Pertemuan 10 GBHN

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 25

IHWAL GBHN,

DARI TEKS KE KONTEKS


DINAMIKA
GBHN
UUD 1945 UUD
pra- NRI
perubahan 1945

GBHN gagasan menghidupkan


kembali GBHN
tidak
ada
GBHN

2
MENGHIDUPKAN KEMBALI
GBHN

Pernyataan Sikap dan Rekomendasi Rapat Kerja


Nasional Ke-I PDI Perjuangan:
• perlu untuk mengembalikan fungsi dan wewenang MPR RI
untuk membentuk dan menetapkan Ketetapan MPR
terkait pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana
sebagai haluan negara dan haluan
pembangunan nasional.
• memberikan kewenangan MPR untuk membentuk dan
menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara
melalui amandemen secara
terbatas Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
PIDATO PENUTUPAN RAKERNAS I PDI
PERJUANGAN

➢ Salah satu rekomendasi Rakernas I adalah meminta


kepada saya sebagai Ketua Umum, mengeluarkan
instruksi kepada kader partai yang ditugaskan di DPR RI
agar memperjuangkan “amandemen terbatas” terhadap
Undang-undang Dasar 1945.
➢ Amandemen yang dimaksud dibatasi pada
mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan
haluan Negara dalam Pembangunan Nasional.
Rekomendasi tersebut tentu akan saya
pertimbangkan.
ISU HUKUM

• Karakter gbhn dalam perkembangan


ketatanegaraan.
• Implikasi amandemen terbatas
mengembalikan wewenang MPR dalam
menetapkan haluan Negara terhadap
sistem ketatanegaraan.
[2] TEKS KE KONTEKS

TEKS
pasal/ayat

Hukum Tata
KONTEKS Negara
terjadinya KONTEKS
pelaksanaan teks,
teks, suasana bagaimana teks
kebatinan dipahami, ditafsirkan,
teks dibuat dan diterapkan
[3]GBHN MENURUT UUD 1945 PRA-
PERUBAHAN
1. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan oleh MPR
sebagai penjelmaan rakyat yang susunan keanggotaan MPR yang
terdiri atas anggota- anggota DPR, ditambah dengan utusan-
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan dan
penyelenggara negara tertinggi yang melakukan sepenuhnya
kedaulatan rayat,
2. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan 5 (lima)
tahun sekali.
3. Garis-garis besar dari pada haluan negara wajib dijalankan oleh
Presiden yang merupakan mandataris dari MPR yang tidak
“neben”, akan tetapi “untergeordnet” kepada MPR. diangkat
oleh MPR, bertunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
[4] GBHN DALAM PRAKTIK KETATANEGARAAN DEMOKRASI
TERPIMPIN

• Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 tentang


Manifesto Politik sebagai Garis-Garis Besar Haluan
Negara.
• Berkaitan dengan Amanat, Konsepsi, dan Pidato
Presiden:
• Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang
berjudul “Penemuan Kembali Revolusi kita” dan
yang terkenal sebagai Manifesto Politik Republik
Indonesia.
AMPRES

• Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas


mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal
28 Agustus 1959 yang diucapkan dan tertulis, yang menjadi
bagian daripada Haluan Negara.
• Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal
dengan nama “Djalannya Revolusi Kita” yang menjadi
pedoman pertama daripada pelaksana Manifesto Politik
Republik Indonesia.
• Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 yang diucapkan
dimuka Sidang Umum P.B.B yang berjudul “To Build the worl a
new” (Membangun dunia kembali).
MARHAENDRA WIJA ATMAJA |2016|
ISI KETETAPAN MPRS NOMOR
I/MPRS/1960

Memutuskan:
Menetapkan Ketetapan tentang Garis-Garis Besar daripada
Haluan Negara sebagai berikut:
Pasal 1
Memperkuat Manifesto Politik Republik Indonesia serta perinciannya
sebagai Garis-Garis Besar daripada haluan negara.
Pasal 2
Amanat Presiden pada Sidang Pleno Depernas mengenai
Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959
yang diucapkan dan yang tertulis adalah garis-garis besar daripada
haluan pembangunan.
Pasal3
isi
AMANAT PRESIDEN TANGGAL 17 AGUSTUS 1960 YANG
TERKENAL DENGAN NAMA “JALANNYA REVOLUSI KITA" DAN
PIDATO PRESIDEN TANGGAL 30 SEPTEMBER 1960 DIMUKA
SIDANG UMUM PBB YANG BERJUDUL “MEMBANGUN DUNIA
KEMBALI " (TO BUILD THE WORLD A NEW) ADALAH
PEDOMAN-PEDOMAN PELAKSANAAN MANIFESTO POLITIK
REPUBLIK INDONESIA.

