Dicy Chandra Tarigan
Dicy Chandra Tarigan
Dicy Chandra Tarigan
“LANGAKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN”
Dosen Pengampuh :
BANGUN SETIA HASIBUAN.S,pd.,M.Or.
Disusun Oleh :
DICY CHANDRA TARIGAN (6193311020)
Lompat jauh adalah jenis olahraga atletik yang membutuhkan kecepatan, ketangkasan dan
kekuatan seorang atlet untuk melompat sejauh mungkin dari titik lepas landas atau garis
lompat kemudian melayang di udara dan mendarat sejauh-jauhnya dalam bak pasir.
Jumper atau pelompat biasanya akan mengambil ancang-ancang sejauh 30 meter (100 kaki)
dari garis lompat, kemudian mempercepat langkah kakinya sampai kecepatan maksimum
sebelum melakukan tolakan (meloncat) dengan satu kaki sedekat mungkin dari tepian garis
lompat.Jika kontestan melompat melebihi batas garis lompat. Maka loncatannya dibatalkan
atau tidak sah. Sementara bila peserta melompat jauh di belakang garis lompat itu
dibolehkan, hanya saja ia kehilangan jarak berharga. Jadi, atlet lompat jauh harus berlari
sekencang mungkin kemudian meloncat sedekat mungkin dengan tepi garis lompat agar
hitungan lompatannya lebih maksimal.
a. Variasi latihan untuk meningkatkan lompat jauh :
1. Latihan lari cepat jarak pendek untuk melatih awalan
2. Latihan step-jump untuk melatih tumpuan
3. Latihan step-jump menggunakan gawang kecil sebagai media untuk melatih tumpuan
4. Latihan melompat melewati gawang kecil dengan jarak 4 langkah dari gawang ke gawang
dengan menggunakan kaki yang terkuat
5. Lompat jauh dengan awalan pendek
6. Latihan lompat penekanan pada tumpuan dengan menggunakan gawang kecil sebagai
media.
7. Latihan melompat penekanan pada gerakan melayang diudara
8. Latihan gerakan melayang diudara menggunakan gaya jongkok (ortodok)
9. Latihan gerakan melayang diudara menggunakan gaya schnepper(menggantung)
10. Latihan gerakan melayang diudara menggunakan gaya berjalan diudara (walking in the
air)
11. Latihan penekanan pada pendaratan
12. Latihan cara mengambil awalan dengan kaki kanan didepan dan kaki kiri dibelakang
Lompat jauh mempunyai teknik-teknik dasar. Teknik-teknik yang harus dipejari ketika
akan melakukan olahraga lompat jauh diantaranya adalah:
Teknik awalan
Teknik tolakan
Teknik melayang dan
Teknik pendaratan.
Teknik awalan dalam olahraga lompat jauh yaitu dengan cara berlari sekencang-kencangnya
hingga mencapai kecepatan maksimal.
Beberapa atlet membutuhkan jarak antara 30 meter hingga 45 meter untuk mencapai
kecepatan maksimalnya. Bahkan beberapa membutuhkan jarak ancang-ancang yang lebih
jauh.
1. Posisikan kaki dengan nyaman, baik posisi sejajar atau bisa dengan salah satu kaki
berada di depan.
2. Berlari dengan perlahan terlebih dahulu, lalu lakukan lari sprint hingga mencapai
kecepatan maksimal.
3. Usahakan saat lari sprint, tubuh masih seimbang dan terkendali agar dapat melakukan
tolakan.
4. Ketika sudah mencapai jarak sekitar 3-5 langkah dari papan tolakan, sobat perlu
bersiap untuk melakukan tolakan.
Agar dapat melakukan teknik awalan dengan optimal, sobat perlu membiasakan diri untuk
lari cepat atau sprint dari garis start hingga papan tolakan.
Dengan membiasakan diri berlari sprint, tubuh sobat nantinya akan terbiasa dan lebih mudah
untuk menemukan momen yang pas ketika akan melakukan tolakan.
2. Teknik Tolakan Lompat Jauh
Setelah melakukan teknik awalan, selanjutnya yaitu gerakan tolakan. Teknik dasar yang satu
ini bertujuan untuk merubah kecepatan lari horizontal ke kecepatan vertikal, sehingga tubuh
bisa terangkat ke atas dan melayang di udara.
Untuk melakukan gerakan ini, atlet biasanya menggunakan kaki yang paling dominan sebagai
tumpuan. Teknik tolakan ini akan sangat berpengaruh terhadap seberapa jauh jarak lompatan
yang diperoleh atlet ketika mendarat.
Tepat setelah melakukan tolakan, teknik dasar selanjutnya yang perlu dilakukan yaitu
melayang di udara. Ketika tubuh berada di udara, sobat perlu menjaga keseimbangan tubuh.
Salah satu caranya yaitu dengan melakukan gerakan kaki seolah-olah berjalan di udara.
Cara melakukan teknik melayang di udara :
Teknik terakhir dalam olahraga lompat jauh yaitu pendaratan. Cara melakukan pendaratan
yaitu dengan menundukkan kepala yang diikuti gerakan merentangkan tangan dan kaki
kedepan (dengan agak sedikit menekuk kaki).
Tujuan dari sikap ini yaitu agar saat mendarat, tidak ada anggota badan lain yang mengenai
pasir yang posisinya lebih ke belakang daripada kaki.
1. Gaya Ortodok (Sikap Jongkok)
Gaya ini dilakukan untuk memperoleh kecepatan tertinggi saat akan melompay
1. Ketika mulai melayang di udara, kedua lutut di tekuk dan diangkat ke atas.
2. Saat akan melakukan pendaratan, tangan ditarik ke belakang dan kaki diarahkan
kedepan yang disertai dengan menundukkan kepala.
3. Lakukan pendaratan dengan sempurna.
2. Gaya Schnepper (Sikap Menggantung)
1. Sesaat setelah melakukan tolakan, ayunkan kedua kaki ke belakang dan ke depan
yang diikuti dengan irama gerakan tangan.
2. Angkat tangan ke atas untuk menyeimbangkan badan saat berada di udara dan
usahakan agar posisi tubuh tetap tegak.
3. Saat akan melakukan pendaratan, luruskan kedua kaki ke depan dan lakukan
pendaratan dengan kedua tumit kaki terlebih dahulu.
3. Gaya Berjalan di Udara
Gaya melompat ini kerap kali digunakan oleh atlet lompat jauh. Nama lain dari gaya ini
yaitu walking in the air.
1. Tepat sebelum melakukan tolakan, pinggang sedikit diturunkan dan luruskan lutut
besarta sendi mata kaki.
2. Saat berada di udara, lakukan gerakan seolah sedang berjalan di tanah.
3. Saat akan mendarat, tarik lengan dan kaki kedepan dan kebawah.
4. Lakukan pendaratan dengan sempurna.
Seorang jumper atau pelompat dari olahraga lompat jauh lompatannya dinyatakan tidak
sah atau gagal apabila:
Menyentuh tanah dibelakang garis loncatan dengan bagian tubuh manapun baik itu
ketika melakukan tolakan atau berlari tanpa membuat tolakan. Jadi, jumper harus
melakukan tolakan tepat sebelum ujung garis loncatan atau sebelum garis tersebut.
Ketika melakukan pendaratan, pelompat menyentuh bagian lain di luar area
pendaratan.
Mendarat dengan gerakan salto.
Untuk membuat arena olahraga lompat jauh, ada ukuran dan standar sendiri dalam
olahraga ini.
Olahraga lompat jangkit (triple jump) adalah salah satu jenis olahraga atletik
cabang lompat dimana sang atlet akan melakukan tiga tahap lompatan untuk mendarat di bak
pasir pendaratan dengan awalan lari. Tiga lompatan dalam lompat jangkit ini disebut juga
sebagai hop-step-jump. Hop merupakan fase pertama lompatan yang dilakukan oleh atlet
dengan menggunakan kaki terkuat untuk melakukan tolakan. Step merupakan lompatan
kedua yang harus dilakukan dengan menggunakan kaki yang sama pada waktu fase hop dan
jump merupakan lompatan terakhir yang harus dilakukan dengan menggunakan kaki berbeda
sebagai tolakan. Tentu fase-fase tersebut harus dilalui dengan teknik-teknik tertentu agar atlet
bisa menghasilkan jarak lompatan terjauh. Berikut ini merupakan Variasi teknik lompat
jangkit:
a. Variasi latihan untuk meningkatkan lompat jangkit :
1. Latihan lari cepat jarak pendek untuk melatih awalan
2. Latihan gerakan hop/engklek menggunakan kaki kanan menggunakan media seperti kun
3. Latihan gerakan hop/engklek menggunakan kaki kiri menggunakan media seperti kun
4. Latihan langkah panjang seperti lari kijang
5. Latihan kombinasi engklek(kaki kiri dan kanan bergantian)-di lakukan menggunakan kun
6. Latihan lompat jangkit menggunakan matras/busa
7. Latihan engklek-engklek-lompat menggunakan kaki kiri mendarat dimatras/busa
8. Latihan engklek-engklek-lompat menggunakan kaki kanan mendarat dimatras/busa
9. Latihan engklek-langkah-lompat dan mendarat dimatras/busa
10. Latihan lompat jangkit dan mendarat di bak pasir
11. Engklek langkah lompat dengan awalan pendek menggunakan tanda kun sebagai media
dan mendarat di bak pasir
12. Engklek langkah lompat dengan awalan pendek menggunakan gawang kecil sebagai
media dan mendarat di bak pasir.
1. Teknik Awalan
Pada waktu melakukan teknik gerakan awal dalam lompat jangkit, pada dasarnya awalannya
sama seperti ketika Anda melakukan lompat jauh. Anda harus lebih dulu melakukan aksi
berlari dengan jarak kurang lebih 45 meter dengan target papan tolakan yang dituju. Dari
situlah, Anda baru akan bisa melakukan tolakan yang pertama.
Sebelum berlari, ancang-ancang sangatlah diperlukan, yakni dengan posisi awal start
berdiri sebagai bagian dari persiapan.
Anda perlu mengatur nafas lebih dulu supaya tubuh jauh lebih rileks.
Fokuskanlah pandangan ke bagian papan tolakan dan larilah ketika sudah siap.
Jagalah agar kecepatan berlari tetap tinggi dan konstan di mana tujuan utamanya
adalah agar memperoleh momentum lompatan paling sesuai.
Penting pula agar kaki tumpu penempatannya bisa tepat di bagian balok.
2. Teknik Tolakan
Pada bagian tolakan lompat jangkit, ada 3 tahapan yang perlu diperhatikan, terutama oleh
para atlet pemula. Tolakan terbagi menjadi 3 fase, sewaktu berjingkat, melangkah, hingga
melompat yang tentunya penting dipahami dengan benar supaya eksekusinya bisa sempurna.
Gerakan Tolakan saat Berjingkat – Atlet harus tahu bahwa kaki penolak dalam
gerakan ini perlu secara aktif mendarat dan bersiap untuk gerakan menendang. Saat
berjingkat atau berjinjit, pastikan agar atlet melakukannya secara datar namun memanjang
sebelum melakukan tolakan ke atas bagian depan.
Gerakan Tolakan saat Melangkah – Atlet harus bertindak cepat dalam tahap ini di
mana paha atau kaki bisa diayunkan secara bebas namun tetap secara horisontal. Atlet
setelahnya harus bersiap melompat sesaat setelah dari mempertahankan posisi bertolak.
Gerakan Tolakan saat Melompat – Atlet harus menggerakkan paha kaki secara
horisontal dan ayunan pun seharusnya bisa dilakukan secepat mungkin. Supaya bisa
melompat dengan benar, jauh dan maksimal, penting untuk mengangkat lengan dengan
mengarahkannya ke atas depan.
Gaya Berjalan – Jika memilih gerakan melayang di udara dengan gaya berjalan,
maka yang perlu diperhatikan adalah kita harus membusungkan sedikit bagian dada di
tolakan posisi awal. Lanjutkanlah dengan kedua tangan bisa berayun ke arah belakang di
mana gerakannya persis seperti sewaktu kita tengah berlari. Setelah tangan, kaki pun juga
kita turut ayunkan ke arah depan persis seperti gerakan sedang berjalan.
Gaya Menggantung – Jika memilih gerakan melayang di udara dengan gaya
menggantung, maka yang perlu diperhatikan adalah kedua tangan kita haruslah lebih dulu
diposisikan pada sisi telinga bagian dalam (pastikan posisinya ke atas lurus). Barulah
kemudian kedua kaku menyusul dengan posisi merapat dan mengayun dari arah belakang
menuju depan. Untuk awal tolakan, busungkan dada sedikit dan gerakkan ke belakang
sementara kita bisa mengayunkan badan dan lutut ke depan sekuat tenaga.
4. Teknik Mendarat
Supaya menghindari cedera, maka pendaratan pada lompat jangkit perlu dilakukan dengan
kedua kaki meski sebenarnya pendaratan dengan satu kaki pun sangat boleh. Hanya saja,
teknik mendarat hana dengan satu kaki justru memperbesar risiko atlet mengalami cedera
yang parah.
Ada beberapa peraturan dalam lompat jangkit yang telah ditetapkan oleh IAAF
(International Amateur Athletic Federation) sebagai berikut ini:
1. Atlet lompat jangkit tidak diperkenankan melakukan tolakan pertama dengan
melebihi batas papan tolakan, namun masih diperbolehkan melakukan tolakan
sebelum menginjak papan tolakan.
2. Tolakan kedua harus menggunakan kaki yang sama dengan tolakan pertama.
3. Tolakan ketiga harus menggunakan kaki yang berbeda dengan tolakan pertama dan
kedua.
4. Setelah melakukan tolakan ketiga, pada saat melayang, atlet lompat jangkit tidak
diperkenankan melakukan gerakan salto.
5. Atlet lompat jangkit tidak diperkenankan mendarat di luar area pendaratan.
Menyentuh tepi bak pasir juga dianggap sebagai diskualifikasi.
6. Bak pasir dihitung dari tepi depan mulai dari 13 meter dan seterusnya sehingga jika
atlet mampu melewati bak pasir sejauh 5 meter, artinya ia telah melompat sejauh 18
meter yang dihitung dari lompatan pertama dari papan tolakan
Lapangan lompat jangkit terdiri dari tiga bagian, yakni lintasan lari, papan tolakan, dan bak
pasir. Sebagaimana bisa dilihat dalam gambar, berikut ini penjelasan selengkapnya:
1. Bak pasir memiliki ukuran panjang minimal 7-9 meter dan lebar 2,75 meter dan diisi
dengan pasir halus.
2. Papan tolakan terletak sejauh 11-13 meter dari tepi depan bak pasir. Papan tolakan ini
memiliki ukuran panjang 1,22 meter, lebar 0,20 meter dan tinggi 0,05 meter yang
dicat dengan warna putih.
3. Panjang lintasan awalan untuk lari adalah 40-45 meter dengan lebar 1,22 meter
berbentuk lurus dengan garis tepi berwarna putih sebagai batas. Namun pada
kebanyakan lapangan lompat jangkit, lintasan awalan tersebut banyak yang tidak
memiliki batas tepi karena para atlet sudah dianggap tahu dan pasti akan lari dengan
trak lurus menuju papan tolakan.
Dalam olah raga lompat jangkit, diperlukan berbagai peralatan selain kostum dan sepatu
atlet. Berikut ini merupakan beberapa peralatan yang dipergunakan dalam pertandingan
lompat jangkit, diantaranya adalah:
1. Lapangan lompat jangkit.
2. Peluit untuk memberi aba-aba.
3. Pengeras suara untuk memanggil atlet dan mengumumkan hasil lompatan.
4. Alat pengukur lompatan, baik yang manual (meteran dan bendera) atau yang
menggunakan teknologi canggih.
5. Kamera pemantau lompatan.
6. Alat pengukur kecepatan angin.
7. Alat untuk meratakan pasir.
8. Bendera juri
3. Tolak peluru
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam atletik dimana sang atlet
akan melemparkan sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan
dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah ditetapkan.Olahraga tolak
peluru bisa dilakukan di lapangan indoor ataupun outdoor. Sebagai salah satu olah raga
cabang lempar, tolak peluru merupakan satu-satunya yang bisa dilakukan di lapangan indoor
karena tidak seperti lempar cakram misalnya, tolak peluru tak membutuhkan area pendaratan
peluru yang luas, karena sejauh ini belum ada atlet yang sanggup melempar hingga melebihi
jarak 25 meter.Tolak peluru merupakan salah satu olah raga berat yang tidak bisa dilakuka
sembarangan, meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan bola besi
dan selesai.Rata-rata para juara dunia baik untuk kelas laki-laki atau perempuan, memiliki
postur tubuh yang besar dan memiliki energi kuat untuk melakukan tolakan meski banyak
juga atlet tolak peluru yang memiliki postur tubuh sedang. Faktor penentu dalam tolak peluru
secara umum ada 2, yakni teknik dan postur tubuh atlet.
Teknik Tolak Peluru
Pada dasarnya, hakikat tolak peluru adalah memegang, lalu menolakkan peluru agar
terlempar jauh. Karena itu, untuk dapat melempar peluru sejauh mungkin, Anda harus
memperhatikan beberapa teknik dasar tolak peluru yang benar saat berlatih.
Teknik dasar tolak peluru sangat penting dikuasai para atlet tidak hanya agar bisa
menghasilkan lemparan yang jauh, tetapi juga untuk keselamatan atlet sendiri. Perlu diingat
bahwa kesalahan saat memegang dan melempar peluru besi yang berat dapat mengakibatkan
cedera serius.
Ada tiga teknik dasar tolak peluru yang harus Anda kuasai sebelum melakukan olahraga yang
satu ini, yaitu teknik memegang peluru, teknik meletakkan peluru di leher, dan teknik
melakukan tolakan. Penjelasan masing-masing teknik tersebut dapat Anda simak di bawah
ini.
Peluru besi yang digunakan dalam olahraga tolak peluru memiliki bobot cukup berat, yaitu
antara 3 kg hingga 7 kg lebih. Karena itu, Anda harus menguasai cara memegang peluru
dengan benar agar jari tidak terluka atau bahkan patah. Teknik memegang peluru yang aman
dapat dilakukan dengan 3 cara berikut.
a. Letakkan peluru di telapak tangan. Pegang peluru dengan erat menggunakaan jari-jari
tangan dengan posisi jari-jari dikembangkan. Gunakan jari telunjuk, jari tengah, dan
jari manis untuk meletakkan peluru. Letakkan jari kelingking di bagian samping
peluru dalam posisi menekuk, sementara ibu jari berada pada posisi biasa untuk
menjaga keseimbangan peluru. Berikan tenaga lebih pada ibu jari agar bisa menahan
peluru lebih kuat sehingga tidak jatuh.
Sebelum meletakkan peluru di leher, Anda harus sudah memutuskan teknik memegang
peluru yang paling disukai, nyaman, dan bisa menghasilkan tenaga tolakan yang paling besar.
Penggunaan tangan kanan sangat dianjurkan untuk memegang peluru, kecuali bagi Anda
yang kidal.
Setelah peluru dipegang dengan teknik yang benar, tempelkan peluru pada leher samping
kanan. Ibu jari menempel di atas tulang yang ada di bagian bahu atau tulang selangka.
Posisikan siku lurus dan sejajar dengan bahu dan miringkan kepala ke arah peluru supaya
kedudukan peluru lebih stabil dan mantap.
Selain teknik memegang peluru dan meletakkannya di leher, teknik melempar atau menolak
peluru juga perlu diperhatikan agar menghasilkan lemparan sejauh mungkin. Berikut
penjelasannya.
Tangan kanan yang memegang peluru diletakkan menempel di bahu, tepat di bawah rahang
dengan siku membentuk sudut 900 dan tangan kiri ditekuk dengan siku menghadap arah
tolakan.
B. Gerakan Tubuh
Saat memegang peluru, kaki yang dekat dengan sektor lemparan digerakkan dengan cara
diayun sebagai persiapan untuk menolak peluru. Sementara itu, pinggang diputar ke sisi
sektor lemparan sehingga pinggul membantu mendorong, tubuh condong ke depan, dan
pandangan fokus ke arah lemparan.
Pada saat melakukan tolakan, putar badan ke arah sektor pendaratan. Kaki kanan menolak
dan melonjak agar tenaga yang cukup besar untuk mendorong peluru seluruhnya berada di
tangan kanan yang memegang peluru. Setelah itu, lontarkan peluru dengan sudut dolakan 40
derajat ke arah atas.
Setelah peluru dilontarkan, kaki mendarat kembali ke tanah dengan posisi sedikit menekuk.
Sementara itu, posisi badan adalah ke arah depan dengan pandangan melihat ke posisi
jatuhnya peluru.
Lapangan Tolak Peluru
lapangan untuk tolak peluru mirip dengan lapangan untuk cabang olahraga lempar cakram.
Perbedaannya terletak pada papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak peluru.
Adapun ketentuan untuk lapangan tolak peluru adalah sebagai berikut.
Lapangan tolak peluru terdiri dari dua bagian, yaitu lingkaran tolakan dan sektor
pendaratan.
Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter dan dikelilingi ring besi dengan
ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm sebagai batas lingkaran. Bagian depan lingkaran
tolakan dipasangi balok atas tolakan dengan panjang 1,22 meter, tinggi 10 cm, dan
tebal 11,4 cm.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai garis batas (sector line) sekaligus garis
ukur standar yang terletak di tengah sektor pendaratan. Panjang sektor pendaratan
minimal 25 meter dengan sudut 40 derajat.
Dalam sebuah pertandingan tolak peluru, diperlukan beberapa peralatan yang wajib
disediakan penyelenggara, yaitu
1. alat pengukur;
2. bendera;
3. peluit; dan
4. Bola Peluru
Memilih gaya tolak peluru yang paling sesuai dengan kemampuan atlet sangat penting
dilakukan karena akan memengaruhi jauhnya lontaran peluru. Agar Anda bisa menentukan
gaya yang paling sesuai, simak penjelasan mengenai masing-masing gaya tersebut di bawah
ini.
Gaya meluncur (glide) merupakan gaya tolak peluru yang pertama kali diperkenalkan. Gaya
ini sering disebut juga teknik O’Brien, sesuai nama penemunya, Parry O’Brien dari Amerika
Serikat. Meski demikian, gaya ini bukanlah gaya yang paling populer.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan gerakan setengah putaran terlebih dahulu sebelum
melontarkan peluru. Pada persiapan awal, atlet menghadap ke arah belakang, kemudian
mendorong tubuhnya ke arah belakang, lalu segera menghadap ke depan dan melontarkan
peluru.
Dalam sejarah olahraga lempar peluru, lemparan terjauh dengan menggunakan gaya
meluncur ini adalah lemparan dari atlet Ulf Timmermann dari Jerman Timur, yaitu dengan
jarak lempar sejauh 23,06 meter.
Gaya berputar diperkenalkan pertama kali pada tahun 1972 oleh Alexander Baryshnikov,
seorang atlet tolak peluru asal Rusia. Pada tahun tersebut, ia berhasil memecahkan rekor baru
untuk nomor putra dengan jarak 22 meter.
Ciri khas gaya spin adalah pelempar melakukan gerakan memutar sebesar 360 derajat
sebelum melakukan lemparan. Dengan cara ini, diharapkan atlet memiliki momentum untuk
melakukan lemparan sejauh mungkin.
Gaya berputar ini merupakan gaya yang paling sulit karena selain fokus pada tolakan, atlet
juga harus menguasai teknik berputar dengan benar. Gaya ini hampir sama dengan gaya
lempar cakram yang berputar dalam melakukan lemparan.
Untuk tolak peluru dengan gaya ini, berikut tahapan yang harus Anda lakukan.
Gaya samping atau klasik merupakan gaya tolak peluru yang paling tua dan tidak diketahui
penemunya. Pada gaya ini, atlet menggunakan awalan menyamping, yaitu tubuh menghadap
ke samping dalam posisi siap sebelum melakukan tolakan.
Tidak seperti gaya lainnya, peluru dipegang menggunakan kedua tangan. Tangan kanan
menyangga peluru di atas bahu, sedangkan tangan kiri memegang peluru bagian atas. Akan
tetapi, pada saat melempar, atlet hanya menggunakan satu tangan.
Dalam olahraga tolak peluru, ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh peserta.
Berikut ini merupakan 9 point peraturan tolak peluru:
1. Atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya para atlet
memilih untuk masuk lingkaran dari sisi belakang dan samping.
2. Atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan
setelah namanya dipanggil.
3. Atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan, namun masih boleh
menggunakan pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan.
4. Atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya selama ia melakukan
gerakan untuk tolakan.
5. Peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih
tinggi dari bahu.
6. Atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam lingkaran saja, ia
menyentuhkan kakinya sedikit saja di luar batas lingkaran, maka ia dinyatakan
diskualifikasi.
7. Peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang disediakan (34.92 dejarad).
8. Atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan lemparan hanya dengan
melewati sisi lingkaran bagian belakang.
9. Atlet hanya boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
4. Lempar lembing
Lempar lembing adalah Sebuah cabang olahraga yang banyak diminati oleh banyak orang
yaitu melemparkan sebuah tongkat panjang yang berbentuk seperti tombak yang mempunyai
sudut tajam di ujungnya dengan teknik & tenaga penuh dari suatu posisi agar mencapai jarak
yang jauh (Maksimum).
Untuk melempar lembing membutuhkan suatu teknik yang perlu anda ketahui. Berikut ini
adalah cara melempar lembing dari awalan sampai akhiran.
Awalan Lempar Lembing
Pada awalan teknik ini anda harus berlari membawa sebuah lembing, pada posisi ini
lembing diletakkan diatas kepala & posisi lengan anda ditekuk
Kemudian siku lengan mengarah kedepan & telapak tangan mengarah arah keatas.
Sementara posisi lembing harus sejajar diatas garis paralel & tanah.
Sedangkan bagian terakhir dalam teknik awalan adalah langkah silang atau juga
disebut dengan cross step.
Di bagian akhir anda bisa menggunakan cara & langkah, seperti dibawah ini:
1. Menggunakan Hot Step atau Jingkat.
2. Menggunakan langkah silang dibagian arah depan atau disebut sebagai cross step
3. Menggunakan langkah silang di pada bagian belakang atau disebut sebagai rear cross
step.
Ketika peralihan atau disebut dengan (cross step), dilakukan ketika kaki diturunkan.
Lalu dibagian kedua bahu diputar secara perlahan menuju kearah kanan, selanjutnya lengan
kanan mulai bergerak serta diluruskan menuju ke arah belakang.
Dan tubuh pada bagian atas condong ke arah belakang, bahkan pandangan juga harus tetap
berada lurus ke arah depan.
Teknik dasar yang pertama dalam salah satu olahraga atletik ini yaitu teknik atau cara
memegang lembing. Terdapat dua cara dalam memegang lembing yang umumnya digunakan,
yaitu cara Finlandia dan cara Amerika. Masing-masing cara memiliki sedikit perbedaan
dalam memegang lembing.
Cara Amerika—Memegang lembing cara Amerika yaitu jari telunjuk dengan posisi
melingkar memegang bagian belakang lilitan sedangkan posisi ibu jari di permukaan yang
lain menekan lembing.
2. Cara Membawa Lembing
Teknik dasar yang kedua yaitu cara membawa lembing. Dalam teknik ini terdapat tiga teknik
dasar, yaitu sebagai berikut.
Teknik yang pertama, lembing dibawa di atas bahu dengan cara dipanggul. Posisi
mata lembing menghadap depan menyerong ke atas.
Teknik yang kedua, lembing dibawa di belakang badan di sepanjang alur lengan.
Posisi mata lembing menghadap depan menyerong ke atas.
Teknik yang ketiga, yaitu lembing dibawa di atas bahu namun posis mata lembing
menyerong ke bawah.
Tahap Awal—Pada tahap awal ini atlet berlari sambil membawa lembing di atas
kepala dengan ditekuk. Posisi telapak tangan menghadap ke atas sedangkan posisi
siku menghadap ke depan. Sedangkan lembing posisinya sejajar di atas garis paralel
dengan tanah. Bagian terakhir dari tahap awal ini yaitu posisi langkah silang
atau cross step. Tahapan langkah di bagian terakhir ini caranya sebagai berikut.
Melangkah cara jingkat (hop step)
Melangkah dengan cara menyilang ke depan (cross step)
Melangkah dengan cara menyilang ke belakang (rear cross step)
Peralihan (cross step) yang dilakukan pada saat kaki diturunkan. Posisi bahu memutar
pelan ke arah kanan, lengan kanan bergerak dan diluruskan ke belakang, sedangkan
tubuh bagian atas condong ke arah belakang.
Melempar Lembing—Tahap kedua yaitu saat melempar lembing. Teknik lempar
lembing yang benar yaitu ketika melempar lembing, bahu sebelah kanan ditarik
sedangkan lengan melakukan gerakan melempar ke depan atas dengan kuat melalui
poros bahu. Badan bergerak melewati kaki depan kemudian lembing dilepaskan.
Tahap Akhir—Tahapan ketiga yaitu tahap akhir. Kaki dilangkahkan ke depan untuk
menjaga keseimbangan gerak agar tidak terjatuh dan melebihi garis batas lemparan.
Ukuran Lembing
Berat Lembing
1. Berat sebuah lembing untuk putra 800 gram.
2. Berat sebuah lembing untuk putri 600 gram.
Lempar Cakram Adalah Salah Satu Cabang Olah Raga Atletik Pada Nomor Lempar
Dimana Sang Atlet Harus Melempar Cakram Sebanyak Maksimal 3 Kali Dalam Setiap
Pertandingan Untuk Memperoleh Jarak Lempar Terjauh Pada Lapangan Khusus Lempar
Cakram Dengan Aturan Yang Berlaku. Dalam Pertandingan Lempar Cakram, Atlet Akan
Bertanding Sesuai Dengan Kelasnya Yang Dibagi Berdasarkan Umur Atlet. Kategori
Tersebut Akan Mempengaruhi Berat Cakram Yang Akan Dipergunakan Oleh Atlet.Namun
Pada Umumnya, Berat Cakram Untuk Atlet Putra Adalah 2 Kg Dengan Ukuran Diameter 22
Cm, Dan Untuk Atlet Putri Adalah 1 Kg Dengan Ukuran Diameter 18 Cm. Menurut
Peraturan Organisasi Atletik Internasional, Iaaf (Internasional Amateur Athletic Federation),
Atlet Lempar Cakram Usia Muda (16-17) Tahun Akan Melempar Cakram Dengan Berat 1,5
Kg, Sementara Untuk Kelas Junior Atau Usia (18-19 Tahun) Akan Melempar Cakram
Dengan Berat 1,75 Kg, Dan Usia 20-49 Tahun Adalah 2 Kg.Sementara Itu Bagi Atlet Putri,
Beban Cakram 1 Kg Diperkenankan Untuk Segala Usia Hingga Batas Usia 75 Tahun.
Gaya Dalam Lempar Cakram Ditentukan Dari Awalan Yang Dipilih.Awalan Ini Ditandai
Dengan Posisi Tubuh Atlet Pada Saat Persiapan. Dari Posisi Tersebut, Ada Dua Gaya Dalam
Lempar Cakram Seperti Yang Akan Dijelaskan Pada Bagian Berikut Ini:
Pada bagian ini akan dijelaskan teknik-teknik melempar cakram gaya samping tanpa
melakukan putaran tubuh. berikut penjelasan selengkapnya:
1. Pegang cakram sesuai dengan teknik memegang yang hendak dipergunakan (lihat
penjelasan bagian sebelumnya disini).
Misalnya, atlet yang dijadikan contoh kali ini adalah atlet yang memiliki jari-jari panjang,
maka atlet tersebut akan menggunakan cara memegang cakram dengan membuka seluruh jari
tangannya untuk memegang tepi cakram dengan ruas jari sebanyak yang ia mampu.
Jari jempol berposisi bebas, bila sampai jari tersebut bisa digunakan untuk mencengkram
cakram, namun bila tidak maka jari jempol hanya ditempelkan di permukaan cakram.
Tekuk pergelangan tangan ke arah dalam untuk memperkuat pegangan pada cakram. Posisi
cakram berada di bawah tangan dengan posisi lengan diluruskan ke sisi samping tubuh.
Lakukan sedikit pemanasan dengan melakukan ayunan kecil ke samping depan, samping
belakang, dengan ketinggian sedang hingga setinggi bahu.
Ayunan ini tak hanya dilakukan oleh lengan, namun diikuti dengan seluruh gerakan tubuh.
2. Posisikan tubuh pada posisi siap, yakni menghadap ke samping kanan (atau samping kiri
jika kidal).
Posisi kaki dibuka selebar bahu atau dibuka lagi sedikit lebih lebar.
Pada posisi samping, disarankan bagi atlet untuk melakukan ayunan tangan dan gerakan
tubuh mengkuti ayunan selama beberapa kali sebelum melepaskan cakram dari genggaman.
Ketika mengayunkan, tangan kiri boleh membantu untuk menyangga cakram bagian bawah
karena ayunan seperti ini hanya menggunakan kecepatan rendah dan kadangkala
memungkinkan cakram lepas dari tangan.
3. Gerakan melempar diawali dengan posisi lengan yang membawa cakram diayunkan
terlebih dahulu ke belakang, ditahan sebentar, lalu diayunkan ke arah depan.
Gerakan lengan ini diibaratkan seperti ketapel, peluru ditarik dahulu ke belakang baru
dilontarkan kedepan.
4. Gerakan kaki dan seluruh anggota tubuh mengikuti efek gerak dari ayunan tangan
melempar cakram.
Gerakan tersebut bukan semata-mata efek, melainkan turut berpartisipasi dalam menciptakan
daya lempar.
Sehingga, adakalanya ketika lengan mengayun dan melepas dengan energi besar, tubuh akan
ikut terangkat dan ada kemungkinan setelah melepas cakram arah tubuh akan berubah dari
samping menuju arah depan atau malah berputar karena besarnya energi yang dilepaskan ke
arah depan.
Bila putaran tubuh ini ditahan justru akan membuat tubuh limbung dan jatuh setelah cakram
dilepaskan.
5. Cakram dilepaskan ke arah depan-atas agar cakram tersebut melajut dengan ketinggian
yang tepat (45-50 derajad) agar cakram tersebut bisa jatuh pada jarak yang jauh.
