Kelompok 6 - RMK Pengauditan II - RPS 12

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

PENGAUDITAN KAS DAN INSTRUMENT KEUANGAN

PENGAUDITAN II (E2)

Dosen Pengampu:
Dr. I Ketut Budiartha, S.E., M.Si., Ak., CPA

Disusun Oleh:
Kelompok 6
Sella Lolita (1907531134)
I Dewa Gede Dalem Praja Dhita (1907531135)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1. Akun-Akun Kas dan Intrumen Keuangan
Terdapat beberapa jenis akun kas yang umumnya digunakan oleh sebagian
perusahaan besar. Berikut jenis akun kas yang utama:
1. Akun Kas Umum
Akun kas umum merupakan bagian kas yang penting bagi sebagian besar
organisasi karena sebagain besar penerimaan dan pengeluaran kas mengalir melalui
akun ini.
2. Akun Imprest
Perusahaan membuat akun penggajian imprest yang terpisah untuk
meningkatkan pengendalian internal pengeluaran penggajian. Terdapat jenis akun
imprest lain yang sedikit berbeda dari akun imprest pada umumnya yaitu terdiri atas
satu rekening bank untuk penerimaan dan pengeluaran. Perusahaan bisa saja memiliki
akun ini untuk setiap divisi berbeda. Seluruh penerimaan disetorkan ke dalam akun
imprest dan totalnya dipindahkan ke akun umum secara periodik. Akun pengeluaran
ditetapkan berbasis imprest, tetapi dengan cara yang berbeda dengan akun pengajian
imprest.
3. Akun Bank Cabang
Akun bank cabang berguna untuk membangun hubungan dengan perbankan di
komunitas lokal dan memungkinkan sentralisasi operasi pada tingkat cabang. Pada
perusahaan tertentu, penyetoran dan pengeluaran kas untuk setiap cabang dilakukan
pada akun bank yang terpisah, dan kelebihan kas secara periodik ditransfer secara
elektronik ke akun bank umum di kantor pusat.
4. Dana Kas Kecil Imprest
Ini bukan merupakan rekening bank, tetapi hampir sama dengan kas pada
bank. Akun ini digunakan untuk pengeluaran kas berjumlah kecil yang lebih mudah
dibayarkan jika menggunakan uang tunai dibandingkan dengan cek atau untuk
memudahkan karyawan dalam mencairkan cek gaji atau pribadi, selain itu juga
digunakan untuk pengeluaran dalam jumlah kecil.
5. Setara Kas
Perusahaan sering menginvestasikan kelebihan kas yang terakulumasi selama
waktu tertentu dalam siklus operasi perusahaan dalam apa yang disebut setara kas,
karena dibutuhkan kembali dalam waktu tidak terlalu lama. Setara kas mempunyai
tingkat likuiditas sangat tinggi sehingga dapat dijadikan kas kembali dengan cepat.
Termasuk dalam setara kas adalah deposito atas unjuk dan money market fund. Setara
kas bisa sangat material, dicantumkan dalam laporan keuangan sebagai bagian dari
akun kas hanya apabila berupa investasi jangka pendek yang bisa diubah kembali
menjadi kas pada jumlah yang telah diketahui secara cepat, dan tidak ada risiko
signifikan pada nilai tukarnya sebagai akibat perubahan tingkat bunga.
6. Instrumen Keuangan
Akun instrumen keuangan meliputi investasi dalam surat berharga seperti
sekuritas utang dan sekuritas saham, instrumen derivatif, dan aktivitas hedging.
Investasi dalam instrumen keuangan dapat dikelompokkan sebagai sekuritas untuk
diperdagangkan, tersedia untuk dijual, dan dimiliki sampai jatuh tempo, sedangkan
derivatif dapat dikelompokkan sebagai aset atau kewajiban, sesuai dengan standar
akuntansi keuangan. Perusahaan membeli sekuritas untuk diperdagangkan dengan
maksud untuk menginvestasikan kelebihan kas untuk sementara waktu atau bisa juga
menginvestasikan dalam instrumen keuangan derivatif sebagai cara hedging.

2. Kas di Bank dan Siklus-Siklus Transaksi


Jumlah aliran masuk ke dalam dan ke luar dari akun kas sering lebih banyak daripada
yang terjadi pada akun lain dalam laporan keuangan. Selain itu, kerentanan kas terhadap
penggelapan lebih besar dibandingkan dengan aset lainnya, karena kebanyakan aset lain
arus dikonversi menjadi kas lebih dahulu sebelum dapat digunakan.
Auditor harus membedakan antara pemeriksaan terhadap rekonsiliasi saldo menurut
laporan bank dengan saldo menurut buku besar yang dibuat klien, dengan pemeriksaan
untuk membuktikan apakah kas yang terjadi selama setahun yang diperiksa. Pemeriksaan
atas rekonsiliasi antara saldo menurut laporan bank dengan saldo di buku besar yang
dibuat klien relatif mudah, tetapi bagian terbesar dari total waktu audit atas suatu
perusahaan adalah menyangkut pemeriksaaan apakah transaksi kas telah dicatat dengan
benar. Sebagai contoh, salah saji berikut menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau
penerimaan kas, tetapi tidak satupun akan dapat diungkapkan dengan melakukan
rekonsiliasi bank:
a. Tidak menagih atau tidak mengirim faktur kepada pembeli.
b. Penggelapan kas, dengan cara mencegat kas sebelum penerimaan kas dicatat, dan
mendebet akun kerugian piutang.
c. Pembayaran ganda atas suatu faktur dari penjual.
d. Pembayaran tidak semestinya atas pengeluaran untuk keperluan pribadi direksi.
e. Pembayaran untuk pembelian bahan baku fiktif.
f. Pembayaran kepada pegawai melebihi jam kerja sesungguhnya
g. Pembayaran bunga kepada pihak berelasi melebihi tarif bunga normal.
Pengujian atas rekonsiliasi bank akan dapat mengungkapkan kesalahan penyajian yang
sama sekali berbeda dengan kesalahan penyajian di atas seperti misalnya:
a. Check yang belum diuangkan ke bank tidak dimasukkan ke dalam daftar check
masih beredar, walaupun check tersebut telah dicatat dalam jurnal pengeluaran kas.
b. Penerimaan kas oleh klien yang terjadi sesudah tanggal neraca telah dicatat klien
sebagai penerimaan kas tahun yang diperiksa.
c. Penerimaan kas beberapa waktu sebelum akhir tahunbuku dan telah disetorkan ke
bank pada bulan yang sama, tetapi dicantumkan dalam rekonsiliasi bank sebagai
setoran dalam perjalanan.
d. Pembayaran sebuah utang wesel dan telah didebetkan langsung ke saldo bank oleh
bank, tetapi tidak tercantum dalam catatan klien.

