Politik Banyuwangi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kabupaten Banyuwangi merupakan daerah yang terletak di ujung paling
timur Pulau Jawa, dengan luas 5.782,50 Km2 yang terletak di antara
koordinat: 113 53 - 114 38 Bujur timur dan 7 43 - 8 46 Lintang Selatan.
Kawasan tersebut terbagi atas 24 kecamatan dan 217 desa/kelurahan dengan
jumlah penduduk 1.673.176 jiwa. Kabupaten dengan motto Satya Bhakti
Praja Mukti secara administratif dikelola oleh Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi. Dalam cita-cita good governance, Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi mewujudkan penengelolaan yang baik dan bersih. Begitu pula
pejabatnya sebagai sentra dari penyelesaian urusan masyarakat, sebab
keputusan dan kebijakan berada di otoritasnya. Rakyat yang tergantung pada
pejabat, bukan pejabat yang tergantung kepada rakyat. Oleh karenanya
pelayanan kepada rakyat harus diletakkan pada pertimbangan utama, Weber
(dalam Thoha, 2005:3).
Pelaksanaan perubahan ini menjadi keharusan karena banyak tuntutan
masyarakat Kabupaten Banyuwangi yang memerlukan respon cepat.
Tuntutannya adalah mendapat pelayanan publik berkualitas, berprosedur
jelas, dilaksanakan dengan segera, dan dengan biaya yang pantas. Tuntutan
ini terus berkembang seiring dengan berkembangnya kesadaran bahwa
masyarakat memiliki hak untuk dilayani. Kesadaran tersebut terbentuk karena
masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem yang
saling berinteraksi antara individu-individu dalam kelompok tersebut.
MacIver (dalam Miriam Budiardjo, 2006:34).
2. Rumusan Masalah
1. Pengertian Politik
2. Dinamika Politik Di Banyuwangi
3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pengertian Politik ?
2. Mengetahui Dinamika Politik Di Banyuwangi ?
PEMBAHASAN
1. Pengetian Politik
Politik merupakan seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konsti-
tusional maupun non-konstitusional. Pada sisi yang lain, politik digambarkan
sebagai bagaian sosial yang secara khusus bergerak pada hakekat dan tujuan
Negara sebagai organisasi kekuasaan, serta mempelajari hakekat serta tujuan
organisasi non formal lainnya yang mungkin dapat mempengaruhi Negara.
Oleh karenanya politik selalu membawa konsep permanennya, yaitu: Negara
(state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decisionmaking),
kebijaksanaan (policy, beleid), dan pembagian (distribution), atau alokasi
(allocation).
Menurut Franz Magnis-Suseno (2003:19), karena pelakunya (politisi)
merupakan orang yang memiliki profesi untuk terus bergerak mengenai
masyarakat keseluruhan. Karena dalam kerangka kesosialan, manusia
merupakan dimensi politis yang mencakup lingkaran kelembagaan hukum
dan Negara, sistem-sistem nilai, termasuk pada idiologi yang memberikan
legitimasi kepadanya. Hal tersebut dimaksudkan bahwa dimensi politis
manusia sebagai dimensi masyarakat sebagai keseluruhan (publik goals),
artinya yang menjadi ciri khas suatu pendekatan yang disebut politis adalah
bahwa pendekatan itu terjadi dalam kerangka acuan yang berorientasi pada
masyarakat keseluruhan, dan bukan individu.
Pada dasarnya perilaku politik bersandar pada teori yang memiliki bahasan
sistematis, dan generalisasi dari suatu fenomena politik. Dan teori tersebut
bersifat spekulatif terhadap norma-norma kegiatan politik, namun juga
bersifat deskriptif, komparatif yang berdasarkan logika. Logika tersebut
merupakan bagian dari perjalanan ide yang sering dibahas menurut sejarah
perkembangannya. Oleh sebab itulah, pada tataran normative, politik tidak
dapat melepaskan diri dari norma, dan prasangka dari masanya sendiri
(sejarah perkembangan).
Politik pada dasarnya adalah bagian ilmu pengetahuan kemasyarakatan
yang secara teratur mempelajari masalah kekuasaan dalam suatu masyarakat
tertentu pada persoalan hakekat, dasar landasan, proses keberlangsungan, luas
lingkungan, hingga hasil dan akibatnya, dengan memusatkan perhatian pada
perjuangan manusianya untuk mencari atau mempertahankan kekuasaan guna
mencapai apa yang dicitakan.
Politik dalam perkembangannya sangat dibantu oleh sejarah dan filsafat,
karena hal ini difungsikan sebagai pencarian konsepsi-konsepsi yang
fundamental maupun penelusuran terhadap titik-titik penemuan data dan fakta
empiris dari masa- masa sebelumnya. Termasuk pada beberapa hubungan
dengan yang lainnya, diantaranya: hubungan dengan sosiologi, hubungan
dengan antropologi, hubungan dengan administrasi, hubungan dengan
ekonomi, hubungan dengan keadaan geografis dan demografis, serta
hubungan dengan ilmu hukum.
Dalam kerangka tersebut maka perlu aktualisasi politik, dimana pada
tataran normative bersandar pada suatu kewenangan politik. Kewenangan ini
memiliki kelebihan tersendiri apabila dibandingkan dengan kekuasaan
paksaan yang mencerminkan ketidak efisienan dari peraturan yang
menyangga, atau bahkan kekuasaan dalam suasana perbudakan (slavery) yang
tidak efisien karena memerlukan control yang sangat ketat dan hanya dapat
memperoleh loyalitas yang semu. Meskipun pada dasarnya kekuasaan
melekat secara inheren pada diri manusia sebagai manusia politik (zoon
politicon), yang memancing manusia untuk memilikinya sebagai bagian
kemampuan yang mempengaruhi tingkah laku. Paling tidak menjadi seorang
penguasa terhadap dirinya sendiri, keluarga, organisasi sederhana, hingga
pada tataran organisasi yang sangat dominan dalam cakupan kekuasaan
tertinggi (negara). Adapun bentuk-bentuk kewenangan yang terus berkaitan
antara satu dengan yang lain sebagai hak milik politik, yaitu: kewenangan
tradisional, kewenangan karismatik, dan kewenangan legal rasional.
2. Dinamika Politik Di Banyuwangi
Untuk menciptakan suasana politik yang kondusif demi percepatan
pembangunan, Bupati Banyuwangi menerapkan kebijakan politik akomodasi
di Banyuwangi. Hal tersebut disampaikan Bupati . Diterangkan oleh Bupati,
kebijakan politik akomodasi ditempuh olehnya untuk mengkompromikan
berbagai kepentingan politik yang ada diluar maupun didalam birokrasi.
Diharapkan dengan kompromi ini, baik pendukung Bupati ataupun bukan
pendukung bisa memberikan energi yang positif bagi pembangunan
Banyuwangi kedepan. “ saya tidak ingin menyingkirkan orang-orang yang
berbeda pandangan politik tapi justru ingin merangkul semua pihak untuk
bersama-sama memberi sumbangsih bagi pembangunan Banyuwangi,”
ungkap Bupati. Salah satunya adalah dengan mengapresiasi program
pembangunan yang menorehkan prestasi pada pemerintahan yang lalu dengan
meneruskannya dimasa sekarang. “ Sedangkan kekurangan hasil bawaan
masa lalu kita perbaiki dan dijadikan pelajaran,” tambahnya. Bupati memberi
contoh, pada saat launching Bandara Blimbingsari, dirinya mengundang
Bupati Samsul dan Bupati Ratna, yang juga telah berperan dalam proses
realisasi bandara tersebut. Dalam kesempatan itu, Bupati Anas juga
menjelaskan secara singkat , garis besar strategi pembangunan yaitu
penyelesaian kemiskinan secara bertahap dan sistemik, dan mendorong
peningkatan investasi. Penanggulangan kemiskinan dilakukan sesuai cluster
rumah tangga masyarakat. Salah satunya dengan intervensi modal usaha
melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Sejak dilaunching pada pertengahan
mei 2011, hingga saat ini relisasi KUR telah mencapai 42,9 milyar dengan
pemohon sebanyak 5689 orang. Sementara untuk mendorong investasi salah
satunya, pemkab telah memfasilitasi beroperasinya bandara Blimbingsari.
Yang perlu menjadi catatan adalah pengoperasian bandara tersebut tanpa
sumbangan APBD. Hal ini menjadi kebanggaan tidak hanya bagi Kabupaten
Banyuwangi tapi juga tingkat propinsi. “ Dengan adanya bandara diharapkan
investor semakin mudah menjangkau Kabupaten banyuwangi,” ujar Bupati.
Selain itu Bupati juga akan mempermudah perizinan investasi yang membuka
banyak lapangan kerja dan memperketat investasi yang menggunakan sumber
daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Sementara itu dalam laporannya, kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik
dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpolinmas), mengatakan kegiatan
ini bertujuan untuk menyegarkan kembali ingatan kita akan visi misi Bupati
Banyuwangi, diselaraskan dengan visi misi kebangsaan yang dilandasi
Pancasila dan UUD 1945. “ Peserta yang datang diharapkan bisa memberi
dukungan dan masukan yang positif bagi pembangunan Banyuwangi kedepan

Sumber :
.Budiardjo, Miriam.2006.Dasar-dasar Ilmu Politik.Jakarta: PT.Gramedia
https://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/politik-akomodasi-demi-percepatan-
pembangunan.html

Anda mungkin juga menyukai