Permen ESDM Nomor 28 Tahun 2009

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 41

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA
No.341, 2009 DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA
MANUSIA. Pertambangan. Mineral. BatuBara.
Jasa. Penyelenggaraan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: 28 TAHUN 2009
TENTANG
PENYELENGGARAAN USAHA JASA PERTAMBANGAN
MINERAL DAN BATUBARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG AMAHA ESA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral
dan Batubara, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral tentang Penyelenggaraan Usaha Jasa
Pertambangan Mineral dan Batubara;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor
33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3817);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2000 tentang
Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4279);
2009, No.341 2

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4437);
4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
5. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4756);
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866);
7. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4737);
9. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tanggal 20
Oktober 2004 sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 77/P Tahun
2007 tanggal 28 Agustus 2007;
10. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
0030 Tahun 2005 tanggal 20 Juli 2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
MINERAL TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA
JASA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.
3 2009, No.341

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Jasa Pertambangan adalah jasa penunjang yang berkaitan
dengan kegiatan usaha pertambangan.
2. Usaha Jasa Pertambangan adalah usaha jasa yang
kegiatannya berkaitan dengan tahapan dan/atau bagian
kegiatan usaha pertambangan.
3. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah usaha jasa selain
usaha jasa pertambangan yang memberikan pelayanan jasa
dalam mendukung kegiatan usaha pertambangan.
4. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka
pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan serta pascatambang.
5. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan
untuk mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi
adanya mineralisasi.
6. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan
untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti
tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan
sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi
mengenai lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
7. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci
seluruh aspek yang berkaitan untuk menentukan kelayakan
ekonomis dan teknis usaha pertambangan, termasuk analisis
mengenai dampak lingkungan serta perencanaan
pascatambang.
8. Konstruksi Pertambangan adalah kegiatan usaha
pertambangan untuk melakukan pembangunan seluruh
fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak
lingkungan.
9. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan
untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral
ikutannya.
2009, No.341 4

10. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha


pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau
batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh
mineral ikutan.
11. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah
tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian
sampai tempat penyerahan.
12. Pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis dan
berlanjut setelah akhir sebagian atau seluruh kegiatan usaha
pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan alam
dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah
penambangan.
13. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang
tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan,
dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar
dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya.
14. Lingkungan Pertambangan adalah lindungan lingkungan
pertambangan yang merupakan instrumen untuk
memproteksi lingkungan hidup yang terkena dampak
kegiatan usaha pertambangan pada wilayah sesuai dengan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan.
15. Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan
masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja, dan
bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident).
16. Izin Usaha Jasa Pertambangan, yang selanjutnya disebut
IUJP, adalah izin yang diberikan kepada Pelaku Usaha Jasa
Pertambangan untuk melakukan kegiatan usaha jasa
pertambangan.
17. Surat Keterangan Terdaftar, yang selanjutnya disebut SKT,
adalah surat keterangan tanda terdaftar yang diberikan
kepada Perusahaan Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.
5 2009, No.341

18. Klasifikasi adalah penggolongan bidang usaha jasa


pertambangan berdasarkan kategori konsultan, perencana,
pelaksana dan pengujian peralatan.
19. Kualifikasi adalah penggolongan usaha jasa pertambangan
berdasarkan kemampuan jenis usaha jasa pertambangan
yang dapat dikerjakan.
20. Badan Usaha adalah setiap badan hukum yang bergerak di
bidang pertambangan yang didirikan berdasarkan hukum
Indonesia dan berkedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
21. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal adalah perusahaan
jasa yang berbadan hukum Indonesia atau bukan berbadan
hukum, yang didirikan di kabupaten/kota atau provinsi,
yang seluruh modalnya berasal dari dalam negeri dan
beroperasi dalam wilayah kabupaten/kota atau provinsi
yang bersangkutan.
22. Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional adalah perusahaan
yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia yang seluruh
modalnya berasal dari dalam negeri dan beroperasi di
wilayah Republik Indonesia atau di luar wilayah Republik
Indonesia.
23. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain adalah perusahaan
yang didirikan dan berbadan hukum Indonesia yang
sebagian atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing.
24. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP
adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.
25. Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut
IUPK adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan
di wilayah izin usaha pertambangan khusus.
26. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertambangan mineral dan
batubara.
27. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal yang bidang
tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan
pertambangan mineral dan batubara.
2009, No.341 6

Pasal 2
(1) Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan bertujuan
untuk:
a. menunjang kelancaran dalam pelaksanaan kegiatan
usaha pertambangan;
b. mewujudkan tertib penyelenggaraan usaha jasa
pertambangan dan meningkatkan kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi
lokal dalam usaha pertambangan melalui usaha jasa
pertambangan dengan mewujudkan kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil.
(2) Penyelenggaraan usaha jasa pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pertambangan mineral dan batubara yang
meliputi teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan
kerja pertambangan, lindungan lingkungan pertambangan,
serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang
terkait lainnya.
BAB II
BENTUK, JENIS DAN BIDANG
Bagian Kesatu
Bentuk
Pasal 3
(1) Pelaku usaha jasa pertambangan dapat berbentuk :
a. badan usaha, yang terdiri atas :
1) Badan Usaha Milik Negara;
2) Badan Usaha Milik Daerah;
3) Badan Usaha Swasta Yang Berbentuk Perseroan
Terbatas.
b. koperasi; atau
c. perseorangan yang terdiri atas :
7 2009, No.341

1) orang perseorangan;
2) perusahaan komanditer;
3) perusahaan firma.
(2) Berdasarkan wilayah kerjanya pelaku usaha jasa
pertambangan dikelompokkan dalam :
a. Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal;
b. Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional;
c. Perusahaan Jasa Pertambangan Lain.
(3) Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, meliputi :
a. Badan Usaha Milik Daerah;
b. Badan Usaha Swasta yang berbentuk Perseroan
Terbatas;
c. koperasi;
d. perusahaan komanditer;
e. perusahaan firma;
f. orang perseorangan,
yang beroperasi terbatas di wilayah kabupaten/kota atau
provinsi tersebut.
(4) Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi :
a. Badan Usaha Milik Negara;
b. Badan Usaha Swasta berbentuk Perseroan Terbatas;
c. orang perseorangan.
Bagian Kedua
Jenis dan Bidang
Pasal 4
(1) Pengusahaan Jasa Pertambangan dikelompokkan atas :
a. Usaha Jasa Pertambangan; dan
b. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.
(2) Jenis Usaha Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. Konsultasi, perencanaan, pelaksanaan dan pengujian
peralatan di bidang :
2009, No.341 8

1. penyelidikan umum;
2. eksplorasi;
3. studi kelayakan;
4. konstruksi pertambangan;
5. pengangkutan;
6. lingkungan pertambangan;
7. pascatambang dan reklamasi; dan/atau
8. keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Konsultasi, perencanaan, dan pengujian peralatan di
bidang :
1. penambangan; atau
2. pengolahan dan pemurnian.
(3) Bidang Usaha Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) terdiri atas sub bidang sebagaimana tercantum
dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini.
(4) Bidang Usaha Jasa Pertambangan Non Inti adalah bidang
usaha selain bidang usaha jasa pertambangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3).
BAB III
PENGGUNAAN DAN KEGIATAN JASA
PERTAMBANGAN
Pasal 5
(1) Pemegang IUP atau IUPK dalam melakukan kegiatan
usahanya dapat menggunakan jasa pertambangan setelah
rencana kerja kegiatannya mendapat persetujuan dari
Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemegang IUP atau IUPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan
Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional.
(3) Dalam hal tidak terdapat Perusahaan Jasa Pertambangan
Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pemegang IUP atau
IUPK dapat menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan
Lain.
9 2009, No.341

(4) Pemegang IUP atau IUPK dapat menggunakan Perusahaan


Jasa Pertambangan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) setelah melakukan pengumuman ke media massa lokal
dan/atau nasional tetapi tidak ada Perusahaan Jasa
Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa
Pertambangan Nasional yang mampu secara finansial
dan/atau teknis.
(5) Dalam hal Perusahaan Jasa Pertambangan Lain
mendapatkan pekerjaan di bidang jasa pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Perusahaan Jasa
Pertambangan Lain harus memberikan sebagian pekerjaan
yang didapatkannya kepada Perusahaan Jasa Pertambangan
Lokal sebagai sub kontraktor sesuai dengan kompetensinya.
(6) Pemegang IUP atau IUPK dalam menggunakan Perusahaan
Jasa Pertambangan Lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) wajib menerapkan asas kepatutan, transparan dan
kewajaran.
Pasal 6
Dalam hal pemegang IUP atau IUPK menggunakan jasa
pertambangan berbentuk orang perseorangan hanya dapat
melakukan kegiatan jasa pertambangan sebagai berikut :
a. jenis usaha jasa pertambangan konsultasi atau perencanaan;
dan/atau
b. Usaha Jasa Pertambangan Non Inti.
Pasal 7
(1) Setiap pemegang IUP atau IUPK yang akan memberikan
pekerjaan kepada perusahaan jasa pertambangan
didasarkan atas kontrak kerja yang berasaskan kepatutan,
transparan dan kewajaran.
(2) Pemegang IUP atau IUPK dilarang menerima imbalan
(fee) dari hasil pekerjaan yang dilakukan oleh pelaku usaha
jasa pertambangan.
Pasal 8
(1) Pemegang IUP atau IUPK dilarang melibatkan anak
perusahaan dan/atau afiliasinya dalam bidang usaha jasa
2009, No.341 10

pertambangan di wilayah usaha pertambangan yang


diusahakannya, kecuali dengan persetujuan Direktur
Jenderal atas nama Menteri.
(2) Anak perusahaan dan/atau afiliasinya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan badan usaha, yang
mempunyai kepemilikan saham langsung dengan
pemegang IUP atau IUPK.
(3) Persetujuan Direktur Jenderal atas nama Menteri
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila :
a. tidak terdapat perusahaan jasa pertambangan sejenis di
wilayah kabupaten/kota dan/atau provinsi tersebut; atau
b. tidak ada perusahaan jasa pertambangan yang berminat
atau mampu, berdasarkan kriteria :
1. memiliki investasi yang cukup;
2. memiliki modal kerja yang cukup; dan
3. memiliki tenaga kerja yang kompeten di bidang
pertambangan,
sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh pemegang IUP
atau IUPK.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
setelah pemegang IUP atau IUPK :
a. melakukan pengumuman lelang jasa pertambangan ke
media massa lokal dan/atau nasional tetapi tidak ada
yang berminat atau mampu secara finansial dan teknis;
b. menjamin tidak adanya transfer pricing atau transfer
profit dan telah dilaporkan kepada Direktur Jenderal.
Pasal 9
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan
permohonan persetujuan keikutsertaan anak perusahaan
dan/atau afiliasinya dalam usaha jasa pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diatur dalam Peraturan
Direktur Jenderal.
Pasal 10
(1) Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi wajib
melaksanakan sendiri kegiatan penambangan, pengolahan
dan pemurnian.
11 2009, No.341

(2) Pemegang IUP atau IUPK Operasi Produksi dapat


menyerahkan kegiatan penambangan kepada usaha jasa
pertambangan terbatas pada kegiatan :
a. pengupasan lapisan (stripping) batuan penutup; dan
b. pengangkutan mineral atau batubara.
(3) Pengupasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan dan
pemindahan lapisan (stripping) batuan penutup dengan
dan/atau didahului peledakan.
Pasal 11
(1) Penggunaan Jasa Pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 dan Pasal 6 sepenuhnya menjadi tanggung
jawab pemegang IUP atau IUPK.
(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi aspek teknis pertambangan, keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan, dan lindungan lingkungan
pertambangan.
BAB IV
TATA CARA PENYELENGGARAAN
Bagian Kesatu
Klasifikasi dan Kualifikasi
Pasal 12
(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan harus mendapatkan
klasifikasi dan kualifikasi dari lembaga independen yang
dinyatakan dengan sertifikat.
(2) Dalam hal lembaga independen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) belum terbentuk maka klasifikasi dan
kualifikasi dilakukan oleh Menteri, gubernur atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 13
(1) Klasifikasi Usaha Jasa Pertambangan terdiri atas :
a. konsultan;
b. perencana;
c. pelaksana; dan
d. penguji peralatan,
pada bidang jasa pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4.
2009, No.341 12

(2) Klasifikasi usaha jasa pertambangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam pelaksanaan
kegiatannya disesuaikan dengan ketentuan dalam Pasal 10
ayat (2) dan ayat (3).
Pasal 14
(1) Kualifikasi usaha jasa pertambangan terdiri atas :
a. besar; dan
b. kecil.
(2) Kualifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan
sebagai berikut :
a. kualifikasi besar apabila memiliki kekayaan bersih di
atas Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan
b. kualifikasi kecil apabila memiliki kekayaan bersih paling
besar sampai dengan Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha.
Bagian Kedua
Perizinan
Pasal 15
(1) Pelaku usaha jasa pertambangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 dapat melakukan kegiatannya setelah
mendapatkan IUJP dari Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) IUJP diberikan oleh Menteri kepada pelaku usaha jasa
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf b dan huruf c, dan ayat (4) untuk melakukan
kegiatan usaha jasa pertambangan di seluruh wilayah
Indonesia.
(3) IUJP diberikan oleh gubernur kepada pelaku usaha jasa
pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(2) huruf a dan huruf c, dan ayat (3) untuk melakukan
kegiatan usaha jasa pertambangan dalam wilayah provinsi
yang bersangkutan.
13 2009, No.341

(4) IUJP diberikan oleh bupati/walikota kepada pelaku usaha


jasa pertambangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (2) huruf a dan huruf c, dan ayat (3) untuk melakukan
kegiatan usaha jasa pertambangan dalam wilayah
kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pasal 16
(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan Non Inti sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b dapat melakukan
kegiatannya setelah mendapatkan SKT dari Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) SKT diberikan oleh Menteri kepada pelaku Usaha Jasa
Pertambangan Non Inti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan
Non Inti di seluruh wilayah Indonesia.
(3) SKT diberikan oleh gubernur kepada pelaku Usaha Jasa
Pertambangan Non Inti sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa Pertambangan
Non Inti dalam wilayah provinsi yang bersangkutan.
(4) SKT diberikan oleh bupati/walikota kepada pelaku Usaha
Jasa Pertambangan Non Inti sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) untuk melakukan kegiatan Usaha Jasa
Pertambangan Non Inti dalam wilayah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
Pasal 17
(1) IUJP atau SKT diberikan untuk jangka waktu paling lama 3
(tiga) tahun dan atas permohonan yang bersangkutan dapat
diperpanjang.
(2) Permohonan perpanjangan IUJP atau SKT harus diajukan
dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
IUJP atau SKT berakhir.
(3) IUJP atau SKT yang telah diberikan kepada pelaku usaha
jasa pertambangan dilarang dipindahtangankan kepada
pihak lain.
(4) IUJP atau SKT diberikan berdasarkan permohonan :
2009, No.341 14

a. baru;
b. perpanjangan; atau
c. perubahan.
(5) Permohonan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) huruf c diajukan apabila terjadi perubahan :
a. klasifikasi; dan/atau
b. kualifikasi.
Pasal 18
Permohonan IUJP sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 ayat
(4) diajukan secara tertulis kepada Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
format dan persyaratan sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II A, Lampiran II B, Lampiran II C, dan Lampiran II
D Peraturan Menteri ini.
Pasal 19
Permohonan SKT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat
(4) diajukan kepada Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan format dan
persyaratan sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A,
Lampiran III B, Lampiran III C, dan Lampiran III D Peraturan
Menteri ini.
Pasal 20
(1) Dalam hal permohonan IUJP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 atau permohonan SKT sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19 telah lengkap dan benar, Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
melakukan evaluasi sebelum memberikan persetujuan atau
penolakan IUJP atau SKT.
(2) Proses pemberian persetujuan atau penolakan IUJP atau
SKT sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pasal 18 dan
Pasal 19 ditetapkan dalam jangka waktu paling lama 14
(empat belas) hari
kerja, terhitung sejak permohonan dan persyaratan diterima
dengan lengkap dan benar.
15 2009, No.341

Pasal 21
(1) Dalam hal berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 20, ternyata diperlukan klarifikasi
lebih lanjut, khusus untuk permohonan usaha jasa
pertambangan dengan klasifikasi Pelaksana dan Penguji
peralatan dapat dilakukan verikasi.
(2) Verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh Menteri, gubernur atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 22
IUJP atau SKT berakhir apabila :
a. jangka waktu berlakunya telah berakhir dan tidak diajukan
permohonan perpanjangan;
b. diserahkan kembali oleh pemegang IUJP atau SKT dengan
pernyataan tertulis sebelum jangka waktu IUJP atau SKT
berakhir;
c. dicabut oleh pemberi IUJP atau SKT.
Bagian Ketiga
Kewajiban
Pasal 23
Pemegang IUJP atau SKT dalam melaksanakan kegiatan
usahanya wajib :
a. menggunakan produk dalam negeri;
b. menggunakan sub kontraktor lokal;
c. menggunakan tenaga kerja lokal;
d. melakukan kegiatan sesuai dengan jenis dan bidang
usahanya;
e. menyampaikan setiap dokumen kontrak jasa pertambangan
dengan pemegang IUP atau IUPK;
f. melakukan upaya pengelolaan lingkungan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
g. mengoptimalkan pembelanjaan lokal baik barang maupun
jasa pertambangan yang diperlukan dalam pelaksanaan
kegiatan usaha jasanya;
2009, No.341 16

h. melaksanakan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
i. membantu program pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat meliputi peningkatan pendidikan dan pelatihan,
kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi lokal; dan
j. menyusun dan menyampaikan laporan kegiatan kepada
pemberi IUJP atau SKT.
Pasal 24
(1) Kewajiban penyusunan laporan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 huruf j berupa laporan pelaksanaan
kegiatan :
a. triwulan; dan
b. tahunan.
(2) Laporan triwulan dan tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. investasi;
b. nilai kontrak;
c. realisasi kontrak;
d. pemberi kontrak;
e. tenaga kerja;
f. peralatan (masterlist);
g. penerimaan negara;
h. penerimaan daerah;
i. pembelanjaan lokal, nasional dan/atau impor; dan
j. pengembangan masyarakat (Community Development).
(3) Bentuk dan tata cara laporan triwulan dan tahunan IUJP
disusun berdasarkan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV A dan Lampiran IV B Peraturan Menteri ini.
(4) Bentuk dan tata cara laporan triwulan dan tahunan SKT
disusun berdasarkan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV C Peraturan Menteri ini.
Pasal 25
(1) Pelaku Usaha Jasa Pertambangan atau Usaha Jasa
Pertambangan Non Inti wajib mempunyai penanggung
17 2009, No.341

jawab operasional di lapangan untuk menjamin aspek teknis


pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan, lindungan lingkungan pertambangan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Penanggung jawab operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), bertangggung jawab kepada Kepala Teknik
Tambang.
Pasal 26
(1) Pemegang IUJP atau SKT yang diterbitkan oleh Menteri
wajib melaporkan IUJP atau SKTnya kepada gubernur atau
bupati/walikota tempat kegiatan usahanya.
(2) Pemegang IUJP atau SKT yang diterbitkan oleh gubernur
wajib melaporkan IUJP atau SKTnya kepada
bupati/walikota tempat kegiatan usahanya.
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Bagian Kesatu
Pembinaan
Pasal 27
(1) Menteri melakukan pembinaan kepada gubernur dan
bupati/walikota dalam menyelenggarakan usaha jasa
pertambangan.
(2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk
melakukan pembinaan kepada bupati/walikota dalam
menyelenggarakan usaha jasa pertambangan.
(3) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pembinaan kepada pemegang
IUJP dan SKT.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
dengan cara :
a. memberikan penyuluhan tentang ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang jasa pertambangan;
b. memberikan informasi, pelatihan dan bimbingan tentang
ketentuan teknis pertambangan, keselamatan dan
kesehatan kerja pertambangan serta lindungan
lingkungan pertambangan;
2009, No.341 18

c. melakukan evaluasi untuk tertib penyelenggaraan dan


tertib pemanfaatan usaha jasa pertambangan.
Pasal 28
(1) Gubernur wajib menyampaikan laporan pembinaan
penyelenggaraan jasa pertambangan di lingkup wilayahnya
kepada Menteri.
(2) Bupati/walikota wajib menyampaikan laporan pembinaan
penyelenggaraan jasa pertambangan di lingkup wilayahnya
kepada gubernur.
Bagian Kedua
Pengawasan
Pasal 29
(1) Menteri melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
Usaha Jasa Pertambangan oleh gubernur dan
bupati/walikota.
(2) Menteri dapat melimpahkan kepada gubernur untuk
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Usaha
Jasa Pertambangan oleh bupati/walikota.
(3) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya melakukan pengawasan kepada pemegang
IUJP atau SKT.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
pengawasan administrasi dan teknis.
Pasal 30
(1) Gubernur wajib menyampaikan laporan pengawasan
penyelenggaraan jasa pertambangan dilingkup wilayahnya
kepada Menteri.
(2) Bupati/walikota wajib menyampaikan laporan pengawasan
penyelenggaraan jasa pertambangan dilingkup wilayahnya
kepada gubernur.
BAB VI
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 31
(1) Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan
kewenangannya dapat memberikan sanksi administratif
kepada pemegang IUJP atau SKT yang melakukan
pelanggaran sebagai berikut :
19 2009, No.341

a. melaksanakan kegiatan tidak sesuai dengan IUJP atau


SKT; atau
b. tidak menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan
triwulan 3 (tiga) kali berturut-turut;
c. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 26;
d. memberikan data yang tidak benar atau memalsukan
dokumen.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan atas sebagian atau
seluruh bidang jasa pertambangan; atau
c. pencabutan IUJP atau SKT.
Pasal 32
(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31
ayat (2) huruf a dikenakan kepada pemegang IUJP atau
SKT yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 31 ayat (1).
(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan paling banyak 2 (kali) kali, dengan jangka waktu
peringatan masing-masing paling lama 1 (satu) bulan.
Pasal 33
(1) Dalam hal pemegang IUJP atau SKT sampai berakhir
jangka waktu peringatan tertulis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (2) belum melaksanakan
kekewajibannya, Menteri, gubernur atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya mengenakan sanksi
administratif berupa penghentian sementara kegiatan atas
sebagian atau seluruh bidang jasa pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf b.
(2) Sanksi administratif berupa penghentian sementara kegiatan
atas sebagian atau seluruh bidang usaha jasa pertambangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenakan dalam
jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan.
2009, No.341 20

(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dapat dicabut apabila pemegang IUJP atau SKT dalam
masa pengenaan sanksi telah memenuhi kewajiban yang
telah ditentukan.
Pasal 34
Sanksi administratif berupa pencabutan IUJP atau SKT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (2) huruf c,
dikenakan kepada pemegang IUJP atau SKT yang tidak
melaksanakan kewajibannya sampai dengan berakhirnya
jangka waktu pengenaan sanksi penghentian sementara
kegiatan atas sebagian atau seluruh bidang jasa pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2).
Pasal 35
Dalam hal dikemudian hari diketahui bahwa data dan informasi
yang disampaikan oleh pemegang IUJP atau SKT sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 dinilai tidak benar, maka Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya
dapat mencabut IUJP atau SKT.
BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 36
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, IUJP yang
telah diterbitkan sebelum ditetapkannya Peraturan Menteri
ini tetap berlaku sampai berakhirnya masa perizinannya
dan dalam pelaksanaannya wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini.
(2) Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, pemegang Kuasa
Pertambangan, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara yang telah
menggunakan perusahaan jasa pertambangan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum
berlakunya Peraturan Menteri ini dalam jangka waktu
paling lama 3 (tiga) tahun wajib menyesuaikan dengan
Peraturan Menteri ini.
(3) Pada saat Peraturan Menteri ini berlaku, pemegang Kuasa
Pertambangan, Kontrak Karya, dan Perjanjian Karya
21 2009, No.341

Pengusahaan Pertambangan Batubara yang akan


menggunakan jasa pertambangan wajib mengikuti
ketentuan Peraturan Menteri ini.
(4) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku,
permohonan IUJP yang masih dalam proses wajib diproses
sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 37
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku :
1. Keputusan Menteri Pertambangan Nomor 423/Kpts/M/
Pertamb/ 1972 tanggal 3 Agustus 1972 tentang Perusahaan
Jasa Pertambangan di Luar Minyak dan Gas Bumi
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Pertambangan dan Energi Nomor 536.K/201/M.PE/1995
tanggal 18 Mei 1995;
2. Keputusan Menteri Pertambangan Nomor
211/Kpts/M/Pertamb/ 1978 tanggal 29 Maret 1978 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan
Bahan Galian dan Mengadakan Konsultasi Mengenai
Pemberian Fasilitas Penanaman Modal Di Bidang
Pertambangan Bukan Minyak dan Gas Bumi dan Pemberian
Izin Usaha Jasa Penunjang Pertambangan Kepada Ketua
Badan Koordinasi Penanaman Modal;
3. Ketentuan Pasal 1 ayat (3) dan Lampiran I sampai dengan
Lampiran III yang terkait dengan jasa sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 1453.K/29/MEM/2000 tanggal 3
November 2000 tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan
Tugas Pemerintahan di Bidang Pertambangan Umum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 38
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
2009, No.341 22

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan


pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2009
MENTERI ENERGI DAN
SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA,

PURNOMO YUSGIANTORO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 September 2009
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA
23 2009, No.341

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

BIDANG DAN SUB BIDANG


USAHA JASA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Bidang Sub Bidang


1. Penyelidikan Umum
2. Eksplorasi
2.1. Manajemen Eksplorasi
2.2. Penentuan Posisi
2.3. Pemetaan
2.4. Geologi dan Geofisika
2.5. Geokimia
2.6. Survei Bawah Permukaan
2.7. Geoteknik
2.8. Pemboran dan Percontoan Eksplorasi
3. Studi Kelayakan
3.1. AMDAL
3.2. Penyusunan Studi Kelayakan
4. Konstruksi Pertambangan
4.1. Tambang Bawah Tanah
4.2. Tambang Terbuka
4.3. Tambang Bawah Air
4.4. Komisioning Tambang
4.5. Penyemenan Tambang Bawah Tanah
4.6. Ventilasi Tambang
4.7. Pengolahan dan Pemurnian
4.8. Jalan Tambang
4.9. Gudang Bahan Peledak
5. Penambangan
5.1. Pengupasan, Pemuatan dan Pemindahan Batuan Penutup
5.2. Pemberaian/Pembongkaran
5.3. Penggalian Mineral atau Batubara
5.4. Pemuatan dan Pemindahan Mineral atau Batubara
6. Pengolahan dan Pemurnian
6.1. Pencampuran Batubara
6.2. Pengolahan Batubara
6.3. Pengolahan Mineral
6.4. Pemurnian Mineral
7. Pengangkutan
7.1. Menggunakan Truk
7.2. Menggunakan Lori
7.3. Menggunakan Belt Conveyor
7.4. Menggunakan Tongkang
7.5. Menggunakan Pipa
8. Lingkungan Pertambangan
8.1. Pengelolaan Air Tambang
8.2. Audit Lingkungan Pertambangan
8.3. Pengendalian Erosi
2009, No.341 24

Bidang Sub bidang


9. Pascatambang dan Reklamasi
9.1. Reklamasi
9.2. Penutupan Tambang
9.3. Penyiapan dan Penataan Lahan
9.4. Pembibitan
9.5. Hydroseeding
9.6. Penanaman
9.7. Perawatan
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3)
10.1. Pemeriksaan dan Pengujian Teknik
10.2. Audit K3 Pertambangan
10.3. Pelatihan K3

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


REPUBLIK INDONESIA,

PURNOMO YUSGIANTORO
25 2009, No.341

LAMPIRAN II A PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT SURAT PERMOHONAN


IZIN USAHA JASA PERTAMBANGAN (IUJP)

(KOP SURAT PERUSAHAAN)

Nomor : ... ...


Sifat : ...
Lampiran : ...
Perihal : Permohonan Izin Usaha Jasa
Pertambangan (IUJP) di Lingkungan Kepada Yth,
Pertambangan Mineral dan Batubara *) 1. Menteri c.q. Direktur Jenderal Mineral,
Batubara dan Panas Bumi; atau
2. Gubernur; atau
3. Bupati/ Walikota.
di ...

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Izin Usaha Jasa
Pertambangan Mineral dan Batubara dalam rangka kegiatan Usaha Jasa Pertambangan di lingkungan
proyek-proyek pertambangan mineral dan batubara.

Adapun jenis dan bidang usaha jasa pertambangan yang dimohon adalah : ...

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir persyaratan sesuai jenis dan bidang usaha jasa
pertambangan tersebut di atas sebagaimana tercantum dalam lampiran surat permohonan ini.

Atas perhatian Bapak/Ibu, kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Bermaterai
Nama terang dan tanda tangan
pemohon

(DIREKSI)
2009, No.341 26

*) untuk permohonan baru maupun perpanjangan

LAMPIRAN II B PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAMPIRAN PERMOHONAN BARU IUJP

A. PROFIL PERUSAHAAN

1. Nama : ......................................................................................
2. Alamat/Domisili : ......................................................................................
3. NomorTelepon/Faks/Website/E-mail : ......................................................................................
4. Status Permodalan : *)
a. Nasional
b. Asing

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : **) ...................................................................................


6. Akta Pendirian Perusahaan : **) ...................................................................................
7. Akta Perubahan Terakhir : **) ...................................................................................
8. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) : **) ...................................................................................
9. Surat Keterangan Domisili : **) ...................................................................................
10. Perusahaan Pertambangan dan/atau
Jasa Yang Masih Dalam Satu Grup : ......................................................................................
11. Daftar Pimpinan Umum Perusahaan :
No. Nama Jabatan Kewarganegaraan
1.
2.
3.
dst.

12. Ketenagakerjaan :

Provinsi/ Lokal Nasional Asing Total


No. Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
3. Lapangan (site)
a. ...
b. ...
c. ...
dst.
Jumlah

Keterangan :
27 2009, No.341

*) diisi dengan tanda (√)


**)
fotokopi dokumen dilampirkan

B. JENIS DAN BIDANG USAHA JASA PERTAMBANGAN YANG DIMOHON

(Mengacu ketentuan dalam Pasal 4)

C. DAFTAR TENAGA AHLI

KTP/ Ijazah CV SP
Latar Belakang Keahlian Asal
No. Nama IMTA
Pendidikan (sertifikat) *) *) *) *) Negara

1.
2.
3.
dst.

D. PERALATAN (terlampir)

Daftar peralatan yang digunakan perusahaan sesuai dengan jenis dan bidang usaha jasa
pertambangan yang dimohon, meliputi :
1. Jenis;
2. Jumlah;
3. Kondisi;
4. Status kepemilikan;
5. Lokasi keberadaan alat.

E. KEUANGAN/FINANSIAL

1. Investasi untuk jasa pertambangan (Rp)


a. Aset bergerak : ..............................................................................
b. Aset tidak bergerak : ..............................................................................
Jumlah : ..............................................................................

2. Nilai kontrak pekerjaan jasa pertambangan dengan pemegang IUP atau IUPK :

No. Nama Perusahaan Pekerjaan Nilai Kontrak (US$/Rp)


1.
2.
3.
dst.
2009, No.341 28

3. Kemitraan :

No. Nama Perusahaan Perizinan Pekerjaan Nilai Kontrak


(US$/Rp)
1.
2.
3.
dst.

4. Saham :

Jumlah Saham
No. Pemegang Saham (Rp) (%)
(lembar)
1.
2.
3.
dst.
Jumlah 100

5. Laporan Keuangan (Neraca, Laba Rugi dan Arus Kas) (terlampir)

F. DATA PENDUKUNG (terlampir)


1. Surat Pernyataan Pihak Perusahaan (bermaterai dan ditandatangani Direktur Utama);

2. Surat Keterangan Bank;

3. Pengalaman perusahaan sesuai jenis dan bidang usaha jasa pertambangan yang dimohon.

Jenis dan Bidang Usaha Jasa Perusahaan Pemberi Kerja Waktu


No.
Pertambangan (IUP/IUPK/IUJP) (Tahun)
1.
2.
3.
dst.

Catatan :
1. Berkas Permohonan dibuat dalam rangkap 2 (dua);
2. Hanya permohonan yang diisi lengkap yang akan diproses lebih lanjut.
29 2009, No.341

LAMPIRAN II C PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAMPIRAN PERMOHONAN PERPANJANGAN IUJP

Perpanjangan IUJP ke *) 1 2 3 4 5 …

A. PROFIL PERUSAHAAN

1. Nama : ......................................................................................
2. Alamat/Domisili : ......................................................................................
3. Nomor Telepon/Faks/Website/E-mail : ......................................................................................
4. Status Permodalan : *)
a. Nasional
b. Asing

5. Akta Perubahan Terakhir : **) ...................................................................................


6. Surat Keterangan Domisili : **) ...................................................................................
7. Perusahaan Pertambangan dan/atau
Jasa Yang Masih Dalam Satu Grup : ......................................................................................
8. Daftar Pimpinan Umum Perusahaan :
No. Nama Jabatan Kewarganegaraan
1.
2.
3.
dst.

9. Ketenagakerjaan :
Provinsi/ Lokal Nasional Asing Total
No. Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
3. Lapangan (site)
a. ...
b. ...
c. ...
dst.
Jumlah

Keterangan :
*)
diisi dengan tanda (√)
**)
fotokopi dokumen dilampirkan
2009, No.341 30

B. JENIS DAN BIDANG USAHA JASA PERTAMBANGAN YANG DIMOHON

(Mengacu ketentuan dalam Pasal 4)

C. DAFTAR TENAGA AHLI

KTP/ Ijazah CV SP
Latar Belakang Keahlian Asal
No. Nama IMTA
Pendidikan (sertifikat) *) *) *) *) Negara

1.
2.
3.
dst.

D. PERALATAN (terlampir)

Daftar peralatan yang digunakan perusahaan sesuai dengan jenis dan bidang usaha jasa
pertambangan yang dimohon, meliputi :
1. Jenis;
2. Jumlah;
3. Kondisi;
4. Status kepemilikan;
5. Lokasi keberadaan alat.

E. KEUANGAN/FINANSIAL

1. Investasi untuk jasa pertambangan (Rp)


a. Aset bergerak : ..............................................................................
b. Aset tidak bergerak : ..............................................................................
Jumlah : ..............................................................................

2. Nilai kontrak pekerjaan jasa pertambangan dengan pemegang IUP atau IUPK :

No. Nama Perusahaan Pekerjaan Nilai Kontrak (US$/Rp)


1.
2.
3.
dst.
31 2009, No.341

3. Kemitraan :

No. Nama Perusahaan Perizinan Pekerjaan Nilai Kontrak


(US$/Rp)
1.
2.
3.
dst.

4. Saham :

Jumlah Saham
No. Pemegang Saham (Rp) (%)
(lembar)
1.
2.
3.
dst.
Jumlah 100

5. Laporan Keuangan (Neraca, Laba Rugi dan Arus Kas) (terlampir)

F. DATA PENDUKUNG (terlampir)


1. Surat Pernyataan Pihak Perusahaan (bermaterai dan ditandatangani Direktur Utama);

2. Bukti penyampaian laporan kegiatan;

3. Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) terakhir.

Catatan :
1. Berkas Permohonan dibuat dalam rangkap 2 (dua);
2. Hanya permohonan yang diisi lengkap yang akan diproses lebih lanjut.
2009, No.341 32

LAMPIRAN II D PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

KOP SURAT PERUSAHAAN

SURAT PERNYATAAN
No :

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ..........................................................................................................
Jabatan : ..........................................................................................................
Bertindak untuk
dan atas nama : ..........................................................................................................
Alamat : ..........................................................................................................
Telepon/Fax : ..........................................................................................................

Dengan ini kami menyatakan sesungguhnya bahwa :


1. Seluruh keterangan yang dilampirkan pada surat permohonan Izin Usaha Jasa Pertambangan Nomor ... tanggal ...
adalah benar.
2. Dalam melaksanakan kegiatan usaha jasa pertambangan akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang tercantum
dalam IUJP dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Apabila menggunakan usaha jasa pertambangan non inti dalam rangka kemitraan, akan mengutamakan Perusahaan
Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional.
4. Tidak menggunakan IUJP ini untuk :
a. melakukan kerja sama dengan pertambangan ilegal (Pertambangan Tanpa Izin);
b. melakukan kegiatan sebagai pemegang IUP atau IUPK;
c. menampung, mengolah dan menjual bahan galian tambang ;
d. menggunakan Tenaga Kerja Asing yang tidak terdaftar di Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi
dan instansi terkait;
e. melakukan kegiatan lain yang tidak sesuai dengan jenis dan bidang usaha jasa pertambangan sebagaimana
tercantum dalam IUJP yang diberikan.
5. Menyampaikan laporan kegiatan Triwulan dan Tahunan selama masa berlakunya IUJP, meliputi nilai kontrak, masa
kontrak, pemberi kontrak, tenaga kerja, peralatan (masterlist), penerimaan negara, penerimaan daerah,
pembelanjaan lokal dan pengembangan masyarakat/Community Development.
6. Bersedia hadir pada kesempatan pertama untuk memenuhi panggilan yang berwenang apabila diminta penjelasan
maupun pertanggungjawaban atas pernyataan ini.
Apabila selama dalam pemberian IUJP kami tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana tersebut di atas atau
mengingkari pernyataan ini, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tanggal, ...
Nama Perusahaan

Tanda tangan Direksi dan


Stempel di atas materai

Nama lengkap dan jabatan

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PURNOMO YUSGIANTORO
33 2009, No.341

LAMPIRAN III A PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT PERMOHONAN
SURAT KETERANGAN TERDAFTAR (SKT)

(KOP SURAT PERUSAHAAN)

Nomor : ... ...


Sifat : ...
Lampiran : ...
Perihal : Permohonan Surat Keterangan
Terdaftar (SKT) Untuk Melakukan Kepada Yth.
Kegiatan Usaha Jasa Pertambangan 1.Menteri c.q. Direktur Jenderal Mineral,
Non Inti di Lingkungan Pertambangan Batubara dan Panas Bumi; atau
Mineral dan Batubara *) 2.Gubernur; atau
3.Bupati/ Walikota.
di ...

Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar
(SKT) dalam rangka kegiatan usaha jasa pertambangan non inti di lingkungan proyek-proyek
pertambangan mineral dan batubara.

Adapun usaha jasa pertambangan non inti yang dimohon adalah : ...

Sebagai bahan pertimbangan, terlampir persyaratan sebagaimana tercantum dalam lampiran


surat permohonan ini.

Atas perhatian Bapak/Ibu kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Nama terang dan tanda tangan


Pemohon dan bermaterai

(DIREKSI)
2009, No.341 34

*) untuk permohonan baru maupun perpanjangan

LAMPIRAN III B PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAMPIRAN PERMOHONAN BARU SKT

A. PROFIL PERUSAHAAN

1. Nama : ......................................................................................
2. Alamat/Domisili : ......................................................................................
3. Nomor Telepon/Faks/Website/E-mail : ......................................................................................
4. Status Permodalan : *)
a. Nasional
b. Asing

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : **) ...................................................................................


6. Akta Pendirian Perusahaan : **) ...................................................................................
7. Akta Perubahan Terakhir : **) ....................................................................................
8. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) : **) ...................................................................................
9. Surat Keterangan Domisili : **) ...................................................................................
10. Perusahaan pertambangan dan/atau
jasa yang masih dalam satu grup : ......................................................................................
11. Daftar pimpinan perusahaan :
No. Nama Jabatan Kewarganegaraan
1.
2.
3.
dst.

12. Ketenagakerjaan :
Provinsi/ Lokal Nasional Asing Total
No. Tenaga Kerja
Kabupaten/Kota (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
3. Lapangan (site)
a. ...
b. ...
c. ...
dst.
Jumlah

Keterangan :
*)
diisi dengan tanda (√)
**)
fotokopi dokumen dilampirkan
35 2009, No.341

B. PERIZINAN USAHA JASA PERTAMBANGAN NON INTI DARI LEMBAGA TERKAIT


(dilampirkan)

C. KEUANGAN/FINANSIAL
1. Investasi untuk usaha jasa pertambangan non inti (Rp) : ...........................................................
2. Nilai kontrak pekerjaan usaha jasa pertambangan non inti dengan pemegang IUP atau IUPK :

No. Nama Perusahaan Pekerjaan Nilai Kontrak (US$/Rp)


1.
2.
3.
dst.

3. Kemitraan :

No. Nama Perusahaan Perizinan Pekerjaan Nilai Kontrak


(US$/Rp)
1.
2.
3.
dst.

4. Saham :

Jumlah Saham
No. Pemegang Saham (Rp) (%)
(lembar)
1.
2.
3.
dst.
Jumlah 100

Catatan :
1. Berkas Permohonan dibuat dalam rangkap 2 (dua);
2009, No.341 36

2. Hanya permohonan yang diisi lengkap yang akan diproses lebih lanjut.

LAMPIRAN III C PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAMPIRAN PERMOHONAN PERPANJANGAN SKT

Perpanjangan SKT yang ke *) 1 2 3 4 5 …

A. PROFIL PERUSAHAAN
1. Nama : ......................................................................................
2. Alamat/Domisili : ......................................................................................
3. Nomor Telepon/Faks/Website/E-mail : ......................................................................................
4. Status Permodalan : *)
a. Nasional
b. Asing

5. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) : **) ...................................................................................


6. Akta Perubahan Terakhir : **) ...................................................................................
7. Surat Keterangan Domisili : **) ...................................................................................
8. Daftar pimpinan perusahaan :
No. Nama Jabatan Kewarganegaraan
1.
2.
3.
dst.

9. Ketenagakerjaan :
No. Tenaga Kerja Provinsi/ Lokal Nasional Asing Total
Kabupaten/Kota (orang) (orang) (orang) (orang)
1. Kantor Pusat
2. Kantor Cabang
3. Lapangan (site)
a. ...
b. ...
c. ...
dst.
Jumlah

Keterangan :
*)
diisi dengan tanda (√)
**)
fotokopi dokumen dilampirkan
37 2009, No.341

B. PERIZINAN USAHA JASA PERTAMBANGAN NON INTI DARI LEMBAGA TERKAIT


(dilampirkan)

C. DATA PENDUKUNG (terlampir)

1. Surat Pernyataan Pihak Perusahaan (bermaterai dan ditandatangani Direktur Utama);

2. Bukti penyampaian laporan kegiatan;

3. Surat Keterangan Terdaftar (SKT) terakhir;

Catatan :
1. Berkas Permohonan dibuat dalam rangkap 2 (dua);
2. Hanya permohonan yang diisi lengkap yang akan diproses lebih lanjut.
2009, No.341 38

LAMPIRAN III D PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

KOP SURAT PERUSAHAAN

SURAT PERNYATAAN
No :

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : ..........................................................................................................
Jabatan : ..........................................................................................................
Bertindak untuk
dan atas nama : ..........................................................................................................
Alamat : ..........................................................................................................
Telepon/Fax : ..........................................................................................................

Dengan ini kami menyatakan sesungguhnya bahwa :


1. Seluruh keterangan yang dilampirkan pada surat permohonan SKT Nomor ... tanggal ... adalah benar.
2. Dalam melaksanakan kegiatan usaha jasa pertambangan non inti akan tunduk pada ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam SKT dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Apabila menggunakan Perusahaan Jasa Pertambangan Lain dalam rangka kemitraan, akan mengutamakan
Perusahaan Jasa Pertambangan Lokal dan/atau Perusahaan Jasa Pertambangan Nasional.
4. Tidak menggunakan SKT ini untuk :
a. melakukan kerja sama dengan pertambangan illegal (Pertambangan Tanpa Izin);
b. bertindak sebagai pemegang IUP atau IUPK;
c. menampung, mengolah dan menjual bahan galian tambang ;
d. menggunakan Tenaga Kerja Asing yang tidak terdaftar di Direktorat Jenderal Mineral, Batubara dan Panas Bumi
dan instansi terkait;
e. kegiatan lain yang tidak sesuai dengan jenis dan bidang usaha jasa lainnya sebagaimana tercantum dalam SKT
yang diberikan.
5. Menyampaikan laporan kegiatan Triwulan dan Tahunan selama masa berlakunya SKT, meliputi nilai kontrak, masa
kontrak, pemberi kontrak, tenaga kerja, peralatan (masterlist), penerimaan negara, penerimaan daerah,
pembelanjaan lokal dan pengembangan masyarakat/Community Development (CD).
6. Bersedia hadir pada kesempatan pertama untuk memenuhi panggilan yang berwenang apabila diminta penjelasan
maupun pertanggungjawaban atas pernyataan ini.
Apabila selama dalam pemberian SKT kami tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana tersebut di atas atau
mengingkari pernyataan ini, maka kami bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Tanggal, ...

Nama Perusahaan

Tanda tangan Direksi dan


Stempel di atas materai

Nama lengkap dan jabatan

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PURNOMO YUSGIANTORO
39 2009, No.341

LAMPIRAN IV A PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAPORAN TRIWULAN


KEGIATAN USAHA JASA PERTAMBANGAN

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Bab I Pendahuluan
1.1 Lingkup laporan
1.2 Lokasi Kerja
1.3 Jenis dan Bidang Usaha Jasa Pertambangan

Bab II Kegiatan (untuk setiap kontrak)


2.1. Teknis
2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.2.1. Program
2.2.2. Biaya
2.3. Lindungan Lingkungan
2.3.1. Program
2.3.2. Biaya
2.4. Pengembangan Masyarakat (CD)
2.5. Ketenagakerjaan
2.6. Peralatan

Bab III Kesimpulan

Lampiran

1. Tabel sebagaimana Lampiran IV C


2. Data pendukung

Catatan :
1. Bab II menjelaskan secara singkat kegiatan yang telah dilakukan;
2. Laporan Triwulan adalah periode kegiatan Triwulan I s.d IV (Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, Oktober-
Desember);
3. Laporan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 15 hari kerja setelah akhir setiap triwulan;
4. Setiap pemegang IUJP cukup satu laporan untuk beberapa kegiatan/kontrak;
5. Penyampaian dengan surat yang ditandatangani oleh Direksi.
2009, No.341 40

LAMPIRAN IV B PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL


NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAPORAN TAHUNAN


KEGIATAN USAHA JASA PERTAMBANGAN

Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Lampiran

Bab I Pendahuluan
1.1 Lingkup laporan
1.2. Lokasi Kerja
1.3. Jenis dan Bidang Usaha Jasa Pertambangan

Bab II Realisasi Kegiatan


2.1. Teknis
2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
2.2.1. Program
2.2.2. Biaya
2.3. Lindungan Lingkungan
2.3.1. Program
2.3.2. Biaya
2.4. Pengembangan Masyarakat (CD)
2.5. Ketenagakerjaan
2.6. Peralatan

Bab III Rencana Kegiatan


3.1 Teknis
3.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
3.2.1. Program
3.2.2. Biaya
3.3. Lindungan Lingkungan
3.3.1. Program
3.3.2. Biaya
3.4. Pengembangan Masyarakat (CD)
3.5. Ketenagakerjaan
3.6. Peralatan

Bab IV. Kesimpulan

Lampiran
1. Tabel sebagaimana Lampiran IV C
2. Data pendukung
LAMPIRAN IV C PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
NOMOR : 28 TAHUN 2009
TANGGAL : 30 SEPTEMBER 2009

FORMAT LAPORAN TRIWULAN DAN TAHUNAN KEGIATAN USAHA JASA PERTAMBANGAN NON INTI

Laporan berisi keterangan mengenai Investasi, Kontrak (Nilai dan Realisasi), Penerimaan Negara dan Daerah, Pembelanjaan (Lokal, Nasional, dan Impor),
Tenaga Kerja (Lokal, Nasional, dan Asing), dan Biaya Pengembangan Masyarakat (CD), yang disusun sesuai format berikut :
Tabel Laporan Kegiatan Triwulan/Tahunan Pemegang SKT
Nama Perusahaan : ...
Nomor SKT : ...
Jenis dan Bidang Usaha Jasa Lainnya : ...
Kontrak
Penerimaan (Rp) Pembelanjaan (Rp) Tenaga Kerja
Perusahaan (Rp)
pemberi kerja Masa Investasi Biaya CD
No Subkontraktor Kegiatan
(KK/PKP2B/ Kontrak (Rp) (Rp)
IUP/IUPK) Nilai Realisasi Negara Daerah Lokal Nasional Impor Lokal Nasional Asing

1.

2.

3.

dst.

Jumlah

Catatan :
1. Laporan Triwulan adalah periode kegiatan Triwulan I s.d IV (Januari-Maret, April-Juni, Juli-September, Oktober-Desember);
2. Laporan disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 15 hari kerja setelah akhir setiap triwulan;
3. Laporan Tahunan adalah kegiatan tahun kalender (rekapitulasi Triwulan I s.d IV);
4. Pembelanjaan Lokal dan Impor agar dilampirkan jenis barang/jasanya;
5. Setiap pemegang SKT cukup satu laporan untuk beberapa kegiatan/kontrak;
6. Penyampaian dengan surat yang ditandatangani oleh Direksi.
41

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

PURNOMO YUSGIANTORO

Kontrak
Penerimaan (Rp) Pembelanjaan (Rp) Tenaga Kerja
Perusahaan (Rp)
pemberi kerja Masa Investasi Biaya CD
No Subkontraktor Kegiatan
(KK/PKP2B/ Kontrak (Rp) (Rp)
IUP/IUPK) Nilai Realisasi Negara Daerah Lokal Nasional Impor Lokal Nasional Asing

1.

2.

3.

dst.

Jumlah
2009, No.341

Anda mungkin juga menyukai