Kajian Ulumul Qur'an 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 61

‫س ِم هَّللا ِ ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِحيم‬

ْ ِ‫ب‬

Biografi Narasumber

Nama : SAIFUL BAHRI


Marital Status : Menikah
Domisili: Kalibata – Jakarta Selatan

Instagram: @drsaifulbahri
Line: @drsaifulbahri
Twitter: @L_saba
Facebook: Saiful Bahri (Elsaba)
Fanpage: Halaqah Tadabbur al-Quran
Youtube: Halaqah Tafsir dan USB Channel

Pendidikan:

1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal III, Kudus, 1981-1983

2. SDN Demaan II Kudus, 1983-1989

3. MTsN I Kudus, 1989-1992

4. Madrasah Diniyah Mu`awanatul Muslimin Kudus, 1983-1992

5. MAPK-MAN I Surakarta, 1992-1995

6. S1 Universitas AL Azhar, Fak.Ushuluddin Cairo (Tafsir), 1995-1999

7. Diploma S2 (Tafsir al-Quran) Universitas Al Azhar, Cairo, 1999-2001

8. S2 (Prog. Magister-Tafsir al-Quran) Universitas Al Azhar, Cairo, Okt 2002- Jan 2007

9. S3 (Prog. Ph. D-Tafsir al-Quran) Universitas Al Azhar, Cairo, Juli 2008- Mei 2011

Safari Dakwah, Penelitian, Seminar dan Kegiatan Kemanusiaan:

• Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Swiss, Skotlandia, Perancis, Belanda, Italia,
Turki, Malaysia, Singapura, China, Jepang, Mesir, Saudi Arabia, Tunisia, Jordania dan
Palestina
Aktivitas saat ini:

• Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia
(MUI (2020-2025)

• Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) (2013-Sekarang)

• Ketua Lembaga Pengembangan dan Penerapan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPP-


AIK) Universitas Muhammaidyah Jakarta (UMJ) (2019-Sekarang)

• Penasehat dan Duta Sosialisasi Palestina di Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (2018
– sekarang)

• Anggota Dai Lembaga Kemanusiaan Nasional Human Initiative, Jakarta (2011-Sekarang)

• Anggota IDC (Initiative Dai Center), Jakarta (2018-Sekarang)

• Anggota Tim Tafsir Ilmy, LPMQ (lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran) Kementrian
Agama, (2016-Sekarang)

• Anggota Tim Penulis Tafsir at-Tanwir, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (2018
– Sekarang)

• Narasumber Kajian Kisah-Kisah Al-Quran (2007 – sekarang)

• Narasumber Halaqah Tadabbur Al-Quran (sejak 21 Rajab 1434 H)

• Narasumber Kajian Gender, Perempuan dan Family Mainstreaming (2011 – sekarang)

• Penceramah, Khatib, dan narasumber kajian keislaman di kajian perkantoran, majelis


taklim, masjid dan mushola di Jakarta dan sekitarnya

Pengalaman:

• Wakil Ketua Komisi Seni Budaya Islam – Majelis Ulama indonesia (MUI) (2011-2020)

• Direktur I-Wish Center (The Islamic World Strategic and Humanity Center), di Jakarta
(2017-2019)

• Ketua Asia Pacific Community for Palestine, di Jakarta (2011-2017)

• Dosen Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Jakarta, (2016-2019)

• Dosen Ma’had Aly An-Nuaimy, Jakarta (2011-2017)

• Dosen Pasca Sarjana, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta (2011-2013)

• Narasumber “Makky Madany” pada Kajian di Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran


(LPMA) Kementrian Agama RI (2012), (2015)
• Divisi Kajian Sharia Consulting Center (SCC) Jakarta (2012 – 2015)

• Anggota Majelis Tarjih Pengurus Cabang Istimewa (PCIM) Cairo Mesir (2006-2010)

• Ketua Umum Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, 2002-2003

• Salah seorang founder Asy-Syathibi Center (Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar)
di Cairo, Mesir dan menjadi Sekjen periode 2001-2002

• Litbang Forum Lingkar Pena (FLP) Mesir, 2001-2002

• Pengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing di Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia
(PUSKIN) Cairo (2004-2008)

• Nara sumber Kajian Pekanan Kisah-kisah al-Qur’an di Qommunity Radio, Jerman-Cairo


(2007-2009)

• Ketua Orsat ICMI Kairo (2008-2010)

• Litbang dan Pemred Majalah Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Kairo (1999-2000)

Publikasi:

• Tadabbur Juz Amma (Telaga Kebahagiaan), Serial Tafsir al-Kautsar (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2019)

• The Forbidden Country: Negeri Terlarang Bagi Para Pecundang (Aspac Publishing: 2014)

• Antologi Cerpen ”Bulan, Matahari dan Sebelas Bintang” (Jakarta: Cakrawala, 2004)

• Novel ”Jembatan Dua Cinta” (Depok: LPPH, 2004)

• Esai Kontemplatif ”Kemenangan Cinta” (Solo: Eraintermedia, 2005)

Beberapa tulisannya termuat dalam beberapa antologi, diantaranya:

• Delusi Kesetaraan Gender (Jakarta: AILA, 2018)

• Ensiklopedia Mini Masjid al-Aqsha (Jakarta: Aspac Publishing, 2014)

• Merah di Jenin (Jakarta: FBA Press, 2002)

• Luka Telah Menyapa Cinta (Jakarta: FBA Press, 2002)

• Kado untuk Mujahid (Jakarta: Fikri Publishing, 2004)

• Matahari Tak Pernah Sendiri (Depok: LPPH, 2004)

• Wacana Islam Universal (Cairo: MISYKATI Publishing, 1998)


• Sketsa Sejarah Alam Islami (Cairo: SINAI Publishing, 1999)

• Nafas Peradaban (Cairo: ICMI, 2000)

• Diskursus Kontektualisasi Pemikiran Islam (Cairo: KSW Press, 2003)

• Memoar Aktivis (Cairo: PPMI Press, 2003)

• Laskar Syuhada (Depok: LPPH, 2008)

KAJIAN ULUMUL QURAN


Kajian Serial Studi Ulumul Quran ke 1

TEMA KAJIAN STUDI AL-QURAN

 PENDAHULUAN
- Al-Quran dan Sejarah Ulumul Al-Quran

I. NUZULUL QURAN
- Wahyu, Nuzulul Quran, Asbab Nuzul, Makky Madany, Ayat pertama & Terakhir
Diturunkan, Sab’ati Ahruf.

II. SEJARAH (MUSHAF) AL-QURAN


- Sejarah penulisan, Kodifikasi dan standarisasi Al-Quran (Mushaf).
- Ar-Rasm Al-Usmany dan hal-hal yang terkait.
- Ayat dan Surat (Penamaan dan Urutannya).

III. PEMAHAMAN AL-QURAN


- Tafsir dan Ta’wil, Metodologi Tafsir.
- Qira’at, I’jazul Quran, Kisah-kisah Al-Quran, Nasikh Mansukh, Muhkam Mutasyabih, ‘Am
dan Khash, dan lainnya.

IV. PENUTUP

PENDAHULUAN

- Al-Quran : “ Kalam Allah, Mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wa Sallam, Berta’abbud dengan membacanya, dinukil secara mutawatir, serta tertulis
di dalam mushaf “.

( ‫كالم هللا المعجز المتعبد بتالوته المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم المنقول بالتواتر المكتوب في‬
q‫) المصاحف‬
- Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang terkait dengan Al-Qur’an dengan
cara mengetahui asbabunnuzul, sejarah kodifikasi Al-Qur’an , periodisasi makkiyah dan
madaniyah. Nasikh mansukh, muhkam mutasyabih dan lain sebagainya (Manna’Al-Qattan :
Mabahits fi’ Ulumi Al-Qur’an).

- SEJARAH ULUMUL QUR’AN

- Ulumul Qur’an tidak muncul di zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam ,
karena sumber wahyu masih hidup di tengah-tengah para sahabat. Jika terjadi permasalahan
dengan mudah dan secara langsung ditanyakan kepada sumbernya. Demikian juga pada
zaman sahabat ( Orang-orang yang menyaksikan langsung/terlibat), dan era kibar tabi’in.

- Pada abad kedua hijriyah saat terjadi era kodifikasi keilmuan, muncullah karya-karya
ulama. Dimulailah penulisan kitab tafsir Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, dan
Waki bin al-jarrah. Pada tahun 310 H Muncul tafsir yang sangat terkenal, ditulis oleh ibnu
jarir At-Thabari (Jami’al-Bayan fi Ta’wil Ayy Al-Qur’an).

- Adapun Ulumul Qur’an seperti pembahasan asbab nuzul, nasikh mansukh masih ditulis
dalam format riwayat seperti periwayatan hadits.

- Pada abad ketiga hijriyah , Ali bin AL-Madiniy (Guru Imam Bukhari) menulis tentang
Asbabbunnuzul dan Abu Ubaid bin salam , menulis tentang Nasikh Mansukh karya mereka
berdua dianggap sebagai tulisan pertama di bidang ulumul Qur’an ( Az-Zurqaniy:2007).
Bersamaan perkembangan waktu mulai ditulis buku tentang ulumul Qur’an dengan
pembahasan yang cukup lengkap seperti : Al-Burhan fi ulum Al-Qur’an ( Karya Al-Hufy
(430 H ). Funun al-Afnan fi Ajaib Ulum al-Qur’an (Karya Ibnu al-jauzi (587 H). Al-
Burhan fi Ulum al-Qur’an (Karya Az-zarkasyi (794 H). Dan diikuti As-Suyuthi (911 H)
Dengan menulis Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an. Hingga saat ini sudah tidak terhitung buku
yang menulis tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an dalam berbagai bahasa.

- Buku-Buku Ulumul Qur’an (Baru berisi hanya satu tema) (1)

1. Asbabunnuzul, Ali bin Al-Madiniy (234 H). (Guru Imam Bukhari).

2. Nasikh Mansukh, Abu Ubaid al-Qasim bin salam al-Harawiy (224 H).

3. Al-Makky Wa al- Madaniy, Muhammad bin Ayyub adh-Dhurais (294 H).

4. Asbabunnuzul, Abu al-Hasan Ali al-Wahidiy (468 H).

- Buku-Buku Ulumul Qur’an (berisi lebih dari satu tema) (2)

1, Al-Burhan fi Ulumil Qur’an. Abu al-Hasan al-Hufy (430 H).

2. Funun al-Afnan fi ajaib Ulum Qur’an , Ibnu al-Jauzi (597 H).

3. Al-Burhan Fi Ulumil Qur’an, Badruddin Az-Zarkasyi (794 H).

4. Al-Itqan fi Ulumil Qur’an, Jalaluddin As-Suyuti (911 H).

5. Manahilul Irfan Fi Ulumil Qur’an. Muhammad Abdul Azhim Az-Zurqani (1367 H /


1948 H).

6. Mabahits fi Ulumil Qur’an. Subhi Shalih (1407 H / 1986 H).

7. Mabahits fi Ulumil Qur’an. Manna Al-Qathan (1420 H / 1999 M).


8. Al-Wajiz fi Ulum al-kitab al-Aziz, Muhammad Khazir al-Majaly

9. Prof.Dr.Quraisy Syihab, Prof. Dr. Yunahar ilyas, Dr. Ahsin Sakho dan lain-lainnya.

 POKOK PEMBAHASAN NUZULUL QUR’AN [1]


A. Wahyu
B. Nuzulul Qur’an
C. Asbabun Nuzul
D. Makky Madany
E. Ayat pertama dan terakhir turun
F. Nuzulul Qur’an ala Sab’ati Ahruf

 POKOK PEMBAHASAN MUSHAF AL-QUR’AN [2]


A. Sejarah penulisan Al-Qur’an
B. Kodifikasi , Penggandaan dan Standarisasi Mushaf
C. Ar-Rasm al-Usmaniy
D. Ayat dan Surah di dalam Al-Qur’an

Skema Sejarah kodifikasi Al-Quran

Penulisan Di Zaman Nabi Shallallahu


(Final Diselesaikan) Alaihi Wa Sallam

Dengan berbagai media :


Kayu, tulang, dan yang lain-
lain

Al – Qur’an Abu Bakar


Kodifikasi I
(Jadi satu mushaf) (Dalam satu mushaf)

Kodifikasi II Usman bin Affan


(Digandakan dan disebar) (Lebih dari tujuh mushaf)

 POKOK PEMBAHASAN PEMAHAMAN / KANDUNGAN AL-QURAN [3]


A. Tafsir, Ta’wil dan Metodologi Tafsir
B. I’jazul Quran (Kemukjizatan Al-Quran)
C. Qira’at Al-Quran
D. Kisah – kisah Al-Quran
E. Nasikh Mansukh
F. Muhkam Mutasyabih
G. ‘Am dan Khash, dan lain-lain.

 Metode Tafsir
 Berdasarkan Sumbernya
1. Tafsir bi al-Ma’tsur (Riwayat)
2. Tafsir bi ar-Ra’yi (Pendapat)
 Berdasarkan cara yang digunakan
1. Tafsir Tahlili (Analitik)
2. Tafsir Maudhui (Tematik)
3. Tafsir Ijmali (Global)
4. Tafsir Muqaran (Komparasi)

 Dimensi Mukjizat Al-Quran


1. Al-I’jaz Al-Bayaniy (Kemukjizatan Bahasa)
2. Al-I’jaz At-Tasyri’iy (Kemukjizatan Syariat)
3. Al-I’jaz Al-ilmiy (Kemukjizatan ilmiah)
4. Al-Ijaz Al-Ghaibiy (Kemukjizatan Hal Ghaib)
5. Al-Ijaz Al-Fanniy At-Tashwiriy (Kemukjizatan Visualisasi)

 Bahan Salindia
1. Al-Wajiz fi Ulum al-Kitab al-aziz, Dr.Muhammad khazir al-Majaly, Kuala lumpur: Dar at-
Tajdid,2003.
2. Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Manna’ Al-Qathan, Kairo: Maktabah Wahbah 2000
3. Manahilul Irfan Fii Ulumil Qur’an, Az-Zurqani,Kairo : Maktabah At-Taufiqiyah 2007
4. Al-Itqan Fii Ulumil Qur’an, As-Suyuti, Kairo : Daarul Hadits 2007
5. Qawaid Atarjih Indal Mufassirin, Husein bin Ali Al-Harbi, Riyadh: Daarul Qasim, 1996
Kajian Serial Studi Ulumul Quran ke 2

WAHYU DAN NUZULUL QUR’AN

- Kisi-Kisi Kajian :
 Definisi wahyu secara bahasa dan istilah
 Apakah selain nabi bisa mendapatkan wahyu ?
 Al-Qur’an termasuk jenis wahyu yang mana ?
 Apakah ada wahyu selain Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam ?
 Apa Karakteristik Al-Qur’an dari kitab suci lain ?
 Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an ?
 Apa hikmah Al-Qur’an turun berangsur-angsur
 Ayat Al-Qur’an yang pertama dan terakhir turun

Wahyu

 Secara bahasa wahyu adalah “isyarat yang cepat”


