Galian (Cut) Dan Timbunan (Fill) 2 PDF
Galian (Cut) Dan Timbunan (Fill) 2 PDF
Galian (Cut) Dan Timbunan (Fill) 2 PDF
T)
Galian dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi dengan metode penggambaran profil melintang sepanjang jalur proyek atau
metode grid-grid (griding) yang meninjau galian dan timbunan dari tampak atas dan menghitung selisih tinggi garis kontur terhadap
ketinggian proyek ditempat perpotongan garis kontur dengan garis proyek.
Meter kubik merupakan satuan dalam menentukan jumlah volume yang biasa digunakan di Indonesia, walaupun yard kubik adalah
satuan yang paling umum dalam pekerjaan tanah. Satuan lain dalam hitungan pengukuran tanah adalah feet kubik ( 1yd³ = 27 ft³, 1 m³
= 35,315 ft³ ). Dalam suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah (cut and fill) hampir tidak pernah dapat
dihindarkan. Hal tersebut diakibatkan adanya perbedaan letak permukaan tanah asli dan permukaan tanah rencana yang disebabkan
topografi daerah yang berbeda-beda.
Sekalipun permukaan tanah asli sama dengan permukaan tanah rencana, akan tetapi tanah asli tersebut belum tentu memenuhi syarat
daya dukung tanah. Dalam hal ini galian dan timbunan perlu diperhi-tungkan secara seksama sehingga biaya pekerjaan konstruksi
dapat dibuat lebih ekonomis.
Adapun Tujuan lain dari perhitungan galian dan timbunan sebagai berikut :
1) Meminimalkan penggunaan volume galian dan timbunan ada tanah, sehingga pekerjaan pemindahan tanah dan pekerjaan stabilitas
tanah dasar dapat dikurangi, waktu penyelesaian proyek dapat dipercepat, dan biaya pembangunan dapat se-efisien mungkin.
2) Untuk menentukan peralatan (alat- alat berat) yang digunakan pada pekerjaan galian maupun timbunan, dengan memper-
timbangkan kemampuan daya operasional alat tersebut.
Galian dan timbunan banyak digunakan untuk kepentingan pem-buatan jalan raya, saluran irigasi, dan aplikasi lain, seperti
pembangunan kavling untuk perumahan.
Teknologi pengukuran dan pemetaan yang digunakan saat ini sudah sangat demikian berkembang. Survei lapangan dapat diperoleh
secara cepat dan tepat menggunakan perlatan Total Station atau GPS (Global Positioning System) dan diikuti oleh sistem perekaman
data yang dapat langsung diolah oleh komputer dan dengan menggunakan berbagai macam perangkat lunak CAD dapat langsung
disajikan informasi grafis beserta luas dan nilai galian timbunannya.
c. Metode-metode perhitungan galian dan timbunan
Pengukuran volume langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapakan dengan sebenar-benarnya
sebuah satuan tehadap material yang terlibat. Sebagai gantinya dilakukan pengukuran tidak langsung. Untuk memperolehnya
dilakukan pengukuran garis dan luas yang mempunyai kaitan dengan volume yang diinginkan.
Namun sebelum membahas lebih lanjut marilah kita ketahui tentang apa yang dimaksud dengan tampang/penampang baik itu tampang
memanjang, maupun tampang melintang serta kegunaanya.
Penampang merupakan gambar irisan tegak. Bila pada peta topografi bisa dilihat bentuk proyeksi tegak model bangunan, maka
pada gambar penampang bisa dilihat model potongan tegak bangunan dalam arah memanjang ataupun melintang tegak lurus arah
potongan memanjang.
Bisa dipahami bahwa gambar penampang merupakan gambaran dua dimensi dengan elemen unsur jarak (datar) dan ketinggian.
Unsur-unsur rupa bumi alamiah ataupun unsur-unsur buatan manusia yang ada dan yang akan dibuat disajikan dalam gambar
penampang. Pada gambar penampang dibuat dan disajikan rencana dan rancangan bangunan dalam arah tegak. Skala horizontal
pada gambar penampang umunya lebih kecil dibanding skala tegak.
Pengukuran penampang bisa dilakukan dengan mode teristris, fotografis ataupun ekstra teristris. Tergantung pada jenis pekerjaan dan
kondisi medannya, pengukuran penampang bisa dilakukan dengan cara langsung ataupun tidak langsung menggunakan alat sipat
datar, theodolite atau alat sounding untuk pengukuran pada daerah berair yang q1dalam.
1) Penampang memanjang
Penampang memanjang umumnya dikaitkan dengan rencana dan rancangan memanjang suatu rute jalan, rel, sungai atau saluran
irigasi misalnya. Irisan tegak penampang memanjang mengikuti sumbu rute.
Pada rencana jalan, potongan memanjang umumnya bisa diukur langsung dengan cara sipat datar kecuali pada lokasi
perpotongan dengan sungai, yaitu potongan memanjang jalan merupakan potongan melintang sungai. Pada perencanaan sungai,
potongan memanjang umumnya tidak diukur langsung tetapi diturunkan dari data ukuran potongan melintang.
Skala jarak horizontal gambar penampang memanjang mengikuti skala peta rencana rute sedangkan gambar skala tegak
(ketinggian) dibuat pada skala 1 : 100 atau 1 : 200. Gambar potongan memanjang suatu rute umumnya digambar pada satu
lembar bersama-sama dengan peta .
Penampang melintang umumnya diukur selebar rencana melintang bangunan ditambah daerah penguasaan bangunan atau
hingga sejauh jarak tertentu di kanan dan kiri rute agar bentuk dan kandungan elemen rupa bumi cukup tersajikan untuk informa si
perencanaan. Cara pengukuran penampang melintang bisa menggunakan alat sipat datar, theodolite atau menggunakan echo
sounder untuk sounding pada tempat berair yang dalam.
Pada pengukuran potongan melintang sungai bisa dipahami bahwa sumbu sungai tidak selalu merupakan ba gian terdalam sungai.
Data lain yang harus disajikan pada potongan melintang sungai adalah ketinggian muka air terendah dan ketinggian muka air
tertinggi atau banjir.
Pada perencanaan rute juga dikenal gambar penampang melintang baku - PMB (typical cross section), yaitu bakuan rancangan
melintang yang menunjukkan struktur rancangan arah melintang. PMB jalan misalnya, menunjukkan tebal struktur perkerasan
jalan, cara penggalian dan penimbunan serta sarana drainase kanan/kiri jalan (side ditch) bila dip erlukan. Tergantung dari jenis
tanah maka akan ada beberapa tipe potongan normal.
Ketinggian sumbu pada permukaan tipe potongan normal adalah ketinggian rencana arah vertikal. Berdasarkan tipe potongan
normal yang digunakan, dibuat gambar konstruksi melintang sehingga kelihatan bentuk gambar konstruksi selengkapnya
sesuai keadaan muka tanah setempat. Gambar konstruksi pada potongan melintang ini harus dipatok di lapangan untuk
dikerjakan dan digunakan sebagai dasar hitungan volume pekerjaan.
Dalam perhitungan Galian dan timbunan sebaiknya terlebih dahulu dibuat rencana pekerjaan misalnya rencana pembuatan atau
pengembangan jalan.
Sebagai pedoman dalam perhitungan luas bidang galian dan timbunan di atas, beberapa bentuk gambar penampang melintang
untuk pekerjaan jalan raya yang kiranya perlu dicermati dengan seksama.
d) Setelah luas masing-masing irisan penampang melintang diper-oleh, selanjutnya hitung volume timbunan masing-masing
dengan rumus sebagai berikut :
(a1 a 2 )
Volume xd
2
Keterangan :
V = Volume galian atau timbunan tanah (m3)
A1 = Luas bidang galian atau timbunan pada titik awal proyek (m2)
A2 = Luas bidang galian atau timbunan pada irisan penampang berikutnya (m2)
d = Panjang antara 2 (dua) titik irisan melintang (m)
e) Hitung total jumlah volume galian dan timbunan tanah tersebut.
Dari pengukuran profil memanjang dan melintang kita telah mendapatkan ketinggian dan jarak dari titik ke titik. Perhitungan
volume/kubikasi dapat dicari berdasarkan luas penampang profil melintang dikali jarak antara profil melintang (jarak titik ke titik profil
memanjang), luas galian dan timbunan. Profil melintang dapat dihitung dengan rumus trapesium, segi empat dan segitiga.
Perhitungan kubikasi galian dan timbunan adalah luas galian dan luas timbunan profil melintang pertama ditambah luas galian dan
luas timbunan profil melintang ke dua dibagi dua dan dikali jarak antara profil melintang pertama dengan kedua.
b
d
P1
+5 +4 +3 +2 +3,5
6m 4m 0m 2m 6m
a
c
P2 d
Jawaban:
1) Luas pada profil melintang P1 dan P2, bila tanah didatarkan +3 m
a
b
d
I II P1 0,5
III
1
c 1
2
+5 +4 +3 +2 +3,5
6m 4m 0m 2m 6m
3,08 0,92
4
Nomor
a b P1 c d
Patok
Pengu- Jarak
kuran 6 4 0 2 6
Langsung
Tinggi +5 +4 +3.5
+3 +2
Titik
Perenca- Tinggi +3 +3 +3 +3 +3
naan Rencana
Profil P1
a) Galian
(1) L I = (1 + 2) x ½ x 2 = 3,00 m2
(2) L ∆ II = ½ x 4 x 1 = 2,00 m2
(3) L ∆ III = ½ x 0,92 x 0,5 = 0,23 m2
Jumlah = 5,23 m2
b) Timbunan
(1) L ∆ 1 = ½ x (2 + 3,08) x 1 = 2,54 m2
I a
II c 0,5
1 2 3
1,5
P2 d
1,5
+5,5 +3,5 +2 +3 +1,5
Nomor
b a P2 c d
Patok
Pengu- Jarak
kuran 6.5 2 0 2.5 5.5
Langsung
Tinggi +5.5 +3.5 +2 +3 +1.5
Titik
Perenca- Tinggi
naan +3 +3 +3 +3 +3
Rencana
Profil P2
a) Galian
(1) L I = (0,5 + 2,5) x ½ x 4 = 6,00 m2
(2) L ∆ II = ½ x 0,67 x 0,5 = 0,17 m2
Jumlah = 6,17 m2
b) Timbunan
(1) L ∆ 1 = ½ x 1,33 x 1,5 = 0,998 m2
(2) L ∆ 2 = ½ x 2,5 x 1,5 = 1,875 m2
(3) L ∆ 3 = ½ x 3 x 1,5 = 2,25 m2
Jumlah = 5,12 m2