Revisi 14-07-2021 - Laporan PKL Dimas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI I
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALKES

Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Jawa Tengah Kode 59316


Website : www.umkudus.ac.id Email : [email protected] Telp. Fax. (0291) 437218

1
BAB I
URAIAN KEGIATAN DI APOTEK PANDAK

1.1 Sejarah dan Profil Apotek Pandak

Apotek Pandak didirikan pada tahun 2014 di desa Pandak, Colo


Muria , kecamatan Dawe kabupaten Kudus. Apotek Pandak merupakan salah
satu apotek yang berada di Jl. Kudus Muria Km.18 Dawe Kudus. Apotek
Pandak merupakan Badan Usaha Milik perorangan. Lokasi Apotek ini angat
strategis karena terletak ditepi jalan dengan lalu lintas yang cukup ramai
sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat.
Apotek Pandak beroperasi Senin – Sabtu Pagi mulai pukul 08.00 –
12.00 WIB sedangkan sore mulai 16.00 – 20.00. Apotek Pandak ditunjang
oleh tata ruang yang bagus dan didesain sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan yaitu pada bagian depan Apotek dilengkapi dengan papan nama
Apotek Pandak dengan papan nama yang cukup besar. Hal ini merupakan
tanda pengenal bagi keberadaan Apotek Pandak sehingga mudah dikenali dan
dilihat oleh konsumen.
Apotek Pandak didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 23 Maret
2013 Adapun Profil dari Apotek Pandak, yaitu:
a. Nama Apotek : Apotek Pandak
b. APA/Pharmacy Manager : Diana Maria Ayu Puspita S.Farm., Apt
c. Kepemilikan : Perorangan
d. Alamat : Pandak, Dawe Kudus

2
Apotek Pandak memiliki tata ruang sebagai berikut :

Gambar 1.1 Denah Ruang Apotek Pandak

D
C E

i j k
C B G
F

Keterangan :

A. Lemari Narkotika
B. Ruang Peracikan Resep
C. Lemari Obat
D. Gudang Stok Barang
E. Ruang Konsultasi
F. Loket Pelayanan Pasien
G. Toilet
H. Pintu Masuk
I. Lemari Obat Bebas
J. Lemari Obat Bebas Terbatas
K. Lemari Narkotika

1.1 Proses Perencanaan Order Sediaan Farmasi Dan Alkes


Perencanaan persediaan obat-obatan di apotek berfungsi untuk
memprediksi kebutuhan persediaan obat untuk jangka waktu tertentu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1121/Menkes/SK/XII/2008
tentang Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan
untuk Pelayanan Kesehatan Dasar, proses perencanaan persediaan obat
meliputi:

3
1. Tahap pemilihan obat

Obat dipilih berdasarkan jenis dan memperhatikan pola


penyakit, pola konsumsi, pola budaya, serta pola kemampuan
masyarakat.

2. Tahap kompilasi pemakaian obat

Kompilasi pemakaian obat adalah rekapitulasi data pemakaian


obat di unit pelayanan kesehatan yang bersumber dari Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).

3. Tahap perhitungan kebutuhan obat

Perhitungan kebutuhan obat dilakukan dengan menggunakan


metode konsumsi dengan melakukan analisis trend pemakaian obat
tiga tahun sebelumnya atau lebih, serta menggunakan metode
morbiditas yakni perhitungan kebutuhan obat berdasarkan pola
penyakit.

4. Tahap proyeksi kebutuhan

Perhitungan kebutuhan obat yang dilakukan secara


komprehensif dengan mempertimbangkan data pemakaian obat dan
jumlah sisa stok pada periode yang masih berjalan.

1.2 SOP dan Metode Pengadaan Pembelian Sediaan Farmasi Dan Alkes

Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan sediaan


Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Metode-metode dalam pengadaan perbekalan Farmasi antara lain
(BPOM, 2014):
1) Pembelian secara tender (oleh panitia pembelian barang Farmasi), sistem
terbagi atas:
a) Tender Terbuka (Open Tender)
b) Tender Terbatas (Restricted tender)
c) Sistem Kontrak (Competitif Negotiation)
2) Pembelian secara langsung dari pabrik/ distributor/ pedagang besar

4
Farmasi (PBF) maupun rekanan. Pemilihan PBF yang sesuai yaitu dengan
pertimbangan :
a) Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman

b) Ketersediaan barang (lengkap/tidak/kualitas dan kuantitas barang)

c) Rutinitas PBF datang ke Apotek

d) Adanya program yang menguntungkan (diskon dan bonus)

e) Harga barang

f) Prosedur PBF (jangka waktu pembayaran yang relatif lebih panjang)

g) Lokasi PBF

h) Sumbangan/droping/hibah

i) E-Catalogue

3) Konsinyasi Pengadaan dengan cara konsiyasi yaitu pemilik barang


menitipkan barang kepada Apotek. Apotek hanya membayar barang yang
terjual, sedangkan sisanya dapat dikembalikan atau diperpanjang masa
konsinyasinya. Cara seperti ini biasanya dilakukan pada produk baru.
Berdasarkan cara pembayaran yang dilakukan, maka pengadaan barang
dapat dikelompokkan menjadi pengadaan secara tunai (Cash On Delivery)
pembayaran dilakukan secara langsung dan pengadaan secara kredit,
pembayaran dilakukan setelah faktur jatuh tempo.
1. Pengadaan dan pemesanan barang dilakukan berdasarkan history penjualan,
permintaan pasar, dan program pihak marketing. Dalam sistem pengadaan,
dilakukan penentuan level persediaan produk berdasarkan penentuan
nilai Level Stock, Buffer Stock, Lead Time, dan ReOrder Point (ROP).
Pengadaan dilakukan oleh Apoteker Penanggung Jawab (APJ) PBF dengan
membuat defekta, berkoordinasi dengan supervisior penjualan dan bagian
marketing dalam membuat daftar kebutuhan barang. Pada proses pengadaan
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pengadaan produk reguler, produk e-
catalogue, dan produk berupa Narkotika/Psikotropika/Prekursor (NPP).
Pengadaan yang dilakukan harus mengikuti kaidah CDOB, yaitu setiap

5
pengadaan dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasok
diidentifikasi serta didokumentasikan.

1.2 SOP dan Metode Penerimaan

Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis


spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalamsurat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Setiap pengiriman sediaan Farmasi
yang dipesan disertai faktur rangkap empat (2 lembar untuk PBF, 1 lembar untuk
penagihan dan 1 lembar untuk Apotek) dan SP yang ditandatangani oleh APA.
Barang yang datang dicocokkan dengan SP, bila sesuai akan ditandatangani oleh
APA atau AA disertai dengan nomor surat ijin kerja dan diberikan stempel
Apotek sebagai bukti sediaan Farmasi telah diterima dan bila tidak sesuai segera
dikembalikan ke PBF pengirim. Untuk obat dengan tanggal kadaluwarsa dibuat
perjanjian pengembalian obat ke PBF yang bersangkutan dengan batas waktu
sesuai perjanjian.
Sistem penerimaan di Apotek Sayung yaitu mulai Barang datang
kemudian Apoteker atau TTK mencek nama obat, dosis obat, kesesuaian jumlah,
kondisi fisik barang, expired date (ED), dan No. Batch yang disesuaikan dengan
LPLPO dan faktur untuk barang JKN cek kondisi retur Apoteker atau TTK
menandatangani faktur kemudian disimpan digudang penyimpanan.

6
BAB II
PEMBAHASAN
Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya
pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker.

Tujuan apotek berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia No. 9 Tahun 2017 adalah :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di apotek


b. Memberikan perlindungan pasien dan msyarakat dalam memperoleh
pelayanan kefarmasian di apotek
c. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian dalam memberikan
pelayanan kefarmasian di apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tugas dan fungsi


apotek adalah :

1) Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan


sumpah jabatan Apoteker
2) Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian
3) Sarana yang digunakan memproduksi dan mendistribusikan sediaan farmasi,
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik
4) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaanm penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

7
Di Apotek Pandak perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-
obatan dan alat kesehatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data
obat-obatan yang akan dipesan. Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu
jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang
tersedia.

Pengadaan perbekalan farmasi di Apotek Pandak dilakukan oleh


Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang meliputi obat bebas, obat bebas
terbatas, obat prekursor dan OOT (obat-obatan tertentu) juga alat kesehatan.
Pengadaan tersebut dilakukan dengan pembelian barang kepada distributor
perbekalan farmasi berdasarkan obat-obat dengan stok menipis dari data buku
defecta dan perkiraan kebutuhan konsumen. Membuat surat pesanan yang
berisi nama distributor, nama barang, kemasan dan jumlah barang yang
kemudian ditandatangani oleh Apoteker.

Penerimaan barang setelah dilakukan pemesanan maka perbekalan


farmasi akan dikirim oleh PBF disertai dengan faktur. Barang yang datang
akan diterima dan diperiksa oleh petugas penerima barang / Asisten Apoteker .
Pemeriksaan barang dilakukan dengan:

1. Kondisi kemasan termasuk segel, label/penandaan dalam keadaan baik.


2. Kesesuaian nama, bentuk, kekuatan sediaan obat, isi kemasan antara
surat pesanan dengan obat yang diterima.
3. Kesesuaian antara fisik obat dengan faktur pembelian yang meliputi:
a. kebenaran nama produsen, nama pemasok, nama obat, jumlah, bentuk,
kekuatan sediaan obat dan isi kemasan; dan
b. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa

Apabila hasil pemeriksaan ditemukan sediaan farmasi yang diterima


tidak sesuai dengan pesanan seperti nama, kekuatan sediaan sediaan farmasi,
jumlah atau kondisi kemasan dan fisik tidak baik, maka sediaan farmasi harus
segera dikembalikan pada saat penerimaan barang.

Apabila semua telah sesuai maka Apoteker / Asisten Apoteker akan


menandatangani faktur asli sebagai bukti bahwa barang telah diterima dan
membubuhkan cap apotek beserta nomor SIPA / SIKTTK pada faktur asli.

8
Faktur asli selanjutnya dikembalikan sebagai bukti pembelian dan dua lembar
lainnya disimpan sebagai arsip apotek.

Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang diterapkan di
Apotek Pandak, diantaranya:

a. FIFO dan FEFO

FIFO (First In First Out) yang artinya barang yang datang terlebih


dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan obat dengan
menggunakan sistem FIFO ini digunakan untuk menyimpan obat tanpa
memperhatikan tanggal kadaluarsa.

FEFO (First Expiry First Out) yang artinya barang yang lebih dahulu


kadaluarsa, dikeluarkan terlebih dahulu. Menempatkan obat dengan
tanggal kadaluarsa lebih pendek di depan obat yang tanggal kadaluarsanya
lebih lama. Bila obat mempunya tanggal kadaluarsa sama, obat yang baru
diterima ditempatkan di belakang obat yang sudah berada di atas rak.
Penggabungan 2 sistem FIFO dan FEFO adalah hal yang paling ideal
dilakukan. Keuntungannya dengan menggabungkan kedua sistem tersebut
adalah obat-obat yang ada di penyimpanan tidak akan terbuang karena
kadaluarsa.

b. Berdasarkan Abjad

Penyimpanan metode ini bertujuan untuk mempermudah pengambilan


obat dan juga harus sesuai dengan bentuk sediaan.

c. Berdasarkan Obat Generik dan Non Generik

Obat generik dan non generik dipisahkan dan disusun berdasarkan


abjad dan berdasarkan bentuk sediaan, hal tersebut untuk memudahkan
pengambilan obat baik yang generik maupun non generik.

d. Berdasarkan Kelas Terapi Obat

Obat ini dikelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat


tersebut, misal golongan antibiotika dikelompokkan menjadi satu dengan
golongan antibiotika.

9
e. Berdasarkan Bentuk Sediaan

Obat yang memiliki kesamaan bentuk sediaan disimpan secara


bersamaan di atas rak, contoh obat dengan bentuk sediaan sirup disimpan
pada etalase sirup.

f. Berdasarkan Stabilitas Obat

Dikarenakan obat-obat yang disimpan bisa mengalami kerusakan


akibat stabilitasnya obatnya terganggu maka dalam penyimpanan kita juga
harus memperhatikan unsur-unsur kestabilan obat diantaranya:

1). Suhu

Obat yang membutuhkan penyimpanan dnegan suhu tertentu harus


disimpan dengan instruksi yang sesuai dengan yang tertulis pada label atau
box obat. Misal untuk vaksin disimpan pada suhu 2-8°C, juga untuk obat-
obatan suppositoria harus disimpan dalam suhu yang sejuk 5-15°C karena
pada suhu tinggi daapt membuat obat ini meleleh. Obat-obatan tersebut
jika tidak disimpan sesuai dengan persyaratannya akan membentuk kristal
dan kehilangan aktivitasnya.