 Menurut istilah wahyu adalah “ Pemberitahuan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada
manusia yang dipilihnya sebagai nabi/rasul yang mengandung hidayah dengan cara samar
dan cepat”.
 Kata “Al-Wahyu” dalam Al-Qur’an diartikan :
A. ilham (Untuk manusia) : Kepada ummi Musa, Al-Quran surah Al-Qasas:7, Kepada
hawariyyin, Al-Quran Al-Maidah:111
B. Insting / Gharizah (Untuk binatang) : Kepada lebah , Al-Quran surah An-Nahl:68
C. Bisikan (Setan) : Kepada sesamanya dan auliya’nya , Al-Quran surah Al-An’am : 112,
121)
D. Isyarat (Yang cepat). : Zakariya kepada kaumnya, Al-Quran surah Maryam:11. Kepada
malaikat , Al-Quran surah Al-Anfal:12.
 Macam-macam Wahyu :
1. Wahyu Allah untuk malaikat-Nya
2. Wahyu Allah untuk para Nabi-Nya
- Wahyu kepada malaikat
Cara turunnya wahyu dari Allah kepada malaikat jibril alaihissalam dengan dua cara :
1. Jibril secara langsung menerima wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala
2. Wahyu tersebut telah dihafal oleh jibril alaihissalam lewat lauh mahfudz
3. Jibril telah memahami makna dan lafazhnya

Diagram Wahyu Nabi

Suara Lonceng

Perantara
(Jibril Alaihissalam)
Bentuk Asli

Menyerupai
WAHYU Manusia

X
Mimpi

X
Tanpa Perantara

X
Bicara langsung

- AL-QUR’AN SEBAGAI WAHYU :


 Al-Qur’an adalah termasuk wahyu dari Allah yang disampaikan melalui perantara
Malaikat Jibril.
 Al-Qur’an disampaikan oleh Malaikat Jibril dalam keadaan terjaga (tidak dalam keadaan
tertidur atau pingsan).
 Al-Qur’an adalah wahyu Allah, berupa kalam Allah. Karena itu semuanya berasal dari
Allah : Kata, Susunan Kalimat, Urutan ayat atau Surah semua bersumber dari Allah
 Jibril hanya menjadi perantara dan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam
sebagai penerima pertama, untuk disampaikan kepada semua umatnya.
Turunnya Al-Qur’an kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam

Suara Lonceng

Perantara
(Jibril Alaihissalam)
Bentuk Asli

Menyerupai
WAHYU Manusia

X
Mimpi

X
Tanpa Perantara

X
Bicara langsung

Semua Ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa


sallam :

1. Dalam keadaan Terjaga (Tidak tidur)

2. Melalui Perantara Malaikat Jibril Alaihissallam

PERSPEKTIF TENTANG AL-QUR’AN

Sudut pandang memuliakan karena dinisbatkan


kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala Kalam
Allah

Sudut Pandang sebagai bukti Ke-


Nabian

Kitab
Al-Qur'an Wahyu
Suci

Pembuktian iman kepada yang Ghaib,


karena Al-Qur’an merupakan rangkaian
akhir dari Beberapa kitab suci yang
Mukjizat
diturunkan untuk manusia. Menampilkan kehebatan Al-Qur’an sekaligus
Tantangan bagi siapapun
WAHYU ALLAH KEPADA NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM

AL-Qur’an Hadis Nabawi Hadis Qudsiy


 Kalam Allah  Perkataan, perbuatan atau  Perkataan Allah dalam
 Makna dan Redaksi ketetapan Nabi riwayat dari Nabi
berasal dari Allah Muhammad Shallallahu Shallallahu alaihi wa
 Disampaikan melalui Alaihi Wa Sallam sallam
malaikat jibril  Maknanya dari Allah,  Maknanya dari Allah
 Riwayat Mutawatir redaksi dari Nabi redaksi dari Nabi
 Bertaabbud membacanya Muhammad Shallallahu Muhammad Shallallahu
dalam shalat Alaihi Wa Sallam Alaihi Wa Sallam
 Riwayat : Shahih, hasan,  Riwayat : Mutawatir dan
dhaif masyhur
 Tidak boleh dibaca  Tidak boleh dibaca di
didalam shalat dalam shalat

- KITAB-KITAB SUCI :

1. Kitab Suci = Kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul utusan-Nya berisi
pedoman dan syariat yang di ajarkan.

2. Kitab Suci = Wahyu dari Allah, melalui perantara malaikat jibril alaihissallam.

3. Kitab Suci = Berupa al-Kitab seperti ( Al-Quran untuk Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam ), ( Injil untuk Nabi Isa Alaihissallam ), ( Taurat untuk Nabi Musa
Alaihissallam ) dan ( Zabur untuk Nabi Dawud alahissallam ), atau berupa Suhuf (lembaran-
lembaran).

4. Kitab Suci = Al-Quran sebagai kitab terakhir : Membenarkan dan melengkapi yang
sebelumnya, dijaga Allah, berlaku hingga hari kiamat , Tidak bisa dipalsukan, membacanya
adalah ibadah, baik memahami arti ataupun tidak.
AL-QURAN DAN KITAB-KITAB SUCI

AL-Qur’an Taurat Injil


 Diturunkan kepada Nabi  Diturunkan kepada Nabi  Diturunkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu Musa Alaihissallam Isa Alaihissallam
Alaihi Wa Sallam  Perantara Malaikat Jibril  Perantara Malaikat Jibril
 Perantara Malaikat Jibril  Terdistorsi setelah  Terdistorsi setelah Nabi
 Dijaga dari pemalsuan wafatnya Nabi Musa isa diangkat ke langit
(penulisan, penghafalan,  Belum ditemukan bahasa  Belum ditemukan bahasa
sanad – qira’at) aslinya aslinya
 Bahasa Arab  Tidak ditemukan  Tidak ditemukan
 Banyak penghafal dan penghafal Taurat penghafal injil
mudah dihafal

AL-QURAN DAN KITAB-KITAB SUCI

1. Mushaddiq (Membenarkan kitab-kitab suci sebelumnya)


2. Muakkid (Menguatkan beberapa syariat pokokm seperti : Tauhid, Shalat dan lain-lain)
3. Mukammil (Penyempurna / melengkapi yang kurang pada kitab sebelumnya)
4. Nasikh (Menghapus beberapa hokum/syariat sebelumnya)
5. Mujaddid (Memperbarui beberapa syariat sebelumnya)

- OTENTISITAS AL-QURAN

 Wahyu (kalam Allah) , bukan yang lainnya)


 Tauqifiy (given, tak ada campur tangan makhluk)
 Urutan ayat atau surah adalah Allah yang menyusun
 Dijaga keasliannya oleh Allah dengan melibatkan manusia (Proses turun dan
periwayatan)
 Bahasa asli tidak boleh ditinggalkan /dihilangkan
 Setiap ada upaya memalsukan atau mengubah , dipastikan bisa diketahui
 Adanya tahaddiy (Mukjizat/tantangan) berlaku sepanjang masa dan di mana pun
 Bukti-bukti pendukung lainnya

NUZULUL QURAN

 Al-Qur’an sebagai Kalamullah didefinisikan dengan Al-Munazzal (yang diturunkan) kepada


Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Dalam prosesnya tidaklah diturunkan secara
langsung kepada beliau, namun melalui perantara yaitu Malaikat jibril Alahissalam
 Untuk sampai kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, turunnya Al-Quran
terjadi tidak sekali waktu (langsung semua isi Al-Quran) Namun, terjadi secara bertahap
 Tahap 1 : Turun secara utuh sampai ke Baitul izzah
 Tahap 2 : Turun secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam
 Al-Lauh al-Mahfudz Sebagai proses awal yang bisa diketahui dari beberapa riwayat (Surah
Al-Buruj: 21-22)
 Dari Lauh Mahfudz, Allah menurunkan Al-Quran sekaligus ke langit dunia atau Baitul izzah
Di malam yang diberkahi yaitu malam kemulian (Lailatul Qodar) ( Surah Al-Baqarah :185,
Al-Qadar :1, dan Ad-dukhan:3) (ibnu Abbas)
 Allah menurunkan Al-Quran dari langit dunia kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam Berangsur-angsur Selama hampir 23 tahun. ( As-Syuara : 192-195, Al-Jatsiyah: 2,
An-Nahl : 102 dan Al-Baqarah : 23 )
 Kadang proses turunnya Al-Quran didahului/dilatari peristiwa atau pertanyaan. Namun,
Sebagian besar turun tanpa latar atau sebab

NUZULUL QURAN

Lauh Mahduzh
Allah
Turun Sekaligus

Baitul Izzah
Malaikat Jibril

Berangsur-angsur
Kepada Nabi
Nabi Muhammad Muhammad
- Hikmah Turun Al-Quran berangsur

Hikmah turunnya Al-Quran kepada Rasulullah secara Berangsur-angsur selama 23 tahun :

1. Mengokohkan dan Memantapkan hati Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam ( Surah Al-
Furan : 32, Al-Kahfi : 6 ).

2. Membuktikan Kemukjizatan dan kemampuan Al-Quran menjawab tantangan ( Surah Al-


Baqarah : 23, Al-A’raf : 187 ).

3, Memudahkan Menghafal dan Memahaminya dengan baik ( Surah Al-Jumuah : 2 ).

4. Relevan dengan peristiwa dan bertahap dalam penetapan hokum ( Surah Ar-Rum: 38-39 ),
Kisah pengharaman khamar, riba, juga tasyri kewajiban puasa.

5. Membuktikan bahwa Al-Quran benar berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala . ketika
wahyu terhenti , Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak punya pilihan kecuali
hanya menunggu.

- Pertama dan terakhir

1. Ayat yang pertama turun = 5 ayat pertama surah Al-Alaq

2. Surah yang pertama turun secara lengkap = Surah Al-Fatihah, Surah Al-Mudatsir

3. Ayat yang terakhir turun : Surah Al-Baqarah : 281 (yang dipilih kebanyakan ulama),
ada pendapat = Surah Al-Maidah : 3 (marjuh (Dilemahkan).

- Take away Lessons / Mengambil Pelajaran

1. Al-Quran adalah Wahyu Allah

2. Ada wahyu lain di samping Al-Quran ( Hadis qudsy dan nabawiy )

3. Al-Quran adalah satu dari beberapa Kitab Suci Yang diturunkan kepada manusia.

4. Al-Quran Otentik dan terjaga

5. Al-Quran diturunkan Allah secara Bertahap ( Langsung dan berangsur )

6. Al-Quran turunkan melalui Perantara Malaikat Jibril Alaihissalam.


SERIAL STUDI AL-QURAN KE 3

ASBABUN NUZUL DAN PERIODISASI AYAT

- Kisi-Kisi Kajian

 Apa yang dimaksud Asbabun Nuzul ?


 Apa manfaat mempelajari, dari mana sumbernya ?
 Bentuk-bentuk Asbabun Nuzul ?
 Kaidah-kaidah Asbabun Nuzul ?
 Periodisasi ayat-ayat Al-Quran ?
 Definisi Makkiyah dan Madaniyah ?
 Karakteristik dan model-modelnya Makkiyah dan Madaniyyah ?
 Take Away Lessons / Mengambil pelajaran

Pembahasan

 Apa yang dimaksud Asbabun Nuzul ?

Sesuatu yang menyebabkan turunnya sebuah ayat, atau ayat-ayat atau surah Al-Quran yang
menceritakan suatu peristiwa ketika terjadi nya saat itu dan kemudian menjelaskan hukumnya
. sesuatu yang karenanya Al-Quran diturunkan, sebagai penjelasan terhadap apa yang terjadi,
baik berupa Peristiwa Maupun Pertanyaan.

 Apa manfaat mempelajari, dari mana sumbernya ?


1. Mengetahui hikmah tujuan dan maksud Allah tentang syariat yang diturunkannya
(Hikmah tasyri)
2. Memudahkan menghafalkan ayat, memahaminya dan menguatkan makna ayat dalam
ingatan.
3. Mengetahui Kepada siapa ayat diturunkan (saat itu) . Contoh : (Surah Ali Imran: 188),
Marwan ibnul hakam merasa sulit memahami ayat ini, karena Allah melarang orang gembira
dengan apa yang dikerjakan dan suka dipuji terhadap apa yang belum dikerjakan. Ibnu abbas
berkata : Ayat ini turun berkenaan dengan orang musyrik dan yahudi.
4. Membantu mengenal sirah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam
5. Membantu meneliti Periodisasi ayat Makkiyah atau madaniyah.
 Bentuk-bentuk Asbabun Nuzul ?
1. Menjawab pertanyaan dan perbedaan pendapat
Perselisihan anatara Aus dan Khazraj, yang hampir terjadi pertumpahan darah . Firman
Allah : “ Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang
yang diberi Al-Kitab. Niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman “. ( Al-Quran surah Ali-Imran : 100 ).
2. Berkenaan dengan usulan dan keinginan sahabat yang dibenarkan Allah Subhanahu
Wa Ta’ala , seperti beberapa usulan Umar bin Khattab Radhiyallahuanhu :
 Umar ingin agar Maqam Ibrahim dijadikan tempat shalat, turun firman Allah : Dan
(ingatlah), dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. (Surah Al-Baqarah :
125).
 Usulan umar Agar isteri-isteri Rasul Shallallahu alaihi wa sallam Memakai hijab, turun
firman Allah : “Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (isteri-isteri
Nabi), Maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan
hati mereka . (Surah Al-Ahzab : 53)
 Nasihat umar pada isteri-isteri Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang cemburu. Turun
firman Allah : “Jika Nabi menceraikan kamu, boleh jadi Tuhannya akan memberi ganti
kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat,
yang bertaubat, yang mengerjakan ibadah, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan.
(Surah At-Tahrim : 5)
 Usulan umar agar Tawanan perang badar dibunuh tidak seperti usulan Abu bakar
Radhiyallahuanhu, maka turunlah Surah Al-Anfal : 67.
3. Menjawab pertanyaan yang diajukan kepada Nabi berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
Yang telah lalu, Seperti firman Allah : “Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang Dzulkarnain. Katakanlah : “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya”. (Surah
Al-Kahfi : 83)
4. Menjawab pertanyaan yang diajukan kepada Nabi berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
Yang sedang terjadi , Firman : “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah : “
Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku , dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikt”. (Surah Al-Isra : 85).
5. Menjawab pertanyaan yang diajukan kepada Nabi berkenaan dengan peristiwa-peristiwa
Yang akan terjadi, Firman Allah : “(Orang – orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang hari kebangkitan , kapankah terjadinya”. (Surah An-Naziat : 42).
 Cara mengetahui Asbabun Nuzul ?
Sumber dan rujukan Asbab an-Nuzul :
1. Riwayat yang sahih dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
2. Mendengarkan dari sahabat tentang sebab-sebab turunnya sebuah ayat.
3. Menyaksikan langsung keterangan bahwa para sahabat menyaksikan sebab turunnya ayat
tersebut (Kibar tabi’in).

 Asbabun Nuzul Quran


- Apakah semua ayat atau pun surah di dalam Al-Quran selalu diturunkan dengan
pendahuluan sebab atau pertanyaan (asbab an-nuzul) ? Tidak, Karena Al-Quran Bukan
Kitab sejarah atau buku peristiwa dan kejadian-kejadian.

 Kaidah-kaidah Asbabun Nuzul ?

1. Al-Ibrah bi’umum al-lafzh la bi khusush as-sabab


Berlaku menjadi kaidah umum, tidak menjadi khusus kecuali ada dalil yang
mengkhususkannya. Contoh : Al-Quran surah Al-Hasyr : 7, berlaku umum untuk hadis Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam. Diturunkan tentang ghanimah yahudi Bani Nadhir.
2. Berlaku kaidah khusus, Bila terdapat dalil yang mengkhususkannya : Surah Al-Ahzab :
32-33, juga ayat 53 (Berbicara dari balik hijab).
3. Jika ada lebih dari satu sebab Turunnya ayat, maka jika memungkinkan digabungkan,
jika tidak bisa, maka dipilih yang paling shahih riwayatnya . contoh : Sabab nuzul surah at-
tahri, dipilih yang paling shahih.

