Laporan Observasi Tumpangsari

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN OBSERVASI TUMPANGSARI

PROBLEMATIKA REKAYASA BUDIDAYA TANAMAN

Kelompok 8 :

1. Rahayu Sinta Dewi (20200210163)


2. Mustafa Krisnanto (20200210173)
3. Muh Wahyu Nur Hanafi (20200210188)
4. Rizqi Mahdafikia (20200210190)
5. Dwi Septi Nur Amaliah (20200210192)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting untuk pembangunan di
Indonesia. Penduduk Indonesia pada umumnya mengkonsumsi hasil pertanian untuk
makanan pokok mereka. Pertanian sendiri merupakan kegiatan memanfaatkan sumber
daya alam hayati oleh manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri,
sumber energi, dan lainnya.
Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan keseimbangan
antara masukan dan keluaran dalam sistem pertanian akan mempercepat terjadinya
penurunan kesuburan tanah. Keadaan ini diperparah dengan kebiasaan petani yang
membawa keluar semua hasil panen tanpa usaha mengembalikan sebagian biomassa
tanaman ke lahan pertanian. Di samping itu, sistem pengelolaan kesuburan tanah
biasanya ditekankan pada penggantian hara melalui pemupukan, tanpa usaha untuk
mempertahankan pengelolaan kesuburan tanah secara menyeluruh, sehingga
menyebabkan penurunan produktivitas tanaman dan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan bagi tanaman (Hairiah et al., 2000).
Tumpangsari adalah bentuk pola tanam yang membudidayakan lebih dari satu  jenis
tanaman dalam satuan waktu tertentu, dan tumpangsari ini merupakan suatu upaya dari
program intensifikasi pertanian dengan tujuan untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal, dan menjaga kesuburan tanah (Prasetyo, Sukardjo, dan Pujiwati, 2009). Jumin
(2002 dalam Marliah, Jumini, Jamilah, 2010) menyatakan bahwa tujuan dari sistem
tanam tumpang sari adalah untuk mengoptimalkan penggunaan hara, air, dan sinar
matahari seefisien mungkin untuk mendapatkan produksi maksimum.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jagung

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia. Selain
sebagai sumber karbohidrat, jagung juga dimanfaatkan sebagai pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari bulir), dibuat tepung (dari bulir, dikenal
dengan istilah tepung jagung atau maizena), dan bahan baku industri (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dirjen Tanaman
Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), produksi jagung nasional mencapai 17,6 juta
ton pipilan kering dengan luas panen 4,8 juta hektar (ha). Kebutuhan jagung untuk pakan
ternak meningkat dari 6 juta ton pada 2011 menjadi 6,75 juta ton. Perkiraan total
konsumsi pakan ternak sebesar 13,5 juta ton yang terdiri dari 12,3 juta ton pakan ternak
dan 1,2 juta ton pakan ikan (BPS dan Kementan, 2012). Tanaman jagung umumnya di
budidayakan pada lahan kering yang baik secara monokultur maupun tumpang sari. Pada
sistem tumpang sari, faktor penting yang harus diperhatikan adalah pengaturan waktu
tanam, jarak tanam, dan jenis tanaman yang akan ditumpangsarikan. Hali ini bertujuan
untuk meminimalkan terjadinya persaingan hara dan cahaya antar tanaman yang
ditumpangsarikan . Komoditas yang dapat dipilih untuk tumpang sari dengan tanaman
jagung antara lain kacang tanah, kedelai, kacang hijau atau ubi kayu (singkong) (Tim
Karya Tani Mandiri, 2010). Kamal (2010) juga menyatakan bahwa pengembangan sistem
tumpangsari dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan cahaya persatuan luas lahan.

B. Singkong
Klasifikasi Tanaman Singkong
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan yang memiliki bunga)
Kelas : Magnoliopsida (tumbuhan dengan biji berkeping dua)
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Manihot
Species : Manihot esculenta Crantz
Tanaman ubikayu di Indonesia umumnya dibudidayakan pada lahan kering seperti di
Lampung dan Jawa. Pertumbuhan tanaman ubikayu juga umumnya sangat lambat selama
3 bulan pertama yang menyebabkan tanah diantara tanaman tidak tertutup secara
sempurna oleh kanopi. Hal ini menyebabkan tingginya intensitas cahaya matahari
diantara tanaman sehingga memacu pertumbuhan gulma (Richana, 2012). Kamal (2011)
juga melaporkan bahwa pada fase awal pertumbuhan ubikayu ruang tumbuh antar barisan
ubikayu masih cukup tersedia, sehingga bisa ditanami tanaman palawija seperti jagung,
kacang tanah dansorgum. Selain itu, umumnya tanaman ubikayu diusahakan pada lahan
kering. Tanah di daerah lahan kering sangat rentan terhadap erosi. Daerah lahan kering
biasanya mempunyai curah hujan yg rendah dan intensitas yang rendah pula, dengan
kondisi seperti itu menyebabkan susahnya tanaman tumbuh dan berkembang, padahal
tanaman merupakan media penghambat agar butiran hujan tidak berbentur langsung
dengan tanah. Benturan seperti inilah yg menyebabkan tanah mudah terurai sehingga
gampang di bawa oleh aliran air permukaan dan akhirnya terjadi erosi. Pemanfaatan
vegetasi pada sistem konservasi tanah dan air selain sebagai penghambat benturan juga
berguna sebagai penghambat aliran permukaan, memperbaiki tekstur tanah dan
meningkatkan kadar air tanah (Agrica, 2007).

