Menguraikan Prosedur Mencatat Goodwill Dan Biaya Litbang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

3.

Menguraikan Prosedur Mencatat Goodwill dan Biaya Litbang


Goodwill adalah semua kelebihan yang terdapat dalam suatu usaha seperti letak
perusahaan yang baik, nama yang terkenal dan pimpinan yang ahli. Secara akuntansi,
goodwill definisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di atas keadaan
normal yang diakibatkan oleh adanya faktor-faktor tertentu. Laba di atas keadaan normal
adalah suatu tingkat pendapatan dari investasi yang melebihi jumlah yang akan dapat menarik
investor dalam bidang usaha tersebut.
Goodwill dicatat dalam pembukuan bila timbul dari :
 Pembelian
 Transaksi-transaksi perusahaan seperti merger, reorganisasi, perubahan bentuk perusahaan,
pembelian sebagian perusahaan atau perubahan pemilikan dalam firma.
Dalam pembelian suatu perusahaan, pendapatan perusahaan di masa lalu dipakai
sebagai dasar untuk menaksir pendapatan-pendapatan yang akan datang. Jadi taksiran laba
yang akan datang ini yang akan dibeli dan dipakai untuk menentukan besarnya goodwill yang
akan dibayar. Sebelum menghitung goodwill harus ditentukan terlebih dahulu nilai aktiva
yang ada (selain goodwill). Dasar yang digunakan biasanya adalah harga pasar atau jumlah
yang akandapat direalisasi dari aktiva tersebut. Perbedaan antara jumlah uang yang
dibayarkan dengan nilai bersih aktiva merupakan jumlah goodwill. Besarnya jumlah goodwill
tergantung pada perundingan harga tapi pembeli bisa memakai beberapa metode untuk
menentukan besarnya goodwill.
1. Pencatatan Goodwill
a. Goodwill yang diciptakan secara internal
Kieso et al (2011:629) menjelaskan, goodwill yang dihasilkan secara internal tidak
boleh dikapitalisasi dalam akun, karena pengukuran komponen goodwill terlalu kompleks
dan menghubungkan biaya untuk manfaat kedepan sangat sulit.
b. Goodwill yang dibeli
Kieso et al (2011:629-632) menjelaskan, goodwill hanya dicatat jika keseluruhan
perusahaan dibeli, karena goodwill merupakan suatu penilaian “going concern” dan tidak
dapat dipisahkan dari perusahaan secara keseluruhan. Biaya goodwill diukur dengan
perbedaan antara biaya kelompok aset perusahaan yang diakuisisi dan jumlah biaya yang
dibebankan dari setiap aset berwujud dan aset tidak berwujud yang dapat diidentifikasi yang
diakuisisi dikurangi kewajiban yang ditanggung, prosedur penilaian ini disebut sebagai
pendekatan penilaian induk.
Fair Value Jurnal
Kas Rp 205.000 Kas Rp 205.000
Piutang Rp 18.000 Piutang Rp 18.000
Persediaan Rp 122.000 Persediaan Rp 122.000
Supplies Rp 35.000 Supplies Rp 35.000
Paten Rp 25.000 Paten Rp 25.000
Kewajiban Rp (55.000) Goodwill Rp 50.000
FV yang dapat diidentifikasi Rp 350.000 Kewajiban Rp 55.000
Harga beli Rp 400.000 Kas Rp 400.000
Nilai dibebankan pada goodwill Rp 50.000    

Metode-metode yang dipakai untuk menghitung goodwill akan diuraikan berikut ini :
Sebagai ilustrasi penggunaan metode perhitungan goodwill dipakai contoh perusahaan
PT Hebat Jaya Makmur sebagai berikut :
Laba bersih (tidak termasuk elemen-elemen luar biasa) :
2011 Rp 5.000.000
2012 Rp 4.500.000
2013 Rp 4.500.000
2014 Rp 6.000.000
2015 Rp 5.500.000
Jumlah Rp 25.000.000
Pendapatan bersih rata-rata per tahun Rp 25.500.000 : 5 = Rp. 5.100.000.
Pendapatan tiap tahun yang akan datang ditaksir sebesar = Rp 5.000.000
Pada tanggal 1 Januari 2016 aktiva (tanpa goodwill) dinilai sebesar Rp. 45.000.000, utang
sebesar Rp. 5.000.000
a. Kapitalisasi Pendapatan Bersih Rata-rata
Dalam cara ini jumlah yang akan dibayarkan untuk perusahaan yang dibeli dihitung
dengan mengkapitalisasi taksiran pendapatan yang akan datang dengan tarif. Tarif ini
menunjukkan hasil yang diharapkan dan investasi tersebut. Selisih jumlah yang akan
dibayarkan dengan nilai bersih aktiva adalah jumlah yang akan dicatat sebagai goodwill.
Misalnya, hasil dari investasi diharapkan sebesar 10% maka jumlah yang akan
dibayar dihitung sebagai berikut :
Jumlah yang dibayarkan :
Rp 5.000.000 x 100/10 = Rp 50.000.000
Taksiran Nilai Aktiva
Rp 45.000.000 – Rp 5.000.000 = Rp 40.000.000
Goodwill Rp 10.000.000
b.Kapitalisasi Kelebihan Pendapatan Rata-rata
Dalam cara ini perhitungan goodwill didasarkan pada pendapatan bersih rata-rata
dan nilai aktiva yang akan dibeli. Misalnya dari contoh di atas, hasil yang diharapkan dari
investasi tersebut sebesar 10% dan kelebihan pendapatan akan dikapitalisir dengan tarif
20%. Kelebihan pendapatan dihitung sebagai berikut :

Hasil yang normal : 10% x Rp 40.000.000 = Rp 4.000.000


Taksiran pendapatan per tahun yang akan datang = Rp 5.000.000
Kelebihan pendapatan per tahun Rp 1.000.000
Harga beli perusahaan (termasuk goodwill) dihitung sebagai berikut :
Nilai Aktiva :
Rp 45.000.000 – Rp 5.000.000 = Rp 40.000.000
Nilai Goodwill :
Rp 1.000.000 x 100/2 = Rp 5.000.000
Terkadang pembayaran terhadap kelebihan pendapatan dinyatakan dalam bentuk
waktu. Jadi kapitalisasi kelebihan pendapatan dengan tariff 20% adalah sama dengan
pembayaran kelebihan pendapatan selama 5 tahun (100% : 20% = 5).
Bila perusahaan dibeli tanpa perhitungan goodwill tersendiri maka aktiva yang dibeli
harus dinilai dan selisih dengan jumlah yang dibayarkan dicatat sebagai goodwill.
Bila perusahaan ditukar dengan saham maka jika ada selisih antara nilai nominal
saham dengan nilai aktiva (termasuk goodwill) dicatat sebagai Agio/Disagio Saham.
Misalnya :
Aktiva nilainya = Rp 40.000.000
Goodwill = Rp 5.000.000
Ditukar dengan 40.000 lembar saham dengan nominal Rp. 1.000.000
Jurnal yang dibuat oleh perusahaan yang mengeluarkan saham untuk mencatat transaksi di
atas adalah sebagai berikut :
Aktiva Rp 40.000.000  
Goodwill Rp 5.000.000  
Modal Saham   Rp 40.000.000
Agio Saham   Rp 5.000.000
Goodwill yang diperkirakan umurnya tidak terbatas akan dicatat dengan dasar harga
perolehannya. Tapi bila keadaan menunjukkan bahwa kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh
perusahaan sudah berkurang dan kelebihan-kelebihan ini sebelumnya dicatat sebagai
goodwill maka diadakan penyesuaian terhadap goodwill. Pengurangan ini akan dibebankan
sebagai elemen-elemen luar biasa. Terkadang pengurangan ini akan dibebankan sebagai
biaya bila dianggap ada hubungannya dengan penghasilan periode tersebut. Jika goodwill
umurnya terbatas maka dilakukan amortisasi setiap periode.
c. Pencatatan Litbang
Biaya penelitian dan pengembangan dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tak
berwujud. Akan tetapi, akuntansi untuk biaya penelitian dan pengembangan akan disajikan
disini, karena aktivitas penelitian dan pengembangan seringkali menghasilkan pengembangan
sesuatu yang dipatenkan atau diberi hak cipta (seperti produk baru, proses, ide, rumus,
komposisi, atau hasil sastra). Biaya penelitian dan pengembangan adalah biaya yang nyata-
nyata dikeluarkan untuk pengembangan produksi (product development), serta biaya untuk
meningkatkan efisiensi perusahaan termasuk teknologi untuk pengembangan proses (process
technology).
Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan pengembangan
guna menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang ada, dan
menemukan pengetahuan baru yang dapat bermanfaat di masa depan.Kesulitan dalam
akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan pengembangan adalah :
1. Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek, ataupencapaian
tertentu.
2. Menentukan besarnya manfaat di masa depan serta lamanya waktu manfaat tersebut dapat
direalisasi.
Karena ketidak pastian yang terakhir ini, maka praktek akuntansi di bidang ini telah
disederhanakan dengan mensyaratkan bahwa semua biaya penelitian dan pengembangan
harus dibebankan ke beban pada saat terjadinya. Biaya yang berkaitan dengan aktivitas R &
D dan perlakuan akuntansi terhadap biaya tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bahan, peralatan, dan Fasilitas. Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu
memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek penelitian dan pengembangan
lain atau yang lainnya) kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.
2. Personil. Gaji, upah, dan biaya lainnya yang berhubungan dengan personil yang terlibat
dan R & D harus dibebankan ketika terjadi.
3. Aktiva tak berwujud yang dibeli. Dicatat langsung sebagai beban, kecuali jika pos-pos itu
memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam proyek R & D lain, atau yang lainnya)
kemudian kapitalisasi dan amortisasikan.
4. Jasa kontrak. Biaya jasa yang dilakukan oleh pihak lain sehubungan dengan pelaporan R &
D perusahaan harus harus dibebankan ketika terjadi.
5. Biaya tak langsung. Alokasi yang tepat atas biaya tak langsung harus termasuk dalam
biaya R & D, kecuali untuk biaya administrasi dan umum, yang secara jelas harus
berhubungan agar dapat dimasukkan dan dicatat sebagai beban.
Sejalan dengan butir no. 1 diatas, jika suatu perusahaan memiliki fasilitas penelitian
yang terdiri dari bangunan, laboratorium, dan peralatan yang melakukan aktivitas penelitian
dan pengembangan (R & D) serta yang memiliki kegunaan alternatif di masa depan (dalam
proyek R & D lain, atau yang lainnya), maka fasilitas tersebut harus diperhitungkan sebagai
aktiva operasional yang dikapitalisasi. Penyusutan dan biaya lainnya yang berhubungan
dengan fasilitas penelitian seperti itu diperhitungkan sebagai beban R & D atau penelitian dan
pengembangan (Kieso, Weygandt, Warfield, 2002).
Menurut W. Thomas Lin W dan Miklos A. Vasarherlyi (1980) dalam Jurnal
Accounting and Financial Control For R&D Expenditures sebelum perusahaanmelakukan
penelitian dan pengembangan, hendaknya harus dilakukan penganggaran terlebih dahulu.
Hal-hal yang terkait dengan penganggaran penelitian dan pengembangan adalah :
1. Kegiatan pengembangan harus berkesinambungan.
2. Mengestimasikan biaya.
3. Mengestimasikan pendapatan.
4. Menganggarkan penelitian yang telah terpilih sebagai kapital atau dikapitalisasi
CONTOH KASUS GOODWILL
PT. Maju Terus memperoleh laba bersih dari tahun 2005 sampai dengan 2009 adalah
sebagai berikut :
Tahun 2005 Laba bersih Rp250.000.000
           2006 Laba bersih Rp350.000.000
           2007 Laba bersih Rp300.000.000
           2008 Laba bersih Rp250.000.000
           2009 Laba bersih Rp400.000.000
Total Rp1.550.000.000