 Periodisasi ayat-ayat Al-Quran ?


Makkiyah dan Madaniyah
Perbedaan Ulama dalam menentukan katagori ayat/surah Makkiyah didasarkan pada tiga hal :
1. Tempat turunnya ayat (Mekkah atau Madinah)
2. Waktu turunnya ayat (Sebelum atau sesudah hijrah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam ke madinah). Pendapat yang mengacu pada standar Waktu hijrah layak dan baik
untuk digunakan. Yang turun sebelum hijrah disebut Makkiyah dan yang turun setelah hijrah
disebut Madaniyyah. Jika terjadi kesulitan mengidentifikasi waktu maka baru dipakai
standar Tempat turun Al-Quran, apakah di mekah atau di madinah ?
3. Khithab / Audiens ayat ( Terdapat panggilan ‫ياأيها الناس‬ Atau ‫ ) ياأيهاأمنوا‬Pendapat yang
mengacu pada standar ketiga (Isi panggilan / Nida) sangat lemah, mengingat tidak selalu ada
ciri tersebut dalam setiap surah, terutama dalam surah-surah pendek. Sebagian surah bahkan
ada yang memuat dua jenis panggilan tersebut sekaligus. Hal ini membingungkan.

 Definisi Makkiyah dan Madaniyah ?


- Makkiyah adalah semua ayat / surah yang diturunkan sebelum hijrah Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam ke madinah walaupun turun di luar mekkah.
- Madaniyyah adalah semua ayat / surah yang turun sesudah hijrah Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wa sallam walaupun turun di luar mekkah.
- Sebagian besar surah di dalam Al-Quran dikategorikan Makkiyah (ada 80 surah) dari 114
surah yang ada dalam Al-Quran.

 Karakteristik dan model-modelnya Makkiyah dan Madaniyyah ?


Dhawabit (Pola-pola) Makkiyah dan Madaniyyah :
 MAKKIYAH
1. Berisi pengokohan akidah terutana tentang keimanan terhadap hari akhir (Proses-proses
hari kiamat)
2. Pembuktian dan mendebat kaum musyrikin dengan bukti dan dalil yang rasional
3. Terdapat kisah-kisah para Nabi dan umat terdahulu
4. Kisah tentang iblis dan Adam Alaihissalam
5. Sering dimulai dengan huruf-huruf Muqath’tha’ah (Huruf terputus-putus pelafalannya,
kecuali Surah Al-Baqarah dan Surah Ali Imran)
6. Terdapat ayat-ayat sajdah (disunnahkan bersujud – sujud tilawah)

 MADANIYYAH
1. Surah-surah yang mengandung Hudud (Larangan-larangan yang disertai bentuk
hukumannya) dan Faraidh (amal-amal wajib)
2. Surah-surah yang berisi tentang izin jihad serta penjelasan tentang hukum jihad
3. Surah-surah yang menjelaskan tentang Kaum munafik selain surah Al-Ankabut
4. Surah-surah yang terdapat Dialog dengan Ahli kitab
 Manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah ?
Manfaat mengetahui periodesasi surah / ayat Makkiyah dan Madaniyyah :
1. Dapat membedakan antara Nasikh dan Mansukh, khususnya ketika terdapat dua ayat atau
lebih yang berbicara tentang tema yang sama dalam Al-Quran
2. Dapat mengetahui Sejarah penetapan syariat islam oleh Allah dan Rasul-Nya
3. Memberikan keyakinan dan kemantapan hati bahwa Al-Quran yang ada ditangan kita saat
ini adalah benar-benar orisinil berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala

 Take Away Lessons / Mengambil pelajaran


1. Sebagian ayat Al-Quran memiliki latar belakang turunnya ayat (Sababunnuzul), tapi
sebagian besarnya diturunkan tanpa sebab
2. Sumber rujukan berupa Riwayat
3. Kaidahnya berlaku umum
4. Periodisasi ayat memakai standar waktu hijrah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam ke
madinah (sebelum atau sesudah)
5. Karakteristik Periodisasi ayat Al-Quran memiliki pola / dhawabith dan kekhususan.

SERIAL STUDI AL-QURAN KE 4

SEJARAH PENULISAN , KODIFIKASI, DAN STANDARISASI MUSHAF AL-


QURAN

- Out line kajian / Kisi-kisi

1. Sejarah penulisan Al-Quran


2. Kodifikasi Mushaf Al-Quran
3. Standarisasi dan penggandaan Mushaf Al-Quran
4. Tentang Ar-Rasm al-Usmaniy
5. Urutan dan penamaan Surah Al-Quran
Skema Sejarah kodifikasi Al-Quran

Penulisan Di Zaman Nabi Shallallahu


(Final Diselesaikan) Alaihi Wa Sallam

Dengan berbagai media :


Kayu, tulang, dan yang lain-
lain

Al – Qur’an Abu Bakar


Kodifikasi I
(Jadi satu mushaf) (Dalam satu mushaf)

Kodifikasi II Usman bin Affan


(Digandakan dan disebar) (Lebih dari tujuh mushaf)

 Penulisan di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam


Fakta penting terkait Al-Quran di masa Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam :
1. Al-Quran telah Dihafal oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan sebagian sahabat
Radhiyallahuanhu.
2. Al-Quran telah ditulis lengkap saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wafat.

Setelah Al-Quran diwahyukan, maka dihafal oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .
Beliau kemudian memanggil para penulis wahyu dan memberi arahan akan penempatan
ayat/surah tersebut. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membaca apa yang telah
diwahyukan di hadapan jibril sekali setahun yaitu di bulan ramadhan , kecuali tahun beliau
wafat.

1. Sejarah penulisan Al-Quran dan Kodifikasi mushaf Al-Quran


 Kodifikasi (Al-jam’u) Al-Quran yaitu dengan menghafalnya (Al-Qiyamah : 16-19) Diantara
penghafal Al-Quran dimasa Rasul shallallahu alaihi wa sallam : Ibnu mas’ud, Salim,
Mu’az, Ubay bin kaab, Zaid bin tsabit, Abu Zaid, Abu Darda. Dan lain-lain. (HR.
Bukhari).
 Kodifikasi Al-Quran dengan penulisan dimasa Rasul Shallallahu alaihi wa sallam dilakukan
oleh para penulis wahyu : Ali bin abi thalib, Muawiyah, Ubay bin ka’ab dan zaid bin
tsabit. Sehingga hafalan para sahabat adalah Al-Quran standar masa ini dan bukan dalam
bentuk mushaf seperti sekarang.
 Media penulisan : Kertas, pelepah kurma, batu, tulang, kulit binatang dan lain-lain. (karena
keterbatasan jumlah kertas, atau bahkan belum dikenal banyak).

 Selain kertas , Maka berikut alat yang digunakan untuk penulisan Al-Quran :
1. Asiib Atau pelepah kurma
2. Lihaf Atau batu tipis
3. Riqa Atau Kulit
4. Al-Aktaf Atau tulang lebar yang telah kering
5. Al-Aktab Atau Kayu

 Mengapa Al-Quran belum dibukukan di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam:
1. Wahyu Al-Quran tidak diketahui kapan selesai diturunkan
2. Media penulisan bermacam-macam
3. Konsentrasi sahabat adalah penghafalan, bukan penulisan
4. Antisipasi ayat-ayat yang dinaskh, sehingga tidak bisa diketahui kecuali setelah final

2. Kodifikasi dan penyusunan Mushaf Al-Quran


 Kodifikasi (Al-jam’u) Al-Quran yaitu dengan menghafalnya (Al-Qiyamah : 16-19) Diantara
penghafal Al-Quran dimasa Rasul shallallahu alaihi wa sallam : Ibnu mas’ud, Salim,
Mu’az, Ubay bin kaab, Zaid bin tsabit, Abu Zaid, Abu Darda. Dan lain-lain. (HR.
Bukhari).
 Kodifikasi Al-Quran dengan penulisan dimasa Rasul Shallallahu alaihi wa sallam dilakukan
oleh para penulis wahyu : Ali bin abi thalib, Muawiyah, Ubay bin ka’ab dan zaid bin
tsabit. Sehingga hafalan para sahabat adalah Al-Quran standar masa ini dan bukan dalam
bentuk mushaf seperti sekarang.
 Media penulisan : Kertas, pelepah kurma, batu, tulang, kulit binatang dan lain-lain. (karena
keterbatasan jumlah kertas, atau bahkan belum dikenal banyak).

 Selain kertas , Maka berikut alat yang digunakan untuk penulisan Al-Quran :
6. Asiib Atau pelepah kurma
7. Lihaf Atau batu tipis
8. Riqa Atau Kulit
9. Al-Aktaf Atau tulang lebar yang telah kering
10. Al-Aktab Atau Kayu

 Mengapa Al-Quran belum dibukukan di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa


sallam:
5. Wahyu Al-Quran tidak diketahui kapan selesai diturunkan
6. Media penulisan bermacam-macam
7. Konsentrasi sahabat adalah penghafalan, bukan penulisan
8. Antisipasi ayat-ayat yang dinaskh, sehingga tidak bisa diketahui kecuali setelah final

Kodifikasi Al-Quran di masa Abu Bakar As-shidiq Radhiyallahuanhu, Setelah


terjadi perang yamamah banyak para penghafal Al-Quran gugur syuhada, Sahabat Umar
mengusulkan untuk mencetak dan membukukan Al-Quran. Maka, Abu bakar membentuk tim
penyusun Al-Quran dipimpin oleh Zaid bin tsabit dengan mengumpulkan semua hafalan dan
tulisan sahabat, pelepah kurma, dan tulisan-tulisan lainnya, kemudian mushaf itu terjaga
sampai masa Umar Radhiyallahuanhu dan kemudian diwariskan kepada Hafsah (HR.
Bukhari) . Pada masa Abu bakar, Al-Quran dikumpulkan dalam bentuk buku satu
eksemplar (Mushaf).

Kodifikasi Al-Quran di masa Usman bin Affan terjadi ketika islam menyebar luas di
luar wilayah Arab sehingga terjadi perbedaan bacaan yang menonjol sesuai logat bahasa yang
ada saat itu, sehingga, Usman bin Affan Radhiyallahuanhu memberi solusi perbedaan bacaan
itu dalam satu mushaf atas usulan Huzaifah ibnul yaman setelah beliau mengikuti penaklukan
Armenia dan Azerbaijan.

Usman bin affan kemudian mengumpulkan para sahabat yang hafal Al-Quran
diantaranya Zaid bin Tsabit , Abdullah bin Zubair said, Ibnul Ash dan Abdurahman bin
Hisyam semua dari Quraisy dan mencocokannya dengan mushaf yang ada pada Hafshah,
Kemudian disatukan dalam satu bacaan dan lahn Quraisy karena Al-Quran turun dengan
lisan Quraisy. ( HR. Bukhari ).

 Sebab kebijakan Usman Bin Affan Radhiyallahuanhu

Kemenangan islam, Futuhat islamiyah di beberapa wilayah perbedaan Qira’at di beberapa


negeri :
A. Penduduk syam (Suriah sekarang) mengikuti Qira’at Ubay bin ka’ab (W 20 H)
B. Penduduk Kufah mengikuti Qira’at Abdullah bin Mas’ud (W 23 H)
C. Beberapa negeri lain mengikuti Qira’at Abu Musa Al-Asy’ari (W 44 H)
Puncak perbedaan Qira’at ini terjadi pada saat perang Armenia dan Azerbaijan. Antara
penduduk syam dan irak saling melontar ucapan kasar bahkan menganggap yang lainnya
berdosa. Huzaifah bin yaman (W 36H) merasa khawatir dan mengadukan kejadian ini kepada
utsman. Maka beliau mengumpulkan tokoh-tokoh sahabat dan meminta pandangan mereka.
Disepakatilah untuk disalin mushaf yang dikumpulkan oleh zaid bin tsabit pada masa Abu
Bakar Radhiyallahuanhu.

 Tim penggandaan Mushaf

Usman bin Affan Radhiyallahuanhu. Membuat tim untuk menjalankan tugas berat ini yag
beranggotakan para sahabat, kurang lebih sebagai berikut :
1. Zaid bin Tsabit (W 45 H / dari kalangan Anshar)
2. Abdullah bin Zubair (W 73 H / Quraisy)
3. Said bin Ash (W 58 H / Quraisy)
4. Abdurahman bin Harits bin hisyam (W 43 H / Quraisy)

3. Standarisasi dan penggandaan Mushaf Al-Quran


 Metode Tim penulisan
1. Menjadikan mushaf yang dikumpulkan oleh zaid pada masa Abu bakar sebagai Rujukan
utama.
2. Apabila ada perbedaan car abaca antara zaid dan ketiga sahabat lain, maka yang digunakan
adalah Qira’ah kaum Quraisy, Karena Al-Quran diturunkan dengan dialek kaum Quraisy.
3. Setelah disalin, maka mushaf-mushaf tersebut dibaca ulang oleh beberapa sahabat terbaik.
4. Setelah menjadi mushaf yang terperiksa dengan baik maka kemudian dikirim ke negeri-
negeri.
5. Setelah dikirim, maka mushaf yang ada di negeri-negeri tersebut dibakar.

 Distribusi Mushaf Usmaniy


Setidaknya ada enam mushaf yang disalin oleh tim penulis Al-Quran, lalu didistribusikan :
1. Sebuah mushaf dikirim ke Mekkah
2. Sebuah mushaf dikirim ke Basrah
3. Sebuah mushaf dikirim ke Kufah
4. Sebuah mushaf dikirim ke Syam
5. Sebuah mushaf dikirim ke Madinah
6. Sebuah lagi disimpan oleh Amirul Mukminin Usman bin Affan
 Para Qari Utusan Usman
1, Zaid bin Tsabit ke Madinah
2. Abdullah bin Saib (w 70H) ke Mekkah
3. Mughirah bin Syu’bah (w 91H) ke syam
4. Abu Abdurahman As-sulami (w 73H) ke Kufah
5. Amir bin Qais ke Basrah

4. Tentang Ar-Rasm al-Usmaniy


Ar-Rasm al-Usmaniy merupakan cara penulisan Al-Quran oleh para sahabat
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang ditulis dimasa Usman bin Affan
Radhiyallahuanhu dan disetujui oleh beliau. Inilah yang kemudian dikenal sebagai Ar-rasm
al-utsmaiy.
Pendapat para Ulama tentang ar-Rasm al-Utsmaniy :
 Tauqifiy (Ketentuan dari Rasul Shallallahu alaihi wa sallam ), Artinya para sahabat tidak
mengurangi dan menambah satu huruf pun kecuali yang telah ditetapkan oleh wahyu dan
Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan para sahabat menulis Al-
Quran seperti Ar-Rasm al-Utsmani saat ini , sebagai keistimewaannya disbanding kitab lain
(pendapat ibnu mubbarok).
 Bukan Tauqifiy (Ijtihadiy) (Arahan dan ijtihad Usman), Artinya disebut sebagai Rasm
usmaniy karena penulisannya dilakukan di masa Utsman bin Affan Radhiyallahuanhu dan
disetujui / Rekomendasi beliau, kemudian diterima oleh umat islam . kemudian, wajib bagi
umat untuk mengetahuinya dan berpedoman padanya (Imam Malik dan Ahmad).
 Isthilahiy (Hanya sebagai istilah), Artinya sekedar menjadi istilah bukan ketetapan wahyu,
bila umat menyepakatinya, maka boleh penulisan Al-Quran dengan istilah lain selain
Utsmani, karena tidak ada ayat, hadits dan ijma ulama yang mewajibkan untuk hanya
mengikuti Rasm utsmani (Al-Baqiilaniy dan sebagian ulama ).

