Materi Geodesi
Materi Geodesi
Materi Geodesi
*[email protected]
*[email protected]
Abstract. The existence of ground water is very dependent on the amount of rainfall and the
amount of water that can seep into the ground. Other influencing factors are lithological
conditions (rocks) and local geology. Loose sandy soil conditions or rocks with high permeability
will facilitate the infiltration of rainwater into rock formations. On the other hand, rocks with
strong and compact cementation have the ability to absorb small amounts of water. The problem
of water entering the mine site and flooding the mining site is a very important problem for the
company. This is because water entering the mining site can interfere with mining activities and
result in production delays for the company in achieving the production targets that have been
set, so that if this happens, the company will experience losses both materially and time. From
the results of the analysis of the calculation of groundwater discharge with the determination of
the value of K (hydraulic conductivity), the total groundwater discharge that enters the pit is
10,049 m3/second, 602,94 m3/minute, 36.176,4 m3/hour or 868.233,6 m3/day.
169
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah
hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam
tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi
litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah
yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya
tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam
formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan
sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk
meresapkan air kecil.
170
Lapisan batubara yang berada pada daerah WIUP PT. Sehingga debit air tanah dapat dicari dengan persamaan
Bukit Asam,Tbk., Tanjung Enim terbentuk dalam proses berikut:
pengendapan fasies paludal (rawa) hingga fasies channel
atau bar dan menempati tepi barat bagian selatan Q=VxA
cekungan Sumatera Selatan sub-cekungan Palembang. =KxixA
Lapisan batubara tersebut tersingkap dalam 12 lapisan
yang terdiri dari urutan tua sampai muda diantaranya dimana, V adalah Kecepatan aliran air dalam akuifer
terdapat 5 (lima) lapisan utama yaitu: lapisan keladi, (m/s), K Hydraulic Conductivity (cm/s), i Gradien
lapisan merapi, lapisan petai, lapisan suban dan lapisan hidraulik searah aliran, ∆h Tinggi tekan piezometrik
mangus. (potential head) = h1-h2, L Jarak titik tinjauan, Q Debit
air melalui akuifer (m3 /det) dan A Luas penampang
4 Air Tanah (m2).
4.3 Perhitungan Air Tanah Tabel 1. Rentang Nilai Konduktivitas Hidraulik (Fetter, 2001)
Pergerakan air tanah terjadi mulai dari recharge area
(masuknya air dalam tanah), bergerak menuju Discharge Konduktivitas Hidrolik
Material
area (keluarnya air tanah dalam bentuk mata air, (cm/det)
rembesan atau limpasan pada sumur). Pergerakan air
Lempung 10-9 - 10-6
tanah dapat didekati dengan Hukum Darcy pada
persamaan berikut: Lanau, lanau pasiran,
10-6 - 10-4
pasir lempungan, till
V = K.i = K x
Pasir lanauan, pasir halus 10-5 - 10-3
171
basalt)
Pasir terpilah baik,
10-3 - 10-1
glacial outwash
Batuan beku dan metamorf
terkekarkan (Fractured
Kerikil terpilah baik 10-2 - 100 8x10-9 - 3x10-4
igneous and metamorphic
rock)
Tabel 2. Rentang Nilai Konduktivitas Hidrolika (Freeze & Granit lapuk (Weathered
Cherry, 1979) ((Neuzil, 1994)
granite) 3.3x10-6 - 5.2 x 10-5
Gabro lapuk (Weathered
Material K (cm/sec) gabbro) 5.5x10-7 - 3.8 x 10-6
Gravel 10-1 – 100
Basal (Basalt) 1x10-11 - 4.7x10-7
-4
Clean Sand 10 – 1 Batuan beku dan metamorf
Silty Sand 10ˉ5 – 10-1 tak terkekarkan (Unfractured
3x10-14 - 2x10-10
-7 -3 igneous and metamorphic
Silt 10 - 10 rock)
Glacial till 10-10 - 10-4
Clay 10-10 - 10-6
10-7 – 1 5 Metode Penelitian
Limestone and dolomite
Fractured Basalt 10ˉ5 - 1 5.1 Jenis Penelitian
-8
10 - 10 -3 Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode
Sandstone penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
Igneous and
10-11 - 10-2 penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan, menguji,
Metarmophic Rock dan menentukan hubungan antar variabel dengan
Shale 10-14 – 10-8 memilah permasalahan menjadi bagian yang dapat
diukur atau dinyatakan dalam bentuk angka. Penelitian
Tabel 3. . Rentang Nilai Konduktivitas Hidraulik . (Domenico kuantitatif menggunakan instrumen atau alat pengumpul
& Schwartz, 1990) data yang menghasilkan data numerikal (angka).
172
A’
B’
3. Dari hasil korelasi penampang geologi, maka dapat Gambar 5. Section A-A’ dan Section B-B’
digambarkan kondisi hidrostratigrafi yang
diterjemahkan oleh penampang hidrogeologi. Selanjutnya pembuatan model dari hasil pemotongan
4. Selanjutnya adalah pembuatan penampang geologi section yang dimulai dari section B-B’ seperti terlihat
dan penampang hidrogeologi serta diagram pagar pada Gambar 6.
(fence diagram).
5. Setelah itu dilakukannya penentuan nilai K
berdasarkan literatur yang didapat.
6. Langkah terakhir adalah merumuskan debit air tanah.
Dari hasil penampang geologi dan hidrogeologi,
didapatkan model diagram pagar (fence diagram) untuk
melihat potensi akuifer dan selanjutnya dapat
menghitung berapa banyak air tanah yang masuk pada
pit X PT Bukit Asam, Tbk.
Pada awalnya kolam penampungan air (sump) yang Selanjutnya pembuatan korelasi penampang dari hasil
berada di pit X adalah lokasi penggalian batubara. pemotongan section A-A’ seperti terlihat pada Gambar
Seiring berjalannya waktu semakin dalam dan semakin 7.
sedikitnya batubara, lapisan batuan yang menyimpan dan
mengalirkan air (akuifer) terpotong oleh pit sehingga air
yang mengalir keluar mengisi ruang pit yang dalam.
Seperti prinsip air, mengikuti arah terendahnya.
173
Selanjutnya diketahui elevasi pit saat ini berada pada
elevasi 35,78 mdpl dan elevasi sump berada pada -7
mdpl. Sehingga dapat di modelkan bentuk pit seperti
terlihat pada Gambar 8.
174
Akuifer Akuifer
A5 2 x 10ˉ⁶ 1.67 72649.438 0.002426491 41 A41 2 x 10ˉ⁶ 0.97 36498.4836 0.000708071
Sekunder Sekunder
Akuifer Akuifer
A6 2 x 10ˉ⁶ 0.27 13289.3086 7.17623E-05 42 A42 2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 2760.61734 0.001863417
Primer
Sekunder
Akuifer
Akuifer 43 A43 2,5 x 10ˉ⁴ 0.83 31147.2356 0.064630514
A7 2 x 10ˉ⁶ 3.61 165047.04 0.011916396 Primer
Sekunder Akuifer
Akuifer 44 A44 2 x 10ˉ⁶ 1.11 57780.4563 0.001282726
A8 2 x 10ˉ⁶ 1.53 75002.4944 0.002295076 Sekunder
Sekunder 45 A45 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.42 54.5494614 3.43662E-07
Akuifer Akuifer
A9 2,5 x 10ˉ⁴ 0.97 36349.4406 0.088147393 46 A46 2 x 10ˉ⁶ 0.27 18564.6998 0.000100249
Primer Sekunder
Akuifer Akuifer
A10 2,5 x 10ˉ⁴ 6.1 280354.413 4.275404805 47 A47 2 x 10ˉ⁶ 2.22 91247.5904 0.004051393
Primer Sekunder
Akuifer
Akuifer 48 A48 2 x 10ˉ⁶ 0.83 37756.7412 0.000626762
A11 2 x 10ˉ⁶ 1.67 74836.8634 0.002499551 Sekunder
Sekunder
49 A49 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 1.39 57809.4165 0.001205326
Akuifer
A12 2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 164658.065 0.456926131 50 A50
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 12185.7963 0.008225413
Primer Primer
Akuifer 51 A51 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 1.39 47542.6827 0.000991265
A13 2 x 10ˉ⁶ 0.27 60465.7168 0.000326515
Sekunder Akuifer
52 A52 2 x 10ˉ⁶ 1.67 63423.1647 0.002118334
Akuifer Sekunder
A14 2 x 10ˉ⁶ 0.27 47434.733 0.000256148 Jumlah Debit Air Tanah 10.04917662
Sekunder
Akuifer
A15 2 x 10ˉ⁶ 3.61 296308.504 0.021393474
Sekunder
Akuifer
A16 2 x 10ˉ⁶ 1.53 126315.27 0.003865247 8. Langkah terakhir adalah merumuskan debit air tanah.
Sekunder
Akuifer Maka dapat diketahui debit air tanah dengan
A17 2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 59316.3904 0.040038563
Primer mengalikan nilai K, i dan A dengan bantuan tabel
Akuifer perhitungan air tanah. Sehingga, diketahui debit air
A18 2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 213362.488 0.592080904
Primer
Akuifer tanah sebesar 10,049 m3/detik, , 602,94 m3/menit,
2 x 10ˉ⁶
A19
Sekunder
2.22 200463.869 0.008900596
36.176,4 m3/jam atau 868.233,6 m3/hari.
Akuifer
A20 2,5 x 10ˉ⁴ 0.55 167422.787 0.230206332
Primer
Akuifer
A21 2 x 10ˉ⁶ 0.27 18572.5771 0.000100292
Sekunder 7 Penutup
Akuifer
A22 2,5 x 10ˉ⁴ 0.14 33639.2936 0.011773753
Primer 7.1 Kesimpulan
Akuifer
A23 2 x 10ˉ⁶ 0.55 141351.095 0.001554862
Sekunder
Dari hasil penelitian analisis perhitungan debit air
Akuifer
A24 2,5 x 10ˉ⁴ 0.14 12460.201 0.00436107 tanah maka dapat disimpulkan:
Primer
Akuifer
A25 2 x 10ˉ⁶ 0.83 175964.351 0.002921008
Sekunder 1. Dari data litologi bor yang diketahui, dapat
A26 Akuitar 1,5x10ˉ⁵ 0.27 50205.0374 0.002033304 dilakukan pemodelan keadaan pit sebelum
A27 Akuitar 1,5x10ˉ⁵ 0.42 105403.706 0.006640433
terjadi reposisi menjadi daerah kolam
Akuifer
A28 2,5 x 10ˉ⁴ 2.5 248520.615 1.553253847 penampungan air (sump).
Primer
A29
Akuifer
2 x 10ˉ⁶ 2.5 325574.113 0.016278706
2. Berdasarkan data log bor yang didapat, maka
Sekunder dapat diketahui penampang geologi,
A30 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.27 73536.3304 0.000297822
Akuifer
hidrogeologi dan diagram pagar (fence
A31 2 x 10ˉ⁶ 0.55 47501.6701 0.000522518 diagram) hidrogeologi dengan bantuan
Sekunder
A32
Akuifer
2 x 10ˉ⁶ 3.89 410699.072 0.031952388
software Corel Draw seperti terlihat pada
Sekunder Gambar (9-11) .
Akuifer
A33 2 x 10ˉ⁶ 1.39 154762.75 0.004302404 3. Untuk penentuan nilai K, dapat dilakukan
Sekunder
A34 Akuitar 1,5x10ˉ⁶ 0.83 251685.329 0.003133482 dengan studi literatur dengan menyamakan
A35
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 2.2 425738.485 2.341561668 nilai K setiap lapisan batuan yang ada dengan
Primer nilai K dalam satuan (cm/detik) atau Darcy..
A36 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.83 198999.784 0.002477547
Akuifer Untuk selanjutnya nilai kemiringan atau
A37 2 x 10ˉ⁶ 1.39 198643.881 0.0055223
Sekunder gradien hidraulik searah aliran (i) dengan
A38
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 78145.9938 0.216855133 menghitung berapa besar sudut kemiringan tiap
Primer
lapisan dan luas penampang (A) berdasarkan
Akuifer
A39 2 x 10ˉ⁶ 0.27 1788.21757 9.65637E-06 tiap lapisan yang mampu menyimpan dan
Sekunder
A40
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 8511.02148 0.005744939
mengalirkan air baik dalam skala banyak
Primer ataupun sedikit.
4. Berdasarkan pemodelan penampang geologi
dan hidrogeologi serta penentuan nilai K maka
didapat jumlah air tanah yang masuk kedalam
pit X adalah sebesar 10,049 m3/detik, 602,94
m3/menit, 36.176,4 m3/jam atau 868.233,6
m3/hari.
175
7.2 Saran
Daftar Pustaka
[1] Komarudin, 2016. Teori Dasar. Repository.
unisba.ac.id
[2] Mori, Kiyotoka. Hidrologi. Jakarta : Pradnya
Paramita, 1999.
[3] Simaremare, Siroha. 2015. Analisis Aliran Air
Tanah Satu Dimensi (Kajian Laboratorium). Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1. Maret
2015.M. Ben Rabha, M.F. Boujmil, M. Saadoun, B.
Bessaïs, Eur. Phys. J. Appl. Phys.
[4] Usmar dkk, 2006. Deskripsi Air Tanah. Yogyakarta.
UGM Press.
[5] Setiawan, Taat. 2017. Karakteristik Hidrolika
Batuan Sedimen Tersier Berdasarkan Analisis Uji
Pemompaan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas,
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi.
176