Pertemuan 10 GBHN
Pertemuan 10 GBHN
Pertemuan 10 GBHN
2
MENGHIDUPKAN KEMBALI
GBHN
TEKS
pasal/ayat
Hukum Tata
KONTEKS Negara
terjadinya KONTEKS
pelaksanaan teks,
teks, suasana bagaimana teks
kebatinan dipahami, ditafsirkan,
teks dibuat dan diterapkan
[3]GBHN MENURUT UUD 1945 PRA-
PERUBAHAN
1. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan oleh MPR
sebagai penjelmaan rakyat yang susunan keanggotaan MPR yang
terdiri atas anggota- anggota DPR, ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan dan
penyelenggara negara tertinggi yang melakukan sepenuhnya
kedaulatan rayat,
2. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan 5 (lima)
tahun sekali.
3. Garis-garis besar dari pada haluan negara wajib dijalankan oleh
Presiden yang merupakan mandataris dari MPR yang tidak
“neben”, akan tetapi “untergeordnet” kepada MPR. diangkat
oleh MPR, bertunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
[4] GBHN DALAM PRAKTIK KETATANEGARAAN DEMOKRASI
TERPIMPIN
Memutuskan:
Menetapkan Ketetapan tentang Garis-Garis Besar daripada
Haluan Negara sebagai berikut:
Pasal 1
Memperkuat Manifesto Politik Republik Indonesia serta perinciannya
sebagai Garis-Garis Besar daripada haluan negara.
Pasal 2
Amanat Presiden pada Sidang Pleno Depernas mengenai
Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959
yang diucapkan dan yang tertulis adalah garis-garis besar daripada
haluan pembangunan.
Pasal3
isi
AMANAT PRESIDEN TANGGAL 17 AGUSTUS 1960 YANG
TERKENAL DENGAN NAMA “JALANNYA REVOLUSI KITA" DAN
PIDATO PRESIDEN TANGGAL 30 SEPTEMBER 1960 DIMUKA
SIDANG UMUM PBB YANG BERJUDUL “MEMBANGUN DUNIA
KEMBALI " (TO BUILD THE WORLD A NEW) ADALAH
PEDOMAN-PEDOMAN PELAKSANAAN MANIFESTO POLITIK
REPUBLIK INDONESIA.
Pasal 4
Menugaskan dengan kekuasaan penuh kepada
Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi
Indonesia untuk melaksanakan putusan- putusan ini.
Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960
• Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang Garis-
Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama 1961- 1969.
• Berkaitan dg:
Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama
Depernas mengenai Pembangunan Semesta
Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang
diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada
Haluan Negara.
• Ketetapan MPRS Nomor IV/MPRS/1963 tentang
Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan
Negara dan Haluan Pembangunan.
• Berkaitan dg:
• Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1961 yang berjudul “Revolusi-
Sosialisme Indonesia- Pimpinan Nasional” yang terkenal sebagai Resopim.
• Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1962 yang berjudul “Tahun
Kemenangan” yang terkenal sebagai Takem.
• “Deklarasi Ekonomi” yang terkenal sebagai Dekon yang diucapkan oleh
Presiden Sukarno pada tanggal 28 Maret 1963.
• Amanat pengantar Laporan Berkala Presiden/Mandataris MPRS yang
diucapkan oleh Presiden pada Pembukaan Sidang ke-II MPRS tanggal 15 Mei
1963 di Bandung, “Ambeg Parama Arta” (Berwatak pandai mendahulukan
urusan yang penting).
ISI KETETAPAN MPRS NOMOR
II/MPRS/1960
MEMUTUSKAN:
Menetapkan Ketetapan tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama 1961
- 1969 sebagai berikut:
BAB I
GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN
Pasal 1
(1)Menyatakan bahwa Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat
dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA
DELAPAN TAHUN 1961 - 1969 hasil karya Depernas yang termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II
dan III pada umumnya sesuai dengan Amanat Pembangunan Presiden tertanggal 28 Agustus
1959 yang di ucapkan maupun yang tertulis dan pada umumnya sesuai pula dengan Manifesto
Politik Republik Indonesia yang telah diperkuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960.
(2)Menerima Garis-garis Besar Pola Pembangunan hasil karya Depernas seperti termuat dalam
Buku kesatu Jilid I, II, III sebagai Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana dengan ketentuan-ketentuan seperti termuat dalam pasal-pasal dibawah ini.
GBHN dalam praktik ketatanegaraan Demokrasi
Terpimpin memiliki ciri-ciri:
1. GBHN yang dituangkan dalam Ketetapan MPRS memuat
penetapan amanat dan pidato Presiden Sukarno
sebagai GBHN.
2. GBHN ditetapkan oleh MPRS yang kedudukannya tidak
lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat,
penjelmaan rakyat, dan penyelenggara negara yang
tertinggi.
3. GBHN dilaksanakan oleh Presiden yang kedudukannya
berada di atas MPR dan penyelenggara negara lainnya
dengan menempatkan pimpinannya sebagai menteri
GBHNDALAMPRAKTIK KETATANEGARAAN DEMOKRASI
PANCASILA
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (dicabut dengan Ketetapan MPR Nomor
IX/MPR/1998 dimasa awal refo0rmasi).
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis
Besar Haluan Negara.
GBH
GBHN 1973 N GBHN 1998
sistematika sistematika
GBHN Bab I GBHN Bab I
Pendahuluan. Pendahuluan
Bab II Pola Dasar Pembangunan Bab II Pembangunan Nasional
Nasional. Bab III Pola Umum Bab III Pembangunan Jangka
Pembangunan Jangka Panjang Kedua
Panjang Bab IV Pembangunan Lima
Bab IV Pola Umum Pembangunan Tahun Ketuuh. Bab V
Lima Tahun Kedua. Pelaksanaan
Bab V Penutup. Bab VI Penutup
PENYUSUN RANCANGAN GBHN