Revisi 14-07-2021 - Laporan PKL Dimas
Revisi 14-07-2021 - Laporan PKL Dimas
Revisi 14-07-2021 - Laporan PKL Dimas
DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI I
PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI DAN ALKES
Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080
1
BAB I
URAIAN KEGIATAN DI APOTEK PANDAK
2
Apotek Pandak memiliki tata ruang sebagai berikut :
D
C E
i j k
C B G
F
Keterangan :
A. Lemari Narkotika
B. Ruang Peracikan Resep
C. Lemari Obat
D. Gudang Stok Barang
E. Ruang Konsultasi
F. Loket Pelayanan Pasien
G. Toilet
H. Pintu Masuk
I. Lemari Obat Bebas
J. Lemari Obat Bebas Terbatas
K. Lemari Narkotika
3
1. Tahap pemilihan obat
1.2 SOP dan Metode Pengadaan Pembelian Sediaan Farmasi Dan Alkes
4
Farmasi (PBF) maupun rekanan. Pemilihan PBF yang sesuai yaitu dengan
pertimbangan :
a) Pelayanan yang baik dan kecepatan pengiriman
e) Harga barang
g) Lokasi PBF
h) Sumbangan/droping/hibah
i) E-Catalogue
5
pengadaan dikendalikan dengan prosedur tertulis dan rantai pasok
diidentifikasi serta didokumentasikan.
6
BAB II
PEMBAHASAN
Apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1027/MENKES/SK/IX/2004 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya
pekerjaan kefarmasian, penyaluran sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 9 Tahun 2017 tentang Apotek Pasal 1, yang dimaksud dengan apotek
adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian
oleh Apoteker.
7
Di Apotek Pandak perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obat-
obatan dan alat kesehatan dilakukan dengan melakukan pengumpulan data
obat-obatan yang akan dipesan. Data tersebut ditulis dalam buku defecta yaitu
jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang
tersedia.
8
Faktur asli selanjutnya dikembalikan sebagai bukti pembelian dan dua lembar
lainnya disimpan sebagai arsip apotek.
Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang diterapkan di
Apotek Pandak, diantaranya:
b. Berdasarkan Abjad
9
e. Berdasarkan Bentuk Sediaan
1). Suhu
2). Cahaya
3). Kelembapan
10
di gudang apotek, obat dan alat kesehatan apa saja yang stoknya mulai
menipis di etalase tetapi masih tersedia di gudang maka obat dan alat
kesehatan tersebut dikeluarkan kemudian di tata dalam etalase dengan
memperhatikan ketentuan penyimpanan barang. Apabila ketersediaan obat
maupun alat kesehatan di gudang apotek menipis maka dilakukan
pencatatan pada buku defecta agar Apoteker Pengelola Apotek (APA)
dapat melakukan pemesanan perbekalan farmasi pada distributor
perbekalan farmasi.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Pandak dapat
disimpulkan bahwa:
3.2 Saran
Saran pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di Apotek Pandak
untuk menyediakan obat-obat yang sering dikonsumsi pasien dengan stok yang
lebih banyak agar tidak terjadi kekosongan obat.
12
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengawasan obat dan Makanan. 2014. Menuju Swamedikasi yang Aman.
Majalah info POM, 15 (1): 1-12.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1121/MENKES/SK/XII/2008 tentang
Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk
Pelayanan Kesehatan Dasar.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang
Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
13
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI II
PELAYANAN RESEP
Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080
14
BAB I
URAIAN KEGIATAN
1.1 Pelayanan Resep Di Apotek
Resep obat adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter
hewan kepada apoteker untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi
penderita sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apotek wajib
melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan. Pelayanan resep sepenuhnya
atas tanggung jawab apoteker tulis dalam resep, apoteker wajib
berkonsultasi dengan dokter untuk apoteker. Dalam hal pasien tidak mampu
menebus obat yang dipilih sebagai obat alternatif.
15
Berikut ini adalah gambar Alur Pelayanan Resep di Apotek Pandak
Resep Datang
Skrining Resep
Periksa Ketersediaan
Kembalikan
Serahkan obat
+cara
16
Berikut ini adalah gambar Alur Pelayanan non Resep di Apotek Pandak
17
a. Kesesuaian farmasetik
18
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014
menyatakan bahwa, pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan
ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan
disertai pemberian informasi. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik
untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pengkajian/skrining resep,
pemeriksaan ketersediaan sampai dengan cek harga , penyiapan sediaan farmasi
dan perbekalan kesehatan ( dispensing) termasuk peracikan obat, penulisan etiket
dan copy resep, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada
setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian obat (medication error).
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi
Obat. Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep:
a. menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan Resep;
b. mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan keadaan fisik obat.
2. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi:
a. warna putih untuk obat dalam/oral;
b. warna biru untuk obat luar dan suntik;
c. menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspensi atau
emulsi.
4. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan menghindari penggunaan yang salah.
19
a. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah bat (kesesuaian antara penulisan etiket dengan resep)
b. Memanggil nama pasien
c. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
d. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat.
e. Memberikan informasi cara penggunaan obat dan hal-hal lain yang terkait
dengan obat tersebut, antara lain manfaat obat, makanan dan minuman yang
harus dihindari, kemungkinan efek samping, cara penyimpanan obat.
f. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan
g. Memastikan bahwa yang menerima obat adalah pasien atau keluarganya.
h. Membuat salinan resep sesuai dengan resep asli dan diparaf oleh apoteker
(apabila diperlukan).
i. Menyimpan resep pada tempatnya.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Pandak
dapat disimpulkan bahwa:
1. Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter
hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat
kesehatan bagi pasien
2. Pelayanan resep dimulai dari penerimaan resep, pengkajian/skrining resep,
pemeriksaan ketersediaan sampai dengan cek harga , penyiapan sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan ( dispensing) termasuk peracikan obat,
penulisan etiket dan copy resep, pemeriksaan, penyerahan disertai
pemberian informasi
3.2 Saran
1. Untuk lebih meningkatkan hubungan kerjasama antar sesama
2. Pada saat penyerahan obat lebih di tekankan pada pemberian konseling
atau pharmaceutical care kepada pasien.
21
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Permenkes RI Nomor 35 Tahun
2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 Tahun
2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta
Permenkes, R. I. (2017). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 9
Tahun 2017 tentang Apotek. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 Tentang Apotik, 1–36.
22
DI APOTEK PANDAK
KOMPETENSI III
SWAMEDIKASI
Oleh :
Dimas Dwi Ananda
F320175080
BAB I
23
URAIAN KEGIATAN
24
dimana saja bisa diperoleh dibandingkan dengan harus mengantri lama di
Rumah Sakit maupun klinik.
d. Faktor kesehatan lingkungan
Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang
benar sekaligus lingkungan perumahan yang sehat, maka semakin
meningkatnya kemampuan masyarakat untuk menjaga kesehatannya.
e. Ketersediaan produk baru
Semakin meningkatnya produk baru yang sesuai dengan pengobatan
sendiri dan terdapat pula produk lama yang keberadaannya juga sudah
cukup populer dan semenjak lama sudah memiliki indeks keamanan yang
baik. Hal tersebut langsung membuat pilihan produk obat untuk pengobatan
sendiri semakin banyak tersedia (World Self-Medication Industry. 2012)
BAB II
PEMBAHASAN
25
2.1 Swamedikasi
26
dengan nama metode WWHAM (What, What Symptoms, How Long, Action,
Medicine) ini berisi 5 pertanyaan penuntun yang sistematis untuk menggali
informasi dari pasien apotek yang meminta obat tanpa resep.
No Prosedur Tetap
1 Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan
swamedikasi
Menggali informasi dari pasien meliputi: a) Tempat timbulnya gejala penyakit
2
b) Seperti apa rasanya gejala penyakit
c) Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
d) Sudah berapa lama gejala dirasakan
e) Ada tidaknya gejala penyerta
27
Setelah menggali informasi, poin selanjutnya apoteker atau asisten apoteker
memilihkan obat yang rasional (tepat diagnosis, tepat pasien, tepat dosis, tepat
indikasi) dan disesuaikan dengan DOWA serta Pedoman Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Apabila sudah menentukan obat, selanjutnya apoteker atau asisten
apoteker memberikan informasi berkaitan dengan obat (dosis, cara pemakaian,
cara pakai, dan sebagainya). Poin terakhir yang dilakukan adalah mencatat/
mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi.
2.3 Penggolongan Obat
Berdasarkan peraturan menteri kesehatan RI nomor
917/Menkes/Per/X/1999 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI nomor
949/Menkes/Per/2000, penggolongan obat berdasarkan keamanannya terdiri dari:
obat bebas, bebas terbatas, wajib apotek, keras, psikotropik, dan narkotik. Tetapi
obat yang diperbolehkan dalam swamedikasi hanyalah golongan obat bebas dan
bebas terbatas, dan wajib apotek.
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa
resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika, obat keras,
ataupun obat bebas terbatas dan sudah terdaftar di DepKes RI. Contoh: Minyak
kayu putih, obat batuk hitam, obat batuk putih, tablet parsetamol, tablet vitamin
C, B Kompleks, vitamin E dan lain-lain. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Tanda
khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat warna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam
28
obat yang pada penjualannya disertai dengan peringatan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No.2380/A/SK/VI/1983 tanda khusus untuk
obat bebas terbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna
hitam.
c. Jamu
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediaannya masih berupa
simplisia sederhana, seperti irisan rimpang, daun atau akar kering. Khasiat dan
keamanannya terbukti setelah secara empiris berdasarkan pengalaman turun
temurun. Dipasaran banyak beredar produksi jamu seperti Tolak Angin (PT.
Sido Muncul).
29
Indonesia), Kiranti (PT. Ultra Prima Abadi), Psidii (PJ. Tradimun),
Diabmencer (PT. Nyonya Mencer) dan lain-lain.
30
Gambar 2.6 logo obat keras
Alur pelayanan swamedikasi di Apotek Pandak
31
informer). Obat-obat yang termasuk dalam golongan obat bebas dan bebas
terbatas relatif aman digunakan untuk pengobatan sendiri.
Apotek Pandak melaksanakan swamedikasi terhadap pelayanannya di
apotek sesuai dengan metode WWHAM (What, What Symptoms, How Long,
Action, Medicine) untuk menggali informasi dari pasien apotek yang meminta
obat tanpa resep. Setelah menggali informasi, poin selanjutnya apoteker atau
asisten apoteker memilihkan obat yang rasional (tepat diagnosis, tepat pasien,
tepat dosis, tepat indikasi) dan disesuaikan dengan DOWA serta Pedoman Obat
Bebas dan Bebas Terbatas.
3.2 Saran
Pada pelayanan swamedikasi di Apotek Pandak sebaiknya juga perlu
dilakukan monitoring dari Apoteker dan Asisten Apoteker terhadap pengobatan
pasien agar tercapai target yang diinginkan yaitu keadaan semakin membaik
dan sembuh.
32
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1999. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor: 1176/ MENKES/ SK/ X/
1999. Jakarta: Depkes.
Depkes RI. 2006. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian di Sarana
Kesehatan, Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2000. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 949/Menkes/Per/VI/2000 Tentang Penggolongan
Obat. Jakarta: Kementerian kesehatan Republik Indonesia.
Tan, T, H & Rahardja, K., 2010, Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-
hari, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta.
World Self-Medication Industry. 2012. Responsible self-care and self-medication:
a worldwide review of consumer surveys. Ferney-Voltare: WSMI 16 p.
Zeenot, Stephen. 2013. Pengelolaan dan penggunaan Obat Wajib Apotek.
Yogyakarta: D-Medika.
33
LOG BOOK KEGIATAN
NIM : F320175080
TANGGAL LAPANGAN
34
datang
Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
35
6. Sabtu, 29 Mei Mempelajari cara melakukan
order
2021 Membantu pelayanan apotek
Meencatat faktur dibuku
Penerimaan barang dan alkes
datang
Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
7. Mnggu , 30 Mei -
LIBUR
2021
36
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
37
2021
38
Mencatat faktur di buku
Membantu pelayanan
kefarmasian
19. Jum’at, 11 Juni Mengisi stok pelayanan
dan mengambil di gudang
2021 Mencatat barang habis
Membantu pelayanan
Mencatat faktur di buku
Membantu pelayanan
kefarmasian
20. Sabtu, 12 Juni Mempelajari cara melakukan
order
2021 Pencatatan faktur di buku
Membantu pelayanan apotek
Penerimaan barang dan alkes
datang
Pengecekan barang datang
meliputi no. batch, ED, jumlah
barang yang datang
Menyimpan barang datang
digudang berdasrkan
penggolongn serta
menggunakan sistem FIFO dan
FEFO
2021
39
Lampiran Ruangan Apotek Pandak
Ruang Apotek
40
Ruang Pelayanan Pasien
41
Ruang Penyimpanan / Gudang Stok Barang
42
Ruang Peracikan Resep
43
37
Lampiran Resep
37
38
GOLONGAN OBAT: (KERAS)
Dosis
No. Nama Obat Isi Mekanisme Kerja Bentuk
sediaan
sediaan
39
AC senyawa kimia yg
menyebabkan
peradangan
dan rasa nyeri
11. KALTR KETOPROFEN 100 mg Menghalangi enzim Suppo
OFEN siklooksigenase (COX) :
SUPPO Enzim yg bertugas
memproduksi
prostaglandin
40
GOLONGAN OBAT: (KERAS)
Dosi
No. Nama Obat Isi MekanismeK erja Bentuk
sediaan
sediaan
1. WIROZ PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Kapsul
memproduki
prostaglandi
2. PIROCAM PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Kapsul
memproduks
prostaglandi
3. FAXIDANT PIROXICAM 20 mg Menghambat emzim yg Tablet
memproduks
prostaglandi
4. FLAMAR NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
6. RENADINAK NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
7. VOLTADEX NA 50 mg Menghambat kerja enzim Tablet
DIKLOFENAK siklooksigenase
8. CATAFLAM KA 50 mg Menghambat kerja enzim Table
DIKLOFENAK siklooksigenase selapu
9. HUFAXICAM MELOXICAM 15 mg Menghambat biosintesis Tablet
prostaglandin mediator
Peradangan melalui
siklooksigenase (COX-2)
41
Dosis
No. NamaOba t Isi Mekanisme Bentuk
sediaan
Kerja sediaan
1. AMOXAN AMOXICILIN 125 mg Menghambat cross Sirup
linkage rantai polimer kering
Peptidoglikan linear
bakteri gram positif-
negatif
2. YUSIMOX AMOXICILIN 125 mg Menghambat cross Sirup
linkage rantai polimer kering
Peptidoglikan linear
bakteri gram
positif- negatif
3. BAGUINOR 3 mg Menghambat enzim Tetes
0,3% CIPROFLOXAXIN DNA girase dalam mata
EYE Pembelahan sel
DROP bakteri
4. DIONICOL TIAMPENICOL 125 mg Menghambat enzim Sirup
DNA girase dalam kering
Pembelahan sel
bakteri
5. LOSTACEF CEFADROXIL 125 mg Menghambat enzim Sirup
DNA girase dalam kering
Pembelahan sel
bakteri
6. CEFIXIM CEFIXIM 100 mg Menghentikan Sirup
pertumbuhan kering
bakteri dengan
Mengganggu
pembangunan diding
sel bakteri
9. HELIXIM CEFIXIM 100 mg Menghentikan Sirup
pertumbuhan kering
bakteri dengan
Mengganggu
pembangunan diding
sel bakteri
10. DIONICHOL CLORAMPENICO L 125 mg Memotong elongasi Sirup
rantai peptida dan
memblok
Site A pada ribosom
42
GOLONGAN OBAT: (BEBAS TERBATAS/PREKURSOR)
Dosis
No. NamaObat Isi Mekanisme Bentuk
sediaan
Kerja sediaan
1. LAPIFED TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI N pembuluh darah
HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
2. LAPIFED TRIPROLIDINE 1.25 mg Menghambat zat SIRUP
EXPECTORANT HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
3. CROFED TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI N pembuluh darah
HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
4. NALGESTAN 15 mg Menghambat zat TABLET
PENILPROPANO 2 mg histamin dlm tubuh
LAMIN Mengecilkan
CTM pembuluh darah
untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
5. TRIMENSA TRIPROLIDINE 2.5 mg Menghambat zat TABLET
HCL 60 mg histamin dlm tubuh
PSEUDOEFEDRI N Mengecilkan
HCL pembuluh darah
untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
43
6. TRIMENSA SY TRIPROLIDINE 1.5 mg Menghambat zat SIRUP
HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan dan
penyumbatan
7. ACTIFED SY TRIPROLIDINE 1.5 mg Menghambat zat SIRUP
HCL 15 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFEDRI pembuluh darah
N HCL untuk
mengurangi
Pembengkakan
dan penyumbatan
8. RHINOS SR TRIPROLIDIN 2.5 mg Menghambat zat KAPSUL
E HCL 60 mg histamin dlm tubuh
Mengecilkan
PSEUDOEFED pembuluh darah
RI N HCL untuk mengurangi
Pembengkakan
dan penyumbatan
Dosis
No. Nama Obat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. ERLAMOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi TABLET
zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
2. SANMOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi TABLET
zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
3. DAPYRIN PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan
44
yaitu prostaglandin
4. FASIDOL PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
5. NOVAGESI PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
C zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
6. GRAFADO PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
N zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
7. DUMIN PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
8. HUFAGESI PARACETAMOL 500 mg Mengurangi produksi KAPLET
C zat penyebab peradangan
yaitu prostaglandin
9. FASIDOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
10. NUFADOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
11. SANMOL PARACETAMOL 125 mg Mengurangi produksi SIRUP
SY zat
penyebab
peradangan
yaitu
prostaglandin
45
GOLONGAN OBAT: (KERAS )
KLASIFIKASI TERAPI: (ANTIEMETIK)
Dosis
No. NamaObat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. DRAMAMIN 50 mg Menghambat produksi TABLET
DIMENTHIDRIN dan kerja histamin yang
ATE Di produksi tubuh, sbg
stimulasi saraf otak dan
Telinga yg
menyebabkan mual
dan pusing
2. NORVOM 10mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
3. PRIMPERAN 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
4. ONDANSETRON ONDANSENTRON 4 mg Menghambat ikatan TABLET
seritonin pd reseptor
5HT3
Hgd tidak terjadi mual
dan muntah
5. VESPERUM DONPERIDOM 10 mg Mempercepat gerakan TABLET
saluran pencernaan shg
Makanan di dlm lambung
cepat menuju usus
6. OMEDRINAT DIMENHIDRINAT 50 mg Menghambat produksi TABLET
dan kerja histamin yang
Di produksi tubuh, sbg
stimulasi saraf otak dan
Telinga yg menyebabkan
mual dan pusing
7. VOSEA 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
8. VERTIVOM 10 mg Mempercapat TABLET
METOCLOPRA pengosongan lambung
MIDE shg mengu
rangi rasa mual dan
muntah
45
9. OBAT: (KERAS )
GOLONGAN PYRATHIAZINE 40 mg Menghambat reflek TABLET
\PIRIDOXIN muntah pd chemoreseptor
MEDIAMER B6 Trigger zone pd sistem
37.5 mg
saraf pusat
10. VOMETA DOMPERIDOM 10 mg Mempercepat gerakan TABLET
saluran pencernaan shg
Makanan di dlm lambung
cepat menuju usus
46
KLASIFIKASI TERAPI: (ANTI HISTAMIN)
Dosis
No. NamaObat Isi MekanismeKerja Bentuk
sediaan
sediaan
1. DEXTAMIN DEXAMETASON 0.5 mg Mencegah aktivasi KAPLET
CTM 2 mg pelepasan zat”
dalam tubuh
yang dapat
menyebabkan
peradangan
2. DEXTAMIN SY DEXAMETASON 0.5 mg Mencegah aktivasi SIRUP
CTM 2 mg pelepasan zat”
dalam tubuh
yang dapat
menyebabkan
peradangan
3. CELESTAMIN BETAMETASON 0.25 mg 2 Memekan reaksi TABLET
CTM sistem kekebalan
tubuh dan me
nghambat kerja
histamin dalam
tubuh
4. CELESTAMIN BETAMETASON 0.25 mg 2 Memekan reaksi SIRUP
SY sistem kekebalan
CTM tubuh dan me
nghambat kerja
histamin dalam tubuh
5. INCIDAL CETIRIZIN 10 mg Memblokir KAPSUL
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
6. LERZIN CETIRIZIN 10 mg Memblokir KAPSUL
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
7. LERZIN SY CETIRIZIN 5 mg Memblokir SIRUP
zat histamin
yang
menyebabkan
alergi pada tubuh
8. DEXAMETASON 0.5 mg Menstabilkan KAPLET
LICODEXON membran lisosom
leukosit shg
pelepasan hidrolase
47
asam yg merusak
leukosit
dapat di cegah
9. ALERON CTM 4 mg Menghambat zat KAPLET
histamin dlm tubuh
selama
reaksi alergi
48
GOLONGAN OBAT:
Dosis Bentuk
No. NamaObat Isi MekanismeKerja
sediaan
sediaan
2 mg Menghambat pelepasan TABLET
1. IMODIUM LOPERAMID asetilkolin dan prostag
(KERAS) Landin yg berakibat
berkurangnya peristaltik
Propulsif waktu transit
usus
2. INAMID LOPERAMID 2 mg Menghambat TABLET
(KERAS) pelepasan asetilkolin
dan prostag Landin yg
berakibat
berkurangnya
peristaltik
Propulsif waktu transit usus
3. MOLAGIT ATTAPULGIT 600 Memperlambat gerakan usus TABLET
(BEBAS) besar, utuk menyer
PECTIN 50 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
4. NEO PRODIAR FURAZOLIDO 50 Mencegah penyebaran SIRUP
(KERAS) NE infeksi bakteri
5. GUANIST KAOTIN 986 Memperlambat gerakan usus SIRUP
REP PECTIN besar, utuk menyer
(BEBAS) 40 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
6. KAOTIN KAOTIN 985 Memperlambat gerakan usus SIRUP
(BEBAS) PECTIN besar, utuk menyer
22 ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
7. HUFAFURAL NIFUROXAZI 250 Mencegah penyebaran SIRUP
(KERAS) DE infeksi bakteri
8. NEW DIATAB ATTAPULGIT 600 Memperlambat gerakan usus TABLET
(BEBAS) besar, utuk menyer
ap lebih byk air dan tinja
akn lebih padat
47
GOLONGAN OBAT: ( KERAS)
Dosis Bentuk
No. NamaObat Isi MekanismeKerja
sediaan
sediaan
1. 5 mg Meningkatkan
RENABETIC GLIBENCLAMIDE kalsium TABLET
intraseluler dlm sel
beta pankreas untk
menstimulasi produksi
insulin
2. GLUCOVANC METFORMIN 500 mg Meningkatkan
E produksi insulin stlh KAPLET
GLIBENCLAMIDE 2.5 mg makan dan
Mengurangi produksi
gula oleh hati
3. GLUCOPAGE METFORMIN 500 mg Meningkatkan
produksi insulin stlh TABLET
makan dan
Mengurangi produksi
gula oleh hati
4. AMADIAB GLIMEPIRIDE 1.2.3.4 mg Mendorong
pelepasan insulin yg KAPLET
di hasilkan oleh
tubuh dalam
merespon insulin
dlm tubuh
5. GLUDEPATIK GLIBENCLAMIDE 5 mg Meningkatkan
kalsium intraseluler TABLET
dlm sel beta pankreas
untk menstimulasi
produksi
insulin
6. GLUCODEK GLICAZIDE Meningkatkan
kadar insulin yg di TABLET
lepaskan oleh
pankreas shg kdr gula
mudah di pecah
48
DAFTAR ALAT/ PERBEKALAN KESEHATAN
49
terinfeksi
50
15. Rivanol 100, 300 ml Cairan pembersih luka
51
25. Urinbag Alat ntuk menampung urin
52
33. Jarum Hecting Alat medis untuk
menyatukan jaringan tubuh
setelah cedera atau operasi
53
54