3. Pengauditan Akun Kas Umum


Dalam pengujian atas saldo akhir akun kas umum, auditor harus mengumpulkan bukti
yang cukup dan tepat untuk menilai apakah kas, sebagaimana tercantum alam neraca,
telah ditetapkan secara wajar dan telah diungkapkan sesuai engan lima dari delapan
tujuan pengauditan saldo yang digunakan untuk pengujian rinci saldo (keberadaan,
kelengkapan, ketelitian, pisah batas, dan kecocokan saldo). Hak atas kas umum dan
penggolongannya dalam neraca biasanya tidak menjadi perhatian utama, sedangkan nilai
bersih bisa direalisasi tidak relevan tujuan audit ini.
Metodologi untuk mengaudit kas akhir tahun pada intinya sama dengan yang
digunakan untuk semua akun neraca lainnya dan akan dibahas secara terinci.
1. Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang mempengaruhi kas (Tahap I)
Kebanyakan perusahaan tidak memiliki risiko signifikan yang mempengaruhi
kas. Akan tetapi, resiko bisnis klien bisa saja berasal dari kebijakan manajemen kas
yang tidak tepat. Risiko bisnis klien lebih banyak timbul dari setara kas dan tipe lain
investasi. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi investasi klien,
termasuk pengendalian manajemen mengurangi risiko tersebut.
2. Menetapkan materialitas kinerja dan menilai risiko inheren (Tahap I)
Pada umumnya saldo kas tidak material, tetapi transaksi kas yang
mempengaruhi saldo tersebut hampir selalu material. Oleh karena itu, sering terdapat
potensi untuk terjadinya kesalahan penyajian kas.
Karena kas sangat rentan terhadap pencurian dibandingkan dengan aset
lainnya, terdapat risiko inheren tinggi untuk tujuan keberadaan, kelengkapan, dan
ketelitian. Tujuan-tujuan tersebut biasanya menjadi fokus dalam mengaudit saldo kas.
Untuk tujuan-tujuan lain, risiko inheren biasanya rendah.
3. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap saldo kas akhir tahun dalam akun umum yang
dapat dibagi dalam dua kategori:
1. Pengendalian terhadap siklus transaksi yang mempengaruhi pencatatan
penerimaan dan pengeluarak kas.
2. Rekonsiliasi bank independen.
Rekonsiliasi bank bulanan terhadap akun bank umum secara tepat waktu oleh
seseorang yang independen dari tugas penanganan dan pencatatan penerimaan dan
pengeluaran kas adalah pengendalian internal yang teramat penting berkaitan dengan
saldo akhir kas.
Perusahaan dengan saldo kas yang signifikan disertai transaksi kas berjumlah
besar bisa merekonsiliasi kas secara harian terhadap catatan bank online. Apabila
perusahaan menunda pembuatan rekonsiliasi bank untuk jangka waktu yang lama,
nilai pengendalian akan berkurang dan bisa mempengaruhi penilaian auditor atas
risiko pengendalian kas. Rekonsiliasi memastikan bahwa catatan akuntansi
mencerminkan saldo kas yang sama dengan jumlah kas sesungguhnya yang ada di
bank setelah mempertimbangkan hal-hal yang direkonsiliasi. Selain itu, rekonsiliasi
independen memungkinkan dilakukannya verifikasi internal transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas. Apabila laporan bank diterima dalam keadaan tertutup oleh petugas
pembuat rekonsiliasi, pengawasan fisik harus dijaga sampai rekonsiliasi selesai
dikerjakan, dan dokumen-dokumen pendukung laporan bank bisa diperiksa tanpa ada
kekhawatiran terhadap kemungkinan perubahan, penambahan, atau penghilangan.
Rekonsiliasi bank yang dibuat dengan teliti oleh pegawai klien yang kompeten
meliputi tindakan berikut:
a. Membandingkan data pembayaran dengan check atau transfer elektronik dalam
catatan bank dengan catatan pengeluaran kas perusahaan, meliputi tanggal,
penerimaan pembayaran, dan jumlah rupiahnya.
b. Memeriksa setoran ke bank dengan catatan penerimaan kas perusahaan, melipui
tanggal, pembayaran, dan jumlah rupiahnya.
c. Memeriksa keberurutan penggunaan check dan menyelidiki jika ada nomor yang
hilang.
d. Merekonsiliasi semua hal yang menyebabkan perbedaan antara saldo per buku
dengan saldo per bank sesuai dengan keadaannya.
e. Merekonsiliasi total pendebetan dalam laporan bank dengan total dalam catatan
pengeluaran kas perusahaan.
f. Merekonsiliasi total pengkreditan dalam laporan bank dengan total dalam catatan
penerimaan kas perusahaan.
g. Mereview transfer bank yang terjadi pada akhir tahun untuk memastikan
ketepatan pencatatannya.
h. Tindak lanjut check dalam perjalanan akhir bulan ke bulan berikutnya.
Banyak perangkat lunak akuntansi memuat rekonsiliasi bank sebagai bagian
dari prosedur akhir bulan. Meskipun perangka lunak tersebut telah banyak
mengurangi pekerjaan tulis-menulis dalam pembuatan rekonsiliasi bank, namun
pembuat rekonsiliasi masih tetapi perlu melakukan prosedur-prosedur tersebut di atas.
Pengendalian atas rekonsiliasi bank akan semakin bermakna apabila dilakukan review
oleh pengawai perusahaan yang kompeten segera setelah rekonsiliasi bank selesai
disusun.
4. Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif Golongan Transaksi (Tahap II)
Berhubung saldo kas dipengaruhi oleh semua siklus yang lain, kecuali siklus
persediaan dan penggudangan, sejumlah besar transaksi mempengaruhi kas.
5. Perancangan dan Pelaksanaan Prosedur Analitis (Tahap III)
Penggunaan prosedur analitis untuk menguji kewajaran saldo kas dipandang
kurang penting dibandingkan dengan pada area audit yang lain. Auditor biasanya
membandingkan saldo akhir dalam rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalan, check
dalam perjalanan, dan hal-hal yang direkonsiliasi lainnya dengan rekonsiliasi tahun
sebelumnya. Selain itu, auditor juga membandingkan saldo akhir kas dengan saldo
kas akhir bulan yang lalu. Prosedur analitis diharapkan bisa mengungkapkan
kesalahan penyajian dalam kas.
6. Perancangan Pengujian Rinci Saldo Kas (Tahap III)
Untuk mengaudit kas di bank, auditor memeriksa kebenaran rekonsiliasi bank
yang diterima dari klien. Tujuan yang paling penting adalah keberadaan, kelengkapan,
dan ketelitian. Oleh karena itu, tujuan-tujuan tersebut menjadi perhatian utama. Selain
itu, auditor juga melakukan pengujian yang berkaitan dengan empat tujuan penyajian
dan pengungkapan, seperti misalnya review atas notulen rapat dan perjanjian kredit
untuk memastikan ada tidaknya pembatasan atas kas yang harus diungkapkan.
Prosedur audit yang sesungguhnya akan tergantung pada materialitas dan risiko dalam
kas yang telah diidentifikasi auditor dalam bagian audit yang lain. Lebih lanjut,
terdapat tiga prosedur audit yang sangat penting dan kompleks, yaitu penerimaan
konfirmasi bank, penerimaan cutoff laporan bank, dan pengujian rekonsiliasi bank.

