Buku Jenazah Saku

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 45

1

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah atas segala Ni’mat
Nya, Tuhan alam semesta yang mempunyai sifat
sempurna dan tiada sekutu bagi Nya. Sholawat
serta Salam tetap tercurahkan kepada Nabi
Agung, Muhammad Bin Abdullah. Sang pelita
harapan pembawa Rahmat bagi seluruh alam.
Dengan hidayah serta ma’unah dari
Alloh SWT. Risalah mengenai tata cara Merawat
Jenazah dan Permasalahannya kami revisi
kembali untuk mempermudah generasi penerus,
karena banyak kaum muslim kesulitan dalam
merawat jenazah sesuai dengan syari’at islam.
Demikian risalah ini kami susun, masih
banyak kekurangan didalamnya dan jauh dari kata
sempurna, Semoga Alloh memberikan
kemanfaatan dari catatan kecil ini serta menjadi
amal sholeh. amin

Sidoarjo, 30 Agustus 2021

Penyusun
3

CARA MERAWAT DAN MENUNGGU


MUHTADLOR
Cara merawat dan menunggu orang yang sakit
keras / kedatangan pati ( muhtadlor ‫) محتضر‬. Bagi
orang yang menunggu muhtadlor disunahkan
1. Menghadapkannya ke arah kiblat, hal ini bisa
dilakukan dengan cara membaringkannya
pada lambung sebelah kanan (kepal di utara),
jika tidak mampu maka dengan
4

membaringkan pada lambung kirinya (kepala


di selatan), dan bila hal ini tidak mampu maka
dengan posisi diterlentangkan (mlumah) dan
memberi sejenis bantal dikepalanya agar bisa
menghadap kiblat. (Al mahalli juz 1 hal; 321 )
2. Membaca surat Yasin
Membacakan surat yasin dengan keras dan
surat Ar-Ra’du dengan lirih, Jika keduanya
mungkin di baca, namun jika hanya mungkin
membaca salah satunya, maka dibacakan surat
yasin untuk mengingatkannya pada urusan
5

akhirat. Jika muhtadhlor (orang yang sudah


sekarat) sudah tidak mempunyai perasaan
maka yang lebih utama di bacakan surat Ar-
Ra’du, untuk mempermudah keluarnya ruh
3. Mentalkin (menuntun untuk membaca ‫ال اله‬
‫)االهللا‬
Nabi bersabda :
barangsiapa yang akhir hayatnya membaca
“Laa ilaaha ilaa Allah” maka ia akan masuk surga
Menurut qaul sahih penalkinan dilakukan satu kali
(tidak perlu diulangi), kecuali apabila muhtadlor
setelah ditalkin berbicara sekalipun masalah
ukhrawi, maka talkin sunah untuk diulangi lagi.
Menurut imam As Shamiri talkin tidak sunnah
diulangi selama muhtadlor tidak membicarakan
urusan duniawi. Talkin untuk orang muslim tidak
memakai lafadz tasbih dan ashadu, kedua lafadz
tersebut digunakan untuk mentalkin orang kafir
yang diharapkan masuk islam. Orang yang
6

melakukan talkin disunahkan bukan ahli waris,


bukan musuhnya atau orang yang hasud/iri
kepadanya, hal ini bertujuan untuk menghindari
dugaan bahwa mereka mengharapkan kematian
muhtadlor. (Nihayatuz zain 147).
NB : Bagi orang yang kedapatan
mempunyai hadast besar (Haidl) lebih baik tidak
berada dalam satu ruangan dengan orang yang
akan kedatangan pati, lebih baik muhtadlor dijaga
oleh orang mempunyai wudlu.
Dalam Kitab Nihayatuz zain hal; 147
disebutkan ciri ciri haliyah mayit yang meninggal
dalam keadaan baik (husnul khotimah) dan yang
jelek (su’ul khotimah)
Tanda-tanda mayit yang baik :
1. Keningnya berkeringat
2. Kedua matanya mengeluarkan air mata
3. Janur hidungnya mengembang
4. Wajahnya ceria
Tanda- tanda mayit jelek :
7

1. Wajahnya kelihatan sedih dan takut.


2. Ruhnya sulit keluar, bahkan sampai
seminggu
3. Kedua sudut bibirnya berbusa.
Tanda-tanda diatas bisa kelihatan semua, atau
hanya sebagiannya saja

