Tanabata Festival
Tanabata Festival
Tanabata Festival
TANABATA MATSURI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Nihon Jijo
Dosen Pengampu : Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S.,M.Si.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkuliahan pada mata kuliah
Nihon Jijo. Dalam proses penulisan paper ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan
paper ini.
Penulis memohon maaf bila terdapat kesalahan baik kata maupun kalimat
dalam penulisan paper ini. Penulis menyadari pula masih banyak kekurangan dalam
paper ini, maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca.
Semoga penyusunan paper ini dapat memberikan manfaat dan menambah
pengetahuan mengenai Tanabata Matsuri bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
2.1.1 Matsuri................................................................................................... 6
PENDAHULUAN
Jepang memiliki tradisi dan budaya yang begitu banyak. Matsuri atau
festival merupakan salah satu tradisi dan budaya yang masih hidup di
masyarakat Jepang hingga saat ini. Meskipun matsuri merupakan salah satu hal
matsuri tetap hidup dan dihidupi bahkan menjadi bagian dalam kehidupan
Matsuri yang ada di Jepang jumlahnya sangat banyak dan sangat beragam,
tujuan dari matsuri pun sangat beragam. Ada yang diadakan sebagai perayaan
masyarakat, memohon sesuatu pada dewa, dll. Salah satunya adalah Tanabata
Matsuri.
Cina dan kepercayaan rakyat Jepang yang memiliki sejarah panjang sejak
periode Nara (710-194 M) (Shen 2020: 9). Karena merupakan kombinasi dari
legenda Cina dan kepercayaan rakyat Jepang, terdapat beberapa versi cerita
794 M) hingga saat ini banyak mengalami perubahan dan penyesuaian seiring
pembahasan mengenai salah satu matsuri yang ada di Jepang dalam makalah ini
beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Berikut adalah
1.3 Tujuan
Pembahasan dalam makalah ini memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan
PEMBAHASAN
2.1 Konsep
2.1.1 Matsuri
2020). Objek pemujaan dalam matsuri adalah Kami (神, dewa-dewa). Kami
diundang sebagai tamu terhormat dan dilayani serta dihibur dengan baik
dilayani, dan dihormati dengan sangat baik dalam matsuri dengan harapan agar
Pada Jepang modern, matsuri (yang memiliki arti “festival” dan “pesta”
dalam arti religius) menjadi bermakna festival umum dan kebanyakan desa dan
1993: 4).
Matsuri merupakan kombinasi antara ritual dan pesta baik formal maupun
infromal. Hampir setiap tradisi berawal dari ritual keagamaan tetapi dalam
perkembangannya, pengaruh Kami mulai berkurang dan struktur aslinya hancur.
Perubahan ini membuat sulit untuk membedakan batas antara matsuri dengan
namanya, maka dapat dinilai bahwa matsuri adalah sesuatu yang berhubungan
dengan ritual keagamaan Matsuri juga dapat diartikan festival dalam arti biasa.
tempat dalam masyarakat modern yang telah dan masih mengalami perubahan
kombinasi antara ritual dan pesta yang berwujud festival. Awalnya, matsuri
tidak lagi berpusat pada hal religius tetapi lebih kepada ritual umum yang dapat
2.1.2 Festival
Menurt KBBI, kata festival berarti hari atau pekan gembira dalam rangka
peringatan peristiwa penting dan bersejarah; pesta rakyat. Festival adalah salah
satu fenomena sosial yang menampilkan budaya otentik dari satu kebudayaan
yang dapat dinikmati oleh masyarakat secara terbuka. Selain itu, festival
sederhana atau perorangan maupun dengan skala yang lebih besar dan dikelola
1. Hari atau pekan gembira dalam rangka peringatan peristiwa penting dan
2. Perlombaan.
merupakan hari atau pekan gembira yang di dalamnya dapat dilihat adanya
fenomena sosial yang menampilkan budaya otentik dari suatu masyarakat yang
dapat dinikmati oleh masyarakat secara terbuka dan termasuk ke dalam special
event yang mana merupakan perayaan besar yang cukup kompleks dan dapat
2.1.3 Tanabata
ke-7. Di zaman dulu, Tanabata juga dapat ditulis dengan kanji 棚機 dan tetap
dibaca tanabata. Tanabata menjadi salah satu nama dari festival yang ada di
Jepang. Festival Tanabata ini juga disebut Hoshi Matsuri (星祭) atau Festival
Bintang.
2.2 Pembahasan
untuk menjadi acara resmi di istana kekaisaran dan saat itu, festival ini populer
ini, dan dengan ciri khas daerah yang berbeda, mereka mengembangkan cara
Di Cina, festival ini bernama Festival Qixi. Festival ini adalah festival
romantis, yang menjadi perayaan atas legenda kisah cinta Penggembala Sapi
dan Gadis Penenun. Di Cina modern festival ini disebut 'Hari Kasih Sayang
Cina'. Tanabata juga dikenal sebagai hari putri, Festival Qiqiao, Festival
Perayaan yang berasal dari Dinasti Zhou Cina (abad ke-11 SM), adalah
Shen, 2020). Semula adalah berdoa untuk kekayaan dan keturunan dan
Gadis Penenun, ritual festival ini sebagian besar berubah menjadi Qiqiao Dian
seluruh negeri selama Dinasti Tang (618-907 M. ) (Liu dan Li, 2007 dalam Shen,
2020). Pada malam festival, para wanita muda Tionghoa akan menyiapkan meja
memasukkan benang lima warna melalui tujuh jarum. Sementara itu, mereka
akan menatap bintang Vega dan berdoa untuk tangan yang terampil sebagai
indikasi pernikahan yang baik dan kehidupan yang bahagia (Ōmi, 2004; Wang,
迢迢牵⽜星, 皎皎河汉⼥
纤纤擢素⼿, 札札弄机杼
终⽇不成 章, 泣涕零如⾬
河汉清且浅, 相去复⼏ 许?
盈盈⼀⽔间, 脉脉不得语
Puisi di atas merupakan puisi dalam sembilan belas puisi kuno yang juga
Puisi kuno tersebut menceritakan tentang legenda cinta yang tragis antara
Penggembala dan Gadis Penenun yang saling mencintai tetapi dipisahkan oleh
galaksi Bima Sakti. Menurut legenda tersebut, Gadis Penenun merupakan anak
dari Dewi Surga dan Kaisar Alam Semesta. Sebagai seorang peri, dia pandai
menenun awan warna-warni untuk langit setiap hari. Suatu hari, Gadis Penenun
hidup bahagia bersama, namun ketika Dewi Surga menemukan mereka, Dewi
Surga marah. Dia menciptakan sungai (Galaksi Bima Sakti) untuk dapat
satu kali dalam setahun pada hari ke-7 bulan ke-7 tahun lunar. Namun hal ini
tidak membuat cinta mereka goyah, mereka tetap menunggu hari dimana
mereka dapat bertemu. Melihat cinta antara Gadis Penenun dan Penggembala
yang tidak goyah tersebut, semua burung gagak yang terbang ke surga merasa
iba dan mereka membentuk Jembatan Murai di atas sungai tersebut sehingga
Melalui pertukaran budaya antara Cina dan Jepang yang dibawa oleh
sejumlah besar sastrawan dan pengrajin melalui semenanjung Korea sejak abad
ke-5, legenda cinta ini diperkenalkan ke Jepang selama periode Hakuhou (645-
710 M) (Bi, 2007 dan 2013b ; mi, 2004 dalam Shen, 2020).
budaya, dan adat istiadat (Peng, 2017 dalam Shen, 2020). Tanabata Matsuri di
Jepang dalam mitos cerita rakyat (Bi, 2013a). Di Jepang kuno, seorang perawan
yang dipilih secara khusus akan mendirikan gudang di pantai dan menenun kain
sambil menunggu kedatangan dewa. Ritual adat ini adalah doa untuk panen
musim gugur. Tana adalah rak yang digantung di sungai sedangkan Tanabata
mengacu pada gadis penenun. Dalam Kojiki (古事記), gadis penenun di sebelah
Tanabata Jepang tampak mirip dengan Gadis Penenun dalam legenda Cina.
Oleh karena itu, Gadis Penenun dari bumi dalam legenda Jepang dan dari langit
Nara berisi lebih dari 130 puisi tentang Tanabata. Dan akhirnya, karakter Cina
qixi (七⼣) diucapkan sebagai tanabata (棚機) (Matsuzaki, 2016 dalam Shen,
suatu masa hidupkah seorang Dewa Bintang dengan putrinya yang cantik
bernama Orihime (織姫) atau yang dikenal dengan bintang Vega. Setiap hari
Orihime selalu menenun pakaian untuk Sang Dewa. Hal ini membuat Dewa
cemas karena putrinya selalu bekerja keres menenun pakaian tanpa henti.
Akhirnya Sang Dewa mencarikan teman untuk putrinya. Dia memperkenalkan
seorang pria penggembala bernama Hikoboshi (彦星) atau yang dikenal sebagai
mereka masing-masing. Orihime tidak lagi menenun sehingga Sang Dewa tidak
Dewa marah besar dan memutuskan untuk memisahkan mereka dengan Sungai
Amanogawa (天の川) (Galaksi Bima Sakti). Mereka dilarang bertemu. Hal ini
membuat Orihime bersedih dan menangis setiap hari. Sang Dewa yang tidak
sekali dalam satu tahun di malam ke-7 bulan ke-7 yang dipercaya sebagai hari
pada hari itu, Orihime dan Hikoboshi tidak bisa bertemu. Maka supaya hujan
tidak turun pada malam itu, mereka bedoa pada malam sebelumnya dengan
merayakan Tanabata Matsuri pada hari ke-7 bulan ke-7 untuk mendoakan agar
hari itu tidak turun hujan supaya Orihime dan Hikoboshi bisa bertemu.
Pada awalnya, Tanabata Matsuri ini merupakan acara tahunan yang
diadakan di istana kerajaan dan matsuri untuk menghibur Kami. Pada perayaan
itu diadakan Sumo pada siang hari. Pada malam harinya, diadakan penulisan
puisi dan perjamuan. Saat itu, Tanabata Matsuri juga diadakan dalam waktu
perayaan ini, sebagian besar berkaitan dengan nomor tujuh, seperti tujuh
permainan, tujuh persembahan, dan tujuh warna (Omi, 2004 dalam Shen, 2020).
dicatat sebagai salah satu dari lima festival musim (Gosekku) dan dirayakan di
Pada umumnya, perayaan Tanabata Matsuri ini dimulai tanggal 6 Juli pada
sore hari. Rakyat biasa akan menata persembahan di halaman rumah mereka,
sasatake tersebut terbuat dari washi (和紙, kertas Jepang). Di dalam kerajinan
awal dari Obon Matsuri, kebiasaan tersebut juga dianggap sebagai bagian dari
2020). Perlu diingat bahwa kebiasaan dan dekorasi yang ada dalam Tanabata
Gosekku. Tanabata Matsuri pun tidak lagi menjadi acara tahunan. Karena hal
ini, semarak perayaan ini tidak lagi ada dan perlahan-lahan mulai memudar dari
kehidupan masyarakat Jepang saat itu. Selain itu, popularitas Tanabata Matsuri
ini juga sempat memudar pada masa restorasi Meiji dan hampir hilang pada
masa depresi ekonomi akibat Perang Dunia I. Setelah melalui perjalanan yang
panjang, Tanabata Matsuri ini mulai kembali dihidupkan setelah Perang Dunia
Sendai sebagai ibukota dari Prefektur Miyagi memiliki peran penting dalam
sejarah lebih dari 400 tahun. Berawal ketika pemimpin Sendai, Date Masamune (伊
puisi Jepang yang dibuatnya menggambarkan seperti apa rasanya matsuri ini di
pendidikan bagi kaum wanita, dan hiasan daun bambu mulai terlihat di rumah
telah dihias di halaman rumah mereka bersama dengan sayur dan buah-buahan
musiman sebagai persembahan dan doa kepada bintang. Keesokan paginya, setelah
akan membawa kembali batang bambu dan kemudian pergi untuk menyapu
kuburan keluarga. Beberapa ahli cerita rakyat percaya bahwa Tanabata Matsuri
pada periode Edo adalah acara hiburan besar, yang mungkin lebih spektakuler
daripada hari ini (Ishikawa, Kato, et al., editor, 1994 dalam Shen, 2020). Di Sendai,
Tanabata Matsuri lebih dari sekadar dekorasi. Matsuri ini adalah ritual suci untuk
menyambut Dewa Panen. Ini menunjukkan kepercayaan rakyat pada Dewa Air,
sebagai acara sekolah. Dari akhir periode Meiji hingga periode Taisho (1912-1926
M), Tanabata memiliki tiga bentuk berbeda di Sendai karena orang membutuhkan
waktu untuk beradaptasi dengan kalender baru yang diputuskan untuk diadopsi oleh
Prefektur Miyagi pada tahun 1910, yang menunda tanggal festival menjadi 6-7
Agustus.
Setelah Perang Dunia I dan gempa besar Kanto tahun 1923, depresi
ekonomi berat terjadi di seluruh wilayah Jepang. Saat itu, masyarakat tidak
tidaklah penting. Dekorasi sporadis untuk pertemuan Penggembala Sapi dan Gadis
mengadakan acara penjualan bersama pada tahun 1926. Di antara mereka, Omachi
orang kemudian berbondong-bondong untuk melihat apa yang sudah lama tidak
mereka lihat. Setelah melaliui beberapa proses, akhirnya Sendai Tanabata Matsuri
menandai awal dari festival perkotaan dan berfungsi sebagai prototipe Sendai
matsuri ini kehilangan posisi dalam masyarakat Jepang saat itu. Pada tahun 1946,
kota Sendai hancur setelah serangan udara terus menerus. 52 dekorasi bambu di
Jalan Ichibancho yang sunyi (Ichibanchō Tōri) memicu nostalgia Tanabata Matsuri
di masa lalu yang indah. Itu adalah langkah pertama dari kebangkitan festival
Pada tahun 1947, Kaisar Showa melakukan tur kekaisaran untuk mendorong
1947. Meskipun ada dalam kesulitan ekonomi, Sendai mempersiapkan 5000 hiasan
Tahun tahun selanjutnya, Sendai ditunjuk menjadi kota yang didesain untuk
aktivitas pariwisata di Jepang dan telah dinilau oleh dewan pariwisata. Kemudian,
kemudian mereka mengubah tanggal matsuri menjadi 5-7 Agustus. Dengan ini
Tanabata Matsuri.
matsuri ini pada tahun 1956 membuat pemerintah Sendai khawatir akan status
matsuri ini tidak lagi menjadi sesuatu yang spesial jika di seluruh penjuru
buatan tangan, dekorasi harus memasukkan tujuh jenis kerajinan kertas dari zaman
Edo dan lima sebagai satu set dekorasi standar, dan dekorasi tersebut harus
tradisional dan juga inovatif. Mereka juga meluncurkan gerakan “ikko ippon” (⼀
户⼀本, satu keluarga satu (bambu)) dengan membagikan tiang bambu kepada
siswa sekolah dasar di kota dan menyerukan setiap rumah tangga untuk menghias
dan menampilkan suasana meriah di mana-mana di kota. (Laporan penelitian, No.
hingga saat ini. Saat ini, terdapat sekitar 70 perayaan Tanabata Matsuri di Jepang.
Dikenal tiga Tanabata Matsuri besar di Jepang, yakni Sendai Tanabata Matsuri di
Di zaman dulu, Jepang merayakan Tanabata Matsuri pada hari ke-7 bulan
ke-7 menurut kalender lunar. Sedangkan saat ini, Tanabata Matsuri dirayakan pada
Juli pada malam hari. Upacara dilakukan ketika tengah malam dimana bintang-
bintang naik mendekati zenith dan dipercaya saat itulah bintang Altair dan bintang
Vega bertemu. Di saat itu pula, bintang Altair, bintang Vega, dan Galaksi Bima
Sakti paling mudah dilihat dari bumi. Tetapi, di beberapa wilayah seperti Hokkaido
dan Sendai, Tanabata Matsuri dirayakan pada tanggal 7 Agustus, karena tanggal 7
Agustus lebih dekat dengan hari ke-7 bulan ke-7 dalam kalender lunar tradisional
dan kemungkinan hari cerah pada hari ke-7 bulan ke-7 kalender lunar lebih besar
daripada 7 Juli yang masih merupakan musim panas. Hujan yang turun di malam
sering melakukan upacara Obon, suatu periode pada pertengahan Agustus ketika
kerabat yang telah meninggal dipercaya akan kembali, bersamaan dengan upacara
tanabata.
Di beberapa wilayah, perayaan Tanabata Matsuri seperti di Sendai
tanabata yang rumit. Pusat perbelanjaan di kedua kota ini menampilkan dekorasi
besar yang disponsori oleh toko-toko lokal, yang mencoba untuk saling
mereka pada potongan kertas berwarna yang sempit dan menggantungnya, bersama
dengan hiasan kertas lainnya, pada cabang bambu yang ditempatkan di halaman
belakang atau pintu masuk rumah mereka. Mereka kemudian berdoa dengan
secarik kertas di batang pohon bambu saat Tanabata Matsuri ini diibaratkan oleh
jepang sebagai 'Pohon Natal Di Musim Panas (Summer Christmas Tree). Penulisan
dan penggantungan secarik kertas harapan ini berakhir ketika Obon Matsuri
(Festival Arwah) dimulai. Pohon bambu yang sudah digantungi banyak kertas
harapan, akan dihanyutkan ke sungai sebagai pertanda agar kemalangan atau nasib
buruk ikut hanyut terbawa oleh air dan doa segera terkabul. Namun kebiasaan ini
sekarang makin ditinggalkan orang karena hiasan banyak yang terbuat dari plastik
Lebih lanjut, dalam matsuri ini terdapat beberapa dekorasi yang dibutuhkan,
antara lain :
pandai menjahit
3. 折り鶴 (orizuru) : origami berbentuk bangau, simbol untuk umur panjang
pada sebatang bambu besar, dan yang lainnya membuat sandiwara tentang legenda
pula lagu rakyat mengenai Tanabata Matsuri ini. Lagu tersebut menceritakan
biasanya pohon bambu yang ramping diletakkkan di pagar rumah atau depan
お星さま きらきら
金銀 すなご
ごしきの たんざく私が書いた
お星さま きらきら
空から見てる
Yang artinya :
Daun-daun bambu bergoyang menimbulkan desiran pada atap rumah
dihias dapat terlihat di sekitar lingkungan, dan hal ini menandakan bahwa musim
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hoshi Matsuri (星祭) yang kini dirayakan pada tanggal 7 Juli ataupun hari ke-7
karena perang dunia, matsuri ini berhasil kembali dihidupkan dan bertahan hingga
saat ini.
Pada petang saat perayaan matsuri ini, masyarakat meletakkan bambu yang
telah dihias dengan kertas washi warna-warni yang didalamnya dituliskan harapan-
musiman sebagai persembahan dan doa kepada bintang. Keesokan paginya, cabang
bambu yang telah dihias tersebut dihanyutkan ke sungai dengan harapan agar nasib
buruk ikut hanyut terbawa oleh air dan doa mereka segera terkabul. Namun
kebiasaan ini sekarang makin ditinggalkan orang karena hiasan banyak yang terbuat
Studies, Japan.
Oktober 2021.
2021.