Pada tanggal 1 Januari 2010 aset perusahaan (tidak termasuk goodwill) adalah sebesar
Rp2.500.000.000 dengan Utang Rp250.000.000. maka hitunglah good will dengan
menggunakan metode :
1. Kapitalisasi penghasilan bersih rata – rata
2. Kapitalisasi kelebihan penghasilan rata – rata

Pembahasan :
1.      Kapitalisasi Penghasilan Rata – Rata
Penghasilan Rata - Rata : Rp1.550.000.000 / 5 = Rp310.000.000 / Tahun
Estimasi Penghasilan adalah Rp 310.000.000
Jumlah yang dibayar : ( 310.000.000 x 100/10 )             =   Rp3.100.000.000
Nilai bersih aset : ( Rp2.500.000.000 – 250.000.000)     = (Rp2.250.000.000)
Nilai Goodwill                                                                 =   Rp   850.000.000

2.      Kapitalisasi Kelebihan Penghasilan Rata – Rata


Estimasi Penghasilan yang akan datang                           = Rp3.100.000.000
Nilai bersih aset                                                                 = Rp2.250.000.000
Kelebihan Penghasilan                                                      = Rp   850.000.000
Proyeksi hasil investasi 10% x 850 Juta                            = Rp     85.000.000
Good will = 100/25 x Rp85.000.000                                = Rp   340.000.000

Anda mungkin juga menyukai