BAB IV Perkembangan Intelek, Sosial, Dan Bahasa - PPD

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

PERKEMBANGAN INTELEK, SOSIAL, DAN BAHASA

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik


Dosen Pengampu : Dr. S. M. Fernanda Iragraha, M.Or.

Oleh
Kadek Anisa (2111031048)
Kadek Linda Ernayanti (2111031022)
Ni Kadek Sri Ayu Wisnawati (2111031009)
Ni Komang Ayu Gede Sariningsih (2111031010)

PROGRAMN STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAHN NDASAR


JURUSAN DHARMA ACARYA
STAHN MPU KUTURAN
SINGARAJA
2021
PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat yang telah diberikan, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Perkembangan Intelek, Sosial, dan Bahasa" dengan
tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik. Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Kami
selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak dosen mata kuliah perkembangan peserta
didik atas bimbingannya dan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu diselesaikannya makalah ini.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, akhir kata semoga makalah dapat bermanfaat bagi
para pembacanya.

Singaraja, 02 November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER
PRAKATA ................................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 2
1.5 Batasan Masalah ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Perkembangan Intelek .................................................................................................... 3
B. Bakat Khusus .................................................................................................................. 8
C. Perkembangan Sosial ..................................................................................................... 13
D. Perkembangan Bahasa .................................................................................................... 15
BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 20
3.1 Simpulan ........................................................................................................................ 20
3.2 Saran ............................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan. Orang tua pasti akan bangga jika
anaknya bisa tumbuh menjadi anak yang pintar. Untuk bisa menjadikan anak kita pandai, membekali
dan membimbing mereka dari usia dini akan sangat membantu. Perlu kita ketahui bahwa
perkembangan intelektual anak pada usia dini sangat berpotensi untuk menyerap berbagai macam hal
baru. Untuk itu, kita harus membimbing anak kita untuk bisa terus mengembangkan
intelektualitasnya dengan berbagai cara.
Perkembangan intelektual anak bisa kita kembangkan dengan musik. Memperdengarkan
musik klasik pada anak sejak usia dini bahkan dari masa kandungan akan membantu anak
mengembangkan kognitifitasnya. Telah banyak ilmuan yang mengadakan penelitian mengenai hal
ini dan dari penelitian, musik klasik memang bisa merangsang intelektual anak dari usia dini.
Selanjutnya, perkembangan kognitif atau intelektual anak juga mengarahkan anak untuk menirukan
hal-hal disekitarnya. Oleh karena itu, berperilaku yang baik di depan anak akan membuat anak juga
meniru perilaku kita.
Selain itu, intelektual anak pada usia dini juga sangat kuat untuk menyerap kesenian dan
bahasa. Mengajarkan kesenian ada anak dari usia dini akan lebih mudah terserap dari pada saat usia
dewasa. Kemudian, mengajarkan anak untuk mempelajari bahasa juga lebih mudah diserap saat
usianya masih dini. Melihat kemampuan intelektual anak sangat kuat pada usianya yang masih dini,
kita sebagai orang tua harus bisa membimbing dan memfasilitasi mereka untuk terus belajar. Ketika
baru lahir seorang anak sudah mempunyai kecerdasan, hanya sangat bergantung pada orang lain
untuk memenuhi perkembangan hidupnya. Dalam perkembangannya anak makin meningkatkan
berbagai kemampuan untuk mengurangi ketergantungan dirinya pada orang lain dan berusaha untuk
dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.
Manusia tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah dan
jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya merupakan kemampuan
mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial merupakan proses sosialisasi yang
mendudukan anak sebagai insan yang secara aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada
dasarnya merupakan proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial. Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dirasa penting untuk membuat makalah dengan judul “Perkembangan
Intelek, Sosial, dan Bahasa”.

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu Perkembangan Intelek?
2. Apa itu Bakat Khusus?
3. Apa itu Perkembangan Sosial?
4. Apa itu Perkembangan Bahasa?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penulisan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa itu perkembangan intelek.
2. Untuk mengetahui apa itu apa itu bakat khusus.
3. Untuk mengetahui apa itu apa itu perkembangan sosial.
4. Untuk mengetahui apa itu apa itu perkembangan bahasa.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa makalah ini bermanfaat dalam mata kuliah perkembangan peserta didik agar
dapat mengetahui apa itu perkembangan intelek, sosial, dan bahasa.
2. Bagi Masyarakat makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai apa
itu perkembangan intelek, sosial, dan bahasa.

1.5 Batasan Masalah


Beberapa batasan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembangan peserta didik.
2. Pembuatan makalah menghabiskan waktu selama satu minggu.
3. Informasi yang disajikan yaitu mengenai perkembangan intelek, bakat khusus, perkembangan
sosial, dan perkembangan bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Intelek
1. Pengertian Intelek dan Intelegensi
Menurut English & English dalam bukunya “A Comprehensive Dictionary of Psychological
Terms”, istilah intellect berarti suatu rumpun nama untuk proses kognitif, terutama untuk aktivitas
yang berkenaan dengan berpikir (misalnya menghubungkan, menimbang, dan memahami).
Menurut kamus Webster New World Dictionary of the American Language, Istilah intellect berarti:
1) Kecakapan untuk berpikir, mengamati atau mengerti; kecakapan untuk mengamati
hubungan-hubungan, perbedaan-perbedaan, dan sebagainya.
2) Kecakapan mental yang besar, sangat intelligence; dan
3) Pikiran atau intelegensi.
Intelegensi menurut yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya yang berjudul
Psikologi Remaja (1991), ia mengajukan beberapa rumus intelegensi sebagai berikut:
1) Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkan
memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya
dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.
2) Intelegensi adalah suatu bentuk tingkah laku tertentu yang tampil dalam kelancaran tingkah
laku.
3) Intelegensi meliputi pengalaman-pengalaman dan kemampuan bertambahnya pengertian
dan tingkah laku dengan pola-pola baru dan mempergunakannya secara efektif.
4) William Stem mengemukakan bahwa intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk
menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berpikir.
5) Binet berpendapat bahwa intelegensi merupakan kemampuan yang diperoleh melalui
keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki sejak lahir dan tidak terlalu banyak
dipengaruhi oleh lingkungan.
Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk
berfikir dan bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan
secara efektif. Intelek menggambarkan kemampuan seseorang dalam berpikir/bertindak. Salah
satu tes intelegensi yang terkenal adalah yang dikembangkan oleh A Ferd Binet (1857-1911). Binet
seorang ahli ilmu jiwa (psycholog) Perancis, merintis mengembangkan tes intelegensi yang agak
umum. Sedangkan pengukuran tingkat intelegensi dalam bentuk perbandingan ini diajukan oleh
William Stern (1871-1938), seorang ahli ilmu jiwa berkebangsaan Jerman, dengan sebutan
Intelligence Quotient yang disingkat IQ artinya perbandingan kecerdasan.

3
2. Hubungan antara Intelek dan Tingkah Laku
Kemampuan abstraksi seseorang akan berperan dalam perkembangan kepribadiannya.
Pemikiran yang muncul terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan
kritik diri. Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkkan sikap
kritis terhadap situasi dan orang tua. Sikap kritis dalam hal hal yang sudah umum baginya pada
masa sebelumnya, sehingga tata cara dan adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering
terasa terjadi/ada pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada prilakunya. Kemampuan
abstraksi mempermasalahkan kenyataan dan peristiwa-peristiwa dengan keadaan bagaimana yang
semestinya menurut alam pikirannya. Situasi ini (yang di akibatkan kemampuan abstraksi) dapat
menimbulkan perasaan tidak puas dan putus asa. Di samping itu pengaruh egosentris masih pada
pikirannya :
1) Cita-cita dan idealisme yang baik, terlalu menitik beratkan pikiran sendiri tanpa memikirkan
akibat lebih jauh dan tanpa memperhitungkan kesulitan praktis yang mungkin menyebabkan
tidak berhasil dalam menyelesaikan masalah.
2) Kemampuan berpikir dengan berpendapat sendiri belum disertai pendapat orang lain dalam
penilaiannya. Masih sulit membedakan pokok perhatian orang lain daripada tujuan perhatian
diri sendiri. Pandangan dan penilaian diri sendiri dianggap sama dengan pandangan orang lain
mengenai dirinya.

Egosentrisme menyebabkan “kekakuan” para remaja dalam cara berpikir maupun bertingkah
laku. Egosentrisme dapat menimbulkan reaksi lain, dimana remaja justru melebih-lebihkan diri
dalam penilaian diri sendiri. Melalui banyak pengalaman dan banyak penghayatan kenyataan serta
dalam menghadapi pendapat orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhirnya,
pengaruh egosentrisme pada remaja sudah sedemikian kecilnya, sehingga berarti remaja sudah
dapat berpikir abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.

3. Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja


Intelegensi pada remaja tidak mudah diukur, karena tidak mudah terlihat perubahan kecepatan
perkembangan kemampuan tersebut. Pada masa remaja kemampuan untuk mengatasi masalah
yang majemuk bertambah. Pada awal masa remaja, kirakira pada umur 12 tahun, anak berada pada
masa yang disebut “masa operasi formal” (berpikir abstrak). Pada masa ini remaja telah berpikir
dengan mempertimbangkan hal yang “mungkin” di samping hal yang nyata (real) (Gleitman 1986:
475-476). Pada usia remaja ini anak sudah dapat berpikir abstrak dan nipotek. Dalam berfikir
operasional formal setidak-tidaknya mempunyai dua sifat yang penting yaitu :
a. Sifat Deduktif Hipotesis

4
Dalam menyelesaikan suatu masalah, seorang remaja akan mengawali dengan pemikiran
teoretik. Analisis teoretik ini dapat dilakukan secara verbal. Anak lalu mengajukan pendapat-
pendapat atau prediksi tertentu yang juga disebut proporsi-proporsi, kemudian mencari
hubungan antara proporsi yang berbeda-beda.
b. Berpikir Operasional Juga Berpikir Kombinatoris
Sifat ini merupakan kelengkapan sifat yang pertama dan berhubungan dengan cara
bagaimana melakukan analisis. Anak yang beroperasional lebih dahulu secara teoretik
membuat matriksnya mengenai segala macam kombinasi yang mungkin, kemudian secara
sistematik mencoba mengisi setiap sel matriks tersebut secara empiris. Jadi, dengan berpikir
operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang
betul-betul ilmiah, serta memungkinkan untuk mengadakan pengujian hipotesis dengan
variable-variabel tergantung yang mungkin ada.
Cara berpikir terlepas dari tempat dan waktu, dengan cara yang hipotesis, deduktif yang
sistematis, tidak selalu dicapai oleh semua remaja. Seorang remaja yang dengan kemampuan
intelegensi terletak di bawah normal atau nilai IQ kurang dari 90%, tidak akan mencapai taraf
berpikir yang abstrak. Seorang remaja dengan kemampuan berpikir normal tetapi hidup dalam
lingkungan atau kebudayaan yang tidak merangsang cara berpikir, maka remaja itu sampai
dewasa pun tidak akan pernah sampai pada taraf berfikir abstrak.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Intelek


