Bangunan Hidrolika - K4 (P1) - Topik 6 - Laporan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

BANGUNAN PENGAMBIL: ANALISIS DIMENSI DAN

STRUKTUR PADA BENDUNG KALIWATES, KABUPATEN


JEMBER

Intake: Dimensions and Structural Analysis of Weir Kaliwates,


Jember Regency
Aga Muwaridho1, Bima Arya Bhagaskara1, Fauziyyah Az Zahra1, Syarif Ikbar1
Kamis - Kelompok 4
1)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Raya Dramaga, Kampus
IPB Dramaga, Bogor 16680
Email: [email protected]

PENDAHULUAN
Selama ini peradaban manusia berkembang sangat pesat. Seiring dengan
meningkatnya kebutuhan manusia khususnya kebutuhan akan air. Perlu dibangun
sarana dan prasarana pemeliharaan air yang memadai. Pengembangan sumber daya
air sungai merupakan bentuk usaha untuk menyediakan dan memanfaatkan air yang
selalu sesuai dengan siklus hidrologi. Pengelolaan air dengan cara yang tidak benar,
maka dapat terjadi kekurangan air di musim kemarau. Mengingat hal tersebut
pengelolaan sumber daya air sangat penting, maka perlu dilakukan upaya untuk
mengelola sumber daya air, agar terjamin ketersediaan air sepanjang tahun. Hal
tersebut dapat diwijudkan dengan pemanfaatan dan pengolahan sumber daya air
yang erat kaitannya dengan pembangunan bangunan hidrolika. Bangunan hidrolik
berfungsi memanfaatkan, mengatur, dan mengendalikan, baik aliran maupun daya
yang terkandung di dalam air.
Pembangunan bendungan memiliki konsep sederhana yaitu sebagai penampung
kelebihan air pada musim hujan sebelum air masuk ke laut, dan akan dimanfaatkan
pada musim kemarau atau dapat pula dimaksudkan untuk mengatur distribusi
ketersediaan air guna memenuhi kebutuhan air pada tempat dan waktu tertentu (Sari
2016). Pada pembangunan bangunan air seperti bendungan diperlukan perencanaan
dan perhitungan yang cermat, agar fungsi dari bangunan air yang akan dibangun
bisa berjalan sebagaimana fungsinya, serta dapat memiliki ketahanan yang baik
dalam menghadapi bencana banjir dan gempa bumi. Bendungan terdiri dari
bangunan pengelak, tanggul banjir, pintu bilas, kantong lumpur, bangunan
pembuang energi, satu atau dua intake, bak penampung, dan lain-lain (Sudjarwadi
1989). Praktikum ini bertujuan menganalisis spesifikasi dimensi pada bangunan
intake serta mengetahui rancangan anggaran biayanya. Selain itu, akan dibahas
terkait detail dan gambar teknik bangunan intake.

TINJAUAN PUSTAKA
Debit Andalan
Debit andalan merupakan debit minimal yang sudah ditentukan yang dapat
dipakai untuk memenuhi kebutuhan air. Perhitungan ini digunakan untuk, masukan
simulasi operasi bangunan daerah kritis dalam pemanfaatan air. Curah hujan yang
diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air adalah curah hujan
rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan, bukan curah hujan pada suatu titik
tertentu. Curah hujan ini disebut sebagai curah hujan daerah dan dinyatakan dalam
mm (Sosrodarsono dan Takeda 1977). Debit andalan dalam arti lain adalah
besarnya debit minimal yang dapat dijamin keandalannya dengan peluang P% atau
mempunyai tingkat resiko kegagalan sebesar (1 - P%). Debit andalan merupakan
debit yang diandalkan untuk suatu probabilitas tertentu. Probabilitas untuk debit
andalan ini berbeda-beda. Keperluan irigasi biasa digunakan probabilitas 80%.
Keperluan air minum dan industri tentu saja dituntut probabilitas yang lebih tinggi,
yaitu 90% sampai dengan 99% (Nugroho dan Tikno 2002). Pemilihan metode debit
andalan yang sesuai umumnya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan seperti
data yang tersedia, jenis kepentingan, dan pengalaman.

Curah Hujan Harian Maksimum


Hujan merupakan faktor penting dalam analisis hidrologi. Curah hujan dapat
diartikan sebagai ketinggian air yang terkumpul dalam tempat yang datar, dengan
asumsi tidak meresap, tidak mengalir, dan tidak menguap ke atmosfer (Tjasyono
2004). Kejadian hujan dipisahkan menjadi dua grup, yaitu hujan aktual dan hujan
rencana. Hujan aktual adalah rangkaian data pengukuran di stasiun hujan yang
secara umum sama dengan karakteristik hujan yang terjadi pada masa lalu
(Prambudi 2012). Hujan rencana merupakan kemungkinan tinggi hujan yang terjadi
dalam kala ulang tertentu sebagai hasil dari suatu rangkaian analisis hidrologi yang
biasa disebut analisis frekuensi (Kurniawan dan Rifai 2008). Hujan rencana inilah
yang diperukan dalam menentukan besarnya hujan efektif yang terjadi sehingga
terjadinya limpasan.

Bangunan Intake
Bangunan pengambilan air (intake) adalah suatu bangunan yang dibuat
sedemikian rupa pada sisi suatu sumber air (umumnya adalah sungai) dengan
maksud agar sebahagian air dari sungai tersebut (air baku) dapat dibelokkan untuk
dimanfaatkan sesuai keinginan. Banguna intake memiliki fungsi menyadap atau
mengambil air baku dari badan air sesuai dengan debit yang diperlukan untuk
pengolahan (DepPU 1986). Pengambilan air dari sungai bisa dilakukan dengan cara
mengambil langsung (menyadap) ataupun dengan cara membuat bendung pada
bagian hilir (upstream) dari sungai (Silitonga dan Hendry 2018). Banguan intake
dibuat dengan dua variasi. Pertama, bangunan intake dibuat langsung di badan
bendung dan langsung berhadapan dengan parit tanpa adanya kantong lumpur. Pipa
penyadapan pada variasi pertama dipasang langsung pada bangunan intake.
Sedangkan pada variasi kedua, bangunan intake dilengkapi dengan bangunan
kantong lumpur untuk mengendapkan sedimen dan di ujung bangunan terdapat pipa
penyadapan menuju reservoir serta saluran penguras. Tipe bangunan intake terdiri
atas 2 macam diantaranya intake samping dan drop intake.

METODOLOGI
Waktu Pelaksanaan
Praktikum dilaksanakan pada Kamis, 23 September 2021 pada pukul 13.00-
16.00 WIB. Praktikum dilakukan secara daring (dalam jaringan) menggunakan
aplikasi Zoom Meeting di rumah praktikan masing-masing. Data sekunder yang
digunakan berasal dari publikasi ilmiah yang diperoleh secara online. Praktikum
dilakukan dengan cara presentasi online melalui aplikasi Zoom Meeting. Alat dan
bahan yang digunakan pada praktikum ini berupa Microsoft Word, Microsoft
Power Point, Google Chrome, serta literatur ilmiah terkait bangunan intake pada
Waduk Kaliwates. Langkah-langkah pengerjaan dapat dilihat pada diagram alir
yang disajikan pada Gambar 1.

Mulai

Lokasi yang dijadikan sebagai studi kasus ditentukan, yaitu bangunan intake di
Waduk Kaliwates, Kabupaten Jember

Parameter desain bangunan intake ditentukan

Dimensi bangunan intake ditentukan

Gambar teknik bangunan intake dibuat

Arahan konstruksi dan rancangan anggaran biaya (RAB) bangunan intake Kaliwates
ditentukan

Selesai

Gambar 1 Diagram alir prosedur praktikum

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pemerintah Daerah Kaliwates merencanakan pembangunan pembangkit listrik
dengan menggunakan tenaga air. Hasil penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa
debit rencana yang digunakan sebesar 3,00 m3/dt, debit banjir rencana dengan
periode ulang 100 tahun sebesar 169,9 m3/detik, dan power listrik yang dihasilkan
adalah 2,12 MW. Bendungan Kaliwates memiliki tipe intake yakni drop intake.
Elevasi dasar sungai +635,5 mdpl. Kedalaman maksimum air sungai (h) didapatkan
sebesar 1,13 m. Elevasi muka air hilir sebesar +636,63 mdpl. Lebar bendung
sebesar 15 m dengan debit intake 3,6 m3/dt. Perencanakan panjang saringan
dilakukan beberapa proses perencanaan diantaranya perencanaaan lebar celah dan
jarak antar sumbu pada saringan. Lebar celah antara 2 saringan (n) yakni 0,03 m
serta lebar jarak antar sumbu saringan (m) yakni 0,05 m. Debit persatuan lebar (q)
0,24 m3/dt/m, kedalaman aliran kritis (hc) 0,18 m dengan sudut kemiringan
saringan (α) rencana 24o. Kedalaman aliran di hulu (h1) sebesar 0,146 m. Panjang
saringan pengambil yakni 1,60 m. Saluran pengumpul didesain dengan lebar 1,5 m,
debit rencana 3,6 m3/det. Kemiringan saluran pengumpul sebesar 0,01 dengan
tinggi saluran 1,5 m.
Gambar 2 Dimensi drop intake

Gambar 3 Bangunan drop intake

Gambar 4 Denah kombinasi bendung mercu ogee, drop intake dan peredam energi
bak tenggelam
Gambar 5 Tampak samping bendung kombinasi mercu ogee, drop intake, dan
peredam energi bak tenggelam

Stabilitas bendung kombinasi mercu ogee, drop intake, dan peredam energi bak
tenggelam dianalisis pada 2 kondisi yakni pada kondisi air normal dan air banjir.
Gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya akibat berat bendung sendiri, gaya gempa, gaya
tekanan hidrostatis, dan gaya akibat tekanan lumpur pada kondisi air normal.
Kontrol terhadap guling yakni 5,755. Kontrol terhadap geser 2,24. Kontrol terhadap
daya dukung tanah dengan lebar dasar bendung 11,68 m yakni terbagi menjadi
tegangan tanah maksimum 5,80 t/m2 dan tegangan tanah minimum 4,23 t/m2.
Kondisi pada air banjir yakni kontrol terhadap guling yakni 5,683. Kontrol terhadap
geser 2,01. Kontrol terhadap daya dukung tanah dengan lebar dasar bendung 11,68
m yakni terbagi menjadi tegangan tanah maksimum 3,81 t/m2 dan tegangan tanah
minimum 3,81 t/m2. Sehingga kontrol terhadap guling, geser, dan daya dukung
tanah pada kondisi air normal dan banjir aman.

Gambar 6 Gaya-gaya pada kondisi air normal pada bendung kombinasi mercu
ogee, drop intake dan peredam energi bak tenggelam
Gambar 7 Gaya-gaya pada kondisi air banjir pada bendung kombinasi mercu
ogee, drop intake dan peredam energi bak tenggelam

Gambar 8 Potongan melintang bendung dengan kombinasi mercu ogee, drop


intake, dan peredam energi bak tenggelam

Pada suatu lembah yang sempit, tidak mungkin untuk melakukan penggalian
fondasi bendungan tanpa mengalihkan aliran sungai terlebih dahulu. Untuk kondisi
lembah sempit ini, pengelakan sungai melalui terowongan akan lebih layak
dibandingkan saluran konduit. Terowongan tersebut dapat dibuat pada satu sisi
bukit tumpuan atau pada dua bukit tumpuannya. Terowongan pengelak ini dapat
dimanfaatkan dan dikombinasikan sebagai bangunan pelimpah, sehingga dapat
menekan biaya proyek secara keseluruhan (contoh bendungan Batutegi di
Lampung).

Gambar 9 Ilustrasi terowongan pengelak disatukan dengan pelimpah, Bendungan


Batutegi, Lampung

Selanjutnya dilanjutkan pada proses dewatering dimana pengalihan air


seluruhnya melalui terowongan pengaliran. Bila lebar sungai tidak terlalu lebar
biasanya cara ini yang dipakai. Kemudian coffer dam (bendungan pembantu) dapat
dimanfaatkan sebagai bagian dari bendungan untuk menjaga adanya aliran balik
(back water) dari outlet terowongan pengelak maka pada bagian belakang
konstruksi bendungan perlu pula dibuat coffer dam hilir yang sifatnya sementara
asal cukup untuk menahan air agar tidak membalik. Coffer dam (bendungan
pembantu) hulu biasanya dipergunakan menjadi bangunan tetap merupakan bagian
dari bendungan sedangkan yang bagian hilir pada umumnya dibongkar, mengingat
bila coffer dam hulu gagal menahan banjir maka resiko yang diakibatkan akan fatal
baik dari segi biaya maupun waktu.

Gambar 10 Ilustrasi penempatan coffer dam

Gambar 11 Harga satuan bahan dan upah pekerjaan konstruksi wilayah Kabupaten
Jember
Gambar 12 Harga satuan pekerjaan wilayah Kabupaten Jember

Gambar 13 Harga satuan pekerjaan wilayah Kabupaten Jember (lanjutan)


Gambar 14 Rencana anggaran biaya pada bendung dengan kombinasi mercu ogee,
drop intake, dan peredam energi bak tenggelam

Rencana anggaran biaya dibutuhkan perhitungan volume galian dan timbunan,


volume pekerjaan, upah dan harga satuan pekerjaan, dan analisis harga satuan
pekerjaan yang nantinya digunakan sebagai acuan di dalam perhitungan rencana
anggaran biaya (RAB). Volume galian tanah, volume pasangan batu pada bendung
dengan kombinasi mercu ogee, drop intake, dan peredam energi bak tenggelam
yakni 241.1085 m3 dan 782.35 m3. RAB untuk pekerjaan intake adalah sebesar
Rp158.555.888,62. RAB total yang digunakan untuk membangun bendung mercu
ogee, drop intake, dan peredam energi bak tenggelam sebesar Rp1.164.897.822,30.

Kesimpulan
Bendungan Kaliwates memiliki tipe intake yakni drop intake. Lebar bangunan
intake sebesar 15 m dengan debit intake 3,6 m3/dt. Perencanakan panjang saringan
dilakukan beberapa proses perencanaan diantaranya perencanaaan lebar celah dan
jarak antar sumbu pada saringan. Lebar celah antara 2 saringan (n) yakni 0,03 m
serta lebar jarak antar sumbu saringan (m) yakni 0,05 m. Debit persatuan lebar (q)
0,24 m3/dt/m, kedalaman aliran kritis (hc) 0,18 m dengan sudut kemiringan
saringan (α) rencana 24°. Gaya-gaya yang bekerja yaitu gaya akibat berat bendung
sendiri, gaya gempa, gaya tekanan hidrostatis dan gaya akibat tekanan lumpur pada
kondisi air normal. Kontrol terhadap guling, geser, dan daya dukung tanah pada
kondisi air normal dan banjir aman. Volume galian tanah, volume pasangan batu
pada bendung dengan kombinasi mercu ogee, drop intake dan peredam energi bak
tenggelam yakni 241.1085 m3 dan 782.35 m3. Adapun arahan konstruksi pada
penelitian ini diilustrasikan berdasarkan Bendungan Batutegi, dimana terdapat
terowongan pengelak dan serangkain dewatering menggunakan coffer dam. RAB
untuk pekerjaan intake adalah sebesar Rp158.555.888,62. Bendung mercu ogee,
drop intake dan peredam energi bak tenggelam RAB yang digunakan sebesar
Rp1.164.897.822,30.
Daftar Pustaka
[DepPU] Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Pengairan. 1986.
Standar Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01, KP-02, KP-03, KP-04, KP-05,
KP-06 dan KP-07. Bandung (ID): Ditjen Pengairan Dep. PU Galang Persada.
Hariyanto IR, Rohmatulloh MF. 2020. Metode Pelaksanaan Bendungan Way Apu
Kabupaten Buru Provinsi Maluku. Surabaya (ID): Institut Teknologi Sepuluh
November (ITS).
Kurniawan D, Rifai M. 2008. Perencanaan Embung Pusporenggo Kabupaten
Boyolali, Jawa Tengah [tugas akhir]. Semarang (ID): Universitas
Diponegoro.
Nugroho SP dan Tikno S. 2002. Evaluasi peningkatan hasil curah hujan dan
ketersediaan air akibat kegiatan teknologi modifikasi cuaca di DAS Citarum.
Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca. 3(1): 200-213.
Prambudi Y. 2012. Perencanaan Bangunan Pengendali Sedimen Pada Sungai
Sampean [skripsi]. Jember (ID): Universitas Jember.
Sari AK. 2016. Kajian pendapatan pengelolaan Waduk Batu Besi PLTA
KAREBBE. Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik . 1(1): 55-62.
Silitonga B, Hendry. 2018. Perencanaan hidrolis pintu pada bangunan pengambilan
air (intake). Jurnal Rekayasa Konstruksi Mekanika Sipil. 2(1): 73-77.
Sosrodarsono S, Takeda A. 1977. Bendungan Tipe Urugan. Jakarta (ID): Erlangga.
Sudjarwadi. 1989. Operasi Waduk . Yogyakarta (ID): UGM PAU Ilmu-Ilmu
Teknik.
Tjasyono BKH. 2004. Meteorologi Terapan. Bandung (ID): ITB.

Anda mungkin juga menyukai