III. PEMBAHASAN

1. Nama Responden : Bapak Hamdan


2. Alamat : Desa Kuta, Kec.Bantarbolang, Pemalang
3. Komoditi : Jagung dan Singkong
4. Luas area penanaman : 800 – 900 m2
5. Umur Tanaman : 3 - 4 minggu
6. Teknologi bahan tanam :
A. Bahan tanam
 Bahan tanam : Jagung dan singkong berasal dari distributor di daerah Pemalang
 Varietas :
Jagung Manis
Bonanza Keunggulan jagung jenis ini adalah, tongkol besar dengan berat kurang lebih
480 gr pertongkol. Potensi panen jagung jenis ini juga menggiurkan yakni 12- 16
ton/ha. Bonanza F1 juga merupakan jenis jagung yang banyak dicari konsumen untuk
dikonsumsi dikarenakan rasa manisnya yang awet dan tentunya juga karena tongkol
yang besar.( PT. East west seed,2016)
Singkong varietas Adira 4

Ciri-ciri dari Adira 4 ini antara lain pucuk daun berwarna hijau dengan bentuk daunya
biasa agak lonjong dan tulang daunya berwarna merah muda pada bgaian atas serta
hijau muda pada bagian bawahnya. Warna tangkai daun bagian ataas merah kehijauan
dan bagian bawahnya hijau muda. Warna batang muda hijau dan batang tua abu-abu.
Tinggi tanaman antara 1,5 – 2 meter dengan umur tanaman mencapai 10 bulan.
Umbinya berwarna putih dengan kulit luar coklat dan ros bagian dalamnya. Umbinya
mempunyai kualitas rebus yang bagus namun agak pahit. Umbinya mempunyai
kandungan tepung mencapai 18-22 % dan proteinya 0,8 – 22% dengan kadar HCN
sekitar 68 mg per kilogram. Umbinya cocok untuk bahan baku tepung tapioka.
Adira 4 tahan terhadap serangan Pseudomonas solanacearum, dan Xanthomonas
manihots, dan agak tahan terhadap hama tungau merah (Tetranichus bimaculatus).

B. Penanaman dan pola tanam

Tumpang sari merupakan usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan
waktu yang sama, dimana diatur sedemikian rupa dalam barisan-barisan tanaman. Sistem
penanaman dengan cara ini dapat dilakukan pada 2 (dua) atau lebih jenis tanaman yang
relative sama umur, misalnya pada tanaman jagung dan kacang tanah, tapi juga dapat
dilakukan pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda.
Pola tanam yang digunakan Pak Hamdan adalah pola tanam tumpang sari jagung dan
ubi kayu. Penanaman dilakukan pada awal musim hujan. Ubi kayu varietas Adira 4
ditanam dengan jarak tanam 100 cm x 150 cm, ubi kayu ditanam diantara barisan jagung.
Sebelum penanaman tanah biasanya digemburkan terlebih dahulu agar perkembangan
akar tanaman jagung dan ubi kayu lebih baik lalu tanah tersebut dibuat bedengan.
Pengolahan tanah dengan cara dibersihkan kemudian dibuat lubang tanam, kedalaman
lubang tanam jagung antara 5 cm sampai 10 cm, dua sampai 3 butir jagung di tanam di
dalam lubang tanam. Cara penanaman ubi kayu dilakukan dengan meruncingkan ujung
bawah stek ubi kayu, kemudian ditanam sedalam 5 sampai 10 cm atau sampai 1/3 bagian
stek tertimbun tanah. Untuk pertanaman pada awal musim hujan (oktober-November)
bibit diperbanyak pada bulan februari-Maret. Stek yang diambil dari batang ubi kayu
langsung dari pembenihan (tanpa melalui penyimpanan), karena bahan makanan
cadangan dalam stek belum berkurang. Ketika jagung berumur sebulan, ubi kayu di
sisipkan atau mulai ditaman, adapun penanaman jagung dan ubi kayu ditanam dengan
umur yang sama.

C. Pemeliharaan
 Pengairan
Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air
irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,kemampuan tanah
memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Adapun sistem perairan yang digunakan pada lahan ini tergantung pada air hujan
atau sistem tadah hujan.
 Pemupukan

Tanaman jagung dipupuk dengan dosis 135 kg N/ha, 72 kg P 2O5, dan 60 kg K2O
per hektar. Sebanyak 2/3 dosis N dan seluruh dosis P 2O5 dan K2O diberikan pada saat
tanam, sisanya 1/3 dosis N diberikan pada umur 4 minggu setelah tanam (MST).
Pupuk diberikan dengan cara alur di samping kiri atau kanan barisan tanaman
berjarak + 7 cm.
Tanaman ubikayu dipupuk dengan dosis 90 kg N, 54 kg P 2O5, dan 90 kg K2O per
hektar; mengikuti Howeler (1996). Dosis pupuk ini diasumsikan dapat mencukupi
kebutuhan ubikayu agar tidak berkompetisi dengan jagung dalam hal hara. Pupuk
diberikan di alur pupuk mengelilingi setek dengan jarak 7 – 10 cm dari pangkal setek.
Pemupukan nitrogen pada ubikayu diberikan 2 kali; 1/3 dosis N diberikan saat tanam
dan sisanya diberikan pada umur 1 bulan setelah tanam (Indira, 1996). Seluruh dosis
P2O5 diberikan bersama N yang pertama (Howeler, 1996; Indira, 1996, dan Wargiono
et al., 1997), sedangkan seluruh dosis K2O diberikan pada umur 2 bulan setelah
tanam (Howeler, 1996), saat awal pertumbuhan umbi.
 Pengendalian OPT

1) OPT Jagung
 Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)

Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung di seluruh fase pertumbuhan.
Kehilangan hasil akibat serangan pnggerek batang dapat mencapai 80%. Ngengat
aktif di malam hari, serta menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur
imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna putih, diletakkan berkelompok,
satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu
meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih
menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi, telur diletakkan di
permukaan bagian bawah daun.

 Belalang (Locusta sp)

Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan
Oxya chinensis. Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman
jagung saat masih muda, dengan cara memakan tunas jagung muda (baru
tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan hama migran.

Pengendalian OPT jagung

 Penggerek batang

Hama penggerek batang pada tanaman jagung manis dapat dikendalikan melalui
pengendalian dengan kultur teknis, penggunaan insektisida kimiawi, pengendalian
dengan menggunakan insektisida harus dilakukan secara hati-hati.

 Belalang

Cara pengendalian nya bisa di lakukan dengan aplikasi biopestisida yang


berbahan aktif Metarhizium anisopliae, dan mampu mengendalikan 70% hingga
90% hama belalang. Pengendalian secara kimiawi yang biasa nya di pakai
pestisida regent.

2) OPT Singkong
 Tungau Merah

Hama yang paling banyak menyerang singkong adalah tungau merah. Serangan
tungau sangat merugikan petani, karena dapat menurunkan produksi umbi
singkong antara 20% - 53%. Serangan tungau merah yang parah bahkan dapat
menyebabkan penurunan produksi mencapai 95%.Tungau menghisap jaringan
mesofil sampai jaringan tersebut russak. Klorofilpun ikut rusak sehingga tanaman
tidak dapat berfotosintesis. Tanda serangan tungau merah yaitu timbulnya bintik
kuning dipermukaan daun. Bintik tersebut lama kelamaan melebar dan berubah
warna menjadi merah kecoklatandan akhirnya menghitam. Dan apabila dibalik
permukaan bawah daun mengalami kerusakan yang sangat parah.

Pengendalian Singkong

Untuk mencegah serangan tungau merah sebaiknya singkong ditanam pada saat awal
musin hujan. Lakukan sanitasi lahan sebelum tanam, apabila ada tanaman inang dari
tungau merah seperti tanaman jambu, petai cina yang ada di sekitar areal penanaman,
maka lakukan pengendalian terlebih dahulu sebelum melakukan penanaman
singkong.Untuk mengendalikan serangan tungau merah dapat dilakukan dengan cara
menyemprotkan insektisida berbahan aktif dikofol atau tetradifon. Yang harus
diperhatikan adalah pada saat penyemprotan larutan insektisida harus dicampur
dengan deterjen. Fungsi dari deterjen adalah untuk menghancurkan bulu- bulu tungau
merah sehingga insektisida yang disemprotkan sampai ke kulit tungau merah.

D. Panen
Panen merupakan kegiatan mengumpulkan hasil usaha tani dari lahan budidaya.
Sedangkan penanganan pasca panen dapat diartikan sebagai upaya sangat strategis dalam
rangka mendukung peningkatan produksi hasil panen. Kedua aspek ini sangat penting
untuk meningkatkan hasil petani jika dilakukan sesuai dengan langkahnya. Hasil panen
terakhir dari luas lahan sekitar 900 m2 di dapatkan hasil dari Tanaman jagung sebanyak
147 kg dan singkong sebanyak 78 kg hasil singkong tidak maksimal dikarenakan jarak
tanam antara jagung dan singkong berdekatan dan waktu tanam yang sama menyebabkan
terjadinya persaingan untuk mendapatkan hara dan cahaya matahari.
E. Pasca panen
Penanganan pasca panen adalah tindakan yang disiapkan atau dilakukan pada tahapan
pascapanen agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau diolah
lebih lanjut oleh industri. Kegiatan pasca panen yang dilakukan Pak Hamdan adalah
melakukan penyortiran untuk memisahkan ubi dan jagung khualitas bagus untuk dijual
dan khualitas yang jelek untuk di konsumsi sendiri.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai