Makalah Keimanan Dan Ketaqwaan (D3 Kebidanan)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

KEIMANAN DAN KETAQWAAN DALAM ISLAM

Makalah ini disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliah
Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Wuri Pujiawati, S.Pd.I, M.Pd

Disusun Oleh : Prodi D3 Kebidanan

1. Reona Regina Firdaus (21031360)


2. Novana Fatiatur Rahmawati (21031366)
3. Anandita Nathania Putri (21031369)
4. Alfina Setiyaningsih (21031371)
5. Septiyana Asiatul Putri (21031374)
6. Tria Nur Ictiah (21031377)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN

STIKES BINA CIPTA HUSADA PURWOKERTO

2021/2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan karunia dannikmat bagi umat-
Nya. Alhamdulillah Makalah ini dapat teselesaikan tepat padawaktunya.Makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Agama Islamyang berjudul “Keimanan dan
Ketaqwaan”.

Makalah ini jauh dari sempurna.Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan.Tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yangtelah turut
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga bantuan danbimbingan yang telah
diberikan kepada kami mendapat balasan yang setimpal dariTuhan Yang Maha Esa.Semoga
makalah ini bermanfaat khusus bagi penulis dan umumnya bagi pembacanya.

Purwokerto, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Masalah.......................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3

1. Pengertian Iman......................................................................................3
2. Tanda-tanda Orang yang Beriman..........................................................5
3. Pengertian Taqwa...................................................................................6
4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan............................................7

BAB III KESIMPULAN...................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................v

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dalam menjalani kehidupan selalu berinteraksi dengan manusia lain atau
dengan kata lain melakukan interaksi sosial. Dalam melakukan interaksi sosial manusia
harus memiliki akhlak yang baik agar dalam proses interaksi tersebut tidak mengalami
hambatan atau masalah dengan manusia lain. Proses pembentuk akhlak sangat berperan
dengan masalah keimanan dan ketakwaan seseorang. Keimanan dan Ketakwaan
seseorang berbanding lurus dengan akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik
keimanan dan ketakwaan seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini
karena keimanan dan ketakwaan adalah modal utama untuk membentuk pribadi
seseorang. Keimanan dan ketakwaan sebenarnya potensi yang ada pada manusia sejak ia
lahir dan melekat pada dirinya hanya saja sejalan dengan pertumbuhan dan
perkembangan seseorang yang telah terjamah oleh lingkungan sekitarnya maka potensi
tersebut akan semakin muncul atau sebaliknya potensi itu akan hilang secara perlahan.

Saat ini keimanan dan ketakwaan telah dianggap sebagai hal yang biasa, oleh
masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti yang sebenarnya
dari keimanan dan ketakwaan itu, hal ini dikarenakan manusia selalu menganggap remeh
tentang hal itu dan mengartikan keimanan itu hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari
makna yang sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja. Oleh karena itu dari persoalan dan masalah-masalah yang terpapar diataslah yang
melatar belakangi kelompok kami untuk membahas dan mendiskusikan tentang
keimanan dan ketakwaan yang kami bukukan menjadi sebuah makalah kelompok.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian iman?
2. Bagaimana tanda-tanda orang yang beriman?
3. Apa pengertian takwa?
4. Bagaimana korelasi antara keimanan dan ketakwaan?

1
C. Tujuan Masalah
1. Mendeskripsikan pengertian iman
2. Memaparkan tanda-tanda orang yang beriman
3. Mendeskripsikan pengertian takwa
4. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketakwaan

D. Manfaat
1. Bagi penulis : melatih potensi penulis dalam menyusun makalah
2. Bagi pembaca : dapat menambah pengetahuan tentang keimanan dan
ketawaan serta mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Iman

Iman menurut bahasa adalah yakin, keimanan berarti keyakinan. Dengan demikian,
rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh
setiap pemeluk agama Islam. Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu –
amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin
yang terletak dalam hati. Akibatnya, orang yang percaya kepada Allah dan selainnya
seperti yang ada dalam rukun iman, walaupun dalam sikap kesehariannya tidak
mencerminkan ketaatan atau kepatuhan (taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih
disebut orang yang beriman. Hal itu disebabkan karena adanya keyakinan mereka bahwa
yang tahu tentang urusan hati manusia adalah Allah dan dengan membaca dua kalimah
syahadat telah menjadi Islam.

Dalam surah al-Baqarah ayat 165 :

َ Fَ‫وا إِ ْذ ي‬FF‫ظلَ ُم‬


َ‫روْ ن‬F َ َ‫ َرى الَّ ِذين‬F َ‫وْ ي‬FFَ‫ا هَّلِل ِ ۗ َول‬FًّZ‫ ُّد ُحًب‬F‫اس َم ْن يَتَّ ِخ ُذ ِم ْن دُو ِن هَّللا ِ أَ ْندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ هَّللا ِ ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
ِ ‫د ْال َع َذا‬Fُ ‫اب أَ َّن ْالقُ َّوةَ هَّلِل ِ َج ِميعًا َوأَ َّن هَّللا َ َش ِدي‬
‫ب‬ َ ‫ْال َع َذ‬

Artinya :

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain

Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-


orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa
kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal).”

Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan


keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan
(Al-Immaanu ‘aqdun bil qalbi waigraarun billisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan
demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati, ucapan, dan laku
perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan sikap hidup atau gaya hidup.

3
Definisi Iman Secara Istilah Syar’iy

1) Al-Imaam Ismaa’iil bin Muhammad At-Taimiy rahimahullah berkata :

‫اإليمان في الشرع عبارة عن جميع الطاعات الباطنة والظاهرة‬

“Iman dalam pengertian syar’iy adalah satu perkataan yang mencakup makna semua ketaatan
lahir dan batin” [Al-Hujjah fii Bayaanil-Mahajjah, 1/403].

An-Nawawiy menukil perkataannya :

‫اإليمان في لسان الشرع هو التصديق بالقلب والعمل باألركان‬

“Iman dalam istilah syar’iy adalah pembenaran dengan hati dan perbuatan dengan anggota
tubuh” [Syarh Shahih Muslim, 1/146].

2) Imaam Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah berkata :

‫ وال عمل إال بنية‬،‫أجمع أهل الفقه والحديث على أن اإليمان قول وعمل‬

“Para ahli fiqh dan hadits telah sepakat bahwasannya iman itu perkataan dan perbuatan. Dan
tidaklah ada perbuatan kecuali dengan niat” [At-Tamhiid, 9/238].

3) Al-Imaam Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata :

.‫الم‬FF‫ة اإلس‬FF‫و التكلّم بكلم‬FF‫ وه‬،‫ان‬FF‫ وقول اللس‬،‫ وهو االعتقاد‬،‫ قول القلب‬: ‫ والقول قسمان‬.‫حقيقة اإليمان مركبة من قول وعمل‬
‫ وإذا زال‬،‫ه‬FF‫ان بكمال‬FF‫ زال اإليم‬،‫ة‬FF‫ فإذا زالت هذه األربع‬.‫ وعمل الجوارح‬،‫ وهو نيته وإخالصه‬،‫ عمل القلب‬: ‫والعمل قسمان‬
‫ لم تنفع بقية األجزاء‬،‫تصديق القلب‬

“Hakekat iman terdiri dari perkataan dan perbuatan. Perkataan ada dua : perkataan
hati, yaitu i’tiqaad; dan perkataan lisan, yaitu perkataan tentang kalimat Islam (mengikrarkan
syahadat – Abul-Jauzaa’). Perbuatan juga ada dua : perbuatan hati, yaitu niat dan
keikhlasannya; dan perbuatan anggota badan. Apabila hilang keempat hal tersebut, akan
hilang iman dengan kesempurnaannya. Dan apabila hilang pembenaran (tashdiiq) dalam hati,
tidak akan bermanfaat tiga hal yang lainnya” [Ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 35].

Kata iman yang tidak dirangkaikan dengan kata lain dalam al-Qur’an, mengandung
arti positif. Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau dengan
ajarannya, dikatakan sebagai iman haq. Sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya, disebut
iman bathil.

4
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian iman adalah pembenaran dengan segala keyakinan
tanpa keraguan sedikitpun mengenai yang datang dari Allah SWT dan rasulNya.

2. Tanda-tanda Orang yang Beriman

Al-Qur’an menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:

1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas
dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Qur’an, maka bergejolak hatinya
untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2). Dia akan berusaha memahami ayat yang
tidak dia pahami sebelumnya.

2. Senantiasa tawakkal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi
dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul
(Ali Imran: 120, al-Maidah: 12, al-Anfal: 2, at-Taubah: 52, Ibrahim: 11, Mujadalah: 10,
dan at-Taghabun: 13).

3. Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya (al-Anfal:3dan al-
Mu’minun: 2, 7). Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera
shalat untuk membina kualitas imannya.

4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun: 4). Hal ini dilakukan
sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah merupakan upaya
pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara yang kaya dengan yang
miskin.

5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (al-Mukminun:


3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang berstandar ilmu Allah, yaitu
al-Qur’an menurut Sunnah Rasulullah.

6. Memelihara amanah dan menempati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mu’min tidak akan
berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.

7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal: 74). Berjihad di jalan Allah adalah
bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta benda yang
dimiliki maupun dengan nyawa.

5
8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti itu
merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan dengan
ajaran Allah dan Sunnah Rasul.

Akidah Islam sebagai keyakinan membentuk perilaku bahkan mempengaruhi kehidupan


seorang muslim. Abu A’la Maududi menyebutkan tanda orang beriman sebagai berikut:

1. Menjauhkan diri dari pandangan yang sempit dan picik.


2. Mempunyai kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu harga diri
3. Mempunyai sifat rendah hati dan khidmat.
4. Senantiasa jujur dan adil.
5. Tidak bersifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap persoalan dan situasi.
6. Mempunyai pendirian yang teguh, kesabaran, ketabahan, dan optimisme.
7. Mempunyai sifat ksatria, semangat dan berani, tidak gentar menghadapi resiko,
bahkan tidak takut kepada maut.
8. Mempunyai sikap hidup damai dan ridha.
9. Patuh, taat, dan disiplin menjalankan peraturan Ilahi. (A. Toto Suryana AF, et.al,
1996 : 69)

3. Pengertian Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi.Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat
diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama
Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).

Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah


Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini.

Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam
lima kategori atau indicator ketaqwaan.

A. Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain,
instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah
iman.

B. Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang
miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta –

6
minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi
kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat
disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui
kesanggupan mengorbankan harta.

C. Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara
ibadah formal.

D. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.

E. Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain
memiliki semangat perjuangan.

4. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan

Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Orang yang
bertakwa adalah orang yang beriman yaitu yang berpandangan dan bersikap hidup dengan
ajaran Allah menurut Sunnah Rasul yakni orang yang melaksanakan shalat, sebagai upaya
pembinaan iman dan menafkahkan rizkinya untuk mendukung tegaknya ajaran Allah.

Iman yang benar kepada Allah dan Rasulnya akan memberikan daya rangsang atau
stimulus yang kuat untuk melakukan kebaikan kepada sesama sehingga sifat-sifat luhur
dan akhlak mulia itu pada akhirnya akan menghantarkan seseorang kepada derajat takwa.
Orang yang bertakwa adalah orang yang benar imannya dan orang yang benar-benar
beriman adalah orang yang memiliki sifat dan akhlak yang mulia. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa orang yang berakhlak mulia merupakan cirri-ciri daro orang yang
bertaqwa. Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tauhid yang
membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaan Perbuatan Tuhan. Pembahasan
keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan kepercayaan, pengetahuan,
persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan. Konsekuensi logis tauhid teoritis
adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang
menjadi sumber semua wujud.

Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan dengan amal
ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid teoritis. Kalimat Laa ilaaha
illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih menekankan pengartian tauhid praktis (tauhid

7
ibadah). Tauhid ibadah adalah ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada
yang disembah selain Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan
menjadikan-Nya tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.

Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengartian beriman kepada
Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan
Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan dengan perbuatan,
tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara sampurna. Dalam pandangan
Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam
ibadah dan dalam perbuatan praktis kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain,
harus ada kesatuan dan keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan
dalam kehidupan sehari-hari secara murni dan konsekuen.

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid
adalah mengesakan Tuhan dalam pengartian yakin dan percaya kepada Allah melalui
fikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan
perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila
sudah mengucapkan kalimat tauhid dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku
bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan
semua perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

8
BAB III

KESIMPULAN

Beriman kepada Allah adalah kebutuhan yang mendasar bagi manusia untuk
merasakan kebahagiaan hidup. Seseorang dikatakan beriman kepada Allah apabila
memenuhi tiga unsure akidah dalam islam. Yaitu: isi hati, ucapan, dan tingkah laku.

Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah (QS: Al-Anfal 2-4) yang artinya

“bahwa sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah bergetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayatnya bertambah iman mereka
(karena-Nya) dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal, yaitu orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang mnafkahkkan sebagian dari rezeki yang kami berikan kepada
mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian disisi Tuhan-NYA dan ampunan serta rizki (nikmat) yang
mulia. Keimanan dan ketakwaan merupakan dua hal yang tidak dapatdipisahkan dari diri
manusia. Oleh karenanya orang yang bertakwa adalah orang yang berpandangan hidup
dengan ajaran-ajaran Allah menurut sunnah rasul.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://amrhy.blogspot.co.id/2011/10/makalah-keimanan-dan-ketakwaan.html

https://mdwimartasadewo.blog.com/2012/11/04/makalah-keimanan-dan-ketakwaan/

Anda mungkin juga menyukai