Tugas Pendidikan Anti Korupsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

“EKS MENTERI SOSIAL JULIARI BATUBARA KORUPSI BANSOS COVID-19”

Dosen Pengampu :
Ellatyas Rahmawati Tejo Putri, SST., M.H

Kelompok 1 :
1. Adkhaka Jaza Akna Wida (30719001)
2. Aniza Dwi Wardani (30719002)
3. Ayu Ambarwati (30719003)
4. Ayu Indah Lestari (30719004)
5. Ayu Wulandari (30719005)
6. Bernadetta Dian S. (30719006)
7. Dina Maulina S. (30719007)
8. Fanny Sabilah Utami (30719008)
9. Fikah Listy Alawiyah (30719009)
10. Fransiska Ngamelubun (30719010)
11. Fransiska Sopia Devi (30719011)
12. Jesika Aldefara Setiani (30719012)
13. Lutfiah Ramadhani (30719013)
14. Maresti Yulianti Pinat (30719014)
15. Natalia Della Purnama (30719015)

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2021/2022
KRONOLOGI
1. Mulanya, pada Pada awal bulan April 2020 Harry Van Sidabukke yaitu seorang
pengusaha mendapatkan informasi bahwa ada pekerjaan bantuan sosial sembako dalam
penanganan dampak Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian Sosial
Tahun 2020. Atas informasi tersebut, ia menemui Pepen Nazaruddin selaku Dirjen
Perlindungan Jaminan Sosial Kementerian Sosial dan Mokhamad O Royani selaku
Sesditjen untuk menanyakan terkait proyek tersebut.
Atas arahan Royani, ia berkoordinasi dengan Rizki Maulana guna mengajukan
penawaran pekerjaan tersebut dengan menggunakan PT Mandala Hamonangan Sude,
namun tidak memenuhi kualifikasi.
Selanjutnya atas saran Achmad Gamaluddin Moeksin Alias Agam, Harry menemui
Lalan Sukmaya selaku Direktur Operasional PT Pertani (Persero) yang telah ditunjuk
pada tanggal 15 April 2020 sebagai salah satu penyedia barang dalam pengadaan
Bantuan Sosial Sembako Penanganan COVID-19 untuk menjadi supplier bagi
perusahaan itu. Setelah bertemu, Lalan menyetujuinya dengan kesepakatan bahwa
biaya-biaya untuk operasional dalam hal apapun dengan pihak luar akan menjadi
tanggung jawab Harry.
Selanjutnya sebagai perwakilan PT Pertani (Persero), Harry menghadap Victorius Saut
Hamonangan Siahaan selaku Kasubdit Penanganan Bencana Sosial & Politik pada
Direktorat PSKBS Kementerian Sosial dan PPK Reguler Direktorat PSKBS) untuk
memaparkan spek barang, jenis, jumlah, kesiapan gudang.
Diketahui, pagu anggaran Pengadaan Bantuan Sosial Sembako Penanganan COVID-19
di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi pada
Kementerian Sosial Tahun 2020 adalah bersumber dari APBN Tahun 2020 dengan nilai
sebesar Rp6,84 triliun. Adapun pelaksanaannya dibagi dalam 12 tahap yakni sejak
bulan April 2020 s/d November 2020 dengan jumlah setiap tahapnya adalah sebanyak
1.900.000 paket sembako, sehingga seluruh tahap berjumlah 22,8 juta paket sembako.
2. Pada tanggal 14 Mei 2020, berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia
Nomor: 64/HUK/2020 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Sosial
Nomor: 165/HUK/2019 tentang Penunjukan Kuasa Pengguna Anggaran Satuan Kerja
Kantor Pusat Kementerian Sosial Tahun 2020, Adi Wahyono ditunjuk menjadi Kuasa
Pengguna Anggaran. Setelahnya, Juliari mengarahkan Adi dan Matheus untuk
menarik/mengumpulkan uang komitmen fee sebesar Rp10 ribu per paket dan juga uang
fee operasional dari penyedia bantuan sosial sembako.

Pada tahap 1, PT Pertani (Persero) mendapatkan kuota paket Bantuan Sosial Sembako
Penanganan COVID-19 sebanyak 90.366 paket, sehingga pada sekitar pertengahan
bulan Mei 2020, bertempat di ruang Unit Layanan Pengadaan Kementerian Sosial,
Jalan Salemba Raya No. 28, Jakarta Pusat, Harry memberikan uang fee operasional
dalam bentuk dolar Singapura kurang lebih senilai Rp100 juta kepada Matheus.

Pada tahap 3, PT Pertani (Persero) kembali mendapatkan kuota paket Bantuan Sosial
Sembako Penanganan COVID-19 sebanyak 80.177 paket serta paket komunitas
sebanyak 50.000 paket. Sementara Khusus tahap 2 yaitu sekitar pertengahan bulan Mei
2020, pekerjaan bantuan sosial sembako untuk Jabodetabek dilaksanakan oleh
Perusahaan Umum (Perum) BULOG dengan masing-masing paket sebanyak 25 kg
beras. Pada akhir bulan Mei 2020, Juliari Peter Batubara kembali meminta Adi
Wahyono agar memungut uang fee sebesar Rp10 ribu per paket. Atas permintaan
tersebut, Adi Wahyono kembali menyampaikannya kepada Matheus Joko Santoso.
Sehingga Matheus Joko Santoso memberikan uang fee operasional dalam bentuk dolar
Singapura kurang lebih senilai Rp100 juta kepada Matheus Joko Santoso.

Pemberian fee pun terus dilanjutkan hingga pengadaan paket sembako tahap 12.
Setelah periode 1 yaitu tahap 1 s/d tahap 6 selesai dilaksanakan, bahwa atas penerimaan
uang-uang tersebut Matheus Joko Santoso melakukan pencatatan lalu melaporkannya
kepada Adi Wahyono, selanjutnya pencatatan tersebut dilaporkan kepada Juliari Peter
Batubara,

3. Perbuatan Harry memberikan uang fee operasional yang seluruhnya sebesar Rp1,28
miliar kepada Juliari, Adi dan Matheus karena penunjukannya melalui PT Pertani
(Persero) sebagai penyedia Bantuan Sosial Sembako Dalam Rangka Penanganan
COVID-19 pada Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kementerian
Sosial Tahun 2020 tahap 1, tahap 3, tahap komunitas, tahap 5 sampai dengan tahap 12
dan melalui PT Mandala Hamonangan Sude untuk tahap 7 sampai dengan tahap 12
seluruhnya sebanyak 1.519.256 paket, yang bertentangan dengan kewajiban mereka
sebagai penyelenggara negara.

ANALISA DARI UU TIPIKOR


Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firly Bahuri menyatakan penyidik KPK telah
menetapkan Menteri Sosial JPB (Juliari Peter Batubara) sebagai tersanka kasus suap
pengadaan bantuan sosial dalam rangka penanganan bencana non alam pandemi virus corona
Covid-19. Dengan pasal 12A dan 12B atau pasal 11 UU No 31 1999/ diubah UU 20 2001
tentang Tindak Pidan Korupsi JO pasal 55 ayat 1 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana)
1. Pasal 12 A berbunyi:
(1) Ketentuan mengenai pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dimaksud Pasal
5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11 dan Pasal 12 tidak berlaku
bagi tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp5.000.000,00
(2) Bagi pelaku tindak pidana korupsi yang nilainya kurang dari Rp 5.000.000,00 (lima
juta rupiah) sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah).

2. Adapun Pasal 12 B berbunyi:


(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggaran negara dianggap
pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan
dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. yang nilainya Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima
gratifikasi;
b. yang nilainya kurang dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian
bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggaran negara sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda
paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

3. Sementara Pasal 55 KUHP menyebutkan:


(1) Dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa pidana:
1. Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan, atau turut melakukan
perbuatan itu;
2. Orang yang dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan atau
pengaruh, kekerasan, ancaman atau tipu daya atau dengan memberi kesempatan,
daya upaya atau keterangan, sengaja membujuk untuk melakukan sesuatu
perbuatan.

BARANG BUKTI
 Pertama, uang rupiah sebesar Rp 11,9 miliar.
 Kedua, mata uang dollar Amerika Serikat US$ 171.085 setara Rp 2,42 miliar
 Ketiga, mata uang dollar Singapura SG$ 23.000 setara Rp 243 juta.

Anda mungkin juga menyukai