Spiral of Silence-2
Spiral of Silence-2
Spiral of Silence-2
Spiral of Silence
Spiral of Silence
Ilmu komunikasi dibangun oleh sejumlah teori yang bersumber dari berbagai disiplin
ilmu, oleh karenanya ilmu komunikasi disebut sebagai ilmu yang multi disipliner. Untuk
memahami teori komunikasi maka terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan
teori dan apa saja fungsi dari pada teori tersebut.
Teori dikemukakan oleh Syam (2010), Dikatakan bahwa sebuah teori merupakan
seperangkat konstruk (konsep) yang mengemukakan suatu pandangan tentang suatu fenomena
secara sistematis dengan tujuan menjelaskan maupun memprediksi fenomena tersebut. Secara
spesifik, Stanley J Baran (Morissan, 2010). mengemukakan teori komunikasi massa sebagai
penjelasan atau perkiraan terhadap gejala sosial, yang berupaya untuk menghubungkan
komunikasi massa kepada berbagai aspek kehidupan kultural dan personal atau sistem sosial.
Berdasarkan definisi teori yang telah dikemukakan para ahli, secara bebas dapat
dikatakan bahwa teori komunikasi adalah penjelasan atau perkiraan tentang fenomena
komunikasi dan kaitan dengan berbagai aspek kehidupan manusia.1
Untuk memahami teori ini ada baiknya diawali dari pengertian secara harfiah dari kata
spiral of silence. Bila diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia maka secara kebahasaan, kata
“spiral” dapat diterjemahkan sebagai “lingkaran”. Kata “spiral” oleh orang indonesia sering
dipakai untuk menyebutkan benda yang berbentuk lingkaran, sedangkan kata “silence”
diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia berarti “keheningan”. Jadi arti dari “spiral of silence
theory” adalah “teori spiral keheningan”, ada juga yang lebih suka menyebutnya dengan kata
“teori spiral kebisuan”. Teori spiral of silence yang dikemukakan Elisabeth Noelle-Neumann
1
Jurnal Simbolika: Research and Learning in Comunication Study, 5 (2) Oktober 2019: 108
mencoba menunjukkan bagaimana komunikasi interpersonal dan pesan yang disampaikan oleh
media massa bekerja secara bersama dalam mengembangkan opini publik.2
Salah satu topik dalam ilmu komunikasi massa yang banyak menarik perhatian adalah
meninjau hubungan antara pendapat atau opini masyarakat dengan isi pesan media.
Elisabeth Noelle-Neumann sebagai penemu dari teori ini, menjelaskan tiga asumsi
sebagai dasar dari teori ini. Ketiga asumsi tersebut berbicara mengenai bagaimana keheningan
tersebut terbentuk di kelompok minoritas ketika mereka sedang berada di antara kelompok
mayoritas.
Teori spiral keheningan yang diperkenalkan oleh Elizabeth Noelle Neumann ini
menganggap bahwa suara sulit diterima oleh media. Sehingga menyebabkan kelompok minoritas
ini harus memperhatikan pandangan maupun pandangannya ketika berada dalam kelompok
besar.
2
Morissan, 2010 Yan Hendra, Spiral of Silence Theory Versus Perkembangan Masyarakat SEBUAH Penjelasan dan
Kritik Teori Hal.110
3
Nurudin,M.Si. Pengantar komunikasi massa. RajaGrafindo Persada thn. 2007
4
Noelle-Neumann, Elisabeth (2009). "Spiral of Silence". Dalam West, Richard; Turner, Lynn. Introducing
Communication Theory: Analysis and Application. McGraw-Hill Education. ISBN 9780073385075.
Sebagai contoh jika opini menyangkut kepecayaan. Seorang muslim percaya daging babi
itu haram, dan dia percaya betul hal itu. Tentu dia akan menolak dengan sangat tegas jika ada
pendapat yang mengatakan bahwa daging babi halal untuk muslim.
Dalam teori ini spiral of silent lebih cenderung pada kelompok atau
individu yang pendiam dan opinya masuk kedalam minoritas. Teori ini
menjelaskan suatu pendapat atau opini dan tidak juga untuk dinyatakan,
menentukan opini manakah yang akan untuk dikatakan dan yang tidak untuk
dikatakan.
Spiral keheningan ini sering digunakan pada kelompok atau individu yang
masuk kedalam minoritas. Bagi yang sifatnya tidak ingin berdebat dan cari
perdebatan. Dan teori ini juga digunakan pada sifat manusia yang pendiam. Dan
teori ini menggunakan media sebagai solusi pendapatnya dapat dilihat dan
didengar publik melalui media yang menyebabkan isu-isu menarik yang berbeda
pendapat. Teori ini dapat dijadikan senjata untuk menghindari pendapat
mayoritas yang berbeda pendapat dengannya, tetapi teori ini tidak menyuruh
untuk ikut-ikutan pendapat.
Kelahiran teori spiral keheningan diawali dari adanya upaya para ilmuan dalam
menjelaskan fenomena komunikasi. Penjelasan terhadap fenomena komunikasi tersebut pada
awalnya berupa asumsi saja. Kebenaran asumsi tersebut melahirkan teori spiral keheningan.
Kritik terhadap teori spiral of silence/ dapat menemukan kelemahan dari teori tersebut,
namun penemuan tersebut dapat menjadi pembuka jalan bagi para ilmuan untuk
mengembangkan teori sehingga mampu menjelaskan fenomena komunikasi yang selalu berubah.
DAPUS
Eriyanto, (2012). Teori Spiral Kesunyian dan Negara Transisi Demokrasi: Sebuah
Pengujian di Indonesia. Jurnal Komunikasi Indonesia. Volume I Nomor 1 April 2012 ISSN
2301-9816, 13.