Batu Banama Bukit Tengkiling

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Batu Banama Bukit Tengkiling

Oleh:
Reno
Prodi : Ilmu Administrasi Negara. Fisip
Universitas Palangkaraya
(Email : [email protected] )
Bukit Tangkiling terletak di kota Palangka Raya, Kalimantan
Tengah, jarak tempuhnya dari kawasan kota Palangka Raya
kurang lebih 34 Km dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Tempat ini biasanya ramai dihari-hari libur karena banyak
orang yang berekreasi ke tempat ini. Di Bukit Tangkiling
terdapat sebuah batu yang berbentuk seperti perahu, konon
ceritanya pada dahulu kala batu ini adalah sebuah perahu yang
berubah menjadi batu (basaluh) oleh yang Maha Kuasa karena
terjadinya sebuah pali (pantangan) ceritanya hampir mirip
dengan legenda Sangkuriang. Pada masa lampau pulau Borneo
merupakan bagian dari lautan dan masa lalu daratannya hanya
sedikit yaitu daerah tengah dan daerah timur pulau Borneo
sekarang. Saat itu Bukit Tangkiling termasuk wilayah daratan
sehingga di situ menjadi sebuah kampung, di kampung itu
hiduplah seorang seorang ibu dan anak laki-lakinya, suaminya
sudah meninggal. Ibu ini dikenal dengan Bawi Kuwu (seorang
wanita yang cantik dan awet muda), disuatu hari si ibu sedang
memasak nasi goreng yang digoreng tanpa minyak (bari sanga)
saat si ibu sedang memasak ternyata si anak ini terus mendesak
ibunya supaya cepat dihidangkan karena si anak merasa lapar,
si ibu mencoba bersabar tetapi si anak malah semakin
merengek-rengek tidak karuan maka habislah kesabaran si ibu
ini, tanpa sengaja ia pun mengayunkan sodet (suruk : alat buat
menggoreng) ke bagian kepala anaknya, sesaat setelah dia
tersadar ternyata di kepala anaknya telah mengalir darah segar
sehingga si anak ini menjadi panik dan marah. Dalam sekejap
si anak berlari keluar dari rumah dia merasa ibunya tidak lagi
menyayangi dirinya, ibunya berusaha mengejar tetapi si anak
berlari ke sebuah dermaga. Di dermaga itu terdapat sebuah
kapal yang sedang singgah, kapal ini berasal dari negeri Cina
sedang singgah untuk menjual keramik di kampung itu dan si
anak bersembunyi di bagian bawah kapal itu. Ibunya berusaha
mencari keseluruh penjuru kampung tetapi tidak dapat
menemukan anak ini. Dia menyesali dirinya karena telah
memukul kepala anaknya, diapun merenungi perbuatannya itu.
Lalu tak lama setelah bongkar muat di dermaga diselesaikan
maka kapal Cina itu akhirnya melepas jauh dan kembali
berlayar ke negeri Cina. Singkat cerita si anak yang tadi
bersembunyi di kapal itu ditemukan oleh kapten kapal dan
ditanyai kenapa ia ada dikapal itu, iapun menjawab dengan
jujur bahwa ibunya telah memukul kepalanya sehingga ia
menganggap ibunya sudah tidak sayang lagi pada dirinya,
untuk kembali tidak memungkinkan lagi maka oleh kapten
kapal ia diijinkan ikut berlayar setelah sembuh dia menjadi
pelayan dikapal itu, karena sifatnya yang baik akhirnya ia
bekerja kepada saudagar yang memiliki kapal itu, setelah
sekian lama bekerja dengan saudagar dan si anak tumbuh
menjadi seorang pemuda yang tampan, sekian lama bekerja di
negeri Cina ia menjadi kepercayaan sang saudagar bahkan
karena saudagar tadi tidak memiliki keturunan maka akhirnya
ia diangkat menjadi anak dan diberi nama Kilin, tak terasa
tahun demi tahun berlalu dan saudagar dan istrinya telah wafat.
Maka Kilin berniat untuk berlayar lagi untuk berdagang, maka
iapun menghubungi kapten yang telah menyelamatkannya
dahulu, dengan sukacita kapten ini menyambut baik rencana
Kilin maka merekapun mulai mempersiapkan pelayarannya.
Setelah tiba saat yang tepat merekapun berlayar dari negeri ke
negeri, dari pulau ke pulau dan dari laut ke laut serta
mengarungi samudera hingga sampailah mereka ke tempat
kampung si Kilin tadi berasal. Saat mereka singgah ke
kampung ini terlihatlah oleh Kilin seorang wanita cantik yang
membawa barang-barang untuk ditukarkan pada barang-barang
yang dibawa kapal miliknya. Saat itu pun ia jatuh cinta pada
wanita itu dan dengan segera ia pun melamarnya, wanita itu
pun menerima lamaran ini namun ia mengakui bahwa ia bukan
gadis dan ia pernah menikah sebelumnya, bagi anak muda yang
sedang jatuh cinta hal ini bukanlah masalah maka ia tetap pada
pendirian hatinya sehingga akhirnya mereka pun menikah.
Setelah menikah ia membawa wanita ini ke kapalnya, pada saat
itu kapal besar disebut dengan nama Banama oleh masyarakat
Dayak dan pemiliknya disebut Bandar. Setelah berada di
Banama kedua pasangan inipun bermesraan dan Kilin
merebahkan kepalanya di pangkuan wanita ini, sehingga si
wanita ini pun mengelus-ngelus kepala Kilin dengan lembut.
Saat mengelus kepala Kilin diapun melihat sebuah luka
dikepalanya dan secara spontan ditanyakannyalah hal ini
kepada Kilin, Kilin pun lalu menceritakan masa lalunya kepada
wanita ini, saat itulah si wanita ini sangat terkejut dan dengan
wajah yang pucat dia berkata bahwa dirinya sendirilah ibunya
yang dimaksudkan Kilin itu, saat mendengar hal itu tentu saja
Kilin menolak hal ini mentah-mentah dan menuduh wanita itu
bohong, dia mengatakan tidak mungkin kalau wanita itu ibunya
karena kalau ibunya pastilah sudah tua, ibunya menjawab ia
tidak menjadi tua karena ia telah memohon pada yang Maha
Kuasa agar diberikan umur yang panjang sehingga ia diberikan
anugerah kecantikan yang tidak memudar. Dengan cepat Kilin
menertawakan hal ini sehingga ia akhirnya mengucapkan
sumpah bila hal yang dikatakan wanita itu benar, biarlah di
dikutuk oleh yang Maha Kuasa. Pada saat itu juga terjadilah
malapetaka itu sehingga guntur sahut menyahut terjadi dan
hujan disertai badai disaat matahari bersinar terang pun terjadi,
akhirnya karena kutukan itu kapal (banama) yang dimiliki
Kilin berubah menjadi batu dan wanita yang ternyata ibunya
akhirnya terjebak dalam batu itu, sedangkan nasib para awak
kapal dan Kilin sendiri tidak diketahui dengan jelas mungkin
mereka tewas dan tenggelam ke laut. Konon ceritanya saat
Kapal (Banama) itu berubah menjadi batu ibunya yang
terkurung di dalamnya masihlah hidup sehingga penduduk
kampung yang merasa prihatin terkadang dapat memberikan
makanan dan minuman serta sirih dan pinang melalui sebuah
lubang yang ada dibatu itu, bahkan jika dimasukan benang
pada lubang batu itu keesokan harinya bisa menjadi kain
karena ditenun oleh wanita itu tadi. Kemudian hal yang
mengerikan terjadi, ada seseorang laki-laki yang sangat ingin
melihat wajah wanita ini karena selain ia memiliki umur yang
panjang iapun tersohor memiliki wajah yang cantik, laki-laki
ini lalu menjulurkan makanan untuk diberikan kepada wanita
di dalam batu tadi, saat tangan wanita itu terjulur untuk
mengambilnya, laki-laki ini memaksa untuk memegang tangan
wanita ini dan berusaha untuk menariknya keluar, tetapi wanita
ini berusaha untuk menolak namun sangat malang tangan
wanita ini sudah terpegang erat oleh si laki-laki ini. Karena
kesal dengan penolakan wanita di dalam batu tadi dengan
kejamnya laki-laki ini mengayunkan kapak dan memotong
tangan wanita tadi-sejak saat itu tidak pernah lagi terdengar
suara wanita itu atau apapun yang menandakan adanya
kehidupan di dalam batu itu terlihat. Menurut ceritanya
peristiwa ini terjadi pada masa dinasti Tang, maka lokasi
peristiwa ini dinamai Tangkiling, sedangkan Kilin menunjukan
pada orang yang mengalami peristiwa kutukan ini yaitu si
Kilin. Akhirnya penyebutannya berubah menjadi Tangkiling
pada masa kini, selanjutnya pada masa itu air laut mengalami
penurunan sehingga terbentuknya daratan, sedangkan kampung
tempat tinggal Kilin dan ibunya ternyata sekarang menjadi
sebuah bukit, inilah yang sekarang disebut dengan Bukit
Tangkiling, sedangkan batu yang menyerupai kapal dan disebut
batu banama dapat kita lihat sampai saat ini. Tapi sayang
disayang bukit ini lama kelamaan bisa menjadi tempat yang
datar karena pertambangan batu yang semakin meningkat
sesuai dengan pembangunan yang makin menggeliat di Kota
Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai