LP Cva Beedling
LP Cva Beedling
LP Cva Beedling
Disusun oleh :
NIM : 1920051
C, ETIOLOGI
Etiologi CVA Bledding
Stroke Hemoragik biasanya disebabkan oleh hipertensi, pecahnya aneurisma
(dilatasi dinding arteri yang disebabkan kelainan kogenital atau perkembangan
yang lemah ada dinding pembuluh darah tersebut) atau malformasi arteriovenosa
(hubungan yang abnormal dimana masa arteri dan vena bergelun-gelung dan
tidak dapat menyalurkan oksigen ke otak karena tidak memiliki kapiler).
Hemoragik dalam otak secara signifikan meningkatkan tekanan intracranial yang
memperburuk cedera yang di hasilkan.
D. PATOFISIOLOGI
Stroke disebabkan penurunan suplai darah ke otak yang disebabkan oleh keceakaan,
hipertensi, karena pada intinya stroke hemoragik disebabkan oleh pembuluh darah yang
pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid yang
menimbulkan perubahan komponen intra kranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi
otak sehingga timbul kematian. Disamping itu, darah yang mengalir ke subtansi otak
atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak atau
penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada,
sehingga terjadi nekrosis jaringan otak. Kematian sel-sel otak berpengaruh terhadap
penurunan fungsi dan kinerja otak, otak memiliki dua fungsi yaitu sensorik dan motorik,
akibat awal dari stroke adalah hemiparesis kontralateral (kelumpuhan separuh anggota
ekstremitas atas dan bawah yang bersilangan dengan hemisfer yang terkena). Akibat
yang muncul pertama kali dari hemiparesis kontralateral adalah gangguan mobilitas
fisik atau ketidakmampuan melakukan aktifitas sehari-hari.
2 Nyeri kepala yang sedang sampai berat, kaku kuduk dan tidak ada defisit neurologis
kecuali pada saraf kranial
Penderita Stroke
Tidak
Tidak
Tidak
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (+) Ya Stroke Hemoragik
Reflek Babinski (-)
Tidak
Penurunan kesadaran (+)
Nyeri kepala (-) Ya Stroke non Hemoragik
Reflek Babinski (+)
Tidak
Penurunan kesadaran (-)
Nyeri kepala (-) Ya Stroke non Hemoragik
Reflek Babinski (-)
G. KOMPLIKASI CVA BLEEDING
- Ruptur berulang
- Hidrosefalus
- Vasospasme
- Hiponatremia (cerebral salt-wasting syndrome)
- Bangkitan (seizure)
- Perluasan perdarahan ke intraparenkim
a. Pemeriksaan Awal
- Pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui adanya anemia
(penyakit sickle cell) atau leukositosis (setelah terjadinya bangkitan
atau infeksi sistemik)
- Pemeriksaan koagulasi untuk menentukan riwayat koagulopati sebelumnya
- Ureum dan elektrolit untuk menentukan hiponatremi akibat salt
wasting (bukan karena SIADH)
- Glukosa serum untuk menentukan hipoglikemi
- Rontgen toraks untuk melihat edema pulmonal atau aspirasi
- EKG 12 sadapan untuk melihat aritmia jantung atau perubahan segmen ST.
- CT scan kepala tanpa kontras dilakukan < 24 jam sejak awitan.
- Pungsi lumbal bila CT scan kepala tampak normal.
- CTA (Computed Tomography Angiography) dilakukan jika diagnosis
SAH telah dikonfirmasi dengan CT Scan atau LP
B1 (Breathing)
B2(Blood)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Pemeriksaan Diagnostik
Angiografi Serebri
Lumbal Pungsi
CT SCAN
b. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular (SDKI-124
D.0054)
b. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial b.d Edema Serebal (SDKI-149
D.0066)
c. Resiko Perfusi Serebal Tidak Efektif d.d Cedera Kepala (SDKI-51
D.0017)
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi
1. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan - Observasi :
fisik b.d gangguan tindakan 3x24 jam
Identifikasi adanya
neuromuscular (SDKI- diharapkan status
nyeri atau keluhan
124 D.0054) mobilitas fisik membaik
fisik lainnya
dengan kriteria hasil :
Identifikasi
(SLKI, 65 – L.05042)
toleransi fisik
melakukan
1. Pergerakan
ambulasi
ekstremitas otot
Monitor frekuensi
meningkat
jantung dan
2. Kekuatan otot
tekanan darah
meningkat
sebelum memulai
3. Rentang gerak
ambulasi
(ROM)
Monitor kondisi
meningkat umum selama
melakukan
ambulasi
Terapeutik :
• Fasilitasi
aktivitas ambulasi
dengan alat bantu
(mis. tongkat,
kruk)
Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulasi
- Edukasi :
Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulasi
Anjurkan
melakukan
ambulasi dini
Ajarkan ambulasi
sederhana yang
harus dilakukan
(mis. berjalan dari
tempat tidur ke
kursi roda, berjalan
dari tempat tidur
ke kamar mandi,
berjalan sesuai
toleransi)
(SIKI-30)
Terapeutik :
Minimalkan
stimulus dengan
menyediakan
lingkungan yang
tenang
Berikan posisi
semi fowler
Hindari maneuver
Valsava
Cegah terjadinya
kejang
Hindari
penggunaan PEEP
Hindari pemberian
cairan IV hipotonik
Atur ventilator
agar PaCO2 optimal
Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi :
Kolaborasi
pemberian sedasi dan
antikonvulsan, jika
perlu
Kolaborasi
pemberian diuretic
osmosis, jika perlu
Kolaborasi pember
ian pelunak tinja, jika
3. Resiko Perfusi Serebal perlu
Tidak Efektif d.d Setelah dilakukan
(SIKI 205)
Cedera Kepala (SDKI- tindakan 3x24 jam
51 D.0017) diharapkan perfusi
serebalmembaik dengan Observasi :
kriteria hasil :
Observasi
(SLKI-86 L.02014)
penyebab
peningkatan TIK
1. Tingkat
(mis. Lesi menempati
kesadaran
ruang, gangguan
meningkat
metabolism, edema
2. Kognitif
sereblal, peningkatan
meningkat
tekanan vena,
obstruksi aliran
cairan serebrospinal,
hipertensi intracranial
idiopatik)
Monitor
peningkatan TD
Monitor pelebaran
tekanan nadi (selish
TDS dan TDD)
Monitor penurunan
frekuensi jantung
Monitor
ireguleritas irama
jantung
Monitor penurunan
tingkat kesadaran
Monitor
perlambatan atau
ketidaksimetrisan
respon pupil
Monitor kadar
CO2 dan pertahankan
dalm rentang yang
diindikasikan
Monitor tekanan
perfusi serebral
Monitor jumlah,
kecepatan, dan
karakteristik drainase
cairan serebrospinal
Monitor efek
stimulus lingkungan
terhadap TIK
-Terapeutik :
Ambil sampel
drainase cairan
serebrospinal
Kalibrasi
transduser
Pertahankan
sterilitas system
pemantauan
Pertahankan posisi
kepala dan leher
netral
Bilas sitem
pemantauan, jika
perlu
Atur interval
pemantauan sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan
hasil pemantauan
-Edukasi
Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika
perlu
(SIKI-249)
DAFTAR PUSTAKA
Tubagus Vonny, Ali Haji R., Parinding Novita. 2015. Gambaran Hasil Pemeriksaan CT
Scan Kepala Pada Penderita Stroke Hemoragik Di Bagian Radiologi FK
UNSRAT/SMF Radiologi Blu RSUP Prof.Dr.R.D. Kandou Manado. Jurnal e-
Clinic Volume 3 Nomor 1 Januari- April 2015.
Mutaqin Arrif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Salemba Medika. Jakarta. Qnline : https://books.google.co.id/books?
id=8UIIJRjz95AC&pg=PA237&lpg=PA237&dcFStroke+hemoragik+adalah&
SQurce=bl&Qt?
=_luggnGo4LI&sig=RCZkfhx$99KEAnnjABuLRNTfrt4&hl=en
&sa=X&redir_esc=y#v=Qnepage&q=strQke%20hemQragik
%20adalah&f=false. Diakses tanggal 24 Agustus 2015 pukul 23.30 WIB.
Anggiamurni Lulu. 2010. Hubungan Volume dan Letak Lesi Hematom Dengan
Kecepatan Pemulihan Fungsi Motorik Penderita Stroke Hemoragik Berdasarkan
Kategori Skala Orgogozo. Program Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik dan
Pendidikan Dokter Spesialis I Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang.
Dewanto George dkk. 2007. Panduan Praktis Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kariasa. 2009. Persepsi Pasien Paska Serangan Stroke Terhadap Kualitas Hidupnya
Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan. Tesis Magister Ilmu Keperawatan
Kekhususan Keperawatan Medikal Bedah. Program Pasca Sarjana Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia. Depok.
Penyusun : Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia
Penyusun : Tim Pokja SLKI DPP PPNI 2016. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia
Penyusun : Tim Pokja SIKI DPP PPNI 2016. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia