Usulan Penelitian

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

USULAN PENELITIAN

PEMAHAMAN DALAM PEMANFAATAN LAYANAN TELEFARMASI

PADA MASYARAKAT DI

KOTA TABANAN

NI WAYAN MITA ARISIA

NIM. 18021011

PROGRAM SARJANA

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pada sektor

kesehatan dapat membuka perspektif baru dalam pemberian pelayanan kesehatan

dan dapat berkontribusi untuk membatasi masalah penurunan ketersediaan tenaga

kesehatan. Teknologi telah muncul sebagai sarana potensial untuk mengatasi

beberapa hambatan seperti pelayanan atau konsultasi kesehatan untuk masyarakat

yang jauh dengan pusat pelayanan kesehatan. Salah satu teknologi yang

membantu masyarakat dalam pelayanan kesehatan adalah Telehealth. Menurut

Health Resources & Services Administration 2021, Telehealth didefinisikan

sebagai “penggunaan informasi elektronik dan teknologi telekomunikasi untuk

mendukung dan mempromosikan perawatan kesehatan klinis jarak jauh,

pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan pasien dan profesional,

kesehatan masyarakat dan administrasi kesehatan” (Elizabeth, 2021).

Telemedicine, khususnya telefarmasi yang didefinisikan sebagai

"penyediaan perawatan apoteker oleh apoteker dan apotek terdaftar melalui

penggunaan telekomunikasi untuk pasien yang berada di kejauhan” (Win, 2017;

Simone, 2019). Telefarmasi tampaknya menjadi teknologi yang memungkinkan

yang mewakili cara unik dan inovatif untuk memberikan layanan farmasi

berkualitas ke daerah pedesaan dan regional khususnya (Kimber, 2006).


Telefarmasi memungkinkan layanan kesehatan seperti tinjauan obat, konseling

pasien, dan verifikasi resep oleh apoteker yang memenuhi syarat untuk pasien

yang berlokasi jauh dari rumah sakit, apotek, atau pusat kesehatan lainya (Arjun,

2016).

Persepsi masyarakat mengenai telefarmasi tentu sangat dipengaruhi oleh

keunggulan dan kerugian yang akan didapatkan saat layanan digunakan. Adapun

keunggulan dan kerugian layanan telefarmasi seperti yang disebutkan pada

penelitian yang dilakukan oleh Sherman 2007 dan Shawn 2010, menyatakan

bahwa keunggulan telefarmasi itu sendiri diwakili oleh cakupan layanan farmasi

yang luas juga di daerah yang kurang terlayani karena masalah ekonomi atau

geografis. Penurunan interaksi manusia antara profesional kesehatan dan pasien,

masalah dalam evaluasi pemberian obat, dan peningkatan risiko keamanan dan

integritas data pasien merupakan beberapa potensi kerugian dari telefarmasi

(Simone, 2019).

Dalam pengembangan dan penerapannya, telefarmasi dapat bermanfaat

dalam kondisi pandemic COVID-19 maupun situasi lain yang menyebabkan

pelayanan kefarmasian oleh apoteker tidak dapat dilaksanakan secara langsung

kepada pasien. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sendiri telah dihimbau oleh Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia agar dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

seperti dokter dan apoteker, utamanya pada situasi pandemi COVID-19,

sebagaimana tertera pada Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020.
Meskipun telah ada himbauan dari Kemenkes RI untuk memanfaatkan

penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, ada

faktor masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan yang juga perlu

dipertimbangkan. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan

telefarmasi sangat penting. Pada setiap pelayanan yang dilaksanakan, diperlukan

adanya tingkat kesiapan yang cukup baik untuk menunjang keberhasilannya.

Selain itu, penerimaan masyarakat terhadap pelayanan telefarmasi juga menjadi

penentu penting keberhasilan implementasi pelayanan telefarmasi.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

pemahaman masyarakat di Kota Tabanan mengenai pelayanan kesehatan

telefarmasi. Penelitian ini dilakukan di beberapa Kecamatan di Kota Tabanan

yang memiliki jumlah penduduk terbanyak. Berdasarkan data Badan Pusat

Statistik Kabupaten Tabanan, jumlah penduduk Kabupaten Tabanan beberapa

tahun terakhir adalah pada tahun 2021 sebanyak 462.652 jiwa, tahun 2020

sebanyak 448,00 jiwa, tahun 2019 sebanyak 445,70 jiwa dan tahun 2018 sebanyak

443,50 jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan tahun 2020,

jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Tabanan terdapat pada beberapa

Kecamatan. Diantaranya Kecamatan Kediri sebanyak 96,26 ribu jiwa dan

Kecamatan Tabanan sebanyak 75,68 ribu jiwa. Selain itu, penelitian seperti ini

belum pernah ada sebelumnya di Kota Tabanan dan berdasarkan studi

pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti pada beberapa apotek di pusat

Kota Tabanan dapat dikatakan bahwa penggunaan telemedicine khususnya

telefarmasi masih jarang oleh masyarakat Tabanan. Maka dari itu penelitian ini
penting dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman masyarakat mengenai

penggunaan layanan telefarmasi di Kota Tabanan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana pemahaman masyarakat dalam pemanfaatan layanan

telefarmasi di Kota Tabanan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan penelitian yang ingin

dicapai adalah sebagai berikut :

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman

masyarakat dalam pemanfaatan layanan telefarmasi di Kota Tabanan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melihat pemanfaatan telefarmasi sebagai media konseling online.

2. Melihat gambaran pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan

informasi obat melalui layanan telefarmasi.

3. Melihat gamabaran pengetahuan masyarakat mengenai pemantauan

terapi obat melalui layanan telefarmasi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi


Manfaat penelitian ini bagi institusi yaitu menambah kepustakaan dan

referensi untuk peneliti selanjutnya dalam menerapkan dan pengembangan

ilmu kefarmasian terkait dengan persepsi masyarakat mengenai layanan

telefarmasi.

1.4.2 Bagi Masyarakat

Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam penggunaan

layanan kesehatan online khususnya telefarmasi untuk mempermudah

masyarakat dalam melakukan pembelian obat maupun konsultasi dengan

apoteker secara online.

1.4.3 Bagi Peneliti

Sebagai perwujudan dalam penerapan ilmu selama masa perkuliahan

dan menambah wawasan peneliti dalam ilmu kefarmasian di masyarakat.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konseling Online

2.2 Pelayanan Informasi Obat

2.3 Pemantauan Terapi Obat

2.4 Definisi Telefarmasi

2.5 Pemahaman Masyarakat

Pemahaman Menurut KBBI (2003:811) pemahaman adalah proses,

cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Dalam hal ini pemahaman

dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang diikuti hasil belajar sesuai

dengan tujuan tujuan pembelajaran.

Suharsimi (2009) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension)

adalah bagaimana seseorang mempertahankan, membedakan, menduga

(estimates), menerangkan, memperluas, menyimpulkan,

menggeneralisasikan memberikan contoh, menuliskan kembali, dan

memperkirakan. Dengan pemahaman, dapat diminta untuk membuktikan

bahwa ia memahami hubungan sederhana antara faktafakta dan konsep.

Menurut Sudjana (1995) pemahaman adalah hasil belajar, misalnya

peserta didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa

yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang


dicontohkan guru menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain.

Pemahaman adalah kesanggupan untuk mendefinisikan, merumuskan kata

yang sulit dengan perkataan sendiri. Dapat pula merupakan kesanggupan

untuk menafsirkan suatu teori atau melihat suatu konsekuensi atau implikasi,

meramalkan kemungkinan atau akibat sesuatu (Nasution,1999:27).

Menurut Benyamin. S Bloom dalam buku Anas Sudijono,

mengatakan bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk

mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.

Seorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat

memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu

dengan menggunakan bahasa sendiri (Sudijono, 2011:50).

Pemahaman atau komprehensi adalah tingkat kemampuan yang

mengharapkan testee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta

faktor yang 18 diketahuinya. Dalam hal ini testee tidak hanya hafal secara

verbalistis, tetapi memahami konsep dari masalah atau fakta yang

dinyatakan (Purwanto, 2010).

Masyarakat

Menurut penelitian Reni, persepsi masyarakat merupakan sebuah

proses yang melibatkan kognisi (pengetahuan), afeksi (sikap) dan konasi

(penilaian) masyarakat dalam memberikan tanggapan terhadap hal-hal atau

objek tertentu yang diperoleh melalui panca indera yang dimiliki, sehingga

terbentuklah gambaran mengenai objek atau subjek yang dipersepsikan.


BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

Menurut Health Resources & Services Administration 2021, Telehealth

didefinisikan sebagai “penggunaan informasi elektronik dan teknologi

telekomunikasi untuk mendukung dan mempromosikan perawatan kesehatan

klinis jarak jauh, pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan pasien dan

profesional, kesehatan masyarakat dan administrasi kesehatan” (Elizabeth, 2021).

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam

penyelenggaraan pelayanan kesehatan sendiri telah dihimbau oleh Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia agar dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

seperti dokter dan apoteker, utamanya pada situasi pandemi COVID-19,

sebagaimana tertera pada Surat Edaran Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor HK.02.01/MENKES/303/2020.

Telefarmasi memungkinkan layanan kesehatan seperti tinjauan obat,

konseling pasien, dan verifikasi resep oleh apoteker yang memenuhi syarat untuk

pasien yang berlokasi jauh dari rumah sakit, apotek, atau pusat kesehatan lainya

(Arjun, 2016).

Meskipun telah ada himbauan dari Kemenkes RI untuk memanfaatkan

penggunaan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, ada

faktor masyarakat sebagai pengguna pelayanan kesehatan yang juga perlu


dipertimbangkan. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat mengenai pemanfaatan

telefarmasi sangat penting. Pada setiap pelayanan yang dilaksanakan, diperlukan

adanya tingkat kesiapan yang cukup baik untuk menunjang keberhasilannya.

Selain itu, penerimaan masyarakat terhadap pelayanan telefarmasi juga menjadi

penentu penting keberhasilan implementasi pelayanan telefarmasi.


3.2 Konsep Penelitian

Pelayanan Telemedicine

Tele- Tele-
Teleradiologi Telefarmasi
elektrokardiografi ultrasonografi

Pelayanan Pemantauan
Konseling
Informasi Obat Terapi Obat

(PIO)

Pemahaman Masyarakat

Kota Tabanan

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti
BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian non-eksperimental

dengan menggunakan survey langsung dan tidak memberikan perlakuan apapun

kepada responden. Dilakukan pengambilan data satu waktu dan satu kali

pengumpulan data dengan menggunakan beberapa variabel sekaligus. Penelitian

dilakukan dengan metode Cross-Sectional dengan membagikan instrumen berupa

kuesioner untuk mengumpulkan data primer kepada responden yang berisi

beberapa pertanyaan terkait pemahamanya mengenai pemanfaatan layanan

telefarmasi pada masyarakat Tabanan. Kuesioner yang digunakan sudah melalui

uji validitas dan reliabilitas.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada beberapa Kecamatan di Kota Tabanan

yang memiliki jumlah penduduk terbanyak seperti Kecamatan Kediri dan

Kecamatan Tabanan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini diperkirakan akan dilakukan selama 3 bulan, yaitu pada

bulan Februari – April 2022.


4.3 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini termasuk dalam Farmasi klinik

dan komunitas, yaitu mengenai pemanfaatan layanan telefarmasi. Penelitian ini

mengambil tema Pemahaman Dalam Pemanfaatan Layanan Telefarmasi Pada

Masyarakat Di Kota Tabanan, karena masih banyak masyarakat yang belum

paham mengenai manfaat dari layanan telefarmasi itu sendiri. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran dan kajian bagi pemerintah daerah,

khususnya professional kesehatan dalam meningkatkan pemahaman mengenai

layanan telefarmasi kepada masyarakat.

4.4 Penentuan Sumber Data

Data diperoleh dari informasi masyarakat dalam pemahaman terkait

pemanfaatan telefarmasi. Masyarakat diberikan beberapa pertanyaan berupa

kuesioner yang akan digunakan untuk mengetahui pemahaman masyarakat

terhadap pemanfaatan telefarmasi.

4.5 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Kota Tabanan khususnya

yang bersedia menjadi responden.

4.6 Sampel

4.6.1 Kriteria Sampel

4.6.1.1 Kriteria Inklusi

1. Masyarakat yang tinggal di wilayah Kota Tabanan khususnya

Kecamatan Kediri dan Kecamatan Tabanan.


2. Masyarakat laki-laki/perempuan dengan usia 17-65 tahun.

3. Masyarakat yang bersedia menjadi responden dan mengisi

kuesioner.

4.6.1.2 Kriteria Eksklusi

1. Masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis.

2. Masyarakat memenuhi kriteria inklusi namun tidak menjawab

50% pertanyaan dalam kuesioner atau memberi lebih dari satu

jawaban dalam satu pertanyaan.

3. Masyarakat yang memiliki gangguan penglihatan dan

pendengaran.

4.6.2 Teknik Sampel

Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah

Teknik probability sampling. Menurut Sugiyono (2017:122), probability

Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang

sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota

sampel. Dengan metode yang digunakan adalah Sampling Rumpun (Cluster

Sampling) yaitu cara pengambilan sampel yang dilakukan berdasarkan

Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kota Tabanan.

4.6.3 Besar Sampel

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

menggunakan rumus Lameshow (Ulfa, 2012) :

n =d2
4.7 Variabel Penelitian

4.8 Bahan Penelitian

4.9 Instrumen Penelitian

4.10 Prosedur Penelitian

4.11 Analisis Data


DAFTAR PUSTAKA

Arjun, Poudel, Lisa M., Nissen, 2016. Telepharmacy: a pharmacist’s perspective

on the clinical benefits and challenges. School of Clinical Sciences,

Australia: Dovepress journal. Integrated Pharmacy Research and

Practice 2016:5 75–82. DOI:

https://doi.org/10.2147/IPRP.S101685.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2021. Proyeksi Penduduk Kabupaten

Tabanan (Ribu Jiwa), 2018-2020. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Tabanan (Statistics of Tabanan Regency).

https://tabanankab.bps.go.id/indicator/12/45/1/proyeksi-penduduk-

kabupaten-tabanan.html (Diakses pada 27 November 2021).

Elizabeth J. Unni , Kanchita Patel, Isaac Rex Beazer and Man Hung. 2021.

Telepharmacy during COVID-19: A Scoping Review. Journal

MDPI. Pharmacy 2021, 9, 183.

https://doi.org/10.3390/pharmacy9040183.

Health Resources & Services Administration. 2021. Office for the Advancement

of Telehealth. Available online: https://www.hrsa.gov/rural-

health/telehealth (accessed on 14 October 2021).

Kimber MB, Peterson GM. 2006. Telepharmacy – enabling technology to provide

quality pharmacy services in rural and remote communities. J

Pharm Pract Res. 2006;36(2):128–133.


Le, T., Toscani, M., Colaizzi, J., 2018. Telepharmacy: A New Paradigm for Our

Profession. J. Pharm. Pract. 2018. [CrossRef] [PubMed]

Shawn, R., 2010. Telepharmacy Advantages and Disadvantages. Ezinearticles.

Available online: http://ezinearticles.com/?Advantages-and-

Disadvantages-of-Tele-Pharmacy&id=4651775 (accessed on 13

January 2019).

Sherman, J., 2007. Telepharmacy? A Promising Alternative for Rural

Communities. Pharmacy Times. Available online:

http://www.pharmacytimes.com /publications/issue/2007/2007-

02/2007-02-6296 (accessed on 13 January 2019).

Simone Baldoni, Francesco Amenta and Giovanna Ricci. 2019. Telepharmacy

Services: Present Status and Future Perspectives: A Review.

Journal MDPI. Medicina 2019, 55, 327; doi:

https://doi.org/10.3390/medicina55070327.

Win, A.Z. 2017. Telepharmacy: Time to pick up the line. Res. Social Adm.

Pharm. 13, 882–883. [CrossRef] [PubMed].

Reni Rachmawati. Persepsi Masyarakat Terhadap Kebijakan Pengenaan Sanksi

Biaya Paksa Terkait Penataan Pkl Di Kasawan Kepatihan Kota

Bandung. Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Penyelenggaraan Pelayanan

Kesehatan Melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan


Komunikasi Dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus

Disease 2019 (Covid-19). NOMOR HK.02.01/MENKES/303/2020

Tahun 2020. Menteri Kesehatan Republik Indonesia,

surat_edaran_menteri_kesehatan_nomor_hk_02_01_menkes_303_

2020_tahun_2020.pdf.

Sugiyono, (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :

Alfabeta, CV.

Anda mungkin juga menyukai