Bila cakram dilepaskan dengan ketinggian terlalu rendah atau terlalu tinggi meski dengan
energi yang besar dan teknik yang tepat, maka cakram tersebut pasti hanya akan jatuh pada
jarak yang dekat.
Berikut ini merupakan detail uraian teknik lempar cakram gaya samping yang dilakukan
dengan menggunakan putaran tubuh untuk menambah energi momentum pada saat
melepaskan cakram:
1. Lakukan teknik memegang cakram seperti halnya pada yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.
Posisi kaki berada pada pinggir garis lingkaran belakang. Kaki dibuka dengan lebar
secukupnya (sebahu ditambah sedikit lagi), lalu lutut agak ditekuk (posisi mendak).
Lakukan ayunan-ayunan kecil pada lengan pembawa cakram terlebih dari sisi samping kiri ke
samping kanan yang diikuti perubahan posisi tumit, lutut, pinggul dan dada.
Setelah itu, tahan lengan pembawa cakram di posisi samping karena gerakan melempar akan
dilakukan setelah kaki melakukan putaran
3. Pada posisi ini, yang membuat beda dengan posisi samping tanpa putaran tentu terletak
pada gerakan kaki dan tubuh.
Teknik ini cukup sulit karena atlet harus memiliki teknik berputar yang bagus, yakni putaran
tubuh yang cepat, stabil, dan seimbang dengan beban cakram.
4. Teknik berputar ini menggunakan kaki kiri sebagai tumpuan dan poros putaran pertama
atau sebaliknya jika atlet kidal.
Maka, untuk melakukannya, ayunkan kaki kanan menuju area tengah lingkaran dengan hasil
akhir posisi kaki kanan masih membelakangi area pendaratan dan bersiap menjadi porors.
Sebelum kaki kanan menapak tengah lingkaran, kaki kiri yang semula menjadi poros kini
diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga nantinya kaki kananlah yang
berperan menjadi poros akhir bagi putaran tubuh.
Kaki kiri akan di tapakkan di belakang kaki kanan sejajar dengan jarak sebahu lebih sedikit
dan posisi tubuh berubah menjadi agak serong mengarah ke samping-belakang.
Seketika setelah kaki kiri jatuh, lengan pembawa cakram mulai mengayun dengan kekuatan
penuh ke arah depan dengan diikuti putaran tumit, lutut, pinggul dan dada ke arah depan
untuk memberikan tambahan daya dorong.
Setelah cakram terlempar, kemugkinan tubuh masih berputar sebagai efek dari energi yang
dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.
5. Arah cakram bisa disamakan dengan yang telah dijelaskan pada gaya sebelumnya, yakni
cakram mengarah ke depan-atas dengan sudut 45-50 derajad agar memperoleh jarak terjauh.
1. Area lempar seluruhnya berbentuk persegi dengan lingkaran yang berada tepat di
tengah. Lingkaran tersebut merupakan tempat atlet untuk melempar cakram.
2. Lingkaran tersebut sedikti lebih rendah, 5cm dari permukaan, terbuat dari logam
setebal 5 mm yang dilapisi semen agar tidak licin. Diameter lingkaran adalah 2,5 meter.
3. Di sisi kanan, kiri dan belakang lingkaran, kira-kira sejauh minimal 75 cm dari
lingkaran, dipasang jaring tinggi yang berfungsi untuk menahan cakram apabila terjadi
kesalahan teknis seperti cakram terlepas sebelum dilontarkan ke arah lapangan pendaratan.
4. Titik tengah lingkaran merupakan poros yang diambil sudut mengarah kedepan
sebesar 34,92 derajad dari garis tengah. Garis pinggir sudut sisi kiri dan kanan akan ditarik
hingga sejauh minimal 100 meter ke arah depan (lapangan pendaratan). Tepi garis sudut itu
diberi warna putih dengan lebar 5 cm sebagai tanda bagian luar dan dalam. Cakram yang
dinilai merupakan cakram yang jatuh di area dalam sudut.
DAFTAR PUSTAKA
https://salamadian.com/lompat-jauh-pengertian-teknik/
https://aminama.com/teknik-dasar-lompat-jauh/https://olahragapedia.com/teknik-lompat-jangkit
https://penjaskes.co.id/tolak-peluru-gaya-obrein/
https://olahragapedia.com/teknik-tolak-peluru
https://aturanpermainan.blogspot.com/2016/04/teknik-dasar-tolak-peluru-yang-benar-
lengkap.html
https://garudasports.co.id/olahraga/tolak-peluru/teknik/dasar
https://www.pinterest.com/pin/681873199805527324/
https://www.yuksinau.id/tolak-peluru/
https://id.wikipedia.org/wiki/Lempar_lembing
https://katukalung.blogspot.com/2018/05/lempar-lembing-pengertian-teknik-dasar.html
http://walpaperhd99.blogspot.com/2015/12/cara-memegang-lembing-membawa-lembing.html
http://www.penjasorkes.com/2019/06/cara-melakukan-lempar-lembing-langkah.html
https://olahragapedia.com/teknik-dasar-lempar-lembing
https://resaja.com/pengertian-lempar-cakram/
https://gudangpelajaran.com/lempar-cakram/