SAAT MUHTADLOR TELAH MATI


a. Disunahkan memejamkan mata dengan
membaca :

b. Kedua rahangnya diikat dengan tali kain yang


agak lebar dan panjang dan diikatkan pada
kepalanya agar mulutnya tidak terbuka
c. Tulang – tulang yang kaku diluruskan, bila
perlu memakai minyak pelumas, atau air TEH
yang kental dan hangat, kemudian
8

disedekapkan, (ini dilakukan untuk mayit yang


sudah kaku)
d. Perut ditindih dengan bantal atau yang lain
agar perutnya tidak membesar dan
kotorannya keluar (selain mushaf).
e. Diarahkan ke arah qiblat ( dimiringkan ) tidak
melumah ( jawa). Keterangan ini diambil dari
kitab Minhajul Qowim. Jika mayit memang
sulit dihadapkan ke qiblat maka cukup
dimiringkan ke sebelah kanan.
f. Menutupi tubuhnya dengan kain. Untuk mayit
laki-laki yang meninggal dalam keadaan ihrom
maka kepalanya harus terbuka (tidak boleh
ditutupi) Untuk mayit perempuan yang sedang
ihrom maka wajahnya tidak boleh ditutupi.
g. Membakar dupa atau menaburkan wewangian
disekitar mayit, agar bau yang tak sedap
menjadi hilang.
h. Melunasi hutangnya.
9

TAJHIZ ( MERAWAT JENAZAH )


Tajhizul mayit artinya merawat atau
mengurus seseorang yang telah meninggal.
Hukum tajhiz adalah fardlu kifayah bagi setiap
orang mukallaf yang mengetahui atau menyangka
atas kematian seseorang. Adapun status mayit
yang akan dirawat diperinci sebagai berikut;
1. Muslim Ghoiru Syahid Wa Ghoiru Siqti Yaitu
mayit muslim dewasa serta bukan mati
syahid. Kewajiban yang harus dilakukan
terhadap mayit ini adalah :
a. Memandikan
b. Mengkafani
c. Menshalati
2. Memakamkan
Mayit Muslim Al Syahid (syahid dunia dan
akhirat) Yaitu mayit yang mati waktu perang
dengan non muslim (orang kafir)
Hal-hal yang harus dilakukan kaum muslimin
terhadap mayit seperti ini adalah :
10

a. Mengkafani dengan pakaian perangnya.


Bila tidak cukup maka ditambah dengan
kain kafan lain sehingga bisa menutupi
seluruh badannya
b. Memakamkan. Untuk mayit syahid dunia
akhirat ini haram di sholati dan dimandikan
meski ia menanggung hadast besar.
3. Mayit Al-Muslim As-Siqtu (Bayi Prematur)
Yaitu bayi atau janin yang lahir sebelum
mencapai usia 6 bulan. Dalam kitab-kitab
salafi menangani bayi ini diperinci sebagai
berikut:
Pertama Lahir dalam keadaan hidup,
yang bisa diketahui dengan jeritan, gerakan
atau yang lainnya. Kewajiban terhadap bayi
ini adalah sama seperti mayit muslim dewasa
yaitu: memandikan, mengkafani, mensolati,
dan menguburkan.
Kedua jika Janin itu Lahir dalam
bentuk bayi sempurna, (sudah berusia 4
11

bulan), namun tidak diketahui tanda-tanda


kehidupan maka kewajiban terhadap bayi ini
adalah : memandikan, mengkafani dan
menguburkan, tidak untuk mensolatinya.
Bagi bayi yang prematur (belum
sempurnya), maka tidak ada kewajiban
apapun, namun disunahkan membungkusnya
dengan kain dan memakamkannya (At-
tarmasy juz III hal 453-461) Sedangkan bayi
yang lahir mencapai usia 6 bulan, maka
menurut pendapat yang kuat, harus dirawat
seperti orang dewasa meski tidak ada tanda-
tanda kehidupan.( Hasyiyatul jamal juz 2 hal
191 / I’anatut tholibin juz 2 hal;123 )
4. Kafir Dzimmi Yaitu kafir yang tidak memusuhi
orang islam. Kewajiban yang harus dilakukan
hanya ada dua macam yaitu; Memandikan
dan mengkafani. Hukum memandikannya
boleh (jawaz), namun haram untuk disholati.
12

(Hasyiyatul jamal juz 2 hal 191 / I’anatut


tholibin juz 2 hal;123)

CARA MEMANDIKAN JENAZAH


Dalam memandikan jenazah, siapapun
boleh memandikan jenazah karena hal tersebut
berhukum fardlu kifayah (perwakilan) akan tetapi
keluargalah merupakan orang yang lebih
diutamakan dalam memandikan jenazah. Namun
bila keluarga tidak bisa boleh diwakilkan orang lain
(Mudin) akan tetapi keluarga tetap
mendampinginya dalam proses memandikan.
Memandikan jenazah lebih sempurnanya
dibawa ke tempat yang sepi dan ada tabir dengan
atapnya , bila tidak ada atapnya maka dibuatkan
atap/ tabir kain lalu diletakkan diatas balai – balai
yang tinggi sebelah agar air mudah mengalir dan
disampingnya diberi wewangian atau yang lain
untuk menghilangkan bau yang tidak enak dari
mayat.
13

Tidak diharuskan dalam memandikan


jenazah, orang yang memandikan dalam keadaan
suci, jadi orang yang mempunyai hadas besar
(haid) juga boleh memandikan jenazah.
Hal-hal penting yang perlu diperhatikan
dalam proses memandikan mayit adalah:
1. Orang yang memandikan harus sejenis.
Maksudnya bila mayitnya laki-laki yang
memandikan harus laki-laki begitu pula
apabila mayitnya perempuan, kecuali apabila
masih ada ikatan mahrom, suami-istri, atau
mayit adalah anak kecil yang belum
menimbulkan syahwat. Bila tidak ditemukan
orang yang boleh memandikan, maka mayit
cukup ditayamumi dengan ditutup semua
anggota tubuhnya selain anggota tayamum,
dan yang mentayamumi harus memakai alas
tangan.
Adapun urutan orang yang lebih utama
memandikan mayit laki-laki adalah ahli waris
14

ashabah laki-laki, kerabat laki-laki yang lain,


istri, orang laki-laki lain. Waris ashabah yang
dimaksud adalah:
a. Ayah
b. Kakek dan seatasnya
c. Anak laki-laki
d. Cucu laki-laki dan sebawahnya
e. Saudara laki-laki kandung
f. Saudara laki-laki seayah
g. Anak dari saudara laki-laki kandung
h. Anak dari saudara laki-laki seayah
i. Saudara ayah kandung
j. Saudara ayah seayah
Bagi mayit perempuan, yang paling
utama memandikannya adalah perempuan
yang masih memiliki hubungan kerabat dan
ikatan mahram dengannya; seperti anak
perempuan, ibu dan saudara perempuan.
15

2. Orang yang memandikan dan yang


membantunya memiliki sifat amanah, dalam
artian:
a. Kemampuan dalam memandikan mayit
tidak diragukan lagi.
b. Apabila ia memberikan suatu kegembiraan
yang tampak dari mayit, maka beritanya
dapat dipercaya. Sebaliknya, jika ia melihat
hal-hal buruk dari diri mayit, maka ia
mampu merahasiakannya. Nabi
Muhammad saw bersabda:

“Sebutkanlah kebaikan-kebaikan orang


yang mati diantaramu dan jagalah
kejelekan-kejelekannya.” (HR. Abu Dawud
dan Tirmidzi)
16

Adapaun cara memandikan jenazah :


1. Meletakkan pada tempat yang sudah di
siapkan dan membuka semua pakaian
jenazah kecuali pada bagian Alat Kelamin
(aorut) hendaklah itu di tutupi dengan handuk
kecil.

2. Membersihkan kotoran (cebok) yang


menempel pada dubur jenazah. Dalam hal ini
untuk memastikan apakah kotoran itu sudah
bersih atau belum maka lilitkanlah kapas pada
jari telunjuk, dan masukkan sedalam satu ros
jari, jika kapas tersebut sudah bersih dan tidak
ada kotoran maka hal tersebut sudah
dianggap suci.
3. Mewudlukan jenazah. Sebagaimana mandi
besar, sebelum dimandikan maka jenazah
terlebih dahulu di wudlukan, dengan niat :
17

4. Setelah diwudlukan, baru jenazah dimandikan


dimana orang yang memandikan niat :

