi dalam kantong bajuku
.penulisan cerpen baru akan di mulai, ku berusaha menyelesaikannya dalam jangka waktu
yang singkat tapi tetap saja cerpenku belum saja selesai di hari itu juga, ku mencoba untuk
tidak tidur malam demi menyelesaikan karyaku, seseorang di sebrang sana setia
menungguku dengan suaranya ,aku terhibur semua tidak menjadi beban untukku baru kali
ini ada orang yang begitu perhatian terhadapku setia menemaniku ,mengajariku,memberi
motivasi padaku juga sabar dengan keadaanku yang mungkin slalu menyebalkan orang
yang ada di sekitarku.Hubungan kami tidak bisa di bilang pacaran karena memang kami
tidak pacaran mungkin bisa di bilang HTS (Hubungan Tanpa Setatus ),tapi kurang srrek
juga kalau di bilang hts aku lebih suka kami adik kakak ketemu gede gitu ,sama aja kali
ya,,ntahlah aku bingung sendiri ……………..!!!!!!!!!!!!,^_^…

Esok hari yang mendung hari ahad,aku terus mengerjakan tugasku yang belum selesai,
cerita yang panjang menurut teman2 ,tapi tidak menurutku hari semakain siang besok
adalah pengumpulan hasil karya,seperti karya ilmiyyah,cerpen,dan hasil karya yang lainnya
,sedangkan aku belum juga menyelesaikannya tepat jam 16.30 akhirnya cerpenku selesai
juga,baru kali ini aku dapat menyelesaikan cerpen dalam waktu yang singkat biasanya ku
kerjakan dalam waktu yang lama tapi tidak untuk kali ini ,sore itu aku mengajak Kay
mengantarku ke kampus putra untuk menyerahkan hasil karya yang akan di ketik oleh
ikhwan di kelompok ku,tapi ketika ku sampai di sana hanya kekecewaan yang ku dapat
mereka tidak memberitahu kalau mereka terlebih dahulu mendownload sebuah cerpen,aku
tidak marah tapi aku hanya kesal saja kesal karena mereka sendiri yang menyuruh ku untuk
secepat mungkin menyelesaikan cerpen yang mereka percayakan padaku tapi ketika ku
menyelesaikannya ternyata mereka lebih dulu memilikinya,ku kucewa sangat untuk apa
aku lembur sedangkan tidak membuahkan hasil.
?“sebel banget,kenapa g kasih tahu aku kalau udah di selesaikan,?”
Massageku baru di balasnya malm ,aku makin kesal dan kecewa

?“assalammu’aliakum”?

?“wa’alaikumsalam ada apa ust?”panggilku padanya meskipun dia satu angkatann


denganku ,krena dia ustadz di asrama jadi lebih baik aku panggilnya seperti itu

?“mana cerpennya?”

?“perlukah?”

?“ya sangat perlu”

?“bukannya udah selesai terlebih dulu?”

?“kata siapa”.

?“kata ust Salman”

?“kata siapa Ulya?”


Aku makin kesal, sebenarnya beliau mempermainkanku atau sedang menguji
kesabaranku?,aku tidak mengerti dengan yang di maksudnya dan apa maunya mudah2an itu
hanya firasatku yang buruk saja

?“tadi kan aku udah bilang,kata ust Salamn ust ……………..tadi sore aku ke asrama
ikhwan tapi waktu aku tanyakan kemana ust Ammar yang lain bilang kalau antum lagi
main footsal ya udah aku kembali ke asrama akhwat ,toh nuggu anmtum juga ga ada
gunanya “

?“Ulya marah ya?”

?“insyaallah tidak ada kata marah, untuk apa aku marah? Ga ada guna aku marah yang
penting tugas selesai”.

?“afwan ya Ulya “

?“ga apa2 toh aku juga yang salah kerjaanku kurang cepat “.
“^_^”………….