Pasal 4
Menugaskan dengan kekuasaan penuh kepada
Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi
Indonesia untuk melaksanakan putusan- putusan ini.
Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960
• Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang Garis-
Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama 1961- 1969.
• Berkaitan dg:
Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama
Depernas mengenai Pembangunan Semesta
Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang
diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada
Haluan Negara.
• Ketetapan MPRS Nomor IV/MPRS/1963 tentang
Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan
Negara dan Haluan Pembangunan.
• Berkaitan dg:
• Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1961 yang berjudul “Revolusi-
Sosialisme Indonesia- Pimpinan Nasional” yang terkenal sebagai Resopim.
• Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1962 yang berjudul “Tahun
Kemenangan” yang terkenal sebagai Takem.
• “Deklarasi Ekonomi” yang terkenal sebagai Dekon yang diucapkan oleh
Presiden Sukarno pada tanggal 28 Maret 1963.
• Amanat pengantar Laporan Berkala Presiden/Mandataris MPRS yang
diucapkan oleh Presiden pada Pembukaan Sidang ke-II MPRS tanggal 15 Mei
1963 di Bandung, “Ambeg Parama Arta” (Berwatak pandai mendahulukan
urusan yang penting).
ISI KETETAPAN MPRS NOMOR
II/MPRS/1960
MEMUTUSKAN:
Menetapkan Ketetapan tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana Tahapan Pertama 1961
- 1969 sebagai berikut:
BAB I
GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN
Pasal 1
(1)Menyatakan bahwa Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat
dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA
DELAPAN TAHUN 1961 - 1969 hasil karya Depernas yang termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II
dan III pada umumnya sesuai dengan Amanat Pembangunan Presiden tertanggal 28 Agustus
1959 yang di ucapkan maupun yang tertulis dan pada umumnya sesuai pula dengan Manifesto
Politik Republik Indonesia yang telah diperkuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960.
(2)Menerima Garis-garis Besar Pola Pembangunan hasil karya Depernas seperti termuat dalam
Buku kesatu Jilid I, II, III sebagai Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta
Berencana dengan ketentuan-ketentuan seperti termuat dalam pasal-pasal dibawah ini.
GBHN dalam praktik ketatanegaraan Demokrasi
Terpimpin memiliki ciri-ciri:
1. GBHN yang dituangkan dalam Ketetapan MPRS memuat
penetapan amanat dan pidato Presiden Sukarno
sebagai GBHN.
2. GBHN ditetapkan oleh MPRS yang kedudukannya tidak
lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat,
penjelmaan rakyat, dan penyelenggara negara yang
tertinggi.
3. GBHN dilaksanakan oleh Presiden yang kedudukannya
berada di atas MPR dan penyelenggara negara lainnya
dengan menempatkan pimpinannya sebagai menteri
GBHNDALAMPRAKTIK KETATANEGARAAN DEMOKRASI
PANCASILA
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar
Haluan Negara (dicabut dengan Ketetapan MPR Nomor
IX/MPR/1998 dimasa awal refo0rmasi).
• Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis
Besar Haluan Negara.
GBH
GBHN 1973 N GBHN 1998

sistematika sistematika
GBHN Bab I GBHN Bab I
Pendahuluan. Pendahuluan
Bab II Pola Dasar Pembangunan Bab II Pembangunan Nasional
Nasional. Bab III Pola Umum Bab III Pembangunan Jangka
Pembangunan Jangka Panjang Kedua
Panjang Bab IV Pembangunan Lima
Bab IV Pola Umum Pembangunan Tahun Ketuuh. Bab V
Lima Tahun Kedua. Pelaksanaan
Bab V Penutup. Bab VI Penutup
PENYUSUN RANCANGAN GBHN

• Keppres No. 24 Tahun 1982 tentang Membentuk Team


Penyiapan Akhir Bahan-Bahan Sidang MPR.
•Team bertugas untuk menyiapkan bahan-bahan akhir GBHN
yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh Setjen Dewaqn
Pertahanan Keamanan Nasional dan menyampaikan hasil
kerjanya kepada Presiden pada waktunya.
19
CIRI-CIRI GBHN ORDE BARU

• ditetapkan sekali lima tahun.


• bahan dipersiapkan oleh lembaga kepresidenan.
• dalam kontelasi politik adanya 3 parpol, tapi menerapkan
sistem kepartaian tunggal.
HALUAN NEGARA TENTANG
PEMBANGUNAN NASIONAL, KONDISI SAAT
INI

• Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25


Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
• Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun
2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025.
• Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019.
KEMUNGKINAN
MEMILIH

• Memilih pola GBHN menurut UUD 1945 pra-


perubahan, berimplikasi pada perubahan
sistem ketatanegaraan.
• Memilih pola GBHN praktik ketatanegaraan
DT dan DP memerlukan konfigurasi politik
otoritarian atau nondemokratik,
GAGASAN MENGEMBALIKAN KEWENANGAN MPR
MENETAPKAN GBHN

Amandemen terbatas UUD NRI 1945, amandemen yang dibatasi


pada mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan
Negara dalam Pembangunan Nasional.
• mengubah kembali susunan keanggotaan MPR sehingga di
dalamnya ada unsur utusan golongan berarti amandemen tidak
dibatasi. tanpa mengubah susunan MPR berarti tidak sesuai
dengan hakikat GBHN yang ditetapkan oleh Majelis yang
mencerminkan seluruh rakyat, seluruh golongan, dan seluruh
daerah.
• daya ikat kepada Presiden berarti mengubah sistem
ketatanegaraan, tanpa daya ikat kepada Presiden berati tidak
ada bedanya dengan sistem perencanaan nasional berikut
RPJPN yang tidak menyebabkan kejatuhan Presiden saat tidak
melaksanakannya.
MENGINTEGRASIKAN KE SISTEM
PERENCANAAN NASIONAL DAN
RPJPN
• Garis-garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara
tentang pembangunan nasional dalam Garis-garis
Besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang
ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
• merupakan kebijakan negara tentang pembangunan
nasional.
• Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola
Proyek yang dimuat dalam RANCANGAN DASAR
UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA
BERENCANA DELAPAN TAHUN 1961 - 1969 yang dimuat
dalam Ketetapan No. I/MPRS/1960,
• awalnya direncanakan sebagai materi muatan UU.
• Pasal 3 UU RPJPN: RPJP Nasional merupakan penjabaran
dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk
rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional.
• GBHN juga pada dasarnya merupakan penjabaran dari
tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia
yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
•pada dasarnyaSPPN, RPJPN, dan RPJMN dan GBHN memuat
penjabaran tujuan negara, perlu menjadi bahan kajian
tidak mengembalikan GBHN atau mengintegrasikan pola
GBHN ke dalam SPPN, RPJPN, dan RPJMN.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai