Adhi Nur Satrio Alim - 162310101281 - Laporan Pendahuluan OSTEOSARCOMA
Adhi Nur Satrio Alim - 162310101281 - Laporan Pendahuluan OSTEOSARCOMA
Adhi Nur Satrio Alim - 162310101281 - Laporan Pendahuluan OSTEOSARCOMA
Oleh:
NIM 162310101281
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB 1
KONSEP PENYAKIT
1.2 Definisi
Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai
kemampuan untuk membentuk osteoid atau tulang yang imatur.
1.3 Epidemiologi
Pedileksi tersering pada: daerah lutut yaitu distal femur, proksimal tibia, dan
proksimal humerus, osteosarcoma muncul terutama pada daerah metafisis tulang
panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat meskipun tidak menutup
kemungkinan dapat terjadi pada semua tulang.
1.4 Etiologi
1. Trauma
3. Karsinogenik kimia
4. Virus
5. Keturunan (genetik)
1.5 Klasifikasi
1. Osteosarcoma klasik
Osteosarcoma klasik merupakan tipe yang paling sering dijumpai. Tipe ini
disebut juga osteosarcoma intramedular derajat tinggi (High-Grade Intramedullary
Osteosarkoma). Tipe ini sering terdapat di daerah lutut pada anak-anak dan
dewasa muda. Terbanyak pada distalfemur. Sangat jarang ditemukan pada tulang
kecil di kaki maupun ditangan, begitu juga pada kolumna vertebralis. Apabila
terdapat pada kaki biasanya mengenai tulang besar pada kaki bagian belakang
(hindfoot), yaitu pada tulang talus dan calcaneus dengan prognosis yang lebih
jelek (Errol, 2005).
Pada plain radiografi kelihatan gambaran lesi yang radio lusen dengan
sedikit klasifikasi atau pembentukan tulang. Dengan gambaran seperti ini
dikelirukan dengan lesi benigna pada tulang seperti aneurysmal bone cyst. Terjadi
pada umur yang sama dengan klasik osteosarcoma. Tumor ini mempunyai derajat
keganasan yang sangat tinggi dan sangat agresif. Diagnosis dengan biopsy sangat
sulit oleh karena tumor memiliki sedikit jaringan yang padat, dan sangat vaskuler.
Pengobatannya sama dengan osteosarcoma klasik.sifatnya sangat responsive
terhadap kemoterapi adjuvant.
3. Parosteal osteosarcoma
4. Periosteal osteosarcoma
5. Osteosarcoma sekunder
Osteosarcoma dapat terjadi dari lesi jinak pada tulang, yang mengalami
mutasi sekunder dan biasanya terjadi pada umur lebih tua. dapat berasal dari
Piaget’s disease osteoblastoma, fibrosis dysplasia, dan benigngiant cell tumor.
Contoh klasik dari osteosarcoma sekunder adalah yang berasal dari Piaget’s
disease yang disebut pagetic osteosarcoma (Bielack, 2009).
Prognosis dari pagetic osteosarcoma sangat jelek dengan five years survival
rate rata-rata hanya 8%. Oleh karena terjadi pada orang tua, maka pengobatan
dengan kemoterapi tidak merupakan pilihan karena toleransinya yang rendah
(Ottaviani, 2009).
Tipe ini sangat jarang dan merupakan variasi osteofibrous derajat rendah
yang terletak intrameduler. Secara mikroskopik gambarannya mirip dengan
parosteal osteosarcoma. Lokasinya pada daerah metafise tulang dan terbanyak
pada daerah lutut. Penderita biasnya mempunyai umur yang lebih tua yaitu antara
15-65 tahun, mengenai laki-laki dan wanita hampir sama. Pada pemeriksaan
radiografi, tampak gambaran sklerotik pada daerah intrameduler metafise tulang
panjang. Seperti pada parosteal osteosarcoma, osteosarcoma tipe ini mempunyai
prognosis yang baik dengan hanya melakukan local eksisi saja.
Stadium
System stadium tumor tulang yang digunakan adalah system yang
dikembangkan oleh Musculoskeletal Tumor Society (Enneking) dan system
TNM (AJCC-UICC). Yang dianut saat ini adalah system Ennekinh. System
yang dikembangkan oleh Enneking et al, adalah membagi stadium tumor
berdasarkan tingkat (grade=G), letak tumor (T) dan adanya metastasis (M).
tingkat terdiri dari jinak (G0), ganas tingkat rendah (G1) dan ganas tingkat
tinggi (G2). Letak tumor menilai terhadap adanya tumor dalam
kompartemen atau diluar kompartemen tulang, yaitu bila tumor hanya
berada dalam kompartemen maka dimasukkan dalam klasifikasi
intrakompartemen (T1), sedangkan bila tumor telah melewati tulang dan
meluas ke jaringan lunak sekitarnya diklasifikasikan sebgai
ekstrakompartemen (T2). Metastasis dibagi menjadi dua keadaan yaitu tanpa
metastasis (M0) dan dengan metastasis (M1). Jika tampak adanya metastasis
limfonodi maka staging menjadi metastasis jauh. System Enneking ini
menggabungkan gambaran histologis, radiologis (system tingkat Lodwick)
dan temuan klinis.
Staging system ini sangat berguna dalam perencanaan strategi, perencanaan
pengobatan dan memperkirakan prognosis dari osteosarcoma tersebut
(Enneking, 2003).
1.6 Patofisiologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak di invasi oleh sel
tumor. Timbul reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses
destruksi atau penghancuran tulang dan respon osteoblastik atau proses
pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal. Pada proses osteoblastik,
karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang yang baru
dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan yang abortif.
Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang panjang dan biasa ditemukan
pada ujung bawah femur, ujung atas humerus dan ujung atas tibia. Secara
histologic, tumor terdiri dari massa sel-sel kumparan atau bulat yang
berdifferensiasi jelek dan sering dengan elemen jaringan lunak seperti jaringan
fibrosa atau miksomatosa atau kartilaginosa yang berselang seling dengan ruangan
darah sinusoid. Sementara tumor ini memecah melalui dinding periosteum dan
menyebar ke jaringan lunak sekitarnya; garis epifisis membentuk terhadap
gambarannya di dalam tulang.
Periosteum tulang yang baru dapat tertimbun dekat tempat lesi, dan pada
hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya suatu bangunan yang
berbentuk segitiga. Walaupun gambaran ini juga dapat terlihat pada berbagai
bentuk keganasan tulang yang lain, tetapi bersifat khas untuk osteosarcoma; tumor
itu sendiri dapat menghasilkan suatu pertumbuhan tulang yang bersifat abortif.
Gambaran seperti ini pada radiogram akan terlihat sebagai suatu “sunburst”
(pancaran sinar matahari).
a. Lokasi lesi yang lebih akurat, apakah pada daerah epifisis, metafisis,
diafisis, atau pada organ-organ tertentu.
b. Apakah tumor bersifat soliter atau multiple.
c. Jenis tulang yang terkena
d. Dapat memberikan gambran sifat tumor, yaitu:
1) Batas, apakah berbatas tegas atau tidak, mengandung klasifikasi
atau tidak.
2) Sifat tumor, apakah bersifat uniform atau bervariasi, apakah
memberikan reaksi pada periosteum, apakah berbentuk jaringan
lunak di sekitarnya terinfiltrasi.
3) Sifat lesi, apakah berbentuk kistik atau seperti gelembung sabun.
a. Pemindaian radionuklida
Pemeriksaan ini biasanya dipergunakan pada lesi yang kecil seperti
osteoma.
b. CT-scan
Pemeriksaan Ct-scan dapat memberikan informasi tentang
keberadaan tumor, apakah intraoseus atau ekstraoseus.
c. MRI
MRI dapat memberikan informasi tentang apakah tumor berada
dalam tulang, apakah tumor berekspansi ke dalam sendi atau ke
jaringan lunak.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan laju endap darah,
hemoglobin, fosfate alkali serum, elektroforesis protein serum,
fosfatase asam serum yang memberikan nilai diagnostic pada tumor
ganas tulang.
b. Urine
Pemeriksaan urine yang penting adalah pemeriksaan protein Bence-
Jones.
3. Biopsi
1.10 Penatalaksanaan
c. Radiasi
Efek lanjut dari radiasi dosis tinggi adalah timbulnya fibrosis.
Apabila fibrosis ini timbul di sekitar pleksus saraf maka bisa timbul
nyeri di daerah yang dipersyarafinya. Nyeri disini sering disertai
parestesia. Kadang-kadang akibat fibrosis ini terjadi pula limfedema
di daerah distal dari proses fibrosis tersebut. Misalnya fibrosis dari
pleksus lumbosacral akan menghasilkan nyeri disertai perubahan
motoric dan sensorik serta limfedema di kedua tungkai.
d. Analgesik atau transquiser
Analgesik non narkotik, sedative, psikoterapi serta bila perlu
narkotika.
e. Diet tinggi protein tinggi kalori.
2. Tindakan Keperawatan
a. Manejemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas
dalam, visualisasi dan bimbingan imajinasi) dan farmakologi
(pemberian analgesik).
b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka,
dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk
berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.
c. Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi
yang adekuat. Antiemetic dan teknik relaksasi dapat mengurangi
reaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan
sesuai dengan indikasi dokter.
d. Pendidikan kesehatan
Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang
kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik
perawatan luka dirumah
1.11 Pathway
2.1 Pengkajian
Data pasien yang harus dikaji mencakup beberapa hal, yaitu:
1. Identitas Pasien
Merupakan biodata klien yang meliputi: nama, umur, jenis kelamin,
agama, suku bangsa/ ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan,
penghasilan dan alamat.
2. Riwayat Penyakit Terdahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/
penyakit tertentu yang memungkinkan berpengaruh pada kesehatan
sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan penggunaan obat-
obatan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena, klien
mengatakan susah untuk beraktifitas/ keterbatasan gerak,
mengungkapkan kecemasan akan keadaannya.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/ gangguan tertentu yang berhubungan secara
langsung dengan gangguan hormonal seperti gangguan pertumbuhan dan
perkembangan.
5. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual yang mungkin terganggu
a. Bernapas
Gejala: napas pendek, dyspnea nocturnal paroksismal, batuk dengan
atau tanpa sputum
Tanda: Takipnea, dyspnea, pernapasan kusmaul, batuk produktif.
b. Makan dan Minum
Gejala: kebiasaan diet buruk (misalnya: rendah serat, tinggi lemak,
aditif, dan bahan pengawet), anoreksia, mual/ muntah, intoleransi
makanan.
Tanda: perubahan berat badan (BB), penurunan BB hebat, kaheksia,
berkurangnya massa otot, perubahan pada kelembapan/ turgor kulit,
edema.
c. Eliminasi
Gejala: perubahan pola defekasi, misalnya: darah pada fese, nyeri
saat defekasi. Perubahan eliminasi urinearius misalnya: nyeri atau
rasa terbakar pada saat berkemih, hematuria, sering berkemih.
Tanda: perubahan bising usus, distensi abdomen.
d. Aktivitas
Gejala: kelemahan, malaise.
Tanda: kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak,
pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen, tingkat stress
tinggi.
e. Istirahat Tidur
Gejala: perubahan pada pola tidur dan waktu tidur pada malam hari.
Tanda: nyeri, ansietas, dan berkeringat malam.
f. Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh pasien biasanya meningkat pada saat infeksi.
g. Kebersihan/ Hygiene
Pasien tidak dapat melakukan personal hygiene secara mandiri akibat
kelemahan yang dialami.
h. Nyaman
Gejala: nyeri tekan/ nyeri local pada sisi yang sakit, mungkin hebat
atau dangkal.
Tanda: perilaku hati-hati (distraksi), gelisah, jalan pincang.
i. Keamanan
Gejala: berulangnya infeksi. Pemajanan pada kimia toksik,
karsinogen, pemajanan matahari lama/ berlebihan.
Tanda: fraktur tulang, klasifikasi metastasik, keterbatasan gerak
sendi, ruam kulit, ulserasi.
j. Komunikasi dan Sosialisasi
Gejala: kesulitan menjalankan fungsi peran dalam keluarga
k. Belajar
Kebanyakan pasien tidak mengetahui penyakit yang dialaminya serta
apa pemicu munculnya stroke tersebut.
l. Rekreasi
Pasien tidak dapat bangun dari tempat tidur atau pun keluar rumah
karena mengalami kelemahan dan mengikuti prosedur pengobatan.
m. Prestasi
n. Spiritual
2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologik atau inflamasi.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya tumor.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dann
kerusakan musculoskeletal.
4. Keletihan berhubungan dengan ansietas
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan
jaringan.
6. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan hipermetabolik.
7. Resiko kerusakan integrritas kulit berhubungan dengan efek radiasi.
2.3 Intervensi Keperawatan
1.4 Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun. Selama implementasi perhatikan respon
klien dan dokumentasikan.
1.4 Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah NOC yang telah kita rencanakan telah tercapai atau tidak. Evaluasi
dilakukan dengan SOAP.
\
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Perempuan usia 17 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan benjolan pada
lutut kiri. Benjolan dirasakan sejak 7 bulan yang lalu, awalnya benjolan seperti
telur puyuh kemudian makin lama makin membesar. Benjolan terasa nyeri yang
dirasakan terus menerus, ketika nyeri pasien hanya bisa menggosok-gosok. Sejak
2 bulan ini pasien mengeluh tidak bisa berjalan dan menghabiskan waktu ditempat
tidur. Pemeriksaan TTV N: 116x/mnt, TD 90/50 mmHg, RR 20x/mnt, t 36,5°C.
pada cruris sinistra terdapat massa. Pemeriksaan Lab. Hb 5,8 g/dl, RBC
2,68x106/uL, HCT 19,8%, BC 10,26x103/uL, PLT 257x103/uL. Diagnosa medis
Osteosarcoma proximal tibia fibula sinistra. Pasien di indikasikan operasi
amputasi lutut atas.
1.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama : Ny. P
Usia : 17 tahun
2. Keluhan Utama : benjolan pada lutut kiri
3. Riwayat Penyakit Dahulu : Benjolan sudah dirasakan sejak 7 bulan
yang lalu. Awalnya benjolan seperti telur puyuh kemudian makin lama
makin membesar. Benjolan terasa nyeri yang dirasakan terus menerus,
ketika nyeri hanya bisa menggosok-gosok. Sejak 2 bulan ini pasien
mengeluh tidak bisa berjalan dan hanya menghabiskan waktu di tempat
tidur.
4. Pemeriksaan Fisik
a. TTV:
dirasakan terus
menerus, ketika
nyeri hanya bisa
menggosok-
gosok
DS: Nyeri Hambatan Mobilitas
ϗ
Sejak 2 bulan ini Fisik
pasien mengeluh Ns. A
No DIAGNOSA
.
1. Nyeri kronis b.d Agens pencedera d.d Benjolan terasa nyeri yang
dirasakan terus menerus, ketika nyeri hanya bisa menggosok-gosok
2. Hambatan Mobilitas Fisik b.d nyeri d.d Sejak 2 bulan ini pasien
mengeluh tidak bisa berjalan dan hanya menghabiskan waktu di
tempat tidur.
3. Resiko kerusakan integritas jaringan d.d Sejak 2 bulan ini pasien
mengeluh tidak bisa berjalan dan hanya menghabiskan waktu di
tempat tidur.
Discharge Planning
1. Segera cari perawatan jika: jika ada darah dalam urin, jika mengalami
kejang, jika tidak merasakan apa apa di daerah osteosarcoma, jika tidak
bisa menggerakan anggota tubuh yang memiliki tumor
2. Minum obat sesuai anjuran
3. Melakukan kemoterapi
4. Minum air putih yang banyak
5. Makan makanan yang sehat seperti: buah – buahan, sayuran, roti gandum,
produk susu rendah lemak, kacang –kacangan, daging tanpa lemak, dan
ikan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Dokumentasi Asuhan Keperawatan Edisi 8. Jakarta:
EGC.