Malam yang kelam terdengar suara jangkrik di mana2 aku meminta Mita menemaniku
malam itu, dia adik kelasku yang begitu dekat denganku aku ,Mita,Nina,kami benar2 klop
banyak kesamaan dalam diri kami itu yang ku rasakan .kami saling melepas kerinduan
banyak berbagai macam hal yang kami ceritakan mulai dari kelulusan pengabdian ,sampai
jodoh hmmzzz jodoh ea memang kita tidak tahu siapa jodoh kita ,udara yang dingin
menemani kami semilir angin membuat bulu kuduk kami berdiri tapi kami terus
menembusnya dengan cerita2 hangat malam itu.Mita adik kelas ku yang baik, pintar,
shalehah manis tdk salah jika teman seangkatanku Yusuf menyukainya ku harap mereka
bisa sampai pelaminan itu do’a ku untuk keduanya tapi tetap jodoh ada di tangan Tuhan
,mata kami terasa kantuk aku berjalan menuju kamar temanku yang lain untuk
menyelesaikan tugas kerajinan kami,kk’menemaniku mebantu menyelesaikan kerajinan
tangan pada malam itu pukul 01.00 tugas baru saja selesai kk’ masih menungguku untuk
cepat tidur dia tidak bisa menutup hand phonenya jika dia tahu kalau aku masih terjaga
,perhatiannya padaku sangat pagi,siang,malam pasti tak lepas dari menelephoneku dia tahu
waktu tidak mengganggu ku ketika ku belajar pokkoknya sangat perhatian pada ku .atau
mungkin aku terlalu mempercayainya?

@@@

Senin ,26 maret 2012 waktunya pengumpulan karya ilmiyyah dan kerajinan tangan ,sukses
akhirnya ujian praktek seslesai juga yang artinya aku bisa cepat pulang meninggalkan
asrama tercinta hari itu kami mengumpulkaan hasil kerajinan kami juga karya ilmiyyah
kami ,ada kecurangan dalam pengumpulan karya lmiyyah kami di suruh untuk talking
ketika pengumpulan karya ilmiyyah bahasa inggris sedangkan murid dari sekolahnya
sendiri hanya di suruh untuk mengumpulkannya saja tapi tak apalah itu pembelajaran buat
kami,supaya kami tambah pintar waktu itu karya ilmiyyah berbahasa inggris kami tanpa
memakai jilid akhirnya kami mengumpulkannya lalu menjilidnya bersama ,aku dan Putri
pergi menuju foto copy terdekat kebetulan sekali di sana aku bertemu dengan Adhan dia
ikhwan ,teman seangkatan denganku aku dekat dengannya dulu teman2 bialang kalau dia
suka denganku dia memang akrab dengan orang tua ku dia perhatian baiik,pintar,tapi ntah
kenapa aku tidak bisa untuk menerimanya sebagai seseorang yang sepesial,aku ingin dia
menjadi lebih baik lebih shaleh lebih tahu akan syariat agama aku harapaku bukanlah
penghancur akhlak dan imannya itu alasananku kenapa aku tdk memberi respon lebih
padanya juga memang karena umur kita terpaut tidak jauh dan aku tidak ingi kita hanya
have fun aja untuk masalah yang satu ini,aku tersenyum padanya begitupun dia !

“hi,ya gimana kabar ummi?’

“Alhamdulillah baik “ku tersenyum padanya

Adhan ,apa benar sekarang kamu denganya?kenapa?apa karena aku tidak memberikan
jawaban pada mu waktu itu?kamu jadi dingin padaku Dhan ,tingkah lakumu sekarang ini
berbeda dengan itngkah lakumu sebelumnya tidak seperti biasanya .Dhan ada apa dengan
mu?kamu sekarang bukanlah Adhan yang ku kenal dulu …..(ku berbicara pada diriku
sendiri ),
Setelah penjilidan selesai aku juga putri kembali ke sekolah untuk menyerahkan hasil
jilidan karya ilmiyyah kami,setelah menyerahkan kertas2 HVS itu kaki ini cepat melangkah
menjauh dari ruangan pengumpulan tugas, ku berjalanterus berjalan menuju kantin sebelum
saampai ku urungkan niat ku untuk terus melanjutkan langkahku,ku lihat Adhan
menyandarkan lengannya di atas pangkuan Tiara mereka terlihat begitu dekat, dari awal
aku udah yakin kalau Adhan akan dengannya gelak tawa canda ria terlukis di wajah
keduanya tersirat rasa takut di wajah mereka,ntah ketakutan apa yg mereka sembuyikan
,takut kalau aku tahu mereka menjalin hubungan khusus ?itu pasti karena aku tahu hal
itu,dan percuma mereka tdk bisa menyembunyikannya dari ku .ntah kenapa hati ini sakit
,bukan sakit karena aku tdk bisa menjadi kekasihnya akan tetapi sakit karena mereka
menusukku dari belakang ,ingin ku menangis sejadinya tapi untuk apa?kenapa? jika ku
menangis karena masalah itu sungguh aku adalah orang yang munafik di antara teman2ku
bukankah aku beragama islam bukankah aku beriman? Kenapa harus menangis karena hal
seperti itu ?tapi tak bisa aku pungkiri air mata ini begitu cepat meleleh, pipiku basah
olehnya ,aku harap tidak ada yang menyaksikan hal itu biar hanya aku dan diri-NYA yang
tahu .hari semakin siang terik matahari solah menantang kami agar terus berjuang tanpa
mengeluh menggapai mimpi

“tadi dari mana Lan?”Tanya Nirna pada Alan ,aku seamakin penasran karena setahuku tadi
Alan mengantar Adhan sampai depan gerbang sekolah.

“itu na, Adhan minta di antar sampai depan”

“ya elah kedepan aja minta di antar,dia kan cowo Lan,memang ada apa?”.

“itu katanya tadi Tiara sms cepat pulang,pengen pulang bareng”

“hmzzzzz emangnya di tunggu di mana sama Tiara?”.

“di dekat masjid depan itu loch”

“owhh”.

aku hanya tertegun menopang dagu,ku tidak menyangka dengan semua yang terjadi di
asrama,juga yang terjadi pada sahabatku air mataku meleleh kembali sedih,dada ini sesak
dengan pengakuan Alan tadi kegelisahan mulai tidak bisa di redakan lagi aku benar2 tidak
betah lagi untuk tinggal lebih lama di asrama,apalagi jika aku harus melihat kemesraan dan
kedekatan mereka di setiap mereka bertemu tapi kenapa aku harus merasakan hal itu?ku
mengingat-NYA sesering mungkin, meredakan perasaan yang gelisah berusaha mendekat
pada-NYA,menjauhkan perasangka buruk yang sering menghampiri,
“Ulya,kapan kamu pulang?”

“secepatnya”.

“kusam banget ya”

Senyuman yang hambar untukku saat,,, itu sangat hambar,apa aku cemburu?idak itu tidak
ada dalam kamusku ,besok aku pulang aku pasti bisa melupakan kejadian itu,malam
terakhir di asrama ku curahkan semua kegelisahan ku pada Mita,dia merespon dengan baiik
dia mengerti keadaanku saat itu,seharian wajahku masam tapi ketika ku bersama Mita
senyum ku kembali menghiasi bibirku yang seharian kecut.Sekarang aku dapat mengambil
hikmah dari semua yang ku lalui selama ku mengikuti ujian Aliyyah itu aku hanya dapat
bergumam

“good bye Adhan,,smoga kita dapat bertemu kembali..sukses slalu teman kelak kita akan
ssssmerasakan indahnya kesuksesan yang telah kita raih”

Senyumku mengembang Ku seret koperku menjauh dari kamar alumni,aku alumnni


pertama yang meninggalkan asrama pagi itu udara yang sejuk menemaniku dalam
perjalanan pulang,embun pagi membelaiku dalam indahnya panorama sepanjang jalan.

Bandung,29 Maret 2012

Cerpen Karangan: Syahla Haura Syamma


syahla haura syamma nama pena dari nuurul baiti,,,lahir tanggal 7 januari 1994 di
garut,,,namun dibesarkan di bandung selanjutnya melanjutkan study setelah sekolah di
pondok Darussalam Garut.Aktivitasnya sekarang hanya kuliah di UIN bandung dan
mengikuti aktivitas selingan seperti nasyid dan bela diri..

Anda mungkin juga menyukai