LAPORAN PRAKTIKUM 9 Mikrobiologi Udara
LAPORAN PRAKTIKUM 9 Mikrobiologi Udara
LAPORAN PRAKTIKUM 9 Mikrobiologi Udara
PENDAHULUAN
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui standar normal terhadap udara secara bakteriologi.
2. Melakukan pemeriksaan udara pada ruang kelas Ber-AC di Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
3. Mengidentifiksi koloni yang tumbuh pada media.
B. MANFAAT PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat melakukan praktikum dengan metode yang digunakan untuk
pemeriksaan kualitas udara dengan benar.
2. Hasil praktikum dapat digunakan sebagai informasi bagi praktikan tentang
kualitas material yang diuji.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Udara
Polusi udara baik dari polusi secara fisik, kimia dan biologi. Polutan kasat
mata seperti bakteri dan kapang dapat menjadi sumber infeksi bagi pekerja yang
beraktivitas di ruangan tersebut. Menurut Permenkes No:
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan Industri, jumlah kuman kurang dari 700 koloni/m3 udara serta
bebas kuman pathogen. Sumber polutan yang mempengaruhi kualitas udara
ruangan diantarannya penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternative untuk
mengganti ventilasi alami namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi
tempat nyaman bagi mikroorganisme untuk berbiak, selain itu metoda dan
frekuensi pembersihan ruangan dan jumlah karyawan di dalam ruangan juga
berkontribusi untuk menambah jumlah dan jenis mikroba di udara. Faktor
lingkungan suhu dan kelembaban ruangan juga mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme.1
2
dapat pula mengubah pH dari media tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia.3
Udara tidak mempunyai flora alami, karena organisme tidak dapat hidup
dan tumbuh terapung begitu saja di udara. Flora mikroorganisme udara terdiri
atas organisme yang terdapat sementara mengapung di udara atau terbawa serta
pada partikel debu. Setiap kegiatan manusia agaknya akan menimbulkan bakteri
di udara. Jadi, walaupun udara tidak mendukung kehidupan mikroorganisme,
kehadirannya hampir selalu dapat ditunjukkan dalam cuplikan udara.2
3
Mikroorganisme disemburkan ke udara dari saluran pernapasan sehingga
organisme-organisme tersebut mendapat perhatian utama sebagai jasad
penyebab penyakit melalui udara. Beberapa diantara infeksi bakteri biasa yang
disebarkan oleh udara adalah infeksi streptococus tonsil dan tenggorokan,
difteria, batuk rejam dan meningitis epidermik. Tuberculosis mempunyai arti
penting dari segi transpor udara, karena mikroorganisme dapat hidup lama di luar
tubuh. Organisme initahan terhadap kekeringan dan mungkin tetap bertahan
berbulan-bulan dalam ludah kering dan pertikel debu.2
4
bertambahnya bakteri nonpatogenik dalam jumlah yang relatif besar dapat
berpotensi sama seperti bakteri patogenik. 4 Pada mulanya udara jarang
mengandung bakteri patogenik, tetapi dalam perkembangan selanjutnya menjadi
sasaran penularan sejumlah spesies utama yang menyebebkaninfeksi pada
saluran pernafasan. Dalam hal ini droplet berperan sebagai sumber bakteri
patogen di udara. Bakteri dalam mulut yang keluar bersama batuk dan bersin
dapat tersebar, kemudian menguap pada waktu jatuh sehingga meninggalkan
droplet nuklei (inti tetesan) yang mampu bertahan dalam sirkulasi udara di dalam
ruangan selama berjam-jam, bahkan berhari-hari.6
Bakteri yang sering ditemukan pada umumya dari jenis basil gram positif
baik berspora maupun nonspora, basil gram negatif dan kokus gram positif.
Bakteri yang biasanya terdapat dalam mulut dan tenggorokan orang normal
seperti Staphylococcus sp, Streptococcus sp ditemukan di udara melalui batuk,
bersin, dan berbicara. Beberapa jenis lain yang terdeteksi mencemari udara
antara lain Pseudomonas sp, Klebsiella sp, Proteus sp, Bacillus sp dan golongan
jamur.7
Droplet dapat mempengaruhi jumlah bakteri udara. Bakteri disebarkan
melalui droplet dan hidung atau mulut selama batuk, bersin, dan bicara. Droplet
dalam ukuran kecil tetap tersuspensi di udara untuk periode waktu yang lama,
sedangkan yang lebih besar jatuh dengan cepat sebagai debu. Selama ada
aktivitas dalam ruangan, debu kembali melayang-layang sebagai akibat adanya
gerakan udara. Ada beberapa hal yang mempengaruhi tingkat kepadatan bakteri
yaitu yang bersifat meningkatkan pertumbuhan jasad renik antara lain ruang
tertutup dan gelap, kelembabab udara, dan orang yang tinggal di ruangan
tersebut. Sedangkan yang bersifatmengurangi pertumbuhan bakteri antara lain
sinar matahari, perputaran udara bebas dengan udara luar, pemberian sinar ultra
violet, tindakan aseptik setiap orang di dalamnya dan suhu udara.7
Bakteri yang tersebar bersama-sama dengan aerosol yang ada di udara
dikenal dengan istilah bioaerosol. Dampak kesehatan dari bioaerosol, pada
dasarnya berbeda-beda tergantung dari bahan-bahan di dalamnya. Kebanyakan
dari bioaerosol adalah non pathogen dan hanya dapat dirasakan oleh orang yang
5
sensitif. Setiap bakteri pathogen, selalu dapat menginfeksi pada keadaan
tertentu.7
Penggunaan Air Conditioner (AC) sebagai alternatif untuk mengganti
ventilasi alami dapat meningkatkan kenyamanan dan produktivitas kerja,
namun AC yang jarang dibersihkan akan menjadi tempat nyaman bagi mik
roorganisme untuk berbiak. Kondisi tersebut mengakibatkan kualitas udara
dalam ruangan menurun dan dapat menimbulkan berbagai gangguan
kesehatan yang disebut sebagai Sick Building Syndrome (SBS) atau Tight
Building Syndrome (TBS). Banyaknya aktivitas di gedung meningkatkan jumlah
polutan dalam ruangan. Kenyataan ini menyebabkan risiko terpaparnya
polutan dalam ruangan terhadap manusia semakin tinggi, namun hal ini masih
jarang diketahui oleh masyarakat. Pada dasarnya desain AC yang dipakai untuk
mengatur suhu ruangan secara kontinu dapat mengeluarkan bahan polutan.
Kadar gas-gas SO2, CO2, dan O2 di dalam ruangan tidak dipengaruhi oleh
keberadaan AC. Bahan partikulat dapat dikurangi secara signifikan oleh AC
dengan filter yang efektif. Kadar pollen di dalam ruangan dapat berkurang
secara signifikan dengan adanya AC. Jumlah bakteri dan spora di gedung
dengan AC kemungkinan akan lebih sedikit daripada gedung tanpa AC.7
Ada 5 sumber pencemaran di dalam ruangan yaitu:
a. Pencemaran dari alat -alat di dalam gedung seperti asap rokok,
pestisida, bahan-bahan pembersih ruangan.
b. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat
gedung, dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang
udara yang tidak tepat.
c. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran
formaldehid, lem, as bes, fibreglass dan bahan -bahan lain yang
merupakan komponen pembentuk gedung tersebut.
d. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan
produk mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat
pendingin beserta seluruh sistemnya.
6
e. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk,
serta buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi
udara.7
C. Pemeriksaan Udara
7
digunakan untuk menghitung bakteri secara kualitatif atau semi kuantitatif
dengan menggunakan petridish yang mengandung media mikrobiologi.
Biasanya, dalam aplikasinya petridish ini akan diletakkan di daerah dengan
resiko kontaminasai terbesar. Untuk monitoring udara secara pasif di area
produksi yang mungkin mengandung inhibitor untuk pertumbuhan bakteri,
direkomendasikan untuk menggunakan agar dengan tambahan inaktivating
agent seperti lecithin, tween 80, histidine, sodiumthiosulphate atau enzim
seperti beta laktamase.9
Langkah yang harus dilakukan dalam pemeriksaan udata
denganmetode Seattling Plate yaitu :
a. Persiapan Sampel
Plate yang terbuka diletakkan di lokasi kritis berkaitan dengan produk
kontaminasi dan biarkan selama setengah jam. Sampai sekarang waktu
yang dibutuhkan untuk pelaksanaan seattling plate masih menjadi
perdebatan yang hangat. Beberapa referensi menyebut di angka 4 jam, tapi
beberapa mikrobiologis beragument bahwa semakin lama waktu
pelaksanaan, ada kemungkinan bahwa agar akan mengalami kerusakan.9
b. Inkubasi
Kondisi inkubasi bervariasi menurut area aplikasi dan standar yang
digunakan. Berikut adalah kondisi sebagaimana disyaratkan di
Guidanance for industry for pharmaceutical industry: sterile drug products
produced by Aseptic Processing – Current Good manufacturing Practices
(September 2004 ) Pharmaceutical CGMPS: Bakteri, aerobik maupun
anaerobik 2-3 hari pada suhu 30-35°C, Yeast and moulds, aerobik 5-7 hari
selama 20-25°C. 9
c. Hasil
Jumlah koloni yang tumbuh di petridish akan dihitung sebagai coloni
forming unit. Nilai ambang batas ini biasanya berbeda untuk masing masing
aplikasi. Metoda seattling plate masih banyak digunakan di industri karena
mudah dilakukan dan biaya per test yang sangat murah. Metoda ini hanya
membutuhkan petridish (kaca atau platik disposable) dan media
8
mikrobiologi. Bandingkan dengan metoda perhitungan bakteri
menggunakan intrument yang membutuhkan air sampler sebagai alat
utama. 9
Metoda ini mengandung beberapa kelemahan, antara lain :
a. Waktu expose yang terlalu lama akan merusak media mikrobiologi
sehingga memberikan hasil yang tidak representative.
b. Karena sifatnya yang menunggu bakteri menempel pada media agar di
petriplate, metoda ini tidak memberikan hasil yang representative, apalagi
jika hanya ditaruh satu atau dua petri dalam satu ruangan. 9
2. Membran Filter
Prinsip kerja instrumen membran filter pada dasarnya mirip dengan prinsip
kerja alat pengambil air. Udara disaring melalui suatu saringan khusus yang
diletakkan pada bagian alat penyaring dan partikel-partikel akan tertahan di
atas saringan. Saringan selanjutnya diletakan pada suatu piringan yang
terbuat dari kertas penyerap yang penuh dengan media pertumbuhan yang
sesuai dan kemudian di inkubasikan. Bakteri yang terdapat pada saringan
tersebut dapat langsung diuji secara mikroskopis. 8
3. Bubling
Metode dilakukan dengan cara mengalirkan sejunlah udara yang terukur
melalui media cair seperti isotonic saline, kemudian campuran tersebut
dituangkan ke dalam cawan petri. 8
4. Sand Filtration:
Metode ini dilakukan dengan cara mengalirkan udara yang terukur jumlahnya
melalui suatu lapisan pasir steril dalam tabung gelas kecil. Pasir tersebut
kemudian dicampur dalam saline isotonic steril, kemudian dikocok dan
campuran supernatan tersebut dituangkan pada cawan petri.Metode ini
mempunyai keuntungan, yaitu konstruksinya sederhana dan mudah dibawa.
Pasir harus diseleksi untuk mendapatkan ukuran yang tepat dan sterilisasi
dilakukan secara hati-hati untuk menghindari perlekatan. Faktor lain yang
9
diperhatikan adalah bahwa hanya bakteri yang bertahan hidup saja yang
terdeteksi pada selang mulai pengambilan sampel sampai pembiakan pada
cawan petri dapat diobservasi. 8
6. Atomisasi
Metode ini digunakan untuk menghasilkan suatu lapisan cair sekeliling partikel
pada masing-masing bakteri. Kabut yang mengandung bakteri diabsorpsi
dalam suatu tempat yang berisi campuran kaldu (broth) dan minyak zaitun
(olive oil) steril. Campuran tersebut kemudian dibiakan pada cawan petri. 8
10
8. Bio-test RCS Air Sampler
Pemakaian alat Bio-test Air Sampler, prinsip pengoperasiannya dengan
mengalirkan udara yang terukur volumenya (40 liter) pada suatu kipas dan di
dalam pelindung kipas sudah terpasang media agar strip dengan posisi
permukaan agar strip mengarah ke kipas. Alat akan berhenti secara otomatis
sesuai dengan setting waktu
yang dikehendaki, setelah itu agar strip dilepasdari tempatnya dan di
inkubasikan dalam inkubator. 8
Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,
dalam artian mikroorganisme heterotrof. Na merupakan salah satu media yang
umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage,
produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji
10
bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. NA juga
digunakan untuk pertumbuhan bakteri. Media ini merupakan media sederhana
yang dibuat dari beef extract, pepton, dan bacto agar. Kandungan pepton dan
beef ekstrak tersebut digunakan sebagai komponen yang penting bagi
pertumbuhan bakteri karena kandungan protein hewaninya yang tinggi.
Berdasakan komposisinya, NA termasuk ke dalam medium semisintetik, yaitu
medium yang komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi
tidak diketahui secara pasti. Sedangkan berdasarkan fungsinya, NA termasuk ke
dalam medium umum, yaitu medium yang dapat ditumbuhi berbagai jenis
mikroorganisme.11
Formulasi per liter yaitu terdiri dari Bacto Beef Extract 3 gr, Bacto Peptone
5 gr, Bacto Agar 15 gr. Media NA disimpan di tempat kering dan tertutup rapat,
suhu di bawah 30oC, dan terhindar dari cahaya. Cara kerjanya yaitu larutkan 23
gram bahan diatas ke dalam 1 liter air distilasi (aquades) atau air deionisasi.
Panaskan dengan air mendidih atau aliran uap hingga homogen, Sterilisasi ke
11
dalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC-124oC, pH akhir = 6.8 + 0.2
pada 25oC. Media Nutrient Agar juga bisa digunakan untuk menguji sensitivitas
bakteri terhadap antibiotik, apakah bakteri tersebut sensitif, intermediate atau
resisten.11
Nutrient Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang
merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA
dibuat dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar
sebagai pemadat. Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena
sifatnya yang mudah membeku dan mengandung karbohidrat yang berupa
galaktam sehingga tidak mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Dalam hal ini
ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan dasar karena merupakan
sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient Agar (NA)
merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang
padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai
medium untuk menumbuhkan bakteri.11
12
E. Staphylococcus
13
2. Leucocidin adalah zat yang dapat melarutkan lekosit hewan, termolabil,
peranannya kurang jelas sebab Staphylococcus tidak dapat mematikan
leukosit bahkan dapat di fagositoleh leukosit.
3. Entero toksin adalah suatu zat yang dapat larut yang dihasilkan oleh sterin
tertentu dari jenis Staphylococcus terutama bila di biakan pada media dengan
konsentrasi CO2 yang tinggi (30%) pada media setengah padat yang terdiri
dari protein.
4. Koagulasi, Staphylococcus yang pathogen pada manusia menghasilkan
koagulasi, yaitu suatu protein seperti enzim yang dapat menggumpalkan
plasma oxalate atau citrat, koagulasi dapat menggumpalkan fibrin pada
permukaan Staphylococcus sehingga menyebabkan kuman tidak dapat di
fagositosis oleh sel tubuh.12
Gambar 2 : Staphylococcus
F. Bacillus
Bacillus sp. ialah kelompok bakteri yang umum ditemukan di berbagai
lingkungan ekologi, baik di tanah, air, maupun udara. Bakteri ini merupakan
bakteri Gram positif yang dapat membentuk endospora yang berbentuk oval di
bagian sentral sel. Spora berfungsi untuk bertahan hidup antara lain pada suhu
dan kondisi lingkungan yang ekstrim. Sel Bacillus spp. berbentuk batang,
berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 μm dan mempunyai flagel peritrikus.13
14
Bacillus sp dapat tumbuh pada kondisi aerob dan anaerob. Sporanya tahan
terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat.
Bacillus spp mempunyai sifat mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC dan
suhu kurang dari 5 oC, mampu bertahan terhadap pasteurisasi, mampu tumbuh
pada konsentrasi garam tinggi (>10%), mampu menghasilkan spora dan
mempunyai daya proteolitik yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus
adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk batang dan merupakan anggota
dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob obligat atau
fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.13
Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang
hidup bebas atau bersifat patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan
enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase, dan selulase yang bisa
membantu pencernaan dalam tubuh hewan. Jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii
dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil terdiri dari spora
bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi,
14
immunostimulasi, dan aktivitas antimikrobanya.
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteriosin
Bacillus sp. Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein,
atau senyawa yang mirip protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri
selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya menghambat pertumbuhan
galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin.
Kriteria yang merupakan ciri-ciri bakteriosin adalah memiliki spektra aktivitas yang
lebih sempit, senyawa aktif merupakan polipeptida atau protein, bersifat
bakterisida, mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, gen determinan
terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah
basitrasin, pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan
bakteri Gram positif serta kolistin dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri
Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum lebar, mikobacilin dan
zwittermicin bersifat antijamur.14
15
1. Bacillus sp memiliki kemampuan dalam menghasilkan antibiotik yang berperan
dalam nitrifikasi dan denitrifikasi
2. Pengikat nitrogen, pengoksidasi selenium (Se), pengoksidasi dan pereduksi
mangan (Mn)
3. Bersifat khemolitotrof, aerob dan fakultatif anaerob
4. Dapat melarutkan karbonat
5. Dapat melarutkan posfat, dan menurunkan pH substrat akibat asam organik
yang dihasilkannya
6. Dapat melakukan mineralisasi terhadap bahan organik kompleks baik berupa
senyawa polisakarida, protein maupun selulosa.14
16
BAB III
METODE PRAKTIKUM
B. Skema Kerja
Koloni yang tumbuh Diinkubasi dengan suhu Tutup cawan petri ditutup
diamati 37°C selama 24 jam kembali
Diidentifikasi koloni
Selesai
apa yang tumbuh
BAB IV
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Gambar Keterangan
Tumbuh koloni yang
dimungkinkan Bacillus
(bewarna putih, berbentuk
batang) dan bakteri gram
negatif (suspek
Staphylococcus) yang
bentuknya bulat, bewarna
putih, ada yang
berpasangan.
B. Pembahasan
18
Media yang digunakan adalah media Nutrien Agar (NA) karena media NA
bukan merupakan media selektif sehingga semua bakteri bisa tumbuh. Kemudian
media akan diinkubasi untuk menumbuhkan koloni bakteri yang berasal dari
udara. Inkubasi dilakukan selama 24 jam yang merupakan waktu optimum
pertumbuhan bakteri. Suhu yang digunakan yaitu 37°C yang merupakan suhu
optimum untuk pertumbuhan bakteri. Setelah diinkubasi, koloni yang tumbuh
diamati dan diinterpretasikan jenis bakteri yang tumbuh.
Koloni micrococci tumbuh cepat pada media agar pada suhu normal (370),
dan biasanya bergaris tengah 1-2 mm setelah inkubasi 24 jam. Koloni tadi halus,
basah, menonjol dengan tepi bulat dan berwarna, yaitu pada varietas albus
berwarna putih, varietas citreus berwarna kuning jernih dan varietas aureus
berwarna kuning emas. Pada media NA, biasanya koloni Staphylococcus yang
tumbuh pada media ini berwarna putih sampai kuning, smooth, tumbuh subur dan
memiliki elevasi yang datar.
Berdasarkan teori di atas, maka bakteri yang ada pada hasil praktikum
pemeriksaan udara kelompok kami dengan media NA, diketahui bahwa bakteri
tersebut berwarna putih, bentuk bulat, ukuran kecil, halus, koloni seperti buah
19
anggur, tapi kebanyakan terpencar. Maka bakteri tersebut masuk dalam genus
Staphylococcus. Staphylococcus merupakan flora normal pada tenggorokan dan
dapat menyebar ke udara melalui droplet manusia saat bersin, batuk, atau
berbicara.
BAB V
PENUTUP
20
A. Kesimpulan
1. Udara yang aman yaitu udara yang memenuhi syarat bakteriologis, kimiawi
dan fisik.
2. Pada media yang digunakan untuk memeriksa udara di ruang kelas ber-AC
terdapat koloni bewarna putih, kecil, halus dan ada yang berpasangan.
Kemungkinan bakteri ini adalah Staphylococcus.
3. Pada media udara ruang kela ber-AC juga ditemukan koloni bewarna putih,
bentuknya batang dan dimungkinkan itu adalah Bacillus.
B. Saran
1. Sebaiknya mahasiswa dalam melakukan pemeriksaan udara dilakukan dengan
benar karena bisa saja media tercemar oleh bakteri lain selain yang di udara
saat tutup petri dibuka.
2. Pada saat identifikasi koloni yang tumbuh pada media setelah diinkubasi,
sebaiknya dilakukan dengan hati-hati karena koloni yang tumbuh merupakan
bakteri hidup dan bisa menginfeksi praktikan
DAFTAR PUSTAKA
21
1
Poltekkes. 2011. Udara. Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
2
Volk, Wesley, A., Margaret F. Whleer, 1998, Mikrobiologi Dasar, Jakarta.: Erlangga
3
Lay, Bibiana, W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada
4
Pelczar, Michael W. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI Press
5
Bonang, G dan Koeswardono, ES. 1982. Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium dan
Klinik. Jakarta : PT Gramedia.
6
Slamet J.S, 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
7
Waluyo. L, 2007. Mikrobiologi Umum. Edisi Revisi. Jakarta : Balai Pustaka
8
Bryan, A.H. 1982. Bacteriology Principle And Practice, 6th Edition. New York : Barnes and
Noble Books.
9
Copernicus. 2012. Metoda Perhitungan Bakteri di Ruangan Menggunakan Seattling Plate.
http://alatalatlaboratorium.com/Blog/metoda-perhitungan-bakteri-di-ruangan-menggunakan-
seattling-plate. Diakses tanggal 13 Juni 2013.
10
Schlegel, H.G. 1993. General Microbiology. Cambridge : Cambridge University Press.
11
Pelzcar, dan Chan. 1986. Dasar - dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
12
Jawetz, Melnick and Adelberg. 2004. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
13
Sonenshein AL. et al. 2002. Bacillus subtilis and Its Closest Relatives from Genes to Cell.
Washington DC : ASM Press.
14
Duc LH, Hong HA, Barbosa TM, Henriques AO, Cutting SM. 2004. Characterization Of Bacillus
Probiotics Available For Human Use. J Appl Environ Microbiol 70 (4) : 2161–2171.