Kajian Receiption Facilities Di Pelabuhan Tj. Priok

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

KAJIAN RECEPTION FACILITY DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK


Yuliaty Heliana Pangow
Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Winaya Mukti
[email protected]
_____________________________________________________________________________

ABSTRAK
Fasilitas pengelolaan limbah (Reception Facility) adalah fasilitas reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah di pelabuhan
yang berasal dari kegiatan operasional kapal dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan. Reception
Facility di Pelabuhan Tanjung Priok di kelola oleh PT. Pelindo II (Persero). Tujuan dari kegiatan
kajian ini adalah terpenuhinya kebutuhan Reception Facility dengan tingkat pertumbuhan arus
kunjungan kapal dari tahun ke tahun dan sebagai bahan evaluasi dan pelaksanaan pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian penanganan limbah di Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga kegiatan
pengelolaan dapat optimal dalam mengurangi permasalahan yang timbul.Studi ini dilakukan melalui
beberapa pendekatan : pendekatan terhadap sumber pencemar, pendekatan terhadap perilaku
masyarakat,pendekatan teknis dan pendekatan kelembagaan.Hasil analisa limbah domestik dari
kegiatan penunjang pelabuhan didapatkan limbah padat domestik 1.355,01 m3/hari dan limbah cair
domestik 162,840 m3/hari.Sludge oil 597 Ton/bulan dari kegiatan operasional kapal.Dan terdapat
juga limbah Bahan berbahaya beracun dari kegiatan penunjang pelabuhan.

Kata kunci :Reception Fasility, Limbah domestik, Limbah B3

ABSTRACT
Reception fasility is reduction fasility,storage,collection, trasport, utilization,processing and landfill at
port whice derive from operational ship activity or support activity at port. Reception fasility in
Tanjung Priok Port is manageable by PT. Pelindo II (Persero).The purpose of this activity is
fulfillmen of reception fasility with the growth rate of traffic of shipsfrom year to year, evaluation and
implementation of regulations,supervision,and control waste handlingin Tanjung Priok Port, so that
activities can be optimal management.This studi conducted by several approaches :approach to
pollution sources, approach to people’s behavior, technical approach and institutional
approach.Results of analysis of domestic waste from support activities harbor ; domestic solid waste
1.355,01 m3/day and domestic liquid waste 162,840 m3/day. Sludge oil 597 Ton/month from
operational activity ships. And there are also hazardous waste from support activities.

Keywords : Reception Fasility, Domestic Waste, Hazardous Waste

PENDAHULUAN
Indonesia menganut paham negara kepulauan berdasarkan Archipelago Concept yaitu laut sebagai
penghubung daratan sehingga wilayah negara menjadi satu kesatuan yang utuh sebagai negara
kepulauan. Wilayah Indonesia pada saat merdeka masih berdasarkan peraturan tentang wilayah
territorial yang dibuat oleh belanda yaitu “territorial Zee en Maritime Kringen Ordonantie 1939”
(TZMKO 1939), dimana lebar laut wilayah/territorial Indonesia adalah 3 mill diukur dari garis air
rendah masing-masing pulau Indonesia.
Dari pemahaman Indonesia sebagai negara kepulauan yang dihubungkan oleh laut, maka Pelabuhan
merupakan salah satu prasarana transportasi yang cukup penting bagi negara kepuluan seperti
Indonesia. Sebab pelabuhan dapat membantu meningkatkan ekonomi dengan adanya pelabuhan maka
kegiatan ekonomi suatu negara akan dapat menjadi lebih lancar, karena berdasarkan pada fakta yang
ada pada beberapa negara barang–barang ekspor impor sebagian besar dikirim melalui jalur laut
(menggunakan kapal) yang berarti membutuhkan pelabuhan atau tempat untuk bertambat, meskipun
rute perjalanan yang dituju dapat dilalui oleh alat transportasi lain. Hal tersebut dapat terjadi
mengingat jumlah barang yang dapat diangkut oleh kapal lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

55
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

barang yang dapat diangkut oleh armada lain seperti pesawat.Tinjauan mengenai pengaruh pelabuhan
terhadap perkembangan ekonomi suatu negara dapat mengacu kepada keberadaan infrastruktur yang
berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain
peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja, serta peningkatan kemakmuran
masyarakat sekitar. Dengan adanya pelabuhan maka barang–barang dagang banyak masuk ke sebuah
negara, hal ini juga bertujuan untuk memenuhi keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi barang
tersebut.Dalam hal ini, keberadaan pelabuhan yang layak, bagus, dan modern sangat diperlukan oleh
sebuah negara terlebih seperti Indonesia sudah dikenal sebagai negara maritim. Maka pelabuhan
bukan hanya sekedar untuk sebagai bahan pelengkap infrastruktur, melainkan pelabuhan tersebut
harus dikelola dengan baik profesional dan efisen.
Indonesia memang memiliki beberapa pelabuhan yang modern, seperti pelabuhan Tanjung Priok
Jakarta dan Tanjung Perak Surabaya. Namun disayangkan pelabuhan-pelabuhan tersebut belum
dikelola secara efisein. Tidak efisen dalam soal waktu (waktu bongkar muat kapal) ini yang pada
akhirnya berdampak pada biaya/ongkos muat barang. Kendala ini juga yang membuat mobilitas
bongkar muat pelabuhan di Indonesia menjadi tidak efektif dan efisen. Oleh karena itu, tak heran jika
World Economy Forum melaporkan bahwa kualitas pelabuhan Indonesia hanya mendapatkan nilai 3,6
atau peringkat 103 dari 142 negara. Selain itu, dari 134 negara menurut Global Competitiveness
Report 2010-2011, daya saing pelabuhan di Indoensia hanya berada di urutan ke-95. Jika kondisi ini
tidak segera diperbaiki bagaimana Indonesia bisa bersaing dengan pelabuhan modern sekelas
Pelabuhan Singapura dan Hongkong.
Sumber pencemaran atau hasilan limbah utama dari kegiatan pelabuhan, khususnya pelabuhan
Tanjung Priok adalah kegiatan operasional kapal dan penunjang pelabuhan. Guna menanggulangi
pencemaran akibat kegiatan di pelabuhan, ada beberapa peraturan yang fokus untuk menanggulangi
masalah tersebut, seperti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2010 tentang
Perlindungan Lingkungan Maritim, serta Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 58 Tahun 2013
tentang Penanggulangan Pencemaran di Perairan dan Pelabuhan. Peraturan-peraturan yang bersifat
teknis seperti Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Tahun 2014 tentang Pencegahan
Pencemaran Lingkungan Maritim, mencantumkan bahwa setiap pelabuhan harus memiliki fasilitas
penampungan (baik tetap, terapung, ataupun bergerak) yang mampu menerima limbah/sampah
pencemar di laut yang berasal dari kapal dan memadai untuk tujuan penampungan dimaksud. Fungsi
fasilitas penampungan (RF) yang dimaksud diperuntukkan bagi penampungan minyak kotor,
penampungan bahan cair beracun, penampungan kotoran, panampungan sampah, penampungan bahan
perusak ozon, penampungan sedimen, dan penampungan sedimen/endapan air balas. Fasilitas
penampungan harus dirancang dan ditempatkan secara memadai untuk memenuhi keperluan
penampungan tanpa mengakibatkan keterlembatan yang tidak perlu bagi kapal (undue delay), hal
tersebut meliputi : kapasitas yang cukup, sesuai dengan jenis limbah, mudah untuk diangkut ke TPA.
Guna merangkum semua kegiatan di pelabuhan yang berpotensi mencemari dan menghasilkan
limbah, maka Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2009 tentang
Pengelolaan Limbah di Pelabuhan menyatakan bahwa setiap pelabuhan umum dan pelabuhan khusus
wajib menyediakan fasilitas pengelolaan limbah (Reception Facility) yang berasal dari usaha dan/atau
kegiatan kapal. Fasilitas pengelolaan limbah (Reception Facility) adalah fasilitas reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah
di pelabuhan yang berasal dari kegiatan operasional kapal dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan.
Dari peraturan-peraturan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingya fasilitas pengelolaan
limbah (RF) dalam menunjang perlindungan lingkungan terhadap pencemaran dan limbah akibat
kegiatan di pelabuhan. Dalam pengadaan fasilitas penampungan (RF) di pelabuhan, fasilitas tersebut
dapat diadakan dan dikelola oleh pemerintah, namaun dapat pula dilakukan oleh badan usaha atau
perusahaan lainnya setelah mendapatkan persetujuan dari penyelenggara pelabuhan dengan
berpedoman pada panduan IMO tentang pelaksanaan Fasilitas Penampung (IMO Guide to Good
Practice for Reception Facility). Pada pelaksanaannya, fasilitas penampungan (RF) di Pelabuhan
Tanjung Priok dikelola oleh Pelindo II dibantu oleh PT. Nusantararindu Abadi Pesona (No. LH 149
Tahun 2011 / No. 228 Tahun 2013) yang berakhir pada bulan Desember 2015 ini. Sedangkan pihak ke
3 yang membantu pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah ini tercantum pada tabel di bawah ini :

56
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

Tabel 1 Daftar Rekanan Pengumpul


NO NAMA PERUSAHAAN NOMOR IZIN
1 PT. Primanru Jaya No.LH.234 Tahun 2011
2 PT. Anna Jaya Mandiri No.LH.213 Tahun 2012
3 PT. Bina Samsurya Mandala Putra No.LH.294 Tahun 2010
4 PT. Nirmala Tipar Sesama No.LH.128 Tahun 2010
5 PT. Prima Karya Ayu Mandiri No.LH.04 Tahun 2012
Sumber: PT Nusantararindu Abadi Pesona, 2015

Kantor Otoritas Pelabuhan (OP) dalam hal ini Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok sesuai
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kantor Otoritas Pelabuhan Utama mempunyai tugas melaksankan pengaturan, pengendalian,
dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan pada pelabuhan yang diusahakan secara komersil,
sedangkan salah satu fungsi utamanya adalah Pelaksanaan Penjaminan dan Pemeliharaan Kelestarian
Lingkungan di Pelabuhan.
Dari uraian di atas, secara fungsi utamanya Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok
bertanggung jawab terhadap penjaminan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan, sehingga
Studi Evaluasi Reception Facility ini dilakukan untuk mendukung tugas pokok Kantor Otoritas
Pelabuhan Utama Tanjung Priok mengingat terus meningkatnya kunjungan kapal dan pengembangan
sarana dan prasarana di tanjung Priok dari tahun ke tahun.
Maksud dari kegiatan kajian ini adalah terpenuhinya kebutuhan Reception Facility dengan tingkat
pertumbuhan arus kunjungan kapal dari tahun ke tahun, dan sebagai pedoman dalam perencanaan
kegiatan penjaminan pemeliharaan kelestarian lingkungan di pelabuhan sehingga dapat dilakukan
sesuai dengan kebutuhan.
Tujuannya adalah sebagai bahan evaluasi dan pelaksanaan pengaturan, pengawasan, dan pengendalian
penanganan limbah di Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga kegiatan pengelolaan dapat optimal dalam
mengurangi permasalahan yang timbul.

METODE PENELITIAN
Diagram alir proses studi adalah sebagai berikut :

Gambar 1 Diagram Alur Proses Studi

57
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

Gambar 2 Diagram Alur Proses Studi Tahap I

Gambar 3 Diagram Alur Proses Studi Tahap II

Gambar 4 Diagram Alur Proses Studi Tahap III

HASIL
Fasilitas pengelolaan limbah (Reception Facility) adalah fasilitas reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolahan dan/atau penimbunan limbah di pelabuhan
yang berasal dari kegiatan operasional kapal dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan. Fungsi fasilitas
pengelolaan limbah (RF) yang dimaksud diperuntukkan bagi penampungan minyak kotor,
penampungan bahan cair beracun, penampungan kotoran, panampungan sampah, penampungan bahan
perusak ozon, penampungan sedimen, dan penampungan sedimen/endapan air balas. Fasilitas
penampungan harus dirancang dan ditempatkan secara memadai untuk memenuhi keperluan
penampungan tanpa mengakibatkan keterlembatan yang tidak perlu bagi kapal (undue delay), hal
tersebut meliputi : kapasitas yang cukup, sesuai dengan jenis limbah, mudah untuk diangkut ke TPA.
Reception Facility di Pelabuhan Tanjung Priok di kelola oleh PT. Pelindo II (Persero) yang beralamat
di Jl. Penjalai No.1 Pelabuhan Tanjung Priok dibawah pimpinan Manager Properti. Memiliki personil

58
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

sebanyak 26 orang dengan penanggung jawab dipegang langsung oleh Direktur Utama PT. Pelindo II
(Persero).
Pada pelaksanaan pelayanan pengambilan limbah dari kapal, Reception Facility di bantu oleh pihak
ke 3 sebagai koordinator yaitu PT. Nusantararindu Abadi Pesona (PT. NAP). Dapat dilihat di skema
di bawah ini tentang SOP pengelolaan Limbah B3 di Reception fasilities.

Gambar 5 Bagan Alir Pelayanan Pengambilan Limbah Kapal yang Dikelola oleh PT. Pelindo II

Hasil identifikasi jenis dan volume limbah dari kegiatan penunjang pelabuhan dan operasional kapal
baik limbah bahan berbahaya beracun (B3) serta limbah padat dan cair domestik dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2 Hasil Kuantifikasi Limbah Dome stik


Proyeksi Tahun Proyeksi
No Jenis Limbah Kode Kuantifikasi
2020 Tahun 2030
Kegiatan Penunjang Pelabuhan
Limbah Padat 87.208,44 361.293.410,4
1 - 1.355,01 m3 /hari
Domestik m3 /Tahun m3 /Tahun
Limbah Cair 305,468
2 - 162,840 m3 /hari 289,608 m3 /hari
Domestik m3 /hari
Sumber : Hasil Analisa

Tabel 3 Hasil Kuantifikasi Limbah Bahan Berbahaya Beracun Kegiatan Penunjang Pelabuhan
No Jenis Limbah Kode Kuantifikasi
Kegiatan Penunjang Pelabuhan
Kegiatan Peti Kemas
Minyak Pelumas
1 B105d 1.600 liter/ 3 bulan
Bekas
Limbah
2 B107d 90 kg/bulan
Elektronik
Kegiatan Dok Galangan
1 Minyak Pelumas B105d 600 liter/bulan

59
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

No Jenis Limbah Kode Kuantifikasi


Bekas
2 Pasir Kwarsa B323-1 1.333 kg/bulan
3 Kawat Bekas A323-3 560 kg/bulan
4 Kawat Las B323-3 85 kg/bulan
Kegiatan Operator Terminal Konvensional
Limbah Kemasan
1 B104d 200 kg/bulan
B3
Sumber : Hasil Analisa

Tabel 4 Hasil Kuantifikasi Limbah Bahan Berbahaya Beracun Kegiatan Operasional Kapal
Jenis Proyeksi Kewajiban Proyeksi
No Kode Kuantifikasi
Limbah Pembuangan Limbah Tahun 2020
Kegiatan Opersional Kapal
Sludge 1250
1 A323-2 597 Ton/Bulan 1050 Ton/Bulan
Oil Ton/Bulan

Hasil evaluasi sarana dan prasarana serta sumberdaya manusia dalam pengelolaan Reception Facility
berdasarkan peraturan lingkungan yang berlaku dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 5 Hasil Evaluasi Sarana dan Prasarana serta Sumber Daya Manusia Pengelolaan
Reception Facility
No Kriteria Acuan Hasil Analisa Ket
Sketsa dan Ukuran
Permenhub Nomor 29 Memenuhi
1 Sambungan -
Tahun 2014 Syarat
Pembuangan Standar
Tempat Penyimpanan
Kepbapedal Nomor 1 Memenuhi Perlu ada
2 dan Pengumpulan
Tahun 1995 Syarat perbaikan
Limbah B3
Permenhub Nomor 29
Sarana dan Prasarana
Tahun 2014 Memenuhi
3 Kesehatan dan -
Kepbapedal Nomor 1 Syarat
Keselamatan Kerja
Tahun 1995
4 Evaluasi SDM Analisa Beban Kerja 0,7 Rendah

Hasil analisa terhadap penanganan dan pengelolaan limbah di Reception Facility berdasarkan
Peraturan Pemerintah 101 Tahun 2014 berdasarkan hasil analisis diketahui yang terlayani berupa
sertifikat penyerahan limbah serta manifest pengangkutan, selain itu ditemukan perbedaan kuantitas
jumlah limbah yang tertulis di surat permohonan, sertifikat penyerahan limbah, dan manifest
pengangkutan.
Hasil analisa dan evaluasi terhadap kinerja pelayanan Reception Facility diketahui bahwa yang
menjadi nilai jual adalah pelayanan yang memuaskan. Aspek atribut jasa yang menonjol dalam
tingkat kepuasan pelanggan adalah mutu pelayanan dan sarana dan prasarana, sedangkan aspek yang
harus diperbaiki adalah tata letak dan harga pelayanan dan jasa. Aspek hubungan pelanggan yang
menonjol adalah pelayanan yang jujur dan sopan, sedangkan aspek yang harus diperbaiki adalah daya
tanggap terhadap keluhan dan keterbukaan informasi.
Hasil analisa dan perhitungan kapasitas dan daya tampung Reception Facility dilihat dari sarana dan
prasarana yang dimiliki masih dapat menampung limbah yang dihasilkan kegiatan operasional kapal.
Apabila sarana dan prasarana yang ada pada saat ini dimiliki diproyeksikan untuk menampung
pengembangan pelabuhan jangka pendek, menengah, dan jangka panjang (operasional kapal dan
penunjang pelabuhan) tentu saja diperlukan peningkatan sarana dan prasarana.
Dalam mengimplementasikan penanganan bahan berbahaya dan beracun di Pelabuhan Tanjung Priok,
telah dibuat rancangan yang dapat dijadikan pedoman atau panduan pengelolaan limbah pelabuhan
dan kapal di Pelabuhan Tanjung Priok dengan alur dibawah ini

60
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

Gambar 6 Pedoman Alur Pengelolaan Limbah di Pelabuhan

Dari hasil analisa diketahui selain tiga kegiatan yang dijadikan contoh kegiatan di pelabuhan yaitu
peti kemas, galangan, dan operator pelabuhan. Terdapat juga kegiatan curah cair dan curah kering di
Pelabuhan Tanjung Priok. Adapun rancangan pedoman ( SOP ) alur pengelolaan limbah penunjang
pelabuhan disajikan dalam tabel di bawah ini :

61
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

Gambar 7 Rancangan SOP Pengangkutan Limbah B3 dari Kegiatan Penunjang


Pelabuhan ke RF (Pengumpul)

Gambar 8 Rancangan SOP Pengangkutan Limbah B3 dari RF (Pengumpul) ke Pemanfaat

62
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

Gambar 9 Rancangan SOP Pengangkutan Limbah B3 Kapal Ke Pengumpul


Melalui Mobil Tangki

Usulan Desain untuk Tata Letak Reception Facility yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan

63
GEOPLANART Vol 1, No 1, Mei 2017

DAFTAR PUSTAKA
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim
Peraturan PemerintahNomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2006 tentang penanggulangan Keadaan Darurat
Tumpahan Minyak di Laut
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pengelolaan
Limbah di Pelabuhan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 34 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Kesyahbandaran Utama
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Otoritas Pelabuhan Utama
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun 2012 tentang Organisasidan Tata Kerja
Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 58 Tahun 2013 tentang Penanggulangan
Pencemaran di Perairandan Pelabuhan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 29 Tahun 2014 tentang Pencegahan Pencemaran
Lingkungan Maritim
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1 Tahun 1995 tentang Tatacara dan Persyaratan Teknis
Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Keputusan Kepala Bapedal Nomor 4 Tahun 1995 tentang Tatacara Persyaratan Penimbunan
HasilPengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan, dan Lokasi Bekas Penimbunan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Marine Polution 1973/1978 :International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships
International Marine Organization : Good practice for Port Reception Facility
Rompo, Nophadol, Why the Balanced Scorecard Fails in SMEs : A Case Study, IJBM, 2011
Arman, Pouresia.,dkk, Balanced Scorecard : A New Tool for Performance Evaluation, IJCRB,
2013

64

Anda mungkin juga menyukai