Kajian Ulumul Qur'an 1
Kajian Ulumul Qur'an 1
Kajian Ulumul Qur'an 1
ْ ِب
Biografi Narasumber
Instagram: @drsaifulbahri
Line: @drsaifulbahri
Twitter: @L_saba
Facebook: Saiful Bahri (Elsaba)
Fanpage: Halaqah Tadabbur al-Quran
Youtube: Halaqah Tafsir dan USB Channel
Pendidikan:
8. S2 (Prog. Magister-Tafsir al-Quran) Universitas Al Azhar, Cairo, Okt 2002- Jan 2007
9. S3 (Prog. Ph. D-Tafsir al-Quran) Universitas Al Azhar, Cairo, Juli 2008- Mei 2011
• Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman, Swiss, Skotlandia, Perancis, Belanda, Italia,
Turki, Malaysia, Singapura, China, Jepang, Mesir, Saudi Arabia, Tunisia, Jordania dan
Palestina
Aktivitas saat ini:
• Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia
(MUI (2020-2025)
• Penasehat dan Duta Sosialisasi Palestina di Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (2018
– sekarang)
• Anggota Tim Tafsir Ilmy, LPMQ (lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran) Kementrian
Agama, (2016-Sekarang)
• Anggota Tim Penulis Tafsir at-Tanwir, Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah (2018
– Sekarang)
Pengalaman:
• Wakil Ketua Komisi Seni Budaya Islam – Majelis Ulama indonesia (MUI) (2011-2020)
• Direktur I-Wish Center (The Islamic World Strategic and Humanity Center), di Jakarta
(2017-2019)
• Dosen Pasca Sarjana, Perguruan Tinggi Ilmu Al-Quran (PTIQ) Jakarta (2011-2013)
• Anggota Majelis Tarjih Pengurus Cabang Istimewa (PCIM) Cairo Mesir (2006-2010)
• Ketua Umum Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, 2002-2003
• Salah seorang founder Asy-Syathibi Center (Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Belajar)
di Cairo, Mesir dan menjadi Sekjen periode 2001-2002
• Pengajar Bahasa Indonesia untuk orang asing di Pusat Kebudayaan dan Informasi Indonesia
(PUSKIN) Cairo (2004-2008)
• Litbang dan Pemred Majalah Studi Informasi Alam Islami (SINAI) Kairo (1999-2000)
Publikasi:
• Tadabbur Juz Amma (Telaga Kebahagiaan), Serial Tafsir al-Kautsar (Jakarta: Pustaka al-
Kautsar, 2019)
• The Forbidden Country: Negeri Terlarang Bagi Para Pecundang (Aspac Publishing: 2014)
• Antologi Cerpen ”Bulan, Matahari dan Sebelas Bintang” (Jakarta: Cakrawala, 2004)
PENDAHULUAN
- Al-Quran dan Sejarah Ulumul Al-Quran
I. NUZULUL QURAN
- Wahyu, Nuzulul Quran, Asbab Nuzul, Makky Madany, Ayat pertama & Terakhir
Diturunkan, Sab’ati Ahruf.
IV. PENUTUP
PENDAHULUAN
- Al-Quran : “ Kalam Allah, Mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wa Sallam, Berta’abbud dengan membacanya, dinukil secara mutawatir, serta tertulis
di dalam mushaf “.
( كالم هللا المعجز المتعبد بتالوته المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم المنقول بالتواتر المكتوب في
q) المصاحف
- Ulumul Qur’an adalah ilmu yang membahas hal-hal yang terkait dengan Al-Qur’an dengan
cara mengetahui asbabunnuzul, sejarah kodifikasi Al-Qur’an , periodisasi makkiyah dan
madaniyah. Nasikh mansukh, muhkam mutasyabih dan lain sebagainya (Manna’Al-Qattan :
Mabahits fi’ Ulumi Al-Qur’an).
- Ulumul Qur’an tidak muncul di zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam ,
karena sumber wahyu masih hidup di tengah-tengah para sahabat. Jika terjadi permasalahan
dengan mudah dan secara langsung ditanyakan kepada sumbernya. Demikian juga pada
zaman sahabat ( Orang-orang yang menyaksikan langsung/terlibat), dan era kibar tabi’in.
- Pada abad kedua hijriyah saat terjadi era kodifikasi keilmuan, muncullah karya-karya
ulama. Dimulailah penulisan kitab tafsir Syu’bah bin al-Hajjaj, Sufyan bin Uyainah, dan
Waki bin al-jarrah. Pada tahun 310 H Muncul tafsir yang sangat terkenal, ditulis oleh ibnu
jarir At-Thabari (Jami’al-Bayan fi Ta’wil Ayy Al-Qur’an).
- Adapun Ulumul Qur’an seperti pembahasan asbab nuzul, nasikh mansukh masih ditulis
dalam format riwayat seperti periwayatan hadits.
- Pada abad ketiga hijriyah , Ali bin AL-Madiniy (Guru Imam Bukhari) menulis tentang
Asbabbunnuzul dan Abu Ubaid bin salam , menulis tentang Nasikh Mansukh karya mereka
berdua dianggap sebagai tulisan pertama di bidang ulumul Qur’an ( Az-Zurqaniy:2007).
Bersamaan perkembangan waktu mulai ditulis buku tentang ulumul Qur’an dengan
pembahasan yang cukup lengkap seperti : Al-Burhan fi ulum Al-Qur’an ( Karya Al-Hufy
(430 H ). Funun al-Afnan fi Ajaib Ulum al-Qur’an (Karya Ibnu al-jauzi (587 H). Al-
Burhan fi Ulum al-Qur’an (Karya Az-zarkasyi (794 H). Dan diikuti As-Suyuthi (911 H)
Dengan menulis Al-Itqan fi Ulum al-Qur’an. Hingga saat ini sudah tidak terhitung buku
yang menulis tentang ilmu-ilmu Al-Qur’an dalam berbagai bahasa.
2. Nasikh Mansukh, Abu Ubaid al-Qasim bin salam al-Harawiy (224 H).
9. Prof.Dr.Quraisy Syihab, Prof. Dr. Yunahar ilyas, Dr. Ahsin Sakho dan lain-lainnya.
Metode Tafsir
Berdasarkan Sumbernya
1. Tafsir bi al-Ma’tsur (Riwayat)
2. Tafsir bi ar-Ra’yi (Pendapat)
Berdasarkan cara yang digunakan
1. Tafsir Tahlili (Analitik)
2. Tafsir Maudhui (Tematik)
3. Tafsir Ijmali (Global)
4. Tafsir Muqaran (Komparasi)
Bahan Salindia
1. Al-Wajiz fi Ulum al-Kitab al-aziz, Dr.Muhammad khazir al-Majaly, Kuala lumpur: Dar at-
Tajdid,2003.
2. Mabahits Fii Ulumil Qur’an, Manna’ Al-Qathan, Kairo: Maktabah Wahbah 2000
3. Manahilul Irfan Fii Ulumil Qur’an, Az-Zurqani,Kairo : Maktabah At-Taufiqiyah 2007
4. Al-Itqan Fii Ulumil Qur’an, As-Suyuti, Kairo : Daarul Hadits 2007
5. Qawaid Atarjih Indal Mufassirin, Husein bin Ali Al-Harbi, Riyadh: Daarul Qasim, 1996
Kajian Serial Studi Ulumul Quran ke 2
- Kisi-Kisi Kajian :
Definisi wahyu secara bahasa dan istilah
Apakah selain nabi bisa mendapatkan wahyu ?
Al-Qur’an termasuk jenis wahyu yang mana ?
Apakah ada wahyu selain Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa
Sallam ?
Apa Karakteristik Al-Qur’an dari kitab suci lain ?
Bagaimana proses turunnya Al-Qur’an ?
Apa hikmah Al-Qur’an turun berangsur-angsur
Ayat Al-Qur’an yang pertama dan terakhir turun
Wahyu
Suara Lonceng
Perantara
(Jibril Alaihissalam)
Bentuk Asli
Menyerupai
WAHYU Manusia
X
Mimpi
X
Tanpa Perantara
X
Bicara langsung
Suara Lonceng
Perantara
(Jibril Alaihissalam)
Bentuk Asli
Menyerupai
WAHYU Manusia
X
Mimpi
X
Tanpa Perantara
X
Bicara langsung
Kitab
Al-Qur'an Wahyu
Suci
- KITAB-KITAB SUCI :
1. Kitab Suci = Kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi dan rasul utusan-Nya berisi
pedoman dan syariat yang di ajarkan.
2. Kitab Suci = Wahyu dari Allah, melalui perantara malaikat jibril alaihissallam.
3. Kitab Suci = Berupa al-Kitab seperti ( Al-Quran untuk Nabi Muhammad Shallallahu
alaihi wa sallam ), ( Injil untuk Nabi Isa Alaihissallam ), ( Taurat untuk Nabi Musa
Alaihissallam ) dan ( Zabur untuk Nabi Dawud alahissallam ), atau berupa Suhuf (lembaran-
lembaran).
4. Kitab Suci = Al-Quran sebagai kitab terakhir : Membenarkan dan melengkapi yang
sebelumnya, dijaga Allah, berlaku hingga hari kiamat , Tidak bisa dipalsukan, membacanya
adalah ibadah, baik memahami arti ataupun tidak.
AL-QURAN DAN KITAB-KITAB SUCI
- OTENTISITAS AL-QURAN
NUZULUL QURAN
NUZULUL QURAN
Lauh Mahduzh
Allah
Turun Sekaligus
Baitul Izzah
Malaikat Jibril
Berangsur-angsur
Kepada Nabi
Nabi Muhammad Muhammad
- Hikmah Turun Al-Quran berangsur
1. Mengokohkan dan Memantapkan hati Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam ( Surah Al-
Furan : 32, Al-Kahfi : 6 ).
4. Relevan dengan peristiwa dan bertahap dalam penetapan hokum ( Surah Ar-Rum: 38-39 ),
Kisah pengharaman khamar, riba, juga tasyri kewajiban puasa.
5. Membuktikan bahwa Al-Quran benar berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala . ketika
wahyu terhenti , Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam tidak punya pilihan kecuali
hanya menunggu.
2. Surah yang pertama turun secara lengkap = Surah Al-Fatihah, Surah Al-Mudatsir
3. Ayat yang terakhir turun : Surah Al-Baqarah : 281 (yang dipilih kebanyakan ulama),
ada pendapat = Surah Al-Maidah : 3 (marjuh (Dilemahkan).
3. Al-Quran adalah satu dari beberapa Kitab Suci Yang diturunkan kepada manusia.
- Kisi-Kisi Kajian
Pembahasan
Sesuatu yang menyebabkan turunnya sebuah ayat, atau ayat-ayat atau surah Al-Quran yang
menceritakan suatu peristiwa ketika terjadi nya saat itu dan kemudian menjelaskan hukumnya
. sesuatu yang karenanya Al-Quran diturunkan, sebagai penjelasan terhadap apa yang terjadi,
baik berupa Peristiwa Maupun Pertanyaan.
MADANIYYAH
1. Surah-surah yang mengandung Hudud (Larangan-larangan yang disertai bentuk
hukumannya) dan Faraidh (amal-amal wajib)
2. Surah-surah yang berisi tentang izin jihad serta penjelasan tentang hukum jihad
3. Surah-surah yang menjelaskan tentang Kaum munafik selain surah Al-Ankabut
4. Surah-surah yang terdapat Dialog dengan Ahli kitab
Manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah ?
Manfaat mengetahui periodesasi surah / ayat Makkiyah dan Madaniyyah :
1. Dapat membedakan antara Nasikh dan Mansukh, khususnya ketika terdapat dua ayat atau
lebih yang berbicara tentang tema yang sama dalam Al-Quran
2. Dapat mengetahui Sejarah penetapan syariat islam oleh Allah dan Rasul-Nya
3. Memberikan keyakinan dan kemantapan hati bahwa Al-Quran yang ada ditangan kita saat
ini adalah benar-benar orisinil berasal dari Allah Subhanahu wa ta’ala
Setelah Al-Quran diwahyukan, maka dihafal oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam .
Beliau kemudian memanggil para penulis wahyu dan memberi arahan akan penempatan
ayat/surah tersebut. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam membaca apa yang telah
diwahyukan di hadapan jibril sekali setahun yaitu di bulan ramadhan , kecuali tahun beliau
wafat.
Selain kertas , Maka berikut alat yang digunakan untuk penulisan Al-Quran :
1. Asiib Atau pelepah kurma
2. Lihaf Atau batu tipis
3. Riqa Atau Kulit
4. Al-Aktaf Atau tulang lebar yang telah kering
5. Al-Aktab Atau Kayu
Selain kertas , Maka berikut alat yang digunakan untuk penulisan Al-Quran :
6. Asiib Atau pelepah kurma
7. Lihaf Atau batu tipis
8. Riqa Atau Kulit
9. Al-Aktaf Atau tulang lebar yang telah kering
10. Al-Aktab Atau Kayu
Kodifikasi Al-Quran di masa Usman bin Affan terjadi ketika islam menyebar luas di
luar wilayah Arab sehingga terjadi perbedaan bacaan yang menonjol sesuai logat bahasa yang
ada saat itu, sehingga, Usman bin Affan Radhiyallahuanhu memberi solusi perbedaan bacaan
itu dalam satu mushaf atas usulan Huzaifah ibnul yaman setelah beliau mengikuti penaklukan
Armenia dan Azerbaijan.
Usman bin affan kemudian mengumpulkan para sahabat yang hafal Al-Quran
diantaranya Zaid bin Tsabit , Abdullah bin Zubair said, Ibnul Ash dan Abdurahman bin
Hisyam semua dari Quraisy dan mencocokannya dengan mushaf yang ada pada Hafshah,
Kemudian disatukan dalam satu bacaan dan lahn Quraisy karena Al-Quran turun dengan
lisan Quraisy. ( HR. Bukhari ).
Usman bin Affan Radhiyallahuanhu. Membuat tim untuk menjalankan tugas berat ini yag
beranggotakan para sahabat, kurang lebih sebagai berikut :
1. Zaid bin Tsabit (W 45 H / dari kalangan Anshar)
2. Abdullah bin Zubair (W 73 H / Quraisy)
3. Said bin Ash (W 58 H / Quraisy)
4. Abdurahman bin Harits bin hisyam (W 43 H / Quraisy)
- Ar-Rasm al-Usmaniy
Awalnya, tulisan Al-Quran tidak memiliki titik dan harakat tanda baca. Jadi lebih berupa
tulisan dengan Khat Kufiy. Berbentuk kotak-kotak, dan yang membedakan antara huruf-
huruf tersebut adalah pada gigi-gigi penulisannya.
Kemudian, terjadi beberapa kesalahan baca sehingga perlu dibuat pedoman dan harakat
tanda baca. Setelah itu dibedakan dengan titik satu, dua atau tiga.
Kemudian, Muncul istilah Waaf dan ibtida. yaitu kapan bacaan ayat Al-Quran disebut
permulaan ayat atau akhirnya, kapan dibolehkan berhenti dan kapan tak dianjurkan berhenti.
Pada perkembangannya kemudian terdapat berbagai tanda-tanda Waqaf.
Saat ini perkembangan menjadi pesat dalam cetakan mushaf al-Quran . selain isi al-
Quran tak jarang disertai dengan penulisan keterangan tajwid, car abaca yang benar
dan sebagainya.
Outline kajian
1. Sejarah Qira’at Al-Quran
2. Definisi, syarat, dan macam-macam Qira’at Al-Quran
3. Beberapa contoh Qira’at Al-Quran
4. Nada, Nagham, dan irama baca Al-Quran
Abu bakar ahmad atau yang dikenal dengan ibnu mujahid menyusun sebuah kitab
yang diberi nama Kitab Sab’ah. Kitab Sab’ah disusun ibnu mujahid dengan cara
mengumpulkan tujuh Qira’at yang mempunyai sanad bersambung kepada Sahabat Rasul
Shallallahu alaihi wa sallam terkemuka.ketika itu, ibnu mujahid menghimpun Qira’at-Qira’at
mereka. ia menandakan Ya’qub untuk digantikan posisinya dengan al-kisai dari kufah.
Pergantian ini memberi kesan bahwa ia menganggap cukup Abu amr yang mewakili
Bashrah. Sehingga, untuk kufah, ia menetapkan tiga nama, yaitu : Hamzah, Ashim,
dan al-kisai. Meskipun di luar tujuh imam di atas masih banyak nama lainnya, kemasyhuran
tujuh imam tersebut semakin luas setelah ibnu mujahid secara khusus membukukan Qira’at-
Qira’at mereka.
Kendati masing-masing imam punya beberapa lafal bacaan yang berbeda, dalam
mushaf yang kita pakai sehari-hari tida terdapat tanda perbedaan bacaan itu. Perbedaan lafal
bacaan ini hanya bisa kita temui dalam kitab-kitab tafsir klasik. Biasanya, dalam kitab klasik
tersebut, akan ditemukan penjelasan tentang perbedaan para imam dalam membaca masing-
masing lafal itu. Untuk mengetahui lebih detail pelajaran Qira’at harus didampingi guru yang
kompeten dan memiliki sanad yang jelas. Tidak dilakukan secara otodidak.
Qira’at sepuluh
Qira’at
Al-Bazzy Warasy & Isa & Ad-Dury & Al-Hadzly Hisyam Hafs & Lalts & Al-Waraq Khalaf &
+ Qunbul Qalun Sulaiman As-Susy & Ruwals Bin Dzakwan Syu’bah Ad-Dury & Haddad Khallad
Paling
terkenal dan
tersebar
Outline kajian :
1. mengenal metodologi tafsir al-Quran dan jenis-jenisnya
2. Macam-macam Corak tafsir al-Quran
3. Beberapa contoh metodologi dan ragam-ragam corak-corak penafsiran al-Quran
1. mengenal metodologi tafsir al-Quran dan jenis-jenisnya
- siapa Mufassir () المفسر
Mufassir adalah seseorang muslim dari kalangan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi
wa sallam yang memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan kompetensi ilmu (Syuruth
ma’rifiya) dan memiliki kepribadian yang baik (Syuruth Syakhshiyyah) serta mampu
melakukan dan menggunakan metode penafsiran yang baik (Syuruth manhajiyah) dalam
menjelaskan kandungan makna atau penafsiran ayat-ayat al-Quran . harus ada aturan dan
syarat-syarat yang berlaku.
Kompetensi
Syarat Mufassir
Kepribadian Metodologi
1. Menguasai bahasa arab dan berbagai cabangnya dengan baik (kaidah nahwu, sharaf, dan
ilmu akar bahasa (isytiqaq) serta balaghah (al-ma’any, al-badi dan al-bayan).
2. Menguasai sejarah turunnya al-Quran, asbab an-nuzul, nasikh mansukh, periodisasi ayat-
ayat al-Quran (Makkiyah dan Madaniyyah) dan dasar-dasar Ulum al-Quran (ilmu-ilmu al-
Quran).
3. Menguasai pengetahuan yang baik tentang hadis-hadis (shahih atau tidak) dan sumber-
sumber hukum islam.
4. Mengetahui dan memahami ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum – hukum amaliy
(praktik).
8. Menjauhkan diri dari penafsiran sesuai kepentingan tertentu (kelompok atau demi materi)
1. Mendahulukan penafsiran antar ayat al-Quran, hadis Nabi Shallallahu alaihi wa sallam,
serta riwayat/perkataan sahabat dan tabi’in.
2. Mendahulukan makna yang zahir terlebih dahulu atau makna yang paling dikenal secara
bahasa atau yang sudah dipatenkan menjadi istilah.
- Metode Penafsiran
Secara bahasa , metode adalah cara atau jalan. Tafsir adalah menjelaskan. Yang dimaksudkan
menjelaskan ayat-ayat al-Quran.
Metode Tafsir yang dimaksud. “Cara yang dipakai oleh mufassir dalam mengungkap
makna-makna dalam Al-Quran , dengan membandingkan sesame ayat-ayat al-Quran, atau
dengan sunnah. Atsar sahabat, tabi’in. juga dengan memperhatikan kaidah syariah dan bahasa
arab. Didukung dengan latar belakang keilmuannya yang memperluas wawasan yang di
gunakan untuk menguak rahasia kalam Allah, yang diberikan kepada hambanya.”
(Prof. Dr. Abd. Ghafur Ja’far. Modaris wa manahij fi Tafsir al-Quran al-karim)
Berdasarkan Sumbernya :
1. Tafsir bi Al-ma’tsur (Riwayat)
2. Tafsir bi Ar-Ra’yi (Pendapat)
Berdasarkan cara yang digunakan
1. Tafsir Tahili (Analitik)
2. Tafsir Maudhui (Tematik)
3. Tafsir ijmali (Global)
4. Tafsir Muqaran (Komparasi)
- Tafsir bi al-Ma’tsur
Tafsir bi al-Ma’tsur secara bahasa adalah berasal dari kata “Atsara” artinya , bekas, jejak.
Disebut juga dengan Tafsir bi ar-riwayah karena berbasis riwayat-riwayat yaitu al-Quran
dan Hadits dan lainnya. Atau juga disebut dengan tafsir bi an-naqli , karena riwayatnya
berdasarkan pemberitahuan dari satu orang ke orang lain atau sesuatu yang dipindahkan. Ini
adalah metode pertama (dan tertua) yang dipakai dalam penafsiran al-Quran.
Secara istilah, para ulama mendefinisikan tafsir bil al-ma’tsur adalah penafsiran ayat-ayat
al-Quran yang berdasarkan kutipan-kutipan yang shahih yaitu menafsirkan al-Quran dengan
al-Quran, al-Quran dengan Hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang berfungsi untuk
menjelaskan, dan juga dengan perkataan sahabat karena mereka lebih mengetahui turunnya
ayat (menyaksikannya) serta paham maknanya atau dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh
besar tabi’in karena pada umumnya mereka berguru dan mendapatkan informasi dari para
sahabat
Jenis Tafsir bi al-ma’tsur
1. Penafsiran ayat al-Quran dengan al-Quran
2. Penafsiran ayat al-Quran dengan Hadits Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
3. Penafsiran ayat al-Quran dengan atsar sahabat
4. Penafsiran ayat al-Quran dengan atsar tabi’in
Contoh seperti dalam surah Al-Maidah ayat 1 telah ditafsirkan oleh surah Al-Maidah ayat 3 :
ت لَ ُك ْم بَ ِه ْي َمةُ ااْل َ ْن َع ِام اِاَّل َما يُ ْت ٰلى َعلَ ْي ُك ْم
ْ َّاُ ِحل
“Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan disebutkan kepadamu”. Ayat ini
ditafsirkan oleh ayat 3 dalam surah yang sama (Surah al-maidah).
ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةُ َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِزي ِْر
ْ حُرِّ َم
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi…”
Contohnya hadis yang di riwayatkan imam muslim dari sahabat Uqbah bin Amr
Radhiyallahuanhu . berkata : “Saya mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam
berkhutbah diatas mimbar membaca firman Allah :
َواَ ِع ُّدوْ ا لَهُ ْم َّما ا ْستَطَ ْعتُ ْم
“ Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan
yang kamu miliki..” (Al-Quran surah Al-Anfal ayat 60)
- Tafsir bi ar-Ra’yi
Ketika lahir madzhab – madzhab fikih dan pemikiran, masing-masing berusaha mencari
pengikut dan memobilisasi apa saja untuk mencapai maksud itu, mereka mencari hadis-hadis
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Lalu mereka tafsirkan sesuai –sesuai dengan keyakinan
yang mereka anut. Ketika inilah mulai berkembang tafsir dengan bentuk ar-Ra’yu. Kaum
fuqaha (ahli fikih) menafsirkannya dari sudut hukum fikih seperti jashshash, al-Qurtubi, dan
lain-lain.
Para teolog menafsirkannya dari sudut pandang teologis seperti , Al-Kasysyaf, karangan al-
Zamakhsary, dan kaum sufi juga menafsirkan Al-Quran menurut pemahaman dan
pengalaman batin mereka seperti , Tafsir Al-Quram al-Adzim oleh Al-Tustari, Haqaiq at-
Tafsir karya As-Sulamiy dan lain-lain. Metode ini muncul setelah muncul dan
berkembangnya karya tafsir bi al-Ma’tsur.
Tidak semua pendapat atau ijtihad terkait penafsiran al-Quran dengan akal bisa diterima.
Penulis atau penafsir ayat-ayat al-Quran dengan metode ini, harus memenuhi persyaratan
yang sudah ditetapkan oleh para ulama, seperti pembahasan persyaratan mufassir (baik syarat
kompetensi (ilmu). Atau syarat akhlak atau syarat metodologi).
Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam . bersabda : “ Siapa yang menafsirkan al-Quran
dengan pendapatnya (sendiri) maka ia akan masuk neraka”. Tentu hadis ini merupakan
peringatan bagi mereka yang mengikuti hawa nafsu dan terlalu memuja akal dalam
menafsirkan al-Quran.
Kesimpulannya tafsir bi ar-Ra’yi sebagian besar isinya adalah pendapat (Ra’yu) penulisnya
dengan cara menarik sebuah kesimpulan dari istinbath ayat. Namun bukan berarti tidak
menggunakan dalil sama sekali. Sebagian ulama ada yang melarang metode ini jika sangat
meliberalkan penafsiran akal tanpa batas.
Contoh : Mafatih al-Ghaib karya Fakhruddin ar-Razy (606 H), Anwar at-Tanzil wa asrar
at-Ta’wil karya al-baidhawy (691 H) , Madarik at-Tanzil karya an-Nasafy (701 H), Lubab
at-Ta’wil fi ma’ani at-Tanzil karya al-Khazin (741 H), Irsyad al-Aql as-Salim ila Mazaya
al-kitab al-karim Karya Abu Sa’ud (982 H), Ruh al-Ma’aniy Karya Syihabuddin al-Alusiy
(1270 H).
Contoh Tafsir bi ar-Ra’yi :
1. menafsirkan pengulangan-pengulangan kalimat di dalam al-Quran seperti
( ) فَبِاَىِّ ٰااَل ۤ ِء َربِّ ُك َما تُ َك ِّذ ٰب ِنyang diulang di dalam surah ar-Rahman 31 kali.
2. Menadabburi ayat-ayat kauniyah (alam semesta).
3. Menadabburi sumpah-sumpah Allah di dalam Al-Quran
4. Penelitian panggilan yang dipakai di dalam Al-Quran seperti
( )يا أيها الذين آمنواatau ( )يا أيها الناسdan lain-lain .
1. lebih dahulu menafsirkan dengan ayat-ayat lain yang terdapat dalam al-Quran , kemudian
hadis Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam , lalu perkataan sahabat Dst.
2. Apabila keterangan yang bisa menafsirkan sebuah ayat tidak ditemukan pada al-Quran ,
hadis, dan riwayat para sahabat maka bisa menggunakan nalar/akal untuk melakukan ijtihad
dengan langkah-langkah berikut :
A. Memulai dari hal yang berkaitan dengan kosakata dan analisis kebahasaan
B. Mendahulukan makna zahir (jelas) daripada makna kiasan (majaz)
C. Memperhatikan sebab turunnya ayat
D. Menjaga kesesuaian (munasabah) antara kata, kalimat atau ayat
E. Kesesuaian tafsir dengan hal-hal yang bisa diketahui (sudah maklum) dari pengetahuan
alam, norma social (masyarakat) atau sejarah.
F. Kecocokan tafsir dengan petunjuk dan ajaran Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa
sallam
G. Mengakhiri pembicaraan (tafsir) dengan menjelaskan makna dan hukum-hukum yang
bisa dipetik dari ayat-ayat al-Quran, yang masih berada dalam batas-batas aturan bahasa,
syariat, dan ilmu pengetahuan alam.
H. Tidak bertentangan dengan aturan/ajaran agama yang sudah pasti
I. Tidak terlalu masuk dengan penafsiran ayat-ayat mutasyabihat.
- Tafsir Tahlili
- Tafsir ijmali
Ijmali berasal dari kata ijmal yang disertai dengan “ya”( )يnisbah. Kata ijmala juga semakna
dengan kata mujmal . istilah ini sering digunakan untuk menyebut “kalimat yang singkat”
sedang fungsi dari ”ya” nisbah tersebut adalah menunjukkan sifat. Kata ijmal dalam bahasa
indonesia berarti global, sehingga arti kata ijmali adalah tafsir yang bersifat global.
Tafsir/penafsiran ini bersifat global, karena menggunakan metode ijmali/global.
Secara bahasa, kata ijmali adalah ringkasan, ikhtisar, global dan penjumlahan. Dengan
demikian definisi tafsir ijmaliy adalah penafsiran Al-Quran yang dilakukan dengan cara
mengemukakan isi kandungan Al-Quran melalui pembahasan yang bersifat umum (Global)
tanpa uraian atau pembahasan yang panjang dan luas, juga tidak dilakukan secara rinci
sebagaimana metode tahliliy.
Latar belakang dan sejarah metode ijmali : para pakar menganggap bahwa metode ini
merupakan metode yang pertama kali hadir dalam sejarah perkembangan metodologi tafsir,
karena didasarkan pada kenyataan bahwa era awal mula islam, metode inilah yang dipakai
dalam memahami dan menafsirkan al-Quran. Ini terjadi lantaran para sahabat saat itu adalah
orang-orang arab yang ahli dalam bahasa arab dan mengetahui dengan baik latar belakang
asbabun nuzul ayat, Bahkan menyaksikan serta terlibat langsung dalam situasi dan kondisi
umat islam ketika ayat-ayat al-Quran turun.selain itu, sahabat juga tidak memerlukan
penjelasan yang rinci dari Nabi, tetapi cukup dengan isyarat dan uraian sederhana.
Langkah-langkah Tafsir ijmali : langkah yang dilakukan para mufassir dalam menafsirkan
al-Quran dengan metode ini adalah membahas ayat demi ayat sesuai dengan urutan yang ada
pada mushaf, lalu mengemukakan arti (makna) ayat-ayat tersebut secara global. Makna yang
diutarakan biasanya diletakkan di dalam rangkaian ayat atau menurut pola-pola yang diakui
jumhur ulama dan mudah dipahami semua orang. Pendekatan bahasa, diupayakan lafazhnya
mirip/serupa dengan lafazh yang digunakan al-Quran, sehingga pembaca bisa merasakan
bahwa uraian tafsirnya tidak jauh berbeda daro gaya bahasa al-Quran.
Contoh Tafsir ijmali :
ِ َّاس ( – )قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ الن
(اس ِ َّ خص بالذكر تشريفا لهم ومناسبة ) قُلْ اَ ُعوْ ُذ بِ َربِّ النqخالقهم ومالكهم
qلالستفادة من شر الموسوس في صدورهم
Menjelaskan satu ayat dengan beberapa kata saja.
Dalam penafsiran metode ijmali ini, kita memahami bahwa penafsiran ayat-ayat al-Quran
menjadi singkat dan jelas. Hanya menjelaskan beberapa kata yang dipandang belum jelas
saja. Contohnya : Tafsir jalalain karya jalaluddin al-Mahally (864 H) dan jalaluddin As-
Suyuthi (911 H) , jumlah kata-kata hanya lebih sedikit saja dari jumlah keseluruhan al-Quran.
Kelebihan dan Kelemahan Tafsir ijmali
1. Penjelasan panjang lebar, detail dan 1. Ringkas dan padat serta simple dan
berbagai sudut pandang. sederhana.
2. Menjelaskan kosakata I’rab dan 2. Menjelaskan kosakata dengan padanannya
munasabah (seperlunya).
3. Berbentuk buku yang dicetak dalam 3. Berbentuk buku rata-rata hanya satu jilid
beberapa jilid. atau maksimal dua jilid.
4. Teoritis, menyampaikan berbagai 4. Tidak teoritis, karena menjelaskan makna
teori atau simpulan hukum-hukum. ayat secara umum saja.
- Tafsir Maudhu’iy
Kata Maudhu’iy berasal dari bahasa arab yaitu maudhu’ yang merupakan isim maf’ul dari
fi’il madhi “wadha’a” yang berarti meletakkan, menjadikan, mendustakan atau membuat-
buat. Maudhu’I yang dimaksud disini adalah yang dibicarakan atau judul atau topic.
Tafsir maudhu’iy berarti penjelasan ayat-ayat Al-Quran yang mengenai satu judul/topic
pembicaraan tertentu. Pengertian tafsir maudhu’iy (tematik) ialah mengumpulkan ayat-ayat
al-Quran yang mempunyai tujuan yang sama atau serupa membahas judul/topic tertentu dan
mengurutkan sedapat mungkin sesuai dengan masa turunnya selaras dengan sebab-sebab
turunnya, kemudian memperhatikan ayat-ayat tersebut dengan penjelasan-penjelasan,
keterangan-keterangan dan hubungannya dengan ayat-ayat lain, kemudian mengampil
kesimpulan (istimbath) hukum tertentu.
Fungsi metode tafsir mauhu’iy adalah untuk mencari jawaban al-Quran terhadap suatu
masalah tertentu dan memiliki satu tujuan khusus. Caranya :
1. Menentukan tema tertentu,
2. Mengumpulkan ayat-ayat serupa,
3. Kemudian , dipelajari sebab turunnya , keterangan-keterangan, dan sebagai-nya.
4. Pengambilan kesimpulan dengan hukum.
Contoh : ayat-ayat riba dalam al-Quran (Abul A’la al-Maududi), ayat-ayat sabar (Yusuf al-
Qaradhawy), perempuan dalam al-Quran (Abbad al-Aqqad), karya tematik Quraisy Shihab
(tentang jin dan sebagainya), karya tematik lain yang berbasis ayat-ayat al-Quran
Sejarah Tafsir Maudhui
Tafsir-tafsir para ulama kebanyakan menggunakan metode tafsir al-tahliliy yaitu menafsirkan
ayat al-Quran , ayat demi ayat, surah demi surah secara berurutan seperti dalam mushaf,
tanpa memperhatikan judul/tema ayat-ayat yang ditafsirkan. Hal itu umumnya disebabkan :
1. Karena dahulu pada awal pertumbuhan tafsir, mereka masih belum mengambil spesialisasi
dalam ilmu-ilmu pengetahuan tertentu, yang memungkinkan mereka untuk menafsirkan ayat-
ayat al-Quran secara tematik/topic.
2. Karena mereka belum terdesak untuk menggunakan metode maudhui disebabkan
kebanyakan mereka adalah orang-orang yang hafal seluruh isi al-Quran, dan sangat
menguasai segala segi ajaran islam sehingga mereka mampu untuk menghubungkan satu ayat
dengan ayat lain yang sama-sama membicarakan judul/topic tertentu.
Urgensi Tafsir Maudhui
1. Mengetahui hubungan antar ayat al-Quran dalam satu judul bahasan, sehingga bisa
menjelaskan makna ayat-ayat al-Quran dan petunjuknya.
2. Memberikan pandangan pikiran yang lengkap, yang bisa mengetahui seluruh ayat al-Quran
mengenai topic tersebut sekaligus.
3. Menghindari adanya pertentangan dan menolak tuduhan orang yang berniat jahat terhadap al-
Quran. Al-Quran merupakan satu kesatuan.
4. Sesuai dan mengikuti zaman yang menuntut adanya penjelasan al-Quran bagi semua pranata
dan problematika kehidupan manusia.
5. Mempermudah bagi para pengajar untuk mengetahui secara lengkap berbagai macam topic
dalam Al-Quran.
6. Menarik orang untuk mempelajari, menghayati, dan mengamalkan isi al-Quran karena tidak
ada lagi kesenjangan antara ajaran al-Quran dengan kehidupan manusia.
7. Bisa dijadikan pembelajaran di kelas-kelas sesuai tingkatan dan tujuan pembelajaran yang
berbasis al-Quran.
Kelebihan dan Kelemahan Tafsir Maudhu’i
- Tafsir Muqaran
Tafsir Muqaran yaitu penafsiran dengan membandingkan ayat dengan ayat, ayat dengan
hadis atau perbedaan pandangan di antara para ulama dalam suatu masalah. Lebih dekat
dengan cara dan metode tafsir Maudhui (tematik).
Perbandingannya empat konsideran : ayat dengan ayat, ayat-ayat dengan hadis Nabi
Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam . tema dengan tema atau pendapat dengan
pendapat lainnya.
Metode tafsir muqaran adalah “membandingkan ayat-ayat al-Quran yang memiliki
persamaan atau kemiripan redaksi, yang berbicara tentang masalah atau kasus yang
berbeda, dan yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah atau kasus yang sama
atau diduga sama”. Termasuk dalam objek bahasan metode ini adalah membandingkan
ayat-ayat al-Quran dengan sebagian yang lainnya, yang terkesan/tampaknya bertentangan,
serta membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran ayat-ayat
al-Quran tertentu.
Cakupan tafsir muqaran
1. Tafsir muqaran antar ayat merupakan pola penafsiran al-Quran untuk ayat-ayat yang
memiliki kesamaan redaksi maupun kasus atau redaksinya berbeda, namun kasusnya
sama begitu atau sebaliknya.
2. Redaksinya berbeda-beda tapi tema/topiknya sama/serupa (missal : tema riba,
perempuan.)
3. Redaksinya mirip atau sama namun kasus atau temanya berbeda (misal : kisah Nabi musa
& tema-tema yang berbeda-beda).
4. Perbandingan pendapat/pandangan para ulama.
Contoh Tafsir muqaran
1. Pemahaman al-Baqilany dan as-suyuthy dalam I’jaz al-Quran, Az-Zamakhsyary dan Al-
Alusy dalam menafsiri ayat-ayat mutasyabihat . dan sebagainya.
2. Perbandingan kisah Nabi Adam Alaihis sallam. Dalam surah al-Baqarah dan Surah Al-
A’raf.
3. Pengulangan-pengulangan al-Quran terhadap kisah Nabi Adam Alaihis sallam.
Ayat-ayat membahas kasus yang sama dengan redaksi yang berbeda. Surah Al-An’am ayat
151 dengan surah Al-Isra ayat 31.
(قُلْ تَ َعالَوْ ا أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم ۖ أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًى ۖ َوبِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا ۖ َواَل تَ ْقتُلُوا
ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ۖ َواَل َ ق ۖ نَحْ ُن نَرْ ُزقُ ُك ْم َوإِيَّاهُ ْم ۖ َواَل تَ ْق َربُوا ْالفَ َوا ِح ٍ أَ ْواَل َد ُك ْم ِمنْ إِ ْماَّل
ِّ س الَّتِي َح َّر َم هللاُ إِاَّل بِ ْال َح
َق ۖ َذ‘لِ ُك ْم َوصَّا ُك ْم بِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقِلُون َ ) تَ ْقتُلُوا النَّ ْف
Artinya : “ Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan “ ( Al-
Quran surah Al-An’am ayat 151 )
ْ ان ِخ
(طئًا َكبِيرًا ْ ) َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْواَل َد ُك ْم َخ
ٍ شيَةَ إِ ْماَل
َ ق ۖ نَحْ ُن نَرْ ُزقُهُ ْم َوإِيَّا ُك ْم ۚ إِ َّن قَ ْتلَهُ ْم َك
Artinya : “ Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan” (Al-
Quran surah Al-isra ayat 31).
Dua ayat tersebut membahas kasus yang sama, yaitu larangan membunuh anak-anak karena
alas an kemiskinan, namun redaksinya sedikit berbeda. Pertama, dari segi mukhattab
(objek)nya. Mukhatab pada ayat pertama adalah orang miskin, sehingga redaksi yang
ayat kedua adalah orang kaya sehingga redaksi yang digunakan adalah ( ق
ٍ شيَةَ إِ ْماَل َ yang
ْ )خ
berarti karena takut menjadi miskin. Tegasnya, “janganlah kamu membunuh anak-
anakmu karena kamu takut menjadi miskin”. Selanjutnya, pada ayat pertama dhamir
mukhatab di dahulukan dengan maksud untuk menghilangkan kekhawatiran si miskin bahwa
ia tidak mampu memberikan nafkah kepada anaknya, sebab Allah akan memberikan rizki
kepadanya. Jadi, kedua ayat itu menumbuhkan optimism kepada si kaya maupun si miskin.
- Kemukjizatan Al-Quran \
Al-Quran sebagai mukjizat kerasulan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang
abadi. Disaksikan orang-orang sezaman beliau dan terus dibuktikan oleh orang-orang
setelahnya sampai hari kiamat.
Mukjizat : keistimewaan yang diberikan Allah kepada Nabi-Nya untuk membuktikan
kebenaran risalah-Nya sekaligus melemahkan para pendusta dan musuh-musuh Allah.
Mukjizat , dari al-Ajz (lemah /tidak berdaya), al-I’jaz (melemahkan).
Fungsi al-Quran : hidayah , menunjukkan dan menyampaikan pada kebenaran.
Menonjol dari sisi kebahasaan (kebangaan saat wahyu diturunkan).
َ ُت اإْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن َعلَى أَ ْن يَأْتُوا بِ ِم ْث ِل هَ َذا ْالقُرْ أَ ِن الَيَأْت
(ون بِ ِم ْثلِ ِه َولَ ْو ِ قُلْ لَئِ ِن اجْ تَ َم َع
ظ ِهيرًا َ ْض
ٍ ضهُ ْم لِبَع ُ ان بَ ْعَ ) َك
Artinya : “ Katakanlah, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa Al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia ,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”.
Susunan kata
(ِ ) ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ بِ ْالقِ ْس ِط ُشهَدَا َء هلِل : (Al-Quran surah An-nissa : 35), sulitnya berbuat adil
pada orangtua, keluarga dan kerabat. bandingkan , Sulitnya berbuat adil pada musuh / orang
Keserasian
1. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )نyaitu : surah al-munafiqun.
2. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )دyaitu : surah al-ikhlash.
3. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )سyaitu : surah An-Nas.
4. Ada satu surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )لyaitu : surah al-fill.
5. Ada empat surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )رyaitu : surah al-Qamar, al-Qadr, al-
Ashr, dan al-Kautsar.
6. Ada lima surah yang semua ayatnya diakhiri huruf ( )اyaitu : surah al-kahfi, al-Furqan, al-
Fath, al-Jin, dan al-insan.
Rahasia pengulangan
Unik-unik
Hanya ada dua ayat yang diawali dengan huruf ( )غdalam al-Quran : (Surah Ar-Rum : 2, dan
surah Ghafir : 3).
Hanya ada empat ayat yang diawali dengan huruf ( )ش: (surah Al-Baqarah : 185, surah Ali-
imron : 18, surah An-Nahl : 121, surah asy-syura : 13)
Hanya ada 5 ayat yang diawali dengan huruf ( )ص:(surah al-fatihah ; 7 , surah al-baqarah :
18, surah al-baqarah : 138, surah shad : 1, surah al-a’la : 19)
Hanya ada 1 ayat yang di akhiri huru ( )ض: surah Fushilat : 51
Hanya ada 2 ayat yang diakhiri huruf ( )ش: surah al-Qariah : 5, surah Quraisy : 1)
Ada dua ayat yang terdapat seluruh huruf hijaiyah di dalamnya : surah ali-imran : 154 dan
surah al-fath : 29).
2. Al-I’jaz At-Tasyri’iy (Kemukjizatan Syariat)
Maksudnya : tidak ada siapapun yang sanggup turunkan aturan yang menyerupai syariat
Allah ini.
Karakteristik syariat al-Quran
1. Jelas (wadhih) dan tidak rumit
2. Memudahkan (taysir), tidak memberatkan
3. Bertahap (tadarruj) sampai final
4. Bisa / memungkinkan diaplikasikan siapa saja/(applicable) : humanis
5. Cocok untuk semua tempat dan waktu (shalih li kulli zaman wa makan) : universal
6. Sumbernya jelas dari Allah (rabbaniyah)
2. Pengharaman riba
Tahap 1 : dengan sindiran “maka riba itu tidak bertambah disisi Allah” berbeda dengan zakat
yang akan dilipatgandakan Allah (surah ar-rum :39)
Tahap 2 : sindiran lebih tajam , “Allah membenci orang-orang yahudi, salah satu sifatnya :
“riba”/memakan harta haram (surah an-nissa : 160-161)
Tahap 3 : pengharaman riba yang berlipat-lipat, jika hanya sedikit diperkenankan ( surah ali-
imron :130)
Tahap 4 : hukum final “semua jenis riba haram, baik sedikit ataupun banyak” (surah al-
baqarah : 178)
4. hukum waris dalam al-Quran merupakan kesatuan hukum yang integral, bagian-bagiannya
dijelaskan secara detail. Shalat dan zakat yang paling banyak diulang saja ( secara detail
angka-angka rakaat shalat dijelaskan melalui hadis, demikian pula nishab dan kadar zakat.
5. Rahasia banyaknya hukuman/kafarat islam disebut “memerdekakan budak”
mengandung banyak hikmah, diantaranya : berorientasi pada pembebasan penuh manusia dan
mengangkat martabat serta menghilangkan pengkastaan / kelas-kelas social .
Al-Quran
Sains
Kebenaran Kebenaran
Menempatkan SainsMutlak
dan Al-Quran
bersifat
relativebersifat
terus berubah tetap
Suhu
Jarak dari Diamete permukaan Kala Kala
Jumlah
No Planet matahari r (0C) rotasi revolusi
satelit
(juta Km) (Km) sampa (hari) (hari)
Dari
Perbandingan jarak dan waktu “1hari”
i antar planet
1 Merkurius 58 4.9 -170 430 59 88 -
2 Venus 108 12.1 450 480 243 225 -
3 Bumi 150 12.75 -90 50 1hari 365 1
24,6
4 Mars 228 6.8 -120 -130 687 2
jam
Rata-rata(- 10 11,86
5 Yupiter 778 142.7 16
150) jam tahun
Rata-rata(- 10,7 29,5
6 Saturnus 1.425 120 31
190) jam tahun
7 Uranus 2.867 50.8 Rata-rata(- 17 84 27
180) jam tahun
Rata-rata(- 16 165
8 Neptunus 4.486 48,6 11
220) jam tahun