Menurut Andi Mappiare (1982: 80) hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek itu
antara lain:
1) Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berpikir
reflektif.
2) Banyaknya pengalaman dan latihan- latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat
berpikir proporsional.
3) Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis
hipotesis yang radikal, kebebasan menjajaki masalah secara keseluruhan, dan menjunjung
keberanian untuk memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Tiga kondisi di atas sesuai dengan dasar-dasar teori Piaget mengenai perkembangan intelegensi,
yakni:
1) Fungsi intelegensi termasuk proses adaptasi yang bersifat biologis.
2) Bertambahnya usia menyebabkan perkembangan struktur intelegensi baru, sehingga pengaruh
pula terhadap terjadinya perubahan kualitatif.
Wechsler berpendapat bahwa keseluruhan intelegensi seseorang tidak dapat diukur. IQ adalah
suatu nilai yang hanya dapat ditentukan secara kira-kira karena selalu dapat terjadi perubahan-
5
perubahan berdasarkan faktor-faktor individual dan situasional. Diketemukan bahwa perubahan-
perubahan intraindividual dalam nilai lebih merupakan hal yang umum biasa daripada
perkecualian.
a. Peranan Pengalaman dari Sekolah terhadap Intelegensi.
Rata-rata tingkat IQ asal mereka adalah di atas 110. Mereka yang mengalami prasekolah
sebelum sekolah dasar, menunjukkan perbedaan kemajuan atau "gained", dalam rata-rata IQ
mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah. Perbedaan kemajuan
nilai rata-rata IQ bagi mereka yang baru 1 tahun saja belajar adalah sebesar 5,4 skala IQ per
seorang siswa. siswa-siswa yang selama 2 atau 3 tahun belajar di prasekolah, menunjukkan
kenaikan perkembangan intelegensinya masing-masing sebesar 10,5 skala IQ. Dengan
demikian, pengalaman yang diperoleh di sekolah menyumbang secara positif terhadap
peningkatan IQ anak.
b. Pengaruh Lingkungan terhadap Perkembangan Intelegensi .
Pengaruh belajar dalam arti lingkungan terhadap perkembangan intelegensi cukup besar
seperti telah dibuktikan berbagai korelasi IQ yang juga menggambarkan bagaimana peranan
belajar terhadap perkembangan intelegensi (Rochman Natawijaya dan M. Musa, (1992:45).
Studi penting lainnya dilakukan oleh Garber dan Ware (1970) Rochman Natawijaya dan M.
Musa, (1992:45) yang menghubungkan antara "kualitas lingkungan rumah anak" dan
perkembangan "intelegensi" anak. Semakin tinggi kualitas lingkungan rumah, cenderung
semakin tinggi juga IQ anak. Penelitian ini menemukan tiga unsur penting dalam keluarga yang
amat berpengaruh, yaitu:
a. Jumlah buku, majalah, dan materi belajar lainnya yang terdapat dalam lingkungan
keluarga.
b. Jumlah ganjaran dan pengakuan yang diterima anak dari orang tua atas prestasi
akademiknya.
c. Harapan orang tua akan prestasi akademik anaknya.
Pengalaman yang padat pada awal pertumbuhan menurut Bloom, adalah kunci untuk
mencapai perkembangan intelegensi. Pengalaman yang lampau terutama pengalaman dari
rumah, merupakan unsur lingkungan yang amat menentukan bagi perkembangan intelektual.
Karena itu tampaknya sangat tidak bijaksana bila orang bersikap deterministik terhadap
keadaan intelegensi. Banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tingkah laku orang, juga
tingkah laku intelegensi tidak seluruhnya ditentukan. Ada kemungkinan-kemungkinan untuk
dapat dipengaruhi.

6
5. Perbedaan Individu dalam Kemampuan dan Perkembangan Intelek
Intelegensi itu sendiri oleh David Wechler (1958) didefinisikan sebagai "keseluruhan
kemampuan individu untuk berpikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai
lingkungan secara efektif. Berdasarkan nilai IQ atau kecerdasannya manusia dapat dikategorikan
menjadi 6 kelompok yaitu :
1) di bawah 70, anak mengalami kelainan mental.
2) 71-85, anak di bawah normal (bodoh).
3) 86-115, anak yang normal.
4) 116-130, anak di atas normal (pandai).
5) 131-145, anak yang superior (cerdas).
6) 145 ke atas anak genius (istimewa).
Wechler dan Bellevue (Sarlito, 1991:78), mereka menyatakan bahwa kalau semua orang di
dunia diukur intelegensinya maka akan terdapat orang-orang yang sangat cerdas yang sama
banyaknya dengan orang-orang yang sangat rendah tingkat berpikirnya (terbelakang), orang-orang
yang superior sama banyaknya dengan orang-orang yang tergolong perbatasan (borderline).
Sedangkan yang terbanyak adalah orang-orang yang tergolong berintelegensi rata-rata atau
normal. Pengukuran seperti yang dilakukan oleh Wechler dan Bellevue tersebut diarahkan pada
satu teori bahwa ada yang dinamakan faktor umum (General Faktor) pada intelegensi itu. General
faktor inilah yang diukur dengan IQ tersebut. Pada seseorang yang memiliki IQ sama, misalnya
akan memiliki penampilan yang sama juga tidak terkecuali orang tersebut akan memiliki
perbedaan jika kalau ada perbedaan maka hal itu disebabkan oleh faktor-faktor lain di luar
intelegensi seperti minat, pengalaman, sikap, dan sebagainya.
Thurstone mengatakan bahwa faktor umum itu tidak ada yang ada hanya sekelompok faktor
khusus yang diberi nama Kemampuan Mental Primer yang terdiri dari 7 faktor yaitu: (i)
kemampuan verbal (verbal comprehention), (ii) kemampuan angka-angka (numerical ability), (iii)
tilikan keruangan, (iv) kemampuan penginderaan, (v) ingatan, (vi) penalaran, dan (vii) kelancaran
berbahasa. Thomson tidak setuju dengan faktor-faktor yang disebutkan Thurstone. Ia berpendapat
bahwa faktor umum dalam intelegensi tidak ada, tetapi yang ada hanyalah sejumlah faktor khusus
yang berbeda dari orang ke orang dan dari waktu ke waktu pada orang yang sama. Menurut piaget
intelegensi mempunyai beberapa sifat:
1. Intelegensi adalah interaksi aktif dengan lingkungan.
2. Intelegensi meliputi struktur organisasi perbuatan dan pikiran, dan interaksi yang
bersangkutan antara individu dan lingkungannya.
3. Struktur tersebut dalam perkembangannya mengalami perubahan kualitatif.

7
4. Dengan bertambahnya usia, penyesuaian diri lebih mudah karena proses keseimbangan
yang bertambah luas.
5. Perubahan kualitatif pada intelegensi timbul pada masa yang mengikuti suatu rangkaian
tertentu.
Sebagai kesimpulan dari berbagai pendekatan atau teori psikologi yang telah dikemukakan,
menunjukkan bahwa intelegensi itu bersifat individual, artinya antara satu dan lainnya tidak sama
persis kualitas akhirnya.

6. Usaha-Usaha dalam Membantu Mengembangkan Intelek Remaja Dalam Proses


Pembelajaran
Usaha dalam membantu mengembangkan intelek remaja di dalam proses pembelajaran
perlu adanya suatu dukungan dari seorang guru. Para remaja mungkin mengalami kesulitan dalam
menangkap dan memahami konsep-konsep yang abstrak dan mungkin tidak mampu memahami
sepenuhnya emosi-emosi yang telah dilukiskan dalam pembelajaran. Karena itu pada tingkatan ini
diperlukan metode diskusi dan informasi untuk menentukan kedalaman pengertian siswa. Apabila
guru dihadapkan pada perbedaan-perbedaan interpretasi tentang konsep-konsep yang abstrak, guru
hendaknya menjelaskan konsep-konsep tersebut dengan sabar, simpati, dan dengan hati terbuka.
Motivasi untuk belajar sering diusahakan melalui angka-angka kenaikan kelas dan ujian-
ujian. Namun hal ini sebenarnya tidak terlalu memotivasi para remaja dalam jangka waktu
panjang, tetapi jika untuk jangka pendek hal ini memang mudah membangkitkan minat dan
berbagai alat audiovisual pada siswa yang sudah biasa menonton secara pasif. Tetapi dalam khasus
seperti ini yang perlu diusahakan adalah timbulnya minat jangka panjang yang bersifat intrinsik.
Menimbulkan minat serupa itu di tengah-tengah masyarakat yang menyajikan rangsangan yang
lebih menarik bagi siswa remaja seperti tontonan, permainan, dan bentuk rekreasi lain. Untuk itu,
perlu diusahakan agar bahan pelajaran itu sendiri mempunyai nilai intrinsik, yang mengandung
nilai atau makna bagi remaja. Para pendidik berusaha agar dalam proses belajar mengajar para
siswa turut terlibat secara aktif. Pendekatan semacam itu dikenal sebagai pendekatan keterampilan
proses atau metode penemuan dan inkuiri.

B. Bakat Khusus.
1. Pengertian Bakat Khusus
Guilford (Simadi S. 1991 : 169) mengemukakan bahwa bakat itu mencangkup 3 dimensi
psikologis yaitu :
a. Dimensi Perseptual, meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi, dan ini meliputi
faktor-faktor sebagai berikut :

8
a) Kepekaan indra
b) Perhatian
c) Orientasi waktu
d) Luasnya daerah persepsi
e) Kecepatan persepsi, dsb.
b. Dimensi Psikomotor, dimensi ini mencangkup enam faktor yaitu sebagai berikut :
a) Kekuatan
b) Impuls
c) Kecepatan gerak
d) Ketelitian
e) Koordinasi
f) Keluwesan
c. Dimensi Intelektual, dimensi inilah yang umumnya mendapat sorotan luas, karena memang
dimensi inilah yang mempunyai implikasi sangat luas. Dimensi ini meliputi 5 faktor yaitu :
a) Faktor ingatan, yang mencangkup faktor ingatan yaitu mengenai :
a. Substansi
b. Relasi
c. Sistem
b) Faktor ingatan, mengenai pengenalan terhadap :
a. Keseluruhan informasi
b. Golongan ( kelas )
c. Hubungan-hubungan
d. Bentuk atau struktur
e. Kesimpulan
c) Faktor Evaluatif, yang meliputi evaluasi mengenai :
a. Identitas
b. Relasi-relasi
c. Sistem
d. Penting tidaknya problem (kepekaan terhadap problem yang di hadapi)
d) Faktor konuergen, yang meliputi faktor untuk menghasilkan ;
a. Nama-nama
b. Hubungan-hubungan
c. Sistem-sistem
d. Transformasi
e. Implikasi-implikasi yang unik

9
e) Faktor berfikir divergen, yang meliputi faktor :
a. Untuk menghasilkan unit-unit
b. Untuk pengalihan kelas-kelas secara spontan
c. Untuk menghasilkan system
d. Untuk transformasi divergen
e. Kelancaran dalam menghasilkan hubungan-hubungan
f. Untuk menyusun bagian-bagian menjadi kerangka
Dari ilustrasi di atas menunjukan betapa rumitnya kualitas manusia yang disebut
bakat. Bakat dapat diartikan sebagai kemapuan bawaan yang merupakan potensi yang masih
perlu dikembangkan atau dilatih. Kemampuan adalah daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat
intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga Talent.
Talent adalah seseorang yang mempunyai kemampuan bawaan untuk bidang tertentu,
misalnya :
a. Bakat menggambar
b. Bakat menulis, dsb.

2. Jenis-Jenis Bakat Khusus


Setiap orang mempunyai bakat tertentu, masing-masing dalam bidang dan derajat yang
berbeda-beda. Usaha pengenalan bakat mula-mula terjadi pada bidang pekerjaan, tetapi
kemudian juga bidang pendidikan. Dalam prakteknya hampir semua para ahli yang menyusun
tes untuk mengungkap bakat bertolak dari dasar pemikiran analisis faktor. Seperti yang
dikemukakan oleh Guilford. Menurut Guilford, setiap aktivitas diperlukan sebagainya faktor-
faktor tersebut. Pemberian nama terhadap jenis-jenis bakat biasanya dilakukan berdasarkan atas
bidang apa bakat tersebut berfungsi, seperti bakat matematika, bakat bahasa, bakat olahraga,
bakat seni, bakat musik, bakat klerikal, bakat guru, bakat dokter, dan sebagainya. Dengan
demikian maka macam bakat akan sangat tergantung pada konteks kebudayaan, dimana
seorang individu hidup dan dibesarkan. Mungkin penanaman itu bersangkutan dengan bidang
studi mungkin pula dengan bidang kerja.

3. Kaitan Antara Bakat dan Prestasi


Bakat memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan
tetapi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar bakat itu
dapat terwujud. Misalnya seseorang mempunyai bakat menggambar, jika ia tidak pernah diberi

10
kesempatan untuk mengembangkan, maka bakat tersebut tidak akan tampak jika orangtuanya
menyadari bahwa ia mempunyai bakat menggambar dan mengusahakan agar ia mendapat
pengalaman yang sebaik-baiknya untuk mengembangkan bakatnya, dan anak itu juga
menunjukkan minat yang besar untuk mengikuti pendidikan menggambar, maka ia akan dapat
mencapai prestasi yang unggul akan dapat menjadi pelukis terkenal. Sebaliknya, seorang anak
yang mendapatkan pendidikan menggambar dengan baik, namun tidak memiliki bakat
menggambar, maka ia tidak akan pernah mencapai prestasi unggul untuk bidang tersebut.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat Khusus


Adapun sebab atau faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat khusus atau
seseorang tidak dapat mewujudkan bakat bakatnya secara optimal, dengan kata lain prestasinya
dibawah potensinya dapat terletak pada anak itu sendiri dan lingkungan.
a. Anak itu sendiri : Misalnya anak itu tidak tau kurang berminat untuk mengembangkan
bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang terinovasi untuk mencapai inovasi yang lebih
tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia
mengalami hambatan dan pengembangan diri dan berprestasi sesuai dengan bakatnnya.
b. Lingkungan anak : Misalnya orang tuanya kurang mampu untuk menyediakan
kesempanatan dan sarana pendidikan yang ia butuhkan, atau ekonominya cukup tinggi
tapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anak.

5. Perbedaan Individu Dalam Bakat Khusus


Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat-bakat tertentu. Dua anak bisa sama-sama
mempunyai bakat melukis tetapi yang satu lebih menonjol daripada yang lain, bahkan bahkan
saudara sekandung dalam keluarga bisa mempunyai bakat yang berbeda-beda. Sekali lagi perlu
ditekankan bahwa setiap anak mempunyai bakat-bakat tertentu, hanya berbeda dalam jenis
derajatnya. yang dimaksud dengan anak berbakat ialah mereka yang mempunyai bakat bakat
dalam derajat tinggi dan bakat-bakat yang unggul.
Ada anak yang berbakat intelektual namun, biasanya mereka mempunyai taraf
intelegensi yang tinggi dan menunjukkan prestasi sekolah yang menonjol. Adapun yang
mempunyai bakat akademis khusus misalnya dalam matematika atau dalam bahasa. Sedangkan
dalam mata pelajaran lainnya belum tentu menonjol. Ada anak yang intelegensinya mungkin
tidak terlalu tinggi tapi unggul dalam kemampuan berpikir kreatif produktif. Ada pula anak
yang bakatnya dalam bidang olahraga dalam salah satu bidang seni seperti melukis atau musik.
Ada anak yang di sekolah tidak termasuk siswa yang pandai, tetapi menonjol dalam

11
keterampilan teknik. Kita juga mengenal anak-anak yang oleh lama temannya atau oleh guru
selalu dipilih menjadi pemimpin, karena mereka berbakat dalam bidang psikologi sosial.

6. Upaya Pengembangan Bakat Khusus Remaja dan Implikasi-Implikasi dalam


Penyelenggaraan Pendidikan
Sampai sekarang boleh dikatakan belum ada tes bakat yang cukup luas daerah
pemakaiannya ( seperti misalnya tes intelegensi ). Berbagai tes bakat yang lain sudah ada
misalnya :
a. FACT yang disusun oleh Flanagen.
b. DAT yang disusun oleh Binnet.
c. M-Test yang disusun oleh Lunning Park, tetapi masih sangat terbatas daerah berlakunya.
Hal ini disebabkan tes bakat sangat terkait kepada konteks kebudayaan dimana tes itu disusun
sedang macam-macam bakat juga terikat kepada konteks kebudayaan dimana klasifikasi bakat
itu dibuat. Yang harus diukur oleh alat identifikasi adalash baik potensi maupun bakat yang
sudah terwujud dalam prestasi yang tinggi. Sekolah mengirim daftar atau ciri-ciri perilaku
kepada orang tua dengan penjelasan bahwa sekolah perlu mengetahui sifat-sifat siswa agar
dapat merencanakan pengalaman pendidikan yang sesuai bagianya. Sebagai contoh, orang
tua diminta memberi keterangan tentang butir-butir berikut ini:

a) Hobi dan minat minat anak yang khusus.


b) Jenis buku yang disenangi.
c) Masalah dan kebutuhan khusus.
d) Prestasi unggul yang pernah dicapai.
e) Pengalaman-pengalaman khusus.
f) Kegiatan kelompok yang disenangi.
g) Kegiatan mandiri yang disenangi.
h) Sikap anak terhadap sekolah atau guru .
i) Cita-cita untuk masa depan.
Adapun kondisi kondisi lingkungan yang bersifat memupuk bakat anak adalah kemampuan
psikologis dan kebebasan psikologis anak akan merasa aman secara psikologis apabila :
a) Pendidik dapat menerimanya sebagaimana adanya.
b) Pendidik mengusahakan suasana dimana anak tidak merasa dinilai oleh orang lain.
c) Pendidik memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran perasaan dan
perilaku anak dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut
pandang anak.

12
Pada akhirnya masa remaja anak sudah banyak memikirkan tentang apa yang ingin ia
lakukan dan apa yang ingin ia mampu lakukan makin banyak mendengar tentang macam-
macam kemungkinan, baik dalam bidang pendidikan maupun dalam pekerjaan, dapat
membuatnya ragu-ragu mengenai apa yang sebetulnya paling cocok baginya. Dengan
pengalaman bakat yang dimilikinya dan upaya pengembangan dapat membantu remaja untuk
dapat menentukan pilihan yang tepat untuk menyiapkan dirinya untuk dapat mencapai tujuan
tujuannya.

C. Perkembangan Sosial
1. Pengertian Pengembangan Hubungan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial, senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya dalam
masyarakat. Proses sosialisasi dan interaksi sosial dimulai sejak lahir dan berlangsung terus
hingga dewasa atau tua. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas hingga
tingkat yang luas dan kompleks. Semakin dewasa dan bertambah umur, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi sangat luas dan kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi
untuk berpartisipasi dan berkontribusi memajukan kehidupan masyarakat.

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja


Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungan, remaja mulai memperhatikan berbagai nilai
dan memahami norma pergaulan dalam kelompok remaja, anak-anak, dewasa, orang tua yang
berbeda dengan norma yang berlaku dikeluarganya. Kehidupan sosial pada jenjang usia remaja
ditandai oleh menonjolnya fungsi intelektual dan emosional. Erik Erickson menyatakan
perkembangan pada usia remaja adalah masa menemukan jati diri dan memilih kawan akrab.
Sering anak menemukan jati dirinya sesuai dengan situasi kehidupan yang mereka alami.
Penemuan jati diri seseorang didorong oleh pengaruh sosiokultural. Sedangkan Signmund Freud
memandang bahwa kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan
seksualnya.
Pergaulan remaja banyak didominasi dalam bentuk kelompok yang penetapan pilihannya
didasari oleh berbagai pertimbangan seperti moral, ekonomi, minat, dan kesamaan bakat serta
kemampuan. Disini masalah yang umum dihadapi adalah faktor penyesuaian diri dari remaja.
Nilai positif pergaulan secara kelompok dalam perkembangan sosial remaja adalah tiap-tiap
remaja belajar berorganisasi, memilih pemimpin, mematuhi peraturan kelompok, menumbuhkan
rasa solidaritas serta semangat persatuan dan keutuhan. Nilai negatif pergaulan secara kelompok

13
dalam perkembangan sosial remaja adalah dalam hal-hal tertentu ada tindakan yang kurang
mengindahkan nilai dan norma sosial serta tidak memperdulikan obyektifitas kebenaran.
Dalam hal hubungan sosial remaja yang lebih khusus, mengarah pada pemilihan pacar
dan pasangan hidup dengan mempertimbangkan faktor agama dan suku bangsa. Pertimbangan
ini bukan saja menjadi kepentingan masing-masing individu tetapi juga menyangkut
kepentingan keluarga dan kelompok masyarakat yang lebih besar, sehingga dapat menjadi
masalah yang rumit jika tidak diimbangi dengan tindakan intelektual yang tepat dan
pengendalian emosional.

3. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja


a) Faktor keluarga: Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh
terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan
tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak.
b) Kematangan: Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu
mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan emosional, disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula
menentukan.
c) Status sosial ekonomi: Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status
kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak,
bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang
utuh dalam keluarga anak itu, “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan sosial
anak, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam
keluarganya.
d) Pendidikan: Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakekat pendidikan
sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberi warna kehidupan sosial anak
di dalam masyarakat dan luas harus diartikan bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh
kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang
benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan
(sekolah).
e) Kapasitas mental (emosi dan intelegensi) : Kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Anak yang berkemampuan
intelektual tinggi akan berkemampuan bahasa secara baik, dan pengendalian emosional secara
seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

14
4. Pengaruh Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku
Dalam perkembangan sosial para remaja dapat memikirkan perihal dirinya dan orang lain.
Pemikiran itu terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengarah ke penilaian diri dan kritik dari
hasil pergaulannya dengan orang lain. Hasil penilaian tentang dirinya tidak selalu diketahui orang
lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk menyembunyikan atau merahasiakanya.
Dengan refleksi diri, hubungan dengan situasi lingkungan sering tidak sepenuhnya diterima,
karena lingkungan tidak senantiasa sejalan dengan konsep dirinya yang tercermin sebagai suatu
kemungkinan bentuk tingkah laku sehari-hari.

5. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Sosial


Bergaul dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara
individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan individual
manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya. Remaja yang telah mulai
mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola sosial
yang sesuai dengan kepribadianya.

6. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam


penyelenggaraan Pendidikan
Remaja dalam masa mencari dan ingin menentukan jati dirinya memiliki sikap yang
terlalu tinggi menilai dirinya atau sebaliknya. Ia (mereka) belum memahami benar tentang
norma-norma sosial yang berlaku di dalam kehidupan masyarakat. Keduanya dapat
menimbulkan hubungan sosial yang kurang serasi, karena ia (mereka) sukar untuk menerima
norma sesuai dengan kondisi dalam kelompok atau masyarakat. Penciptaan kelompok sosial
remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsangan kepada mereka ke arah perilaku yang
bermanfaat dan dapat diterima khalayak. Kelompok olah raga koperasi, kesenian dan
semacamnya di bawah asuhan para pendidik di sekolah atau para tokoh masyarakat di dalam
kehidupan mayarakat perlu banya dibentuk. Khusus di dalam sekolah perlu sering diadakan
kegiatan bakti sosial , bakti karya, dan kelompok-kelompok belajar di bawah asuhan para guru
pembimbing kegiatan ini hendaknya dikembangkan.