Setelah niat, baru air diguyurkan keseluruh


tubuh jenazah seraya berdo’a

5. Kemudian disiram dengan air yang banyak


dan perutnya dipijat – pijat secara perlahan
agar kotoran yang di dalam segera keluar lalu
dibersihkan qubul dan duburnya. Dan bila di
kanan kirinya ada najis yang melekat maka
18

dihilangkan sekalian dan jangan lupa


memakai sarung tangan atau jari – jarinya
diikat kain halus atau kapas untuk
membersihkan kotoran yang ada di dalam
hidung atau menggosok giginya. Dan jangan
sampai menyentuh aurat mayat dengan
tangan telanjang karena hukumnya haram
6. Setelah semuanya diwudlui ( jangan lupa
niatnya wajib ) kemudian disiram mulai dari
rambut dan diluruskan rambutnya bila ada
rambut yang rontok dimasukkan ke dalam
kafan setelah itu teruskan dimulai dari leher
sampai telapak kaki sisi kanan lalu yang kiri
7. Setelah disabun dengan sempurna dibilas
dengan air yang telah dicampur dengan kapur
barus atau apa saja yang bisa menolak
hayawan-hayawan kecil
8. Jika sudah selesai semua maka jenazah
diwudlukan untuk terahir kali dengan niat
sebagaimana diatas.
19

9. Setelah itu jenazah dikeringkan dengan di


usap menggunakan handuk yang lembut.
10. Jika setelah diwudlukan, jenazah
mengeluarkan kotoran, maka cukup
dibersihkan kotorannya tanpa memandikan
lagi.
MASALAH
1. Bagaimana jika memandikan orang yang
terkena penyakit dalam dan mengeluarkan
kotoran (darah) terus menerus tanpa henti?
Untuk merawat jenazah tersebut maka
sediakan kapas glondongan yang lebih
untuk di tempelkan pada area yang
mengeluarkan darah terus menerus. Jika
darah tersebut tidak bisa dihentikan maka
perawatannya adalah dengan menutup
bagian yang mengeluarkan darah tersebut
dengan kapas tadi.
20

2. Bagaimana cara merawat orang yang


mempunyai luka sebagaimana luka akibat
Diabet, Kanker atau Tumor ?
Untuk merawat jenazah seperti ini,
sediakan alcohol yang 70% atau cairan
pemutih dan kapas, basahilah kapas dan
berilah alcohol atau cairan pemutih tersebut
lalu usapkan pada luka yang ada pada
jenazah tanpa menekan luka tersebut,
sampai lendir pada luka hilang dan luka
tersebut berganti warna menjadi jingga.
Maka itu sudah dianggap sudah bersih.
3. Bagaimana jika merawat anak kecil yang
belum di khitan?
Khusus mengenai anak laki-laki yang belum
dikhitan (berkelopak kulit) jika air tidak bisa
sampai kebawahnya maka hukumnya
diperinci sebagai berikut :
21

a. Jika di bawah kelopak kulitnya suci,


maka sebagai ganti membasuh adalah
di tayammumi.
b. Jika dibawah kelopak kulitnya najis yang
tidak bisa dihilangkan kecuali dipotong.
Maka haram memotongnya. Mengenai
penanganan laki-laki ini terjadi
perbedaan pendapat dikalangan ulama’
: Menurut Imam Romli : setelah
dimandikan cukup dikafani dan dikubur
tanpa disholati. Sedangkan menurut
Imam Ibnu Hajar : setelah dimandikan,
kemudian ditayammumi kemudian
disholati dan dikubur. Pendapat ibnu
hajar ini mendapat dukungan dari syeikh
al fadani, sebab mengubur mayit
dengan tanpa disholati menandakan
kurang adanya penghormatan (Nihayah
zain hal. 151 / kasifatus saja hal;101)
22

Sedangkan cara mentayammumi


mayit yang praktis sebagai berikut :
Kedua tangan orang yang tayammum
diletakkan pada debu dan tangan
kanannya diusapkan pada wajah mayit,
seraya niat :

Tangan kiri diusapkan pada tangan


kanan mayit dan tangan kanan
diletakkan pada debu lagi untuk
diusapkan pada tangan kiri mayit.
4. Bagaimana merawat jenazah korban
kebakaran atau jenazah yg ditemukan
setelah berhari-hari meninggal ?
Jenazah seperti tersebut cukup dibasuhi
semua anggota tubuhnya dengan air
muthlaq karena takut anggota tubuhnya
semakin rusak.
23

5. Bagaimana cara merawat Jenazah yang


terkena HIV AIDS atau Covid 19 ?
Pada dasrnya memandikan orang yang
mempunyai penyakit menular, maka orang
yang memandikan wajib menjaga dirinya
terlebih dahulu. Oleh karena itu kita harus
menyiapkan APD (Alat Pelindung Diri)
sepatu Boot karet, atau minimal jaz hujan
plastik untuk melindungi diri dari air yang
nanti digunakan untuk memandikan si
mayyit.
Menadikan mayyit covid 19 atau yang
memular lainnya, setelah membersikan
semua kotoran dan najiz yang menempel
pada mayyit, maka cukup dengan dibasuh
satu kali basuhan, yakni semua anggota
tubuh terkena air.
24

KAFAN JENAZAH
Kafan ada 4 macam :
1. Kafan yang pertama menjadi hak Allah yaitu
menutup aurat bagi laki – laki dari pusar
sampai lutut , bagi perempuan seluruh badan
kecuali muka dan telapak tangan.
2. Bagian yang kedua hak jenazah yaitu dimulai
dari batas kafan yang menutupi aurat hingga
tertutup semuanya.
3. Bagian yang ketiga haknya ahli waris ,
umpama ada harta yang sisa dari jenazah dan
ahli waris mengizinkan bisa dilaksanakan.
4. Bagian yang keempat haknya orang yang
menghutangi jenazah ( ghuroma’ ), umpama
antara ghuroma’ dan si jenazah ada
pertentangan maka jenazah tidak usah
dikafani sampai kedua dan ketiga .
25

Kafan harus berupa kain ketika halal dipakai


waktu hidup , bagi laki – laki haram memakai
kafan sutra dan haram menuliskan asma Allah
atau lafadz al Qur’an pada kafan jenazah atau
pada kertas yang dimasukkan dalam kafan.
Jenazah yang kafannya diambil orang wajib
diganti kafan baru menurut Imam Ibnu Hajar
Fittukhfah , sedangkan menurut Imam Romli tidak
wajib tapi hukumnya sunah. Semua itu jika
pencurinya tidak mau mengubur lagi sehingga
jenazahnya tidak kelihatan maka tidak perlu digali
dan diganti kafan lagi.
26

CARA MENGKAFANI JENAZAH


Pada dasarnya tujuan mengkafani adalah
menutup seluruh bagian tubuh mayit. Walaupun
demikian para fuqaha’ memberi batasan tertentu
sesuai dengan jenis kelamin mayit. Batasan-
batasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Batas Minimal
Batas minimal mengkafani mayit, baik laki-laki
ataupun perempuan, adalah selembar kain
yang dapat menutupi seluruh tubuh mayit.
2. Batas Kesempurnaan
a. Bagi mayit laki-laki yang lebih utama
adalah 3 lapis kain kafan dengan ukuran
panjang dan lebar sama, dan boleh
mengkafani dengan 5 lapis yang terdiri
dari 3 lapis kain kafan ditambah surban
dan baju kurung, atau 2 lapis kain kafan
ditambah surban, baju kurung dan sarung.
b. Bagi mayit perempuan atau banci,
kafannya adalah 5 lapis yang terdiri dari 2
27

lapis kain kafan ditambah kerudung, baju


kurung dan sewek. Kain kafan yang
dipergunakan hendaknya berwarna putih
dan diberi wewangian, bila mengkafani
lebih dari ketentuan batas maka
hukumnya makruh, sebab dianggap
berlebihan.

CARA-CARA PRAKTIS MENGKAFANI MAYIT


Menyiapkan 5 lembar kain berwarna putih yang
terdiri dari surban atau kerudung, baju kurung,
sarung atau sewek, dan 2 lembar kain untuk
menutup seluruh tubuh mayit. Untuk memudahkan
proses mengkafani, urutan peletakannya adalah
sebagai berikut:
1. Tali.
2. Kain kafan pembungkus seluruh tubuh.
3. Baju kurung.
4. Sarung atau sewek.
5. Sorban atau kerudung.
28

6. Setelah kain kafan diletakkan di


tempatnya, letakkan mayit yang telah
selesai dimandikan dengan posisi
terlentang di atasnya dalam keadaan
tangan disedekapkan.
7. Letakkan kapas yang telah diberi
wewangian (bubuk kayu cendana) pada
anggota tubuh yang berlubang, anggota
tubuh ini meliputi:
a. Mata
b. Lubang hidung
c. Telinga
d. Mulut
e. Dubur
Demikian juga pada anggota sujud,
meliputi:
a. Jidat.
b. Hidung
c. Kedua siku
d. Telapak tangan
29

e. Jari-jari telapak kaki


8. Mengikat pantat dengan kain sehelai.
9. Memakaikan baju kurung, sewek atau
sarung, dan surban atau kerudung.
10. Mayit dibungkus dengan kain kafan yang
menutupi seluruh tubuhnya, dengan cara
melipat lapisan pertama, dimulai dari sisi
kiri dilipat ke sisi kanan, kemudian sisi
kanan dilipat ke kiri. Begitu pula untuk lapis
kedua dan ketiga.
11. Mengikat kelebihan kain di ujung kepala
dan kaki (dipocong), dan diusahakan
pocongan kepala lebih panjang.
12. Setelah ujung kepala dan ujung kaki diikat,
sebaiknya ditambahkan ikatan pada bagian
tubuh mayit; seperti perut / dada, agar
kafan tidak mudah terbuka saat dibawa ke
pemakaman.
30

Do’a setelah mengkafani jenazah :

Masalah : Bagaimana jika mengkafani jenazah


terus mengeluarkan darah, sebagaimana setelah
melahirkan, kecelakaan atau pasca oprasi ?
Kulit Jenazah wajib menempel pada kain
kafan dilapis pertama, karena itu merupakan
Haqqullah, jadi dalam keadaan bagaimanapun
kulit jenazah harus menempel pada kain kafan.
Adapun jika jenazah mengeluarkan darah terus
menerus, korban kecelakaan, atau pendarahan
bagi jenazah yang meninggal setelah melahirkan,
maka pada luka yang mengeluarkan darah tsb di
perban menggunakan kapas agak tebal, setelah
itu jenazah ditaruh pada lapis pertama dan
diantara lapis pertama dan kedua bisa diberi
31

plastic agar pada lapisan dua dan ketiga tidak


ada noda / bercak darah.

SHOLAT JENAZAH
Hukum Sholat Jenazah adalah Fardlu
Kifayah. Syarat sholat jenazah sama dengan
syarat sholat yang lain. Jadi, sholat jenazah wajib
suci dari hadats kecil dan besar dan suci dari najis
, menutup aurat dan menghadap qiblat. Jenazah
yang tidak khawatir berubah baunya disunahkan
menanti kedatangan 40 orang untuk mensholati
kalau bisa diharap kedatangannya.
Orang yang mensholati jenazah muslimah
disunahkan bertempat pada pantat jenazah ( bagi
imam ) dan kepala jenazah ditaruh disebelah
utara. Sedangkan untuk jenazah laki-laki posisi
kepala ada di sebelah selatan dan imam
menghadap pada bagian kepala jenazah.
Orang yang mensholati jenazah disunahkan
tidak mengeraskan bacaannya meskipun waktu
32

malam , tidak disunahkan baca do’a iftitah, tidak


disunahkan baca surat dan disunahkan
mengeraskan bacaan takbir dan bacaan salam.
Posisi mayit sewaktu salat jenazah terdapat 2
pendapat :
1. Dalam kitab ,Syarwani,Busrol Karim bahwa
sebaiknya posisi kepala mayit laki-laki di
sebelah kiri orang yang mensalatkan
(kepala ada diselatan) karena salat
jenazah ketika mayitnya laki-laki maka
kepala mayit harus berhadapan dengan
imam dan posisi sebagian besar tubuh
mayit ada di sebelah kanan imam.
2. Mayitnya perempuan maka imam berdiri di
tengah-tengah mayit (pantat) dan kepala
di sebelah kanan (kepala ada disebelah
utara)
Adapun tatacara Sholat Jenazah sebagai
berikut
1. Niat Sholat Jenazah
33

a. Jika Jenazahnya Laki-laki

b. Jika Jenazahnya Perempuan

2. Takbir pertama dengan membaca surat Al


fatihah. Meskipun Sholat Jenazah
dilakukan tanpa Ruku’, I’tidal dan Sujud.
Membaca surat Al-Fatihah tetap berhukum
wajib
34

3. Takbir kedua dengan membaca sholawat.


Adapun sholawat yang dibaca adalah

4. Takbir ketiga, seraya berdo’a


35

5. Takbir keempat, dengan membaca do’a

6. Kemudian mengucapkan salam


36

MENGUBUR JENAZAH
Mengubur jenazah adalah berhukum fardlu
kifayah, meskipun yang meninggal adalah orang
kafir. Jenazah orang muslim tidak boleh
dikebumikan dengan orang kafir dalam satu area
pemakaman. Hendaklah area pemakaman orang
muslim dipisahkan dengan area pemakaman
orang kafir.
Lubang kuburan yang digunakan
panjangnya sesuai dengan panjangnya jenazah,
dalamnya sedalam dada orang dewasa dan
lebarnya adalah satu depa tangan orang dewasa
dimana pada bagian dalam kuburan dilubangi
agak menjorok kedalam guna meletakkan jenazah
dengan menghadap kearah qiblat.
Tidak diperbolehkan dalam mengubur
jenazah, memasukkan benda yang sifatnya
duniawi, sebagaimana uang atau yang lain dan
jika diyaqini bahwa ada benda, semisal kunci
37

rumah yang ikut terpendam dengan jenazah,


maka wajib diambil dan digali lagi.
Posisi jenazah wajib menghadap qiblat
dengan cara dimiringkan kesebelah kanan. Dan
jika terdapat jenazah yang dikubur tidak dalam
keadaan menghadap qiblat maka wajib digali
kembali dan dihadapkan ke qiblat.
Masalah :
1. Bagaimana hukum mengganti kain kafan yang
dicuri ?
Menurut Imam Ibnu Hajar, mengganti kain
kafan yang dicuri adalah wajib, sedangkan
menurut Imam Romli, menggantinya adalah
Sunnah. Semua itu jika posisi jenazah tidak
dikubur lagi oleh sipencuri dan dalam keadaan
telanjang.
2. Bagaimana cara memakamkan mayit yang
meninggal ditengah laut lepas dan jauh dari
daratan. Jika menunggu sampai daratan
dihawatirkan kondisi mayit akan rusak?
38

Dalam kitab Nihayatul Mukhtaj Ila Syarhil


Minhaj Juz3 Hal 4, setelah mayit dimandikan,
dikafani dan disholatkan, mayit dilarung ke laut
dan dikasih pemberat agar mayit bisa
tenggelam.
3. Bagaimana mengubur mayit yang meninggal di
dataran es?
Cara menguburnya adalah dengan cara
diletakkan di atas dataran tersebut, kemudian
ditutup dengan batu atau benda yang mampu
menjaga jasad mayat tersebut sekiranya hewan
buas sulit untuk digali / menjamah jasad
tersebut
4. Bagaimana cara merawat korban bencana
yang menelan korban ratusan sebagaimana
bencana sunami Aceh ?
Jika dalam merawat mayit yang jumlahnya
banyak dan minimnya fasilitas sebagaimana
sulitnya air mutlaq untuk memandikan jenazah
dan sulitnya kain kafan, maka cukup dengan
39

mewudlukan si mayit atau mentayamuminya


dan menutup aurot mayit sebelum
menguburnya. Adapun jika dikubur masal,
maka hendaklah mayit ditaruh secara berjajar,
dan jika memang area pemakaman yg minim,
menurut Syekh Muhammad Ar-Romli,
diperbolehkan untuk ditumpuk bahkan
berhukum wajib. Demikian dalam keterangan
Ibn Qasim al-‘Abadi pada Syarh Manhaj at-
Thullab,” (Lihat Abdul Hamid As-Syarwani,
Hasyiyyatus Syekh ‘Abdul Hamid As-Syarwani
pada Hawasyi Tuhfatil Muhtaj bi Syarhil Minhaj,
[Mesir: At-Tijariyatul Kubra: tanpa keterangan
tahun], juz III, halaman 174).
5. Bolehkah mengubur suami – istri dalam satu
liang llahat?
Boleh. Yang diperbolehkan untuk
dimakamkan dalam satu adalah hubungan
saudara atau suami istri
40

TALQIN
41
42
43

x) 3

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan tahlil


dan ditutup dengan Do’a
44

CATATAN
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
45

………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
…………………………………………………………
………………………………………………………….
………………………………………………………….

Anda mungkin juga menyukai