- Ar-Rasm al-Usmaniy
Awalnya, tulisan Al-Quran tidak memiliki titik dan harakat tanda baca. Jadi lebih berupa
tulisan dengan Khat Kufiy. Berbentuk kotak-kotak, dan yang membedakan antara huruf-
huruf tersebut adalah pada gigi-gigi penulisannya.
Kemudian, terjadi beberapa kesalahan baca sehingga perlu dibuat pedoman dan harakat
tanda baca. Setelah itu dibedakan dengan titik satu, dua atau tiga.
Kemudian, Muncul istilah Waaf dan ibtida. yaitu kapan bacaan ayat Al-Quran disebut
permulaan ayat atau akhirnya, kapan dibolehkan berhenti dan kapan tak dianjurkan berhenti.
Pada perkembangannya kemudian terdapat berbagai tanda-tanda Waqaf.
Saat ini perkembangan menjadi pesat dalam cetakan mushaf al-Quran . selain isi al-
Quran tak jarang disertai dengan penulisan keterangan tajwid, car abaca yang benar
dan sebagainya.

5. Urutan dan penamaan Surah Al-Quran


 Jumlah surah dalam Al-Quran, 114 surah
 Urutan penamaannya, sebagian ada yang Tauqify ada juga yang ijtihady. Karena itu
terdapat perbedaan penamaan dalam beberapa nama surah Al-Quran.
 Adapun jumlah ayat terjadi perbedaan karena perbedaan pemberhentian bacaan (Waqaf)
 Adapun urutan ayat sebagaimana urutan surah, yaitu semua berasal dari Allah Subhanahu
wa ta’ala

SERIAL STUDI AL-QURAN KE 5


QIRA’AT , NADA DAN IRAMA BACA

 Outline kajian
1. Sejarah Qira’at Al-Quran
2. Definisi, syarat, dan macam-macam Qira’at Al-Quran
3. Beberapa contoh Qira’at Al-Quran
4. Nada, Nagham, dan irama baca Al-Quran

1. Sejarah Qira’at Al-Quran


Ketika itu, usman mengirimkan mushaf ke berbagai negeri dengan Qari nya yang
sesuai Qiraatnya dengan mushaf-mushaf tersebut. Qiraat ini berbeda satu dengan lainnya
karena mereka mengambilnya dari sahabat yang berbeda pula. Perbedaan ini berlanjut pada
tingkat tabiin di setiap daerah penyebaran. Demikiaan seterusnya sampai munculnya imam
qurra.
Abu Ubaid al-Qasim ibn salam, tergerak untuk menjadi orang pertama yang
mengumpulkan berbagai Qira’at dan menyusunnya dalam satu kitab. Menyusul kemudian
ulama lainnya menyusun berbagai kita Qira’at dengan masing-masing metode penulisan dan
kategorinya.

Abu bakar ahmad atau yang dikenal dengan ibnu mujahid menyusun sebuah kitab
yang diberi nama Kitab Sab’ah. Kitab Sab’ah disusun ibnu mujahid dengan cara
mengumpulkan tujuh Qira’at yang mempunyai sanad bersambung kepada Sahabat Rasul
Shallallahu alaihi wa sallam terkemuka.ketika itu, ibnu mujahid menghimpun Qira’at-Qira’at
mereka. ia menandakan Ya’qub untuk digantikan posisinya dengan al-kisai dari kufah.
Pergantian ini memberi kesan bahwa ia menganggap cukup Abu amr yang mewakili
Bashrah. Sehingga, untuk kufah, ia menetapkan tiga nama, yaitu : Hamzah, Ashim,
dan al-kisai. Meskipun di luar tujuh imam di atas masih banyak nama lainnya, kemasyhuran
tujuh imam tersebut semakin luas setelah ibnu mujahid secara khusus membukukan Qira’at-
Qira’at mereka.

Perbedaan Qira’at-Qira’at ini berkisar pada Lahjah (dialek), Tafkhim (Penyahduan


bacaan), Tarqiq (Pelembutan), imla (Pengejaan), Madd (Panjang nada), Qashr (Pendek
nada), Tasydid (Penebalan nada), Takhfif (Penipisan nada). Contoh perbedaan Qira’at
yang paling sering kita jumpai adalah Imaalah. Pada beberapa lafal Al-Quran sebagian
orang arab mengucapkan vocal “E” sebagai ganti dari “A”. Seperti pelafalan “E” pada kata
SATE Atau SEBEL.

Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam
mushaf yang kita pakai sehari-hari tida terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan lafal
bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir klasik. Biasanya, dalam kitab klasik
tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-
masing lafal itu. Untuk mengetahui lebih detail pelajaran Qira’at harus didampingi guru yang
kompeten dan memiliki sanad yang jelas. Tidak dilakukan secara otodidak.
Qira’at sepuluh

Qira’at

Makky Madany Bashary Syaml Kufi

Ibnu Abu Abu Ya’qub Ibnu


Nafi Ashim Al-Kisa’ly Khalaf Hamzah
Katsir Ja’far Amr Bin ishaq Amir

Al-Bazzy Warasy & Isa & Ad-Dury & Al-Hadzly Hisyam Hafs & Lalts & Al-Waraq Khalaf &
+ Qunbul Qalun Sulaiman As-Susy & Ruwals Bin Dzakwan Syu’bah Ad-Dury & Haddad Khallad

Paling
terkenal dan
tersebar

2. Definisi, syarat, dan macam-macam Qira’at Al-Quran


Qira’at adalah ilmu yang berkaitan dengan cara pengucapan / pelafalan al-Quran
berdasarkan riwayat yang mutawatir dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.
Jumlah yang terkenal adalah tujuh atau sepuluh yang kemudian disebut. Qira’at sab’ah Atau
Qira’at asyrah.

- Syarat sahnya Qira’at :


1. Mutawatir, sehingga menutup kemungkinan terjadinya pemalsuan atau kealpaan.
2. Sesuai dengan bahasa arab
3. Sesuai dengan Rasm Usmaniy

3. Beberapa contoh Qira’at Al-Quran


- Macam-macam Qira’at :
1. Mutawatirah : Satu-satunya yang bisa dipakai dalam shalat dan dibaca karena sanad cara
bacanya tersambung sampai Rasul Shallallahu alaihi wa sallam dan perawinya banyak.
2. Masyhurah : Boleh dipakai dalam penafsiran, tetapi tidak boleh dibaca terutama di dalam
shalat, karena sanad yang tersambung kepada kepada Nabi Shallallahu alaihi wa sallam tidak
sampai mutawatir (banyak yang mustahil salah).
3. Ahad : boleh dipakai mendukung penafsiran tapi tidak bisa dipakai baca karena sekalipun
sanad kuat tapi sedikit perawinya. (dibawah kualitas Masyhurah).
4. Syadzdzah : tidak boleh dipakai dalam penafsiran jika bertentangan dengan kedua
sebelumnya. Dan tidak boleh dibaca kapan pun . (Di dalam atau di luar shalat).

- Menggunakan dan mendapatkan Qira’at :


Hanya Qira’at yang mutawatir yang boleh dibaca saat shalat :
1. Hanya bisa dibacakan dari hasil berguru yang benar, bukan hanya dari menirukan bacaan
Qari saja atau belajar otodidak (terutama untuk qira’at yang tidak biasa dibacakan di
lingkungan tersebut.)
2. Pembacaannya tidak boleh dicampuradukkan, namun, harus diselesaikan terlebih dahulu
satu cara baca (Qira’at) saja, baru kemudian membacanya dengan bacaan lain.
3. Sebaiknya ada pemberitahuan sebelumnya, sehingga lebih menyiapkan jamaah shalat /
pendengarnya.

- Qira’at dan Rasm Usmaniy


Qira’at sangat berkaitan erat dengan Rasm Usmaniy :
1. Qira’at yang sah dan mutawatirah disyaratkan mengikuti standar rasm yang sudah dibuat
dimasa kodifikasi ( Amirul Mukminin Utsman bin Affan Radhiyallahuanhu ).
2. Rasm Usmaniy menampung berbagai kemungkinan bacaan yang berbeda. Karena di masa
awal penulisan tidak terdapat titik ataupun harakat (syakal) serta Waqaf maupun ibtida,
permulaan dan akhir ayat, boleh berhenti atau permulaan baca.
3. Tulisan yang sama bisa jadi menghasilkan bacaan yang berbeda, seperti contoh surah al-
fatihah.
4. Perbedaan qira’at bisa berimplikasi pada konsekuensi hukum dan pemahaman.

- inspirasi imam Hafs


Hafs bin sulaiman bin al-mughirah bin abi daud al-asadi, al-kufi al-bazzar . Riwayat
imam hafs ini adalah satu-satunya riwayat yang paling banyak dibaca di dunia islam. Beliau
lahir pada tahun 90 H. perjalanan intelektualnya setelah ayahnya meninggal, kemudian
ibunya menikah lagi dengan imam Ashim. Secara otomatis ia menjadi anak tirinya. Atas
bimbingan dan didikan imam Ashim, pemilik riwayat yang paling terkenal ini di didik secara
intens, baik secara talqin (dibacakan kemudian ditiru), maupun, secara tasmi
(memperdengarkan bacaannya). Setelah menginjak dewasa , imam hafs menggantikan posisi
ayah tirinya sebagai guru dalam bidang Al-Quran , bahkan menjadi seorang imam besar
dalam bidang itu. Kemasyhuran riwayat imam hafs disebabkan salah satunya dari rekam jejak
traveling/pengembaraannya, terutama mekkah dan Baghdad.

Ia tinggal di Baghdad disana ia mengajarkan (bacaannya) dan kemudian tinggal di


makkah, disana ia juga mengajarkan (bacaannya). Dari sini bisa dibayangkan berapa jumlah
murid-murid imam hafs di dua negara tersebut, Kemudian, mereka menyebarkan riwayat ke
negaranya masing-masing.
Imam hafs menceritakan tentang komunikasinya dengan imam Ashim. Ia bertanya kepada
gurunya : “kenapa bacaan Syu’bah berbeda dengan bacaan saya ? imam hafs menjawab ;
“bacaan yang kamu pelajari seperti yang saya pelajari dari Abdurrahman Al-Sullami yang
perjalanan sanadnya sampai pada sahabat Ali bin abi thalib . sedangkan saya mengajarkan
kepada syu’bah sebagaimana yang saya pelajari dari Zir bin Hubaisy dari Abdullah bin
Mas’ud. Setelah mengabdikan dirinya menjadi pelayan Al-Quran, beliau wafat pada tahun
180 H.

- Tentang Qira’at Warsy


1. cara membaca ada sedikit perbedaan di beberapa akhir huruf. Mim mati di belakang dibaca
(Shilah). Alaihim (‫ )عليهم‬pada mushaf Hafs, dibaca Alaihimu dalam mushaf Warasy (bacaan
Qalun dan al-Bazzy). Maliki dalam al-fatihah dibaca pendek.
2. Cara penulisan terutama dalam penulisan tanda titik (‫)ف‬, (‫)ق‬, (‫)ن‬. Dalam mushaf Warsy
menggunakan metode Maghribiy . Qira’at ini berkembang di negeri Tunisia, maroko dan Al-
Jazair. Berbeda dengan mushaf Riwayat Hafs yang menggunakan metode masyriqiy. Huruf (
‫ )ف‬dituliskan satu titik di bawah . sedangkan (‫ )ق‬dituliskan satu diatas, sehingga menyerupai
huruf (‫ )ف‬dalam mushaf Hafs. Huruf (‫ )ن‬mati tidak diberi titik. Sementara yang washal diberi
titik satu diatas.
Contoh Bacaan Qira’at riwayat warsy dan Hafs
4. Nada, Nagham, dan irama baca Al-Quran
Ilmu Qira’at berkaitan dengan pelafalan ayat-ayat Al-Quran , tapi tidak memiliki
kaitan dengan gaya atau cara melagukan irama bacaan Al-Quran. Dalam seni baca Al-Quran
irama baca sering disebut Nagham atau langgam. Ada beberapa jenis lagu dan irama baca di
antaranya : Nahawan, Bayati, Hijaz, Shaba, Ras, Jiharkah, Syika, dan lainnya. Semuanya
ini (Lagu atau irama) merupakan seni baca tartil Al-Quran (Bacaan indah) serta tidak ada
kaitannya dengan ilmu Qira’at. Umumnya langgam bacaan ini berasal dari Qari mesir.
Meskipun nantinya sangat berkembang. Seni baca Al-Quran indah ini diperlombakan dalam
Mussabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ).
Nagham merupakan salah satu bentuk ekspresi seni dalam islam. Awalnya nagham ini
berasal dari khazanah tradisional Arab. Seni baca Al-Quran bergeliat pada abad ke-19 dan 20
M. Makkah dan Mesir merupakan kiblatnya. Masing-masing memiliki karakteristik
tersendiri. Dalam Makkawi (dari mekkah), dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, Rakby,
Jaharkah, Syikah, dan Dukkah. Sementara itu, pada Misri (Mesir) terdapat Bayyati, Hijaz,
shoba, Ras, Jiharkah, Sikah, dan Nahawan. Lagu-lagu (nagham) masuk ke indonesia
melalui para ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di mekkah yang pulang ke tanah air.
Nagham Makkawi sangat digandrungi/diminati di awal perkembangannya di indonesia
karena liriknya yang sangat sederhana dan relative dasar.
Memasuki paruh abad ke – 20, seiring dengan eksebisi qari mesir ke indonesia, mulai
marak berkembang lagu model misri. Pada tahun 60-an , pemerintah mesir menyuplai
sejumlah maestro qari, seperti : Syekh Abdul Basith Abdus somad, Syekh Musthofa ismail,
Syekh Mahmud kholil Al-Hushori, dan Syekh Abdul Qadir Abdul Azim.
Nagham atau lagu-lagu yang dianggap sebagai lagu pokok dalam seni bacaan Al-
Quran ini ada tujuh jenis, yaitu, Bayyati, Shaba, Hijaz, Nahawan, Ros, Jiharkah, dan syika.
Adapun yang lainnya di anggap sebagai cabang yang nantinya akan dipergunakan sebagai
variasi dalam membentuk susunan atau komposisi lagu. Diantara lagu-lagu yang dianggap
sebagai lagu cabang, misalnya : Lagu Nakriz, Awsaq, Zinjiran, Rami, Karqouk, dan
sebagainya.
Ketujuh jenis lagu pokok dalam seni baca al-Quran ini biasanya dibawakan dalam
beberapa tahap tingkatan nada, dari mulai nada yang paling rendah sampai nada yang paling
tinggi. Dalam pelajaran seni baca al-Quran, tingkatan nada dikenal ada empat tahap, yakni :
Qarar (rendah), nawa (sedang), jawab (tinggi), dan jawabul jawab (sangat tinggi). Nada –
nada inilah yang biasanya digunakan sebagai standar dalam penyelenggaraan musaqah MTQ.
Perkembangannya terdapat banyak sekali qari dengan gaya dan suara yang khas
masing-masing. Bukan hanya para qari dari negeri-negeri Arab, sudah bermunculan pula para
qari dan para penghafal al-Quran yang bacaannya syahdu dan indah dari tanah air indonesia,
dan masih sangat belia.

- Patokan umum irama baca


1. bacaan al-Quran disunnahkan diramakan dengan bagus/dilagukan (at-taghanni bil Quran).
2. sesuai dengan kaidah baca yang benar (tartil/tajwid).
3. Langgam atau lagu yang digunakan tidak berasal dari lagu yang berkonotasi negative
atau mengurangi kemuliaan al-Quran.
4. tinggi rendahnya bacaan tematik untuk lebih mengena bagi para pendengarnya
(tadabbur/iqa).
5. tidak berlebihan sehingga mengurangi kekhusyukan atau substansi ayat.

SERIAL STUDI AL-QURAN KE 6


METODOLOGI DAN CORAK TAFSIR AL-QURAN

Outline kajian :
1. mengenal metodologi tafsir al-Quran dan jenis-jenisnya
2. Macam-macam Corak tafsir al-Quran
3. Beberapa contoh metodologi dan ragam-ragam corak-corak penafsiran al-Quran
1. mengenal metodologi tafsir al-Quran dan jenis-jenisnya
- siapa Mufassir (‫) المفسر‬
Mufassir adalah seseorang muslim dari kalangan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam yang memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan kompetensi ilmu (Syuruth
ma’rifiya) dan memiliki kepribadian yang baik (Syuruth Syakhshiyyah) serta mampu
melakukan dan menggunakan metode penafsiran yang baik (Syuruth manhajiyah) dalam
menjelaskan kandungan makna atau penafsiran ayat-ayat al-Quran . harus ada aturan dan
syarat-syarat yang berlaku.

Kompetensi

Syarat Mufassir

Kepribadian Metodologi

- Syarat Kompetensi keilmuan (‫)شروط معرفية‬

Syarat-syarat keilmuan yang harus dimiliki oleh seorang Mufassir :

1. Menguasai bahasa arab dan berbagai cabangnya dengan baik (kaidah nahwu, sharaf, dan
ilmu akar bahasa (isytiqaq) serta balaghah (al-ma’any, al-badi dan al-bayan).

2. Menguasai sejarah turunnya al-Quran, asbab an-nuzul, nasikh mansukh, periodisasi ayat-
ayat al-Quran (Makkiyah dan Madaniyyah) dan dasar-dasar Ulum al-Quran (ilmu-ilmu al-
Quran).

3. Menguasai pengetahuan yang baik tentang hadis-hadis (shahih atau tidak) dan sumber-
sumber hukum islam.
4. Mengetahui dan memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum – hukum amaliy
(praktik).

5. Menguasai dengan baik ushul fikih dan ilmu fikih.

6. Memahami dengan baik ilmu qira’at

7. Memahami kondisi kekinian/masalah kontemporer.

- Syarat kepribadian (Akhlak)

Karakter/kepribadian yang mesti dimiliki oleh seorang mufassir adalah :

1. Berakidah yang lurus dan tidak sesat

2. Niat yang ikhlas (tulus karena Allah)

3. Jujur dan senantiasa menjauhi dusta atau berbohong

4. Tidak mengikuti hawa nafsu

5. Tawadhu dan tidak sombong

6. Memadukan antara akal dan qalbu

7. Mencari penafsiran yang membuat qalbu lebih tenang

8. Menjauhkan diri dari penafsiran sesuai kepentingan tertentu (kelompok atau demi materi)

- Cara penafsiran (‫) شروط منهجية‬

Hendaknya dalam menafsirkan mufassir memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Mendahulukan penafsiran antar ayat al-Quran, hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
serta riwayat/perkataan sahabat dan tabi’in.

2. Mendahulukan makna yang zahir terlebih dahulu atau makna yang paling dikenal secara
bahasa atau yang sudah dipatenkan menjadi istilah.

3. Menghindari penakwilan makna yang terlalu jauh.

4. Tak terlalu jauh memerinci penafsiran Mutasyabihat.


5. Menghindari dari isra’iliyat atau sumber-sumber penafsiran yang tidak valid atau kurang
kredibel.

2. Macam-macam Corak tafsir al-Quran

- Metode Penafsiran

 Secara bahasa , metode adalah cara atau jalan. Tafsir adalah menjelaskan. Yang dimaksudkan
menjelaskan ayat-ayat al-Quran.
 Metode Tafsir yang dimaksud. “Cara yang dipakai oleh mufassir dalam mengungkap
makna-makna dalam Al-Quran , dengan membandingkan sesame ayat-ayat al-Quran, atau
dengan sunnah. Atsar sahabat, tabi’in. juga dengan memperhatikan kaidah syariah dan bahasa
arab. Didukung dengan latar belakang keilmuannya yang memperluas wawasan yang di
gunakan untuk menguak rahasia kalam Allah, yang diberikan kepada hambanya.”
 (Prof. Dr. Abd. Ghafur Ja’far. Modaris wa manahij fi Tafsir al-Quran al-karim)
 Berdasarkan Sumbernya :
1. Tafsir bi Al-ma’tsur (Riwayat)
2. Tafsir bi Ar-Ra’yi (Pendapat)
 Berdasarkan cara yang digunakan
1. Tafsir Tahili (Analitik)
2. Tafsir Maudhui (Tematik)
3. Tafsir ijmali (Global)
4. Tafsir Muqaran (Komparasi)

3. Beberapa contoh metodologi dan ragam-ragam corak-corak penafsiran al-Quran

- Tafsir bi al-Ma’tsur

 Tafsir bi al-Ma’tsur secara bahasa adalah berasal dari kata “Atsara” artinya , bekas, jejak.
Disebut juga dengan Tafsir bi ar-riwayah karena berbasis riwayat-riwayat yaitu al-Quran
dan Hadits dan lainnya. Atau juga disebut dengan tafsir bi an-naqli , karena riwayatnya
berdasarkan pemberitahuan dari satu orang ke orang lain atau sesuatu yang dipindahkan. Ini
adalah metode pertama (dan tertua) yang dipakai dalam penafsiran al-Quran.
 Secara istilah, para ulama mendefinisikan tafsir bil al-ma’tsur adalah penafsiran ayat-ayat
al-Quran yang berdasarkan kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan al-Quran dengan
al-Quran, al-Quran dengan Hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang berfungsi untuk
menjelaskan, dan juga dengan perkataan sahabat karena mereka lebih mengetahui turunnya
ayat (menyaksikannya) serta paham maknanya atau dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh
besar tabi’in karena pada umumnya mereka berguru dan mendapatkan informasi dari para
sahabat
 Jenis Tafsir bi al-ma’tsur
1. Penafsiran ayat al-Quran dengan al-Quran
2. Penafsiran ayat al-Quran dengan Hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
3. Penafsiran ayat al-Quran dengan atsar sahabat
4. Penafsiran ayat al-Quran dengan atsar tabi’in

1. Jenis Tafsir bi al-ma’tsur (Penafsiran ayat al-Quran dengan al-Quran)

 Contoh seperti dalam surah Al-Maidah ayat 1 telah ditafsirkan oleh surah Al-Maidah ayat 3 :
‫ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم‬
ْ َّ‫اُ ِحل‬

“Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu”. Ayat ini
ditafsirkan oleh ayat 3 dalam surah yang sama (Surah al-maidah).
‫ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر‬
ْ ‫حُرِّ َم‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi…”

2. Penafsiran ayat al-Quran dengan Hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam

 Contohnya hadis yang di riwayatkan imam muslim dari sahabat Uqbah bin Amr
Radhiyallahuanhu . berkata : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
berkhutbah diatas mimbar membaca firman Allah :
‫َواَ ِع ُّدوْ ا لَهُ ْم َّما ا ْستَطَ ْعتُ ْم‬
“ Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki..” (Al-Quran surah Al-Anfal ayat 60)

Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Bersabda :


‫أال إن القوة الرمي‬
“Ketahuilah bahwa kekuatan itu (dengan) lemparan”.
Dahulu dimaknai dengan lemparan tombak atau panah, saat ini bisa dimaknai dengan
roket atau sejenisnya.

3. Penafsiran ayat al-Quran dengan atsar sahabat Radhiyallahuanhu


 Periwayatan tentang penafsiran para sahabat, yang paling sering adalah Abdullah bin Abbas,
Abdullah bin Mas’ud, Abu musa al-Asy’ary, Abdullah bin umar, atau sahabat lainnya.
Riwayat-riwayat mereka ini bisa dijumpai di buku-buku tafsir yang menggunakan metode
riwayat seperti ini. Diantaranya Tafsir ath-Thabary, Tafsir ibnu katsir, dan sebagainya.

Kelebihan dan Kelemahan Tafsir bi al-Ma’tsur

Kelebihan Metode ini Kelemahan Metode ini

1. Bersandarkan riwayat yang jelas dan 1. Masuknya riwayat-riwayat isra’iliyyat


standar. yang tidak tervalidasi.
2. Isi penafsiran bisa diteliti dan 2. Dikhawatirkan munculnya beberapa
divalidasi. hadis dhaif atau palsu yang dijadikan
3. Karena membutuhkan ketelitian bahan penafsiran.
penukilan serta keterhubungan antar 3. Bisa digunakan pintu menyerang
ayat, maka memberi wawasan islam bagi pihak-pihak yang
tambahan bagi para pembacanya. membenci islam.
4. Fanatisme madzhab mempengaruhi
pengambilan dalil.
5. Rantai periwayatan (sanad) terputus.

- Buku dan pengarang Tafsir bi al-Ma’tsur


 Contoh : ibnu jarir At-Thabary (310 H) (jami al-bayan ‘an Ta’wil ‘ aiy al-Quran), As-
Samarqandy (373 H) (Bahr al-ulum), Al-Baghawy (510 H) (Ma’alim at-Tanzil), ibnu katsir
(774 H) (Tafsir al-Quran al-Azhim), Jalaluddin As-Suyuthy (911 H) (Ad-Durr al-
Mantsur).
 Buku-buku tafsir yang menggunakan metode bi al-matsur tidaklah berarti 100% penafsiran di
dalamnya berdasarkan riwayat, namun yang dominan di dalamnya adalah riwayat. Pada saat
penulisannya memilih pendapat atau memberikan komentar tidak jarang menggunakan
pendapat atau ijtihad mereka. porsi riwayat dalam tafsir mereka beragam persentasenya. Ada
yang 60% atau bahkan hampir 90 % menggunakan metode ini.

- Tafsir bi ar-Ra’yi

 Ketika lahir madzhab – madzhab fikih dan pemikiran, masing-masing berusaha mencari
pengikut dan memobilisasi apa saja untuk mencapai maksud itu, mereka mencari hadis-hadis
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu mereka tafsirkan sesuai –sesuai dengan keyakinan
yang mereka anut. Ketika inilah mulai berkembang tafsir dengan bentuk ar-Ra’yu. Kaum
fuqaha (ahli fikih) menafsirkannya dari sudut hukum fikih seperti jashshash, al-Qurtubi, dan
lain-lain.
 Para teolog menafsirkannya dari sudut pandang teologis seperti , Al-Kasysyaf, karangan al-
Zamakhsary, dan kaum sufi juga menafsirkan Al-Quran menurut pemahaman dan
pengalaman batin mereka seperti , Tafsir Al-Quram al-Adzim oleh Al-Tustari, Haqaiq at-
Tafsir karya As-Sulamiy dan lain-lain. Metode ini muncul setelah muncul dan
berkembangnya karya tafsir bi al-Ma’tsur.

- Syarat Tafsir bi Ar-Ra’yi

 Tidak semua pendapat atau ijtihad terkait penafsiran al-Quran dengan akal bisa diterima.
Penulis atau penafsir ayat-ayat al-Quran dengan metode ini, harus memenuhi persyaratan
yang sudah ditetapkan oleh para ulama, seperti pembahasan persyaratan mufassir (baik syarat
kompetensi (ilmu). Atau syarat akhlak atau syarat metodologi).
 Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . bersabda : “ Siapa yang menafsirkan al-Quran
dengan pendapatnya (sendiri) maka ia akan masuk neraka”. Tentu hadis ini merupakan
peringatan bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu dan terlalu memuja akal dalam
menafsirkan al-Quran.
 Kesimpulannya tafsir bi ar-Ra’yi sebagian besar isinya adalah pendapat (Ra’yu) penulisnya
dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari istinbath ayat. Namun bukan berarti tidak
menggunakan dalil sama sekali. Sebagian ulama ada yang melarang metode ini jika sangat
meliberalkan penafsiran akal tanpa batas.
 Contoh : Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razy (606 H), Anwar at-Tanzil wa asrar
at-Ta’wil karya al-baidhawy (691 H) , Madarik at-Tanzil karya an-Nasafy (701 H), Lubab
at-Ta’wil fi ma’ani at-Tanzil karya al-Khazin (741 H), Irsyad al-Aql as-Salim ila Mazaya
al-kitab al-karim Karya Abu Sa’ud (982 H), Ruh al-Ma’aniy Karya Syihabuddin al-Alusiy
(1270 H).
 Contoh Tafsir bi ar-Ra’yi :
1. menafsirkan pengulangan-pengulangan kalimat di dalam al-Quran seperti
(‫ ) فَبِاَىِّ ٰااَل ۤ ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذ ٰب ِن‬yang diulang di dalam surah ar-Rahman 31 kali.
2. Menadabburi ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
3. Menadabburi sumpah-sumpah Allah di dalam Al-Quran
4. Penelitian panggilan yang dipakai di dalam Al-Quran seperti
(‫ )يا أيها الذين آمنوا‬atau (‫ )يا أيها الناس‬dan lain-lain .

- Panduan Tafsir bi ar-Ra’yi

1. lebih dahulu menafsirkan dengan ayat-ayat lain yang terdapat dalam al-Quran , kemudian
hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam , lalu perkataan sahabat Dst.

2. Apabila keterangan yang bisa menafsirkan sebuah ayat tidak ditemukan pada al-Quran ,
hadis, dan riwayat para sahabat maka bisa menggunakan nalar/akal untuk melakukan ijtihad
dengan langkah-langkah berikut :

A. Memulai dari hal yang berkaitan dengan kosakata dan analisis kebahasaan
B. Mendahulukan makna zahir (jelas) daripada makna kiasan (majaz)
C. Memperhatikan sebab turunnya ayat
D. Menjaga kesesuaian (munasabah) antara kata, kalimat atau ayat
E. Kesesuaian tafsir dengan hal-hal yang bisa diketahui (sudah maklum) dari pengetahuan
alam, norma social (masyarakat) atau sejarah.
F. Kecocokan tafsir dengan petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam
G. Mengakhiri pembicaraan (tafsir) dengan menjelaskan makna dan hukum-hukum yang
bisa dipetik dari ayat-ayat al-Quran, yang masih berada dalam batas-batas aturan bahasa,
syariat, dan ilmu pengetahuan alam.
H. Tidak bertentangan dengan aturan/ajaran agama yang sudah pasti
I. Tidak terlalu masuk dengan penafsiran ayat-ayat mutasyabihat.
- Tafsir Tahlili

 Kata tahliliy berasal dari kata hallala-yuhallilu-tahlilan (‫ )تحليال‬yang berarti


menganalisa atau mengurai, maka kata tahlili berarti analytic atau analytical.
 Metode Tafsir tahliliy, dinamakan juga metode tajzi’iy adalah metode tafsir yang
bermaksud tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Quran dari
berbagai aspek, menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya sesuai
dengan keahlian dan kecenderungan mufassir, juga menguraikan penjelasan makna
yang berupa penjelasan umum, susunan kalimat dan asbab al-nuzulnya.
 Metode ini terkadang menambahkan penafsiran dengan perkataan dan pendapat para
sahabat atau tabi’in, atau pun terkadang dengan uraian-uraian kebahasaan dan materi-
materi khusus lainnya yang ditujukan untuk melengkapi pemahaman tentang ayat-
ayat al-Quran.
 Namun, apabila seorang muffasir hanya menyebutkan sebagian saja, misalnya hanya
menyebutkan analisis makna ayat, sababun nuzul, perbedaan pendapat ulama dalam
qira’at tanpa menyebutkan munasabah antar ayat atau I’rob atau yang lainnya, maka
metode penafsiran yang dia gunakan tetap dinamakan metode tafsir tahliliy . ini
dilihat dari segi penguraiannya atau analisis yang dia gunakan untuk menafsirkan
suatu ayat.
 Ciri-ciri Tafsir Tahlili
Metode tafsir tahlili memiliki ciri khusus yang membedakan nya dari metode tafsir
lainnya, ciri-ciri tersebut adalah :
1. Mufassir menafsirkan ayat per ayat dan surat demi surat secara berurutan
sesuai dengan susunan/urutan dalam mushaf.
2. Mufassir menjelaskan makna yang terkandung di dalam ayat-ayat al-Quran
secara komprehensif, dari berbagai sudut pandang , baik dari segi I’rab,
menasabah ayat atau surah, asbab nuzulnya, dan lainnya.
3. Sumber yang digunakan bisa riwayat (bil matsur) atau ijtihad (birra’yi)
4. Bahasa yang digunakan metode tahlili lebih rinci dan detail dari pada metode
tafsir ijmali.
 Langkah-langkah Tafsir Tahlili
Secara umum langkah-langkah yang ditempuh oleh Mufassir dengan metode tahlili
ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan keterangan periodisasi ayat atau surah yang sedang ditafsirkan (Makkiyah
atau Madaniyah).
2. Menjelaskan munasabah (keterkaitan ) antar ayat/surah
3. Menjelaskan asbab nuzul apabila terdapat riwayat mengenainya
4. Menjelaskan makna al-mufradat dari masing-masing ayat, serta unsur-unsur bahasa arab
lainnya, seperti I’rab dan balghah nya.
5. Menguraikan kandungan ayat secara umum
6. Merumuskan dan menggali hukum-hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat tersebut.

Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Tahlili

Kelebihan Metode ini Kelemahan Metode ini

1. Metode tahlili merupakan metode 1. Metode ini kadang dijadikan para


penafsiran tertua. penafsir untuk menemukan dalil atau
2. Metode ini adalah metode yang pembenaran terhadap pendapatnya.
paling banyak digunakan oleh para 2. Metode ini kurang mampu memberi
mufassir. jawaban tuntas terhadap persoalan-
3. Metode ini memiliki berbagai corak persoalan yang dihadapi masyarakat,
(laun) dan orientasi (ittijah) yang karena pembahasannya sering tidak
paling banyak dibandingkan metode tuntas.
lain. 3. Bisa mengakibatkan kehilangan focus
4. Dengan metode ini seorang mufassir penafsiran, karena terkadang keluar
memungkinkan untuk memberi dari tema pokok ayat yang sedang
ulasan secara panjang lebar (detail) dibahas.
atau secara ringkas dan pendek saja 4. Metode ini bersifat subyektif, teoritis,
(ijaz) terlalu bertele-tele dan kurang simple
5. Metode tahlili memiliki pembahasan sehingga kadang sulit untuk dipahami
dan ruang lingkup yang sangat luas . secara menyeluruh.
sumber dan bahasan bisa berupa 5. Secara fisik karya tafsir dengan
riwayat (bil ma’tsur) atau ijtihad metode ini berjilid-jilid sehingga sulit
(bir-ra’yi) untuk dibawa atau dibaca sekaligus.
 Contoh Tafsir Tahlili
Surah As-Saff Ayat 4 :
ٌ َ‫صفًّا َكاَنَّهُمۡ ب ُۡني‬ ‫هّٰللا‬
ُ‫ان َّم ۡرص‬ َ ‫اِ َّن َ يُ ِحبُّ الَّ ِذ ۡينَ يُقَاتِلُ ۡونَ فِ ۡى َسبِ ۡيلِ ٖه‬iy ٌ‫ۡوص‬
Dalam menjelaskan ayat ini imam al-Qurtubi menulis 3 hal :
1. I’rob ayat dan makna marshush kemudian beberapa pembahasan detail struktur bahasa ayat.
2. Menjelaskan kewajiban membuat komunitas/kesepakatan/berkelompok/jama’ah. Dan
larangan menyelesihi kesepakatan.
3. Selain itu beliau merujuk pada penafsiran sebelumnya di beberapa surah, diantaranya di surah
al-Baqarah. (Tafsir jami’ al-Bayan li Ahkami Al-Quran).

 Contoh Karya Tafsir Tahlili


Buku-buku Tafsir Tahlili :
1. Tafsir ath-Thabariy
2. Tafsir ibnu katsir
3. Tafsir ar-Razy
4. Tafsir Ruh al-Ma’aniy
5. Tafsir ibnu Asyur
6. Dan rata-rata tafsir-tafsir yang menggunakan metode bi al-matsur serta sebagian tafsir bi ar-
Ra’yi sebagaimana telah disebutkan dan dibahas terdahulu.

- Tafsir ijmali

 Ijmali berasal dari kata ijmal yang disertai dengan “ya”(‫ )ي‬nisbah. Kata ijmala juga semakna
dengan kata mujmal . istilah ini sering digunakan untuk menyebut “kalimat yang singkat”
sedang fungsi dari ”ya” nisbah tersebut adalah menunjukkan sifat. Kata ijmal dalam bahasa
indonesia berarti global, sehingga arti kata ijmali adalah tafsir yang bersifat global.
Tafsir/penafsiran ini bersifat global, karena menggunakan metode ijmali/global.
 Secara bahasa, kata ijmali adalah ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan. Dengan
demikian definisi tafsir ijmaliy adalah penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan cara
mengemukakan isi kandungan Al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum (Global)
tanpa uraian atau pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci
sebagaimana metode tahliliy.
 Latar belakang dan sejarah metode ijmali : para pakar menganggap bahwa metode ini
merupakan metode yang pertama kali hadir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir,
karena didasarkan pada kenyataan bahwa era awal mula islam, metode inilah yang dipakai
dalam memahami dan menafsirkan al-Quran. Ini terjadi lantaran para sahabat saat itu adalah
orang-orang arab yang ahli dalam bahasa arab dan mengetahui dengan baik latar belakang
asbabun nuzul ayat, Bahkan menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi
umat islam ketika ayat-ayat al-Quran turun.selain itu, sahabat juga tidak memerlukan
penjelasan yang rinci dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana.
 Langkah-langkah Tafsir ijmali : langkah yang dilakukan para mufassir dalam menafsirkan
al-Quran dengan metode ini adalah membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang ada
pada mushaf, lalu mengemukakan arti (makna) ayat-ayat tersebut secara global. Makna yang
diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat atau menurut pola-pola yang diakui
jumhur ulama dan mudah dipahami semua orang. Pendekatan bahasa, diupayakan lafazhnya
mirip/serupa dengan lafazh yang digunakan al-Quran, sehingga pembaca bisa merasakan
bahwa uraian tafsirnya tidak jauh berbeda daro gaya bahasa al-Quran.
 Contoh Tafsir ijmali :
ِ َّ‫اس ( – )قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬
(‫اس‬ ِ َّ‫ خص بالذكر تشريفا لهم ومناسبة ) قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن‬q‫خالقهم ومالكهم‬
q‫لالستفادة من شر الموسوس في صدورهم‬
Menjelaskan satu ayat dengan beberapa kata saja.
Dalam penafsiran metode ijmali ini, kita memahami bahwa penafsiran ayat-ayat al-Quran
menjadi singkat dan jelas. Hanya menjelaskan beberapa kata yang dipandang belum jelas
saja. Contohnya : Tafsir jalalain karya jalaluddin al-Mahally (864 H) dan jalaluddin As-
Suyuthi (911 H) , jumlah kata-kata hanya lebih sedikit saja dari jumlah keseluruhan al-Quran.
Kelebihan dan Kelemahan Tafsir ijmali

Kelebihan Metode ini Kelemahan Metode ini

1. Menjadikan petunjuk al-Quran bersifat


1. Praktis simple (sederhana) dan mudah
parsial dan tidak terdapat ruang untuk
dipahami. Terbebas dari penafsiran
mengemukakan analisis yang memadai.
isra’illiyat, lebih akrab dan lebih
2. Tidak mampu mengantarkan pembaca
focus dengan bahasa asli al-Quran =
untuk mendialogkan dengan permasalahan
targetnya memahamkan dengan
social maupun keilmuan yang actual dan
simple/ringkas.
menjawab berbagai problematika.
3. Menimbulkan ketidakpuasan pakar al-
Quran dan memicu mereka untuk
menemukan metode lain yang dipandang
lebih baik dari pada metode ijmali.

 Contoh karya Tafsir ijmali


Buku-buku tafsir ijmali:
1. Tafsir jalalain : Jalaluddin al-Mahally (864 H) dan Jalaluddin As-suyuthi (911 H)
2. Tafsir Muyassar: Mujammad’ malik al-Fahd li Thiba’ati al-Mushaf (Saudi Arabia).
3. Tafsir al-Muntakhab : kementrian wakaf mesir
4. Tafsir Ringkas : Kemenag Ri (2015)
5. Karya serupa yang berbentuk tafsir ringkas yang simple dan mudah dipahami serta singkat.
Tafsir Tahlili dan Tafsir Ijmali

Tafsir Tahlili Tafsir Ijmali

1. Penjelasan panjang lebar, detail dan 1. Ringkas dan padat serta simple dan
berbagai sudut pandang. sederhana.
2. Menjelaskan kosakata I’rab dan 2. Menjelaskan kosakata dengan padanannya
munasabah (seperlunya).
3. Berbentuk buku yang dicetak dalam 3. Berbentuk buku rata-rata hanya satu jilid
beberapa jilid. atau maksimal dua jilid.
4. Teoritis, menyampaikan berbagai 4. Tidak teoritis, karena menjelaskan makna
teori atau simpulan hukum-hukum. ayat secara umum saja.

Keduanya sama- sama penafsiran sesuai urutan mushaf Al-Quran

- Tafsir Maudhu’iy

 Kata Maudhu’iy berasal dari bahasa arab yaitu maudhu’ yang merupakan isim maf’ul dari
fi’il madhi “wadha’a” yang berarti meletakkan, menjadikan, mendustakan atau membuat-
buat. Maudhu’I yang dimaksud disini adalah yang dibicarakan atau judul atau topic.
Tafsir maudhu’iy berarti penjelasan ayat-ayat Al-Quran yang mengenai satu judul/topic
pembicaraan tertentu. Pengertian tafsir maudhu’iy (tematik) ialah mengumpulkan ayat-ayat
al-Quran yang mempunyai tujuan yang sama atau serupa membahas judul/topic tertentu dan
mengurutkan sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab
turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungannya dengan ayat-ayat lain, kemudian mengampil
kesimpulan (istimbath) hukum tertentu.
 Fungsi metode tafsir mauhu’iy adalah untuk mencari jawaban al-Quran terhadap suatu
masalah tertentu dan memiliki satu tujuan khusus. Caranya :
1. Menentukan tema tertentu,
2. Mengumpulkan ayat-ayat serupa,
3. Kemudian , dipelajari sebab turunnya , keterangan-keterangan, dan sebagai-nya.
4. Pengambilan kesimpulan dengan hukum.
 Contoh : ayat-ayat riba dalam al-Quran (Abul A’la al-Maududi), ayat-ayat sabar (Yusuf al-
Qaradhawy), perempuan dalam al-Quran (Abbad al-Aqqad), karya tematik Quraisy Shihab
(tentang jin dan sebagainya), karya tematik lain yang berbasis ayat-ayat al-Quran
 Sejarah Tafsir Maudhui
Tafsir-tafsir para ulama kebanyakan menggunakan metode tafsir al-tahliliy yaitu menafsirkan
ayat al-Quran , ayat demi ayat, surah demi surah secara berurutan seperti dalam mushaf,
tanpa memperhatikan judul/tema ayat-ayat yang ditafsirkan. Hal itu umumnya disebabkan :
1. Karena dahulu pada awal pertumbuhan tafsir, mereka masih belum mengambil spesialisasi
dalam ilmu-ilmu pengetahuan tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan ayat-
ayat al-Quran secara tematik/topic.
2. Karena mereka belum terdesak untuk menggunakan metode maudhui disebabkan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang hafal seluruh isi al-Quran, dan sangat
menguasai segala segi ajaran islam sehingga mereka mampu untuk menghubungkan satu ayat
dengan ayat lain yang sama-sama membicarakan judul/topic tertentu.
 Urgensi Tafsir Maudhui
1. Mengetahui hubungan antar ayat al-Quran dalam satu judul bahasan, sehingga bisa
menjelaskan makna ayat-ayat al-Quran dan petunjuknya.
2. Memberikan pandangan pikiran yang lengkap, yang bisa mengetahui seluruh ayat al-Quran
mengenai topic tersebut sekaligus.
3. Menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan orang yang berniat jahat terhadap al-
Quran. Al-Quran merupakan satu kesatuan.
4. Sesuai dan mengikuti zaman yang menuntut adanya penjelasan al-Quran bagi semua pranata
dan problematika kehidupan manusia.
5. Mempermudah bagi para pengajar untuk mengetahui secara lengkap berbagai macam topic
dalam Al-Quran.
6. Menarik orang untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan isi al-Quran karena tidak
ada lagi kesenjangan antara ajaran al-Quran dengan kehidupan manusia.
7. Bisa dijadikan pembelajaran di kelas-kelas sesuai tingkatan dan tujuan pembelajaran yang
berbasis al-Quran.
Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Maudhu’i

Kelebihan Metode ini Kelemahan Metode ini

1. Bisa mencakup metode bil ma’tsur 1. Mencakup juga beberapa kelemahan


atau bir-ra’yi metode bi matsur atau bir-ra’yi
2. Simple dan sederhana dan dinamis 2. Terpaku pada bahasan khusus, terkadang
(berkembang) sulit mengembangkan bahasan.
3. Memiliki tema secara spesifik dengan 3. Pemenggalan ayat yang kadang kurang
bahasan yang detail dan tuntas tepat.
4. Memberikan jawaban tantang zaman
5. Membuktikan bahwa al-Quran
berlaku di berbagai tempat dan
sepanjang zaman.

- Tafsir Muqaran

 Tafsir Muqaran yaitu penafsiran dengan membandingkan ayat dengan ayat, ayat dengan
hadis atau perbedaan pandangan di antara para ulama dalam suatu masalah. Lebih dekat
dengan cara dan metode tafsir Maudhui (tematik).
 Perbandingannya empat konsideran : ayat dengan ayat, ayat-ayat dengan hadis Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam . tema dengan tema atau pendapat dengan
pendapat lainnya.
 Metode tafsir muqaran adalah “membandingkan ayat-ayat al-Quran yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi, yang berbicara tentang masalah atau kasus yang
berbeda, dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama
atau diduga sama”. Termasuk dalam objek bahasan metode ini adalah membandingkan
ayat-ayat al-Quran dengan sebagian yang lainnya, yang terkesan/tampaknya bertentangan,
serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat
al-Quran tertentu.
 Cakupan tafsir muqaran
1. Tafsir muqaran antar ayat merupakan pola penafsiran al-Quran untuk ayat-ayat yang
memiliki kesamaan redaksi maupun kasus atau redaksinya berbeda, namun kasusnya
sama begitu atau sebaliknya.
2. Redaksinya berbeda-beda tapi tema/topiknya sama/serupa (missal : tema riba,
perempuan.)
3. Redaksinya mirip atau sama namun kasus atau temanya berbeda (misal : kisah Nabi musa
& tema-tema yang berbeda-beda).
4. Perbandingan pendapat/pandangan para ulama.
 Contoh Tafsir muqaran
1. Pemahaman al-Baqilany dan as-suyuthy dalam I’jaz al-Quran, Az-Zamakhsyary dan Al-
Alusy dalam menafsiri ayat-ayat mutasyabihat . dan sebagainya.
2. Perbandingan kisah Nabi Adam Alaihis sallam. Dalam surah al-Baqarah dan Surah Al-
A’raf.
3. Pengulangan-pengulangan al-Quran terhadap kisah Nabi Adam Alaihis sallam.

Ayat-ayat membahas kasus yang sama dengan redaksi yang berbeda. Surah Al-An’am ayat
151 dengan surah Al-Isra ayat 31.

(‫قُلْ تَ َعالَوْ ا أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًى ۖ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا ۖ َواَل تَ ْقتُلُوا‬
‫ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ۖ َواَل‬ َ ‫ق ۖ نَحْ ُن نَرْ ُزقُ ُك ْم َوإِيَّاهُ ْم ۖ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح‬ ٍ ‫أَ ْواَل َد ُك ْم ِمنْ إِ ْماَّل‬
ِّ ‫س الَّتِي َح َّر َم هللاُ إِاَّل بِ ْال َح‬
َ‫ق ۖ َذ‘لِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون‬ َ ‫) تَ ْقتُلُوا النَّ ْف‬
Artinya : “ Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan “ ( Al-
Quran surah Al-An’am ayat 151 )

ْ ‫ان ِخ‬
(‫طئًا َكبِيرًا‬ ْ ‫) َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْواَل َد ُك ْم َخ‬
ٍ ‫شيَةَ إِ ْماَل‬
َ ‫ق ۖ نَحْ ُن نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيَّا ُك ْم ۚ إِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َك‬
Artinya : “ Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan” (Al-
Quran surah Al-isra ayat 31).

Dua ayat tersebut membahas kasus yang sama, yaitu larangan membunuh anak-anak karena
alas an kemiskinan, namun redaksinya sedikit berbeda. Pertama, dari segi mukhattab
(objek)nya. Mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi yang

digunakan adalah (‫ق‬


ٍ ‫ ) ِمنْ إِ ْماَّل‬yang berarti karena alasan kemiskinan . tegasnya, “janganlah
kamu membunuh anak-anakmu karena kamu miskin”. Sementara itu, mukhatab pada

ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan adalah ( ‫ق‬
ٍ ‫شيَةَ إِ ْماَل‬ َ yang
ْ ‫)خ‬
berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena kamu takut menjadi miskin”. Selanjutnya, pada ayat pertama dhamir
mukhatab di dahulukan dengan maksud untuk menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa
ia tidak mampu memberikan nafkah kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki
kepadanya. Jadi, kedua ayat itu menumbuhkan optimism kepada si kaya maupun si miskin.

Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Muqaran

Kelebihan Metode ini Kelemahan Metode ini

1. Memberikan wawasan penafsiran 1. Tidak cocok untuk pembaca pemula


yang lebih luas kepada pembaca. karena tergolong cukup rumit.
2. Ayat-ayat yang dibandingkan 2. Kurang bisa menjawab persoalan
menghasilkan simpulan yang kehidupan, lebih cocok dengan metode
komprehensif. tematik.
3. Membuka pintu untuk selalu bersikap 3. Metode ini terkesan hanya
toleran terhadap pendapat orang lain membandingkan penafsiran-penafsiran
yang kadang berbeda. yang ada, bukan hal-hal baru.
4. Memperkaya wawasan
5. Mendorong pengkajian lebih detail
dan teliti.

 Corak – Corak Tafsir


1. Tafsir bercorak kebahasaan (Al-Bayany)
 Al-Bayany yaitu corak penafsiran yang menonjolkan dan mengungkap kemukjizatan al-
Quran dari sisi bahasa.
 Pelopornya : Wujuh al-I’jaz li al-Quran, karya al-jahizh (225 H), I’jazu al-Quran, karya
al-Baqilany (403H), Dala’il al-I’jaz, karya Abdul Qahir al-jurjany (471H).
 Contoh buku tafsir pendekatan ini : Ma’ani al-Quran yang dikarang lebih dari satu
orang : Al-Farra (207H), Al-Akhfasy (215H), Az-Zajjaz (311H), An-Nahhas (338H),
Majaz al-Quran karya Abu ubaidah (210H), Al-Bahr al-muhith karya Abu Hayyan (654
H).
2. Tafsir bercorak fikih (Al-Fiqhy)
 Corak penafsiran berlatar belakang fikih, perhatian terhadap istimbath hukum, qawaid
ushul serta mengeksplorasi sisi tasyri dalam al-Quran.
 Contoh : Ahkam al-Quran karya al-jashshash al-Hanafiy (370 H), Ahkam al-Quran karya
ibnu Araby al-Maliky (543 H), Ahkam al-Quran karya Umaduddin al-Kiya al-Hirasiy
(504 H), Al-jami’li Ahkam al-Quran karya al-Qurthuby al-maliky (671 H), buku modern :
tafsir ayat al-ahkam karya Dr. Ali Sayis, juga Syeikh Ali Ash-Shobuni dengan judul
serupa dan Shofwatu at-Tafasir.
3. Tafsir bercorak tasawuf (Al-Isyary)
 Corak penafsiran berlatar belakang tasawuf yaitu melihat ayat al-Quran tidak dari
zhahirnya tapi dari isyarat-isyarat yang tersembunyi didalamnya.
 Contoh : tafsir al-Quran al-Azhim karya sahal bin Abdullah at-Tustary (283 H), Haqa’iq
at-Tafsir karya Abdurrahman as-Sulamy (412 H), Al-Minah al-Fakhirah fi ma’alim al-
Akhirah karya Muhammad syakir al-Himshy al-Mishry (1292 H).
4. Tafsir bercorak pemikiran (Al-Fikry)
 Corak penafsiran berlatar belakang aliran pemikiran penafsirnya.
 Yang paling menonjol adalah ideology ahlussunnah (sunny), syi’ah atau mu’tazilah.
 Contoh : Al-Kasyaf (karya imam az-Zamakhsyari (467 H) Mewakili aliran mu’tazilah,
Imam ath-Thabursy (835 H) dengan karyanya majma al-bayan, mewakili aliran syi’ah.
5. Tafsir bercorak sastra social (Al-Adabi al-ijtima’iy)
 Corak penafsiran berlatar belakang sastra tematik (pendekatan kondisi social modern).
 Contoh : At-Tafsir al-Bayani li al-Quran al-Karim (karya Dr.Aisyah Abdurrahman bintu
syati), imam Muhammad Abdul dan Rasyid ridha yang terkenal dengan corak social
dalam (Tafsir al-Manar-nya), demikian hal nya Fi Zhilal al-Quran (karya sayyid Quthb)
yang kental dengan perenungan-perenungan social dan realita kehidupan masyarakat pada
saat ia menuliskan tafsirnya di dalam jeruji penjara. Tafsir Maraghy dan Tafsir Sya’rawy
juga identic dengan corak ini.
6. Tafsir bercorak sains (Al-ilmy)
 Corak penafsiran berlatar belakang sains dan pengalaman keilmuan penulisnya.
 Ada yang menggunakan pendekatan metode tematik (maudhu’i) ada juga yang
menyusunnya secara berurutan, seperti metode analitik (tahlili).
 Contoh : Al-Jawahir fi tafsir al-Quran al-karim (karya Thanthawy jauhari) serta buku-
buku karya pakar geologi mesir , Dr.Zaghlul an-Najjar.
- TAKE AWAY LESSONS
1. Metodologi Tafsir dari segi sumber -) Riwayat (naql) dan ijtihad (aql)
2. Metodologi Tafsir dari segi cara pengolahan -) a. Tahlili, b. Maudhui. C. Ijmaliy, d.
Muqaran.
3. Corak penafsiran al-Quran dilatari oleh background seseorang, Saintifik, kebahasaan,
hukum, tasawuf, sastra social, pemikiran dan sebagainya.

SERIAL STUDI AL-QURAN KE 7


DIMENSI-DIMENSI KEMUKJIZATAN AL-QURAN

- Kemukjizatan Al-Quran \
 Al-Quran sebagai mukjizat kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang
abadi. Disaksikan orang-orang sezaman beliau dan terus dibuktikan oleh orang-orang
setelahnya sampai hari kiamat.
 Mukjizat : keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk membuktikan
kebenaran risalah-Nya sekaligus melemahkan para pendusta dan musuh-musuh Allah.
 Mukjizat , dari al-Ajz (lemah /tidak berdaya), al-I’jaz (melemahkan).
 Fungsi al-Quran : hidayah , menunjukkan dan menyampaikan pada kebenaran.
 Menonjol dari sisi kebahasaan (kebangaan saat wahyu diturunkan).

- Sifat-sifat Mukjizat Al-Quran


1. Tantangan berlaku untuk selama-lamanya (abadi)
2. Tantangan berlaku bagi siapapun untuk semua manusia dan jin (berjenis kelamin apapun,
bersuku bangsa apapun, berbahasa apapun, berlatar belakang apapun)
3. Tantangan berlaku di mana pun
4. Al-Quran terproteksi (Terjaga) dengan baik dari berbagai jenis kesalahan apapun
5. Bisa dihafal meski oleh orang yang tidak paham bahasa Arab atau bahkan buta huruf
sekaligus
6. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam seorang ”Ummy” (tidak bisa baca tulis) -) Al-
Quran otentik.
- Hakikat Mukjizat al-Quran
Surah al-isra ayat 88 :

َ ُ‫ت اإْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل هَ َذا ْالقُرْ أَ ِن الَيَأْت‬
(‫ون بِ ِم ْثلِ ِه َولَ ْو‬ ِ ‫قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع‬
‫ظ ِهيرًا‬ َ ‫ْض‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ُ ‫ان بَ ْع‬َ ‫) َك‬
Artinya : “ Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia ,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.

- Dimensi mukjizat Al-Quran


1. Al-I’jaz Al-Bayaniy (Kemukjizatan Bahasa)
 Induk / asli dari maksud “Mukjizat Al-Quran”, yaitu kemukjizatan bahasa.
 Saat turunnya wahyu bangsa arab sangat mendewakan puisi dan prosa yang dianggap sebagai
sihir di zamannya .
 Bahasa arab , bagian dari agama islam. Karenanya dipilih sebagai bahasa latar dan pengantar
wahyu.
 Apakah semua isi Al-Quran 100 % menggunakan bahasa arab ? lalu apa maksud “Qur’anan ‘
arabiyyan” ?
 Beberapa sudut pandang mukjizat ini :
- Fashahah dan balaghah (efektif, indah, mengena) = majaz, isti’arah, tasybih dan lain-lain.
- Nazhm dan uslub (serasi, pilihan kata / diksi, susunan).

- Contoh Al-I’jaz Al-Bayaniy :


 Pilihan kata
 Ghallaqat al-Abwab ( Al-Quran Surah yusuf : 23 ) = berulang – ulang untuk memastikan
terkuncinya pintu
 Levelisasi istilah : Zakat (wajib), Shodaqoh/infaq (sunnah), Pinjaman (qardhan hasanan)
(sindiran/anjuran).
 Rahasia tongkat Nabi Musa Alahissallam : Hayyatun tas’a (ular lincah) Al-Quran surah
Thaha : 20. Tsu’banun mubin (ular besar) Al-Quran surah Al-A’raf : 107, Asy-Syu’ara :32.
 Padanan kata : ghafir – zhalim (1-5), ghafar – zhallam (5-5), ghafur – zhalum (91-2) , mana
yang paling banyak ?
 Adapun zhalim dalam bentuk mu’annats dan plural : zhalimah (4), zhalimiy (2), zhalimun
(33), zhalimin (91).
 Perhatikan kata (‫ )صا حبه‬dalam al-Quran surah Al-Kahfi ayat 34 dan 37.

 Susunan kata

 (ِ ‫) ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ بِ ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هلِل‬ : (Al-Quran surah An-nissa : 35), sulitnya berbuat adil
pada orangtua, keluarga dan kerabat. bandingkan , Sulitnya berbuat adil pada musuh / orang

ِ ‫بِ ْالقِ ْس‬


yang dibenci. (‫ط‬ ‫) ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ هلِل ِ ُشهَدَا َء‬ (Al-Quran surah al-maidah ayat 8).

 Focus target ُ ‫نَ ْستَ ِع‬


(‫ين‬ َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوإِيَّا‬
‫ك‬ َ ‫ )إِيَّا‬, (Al-Quran Surah Al-Fatihah ayat 5.)
 (‫( ) َوإِن طَائِفَتَا ِن ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِينَا ﭑ ْقتَتَلُوا فَاَصْ لِحُوا بَينَهُ َما‬Al-Quran surah Al-Hujurat : 9), rahasia
kata ganti , dua kelompok saling berperang (melibatkan banyak orang).

 Keserasian
1. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )ن‬yaitu : surah al-munafiqun.
2. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )د‬yaitu : surah al-ikhlash.
3. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )س‬yaitu : surah An-Nas.
4. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )ل‬yaitu : surah al-fill.
5. Ada empat surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )ر‬yaitu : surah al-Qamar, al-Qadr, al-
Ashr, dan al-Kautsar.
6. Ada lima surah yang semua ayatnya diakhiri huruf (‫ )ا‬yaitu : surah al-kahfi, al-Furqan, al-
Fath, al-Jin, dan al-insan.

