Negara Pancasila Sebagai Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Negara Pancasila Sebagai Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Negara Pancasila Sebagai Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah
Pancasila Program Studi Pendidikan Agama Islam
IAIN BONE
Di Susun
Oleh:
IRNAJULIANA
(862082021043)
DOSEN PEMANDU
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN B0NE)
2021
Nama : Irnajuliana
Nim : 862082021043
Ketuhanan yang Maha Esa. Rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana
terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada
tercermin dalam hasil sanubari dan tidak dapat dipaksakan. Tidak ada satu agama
pun yang membenarkan untuk memaksakan kepada orang lain untuk
menganutnya.
pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara, maka
inilah maka negara pancasila pada hakikatnya adalah negara kebangsaan yang
berketuhanan yang maha esa. Rumusan ketuhanan yang maha esa sebagai mana
terdapat dalam pembukaan UUD 1945, telah memberikan sifat yang khas kepada
Negara tidak memaksa dan tidak memaksakan agama karena agama adalah
merupakan suatu keyakinan batin yang tercermin dalam hati sanubari dan tidak
hak asasi manusia yang paling mutlak, karena langsung bersumber pada martabat
manusia yang berkedudukan sebagai mahluk pribadi dan mahluk ciptaan tuhan
yang maha esa. Oleh karena itu agama bukan pemberian negara atau golongan
tetapi hak beragama dan kebebasan beragama merupakan pilihan pribadi manusia
Hubungan negara dengan agama menurut negara pancasila adalah sebagai berikut:
esa,
4. Tidak ada tempat pertentangan agama, golongan agama, antar dan inter
5. Tidak ada tempat bagi pemaksaan agama karena ketaqwaan itu bukan
6. Oleh karena itu harus memberikan toleransi terhadap orang lain dalam
norma hukum positif maupun norma moral baik moral negara maupun
hubungan yang tidak dapat di pisahkan karena negara menyatu dengan agama dan
Dengan sila ketuhanan ini, tampak kuat kehendak para pendiri bangsa
menjadikan Negara Pancasila sebagai negara yang religius (religious nation state).
Dengan paham ini, kita tidak menganut paham sekuler yang ekstrem, yang
ruang-ruang privat/komunitas. Meski kita juga bukan negara agama, dalam arti
memainkan peran publik yang berkaitan dengan penguatan norma dan etika sosial.
kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga sangat jelas kebangsaan kita adalah
negara ini berdiri di atas dasar ketuhanan. Hal itu dinyatakan pada Pasal 29 Ayat
(1), "Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa." Lalu Ayat (2), "Negara
masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu."Di negara ini
tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang anti-Ketuhanan dan antikeagamaan.
Tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang menghina dan menistakan agama.
Sama halnya tidak boleh ada sikap dan perbuatan yang mengerdilkan peran
agama. Aktualisasi keagamaan bukan saja diberikan ruang, tetapi didorong terus
untuk menjadi basis moralitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Segala upaya
negara) tidak memiliki tempat dan bertentangan dengan falsafah Pancasila dan
sumber daya manusia Indonesia. Dan hal ini sudah sangat baik diafirmasi oleh
UUD 1945 hasil perubahan. Pasal 31 Ayat (3) jelas menegaskan visi
Amanat UUD 1945 ini dijabarkan dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk
masyarakat, bangsa, dan negara. Inilah visi sekaligus semangat baru yang
mengarahkan pada pembentukan watak dan peradaban bangsa. Visi dan semangat
ini menjadi rujukan utama pelaksanaan fungsi pendidikan di Indonesia, dan tentu
Maha Esa sejalan dengan falsafah Pancasila. Ada anasir yang hendak
mengarahkan Indonesia menjadi negara atau bangsa yang liberal dan sekuler, dan
itu perlu diwaspadai sebagai ancaman serius bagi kebangsaan kita. Kita adalah
bangsa besar yang dibangun di atas konsepsi besar bernama Pancasila. Pancasila
bukan bangsa sekuler apalagi tak ber-Tuhan. Inilah karakteristik kita, inilah
kepribadian kita. Dan, ini jualah yang dipesankan Bung Karno dan para pendiri
Pembukaan UUD 1945. Rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” tersebut, konon
Abdullan, ulama pejuang di Padang Japang, sekira pada masa-masa transisi dari
era Belanda ke Jepang. Ketika Soekarno bertanya perihal apa yang terbaik jika
kelak bangsa Indonesia merdeka? Syekh Abbas menjawab, “Negara yang akan
sebagai sila pertama Pancasila. Sebagai sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Jimly Asshiddiqie, sila pertama dan utama tersebut menerangi keempat sila
lainnya. Hazairin menuliskan, dari kelima sila Pancasila, ada satu sila yang
Karena sila tersebut tertelak di luar ciptaan akal-budi budi manusia. Hanya sila
Ketuhanan Yang Maha Esa yang bukan merupakan hasil kebudayaan manusia.
Sila itu, kata Hazairin, merupakan sesuatu yang abadi, yang kekal, tidak berubah-
ubah, tidak dapat dipengaruhi oleh manusia, dan tidak pula dapat ditundukkan
pada kemauan dan keinginan manusia. Oleh karena itu, sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dijadikan landasan yang paling kokoh bagi Negara Republik Indonesia.
Ketuhanan yang Maha Esa pada dasarnya memuat pengakuan ekplisit akan
fundamen moral dan berdimensi religius yang menentukan pola dasar bagi seluruh
kehidupan negara.
Nilai ketuhanan merupakan nilai tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat
mutlak. Seluruh nilai kebaikan diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan
dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan nilai, kaidah dan hukum Tuhan.
paham kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai watak kebangsaan Indonesia.
Dalam pandangan Jimly, dorongan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
tumbuh sehat dalam struktur kehidupan yang adil sehingga kualitas peradaban
prinsip yang memasuki ruang akidah umat beragama, melainkan suatu prinsip
agama dan keyakinan. The founding fathers tidak memaknai sila Ketuhanan
dalam makna yang terlalu teologis dan filosofis. Ia tidak ditampilkan sebagai
konsep Ilahiah menurut klaim agama dan filsafat tertentu. Ketuhanan dimaknai
seperti bersikap adil terhadap sesama, berkata dan bertindak jujur, dan
menyambung silaturrahmi, sehingga perpecahan antar sesama dapat dihindari.
akarnya, sila kedua adalah batang, sila ketiga adalah buah, sila empat adalah buah
bagi seluruh rakyat Indonesia. Esensi utama nilai-nilai Pancasila terletak pada
nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Tanpa nilai itu, semua tidak memiliki arti
apapun. Pemahaman terhadap keempat nilai lain yang terdapat dalam Sila kedua
hingga keempat Pancasila tidak dapat dipisahkan dari pemahaman terhadap nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai Ketuhanan yang terdapat dalam sila pertama ini
Dari sini jelas, dalam konteks Pancasila dan nilai ketuhanan, dapat
dikatakan bahwa segala sesuatu bersandar pada aspek ketuhanan. Inilah yang
berpasangan dan saling tergantung yang merupakan pancaran dari satu kekuatan
yang tunggal, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Nilai-nilai ketuhanan yang
dijadikan dasar atau jiwa penyelenggaraan negara tidak hanya berasal dari agama