KLPK 8 Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Ventilator Mekanik
KLPK 8 Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Ventilator Mekanik
KLPK 8 Perawatan Pasien Dengan Menggunakan Ventilator Mekanik
OLEH :
KELOMPOK 8
1. Darwissusanto
2. I Gusti Ayu Putu Candra Wulandari
3. Nurunniswati
4. Wahyu Apni Saswidi
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan pada waktu yang telah di tentukan. Yang berjudul “Perawatan
Pasien Dengan Menggunakan Ventilator Mekanik” Penyusunan makalah ini
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Kritis.
Dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan kekurangan
serta masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang besifat konstruktif dan membangun demi
kesempurnaan penyusun ke depannya.
Tugas makalah ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan,
arahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka, dari itu izinkan kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan tugas ini. Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Mataram, September 2021
Kelompok 8
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.............................................................................................................i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penulisan................................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penulisan............................................................................................... 3
BAB II
TINJAUAN TEORI................................................................................................... 4
2.1 Definisi Ventilasi Mekanik.................................................................................. 5
2.2 Indikasi Pemasangan Ventilasi Mekanik.............................................................8
2.3 Tujuan Pemasangan ventilasi Mekanik................................................................8
2.4 Fisiologi Pernafasan.............................................................................................8
2.5 Fisiologi Ventilasi Mekanik.................................................................................10
2.6 Klasifikasi Ventilasi Mekanik..............................................................................12
2.7 Metode Ventilasi Mekanik...................................................................................15
2.8 Cara Penggunaan Ventilator................................................................................19
2.9 Perawatan pada Pasien Dengan Ventilasi Mekanik.............................................22
2.10 Komplikasi pemasangan Ventilasi Mekanik......................................................28
2.11 Penyapihan Pada Ventilasi Mekanik..................................................................31
BAB III
PENUTUP.................................................................................................................. 34
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................... 34
3.2. Saran.................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kehidupan pada pasien kritis, maka penting bagi tenaga kesehatan untuk
mengetahui pengaplikasian ventilator mekanik.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat diperoleh
yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan ventilasi mekanik ?
2. Apa saja indikasi pemasangan ventilasi mekanik ?
3. Apa saja tujuan pemasangan ventilasi mekanik ?
4. Bagaimanakah fisiologi pernafasan ?
5. Bagaimanakah fisiologi ventilasi mekanik ?
6. Apa saja klasifikasi ventilasi mekanik ?
7. Apa saja metode ventilasi mekanik ?
8. Bagaimanakah cara penggunaan ventilator ?
9. Bagaimanakah perawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik ?
10. Apa saja komplikasi pemasangan ventilasi mekanik ?
11. Bagaimanakah penyapihan pada ventilasi mekanik ?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan yang dapat
diperoleh yaitu :
1. Untuk mengetahui definisi ventilasi mekanik.
2. Untuk mengetahui indikasi pemasangan ventilasi mekanik
3. Untuk mengetahui tujuan pemasangan ventilasi mekanik
4. Untuk mengetahui fisiologi pernafasan
5. Untuk mengetahui fisiologi ventilasi mekanik
6. Untuk mengetahui klasifikasi ventilasi mekanik
7. Untuk mengetahui metode ventilasi mekanik
8. Untuk mengetahui cara penggunaan ventilasi mekanik
9. Untuk mengetahui perawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik
10. Untuk mengetahui komplikasi pemasangan ventilasi mekanik
11. Untuk mengetahui penyapihan pada ventilasi mekanik.
3
4
5
3. Disfungsi neurologist
Pasien dengan GCS 8 atau kurang yang beresiko mengalami apnu
berulang juga mendapatkan ventilasi mekanik. Selain itu ventilasi
mekanik juga berfungsi untuk menjaga jalan nafas pasien serta
memungkinkan pemberian hiperventilasi pada klien dengan
peningkatan tekanan intra cranial.
4. Tindakan operasi.
Tindakan operasi yang membutuhkan penggunaan anestesi dan
sedative sangat terbantu dengan keberadaan alat ini. Resiko terjadinya
gagal napas selama operasi akibat pengaruh obat sedative sudah bisa
tertangani dengan keberadaan ventilasi mekanik.
Indikasi untuk memulai ventilasi mekanis didasarkan pada penemuan
klinis, namun parameter tertentu telah diusulkan dan ditetapkan sebagai
kriteria untuk memberikan tunjangan ventilasi mekanik yang mengacu
pada parameter kimiawi pernapasan yang dijabarkan pada tabel berikut:
Tabel 1. Kriteria Aplikasi Ventilasi Mekanik
2. Ventilasi.
Ventilasi semenit (minute ventilation) adalah volume gas yang
dibuang dari paru-paru setiap menitnya, dengan rumus volume tidal
dikali laju napas. Oleh karena itu ventilasi semenit dapat dipengaruhi
10
apa yang dapat dikontrol oleh operator, dan variable yang tidak dapat
dikontrol ditentukan berdasarkan fisiologi dan patofisiologi parenkim
paru, jalan napas dan dinding dada pasien. Adapun mode ventilator
dibagi berdasarkan cycling (perubahan dari inspirasi ke ekspirasi),
antara lain:
a. Pressure limited/pressure cycled
Pressure-cycle ventilator berjalan ke fase ekspirasi ketika
tekanan udara mencapai tingkat yang telah ditentukan sebelumnya.
VT dan waktu inspirasi bervariasi, yang terkait dengan resistensi
saluran napas dan paru serta komplians sirkuit. Dalam aplikasinya
alat ini lebih mudah dipacu oleh usaha napas pasien, namun pada
peningkatan tahanan jalan napas atau penurunan daya regang dada
atau paru, akan terjadi penurunan volume tidal dan volume
semenit.
b. Time cycled
Time-cycled ventilator masuk ke fase ekspirasi setelah interval
yang telah ditentukan yang dihitung dari awal inspirasi. VT (tidal
volume) adalah produk dari waktu inspirasi dan laju aliran
inspirasi. Ventilator time-cycled biasanya digunakan untuk
neonatus dan di ruang operasi.
c. Volume cycled
Ventilator jenis ini dapat menghasilkan volume tertentu yang
disesuaikan dengan kebutuhan penderita. Apabila volume yang
ditentukan sudah dicapai, fase inspirasi akan berakhir. Banyak
ventilator untuk pasien dewasa menggunakan volume-cycled tapi
dilengkapi dengan batas sekunder pada tekanan inspirasi untuk
melindungi paru-paru dari barotrauma. Jika tekanan inspirasi
melebihi batas tekanan, siklus mesin berlanjut ke ekspirasi bahkan
jika volume yang dipilih belum disampaikan.
d. Flow cycled
15
sebagai penyangga (stent) untuk menjaga agar jalan napas yang kecil
tetap terbuka pada akhir ekspirasi. PEEP ini telah menjadi ukuran
standar pada penatalaksanaan pasien dengan ketergantungan pada
ventilator PEEP tidak direkomendasikan pada pasien-pasien dengan
penyakit paruparu yang terlokalisasi seperti pneumonia karena tekanan
yang diberikan dapat didistribusikan ke daerah paru-paru yang normal
dan hal ini dapat menyebabkan distensi yang berlebihan sehingga
menyebabkan rupture alveoli.
9. Continuous Positive Airway Pressure (CPAP)/ Tekanan Positif Jalan
Napas Kontinyu
Pernapasan spontan dengan tekanan positif yang dipertahankan
selama siklus respirasi disebut dengan continuous positive airway
pressure (CPAP). Pada mode ventilasi ini, pasien tidak perlu
menghasilkan tekanan negatif untuk menerima gas yang diinhalasi.
Hal ini dimungkinkan oleh katup inhalasi khusus yang membuka bila
tekanan udara di atas tekanan atmosfer. CPAP harus dibedakan dengan
PEEP spontan. Pada PEEP spontan, tekanan negatif jalan napas
dibutuhkan untuk inhalasi. PEEP spontan telah digantikan oleh CPAP
karena dapat menurunkan work of breathing.
Penggunaan klinis CPAP adalah pada pasien-pasien yang tidak
diintubasi. CPAP dapat diberikan melalui sungkup wajah khusus yang
dilengkapi dengan katup pengatur tekanan. Sungkup wajah CPAP
(CPAP mask) telah terbukti berhasil untuk menunda intubasi pada
pasien dengan gagal napas akut, tetapi sungkup wajah ini harus
dipasang dengan tepat dan kuat dan tidak dapat dilepas saat pasien
makan, sehingga hanya dapat digunakan sementara. Sungkup hidung
khusus lebih dapat ditoleransi oleh pasien terutama pada pasien dengan
apnea obstruktif saat tidur, juga pada pasien dengan penyakit paru
obstruktif kronik eksaserbasi akut.
2.8. Cara Penggunaan Ventilator
19
apakah perlu PEP atau tidak. Setiap perubahan ventilasi mekanik 15-
30 menit kemudian periksa analisis gas darah untuk menilai kondisi
yang pantas bagi penderita.
3. Pemantauan
Pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan pemantauan terus
menerus terhadap efek hemodinamik yang tidak diinginkan dan efek
merugikan pada paru akibat tekanan positif di saluran udara.
Elektrokardiografi rutin, pulse oksimetri, dan monitoring tekanan
intraarterial langsung sangat berguna. Yang terakhir ini juga
memungkinkan pengambilan sampel darah arteri untuk analisis gas
darah. Catatan- asupan cairan masuk dan keluar diperlukan untuk
menilai keseimbangan cairan secara akurat. Kateter urin sangat
membantu. pemantauan vena sentral dan/ atau tekanan arteri
pulmonalis diindikasikan pada hemodinamik pasien stabil dan mereka
yang dengan output urin yang rendah.
Foto polos dada setiap hari umumnya dilakukan untuk menilai TT
dan posisi lini tengah, mencari bukti barotrauma paru, membantu
mengevaluasi keseimbangan cairan, dan memantau perkembangan
penyakit paru. Tekanan udara saluran napas (baseline, puncak, dan
rerata), VT yang dihirup dan dihembuskan (mekanik dan spontan), dan
konsentrasi fraksi oksigen harus dimonitor. Pemantauan parameter ini
tidak hanya memungkinkan penyesuaian optimal dari setting ventilator
tapi membantu mendeteksi masalah dengan TT, sirkuit bernapas, dan
ventilator. Pengisapan/suction periodik sekresi jalan napas yang tidak
adekuat dan adanya gumpalan sekret yang besar pada klinis tampak
sebagai peningkatan tekanan puncak inflasi dan penurunan VT yang
dihembuskan. Selain itu, peningkatan mendadak tekanan puncak
inflasi Bersama-sama dengan hipotensi tiba-tiba kemungkinan terjadi
pneumotoraks.
4. Kebersihan saluran napas
25
3. Masalah mekanis
Malfungsi ventilator adalah potensial masalah serius. Tiap 2
sampai 4 jam ventilator diperiksa oleh staf keperawatan atau
pernafasan. VT tidak adekuat disebabkan oleh kebocoran dalam sirkuit
atau manset, selang, atau ventilator terlepas, atau obstruksi aliran.
Selanjutnya disebabkan oleh terlipatnya selang, tahanan sekresi,
bronkospasme berat, spasme batuk, atau tergigitnya selang endotrakeal
(Hudak & Gallo, 2010).
4. Barotrauma
Ventilasi mekanik melibatkan „pemompaan” udara ke dalam dada,
menciptakan tekanan posistif selama inspirasi. Bila PEEP
ditambahkan, tekanan ditingkatkan dan dilanjutkan melalui ekspirasi.
Tekanan positif ini dapat menyebabkan robekan alveolus atau
emfisema. Udara kemudian masuk ke area pleural, menimbulkan
tekanan pneumothorak-situasi darurat. Pasien dapat mengembangkan
dispnea berat tiba-tiba dan keluhan nyeri pada daerah yang sakit
(Hudak & Gallo, 2010).
5. Penurunan curah jantung
Penurunan curah ditunjukkan oleh hipotensi bila pasien pertama
kali dihubungkan ke ventilator ditandai adanya kekurangan tonus
simpatis dan menurunnya aliran balik vena. Selain hipotensi, tanda dan
gejala lain meliputi gelisah yang dapat dijelaskan, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan halauan urin, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat, pucat, lemah dan nyeri dada (Hudak & Gallo, 2010).
6. Keseimbangan cairan positif
Penurunan aliran balik vena ke jantung dirangsang oleh regangan
reseptor vagal pada atrium kanan. Manfaat hipovolemia ini
merangsang pengeluaran hormone antidiuretik dari hipofisis posterior.
Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan haluaran urin
melengkapi masalah dengan merangsang respon aldosteron renin-
angiotensin. Pasien yang bernafas secara mekanis, hemodinamik tidak
30
34
DAFTAR PUSTAKA
35