- Diulangnya nama Nabi adam alaihissallam

1. ‫َو َعلَ َم أَ َد َم اأْل َ ْس َما َء ُكلَهَا‬


2. ‫ال يَا أَ َد ُم أَ ْنبِئُهُ ْم ِبأ َ ْس َمائِ ِه ْم‬
َ َ‫ق‬
3. ‫ن لِ ْل َملَئِ َك ِة ا ْس ُج ُدوا أِل َ َد َم‬qَ ‫َوإِ ْذقُ ْل‬
4. َ‫ُك ْال َجنَّة‬َ ‫ت َو َز ْوج‬ َ ‫َوقُ ْلنَا يَا أَ َد ُم ا ْس ُك ْن أَ ْن‬
‫‪5.‬‬ ‫ق أَ َد ُم ِم ْن َربِّ ٍه َكلِ َما ِ‬
‫ت‬ ‫فَتَلَ َ‬
‫‪6.‬‬ ‫إِ َّن هللاَ اصْ طَفَى أَ َّد َم‬
‫‪7.‬‬ ‫س ْمبِلَنْ )‬‫سى ِع ْن َد هللاِ َك َمثَ ِل أَ َد َم (ال عمران ‪ :‬لم َ‬
‫إِنَّ َمثَ َل ِعي َ‬
‫‪8.‬‬ ‫َواَ ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبَأَا ْبنَي أَ َد َم بِ ْال َح ِّ‬
‫ق‬
‫‪9.‬‬ ‫ثُ َّم قُ ْلنَا لِ ْل َملَئِ َك ِة ا ْس ُج ُدوا أِل َ َد َم‬
‫جنَّةَ ‪10.‬‬ ‫ُك ْال َ‬
‫ت َو َز ْوج َ‬ ‫َويَا أَ َد ُم ا ْس ُك ْن أَ ْن َ‬
‫‪11.‬‬ ‫يَابَنِي أَ َد َم قَ ْدأَ ْن َز ْلنَا َعلَ ْي ُك ْم لِبَاسَّا‬
‫‪12.‬‬ ‫ان‬‫يَابَنِي أَ َد َم اَل يَ ْفتِنَنَّ ُك ُم ال َّش ْيطَ ُ‬
‫يَابَنِي أَ َد َم ُخ ُذوا‪ِ q‬ز ْينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُك ِل َمس ِ‬
‫ْج ِد ‪13.‬‬

‫‪14.‬‬ ‫يَابَنِي أَ َد َم إِ َّما يَاْتِيَنَ ُك ْم ُر ُس ٌل ِم ْن ُك ْم‬


‫ن بَنِي أَ َد َم ‪15.‬‬ ‫َوإِ َ‪q‬ذ أَ َخ َذ َرب َُك ِم ْ‬
‫‪16.‬‬ ‫َوإِ ْ‪q‬ذ قُ ْلنَا لِ ْل َملَلئِ َك ِة ا ْس ُج ُدوا أِل َ َد َم‬
‫رمنَا بَنِي أَ َد َم ‪17.‬‬ ‫َولَقَ ْد َك َ‬
‫‪18.‬‬ ‫َوإِ َ‪q‬ذ قُ ْلنَا لِ ْل َملَلئِ َك ِة ا ْس ُج ُدوا أِل َ َد َم‬
‫ة أَ َد َم (سورة مريم قمها )‪19. 19‬‬ ‫ِم ْن ُذ ِريَ ِ‬
‫‪20.‬‬ ‫َولَقَ ْد َعهَ ْدنَا إِلَى أَ َد َم‬
‫‪21.‬‬ ‫َوإِ ْ‪q‬ذ قُ ْلنَا لِ ْل َملَلئِ َك ِة ا ْس ُج ُدوا أِل َ َد َم‬
‫ك ‪22.‬‬ ‫فَقُ ْلنَا يَاأَ َد ُم إِ َّن هَ َذا َع ُد ُولَ َ‬
‫‪23.‬‬ ‫ال يَاأَ َد ُم‬‫ان قَ َ‬ ‫س إِلَ ْي ِه ال َش ْيطَ ُ‬
‫فَ َوس َْو َ‪q‬‬
‫وى ‪24.‬‬ ‫صى أَ َد ُم َربَّهُ فَ َغ َ‬
‫َو َع َ‬
‫‪25.‬‬ ‫يَابَنِي أَ َد َم أَ ْن اَل تَ ْعبُ ُدوا ال َّش ْيطَ َ‬
‫ان‬
‫‪- diulangnya nama nabi isa alaihissallam‬‬

‫‪1.‬‬ ‫يس اب َْن َمرْ يَ َم ْالبَ ْينَا ِ‬


‫ت‬ ‫َوأَتَ ْينَا ِع َ‬
‫‪2.‬‬ ‫َو َما أَوتِي ُمو َسى َو ِعي َسى‬
‫‪3.‬‬ ‫يس اب َْن َمرْ يَ َم ْالبَيِّنَا ِ‬
‫ت‬ ‫َوأَتَ ْينَا ِع َ‬
‫‪4.‬‬ ‫يس اب ُْن َمرْ يَ َم‬ ‫ْح ِع َ‬ ‫اِ ْس ُمهُ ْال َم ِسي ِ‬
‫‪5.‬‬ ‫فَلَ َّما أَحس ِع َ‬
‫يس ِم ْنهُ ُم ال ُكفَ َر‬
‫‪6.‬‬ ‫يس إِنِّي ُمتَ َوفَي َ‬
‫ْك‬ ‫يَا ِع َ‬
‫‪7.‬‬ ‫سى ِع ْن َد هللاِ َك َمثَ ِل أَ َد َم (ال عمران ‪ :‬لم َ‬
‫س ْمبِلَنْ )‬ ‫)إِنَّ َمثَ َل ِعي َ‬
‫‪8.‬‬ ‫يس‬‫َو َما أُوتِي ُمو َسى َو ِع َ‬
‫‪9.‬‬ ‫يس اب َْن َمرْ يَ َم‬ ‫َوقَ ْولُهُ ْم إِنَّا قَتَ ْلنَا ْال َم ِس َ‬
‫يح ِع َ‬
‫‪10.‬‬ ‫َو ِعي َسى َو أَي َ‬
‫ُّوب َويُونُس‬
‫‪11.‬‬ ‫يس اب ُْن َمرْ يَ َم َرسُو ُل ِ‬
‫هللا‬ ‫إِنَّ َما ْال َم ِس َ‬
‫يح ِع َ‬
‫‪12.‬‬ ‫َوقَفَ ْينَا َعلَى اَثَ ِر ِه ْم بَ ِع ْي َسى‬
‫‪13.‬‬ ‫َعلَى لِ َس ِ‬
‫ان َدا ُوو َد َو ِعي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم‬
‫‪14.‬‬ ‫إِ َذ قَ َ‬
‫ال هللاُ يَا ِعي َسى‬
‫‪15.‬‬ ‫يس‬
‫ُّون يَا ِع َ‬
‫اري َ‬‫ال ْال َح َو ِ‬
‫إِ َذ قَ َ‬
‫‪16.‬‬ ‫ال ِعي َسي اب ُْن َمرْ يَ َم‬ ‫قَ َ‬
‫يس ‪17.‬‬‫ال هللاُ يَا ِع َ‬ ‫َوإِ ْذ قَ َ‬
‫‪18.‬‬ ‫َو َز َك ِريَّا َويَحْ يَى َو ِع َ‬
‫يس‬
‫‪19.‬‬ ‫يس اب ُْن َمرْ يَ َم (سورة مريم قمها )‪19‬‬ ‫َذلِ َ‬
‫ك ِع َ‬
20. ‫يس اب ِْن َمرْ يَ َم‬
َ ‫َو ُمو َسى َو ِع‬
21. ‫إِب َْرا ِهي ُم َو ُمو َسى َو ِعي َسى‬
22. ‫َولَ َما َجا َء ِعي َسى بِ ْالبَيِّنَات‬
23. ‫َوقَفَ ْينَا بِ ِعي َسى اب ِْن َمرْ يَ َم‬
24. ‫مرْ يَ َم‬ َ ‫ال ِعي َسى اب ِْن‬َ َ‫َوإِ ْذ ق‬
25. َ َ‫َك َما ق‬
‫ال ِعي َسى اب ُْن َمرْ يَ َم‬

 Rahasia pengulangan

‫فَبِأَىِّ َءاآَل ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذبَا ِن‬


 Diulang sebanyak 31 kali
 8 kali setelah penyebutan berbagai nikmat dan karunia Allah ( ayat 13-30)
 7 kali disebut setelah peringatan dan ancaman Allah (ayat 32-45)
 8 kali disebut setelah nikmat surga untuk orang-orang yang takut Allah (ayat 47-61)
 8 kali disebut setelah nikmat surga untuk kelas di bawahnya (ayat 63-77)

 Unik-unik
 Hanya ada dua ayat yang diawali dengan huruf (‫ )غ‬dalam al-Quran : (Surah Ar-Rum : 2, dan
surah Ghafir : 3).
 Hanya ada empat ayat yang diawali dengan huruf (‫ )ش‬: (surah Al-Baqarah : 185, surah Ali-
imron : 18, surah An-Nahl : 121, surah asy-syura : 13)
 Hanya ada 5 ayat yang diawali dengan huruf (‫ )ص‬:(surah al-fatihah ; 7 , surah al-baqarah :
18, surah al-baqarah : 138, surah shad : 1, surah al-a’la : 19)
 Hanya ada 1 ayat yang di akhiri huru (‫ )ض‬: surah Fushilat : 51
 Hanya ada 2 ayat yang diakhiri huruf (‫ )ش‬: surah al-Qariah : 5, surah Quraisy : 1)
 Ada dua ayat yang terdapat seluruh huruf hijaiyah di dalamnya : surah ali-imran : 154 dan
surah al-fath : 29).
2. Al-I’jaz At-Tasyri’iy (Kemukjizatan Syariat)
 Maksudnya : tidak ada siapapun yang sanggup turunkan aturan yang menyerupai syariat
Allah ini.
 Karakteristik syariat al-Quran
1. Jelas (wadhih) dan tidak rumit
2. Memudahkan (taysir), tidak memberatkan
3. Bertahap (tadarruj) sampai final
4. Bisa / memungkinkan diaplikasikan siapa saja/(applicable) : humanis
5. Cocok untuk semua tempat dan waktu (shalih li kulli zaman wa makan) : universal
6. Sumbernya jelas dari Allah (rabbaniyah)

 Contoh tasyri yang bertahap


1. Tahapan kewajiban puasa di bulan ramadhan ( Al-Quran surah Al-Baqarah : 183-187).
 Mudah : boleh memilih antara melaksanakan puasa atau membayar fidyah.
 Sulit : tidak boleh berhubungan suami istri di malam hari, setelah tidur tidak boleh makan
dan minum, buka puasa setelah shalat maghrib.
 Sedang : berlaku sekarang, waktu shubuh – maghrib, selain waktu tersebut normal seperti
biasa.

2. Pengharaman riba
 Tahap 1 : dengan sindiran “maka riba itu tidak bertambah disisi Allah” berbeda dengan zakat
yang akan dilipatgandakan Allah (surah ar-rum :39)
 Tahap 2 : sindiran lebih tajam , “Allah membenci orang-orang yahudi, salah satu sifatnya :
“riba”/memakan harta haram (surah an-nissa : 160-161)
 Tahap 3 : pengharaman riba yang berlipat-lipat, jika hanya sedikit diperkenankan ( surah ali-
imron :130)
 Tahap 4 : hukum final “semua jenis riba haram, baik sedikit ataupun banyak” (surah al-
baqarah : 178)

3. Poligami dan nusyuz (batasan solusi dan sisi emosi)


 Ayat-ayat poligami : tidak dikumpulkan dalam satu kumpulan ayat , tapi dipisah ( Surah an-
nisa : 3, membahas anak yatim perempuan) dan (surah an-nisa :129, setelah membahas
nusyuz yang terjadi dari pihak laki-laki (suami)).
 Ayat-ayat nusyuz : juga dipisah , nusyuz istri beserta solusinya, solusi islah (surah an-
nissa:34-35) dan nusyuz suami beserta solusinya, solusi islah tapi ada kemungkinan berpisah
(surah an-nissa :128-130)
 Kesimpulan : terlepas dari pro kontra pembahasan dan keterlibatan emosi, al-Quran
menawarkan solusi yang matang dan rasional.

4. hukum waris dalam al-Quran merupakan kesatuan hukum yang integral, bagian-bagiannya
dijelaskan secara detail. Shalat dan zakat yang paling banyak diulang saja ( secara detail
angka-angka rakaat shalat dijelaskan melalui hadis, demikian pula nishab dan kadar zakat.
5. Rahasia banyaknya hukuman/kafarat islam disebut “memerdekakan budak”
mengandung banyak hikmah, diantaranya : berorientasi pada pembebasan penuh manusia dan
mengangkat martabat serta menghilangkan pengkastaan / kelas-kelas social .

3. Al-I’jaz Al-ilmiy (Kemukjizatan ilmiah)


 I’jaz ilmy = Tafsir ilmy
 I’jaz ilmy : seharusnya dipahami sebagai salah satu kedigdayaan (mukjizat) Al-Quran yang
mengandung unsur tantangan, seperti : segala sesuatu diciptakan dari air (surah al-anbiya :
30), segala sesuatu diciptakan serba berpasangan (surah adh-dhariyat:49).
 Bedakan dengan tafsir ilmy yang sebenarnya berbasis penemuan ilmiah atau berlatar
belakang keilmuan seseorang : maka terkesan lebih luas cakupannya dan lebih fleksibel.
 Sesungguhnya I’jaz ilmy aslinya adalah I’jaz bayani. Secara ilmiyah bahasa al-Quran terbukti
membungkam para pakar bahasa, dimasa jayanya sekalipun.

Al-Quran
Sains
Kebenaran Kebenaran
Menempatkan SainsMutlak
dan Al-Quran
bersifat
relativebersifat
terus berubah tetap

Kebenaran relative, Mengikuti pakem


tergantung zaman dan ilmu-ilmu al-Quran
wawasan penulis dan kaedah penafsiran
Tafsir Sains utnuk meminimalisir
Tafsir Al-Quran
kesalahan
 Contoh Tafsir ilmy :
 Angka-angka : keberadaan ashabul kahfi di dalam gua (300+9) surah al-Kahfi : 25 = 300
Tahun milady (matahari) = 309 tahun hijriyah (penanggalan bulan)
 (‫وم‬qq‫ع النج‬qq‫( )مواق‬Al-Quran surah Al-Waqiah:75) = tempat bersemayamnya bintang-bintang
(tempat edar). = berapa jarak bumi dengan bintang terdekat ?
 Masa hamil + menyusui = 30 bulan (surah al-Ahqaf), menyusui = 2 tahun / 24 bulan (surah
luqman:14), maka usia mengandung/hamil minimal adalah 6 bulan (24=6=30).
 Relatifitas 1 hari = 1 hari Allah = 1000 tahun manusia (surah al-hajj:47, As-sajadah:5), 1 hari
malaikat = 50.000 tahun manusia (surah al-ma’arij:4), bagaimana 1 hari didunia ? dibumi =
24 jam ?, dibulan = 3,5 hari bumi ? , merkurius dan lain-lain

Suhu
Jarak dari Diamete permukaan Kala Kala
Jumlah
No Planet matahari r (0C) rotasi revolusi
satelit
(juta Km) (Km) sampa (hari) (hari)
Dari
Perbandingan jarak dan waktu “1hari”
i antar planet
1 Merkurius 58 4.9 -170 430 59 88 -
2 Venus 108 12.1 450 480 243 225 -
3 Bumi 150 12.75 -90 50 1hari 365 1
24,6
4 Mars 228 6.8 -120 -130 687 2
jam
Rata-rata(- 10 11,86
5 Yupiter 778 142.7 16
150) jam tahun
Rata-rata(- 10,7 29,5
6 Saturnus 1.425 120 31
190) jam tahun
7 Uranus 2.867 50.8 Rata-rata(- 17 84 27
180) jam tahun
Rata-rata(- 16 165
8 Neptunus 4.486 48,6 11
220) jam tahun

4. Al-I’jaz Al-Ghaibiy (Kemukjizatan Hal Ghaib)


5. Al-I’jaz Al-Fanniy At-Tashwiriy (Kemukjizatan Visualisasi)

Anda mungkin juga menyukai