2). Cahaya

Hamper semua obat kestabilannya akan terpengaruh oleh sinar


cahaya, sehingga untuk obat-obat tersebut biasanya dikemas dalam
kemasan tahan cahaya dengan disimpan dalam wadah gelap.

3). Kelembapan

Karena obat bersifat menyerap air udara sehingga menjadi lembap


maka banyak obat dalam kemasan disertai pengering (silica gel) agar tidak
lembek.

Sistem pengeluaran perbekalan farmasi di apotek dilakukan


berdasarkan sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In First
Out) juga melihat dari menipisnya barang yang ada di etalase apotek.
Setiap karyawan memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap etalase
masing-masing. Setiap hari mengecek ketersediaan barang di etalase dan

10
di gudang apotek, obat dan alat kesehatan apa saja yang stoknya mulai
menipis di etalase tetapi masih tersedia di gudang maka obat dan alat
kesehatan tersebut dikeluarkan kemudian di tata dalam etalase dengan
memperhatikan ketentuan penyimpanan barang. Apabila ketersediaan obat
maupun alat kesehatan di gudang apotek menipis maka dilakukan
pencatatan pada buku defecta agar Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dapat melakukan pemesanan perbekalan farmasi pada distributor
perbekalan farmasi.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Pandak dapat
disimpulkan bahwa:

1. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses


kegiatan yang dimulai dari Perencanaa, Pengadaan, Penerimaan,
Penyimpanan, dan Pendistribusian.
2. Dalam perencanaan obat di Apotek Pandak menggunakan metode LPLPO
(Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat) juga
memperhitungkan proyeksi kebutuhan dengan mempertimbangkan jumlah
sisa stok.
3. Penyimpanan barang di Apotek Pandak menggunakan sistem gabungan
yaitu FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) dengan
penataan alfabetis dan farmakologi obat juga bentuk sediaan obat.

3.2 Saran
Saran pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Apotek Pandak
untuk menyediakan obat-obat yang sering dikonsumsi pasien dengan stok yang
lebih banyak agar tidak terjadi kekosongan obat.

12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan obat dan Makanan. 2014. Menuju Swamedikasi yang Aman.
Majalah info POM, 15 (1): 1-12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.

13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI II
PELAYANAN RESEP

Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021
Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Jawa Tengah Kode 59316
Website : www.umkudus.ac.id Email : [email protected] Telp. Fax. (0291) 437218

14
BAB I
URAIAN KEGIATAN
1.1 Pelayanan Resep Di Apotek

Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib
melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep sepenuhnya
atas tanggung jawab apoteker tulis dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk apoteker. Dalam hal pasien tidak mampu
menebus obat yang dipilih sebagai obat alternatif.

Apoteker wajib memberi informasi yang berkaitan dengan penggunaan


obat yang diserahkan kepada pasien. Informasi meliputi cara penggunaan
obat, dosis dan frekuensi pemakaian, lamanya obat digunakan indikasi,
kontra indikasi, kemungkinan efek samping dan hal-hal lain yang diperhatikan
pasien. Apabila apoteker menganggap dalamresep terdapat kekeliruan atau
penulisan resep yang tidak tepat, harus diberitahukan kepada dokter penulis
resep. Bila karena pertimbangannya dokter tetap pada pendiriannya, dokter
wajib membubuhkan tanda tangan atas resep. Salinan resep harus ditanda
tangani oleh apoteker ( Kemenkes, 2017)
1.2 Resep Obat

Resep dokter adalah dokumen legal berisi permintaan tertulis dokter


kepada apoteker, untuk mempersiapkan dan memberikan obat
kepada pasien. Resep ini dibuat sesuai dengan kebutuhan pasien, setelah
dokter melakukan pemeriksaan medis dan menentukan diagnosis.

Menurut Organisasi Kesehatan dunia (WHO) kelengkapan resep


terdiri dari nama dan alamat penulis resep dengan nomor telepon (kalau
ada), tanggal peresepan, tanda R/,nama dan kekuatan obat, bentuk sediaan
dan jumlah obat;, aturan pakai, nama, alamat dan umur pasien, paraf atau
tanda tangan dokter (Depkes, 2009)

15
Berikut ini adalah gambar Alur Pelayanan Resep di Apotek Pandak

Resep Datang

Skrining Resep

Periksa Ketersediaan

Barang Tidak Ada Barang Ada

Menawarkan dicarikan Konfirmasi ID pasien dan


Ke Apotek lain atau pembayaran obat resep
melakukan pembelian

Siapkan obat sesuai


Pasien tidak setuju Pasien setuju

Kembalikan
Serahkan obat
+cara

Gambar 1.1 Alur Pelayanan dengan Resep Dokter di Apotek Pandak

16
Berikut ini adalah gambar Alur Pelayanan non Resep di Apotek Pandak

Pasien datang dengan permintaan obat


tertentu/ menyebutkan keluhan tertentu

TTK menggali informasi lebih dalamseperti


berapa hari gejala tersebut

TTK merekomendasikan obat sesuai dengan


keluhan pasien beserta

Jika pasien setuju sepakat dengan harga yang


ditentukan, dilakukan pembayaran

TTK menyerahkan obat pada pasiendisertai


konseling dan monitoring penggunaan obat

Gambar 1.2 Alur Pelayanan non resep

1.3 Skrining Resep

Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016, Apoteker


atau Asisten Apoteker melakukan skrining resep meliputi : persyaratan
administratif :
1) Nama,SIP dan alamat dokter.
2) Tanggal penulisan resep.
3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
5) Nama obat , potensi, dosis, jumlah yang minta.
6) Cara pemakaian yang jelas.

17
a. Kesesuaian farmasetik

Menyangkut bentuk sediaan, dosis apakah sesuai dengan usia,


umur, atau berat badan pasien. Sesuai disini maksudnya dapat
menyelesaikan problema terapi pasien. Disini akan dihitung dosis dan
apakah dosis over dosis atau tidak. potensi obat, cocok tidak khasiatnya
dengan penyakit yang diderita pasien, stabilitas, apakah apabila obat ini
digunakan dalam bentuk sediaan tertentu (misal cair), apakah stabil atau
tidak inkompatibilitas,apakah obat satu berinteraksi dengan obat yang
lainnya ketika dicampur/ketika dibuat, apkah rusak atau tidak cara dan
lama pemberian apakah dapat menyebabkan kenyamana pada pasien atau
tidak.
b. Pertimbangan klinis

Adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi,


jumlah obat dan lain-lain). Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya
dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan
pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan
persetujuan setelah pemberitahuan. Disini juga harus benar – benar
dicatat adalah cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka
waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus
dihindari selama terapi, sehingga nanti bisa disampaikan pada saat
konseling.

18
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014
menyatakan bahwa, pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pengkajian/skrining resep,
pemeriksaan ketersediaan sampai dengan cek harga , penyiapan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan ( dispensing) termasuk peracikan obat, penulisan etiket
dan copy resep, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error).
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep;
b. mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk obat dalam/oral;
b. warna biru untuk obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.

Jika penyiapan obat telah dilakukan maka langkah selanjutnya adalah


dengan melakukan proses lanjutan sebagai berikut:

19
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah bat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
b. Memanggil nama pasien
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat.
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan).
i. Menyimpan resep pada tempatnya.

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Pandak
dapat disimpulkan bahwa:

1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan bagi pasien
2. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pengkajian/skrining resep,
pemeriksaan ketersediaan sampai dengan cek harga , penyiapan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan ( dispensing) termasuk peracikan obat,
penulisan etiket dan copy resep, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi

3.2 Saran
1. Untuk lebih meningkatkan hubungan kerjasama antar sesama
2. Pada saat penyerahan obat lebih di tekankan pada pemberian konseling
atau pharmaceutical care kepada pasien.

21
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Permenkes RI Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Permenkes, R. I. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
Tahun 2017 tentang Apotek. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotik, 1–36.

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

22
DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI III
SWAMEDIKASI

Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2021

Jalan Ganesha 1 Purwosari Kudus Jawa Tengah Kode 59316


Website : www.umkudus.ac.id Email : [email protected] Telp.
Fax. (0291) 437218

BAB I

23
URAIAN KEGIATAN

1.1 Swamedikasi di Apotik


Swamedikasi merupakan upaya pengobatan sendiri tanpa didasari
resep Dokter. Menurut WHO, pengobatan swamedikasi ditujukan untuk
menangani gejala dan penyakit yang mampu didiagnosis oleh pasien sendiri
atau penggunaan obat yang telah digunakan secara terus-menerus untuk
penanganan gejala kronis. Mengobati diri sendiri atau yang lebih dikenal
dengan swamedikasi berarti mengobati segala keluhan dengan obat-obatan
yang dapat dibeli bebas di apotek atau toko obat dengan inisiatif atau
kesadaran diri sendiri tanpa nasehat dokter. Swamedikasi harus dilakukan
sesuai dengan penyakit yang dialami, pelaksanaannya sedapat mungkin harus
memenuhi kriteria penggunaan obat yang rasional antara lain ketepatan
pemilihan obat, ketepatan dosis obat, tidak adanya efek samping, tidak
adanya kontraindikasi, tidak adanya interaksi obat, dan tidak adanya
polifarmasi (Zeenot, 2013).
Ada beberapa faktor penyebab swamedikasi yang keberadaannya
hingga saat ini semakin mengalami peningkatan. Beberapa faktor penyebab
tersebut berdasarkan hasil penelitian WHO antara lain sebagai berikut :
a. Faktor sosial ekonomi
Semakin meningkatnya pemberdayaan masyarakat, maka semakin
meningkatpula tingkat pendidikan, sekaligus semakin mudahnya akses
untuk memperoleh informasi, maka semakin tinggi pula tingkat ketertarikan
masyarakat terhadap kesehatan sehingga menyebabkan meningkatnya upaya
untuk berpartisipasi langsung terhadap pengambilan keputusan kesehatan
oleh masing-masing individu.
b. Gaya hidup
Kesadaran tentang adanya dampak beberapa gaya hidup yang bisa
berpengaruh terhadap kesehatan, mengakibatkan banyak orang memiliki
kepedulian lebih untuk senantiasa menjaga kesehatannya daripada harus
mengobati ketika sedang mengalami sakit pada waktu-waktu mendatang.
c. Kemudahan memperoleh produk obat
Saat ini, tidak sedikit dari pasien lebih memilih untuk membeli obat

24
dimana saja bisa diperoleh dibandingkan dengan harus mengantri lama di
Rumah Sakit maupun klinik.
d. Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang
benar sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, maka semakin
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk menjaga kesehatannya.
e. Ketersediaan produk baru
Semakin meningkatnya produk baru yang sesuai dengan pengobatan
sendiri dan terdapat pula produk lama yang keberadaannya juga sudah
cukup populer dan semenjak lama sudah memiliki indeks keamanan yang
baik. Hal tersebut langsung membuat pilihan produk obat untuk pengobatan
sendiri semakin banyak tersedia (World Self-Medication Industry. 2012)

BAB II
PEMBAHASAN

25
2.1 Swamedikasi

Menurut Rahardja, dkk (2010) mengemukakan bahwa swamedikasi


berarti mengobati segala keluhan pada diri sendiri dengan obat-obat yang
sederhana yang dibeli bebas di apotik atau toko obat atas inisiatif sendiri
tanpa nasehat dokter. Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah perilaku
untuk mengatasi sakit ringan sebelum mencari pertolongan ke petugas atau
fasilitas kesehatan. Lebih dari 60% dari anggota masyarakat melakukan
swamedikasi, dan 80% di antaranya mengandalkan obat modern.

Penggunaan obat yang sesuai dengan aturan dan kondisi penderita


akan mendukung upaya penggunaan obat yang tepat. Pengobatan sendiri
harus dilakukan sesuai dengan penyakit yang dialami. Pelaksanaannya
sedapat mungkin harus memenuhi kriteria pengobatan sendiri yang sesuai
aturan. Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan mencakup 4 kriteria
antara lain: (a) tepat golongan obat, yaitu menggunakan golongan obat bebas
dan obat bebas terbatas, (b) tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat
yang termasuk dalam kelas terapi yang sesuai dengan keluhannya, (c) tepat
dosis obat, yaitu menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari pakai
sesuai dengan umur dan (d) tepat lama penggunaa obat, yaitu apabila
berlanjut segera berkonsultasi dengan dokter.

2.2 Pelayanan Swamedikasi


Pertanyaan pra pelayanan swamedikasi di apotek
Tabel 2.1 5 Pertanyaan Penuntun
5 pertanyaan penuntun
Who? Untuk siapa obat tersebut
What symptoms? Gejala apa yang dirasakan
How long? Sudah berapa lama gejala tersebut
berlangsung?
Action? Tindakan apa yang sudah dilakukan untuk
mengatasi gejala tersebut?
Medicine? Obat-obat apa saja yang sedang digunakan
oleh pasien?
Ialah salah satu metode pra pelayanan swamedikasi sebelum apoteker
melakukan pelayanan konseling dan informasi obat. Metode yang dikenal

26
dengan nama metode WWHAM (What, What Symptoms, How Long, Action,
Medicine) ini berisi 5 pertanyaan penuntun yang sistematis untuk menggali
informasi dari pasien apotek yang meminta obat tanpa resep.

Sedangkan dalam Permenkes No. 1176/MENKES/SK/X/1999 yang berisi


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
dicantumkan prosedur tetap (protap) untuk melakukan pelayanan swamedikasi di
apotek.

Tabel 2.2 Prosedur tetap pelayanan swamedikasi

No Prosedur Tetap
1 Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan
swamedikasi
Menggali informasi dari pasien meliputi: a) Tempat timbulnya gejala penyakit
2
b) Seperti apa rasanya gejala penyakit
c) Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
d) Sudah berapa lama gejala dirasakan
e) Ada tidaknya gejala penyerta

f) Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan


3 Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi
pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib
apotek
4 Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien
meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya
pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang
harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien dalam
menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi
dokter
Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan
Protap tersebut terdiri dari 5 poin yang perlu dilakukan apoteker atau
asisten apoteker , poin pertama berkaitan dengan sikap apoteker atau asisten
apoteker sebagai pendengar aktif. Poin kedua hampir sama dengan metode
WWHAM, apoteker atau asisten apoteker melakukan penggalian informasi dari
pengunjung yang diperlukan untuk menentukan pemilihan obat yang tepat.

27
Setelah menggali informasi, poin selanjutnya apoteker atau asisten apoteker
memilihkan obat yang rasional (tepat diagnosis, tepat pasien, tepat dosis, tepat
indikasi) dan disesuaikan dengan DOWA serta Pedoman Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Apabila sudah menentukan obat, selanjutnya apoteker atau asisten
apoteker memberikan informasi berkaitan dengan obat (dosis, cara pemakaian,
cara pakai, dan sebagainya). Poin terakhir yang dilakukan adalah mencatat/
mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi.
2.3 Penggolongan Obat
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor
917/Menkes/Per/X/1999 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI nomor
949/Menkes/Per/2000, penggolongan obat berdasarkan keamanannya terdiri dari:
obat bebas, bebas terbatas, wajib apotek, keras, psikotropik, dan narkotik. Tetapi
obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi hanyalah golongan obat bebas dan
bebas terbatas, dan wajib apotek.

a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,
ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di DepKes RI. Contoh: Minyak
kayu putih, obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet parsetamol, tablet vitamin
C, B Kompleks, vitamin E dan lain-lain. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda
khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam

Gambar 2.1 Logo obat bebas


b. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat keras yang dapat diserahkan kepada
pemakainya tanpa resep dokter. Obat keras terbatas adalah obat yang masuk
dalam daftar W singkatan dari “Waarschuwing“ artinya peringatan. Maksudnya

28
obat yang pada penjualannya disertai dengan peringatan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk
obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam.

Gambar 2.2 Logo obat bebas terbatas

c. Jamu
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediaannya masih berupa
simplisia sederhana, seperti irisan rimpang, daun atau akar kering. Khasiat dan
keamanannya terbukti setelah secara empiris berdasarkan pengalaman turun
temurun. Dipasaran banyak beredar produksi jamu seperti Tolak Angin (PT.
Sido Muncul).

Gambar 2.3 Logo jamu

d. Obat Herbal Terstandar (OHT)


Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan
syarat bentuk sediaanya berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan
yang terstandarisasi. Disamping itu herbal terstandar harus melewati uji
praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik
(kemanfaatan) dan teratogenik (keamanan terhadap janin). Uji praklinis
meliputi in vivo dan in vitro. Hingga saat ini di Indonesia baru 17 produk
herbal terstandar yang beredar dipasaran. Sebagai contoh Diapet (PT. Soho

29
Indonesia), Kiranti (PT. Ultra Prima Abadi), Psidii (PJ. Tradimun),
Diabmencer (PT. Nyonya Mencer) dan lain-lain.

Gambar 2.4 Logo Obat Herbal Terstandar (OHT)


e. Fitofarmaka
Pengertian fitofarmaka merupakan status tertinggi dari bahan alami
sebagai obat. Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi
fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia. Dari uji itulah dapat
diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan manusia. Contoh produk
fitofarmakayang sering ditemui adalah stimuno.

Gambar 2.5 Logo fitofarmaka


f. Obat keras
Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan
dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya, maksudnya obat dalam golongan ini
berbahaya jika pemakaiannya tidak berdasarkan resep dokter. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda khusus Obat keras daftar G adalah
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan
huruf K yang menyentuh garis tepi Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.02396/A/SK/VII/1986 tentang tanda
khusus Obat keras daftar G adalah lingkaran bulat berwarna merah dengan
garis tepi berwarna hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi.

30
Gambar 2.6 logo obat keras
Alur pelayanan swamedikasi di Apotek Pandak

Pasien datang dengan sakit yang dikeluhkan

Apoteker/Asisten Apoteker menggali lebih dalam


informasi dengan metode WWHAM

Apoteker/Asisten Apoteker merekomendasikan


obat sesuai dengan keluhan pasien

Apabila pasien setuju dengan obat yang


direkomendasikan dan harganya sesuai maka
dilakukan pembayaran

Apoteker/Asisten Apoteker menyerahkan obat


disertai penjelasan mengenai indikasi obat dan
cara penggunaan obat

Gambar 2.6 Alur Pelayanan non resep


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Swamedikasi merupakan upaya pengobatan yang dilakukan secara
sendiri. Dalam penatalaksanaan swamedikasi, apoteker sebagai salah satu
profesi kesehatan sudah seharusnya berperan sebagai pemberi informasi (drug

31
informer). Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas
terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri.
Apotek Pandak melaksanakan swamedikasi terhadap pelayanannya di
apotek sesuai dengan metode WWHAM (What, What Symptoms, How Long,
Action, Medicine) untuk menggali informasi dari pasien apotek yang meminta
obat tanpa resep. Setelah menggali informasi, poin selanjutnya apoteker atau
asisten apoteker memilihkan obat yang rasional (tepat diagnosis, tepat pasien,
tepat dosis, tepat indikasi) dan disesuaikan dengan DOWA serta Pedoman Obat
Bebas dan Bebas Terbatas.
3.2 Saran
Pada pelayanan swamedikasi di Apotek Pandak sebaiknya juga perlu
dilakukan monitoring dari Apoteker dan Asisten Apoteker terhadap pengobatan
pasien agar tercapai target yang diinginkan yaitu keadaan semakin membaik
dan sembuh.

32
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1999. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1176/ MENKES/ SK/ X/
1999. Jakarta: Depkes.
Depkes RI. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 949/Menkes/Per/VI/2000 Tentang Penggolongan
Obat. Jakarta: Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
Tan, T, H & Rahardja, K., 2010, Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-
hari, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
World Self-Medication Industry. 2012. Responsible self-care and self-medication:
a worldwide review of consumer surveys. Ferney-Voltare: WSMI 16 p.
Zeenot, Stephen. 2013. Pengelolaan dan penggunaan Obat Wajib Apotek.
Yogyakarta: D-Medika.

33
LOG BOOK KEGIATAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

NAMA : Dimas Dwi Ananda

NIM : F320175080

TEMPAT PKL : APOTEK PANDAK

NO HARI/ KEGIATAN PARAF/BIMBINGAN

TANGGAL LAPANGAN

1 Senin,24 Mei  Perkenalan dengan


pembimbing lapangan
2021  Pengenalan denah ruangan
dalam apotek 
 Konsultasi dengan apoteker
 Pengenalan obat generik, obat
paten, obat bebas, obat keras,
obat bebas terbatas dan obat
wajib apotek serta alkes
 Mmpelajari kartu stok, copy
resep, etiket, surat pesanan, dan
faktur
 Membantu pelayanan apotek
 Mengecek barang dan alkes
habis
 Pengadaan barang dan alkes
habis
 Mengambil barang digudang
untuk mengisi stok barang

2. Selasa, 25 Mei  Mempelajari cara melakukan


order 
2021  Mempelajari cara pencatatan
faktur
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes

34
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO

3. Rabu, 26 Mei  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis 
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian

4. Kamis, 27 Mei  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang 
2021  Mencatat barang habis
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
Membantu pelayanan
kefarmasian
5. Jum,at , 28 Mei  Mempelajari cara melakukan
order
2021  Pencatatan faktur di buku
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes 
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO

35
6. Sabtu, 29 Mei  Mempelajari cara melakukan
order 
2021  Membantu pelayanan apotek
 Meencatat faktur dibuku
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
7. Mnggu , 30 Mei -
LIBUR
2021

8. Senin, 31 Mei  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis 
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian

9. Selasa, 01 Juni  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis 
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian

10. Rabu, 02 Juni  Mempelajari cara melakukan 


order
2021  Pencatatan faktur di buku
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang

36
meliputi no. batch, ED, jumlah 
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO

11. Kamis, 03 Juni  Mempelajari cara melakukan


order
2021  Pencatatan faktur di buku 
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
12. Jum,at, 04 Juni  Mengisi stok pelayanan
dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis 
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian

13. Sabtu, 05 Juni  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis 
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian

14. Minggu, 06 Juni LIBUR -

37
2021

15. Senin, 07 Juni  Mengisi stok pelayanan


dan mengambil di gudang 
2021  Mencatat barang habis
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian
16. Selasa, 08 Juni  Mempelajari cara melakukan
order
2021  Pencatatan faktur di buku 
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
17. Rabu, 09 Juni  Mempelajari cara melakukan
order
2021  Pencatatan faktur di buku 
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
18. Kamis, 10 Juni  Mengisi stok pelayanan 
dan mengambil di gudang
2021  Mencatat barang habis
 Membantu pelayanan

38
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian
19. Jum’at, 11 Juni  Mengisi stok pelayanan
dan mengambil di gudang 
2021  Mencatat barang habis
 Membantu pelayanan
 Mencatat faktur di buku
 Membantu pelayanan
kefarmasian
20. Sabtu, 12 Juni  Mempelajari cara melakukan
order
2021  Pencatatan faktur di buku 
 Membantu pelayanan apotek
 Penerimaan barang dan alkes
datang
 Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
 Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO

21. Minggu, 13 Juni LIBUR -

2021

39
Lampiran Ruangan Apotek Pandak

Ruang Apotek

40
Ruang Pelayanan Pasien

41
Ruang Penyimpanan / Gudang Stok Barang

42
Ruang Peracikan Resep

43
37

Lampiran Resep

37
38
GOLONGAN OBAT: (KERAS)

KLASIFIKASI TERAPI: (ANALGETIK)

Dosis
No. Nama Obat Isi Mekanisme Kerja Bentuk
sediaan
sediaan

1. ANASTAN ASAM 500 mg Menghambat aktivitas Kaplet


MEFENAMAT enzim siklooksigenase
I dan II sbg penurunan
prostaglandin
2. MEFINAL ASAM 500 mg Menghambat aktivitas Kaplet
MEFENAMAT enzim siklooksigenase
I dan II sbg penurunan
prostaglandin
3. FENAMIN ASAM 500 mg Menghambat aktivitas Kaplet
MEFENAMAT enzim siklooksigenase
I dan II sbg penurunan
prostaglandin
4. PRONTO METAMIZOL 500 mg Reduksi sintesis Kaplet
inositol fosfat yg
berakibat Inhibisi
pelepasan Ca2+
intraseluler
5. BIOMEGA METAMIZOL 500 mg Reduksi sintesis Kaplet
inositol fosfat yg
berakibat Inhibisi
pelepasan Ca2+
intraseluler
6. INFALGIN METAMPYRON 500 mg Menghambat produksi Kaplet
hormon prostaglandin
7. PONSTAN ASAM 500 mg Menghambat Kaplet
MEFENAMAT aktivitas enzim
siklooksigenase I dan
II sbg penurunan
prostaglandin
8. TRIMALGIN METAMPYRON 500 mg Menghambat produksi Kaplet
hormon prostaglandin
9. KALTROFE KETOPROFEN 100 mg Menghalangi enzim Tablet
N siklooksigenase (COX)
: Enzim yg bertugas
memproduksi
prostaglandin
10. KETOROL KETOLORAC 20 mg Menghambat produksi Tablet

39
AC senyawa kimia yg
menyebabkan
peradangan
dan rasa nyeri
11. KALTR KETOPROFEN 100 mg Menghalangi enzim Suppo
OFEN siklooksigenase (COX) :
SUPPO Enzim yg bertugas
memproduksi
prostaglandin

40
GOLONGAN OBAT: (KERAS)

KLASIFIKASI TERAPI: (ANALGETIK - RHEUMATIK)

Dosi
No. Nama Obat Isi MekanismeK erja Bentuk
sediaan
sediaan
1. WIROZ PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Kapsul
memproduki
prostaglandi
2. PIROCAM PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Kapsul
memproduks
prostaglandi
3. FAXIDANT PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Tablet
memproduks
prostaglandi
4. FLAMAR NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
6. RENADINAK NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
7. VOLTADEX NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
8. CATAFLAM KA 50 mg Menghambat kerja enzim Table
DIKLOFENAK siklooksigenase selapu
9. HUFAXICAM MELOXICAM 15 mg Menghambat biosintesis Tablet
prostaglandin mediator
Peradangan melalui
siklooksigenase (COX-2)

41
Dosis
No. NamaOba t Isi Mekanisme Bentuk
sediaan
Kerja sediaan
1. AMOXAN AMOXICILIN 125 mg Menghambat cross Sirup
linkage rantai polimer kering
Peptidoglikan linear
bakteri gram positif-
negatif
2. YUSIMOX AMOXICILIN 125 mg Menghambat cross Sirup
linkage rantai polimer kering
Peptidoglikan linear
bakteri gram
positif- negatif
3. BAGUINOR 3 mg Menghambat enzim Tetes
0,3% CIPROFLOXAXIN DNA girase dalam mata
EYE Pembelahan sel
DROP bakteri
4. DIONICOL TIAMPENICOL 125 mg Menghambat enzim Sirup
DNA girase dalam kering
Pembelahan sel
bakteri
5. LOSTACEF CEFADROXIL 125 mg Menghambat enzim Sirup
DNA girase dalam kering
Pembelahan sel
bakteri
6. CEFIXIM CEFIXIM 100 mg Menghentikan Sirup
pertumbuhan kering
bakteri dengan
Mengganggu
pembangunan diding
sel bakteri
9. HELIXIM CEFIXIM 100 mg Menghentikan Sirup
pertumbuhan kering
bakteri dengan
Mengganggu
pembangunan diding
sel bakteri
10. DIONICHOL CLORAMPENICO L 125 mg Memotong elongasi Sirup
rantai peptida dan
memblok
Site A pada ribosom

42
GOLONGAN OBAT: (BEBAS TERBATAS/PREKURSOR)

KLASIFIKASI TERAPI: (DECONGESTAN)

Dosis
No. NamaObat Isi Mekanisme Bentuk
sediaan
Kerja sediaan
1. LAPIFED TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI N pembuluh darah
HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
2. LAPIFED TRIPROLIDINE 1.25 mg Menghambat zat SIRUP
EXPECTORANT HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
3. CROFED TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI N pembuluh darah
HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
4. NALGESTAN 15 mg Menghambat zat TABLET
PENILPROPANO 2 mg histamin dlm tubuh
LAMIN Mengecilkan
CTM pembuluh darah
untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
5. TRIMENSA TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
PSEUDOEFEDRI N Mengecilkan
HCL pembuluh darah
untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan

43
6. TRIMENSA SY TRIPROLIDINE 1.5 mg Menghambat zat SIRUP
HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
7. ACTIFED SY TRIPROLIDINE 1.5 mg Menghambat zat SIRUP
HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk
mengurangi

Pembengkakan
dan penyumbatan
8. RHINOS SR TRIPROLIDIN 2.5 mg Menghambat zat KAPSUL
E HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFED pembuluh darah
RI N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan
dan penyumbatan

GOLONGAN OBAT: (BEBAS )

KLASIFIKASI TERAPI: (ANALGETIK-ANTIPIRETIK)

Dosis
No. Nama Obat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. ERLAMOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi TABLET
zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
2. SANMOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi TABLET
zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
3. DAPYRIN PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan

44
yaitu prostaglandin
4. FASIDOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
5. NOVAGESI PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
C zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
6. GRAFADO PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
N zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
7. DUMIN PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
8. HUFAGESI PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
C zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
9. FASIDOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
10. NUFADOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
11. SANMOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin

45
GOLONGAN OBAT: (KERAS )
KLASIFIKASI TERAPI: (ANTIEMETIK)

Dosis
No. NamaObat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. DRAMAMIN 50 mg Menghambat produksi TABLET
DIMENTHIDRIN dan kerja histamin yang
ATE Di produksi tubuh, sbg
stimulasi saraf otak dan
Telinga yg
menyebabkan mual
dan pusing
2. NORVOM 10mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
3. PRIMPERAN 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
4. ONDANSETRON ONDANSENTRON 4 mg Menghambat ikatan TABLET
seritonin pd reseptor
5HT3
Hgd tidak terjadi mual
dan muntah
5. VESPERUM DONPERIDOM 10 mg Mempercepat gerakan TABLET
saluran pencernaan shg
Makanan di dlm lambung
cepat menuju usus
6. OMEDRINAT DIMENHIDRINAT 50 mg Menghambat produksi TABLET
dan kerja histamin yang
Di produksi tubuh, sbg
stimulasi saraf otak dan
Telinga yg menyebabkan
mual dan pusing
7. VOSEA 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
8. VERTIVOM 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah

45
9. OBAT: (KERAS )
GOLONGAN PYRATHIAZINE 40 mg Menghambat reflek TABLET
\PIRIDOXIN muntah pd chemoreseptor
MEDIAMER B6 Trigger zone pd sistem
37.5 mg
saraf pusat
10. VOMETA DOMPERIDOM 10 mg Mempercepat gerakan TABLET
saluran pencernaan shg
Makanan di dlm lambung
cepat menuju usus

46
KLASIFIKASI TERAPI: (ANTI HISTAMIN)

Dosis
No. NamaObat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. DEXTAMIN DEXAMETASON 0.5 mg Mencegah aktivasi KAPLET
CTM 2 mg pelepasan zat”
dalam tubuh
yang dapat
menyebabkan
peradangan
2. DEXTAMIN SY DEXAMETASON 0.5 mg Mencegah aktivasi SIRUP
CTM 2 mg pelepasan zat”
dalam tubuh
yang dapat
menyebabkan
peradangan
3. CELESTAMIN BETAMETASON 0.25 mg 2 Memekan reaksi TABLET
CTM sistem kekebalan
tubuh dan me
nghambat kerja
histamin dalam
tubuh
4. CELESTAMIN BETAMETASON 0.25 mg 2 Memekan reaksi SIRUP
SY sistem kekebalan
CTM tubuh dan me
nghambat kerja
histamin dalam tubuh
5. INCIDAL CETIRIZIN 10 mg Memblokir KAPSUL
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
6. LERZIN CETIRIZIN 10 mg Memblokir KAPSUL
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
7. LERZIN SY CETIRIZIN 5 mg Memblokir SIRUP
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
8. DEXAMETASON 0.5 mg Menstabilkan KAPLET
LICODEXON membran lisosom
leukosit shg
pelepasan hidrolase

47
asam yg merusak
leukosit
dapat di cegah
9. ALERON CTM 4 mg Menghambat zat KAPLET
histamin dlm tubuh
selama
reaksi alergi

48
GOLONGAN OBAT:

KLASIFIKASI TERAPI: (ANTI KONSTIPASI)

Dosis Bentuk
No. NamaObat Isi MekanismeKerja
sediaan
sediaan
2 mg Menghambat pelepasan TABLET
1. IMODIUM LOPERAMID asetilkolin dan prostag
(KERAS) Landin yg berakibat
berkurangnya peristaltik
Propulsif waktu transit
usus
2. INAMID LOPERAMID 2 mg Menghambat TABLET
(KERAS) pelepasan asetilkolin
dan prostag Landin yg
berakibat
berkurangnya
peristaltik
Propulsif waktu transit usus
3. MOLAGIT ATTAPULGIT 600 Memperlambat gerakan usus TABLET
(BEBAS) besar, utuk menyer
PECTIN 50 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
4. NEO PRODIAR FURAZOLIDO 50 Mencegah penyebaran SIRUP
(KERAS) NE infeksi bakteri
5. GUANIST KAOTIN 986 Memperlambat gerakan usus SIRUP
REP PECTIN besar, utuk menyer
(BEBAS) 40 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
6. KAOTIN KAOTIN 985 Memperlambat gerakan usus SIRUP
(BEBAS) PECTIN besar, utuk menyer
22 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
7. HUFAFURAL NIFUROXAZI 250 Mencegah penyebaran SIRUP
(KERAS) DE infeksi bakteri
8. NEW DIATAB ATTAPULGIT 600 Memperlambat gerakan usus TABLET
(BEBAS) besar, utuk menyer
ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat

47
GOLONGAN OBAT: ( KERAS)

KLASIFIKASI TERAPI: (DIABETES)

Dosis Bentuk
No. NamaObat Isi MekanismeKerja
sediaan
sediaan
1. 5 mg Meningkatkan
RENABETIC GLIBENCLAMIDE kalsium TABLET
intraseluler dlm sel
beta pankreas untk
menstimulasi produksi
insulin
2. GLUCOVANC METFORMIN 500 mg Meningkatkan
E produksi insulin stlh KAPLET
GLIBENCLAMIDE 2.5 mg makan dan
Mengurangi produksi
gula oleh hati
3. GLUCOPAGE METFORMIN 500 mg Meningkatkan
produksi insulin stlh TABLET
makan dan
Mengurangi produksi
gula oleh hati
4. AMADIAB GLIMEPIRIDE 1.2.3.4 mg Mendorong
pelepasan insulin yg KAPLET
di hasilkan oleh
tubuh dalam
merespon insulin
dlm tubuh
5. GLUDEPATIK GLIBENCLAMIDE 5 mg Meningkatkan
kalsium intraseluler TABLET
dlm sel beta pankreas
untk menstimulasi
produksi
insulin
6. GLUCODEK GLICAZIDE Meningkatkan
kadar insulin yg di TABLET
lepaskan oleh
pankreas shg kdr gula
mudah di pecah

48
DAFTAR ALAT/ PERBEKALAN KESEHATAN

No. Nama Alkes KEGUNAAN GAMBAR


1. Alkohol 70% 100, 300, 1 Cairan antiseptik
Lt

2. Cangkang kapsul 0,00,01 Sebagai pembungkus obat serbuk

3. Dermavik 10x25, Plester anti air

4. Hipavik Perekat/pembalut luka

5. Jarum lancet Untuk mengambil sampel darah

6. Jarum needle 23, 24, 25, Alat untuk memasukan


26, cairan ke pembuluh darah

7. Kassa gulung 5, 10, 15 cm Penutup luka

8. Kapas 100, 250 Untuk membersihkan dan


menutup luka agar tidak mudah

49
terinfeksi

9. Pis pot Alat untuk membantu buang


BAB

10. Kertas puyer Kertas pembungkus obat


serbuk

11. Mortir dan Stamper Alat yg di gunakan untuk


menghaluskan obat

12. Oxican Oksigen dalam bentuk kaleng

13. Povidon iodin 30, 60 ml Cairan pencegah infeksi

14. Pot salp 5, 10, 15 ml Wadah salep/crem

50
15. Rivanol 100, 300 ml Cairan pembersih luka

16. Spuit 3,5,10,20 cc Alat yang di gunakan untuk


menyuntikan Cairan obat ke
organ

17. Leukoplast / Hansaplast rol Plester penutup luka

18. Urinal pria Tempat buang kencing laki


laki

19. Urinal wanita Tempat pipis perempuan

No. NamaAlkes KEGUNAAN GAMBAR


22. Stik gula, asam urat, Teststrip untuk mengukur
kolesterol kadar darah

23. Alat GCU Alat yang di gunakan untuk


mengetahui hasil kadar darah

24. Pipet obat Alat untuk mengambil obat


cairan

51
25. Urinbag Alat ntuk menampung urin

26. Jarum Insulin Untuk memasukan cairan


insulin dalam tubuh

27. Gelas Mata Alat yang di gunakan untuk


melimbang Mata dengan
cairan antiseptik

28. WWZ Menampung air panas

29. Maxiflow Alat yang di gunakan


untuk alat bantu pernafasan

30. Staturemeter Alat pengukur tinggi badan

31. Termometer Manual, Digital Alat untuk mengukur suhu


tubuh

32. Umbilical claim Alat menjepit tali pusar bayi

52
33. Jarum Hecting Alat medis untuk
menyatukan jaringan tubuh
setelah cedera atau operasi

34. Selang Nebulizer Alat untuk mengubah obat


dalm bentuk cairan menjadi
uap yang dihirup

35. Tensimeter Alat untuk mengukur tekanan


darah

36. Tensocrep Perban elastis untuk


perwatan keseleo,letih otot,
pelebaran pembuluh darah
balik

53
54

Anda mungkin juga menyukai