D. Perkembangan Bahasa
1. Pengertian Perkembangan Bahasa
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh
seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain. Bahasa merupakan alat
bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan
15
berkomunikasi dengan orang lain. Sejak seorang bayi mulai berkomunikasi dengan orang lain,
sejak itu pula bahasa diperlukan. Sejalan dengan perkembangan hubungan sosial, maka
perkembangan bahasa seseorang (bayi-anak) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti)
dan diikuti dengan bahasa satu suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana, dan
seterusnya melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks sesuai dengan
tingkat perilaku sosial. Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif, yang
berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan
berbahasa. Bayi, tingkat intelektualnya belum berkembang dan masih sangat sederhana. Semakin
bayi itu tumbuh dan berkembang serta mulai mampu memahami lingkungan, maka bahasa mulai
berkembang dari tingkat yang sangat sederhana menuju ke bahasa yang kompleks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya
merupakan hasil belajar dari lingkungan. Anak (bayi) belajar bahasa seperti halnya belajar hal
yang lain, "meniru” dan "mengulang" hasil yang telah didapatkan merupakan cara belajar bahasa
awal. Bayi bersuara, "mmm mmm", ibunya tersenyumn dan mengulang menirukan dengan
memperjelas arti suara itu menjadi "maem-maem". Bayi belajar menambah kata-kata dengan
meniru bunyi-bunyi yang didengarkannya. Manusia dewasa (terutama ibunya) di sekelilingnya
membetulkan dan memperjelas. Belajar bahasa yang sebenamya baru diiakukan oleh anak
berusia 6-7 tahun, disaat anak mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah
meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara
lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat. Mampu dan menguasai alat
komunikasi di sini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang
lain.
2. Karakteristik Perkembangan Bahasa remaja
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang. Anak remaja telah banyak belajar
dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk oleh kondisi lingkungan.
Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, dan khususnya pergaulan
teman sebaya dan lingkungai sekolah. Pola bahasa yang dimiliki adalah baħasa yang berkembang
di dalam keluarga atau bahasa ibu.
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh lingkungan masyarakat di
mana mereka tinggal. Hal ini berarti proses pembentukan kepribadian yang dihasilkan dari
pergaulan dengan masyarakat sekitar akan memberi ciri khusus dalam perilaku berbahasa.
Bersamaan dengan kehidupannya di dalam masyarakat luas, anak (remaja) mengikuti proses
belajar di sekolah. Sebagaimana diketahui, di lembaga pendidikan diberikan rangsangan yang
terarah sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan
memperdalam cakrawala ilmu pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa

16
perkembangan sistem budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam
masyarakat (teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak (remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam kelompok sebaya. Dari
kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang bentuknya amat khusus, seperti
istilah "baceman" di kalangan pelajar yang dimaksudkan adalah bocoran soal ulangan atau tes.
Bahasa "prokem" tercipta secara khusus untuk kepentingan khusus pula.
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam
perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara anak yang satu dengan yang lain.
Hal ini ditunjukkan oleh pemilihan dan penggunaan kosa kata sesuai dengan tingkat sosial
keluarganya. Keluarga dari masyarakat lapisan berpendidikan rendah atau buta huruf, akan
banyak menggunakan bahasa pasar, bahasa sembarangan, dengan istilah-istilah yang “kasar".
Masyarakat terdidik yang pada umumnya memiliki status sosial lebih baik, akan menggunakan
istilah-istilah lebih etektif, dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa secara lebih baik.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa


Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Berbahasa terkait erat dengan
kondisi pergaulan. Oleh sebab itu, perkembangannya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-
faktor itu adalah :
a. Umur Anak
Manusia bertambah umur akan semakin matang pertumbuhan fisiknya,
bertambah perngalaman, dan meningkat kebutuhannya. Bahasa seseorang akan
berkembang sejalan dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Faktor fisik
akan ikut mempengaruhi sehubungan semakin sempurnanya pertumbuhan organ bicara,
kerja otot-otot untuk melakukan gerakan-gerakan dan isyarat. Pada masa remaja
perkembangan biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan
mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
b. Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbul dan berkembang memberi andil yang cukup
besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa di lingkungan perkotaan akan berbeda
dengan di lingkungan pedesaan. Begitu pula perkembangan bahasa di daerah pantai,
pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang lain.
c. Kecerdasan Anak
Untuk meniru lingkungan tentang bunyi atau suara, gerakan, dan mengenal
tanda-tanda, memerlukan kemampuan motorik yang baik. Kemampuan motorik

17
seseorang berkorelasi positif dengan kemampuan intelektual atau tingkat berpikir.
Ketepatan meniru, memproduksi perbendaharaan kata-kata yang diingat, kemampuan
menyusun kalimat dengan baik, dan memahami atau menangkap maksud suatu
pernyataan pihak lain, amat dipengaruhi oleh kerja pikir atau kecerdasan seseorang
anak.
d. Status Sosial Ekononi Keluarga
Keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik, akan mampu menyediakan situasi
yang baik bagi perkembangan bahasa anak-anak dan anggota keluarganya.
Rangsangan untuk dapat ditiru oleh anak-anak dari anggota keluarga yang berstatus
sosial tinggi berbeda dengan keluarga yang berstatus sosial rendah. Hal ini akan lebih
tampak perbedaan perkembangan bahasa bagi anak yang hidup di dalam keluarga
terdidik dan tidak terdidik. Dengan kata lain pendidikan keluarga berpengaruh pula
terhadap perkembangan bahasa.
e. Kondisi Fisik
Kondisi fisik di sini dimaksudkan kondisi kesehatan anak. Seseorang yang cacat
yang terganggu kemanpuannya untuk berkomunikasi seperti bisu, tuli, gagap, atau
organ suara tidak sempurna akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan
tentu saja akan mengganggu perkembangannya dalam berbahasa.

4. Pengaruh Kemampuan Berbahasa Terhadap Kemampuan Berfikir


Kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir saling berpengaruh satu sama lain.
Bahwa kemampuan berpikir berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa dan sebaliknya,
kemampuan berbahasa berpengaruh terhadap kemampuan berpikir. Seseorang yang rendah
kemampuan berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis,
dan sistematis. Hal ini akan berakibat sulitnya berkomunikasi. Bersosialisasi berarti melakukan
konteks dengan yang lain. Seseorang menyanpaikan ide dan gagasannya dengan berbahasa dan
menangkap ide dan gagasan orang lain melalui bahasa. Menyampaikan dan mengambil makna
ide dan gagasan itu irerupakan proses berpikir yang abstrak. Ketidaktepatan menangkap arti
bahasa akan berakibat ketidaktepatan dan kekaburan persepsi yang diperolehnya. Akibat lebih
lanjut adalah bahwa hasil proses berpikir menjadi tidak tepat benar. Ketidaktepatan hasil
pemrosesan pikir ini diakibatkan kekurangmampuan dalam bahasa.

5. Perbedaan Individual Dalam Kemampuan dan Perkembangan Bahasa


Menurut Chomsky (Woolflok, dkk., 1984: 70) anak dilahirkan ke dunia telah memiliki
kapasitas berbahasa. Akan tetapi seperti dalam bidang yang lain, faktor lingkungan akan

18
mengambil peranan yang cukup menonjol, dalam mempengaruhi perkembangan bahasa anak
tersebut. Mereka belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa yang mereka dengar, lihat,
dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari. Perkembangan bahasa anak terbentuk oleh
lingkungan yang berbeda-beda.
Di depan telah diuraikan bahwa kemampuan berpikir anak berbeda-beda. Sedang
berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi, anak dengan IQ tinggi akan berkemampuan
bahasa yang tinggi. Nilai IQ menggambarkan adanya perbedaan individual anak, dan dengan
demikian kemampuan mereka dalam bahasa juga bervariasi sesuai dengan variasi kemampuan
mereka berpikir. Bahasa berkembang dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Karena kekayaan
lingkungan akan merupakan pendukung bagi perkembangan peristilahan yang sebagian besar
dicapai dengan proses meniru. Dengan demikian, remaja yang berasal dari lingkungan yang
berbeda juga akan berbeda-beda pula kemampuan dan perkembangan bahasanya.

6. Upaya Pengembangan Kemampuan Bahasa Remaja dan Implikasinya Dalam


Penyelenggaraan Pendidikan
Kelas atau kelompok belajar terdiri dari siswa-siswa yang bervariasi bahasanya, baik
kemampuannya maupun polanya. Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi
belajar mengajar bidang bahasa. Hal ini dilakukan dengan cara memfokuskan pada potensi
dan kemampuan anak. Pertama, anak perlu melakukan pengulangan (menceritakan kembali)
pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan bahasa yang disusun oleh murid-murid sendiri.
Dengan cara ini senantiasa guru dapat melakukan identifikasi tentang pola dan tingkat
kemampuan bahasa murid-muridnya. Kedua, berdasarkan hasil identifikasi itu guru
melakukan pengembangan bahasa murid dengan menambahkan perbendaharaan bahasa
lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh guru. Cerita murid tentang isi
pelajaran yang telah diperkaya itu diperluas untuk langkah-langkah selanjutnya sehingga para
murid mampu menyusun cerita lebih komprehensif tentang isi bacaan yang telah dipelajari
dengan menggunakan pola bahasa mereka sendiri.
Perkembangan bahasa yang menggunakan model pengekspresian secara mandiri, baik
lisan maupun tertulis, dengan mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan
kemampuan bahasa anak dan membentuk pola bahasa masing-masing. Dalam penggunaan
model ini guru harus banyak memberikan rangsangan dan koreksi dalam bentuk diskusi atau
komunikasi bebas. Dalam pada itu sarana perkembangan bahasa seperti buku-buku, surat
kabar, majalah dan lain-lain hendaknya disediakan di sekolah maupun di rumah.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Intelek adalah kecakapan mental, yang menggambarkan kemampuan berpikir. Banyak
definisi tentang intelegensi namun makna intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan
seseorang dalam berpikir dan bertindak. Kemampuan berpikir atau intelegensi diukur dengan
tes intelegensi. Tes intelegensi yang terkenal adalah tes Binet-Simon. Hasil tes intelegensi
dinyatakan dalam bentuk nilai IQ, dan hal itu banyak gunanya karena tingkat intelegensi
berpengaruh terhadap banyak aspek.
Hubungan sosial remaja terutama yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri
berpengaruh terhadap tingkah laku, sehingga dikenal beberapa pola tingkah laku, seperti
remaja keras, remaja yang mengisolasi diri, rernaja yang bersifat egois, dan sebagainya.
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, Perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain adalah usia anak, kondisi keluarga, tingkat
kecerdasan, status sosial ekonomi keluarga, dan kondisi fisik anak terutama dari
kesehatannya.
Bakat merupakan salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam membantu
perkembangan seseorang individu. Bakat itu adalah sifat atau kemampuan potensial yang
dimiliki seseorang dan akan berkembang dengan anat baik jika mendapatkaı rangsangan yang
tepat. Ada beberapa individu yang memiliki bakat khusus, seperti melukis, olah raga, dan
musik. Secara umum bakat itu mencakup tiga dimensi, yaitu dimensi perseptual, psikomotor,
dan intelektual. Oleh karena itu bakat mempunyai kaitan erat dergan keberhasilan (prestasi
hasil belajar) di sekolah, sekalipun terdapat juga pengecualian-pengecualian. Perkembangan
bakat seseorang dipengaruhi oleh faktor dalam anak dan faktor lingkungan. Karena kondisi
setiap individu dan lingkung annya tidak sama, maka terjadi perbedaan bakat setiap orang
secara individual.

3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa agar dapat mempelajari makalah ini karena dapat membantu dalam mata
kuliah perkembangan peserta didik dalam materi perkembangan intelek, sosial, dan
bahasa.
2. Bagi masyarakat disarankan mempelajari makalah ini karena dapat menambah wawasan
serta ilmu pengetahuan mengenai perkembangan intelek, sosial, dan bahasa.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, H., dan Ny. B Agung Hartono. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

21

Anda mungkin juga menyukai