Titrasi Asam Basa

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 9

TITRASI ASAM BASA

(Laporan Praktikum Kimia Dasar)

Oleh

Frido Yoga Saputra


2014111019

JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indikator pH sangat penting keberadaannya terutama dalam bidang kimia yang
digunakan untuk analisis volumetri. Salah satu metode dalam analisis tesebut
adalah titrasi asam basa atau titrasi netralisasi. Pada titrasi ini melibatkan
penambahan indikator yang berfungsi membantu menentukan titik ekivalen yang
ditandai dengan mengamati terjadinya perubahan warna pada akhir titrasi.
Indikator yang dgunakan dalam titrasi penetralan dinamakan indikator asam basa.
(Agustian Yazid E., Mishbachul Munir M., 2018)

Indikator merupakan suatu senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan asam
maupun basa dengan adanya perubahan warna sesuai dengan konsentrasi ion
hidrogen melalui proses titrasi. Indikator yang digunakan pada titrasi basa kuat-
asam kuat biasanya berupa indikator sintetis, misalnya indikator fenolftalein (pp).
Indikator ini merupakan indikator sintetis yang dijual di pasaran dengan harga
yang relatif mahal, dapat menyebabkan polusi kimia, ketersediaan yang terbatas
dan biaya produksi yang tinggi (Nuryanti, dkk., 2010).

Titrasi adalah metode penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Dalam hal ini, suatu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti (larutan standar), ditambahkan secara
bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia
antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Sebelum basa ditambahkan
harga pH adalah larutan asam kuat, sehingga pH < 7 dan ketika basa ditambahkan
sebelum titik ekivalen, harga pH ditentukan oleh asam lemah. Pada titik ekivalen
jumlah basa yang ditambahkan secara stokiometri ekivalen terhadap jumlah asam
yang ada. Oleh karena itu pH ditentukan oleh larutan garam (pH=7). Titik
ekivalen dalam titrasi adalah titik keadaan (kuantitas) asam-basa dapat ditentukan
secara stokiometri. (Dwiana Chandra A., Cordova H. ST, MT. 2012)

1.2 Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Praktikum Kimia Dasar tentang Titrasi Asam Basa
yaitu:
1. Mempelajari dan menerapkan teknik titrasi untuk menganalisis contoh yang
mengandung asam.
2. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel yang digunakan.
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan praktikum kali ini meliputi:
A. Alat
1. Pipet ukur 2. Pipet tetes
3. Erlenmeyer 250 mL 4. Buret 50 mL
5. Corong 6. Botol semprot

B. Bahan
1. 0,1 N NaOH 2. Akuades
3. 0,1 N HCl 4. Indikator phenolptalein (pp)
5. Cuka dapur

2.2 Metode
Prosedur selama melakukan praktikum ada 2, yaitu menggunakan standarisasi
larutan NaOH 0,1 N dan penentuan kadar asam asetat di dalam cuka dapur dengan
menggunakan 0,1 N NaOH 0,1 N NaOH:

A. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N


1) Cuci dengan baik buret 50 mL, selanjutnya bilas dengan akuades.
2) Bilas buret dengan 5 mL NaOH dengan cara memiringkan dan memutar buret
untuk membasahi permukaan dalam buret.
3) Isi buret dengan larutan NaOH hingga mencapai angka nol dan alirkan larutan
untuk mengeluarkan gelembung udara pada ujung buret dan isi buret kembali.
4) Siapkan dua Erlenmeyer 250 mL dan masukkan 10 mL larutan 0,05 N HCl ke
dalam masing-masing Erlenmeyer tersebut.
5) Pada setiap Erlenmeyer tambahkan tiga tetes indikator pp.
6) Catat volume awal buret, kemudian titrasi larutan HCl dengan mengalirkan
sedikit demi sedikit NaOH di dalam buret. Bila warna merah muda yang
terbentuk bertahan sampai 30 detik, hentikan titrasi dan catat volume akhir
NaOH pada buret. Lakukan hal yang sama pada Erlenmeyer kedua.
7) Hitunglah normalitas NaOH yang digunakan. Jika normalitas NaOH dari
kedua hasil menunjukkan perbedaan lebih besar daripada 0,002 N, lakukan
standarisasi sekali lagi.

B. Penentuan kadar asam asetat di dalam cuka dapur dengan menggunakan 0,1 N
NaOH
1) Cuci dengan baik buret 50 mL, selanjutnya bilas dengan air suling.
2) Bilas buret dengan 5 mL 0,1 NaOH dengan cara memiringkan dan memutar
buret untuk membasahi permukaan dalam buret.
3) Isi buret dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi hingga
mencapai angka nol dan alirkan larutan untuk mengeluarkan gelembung
udara pada ujung buret dan isi buret kembali.
4) Siapkan dua Erlenmeyer 250 mL dan masukkan 1 mL larutan cuka dapur ke
dalam masing-masing Erlenmeyer tersebut.
5) Pada setiap Erlenmeyer tambahkan 20 mL aquades dan tiga tetes indikator
pp.
6) Catat volume awal buret, kemudian titrasi larutan cuka dapur dengan
mengalirkan sedikit demi sedikit 0,1 N NaOH di dalam buret. Bila warna
merah jambu yang terbentuk bertahan sampai 30 detik, hentikan titrasi dan
catat volume akhir 0,1 N NaOH pada buret. Lakukan hal yang sama pada
Erlenmeyer kedua.
7) Hitunglah konsentrasi asam asetat yang terkandung dalam cuka dapur
tersebut. Jika perbedaan dari kedua hasil lebih besar dari 0,05%, ulangi
percobaan sekali lagi
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Terdapat perbandingan cara titrasi antara yang digunakan di modul panduan
praktikum dan yang berada di jurnal google, yaitu:
1. Didalam modul praktikum, cara yang digunakan untuk proses titrasi yaitu
menggunakan indikator PP dan larutan NaOH yang diteteskan kedalam larutan
HCL dan cuka dapur, sehingga diperoleh perubahan warna pada larutan
didalam tabung enlemeyer. Sedangkan pada jurnal dari google, tidak
menggunakan indikator PP dan larutan NaOH, melainkan menggunakan
indikator alami yang mudah untuk didapat, seperti menggunakan ekstrak daun
adam hawa (Rhoeo discolor), dan juga menggunakan eksrak daun pucuk merah
(Syzygium campanulatum korth).
2. Walaupun didalam indikator antara yang terdapat di modul panduan praktikum
dan jurnal di google berbeda, tetapi memiliki kesamaan yaitu memiliki
kesamaan, yaitu sama-sama memasukkan beberapa tetes indikator ke dalam
larutan hingga adanya perubahan warna pada larutan tersebut.

3.2 Pembahasan
Titrasi asam basa adalah suatu prosedur untuk menentukan kadar (pH) suatu
larutan asam/basa berdasarkan reaksi asam basa. Kadar larutan asam dapat
ditentukan dengan menggunakan larutan basa yang sudah diketahui kadarnya, dan
sebaliknya kadar larutan basa dapat ditentukan dengan menggunakan larutan asam
yang sudah diketahui kadarnya. Titrasi yang menyandarkan pada jumlah volume
larutan disebut titrasi volumetri. Pengukuran volum diusahakan setepat mungkin
dengan menggunakan alat-alat, seperti buret dan pipet volumetri.

Larutan yang akan dicari kadarnya dimasukkan ke dalam labu erlemeyer,


sementara larutan yang sudah diketahui kadarnya dimasukkan ke dalam buret.
Sebelum memulai titrasi, larutan yang akan dititrasi ditetesi larutan indikator.
Jenis indikator yang digunakan disesuaikan dengan titrasi yang dilakukan,
misalnya Fenolftalein untuk titrasi asam kuat oleh basa kuat.

Secara teknis, titrasi dilakukan dengan cara mereaksikan sedikit demi sedikit
larutan penitrasi melalui buret, ke dalam larutan yang akan dititrasi dalam labu
erlemeyer. Penambahan dilakukan terus menerus sampai kedua larutan tepat habis
bereaksi yang ditandai dengan berubahnya warna indikator. Kondisi pada saat
terjadi perubahan warna indikator disebut titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi
diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam
habis bereaksi dengan larutan basa. Pendekatan antara titik akhir titrasi dan titik
ekuivalen titrasi bergantung pada pH perubahan warna dari larutan indikator. Jika
perubahan warna indikator terletak pada pH titik ekuivalen, maka titik akhir titrasi
sama dengan titik ekuivalen. Akan tetapi, jika perubahan warna terjadi setelah
penambahan larutan penitrasi yang berlebih, maka titik akhir titrasi berbeda
dengan titik ekuivalen. Perbedaan antara titik akhir titrasi dengan titik ekuivalen
disebut kesalahan titrasi. Besar kecilnya kesalahan titrasi ditentukan oleh
pemilihan indikator. Jika indikator yang digunakan tepat, maka kesalahan
titrasinya kecil.

Dalam titrasi, ada saat dimana terjadi perubahan pH secara drastis. Kondisi ini
terjadi saat titrasi mendekati titik ekuivalen. Perubahan ini akan tetap terjadi
meskipun larutan penitrasi yang ditambahkan sangat sedikit. Titik ekuivalen
dalam titrasi berbeda-beda tergantung jenis titrasinya. Titrasi asam kuat oleh basa
kuat dan sebaliknya mempunyai titik ekuivalen pada pH 7. Titik ekuivalen titrasi
asam lemah oleh basa kuat terjadi pada pH basa, antara 8 dan 9. Sementara titik
ekuivalen titrasi basa lemah oleh asam kuat berada pada pH asam.
BAB IV
KESIMPULAN

Setelah melakukan Praktikum Kimia Dasar tentang Titrasi Asam Basa, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum mengetahui teknik titrasi suatu larutan untuk menganalisis contoh


larutan asam, pertama-tama yaitu dengan mengetahui terlebih dahulu nama
larutan dan berapa pH nya. jika pH nya 1-6 itu Asam, jika pHnya 7 maka
larutan garam dan jika pH 8-14 itu larutan basa, setelah itu mengetahui proses
atau teknik titrasi, dan kemudian memahami proses pembacaan data apakah
larutan tersebut bersifat asam atau tidak.

2. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel yang digunakan dengan


menggunakan rumus sebagai berikut.

( )
DAFTAR PUSTAKA

Agustian Yazid E., Mishbachul Munir M., 2018. Potensi Antosianin Dari Ekstrak
Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Sebagai Alternatif Indikator Titrasi
Asam Basa. Jurnal Sains. 8(15). ISSN 2087-0725.

Chandra, Achmad Dwiana dan Hendra Cordofa. 2012.Rencana Bangun Kontrol


pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptif Control. Jurnal Teknik
Pomits, 1(1).

Dwiana Chandra Achmad, Cordova Hendra ST, MT., 2012. Rancang Bangun
Kontrol pH Berbasis Self Tuning PID Melalui Metode Adaptive Control.
Jurnal Teknik Pomits. 1(1):1-6.

Nuryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. dan Raharjo, T.J., 2010. Indikator Titrasi
Asam-Basa dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus rosa sinensis L). Jurnal
Agritech, 30(3):178-183.

Ratnasari, Sinta, Dede Suhendra, Vina Amalia. 2016.Studi Potensi Ekstra Daun
Adam Hawa (Rhoeo discolor) Sebagai Indikator Titrasi Asam Basa. Jurnal
Chimica et Natura Acta, 4(1).

Anda mungkin juga menyukai