Materi Geodesi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol. 6, No.

Analisis Perhitungan Debit Air Tanah pada Sistem Penyaliran


Tambang Terbuka di Pit X PT. Bukit Asam Tbk., Kabupaten
Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
Trio Mei Kristin Zendrato1*, Rusli HAR1**
1
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia

*[email protected]
*[email protected]

Abstract. The existence of ground water is very dependent on the amount of rainfall and the
amount of water that can seep into the ground. Other influencing factors are lithological
conditions (rocks) and local geology. Loose sandy soil conditions or rocks with high permeability
will facilitate the infiltration of rainwater into rock formations. On the other hand, rocks with
strong and compact cementation have the ability to absorb small amounts of water. The problem
of water entering the mine site and flooding the mining site is a very important problem for the
company. This is because water entering the mining site can interfere with mining activities and
result in production delays for the company in achieving the production targets that have been
set, so that if this happens, the company will experience losses both materially and time. From
the results of the analysis of the calculation of groundwater discharge with the determination of
the value of K (hydraulic conductivity), the total groundwater discharge that enters the pit is
10,049 m3/second, 602,94 m3/minute, 36.176,4 m3/hour or 868.233,6 m3/day.

Keywords: Total Groundwater Discharge, value of K (hydraulic conductivity).

1 Pendahuluan penampungan (sump) dan kemudian dialirkan keluar


tambang dengan pompa, yang kemudian akan di
PT. Bukit Asam Tbk (PT. BA) bergerak dalam bidang treatment terlebih dahulu untuk menetralkan kadar asam
pertambangan batubara, termasuk survei umum, pada air hasil pemompaan tersebut.
eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian,
pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas Sistem penyaliran tambang salah satu kegiatan yang
pelabuhan batubara khusus untuk keperluan internal dan bukan merupakan kegiatan utama dalam kegiatan
kebutuhan eksternal, pengoperasian pembangkit listrik penambangan melainkan salah satu aspek pendukung.
tenaga uap untuk kebutuhan internal dan eksternal dan Kegiatan tersebut menjadi suatu kegiatan yang
memberikan jasa konsultasi terkait industri diutamakan apabila di dalam area penambangan
pertambangan batubara serta produk turunannya, dan memiliki permasalahan terhadap air permukaan (run off)
pengembangan perkebunan. Sistem penambangan yang atau air tanah. Terdapatnya air limpasan dan air tanah
digunakan di PT. Bukit Asam adalah open pit. pada lokasi tambang dapat menghambat kegiatan
penambangan yang sedang berlangsung, karena kerja
Sistem penyaliran yang diterapkan oleh PT. Bukit Asam, alat berat tidak optimal.
yaitu mine dewatering dan mine drainage. Sistem
penyaliran yang diterapkan pada lokasi tambang di pit X Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang
PT. Bukit Asam yaitu dengan metode mine dewatering terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah
dengan menggunakan metode sumuran (sump) yaitu yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari batuan.
mengeluarkan air yang telah masuk ke tempat Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir
penambangan dan kemudian ditampung pada kolam disebut air celah (fissure water) (Mori dkk., 1999).

169
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah
hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam
tanah. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi
litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi tanah
yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya
tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan kedalam
formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan
sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk
meresapkan air kecil.

Permasalahan air yang masuk kedalam lokasi tambang


dan menggenangi lokasi penambangan merupakan
masalah yang sangat penting bagi perusahaan. Hal ini
dikarenakan air yang masuk ke lokasi penambangan Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah
dapat mengganggu aktivitas penambangan dan
mengakibatkan terhambatnya produksi bagi perusahaan
dalam mencapai target produksi yang telah ditetapkan,
sehingga apabila hal tersebut terjadi maka perusahaan
akan mengalami kerugian baik secara materil maupun
waktu.

Dari permasalahan tersebut, maka perlu diketahui air


tanah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
sistem penyaliran tambang pada daerah lokasi penelitian
perlu diketahui berapa debit air tanah yang masuk ke
dalam lokasi pit sebagai acuan dalam penentuan dimensi
kolam penampungan air ((sump) dan jumlah pompa yang
digunakan untuk mengeluarkan air dari kolam
penampungan air (sump).
Gambar 2. Peta lokasi daerah penelitian
2 Lokasi Penelitian
3 Kondisi Geologi
Secara geografis, wilayah penambangan PT. Bukit Asam
Tbk. Untuk Unit Pertambangan Tanjung Enim terletak Daerah penambangan PT. Bukit Asam, Tbk., Tanjung
pada posisi 103°45’00’’ bt-103°50’10’’ bt dan 3°42’30’’ Enim termasuk dalam zona fisiografis cekungan
ls‒4°47’30’’ ls atau garis bujur 9.583.200–9.593.200 dan Sumatera Selatan. Cekungan Sumatera Selatan bagian
lintang 360.600–367.000, berjarak ± 161 km dari pusat dari Sumatera bagian Timur, yang di pisahkan dari
kota palembang. Wilayah Izin Usaha pertambangan Sumatera Tengah oleh Tinggian Asahan atau Bukit Tiga
batubara PT. Bukit Asam Tbk., terletak di Kabupaten Puluh di Barat Laut, membentang ke Selatan dibatasi
Muara Enim dan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera oleh pegunungan Bukit Barisan dan daratan pra tersier
Selatan terbagi dalam lima wilayah penambangan, yaitu: disebelah Timur Laut. Untuk peta geologi regional
Tambang Air Laya (TAL) seluas 7.621 ha, wilayah Muara Enim dan sekitarnya menurut Cobrie dan
Muara Tiga Besar (MTB) 3.300 ha, wilayah Banko Barat Purnomo (1986) dapat dilihat pada Gambar 3 berikut:
4.500 ha, wilayah Banko Tengah 2.423 ha dan wilayah
Banko Tengah b 22.937 ha.

Untuk menuju ke Tanjung Enim dapat ditempuh melalui


jalur darat dengan rute Padang – Solok– Kiliranjao – gn.
Medan – Muara Bungo – Bangko – Sarolangun– Lubuk
Linggau – Lahat - Kabupaten Muara Enim – Tanjung
Enim dengan waktu tempuh ± 17 jam perjalanan. Untuk
menuju lokasi penelitian dapat menggunakan sarana
transportasi darat seperti kendaraan roda empat (mobil
operasional) atau bus karyawan PT. Bukit Asam, Tbk.
dengan waktu tempuh ± 25 menit.

Gambar 3. Peta Geologi Regional Muara Enim dan


Sekitarnya

170
Lapisan batubara yang berada pada daerah WIUP PT. Sehingga debit air tanah dapat dicari dengan persamaan
Bukit Asam,Tbk., Tanjung Enim terbentuk dalam proses berikut:
pengendapan fasies paludal (rawa) hingga fasies channel
atau bar dan menempati tepi barat bagian selatan Q=VxA
cekungan Sumatera Selatan sub-cekungan Palembang. =KxixA
Lapisan batubara tersebut tersingkap dalam 12 lapisan
yang terdiri dari urutan tua sampai muda diantaranya dimana, V adalah Kecepatan aliran air dalam akuifer
terdapat 5 (lima) lapisan utama yaitu: lapisan keladi, (m/s), K Hydraulic Conductivity (cm/s), i Gradien
lapisan merapi, lapisan petai, lapisan suban dan lapisan hidraulik searah aliran, ∆h Tinggi tekan piezometrik
mangus. (potential head) = h1-h2, L Jarak titik tinjauan, Q Debit
air melalui akuifer (m3 /det) dan A Luas penampang
4 Air Tanah (m2).

4.1 Pengertian Air Tanah 4.4 Konduktivitas Hidraulik


Air tanah dapat tersimpan dan mengalir pada lapisan Konduktivitas hidraulik merupakan ukuran dari
batuan yang dikenal dengan akuifer (aquifer). Akuifer kemampuan media berpori meloloskan fluida yang
adalah lapisan bawah tanah yang mengandung air dan melewatinya (Aji, 2012). Nilai konduktivitas hidrolik
mampu mengalirkan air. Hal ini disebabkan karena tergantung dari jenis media berpori serta fluida yang
lapisan tersebut bersifat permeable yaitu mampu melewatinya dengan dimensi yang sama dengan
mengalirkan air baik karena adanya pori-pori pada kecepatan.
lapisan tersebut ataupun memang sifat dari lapisan
batuan tertentu (Herlambang, 1996). Koefisien konduktivitas hidrolik tergantung pada ukuran
rata-rata pori yang dipengaruhi oleh distribusi ukuran
4.2 Jenis-jenis akuifer partikel, bentuk partikel, dan struktur tanah. Secara garis
Menurut Krussman dan Ridder (1970) dalam Utaya besar, semakin kecil ukuran partikel, semakin kecil pula
(1990), berdasarkan kadar kedap air dari batuan yang ukuran pori dan makin rendah konduktivitas hidroliknya
melingkupi akuifer terdapat beberapa jenis akuifer, (Craig, 1991).
yaitu:
1. Akuifer tertekan (confined aquifer). Akuifer tertekan Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh sifat fisik yaitu
adalah akuifer yang lapisan atas dan bawahnya porositas, ukuran butir, susunan butir, bentuk butir, dan
dibatasi oleh lapisan yang kedap air. distribusinya. Rentang nilai permeabilitas intrinsik dan
2. Akuifer setengah tertekan (semi confined aquifer). konduktivitas hidrolika batuan (Fetter, 2001). Satuan
Akuifer setengah tertekan adalah akuifer yang permeabilitas intrinsik dengan satuan Darcy adalah
lapisan diatas atau di bawahnya masih mampu sekitar seribu kalisatuan konduktivitas hidrolika dengan
meluluskan atau dilewati air meskipun sangat kecil. satuan cm/det. Menurut Fetter (2001) batuan sedimen
3. Akuifer setengah bebas (semi unconfined aquifer). klastik (terkonsolidasi) memiliki karakter permeabilitas
Akuifer jenis ini merupakan peralihan antara akuifer primer yang sama dengan batuan sedimen lepas. Akan
setengah tertekan dengan akuifer tidak tertekan tetapi, proses diagenesis dapat mengurangi ukuran pori-
(bebas). Dimana, lapisan bawahnya yang merupakan pori antarbutiran karena adanya kompaksi dan
lapisan kedap air, sedangkan lapisan atasnya sementasi. Fetter (2001) menyebutkan bahwa akuifer
merupakan material berbutir halus, sehingga pada merupakan unit geologi yang dapat menyimpan dan
lapisan penutupnya masih memungkinkan adanya melalukan air dalam jumlah yang cukup dengan karakter
gerakan air. permeabilitas intrinsik lebih dari 10-2 Darcy. Lapisan
4. Akuifer bebas (unconfined aquifer). Pada akuifer pengekang (confininglayer) merupakan unit geologi
jenis ini lapisan atasnya mempunyai permeabilitas yang memiliki permeabilitas intrinsik kurang dari 10-2
yang tinggi, sehingga tekanan udara di permukaan air Darcy.
sama dengan atmosfer. Air tanah dari akuifer ini
disebut air tanah bebas (tidak tertgjgdfekan) dan Untuk nilai-nilai konduktivitas hidraulik pada setiap
akuifernya sendiri sering disebut water-table aquifer. lapisan batuan dapat dilihat pada tabel berikut:

4.3 Perhitungan Air Tanah Tabel 1. Rentang Nilai Konduktivitas Hidraulik (Fetter, 2001)
Pergerakan air tanah terjadi mulai dari recharge area
(masuknya air dalam tanah), bergerak menuju Discharge Konduktivitas Hidrolik
Material
area (keluarnya air tanah dalam bentuk mata air, (cm/det)
rembesan atau limpasan pada sumur). Pergerakan air
Lempung 10-9 - 10-6
tanah dapat didekati dengan Hukum Darcy pada
persamaan berikut: Lanau, lanau pasiran,
10-6 - 10-4
pasir lempungan, till
V = K.i = K x
Pasir lanauan, pasir halus 10-5 - 10-3

171
basalt)
Pasir terpilah baik,
10-3 - 10-1
glacial outwash
Batuan beku dan metamorf
terkekarkan (Fractured
Kerikil terpilah baik 10-2 - 100 8x10-9 - 3x10-4
igneous and metamorphic
rock)
Tabel 2. Rentang Nilai Konduktivitas Hidrolika (Freeze & Granit lapuk (Weathered
Cherry, 1979) ((Neuzil, 1994)
granite) 3.3x10-6 - 5.2 x 10-5
Gabro lapuk (Weathered
Material K (cm/sec) gabbro) 5.5x10-7 - 3.8 x 10-6
Gravel 10-1 – 100
Basal (Basalt) 1x10-11 - 4.7x10-7
-4
Clean Sand 10 – 1 Batuan beku dan metamorf
Silty Sand 10ˉ5 – 10-1 tak terkekarkan (Unfractured
3x10-14 - 2x10-10
-7 -3 igneous and metamorphic
Silt 10 - 10 rock)
Glacial till 10-10 - 10-4
Clay 10-10 - 10-6
10-7 – 1 5 Metode Penelitian
Limestone and dolomite
Fractured Basalt 10ˉ5 - 1 5.1 Jenis Penelitian
-8
10 - 10 -3 Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode
Sandstone penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah
Igneous and
10-11 - 10-2 penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan, menguji,
Metarmophic Rock dan menentukan hubungan antar variabel dengan
Shale 10-14 – 10-8 memilah permasalahan menjadi bagian yang dapat
diukur atau dinyatakan dalam bentuk angka. Penelitian
Tabel 3. . Rentang Nilai Konduktivitas Hidraulik . (Domenico kuantitatif menggunakan instrumen atau alat pengumpul
& Schwartz, 1990) data yang menghasilkan data numerikal (angka).

Material K (m/det) 5.2 Jenis Data


Material Sedimen tidak terkonsolidasi 5.2.1 Data Primer
(Unconsolidated Sedimentary Materials) Untuk data primer, berupa dokumentasi situasi lapangan.
Kerakal (Gravel) 3x10-4 - 3x10-2
9x10 - 6x10-3 5.2.2 Data Sekunder
Pasir kasar (Sand, coarse) Sedangkan untuk data sekunder menggunakan data
Pasir sedang (Sand,
9x10-7 - 5x10-4 litologi bor.
medium)
Pasir halus (Sand, fine) 2x10-7 - 2x10-4 5.1 Teknik Pengambilan Data
1x10-9 - 2x10-5 Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder.
Lanau (Silt loess)
Untuk data primer diukur dan diamati sendiri di
Endapan glasial (Till) 1x10-12 - 2x10-6 lapangan, sedangkan untuk data sekunder didapat dari
Lempung (Clay) 1x10-11 - 4.7x10-9 literatur perusahaan, jurnal, buku, media internet dan
Lempung laut tidak lapuk laporan penelitian yang dilakukan sebelumnya.
8x10-13 - 2x10-9
(Unweathered marine clay)
Untuk data primer, berupa dokumentasi situasi lapangan.
Batuan Sedimen Sedangkan untuk data sekunder menggunakan data
Karst dan batugamping litologi bor.
terumbu (reef limestone) 1x10-6 - 2x10-2
Batugamping dan Dolomit
(Limestone, Dolomite) 1x10-9 - 6x10-6 5.2 Teknik Analisis Data
Batupasir (Sandstone) 3x10-10 - 6x10-6 Dalam perhitungan debit air tanah, langkah yang harus
dilakukan adalah:
Batulanau (Siltstone) 1x10-11 - 1.4x10-8 1. Menyiapkan data log bor (log litologi) dari titik
Garam (Salt) 1x10-12 - 1x10-10 pemboran.
Anhydrite 4x10-13 - 2x10-8 2. Membuat korelasi penampang geologi dari 4 titik
pemboran (Log 6, Log 5, Log 4 dan Log 3), seperti
Serpih (Shale) 1x10-13 - 2x10-9 terlihat pada Gambar 4.
Batuan Kristalin (Crystalline Rocks)
Basal porous (Permeable 4x10-7 - 2x10-2

172
A’

B’

Gambar 4. Area Titik Bor

3. Dari hasil korelasi penampang geologi, maka dapat Gambar 5. Section A-A’ dan Section B-B’
digambarkan kondisi hidrostratigrafi yang
diterjemahkan oleh penampang hidrogeologi. Selanjutnya pembuatan model dari hasil pemotongan
4. Selanjutnya adalah pembuatan penampang geologi section yang dimulai dari section B-B’ seperti terlihat
dan penampang hidrogeologi serta diagram pagar pada Gambar 6.
(fence diagram).
5. Setelah itu dilakukannya penentuan nilai K
berdasarkan literatur yang didapat.
6. Langkah terakhir adalah merumuskan debit air tanah.
Dari hasil penampang geologi dan hidrogeologi,
didapatkan model diagram pagar (fence diagram) untuk
melihat potensi akuifer dan selanjutnya dapat
menghitung berapa banyak air tanah yang masuk pada
pit X PT Bukit Asam, Tbk.

6 Hasil dan Pembahasan


Sebelum menghitung debit air tanah, penulis terlebih
dahulu mencoba memodelkan keadaan pit sebelum
terjadi reposisi menjadi daerah kolam penampungan air
(sump). Gambar 6. Korelasi section B-B’

Pada awalnya kolam penampungan air (sump) yang Selanjutnya pembuatan korelasi penampang dari hasil
berada di pit X adalah lokasi penggalian batubara. pemotongan section A-A’ seperti terlihat pada Gambar
Seiring berjalannya waktu semakin dalam dan semakin 7.
sedikitnya batubara, lapisan batuan yang menyimpan dan
mengalirkan air (akuifer) terpotong oleh pit sehingga air
yang mengalir keluar mengisi ruang pit yang dalam.
Seperti prinsip air, mengikuti arah terendahnya.

Daerah yang memotong lapisan akuifer akan diisi oleh


air menuju pit yang telah dilakukan proses pengggalian
dan memenuhi pit sehingga menggenangi dan
membentuk kolam penampungan air.

Penulis memodelkan daerah pit dengan bantuan data


litologi bor di empat titik, dengan memotong section A-
A’ dan section B-B’. Setelah dipotong, maka terlihat dua
titik bor yang saling membagi seperti terlihat pada
Gambar 5.
Gambar 7. Korelasi section A-A’

173
Selanjutnya diketahui elevasi pit saat ini berada pada
elevasi 35,78 mdpl dan elevasi sump berada pada -7
mdpl. Sehingga dapat di modelkan bentuk pit seperti
terlihat pada Gambar 8.

Gambar 10. Penampang Hidrogeologi di pit X

4. Selanjutnya adalah pembuatan diagram pagar


hidrogeologi (fence diagram) seperti terlihat pada
Gambar 11.

Gambar 8. Model pit di pit X

Selanjutnya penulis mencoba menghitung berapa banyak


air tanah yang masuk ke dalam pit dengan beberapa
langkah yang harus dilakukan.
Dalam perhitungan debit air tanah, ada beberapa langkah
yang harus dilakukan untuk sampai pada perhitungan
debit, yaitu:
1. Menyiapkan data log bor (log litologi) dari titik
pemboran.
2. Membuat korelasi penampang geologi dari 4 titik
pemboran (Log 6, Log 5, Log 4 dan Log 3), seperti
terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 9.
Gambar 11. Diagram Pagar Hidrogeologi di pit X

5. Dari hasil pembuatan diagram pagar hidrogeologi


(fence diagram), dapat diketahui nilai kemiringan
atau gradien hidraulik searah aliran (i) dengan
menghitung berapa besar sudut kemiringan tiap
lapisan dan luas penampang (A) berdasarkan tiap
lapisan yang mampu menyimpan dan mengalirkan air
baik dalam skala banyak ataupun sedikit seperti
terlihat pada Gambar 11.
6. Setelah itu dilakukannya penentuan nilai K
berdasarkan literatur yang didapat. Untuk penentuan
nilai K sendiri menggunakan nilai konduktivitas
hidrolik tiap lapisan yang dinyatakan memiliki
jumlah lapisan batuan yang mampu menyimpan dan
Gambar 9. Penampang Geologi di pit X
mengalirkan air baik dalam skala banyak maupun
sedikit.
3. Dari hasil korelasi penampang geologi, maka dapat
7. Untuk keterangan nilai K, I, dan A dapat dilihat pada
digambarkan kondisi hidrostratigrafi yang
Tabel 4 berikut.
diterjemahkan oleh model hidrogeologi seperti
terlihat pada Gambar 10.
Tabel 4. Debit Air Tanah
Jenis
Lapisan K (cm/det) i (%) A (m²) Q (mᶟ/det)
Akuifer
Akuifer
A1 2 x 10ˉ⁶ 1.39 251016.41 0.006978256
Sekunder
A2 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁵ 0.27 22626.6375 0.000916379
A3 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁵ 0.83 46723.4485 0.005817069
Akuifer
A4 2,5 x 10ˉ⁴ 0.83 775.220188 0.001608582
Primer

174
Akuifer Akuifer
A5 2 x 10ˉ⁶ 1.67 72649.438 0.002426491 41 A41 2 x 10ˉ⁶ 0.97 36498.4836 0.000708071
Sekunder Sekunder
Akuifer Akuifer
A6 2 x 10ˉ⁶ 0.27 13289.3086 7.17623E-05 42 A42 2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 2760.61734 0.001863417
Primer
Sekunder
Akuifer
Akuifer 43 A43 2,5 x 10ˉ⁴ 0.83 31147.2356 0.064630514
A7 2 x 10ˉ⁶ 3.61 165047.04 0.011916396 Primer
Sekunder Akuifer
Akuifer 44 A44 2 x 10ˉ⁶ 1.11 57780.4563 0.001282726
A8 2 x 10ˉ⁶ 1.53 75002.4944 0.002295076 Sekunder
Sekunder 45 A45 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.42 54.5494614 3.43662E-07
Akuifer Akuifer
A9 2,5 x 10ˉ⁴ 0.97 36349.4406 0.088147393 46 A46 2 x 10ˉ⁶ 0.27 18564.6998 0.000100249
Primer Sekunder
Akuifer Akuifer
A10 2,5 x 10ˉ⁴ 6.1 280354.413 4.275404805 47 A47 2 x 10ˉ⁶ 2.22 91247.5904 0.004051393
Primer Sekunder
Akuifer
Akuifer 48 A48 2 x 10ˉ⁶ 0.83 37756.7412 0.000626762
A11 2 x 10ˉ⁶ 1.67 74836.8634 0.002499551 Sekunder
Sekunder
49 A49 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 1.39 57809.4165 0.001205326
Akuifer
A12 2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 164658.065 0.456926131 50 A50
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 12185.7963 0.008225413
Primer Primer
Akuifer 51 A51 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 1.39 47542.6827 0.000991265
A13 2 x 10ˉ⁶ 0.27 60465.7168 0.000326515
Sekunder Akuifer
52 A52 2 x 10ˉ⁶ 1.67 63423.1647 0.002118334
Akuifer Sekunder
A14 2 x 10ˉ⁶ 0.27 47434.733 0.000256148 Jumlah Debit Air Tanah 10.04917662
Sekunder
Akuifer
A15 2 x 10ˉ⁶ 3.61 296308.504 0.021393474
Sekunder
Akuifer
A16 2 x 10ˉ⁶ 1.53 126315.27 0.003865247 8. Langkah terakhir adalah merumuskan debit air tanah.
Sekunder
Akuifer Maka dapat diketahui debit air tanah dengan
A17 2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 59316.3904 0.040038563
Primer mengalikan nilai K, i dan A dengan bantuan tabel
Akuifer perhitungan air tanah. Sehingga, diketahui debit air
A18 2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 213362.488 0.592080904
Primer
Akuifer tanah sebesar 10,049 m3/detik, , 602,94 m3/menit,
2 x 10ˉ⁶
A19
Sekunder
2.22 200463.869 0.008900596
36.176,4 m3/jam atau 868.233,6 m3/hari.
Akuifer
A20 2,5 x 10ˉ⁴ 0.55 167422.787 0.230206332
Primer
Akuifer
A21 2 x 10ˉ⁶ 0.27 18572.5771 0.000100292
Sekunder 7 Penutup
Akuifer
A22 2,5 x 10ˉ⁴ 0.14 33639.2936 0.011773753
Primer 7.1 Kesimpulan
Akuifer
A23 2 x 10ˉ⁶ 0.55 141351.095 0.001554862
Sekunder
Dari hasil penelitian analisis perhitungan debit air
Akuifer
A24 2,5 x 10ˉ⁴ 0.14 12460.201 0.00436107 tanah maka dapat disimpulkan:
Primer
Akuifer
A25 2 x 10ˉ⁶ 0.83 175964.351 0.002921008
Sekunder 1. Dari data litologi bor yang diketahui, dapat
A26 Akuitar 1,5x10ˉ⁵ 0.27 50205.0374 0.002033304 dilakukan pemodelan keadaan pit sebelum
A27 Akuitar 1,5x10ˉ⁵ 0.42 105403.706 0.006640433
terjadi reposisi menjadi daerah kolam
Akuifer
A28 2,5 x 10ˉ⁴ 2.5 248520.615 1.553253847 penampungan air (sump).
Primer
A29
Akuifer
2 x 10ˉ⁶ 2.5 325574.113 0.016278706
2. Berdasarkan data log bor yang didapat, maka
Sekunder dapat diketahui penampang geologi,
A30 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.27 73536.3304 0.000297822
Akuifer
hidrogeologi dan diagram pagar (fence
A31 2 x 10ˉ⁶ 0.55 47501.6701 0.000522518 diagram) hidrogeologi dengan bantuan
Sekunder
A32
Akuifer
2 x 10ˉ⁶ 3.89 410699.072 0.031952388
software Corel Draw seperti terlihat pada
Sekunder Gambar (9-11) .
Akuifer
A33 2 x 10ˉ⁶ 1.39 154762.75 0.004302404 3. Untuk penentuan nilai K, dapat dilakukan
Sekunder
A34 Akuitar 1,5x10ˉ⁶ 0.83 251685.329 0.003133482 dengan studi literatur dengan menyamakan
A35
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 2.2 425738.485 2.341561668 nilai K setiap lapisan batuan yang ada dengan
Primer nilai K dalam satuan (cm/detik) atau Darcy..
A36 Akuitar 1,5 x 10ˉ⁶ 0.83 198999.784 0.002477547
Akuifer Untuk selanjutnya nilai kemiringan atau
A37 2 x 10ˉ⁶ 1.39 198643.881 0.0055223
Sekunder gradien hidraulik searah aliran (i) dengan
A38
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 1.11 78145.9938 0.216855133 menghitung berapa besar sudut kemiringan tiap
Primer
lapisan dan luas penampang (A) berdasarkan
Akuifer
A39 2 x 10ˉ⁶ 0.27 1788.21757 9.65637E-06 tiap lapisan yang mampu menyimpan dan
Sekunder
A40
Akuifer
2,5 x 10ˉ⁴ 0.27 8511.02148 0.005744939
mengalirkan air baik dalam skala banyak
Primer ataupun sedikit.
4. Berdasarkan pemodelan penampang geologi
dan hidrogeologi serta penentuan nilai K maka
didapat jumlah air tanah yang masuk kedalam
pit X adalah sebesar 10,049 m3/detik, 602,94
m3/menit, 36.176,4 m3/jam atau 868.233,6
m3/hari.

175
7.2 Saran

Ketersediaan air yang sangat melimpah pada musim


penghujan ataupun hasil dari infiltrasi yang akan masuk
kedalam pit, dapat dimanfaatkan dengan membuat
tampungan air (sump) dengan dimensi yang ideal yang
mampu menampung air baik air tanah maupun air
limpasan pada debit yang cukup besar.

Daftar Pustaka
[1] Komarudin, 2016. Teori Dasar. Repository.
unisba.ac.id
[2] Mori, Kiyotoka. Hidrologi. Jakarta : Pradnya
Paramita, 1999.
[3] Simaremare, Siroha. 2015. Analisis Aliran Air
Tanah Satu Dimensi (Kajian Laboratorium). Jurnal
Teknik Sipil dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1. Maret
2015.M. Ben Rabha, M.F. Boujmil, M. Saadoun, B.
Bessaïs, Eur. Phys. J. Appl. Phys.
[4] Usmar dkk, 2006. Deskripsi Air Tanah. Yogyakarta.
UGM Press.
[5] Setiawan, Taat. 2017. Karakteristik Hidrolika
Batuan Sedimen Tersier Berdasarkan Analisis Uji
Pemompaan di Kabupaten Cilacap dan Banyumas,
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Lingkungan dan
Bencana Geologi.

176

Anda mungkin juga menyukai