4. Prosedur-Prosedur Berorientasi Kecurangan


Auditor harus memperluas prosedur dalam audit kas akhir tahun untuk menentukan
kemungkinan adanya kecurangan yang material apabila pengendalian internal tidak
memadai. Dalam merancang prosedur audit untuk mengungkap kecurangan auditor harus
mempertimbangkan secara teliti sifat kelemahan pengendalian internal, jenis kecurangan
yang mungkin terjadi, materialitas kecurangan yang potensial dan prosedur audit yang
efektif untuk mengungkapnya.
Prosedur yang dapat mengungkapkan kecurangan dalam penerimaan kas masuk
antara
lain: konfirmasi piutang dagang, pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi lapping,
mereview ayat jurnal buku besar umum akun kas untuk pos yang tidak biasa,
membandingkan pesanan, penjualan dan penerimaan kas, memerika persetujuan dan
dokumen pendukung untuk piutang tidak tertagih dan retur. Sedangkan untuk
mengungkapkan kecurangan yang berhubungan secara langsung dengan saldo kas akhir
tahun terdapat tiga prosedur yang mungkin dilakukan yaitu:
1. Memperluasan Pengujian Rekonsiliasi Bank
Jika auditor yakin rekonsiliasi bank disalah saji dengan sengaja, maka perlu
dilakukan perluasan pengujian atas rekonsiliasi bank akhir tahun. Prosedur yang
dilakukan auditor :
a. Memulai rekonsiliasi bank dan membandingkan semua item dengan cek yang
dibatalkan dan dokumen lainnya.
b. Membandingkan semua cek yang dibatalkan dan slip setoran dalam laporan bank
tertanggal dengan jurnal pengeluaran dan penerimaan kas.
c. Menelusuri seluruh item yang belum dikliring dan jurnal penerimaan dan
pengeluaran kas ke rekonsiliasi bank klien untuk memastikan semua sudah
dimasukkan.
d. Memverifikasi bahwa seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank dari
jurnal untuk rekonsiliasi bank tertanggal yang belum dikliring ke bank.

2. Pembuktian Kas
Auditor menggunakan pembuktian kas jika pengendalian internal terhadap kas
lemah untuk menentukan: semua penerimaan kas yang tercatat telah disetorkan,
seluruh setoran ke bank dicatat dalam pencatatan akuntansi, seluruh pengeluaran kas
dibayarkan oleh bank, seluruh jumlah yang dibayarkan oleh bank sudah dicatat. Suatu
pengujian kas meliputi empat tugas rekonsiliasi berikut ini:
a. Merekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo di buku besar pad aawal
periode pengujian kas.
b. Merekonsiliasi penerimaan kas yang disetorkan ke bank dengan penerimaan yang
dicatat dalam jurnal penerimaan kas pada periode yang direkonsiliasi.
c. Merekonsiliasi check-check yng dibayar bank dan pembayaran secara elektronik
dengan pengeluaran yang dicatat dalam jurnal pengeluaran kas pada periode
direkonsiliasi.
d. Merekonsiliasi saldo pada laporan bank dengan saldo di buku besar pada akhir
periode yang diuji.
Bukti kas memasukkan empat tugas rekonsiliasi yaitu:
3. Pengujian Transfer Antar Bank
Pengujian transfer bank penting untuk menguji kiting (mentransfer uang dari
bank yang satu ke bank yang lain dan mencatat transaksi tersebut dengan cara yang
salah) dan kesalahan tidak sengaja dalam mencatat transfer antarbank. Terdapat
beberapa yang sebaiknya diaudit dalam skedul transfer antara bank, yaitu:
a. Keakuratan informasi pada jadwal transfer antarbank harus diverifikasi
b. Transfer antarbank harus dicatat, baik di bank penerima maupun bank yang
mengirimkan.
c. Tanggal pencatatan pengeluaran dan penerimaan untuk setiap transfer harus
dilakukan di tahun fiskal yang sama.
d. Pengeluaran pada skedul transfer antarbank harus dimasukkan atau
dikeluarkandengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai cek beredar.
e. Penerimaan dalam skedul tranfer antarbank harus dimasukkan atau dikeluarkan
dengan benar dari rekonsiliasi bank akhir tahun sebagai setoran dalam perjalanan.
Walaupun pengujian audit atas transfer antarbank biasanya terkait kecurangan,
tindakan ini juga bisa dilakukan banyak transfer antarbank tanpa memerhatikan
pengendalian internal. Bila ada kemungkinan kiting, maka dapat mengakibatkan salah
perhitungan antara kas dan utang dagang.
5. Pengauditan Akun-Akun Instrument Keuangan
Metodologi untuk mengaudit instrumen keuangan akhir tahun:
1. Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Instrumen Keuangan
(Tahap I)
Risiko bisnis yang terkait dengan instrumen keuangan akan bervariasi
tergantung pada signifikansi dan agresivitas aktivitas investasi perusahaan. Risiko
yang lebih tinggi akan ditanggung oleh perusahaan yang berinvestasi dalam sekuritas
yang kurang likuid atau instrumen keuangan derivatif, dan jika proporsi investasi
lebih besar dari total aset. Perusahaan jasa keuangan akan menanggung risiko yang
lebih besar akibat minimnya volume aktivitas dan jenis instrumen yang
diperdagangkan; misalnya, beberapa perusahaan menderita kerugian perdagangan
yang besar dari aktivitas “pedagang nakal” (rogue trader) individu yang
disembunyikan dengan menyalahsajikan saldo investasi dan kas. Selain itu, seperti
diilustrasikan dalam sketsa yang terkait dengan “program nakal” (rogue program),
volatilitas pasar secara keseluruhan juga lebih tinggi hanya karena sifat dari aktivitas
perdagangan di pasar. Auditor harus memahami risiko dari kebijakan dan strategi
investasi klien, serta pengendalian manajemen yang mengurangi risiko tersebut.
2. Menetapkan Materialitas Kinerja dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Saldo akun instrumen keuangan mungkin bersifat material tergantung pada
jenis dan frekuensi aktivitas investasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
inheren atas instrumen keuangan meliputi tujuan manajemen terkait dengan aktivitas
investasi (misalnya, hedging untuk meminimalkan risiko), kompleksitas sekuritas atau
derivatif, pengalaman sebelumnya perusahaan dengan investasi tertentu, dan apakah
faktor-faktor eksternal seperti risiko kredit atau risiko suku bunga mempengaruhi
asersi yang relevan. Banyak dari risiko tersebut berhubungan dengan tujuan audit
keakuratan, klasifikasi, dan nilai realisasi. Faktor lainnya yang meningkatkan risik
inheren atas instrumen keuangan adalah kompleksitas standar akuntansi yang relevan.
Mayoritas instrumen keuangan dinilai dengan menggunakan estimasi nilai wajar (fair
value estimates). Standar akuntansi membedakan antara estimasi nilai wajar tingkat 1
(harga yang dapat diamati, yaitu ditetapkan, di pasar aktif untuk aset ata kewajiban
yang identik) dan estimasi tingkat 2 atau tingkat 3. Estimasi tingkat menggunakan
input yang dapat diamati (langsung atau tidak langsung) selain harga yang ditetapkan,
seperti harga aset atau kewajiban yang serupa, sedangkan estimasi tingkat 3
menggunakan input yang tidak dapat diamati seperti model penetapan harga atau arus
kas yang didiskontokan. Estimasi ini memerlukan pertimbangan manajemen yang
signifikan dan auditor juga perlu mempertimbangkan insentif manajemen untuk
mengklasilikasikan investasi sebagai nilai wajar tingkat 2 atau tingkat 3. Semua risiko
ini, dikombinasikan dengan volatilitas pasar baru-baru ini dan potensi pasar menjadi
tidak likuid, akan menghasilkan potensi salah saji dan misklasifikasi saldo instrumen
keuangan yang signifikan.
3. Menilai Risiko Pengendalian (Tahap I)
Auditor harus memahami efektivitas perancangan dan pengoperasian
pengendalian internal menyangkut inisiasi, otorisasi, pemrosesan, pengukuran nilai
wajar, dan pengungkapan aktivitas investasi. Hal yang paling penting, manajemen
harus memiliki (1) strategi investasi dan kesadaran atas tingkat exposure berbagai
risiko; (2) prosedur untuk mengklasifikasikan instrumen keuangan dengan benar
sebagai perdagangan, tersedia untuk dijual, atau dimiliki hingga jatuh tempo
berdasarkan niat; (3) prosedur untuk memulai dan mencatat transaksi; dan (4)
pengendalian internal yang ketat atas penentuan estimasi nilai wajar, seperti personil
dengan keahlian atau pengalaman yang tepat dalam menilai estimasi tingkat 2 atau 3.
Jika perusahaan menggunakan organisasi jasa, seperti penasihat atau manajer
investasi, untuk mengelola aktivitas investasinya, auditor juga harus memahami
pengendalian organisasi jasa itu. Auditor sering kali dapat mengandalkan
pengendalian internal organisasi jasa jika auditor organisasi jasa tersebut menerbitkan
laporan tentang pengendalian internal organisasi jasanya. Sebaliknya, auditor
mungkin memerlukan pengetahuan khusus atau mungkin harus mengandalkan
spesialis internal perusahaan untuk membantu memahami sistem informasi yang
relevan.
4. Merancang dan melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Tidak seperti beberapa akun lain di mana auditor dapat memilih untuk
melakukan pengujian substantif yang lebih ekstensif dan mengurangi ketergantungan
pada pengendalian, penilaian pengendalian internal yang terkait dengan instrume
keuangan mungkin diperlukan demi mengurangi risiko audit ke tingkat yang dapat
diterima, terutama untuk tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi. Pengujian
transaksi yang akan dilakukan terkait dengan instrumen keuangan meliputi pengujian
pembelian dan penjualan sekuritas serta derivatif atau penyelesaian transaksi hedging
atau lindung-nilai, keuntungan atau kerugian yang terkait, serta bunga dan pendapatan
dividen. Biasanya auditor mengandalkan laporan dan saran broker (notiiikasi yang
dikirim dari broker kepada klien berupa rincian pembelian atau penjualan) dari
manajer investasi untuk menguji pembelian dan penjualan selama pengendalian
dianggap efektif, menelusuri pembayaran atau hasil ke pengeluaran atau penerimaan
kas, kemudian menguji keakuratan matematis keuntungan dan kerugian. Pendapatan
bunga dapat dihitung ulang, sementara dividen dapat dihitung ulang dan dibandingkan
dengan sumber publik seperti catatan dividen Standard and Poor's.
5. Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap II)
Prosedur analitis biasanya tidak begitu penting dalam menilai saldo akhir
tahun Maumen keuangan karena saldo tersebut dapat berfluktuasi dari tahun ke tahun
dan tidak selalu terkait dengan akun lainnya. Namun, prosedur analitis dapat
digunakan untuk menguji kewajaran pendapatan bunga dan dividen. Auditor juga
dapat membandingkan persentase relatif investasi di masing-masing dari tiga kategori
nilai wajar (tingkat 1, 2, atau 3) dari tahun-ke-tahun untuk menilai perubahan strategi
investasi atau risiko portofolio.
6. Merancang Pengujian atas Rincian Saldo Instrumen Keuangan (Tahap III)
Titik awal pengujian saldo akhir akun instrumen keuangan adalah
mendapatkan skedul aktivitas investasi selama tahun berjalan. Skedul aktivitas
investasi akan meliputi saldo awal, pembelian dan penjualan instrumen keuangan
serta keuntungan dan kerugian terkait, saldo akhir yang dicatat pada nilai pasar wajar
atau nilai lain yang konsisten dengan standar akuntansi. Skedul itu juga akan
menunjukkan pendapatan dividen dan bunga. Tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo dan pengujian atas rincian saldo yang umum dalam audit instrumen keuangan
ditampilkan pada Tabel 23-2. Tujuan yang paling penting adalah eksistensi,
keakuratan, dan nilai realisasi bagi investasi dalam sekuritas, sementara kelengkapan
juga penting bagi instrumen keuangan derivatif. Tujuan penyajian dan pengungkapan
juga sangat penting menurut persyaratan pengungkapan catatan kaki yang ekstensif
terkait estimasi nilai wajar. Dalam pembahasan tentang pengujian yang terinci, kita
mengasumsikan bahwa entitas menggunakan organisasi jasa sebagai manajer investasi
dan auditor telah menentukan bahwa organisasi jasa itu memiliki pengendalian yang
efektif. Manajer investasi, atau penasihat investasi, biasanya yang mengawali
transaksi, memegang sekuritas, serta memroses dan menyimpan catatan yang terkait
dengan transaksi itu. Kita mengacu organisasi jasa itu sebagai broker-dealer dalam
pembahasan kita tentang prosedur audit.
Auditor meminta konfirmasi dari broker-dealer untuk mengkonfirmasi
holdings akhir tahun serta transaksi yang telah selesai dan belum selesai yang terjadi
selama tahun bersangkutan. Konfirmasi ini memberikan assurance atas eksistensi,
kelengkapan, dan keakuratan. Sangatlah penting memverifikasi saldo kas, ekuivalen
kas, dan instrumen keuangan secara simultan untuk memastikan bahwa manajemen
tidak berupaya menutupi kekurangan kas dengan menghitung ganda kas. Pengujian
yang lebih ekstensif terkait dengan kelengkapan juga akan diperlukan jika ada
instrumen keuangan derivatif, seperti memeriksa kontrak derivatif terlampir serta
membaca notulen rapat dewan direksi yang berhubungan dengan aktivitas hedging
dan investasi.
Pengujian yang berkaitan dengan nilai realisasi akan bervariasi menurut jenis
sekuritas dan standar akuntansi terkait. Standar akuntansi mungkin mengharuskan
agar instrumen keuangan dicatat pada harga pokok, nilai wajar, atau berdasarkan hasil
keuangan investee. Pedoman auditing disediakan untuk mengaudit estimasi akuntansi
dan terutama untuk mengestimasi nilai wajar karena melibatkan banyak pertimbangan
auditor. Estimasi nilai wajar tingkat 1 (aset identik dengan harga pasar yang
ditetapkan) lebih mudah diaudit dan biasanya melibatkan observasi harga pasar pada
akhir tahun, yang dapat dilakukan dengan memeriksa The Wall Street Journal atau
publikasi keuangan ternama lainnya. Estimasi nilai wajar tingkat 2 dan tingkat 3 lebih
sulit diaudit karena melibatkan pertimbangan manajemen yang signifikan baik dalam
klasifikasi (tingkat 2 atau 3) maupun dalam menentukan nilai wajar. Auditor harus
menguji kelayakan dan ketepatan asumsi serta model Yang digunakan oleh
manajemen ketika menentukan estimasi nilai wajar. Jika auditor memilih
menggunakan spesialis untuk menguji estimasi nilai wajar, standar auditing
mengharuskan auditor menentukan apakah spesialis tersebut objektif dan memenuhi
kualifikasi, selain harus memahami metode yang digunakan oleh spesialis untuk
menentukan nilai wajar. Juga penting bagi auditor untuk mempertimbangkan insentif
manajemen dalam mengklasiflkasikan instrumen keuangan sebagal tmgkat 2 atau
tingkat 3 akibat perbedaan estimasi yang diperoleh menurut pandekatan yang berbeda,
serta persyaratan pengungkapan yang lebih ekstensif terkait dengan estimasi nilai
wajar tingkat
DAFTAR PUSTAKA

Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. 2015. Auditing dan Jasa. Jakarta:
Erlangga.
Haryono Jusup, Al. 2012. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, Edisi ke-2. Yogyakarta: STIE
YKPN.

Anda mungkin juga menyukai