Kian Sariyudin, S.kep
Kian Sariyudin, S.kep
Kian Sariyudin, S.kep
DISUSUN OLEH :
SARIYUDIN, S.Kep
NIM. 17111024120161
2019
Analisa Praktek Klinik Keperawatan pada Pasien Congestif heart Failure (CHF) dengan
Intervensi Inspiratory Muscle Training (IMT) terhadap Kualitas Tidur terhadap Pasien Di
Ruang ICCU RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Sariyudin1,Bachtiar Safrudin2
INTISARI
Latar Belakang :Gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan
nutrisi. Pasien dengan Congestive Heart Failure (CHF) membutuhkan tidur yang cukup
dikarenakan dengan kualitas tidur yang baik akan memperbaiki sel-sel otot jantung.
Teknik terapi inspiratory muscle training ( latihan otot pernafasan) adalah suatu latihan
otot pernafasan untuk memelihara dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan.
Latihan peregangan otot ini meningkatkan kelenturan otot dengan cara mengembalikan
otot-otot pada panjangnya yang alamiah dan dapat memelihara fungsinya dengan baik
serta memperbaiki elastisitas/fleksibilitas jaringan tubuh (Senior, 2008).Latihan otot
pernafasan adalah membantu mengurangi stres dan mengurangi ketegangan otot. Selain itu
peregangan otot membantu tubuh membuang racun-racun dengan meningkatkan
oksigenasi atau proses pertukaran oksigenasi dan karbondioksida didalam sel serta
menstimulasi aliran drainase sistem getah bening. Latihan peregangan otot juga dapat
memperbaiki postur tubuh dan menindari rasa sakit yang terjadi pada leher, bahu serta
punggung (Nurhadi, 2007)
Tujuan Penelitian :Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) ini bertujuan untuk menganalisis
intervensi inovasi Inspiratory Muscle Training terhadap kualitas tidur pada pasien CHF
Metode Penelitian: Menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Hasil penelitian:Pada tanggal 4 Januari 2019 didapatkan Hasil Kuesioner PSQI 12 (buruk).
Setelah dilakukan Inspiratory Muscle Training selama 7 hari dan dievaluasi. Pada tanggal 11
Januari 2019 hasil Kuesioner PSQI 4 (baik).
Kesimpulan : Pada tanggal 4 Januari 2019 didapatkan Hasil Kuesioner PSQI 12 (buruk).
Setelah dilakukan Inspiratory Muscle Training selama 7 hari dan dievaluasi. Pada tanggal 11
Januari 2019 hasil Kuesioner PSQI 4 (baik)
Sariyudin1,Bachtiar Safriudin2
ABSTRACT
Background : Congestive heart failure (CHF) is the inability of the heart to pump
adequate blood to meet the networking needs for oxygen and nutrients. Patients with
Congestive Heart Failure (CHF) requires enough sleep due to good sleep quality will
improve heart muscle cells. Therapy techniques inspiratory muscle training (breathing
muscle training) is a respiratory muscle training to maintain and develop the versatility or
flexibility. This muscle stretching exercises improve muscle tone by returning the muscles
in a natural length and can maintain its functions properly and improve elasticity /
flexibility of body tissues (Senior, 2008). Respiratory muscle training is to help reduce
stress and reduce muscle tension. Moreover stretching helps the body get rid of toxins by
improving oxygenation or oxygenation and carbon dioxide exchange process within the
cell and stimulates the flow of lymph drainage system. Stretching exercises can also
improve posture and prevent pain that occurs in the neck, shoulders and back (Nurhadi,
2007)
Objective :Final Scientific Work Ners (KIAN) aims to analyze the innovation intervention
inspiratory Muscle Training on quality of sleep in patients with CHF
Result:On January 4, 2019 Questionnaire Results obtained PSQI 12 (bad). After Inspiratory
Muscle Training for 7 days and dievaluasi. The dated January 11, 2019 Questionnaire results
PSQI 4 (good).
Conclusion :On January 4, 2019 Questionnaire Results obtained PSQI 12 (bad). After
Inspiratory Muscle Training for 7 days and evaluated. On 11 Januari 2019 PSQI results
Questionnaire 4 (good)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
resiko yang dapat dimodifikasi artinya dapat dikontrol dengan mengubah gaya
hidup atau kebiasaan pribadi dan factor resiko yang non modifiable yang
merupakan konsekuensi genetic yang tak dapat dikontrol, contohnya ras dan
jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal
adalah relatif terhadap kebutuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal
(Mansjoer&Triyanti, 2007).
proporsi sebesar 6,1% dari seluruh penyakit penyebab kematian dan penyakit
2018).
Congestive Heart Failure (CHF) adalah suatu kondisi dimana jantung
akan nutrient dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan peregangan
dan menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang sangat
singkat dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa
dengan kuat. Sebagai akibatnya, ginjal sering merespon dengan menahan air
dan garam. Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa
organ tubuh seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
jantung (pada kasus payah jantung), bendungan bersifat menyeluruh. Hal ini
dengan baik sehingga darah terkumpul pada vena atau kapiler, sehingga
cukup dikarenakan dengan kualitas tidur yang baik akan memperbaiki sel-sel
otot jantung. Pasien perlu sekali beristirahat baik secara fisik maupun
dengan lama waktu tidur dan keluhan-keluhan yang dirasakan saat tidur
maupun saat bangun tidur seperti merasa letih, pusing, badan pegal-pegal atau
efek yang cepat, akan tetapi jika diberikan dalam waktu jangka panjang dapat
Penggunaan obat tidur secara terus menerus dalam waktu yang lama juga dapat
menimbulkan efek toksisitas, karena pada pasien CHF terjadi penurunan aliran
darah, motilitas pencernaan serta penurunan fungsi ginjal dan efek samping
dan psikomotor, mengantuk dan cemas pada siang hari serta dapat terjadi
gangguan tidur iatrogenik. Begitu juga dengan pemberian sedatif untuk
(Hadibroto, 2009).
ketegangan otot. Selain itu peregangan otot membantu tubuh membuang racun-
bening. Latihan peregangan otot juga dapat memperbaiki postur tubuh dan
menindari rasa sakit yang terjadi pada leher, bahu serta punggung (Nurhadi,
2007).
Menurut American Heart Association 5,3 juta warga amerika
mengalami CHF dan 660.000 kasus baru didignosa setiap tahun, dengan
keadian mendekati 10 per 1000 penduduk dengan usia lebih dari 65 tahun.
dan akan memberikan beban kesakitan, kecacatan dan beban social ekonomi
sebesar 0,13%.
ruang Intensif Cardiac Care Unit (ICCU) angka kejadian penyakit kardiovaskuler
pada bulan Januari 2019 yaitu sebanyak 387 pasien, angka kejadian penyakit
pada pasien Coronary Artery Desease (CAD) merupakan yang terbanyak dengan
presentase tertinggi adalah 167 pasien atau 43,1%, ACS Stemi 96 pasien atau
24,8%, Congestif Hearth Failure (CHF) 89 pasien atau 22,9%, ACS Non Stemi
Syahranie Samarinda.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Syahranie Samarinda.
2. Tujuan Khusus
Samarinda.
Penulisan KIA-N ini diharapkan dapat bermanfaat dalam dua aspek baik
1. Manfaat /Praktis
a. Bagi Pasien
kualitas tidur pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) dan agar
Failure (CHF).
b. Bagi Perawat
profesi keperawatan.
a. Bagi Penulis
b. Bagi Peneliti
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan dasar untuk peneliti
(CHF)
d. Bagi Pendidikan
TINJAUAN TEORI
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang
terletak di rongga dada, di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri
sternum. Ruang jantung terdiri atas dua ruang yang berdinding tipis disebut
atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel (bilik)
(Muttaqin, 2009).
Jantung memiliki berat sekitar 300 gr, meskipun berat dan ukurannya
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya aktifitas fisik, dll.
diantara kedua paru. Selaput yang mengitari jantung disebut pericardium, yang
terdiri atas 2 lapisan, yauitu pericardium parietalis, merupakan lapisan luar yang
melekat pada tulang dada dan selaput paru. dan pericardium viseralis, yaitu
lapisan permukaan dari jantung itu sendiri, yang juga disebut epikardium.
Di dalam lapisan jantung tersebut terdapat cairan pericardium, yang
berfungsi untuk mengurangi gesekan yang timbul akibat gerak jantung saat
memompa. Dinding jantung terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan luar yang disebut
lapisan dalam disebut endokardium. Organ jantung terdiri atas 4 ruang, yaitu 2
ruang yang berdinding tipis, disebut atrium, dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel.
a. Atrium
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena
cava superior, vena cava inferior, serta sinus koronarius yang berasal dari
selanjutnya ke paru.
b. Ventrikel
Kedua ventrikel ini dipisahkan oleh sekat yang disebut septum ventrikel.
a. Katup atrioventrikuler
Oleh karena letaknya antara atrium dan ventrikel, maka disebut katup
atrio-ventrikuler, yaitu :
1) Katup trikuspidalis
Merupakan katup yang terletak di antara atrium kiri dan ventrikel kiri,
ventrikel pada fase diastole ventrikel, dan mencegah aliran balik pada saat
b. Katup semilunar
1) Katup pulmonal
ventrikel kanan.
2) Katup aorta
Terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar ini
mempunyai bentuk yang sama, yakni terdiri dari 3 daun katup yang
2. Persyarafan Jantung
autonom melalui pleksus kardiakus. Syaraf simpatis berasal dari trunkus simpatikus
bagian servical dan torakal bagian atas dan syaraf parasimpatis berasal dari nervous
vagus. Sistem persyarafan jantung banyak dipersyarafi oleh serabut sistem syaraf
otonom (parasimpatis dan simpatis) dengan efek yang saling berlawanan dan
yang dapat mempertinggi ketelitian pengaturan syaraf oleh sistem syaraf otot.
epinefrin dan beberapa norepinefrin dari medulla adrenal. Respon jantung terhadap
adregenic tertentu; reseptor α terletak pada sel-sel otot polos pembuluh darah,
syaraf simpatis dan parasimpatis bekerja untuk menstabilkan tekanan darah arteri
dan curah jantung untuk mengatur aliran darah sesuai kebutuhan tubuh. (Kasron,
2011)
3. Elektrofisiologi jantung
Berdasarkan sifat-sifat tersebut diatas, maka secara spontan dan teratur jantung
merangsang otot jantung dan dapat menimbulkan kontraksi otot. Perjalanan impuls
a. SA Node
normal, impuls yang dikeluarkan frekuensinya 60-100 kali/ menit. Respons dari
mengeluarkan impuls secara otomatis. Sel ini dipengarungi oleh saraf simpatis
dan parasimpatis.
b. Traktus Internodal
1) Anterior Tract
2) Middle Tract
3) Posterior Tract.
c. Bachman Bundle
d. AV Node
AV node terletak di dalam dinding septum (sekat) atrium sebelah kanan, tepat
diatas katup trikuspid dekat muara sinus koronarius. AV node mempunya dua
e. Bundle His
f. Bundle Branch
Merupakan lanjutan dari bundle of his yang bercabang menjadi dua bagian, yaitu
2) Left bundle branch (LBB/ cabang kiri) yang terbagi dua, yaitu
endokardium ventrikel kiri bagian posterior dan inferior, dan deviasi ke depan
g. Sistem Purkinye
ventrikel, sehingga terjadi depolarisasi yang diikuti oleh kontraksi ventrikel. Sel-
frekuensi 20-40 kali/ menit. Pemacu pemacu cadangan ini mempunyai fungsi
sangat penting, yaitu untuk mencegah berhentinya denyut jantung pada waktu
atrium berlangsung selama kira-kira 0,1 detik. Oleh karena hantaran di AV node
lambat, maka terjadi perlambatan kira kira 0,1 detik (perlambatan AV node)
perangsangan saraf simpatis yang menuju jantung dan akan memanjang akibat
secara cepat di dalam serat penghantar purkinye ke semua bagian ventrikel dalam
4. Siklus Jantung
Siklus jantung adalah periode dimulainya satu denyutan jantung dan awal
dari denyutan selanjutnya. Siklus jantung terdiri dari periode sistole, dan diastole.
Sistole adalah periode kontraksi dari ventrikel, dimana darah dikeluarkan dari
jantung. Diastole adalah periode relaksasi dari ventrikel dan kontraksi atrium,
Periode sistole adalah suatu keadaan jantung dimana bagian ventrikel dalam
tertutup, dan valvula semilunaris aorta dan valvula semilunaris arteri pulmonalis
terbuka, sehingga darah dari ventrikel kanan mengalir ke arteri pulmonalis, dan
masuk kedalam paru-paru kiri dan kanan. Darah dari ventrikel kiri mengalir ke
bikuspidalis dan trikuspidalis dalam keadaan terbuka sehingga darah dari atrium
kiri masuk ke ventrikel kiri, dan darah dari atrium kanan masuk ke ventrikel
kanan. Selanjutnya darah yang datang dari paru-paru kiri kanan melalua vena
pulmonal kemudian masuk ke atrium kiri. Darah dari seluruh tubuh melalui vena
c. Periode Istrahat
Adalah waktu antara periode diastole dengan periode systole dimana jantung
atrium, katup mitral dan tricuspid menutup dan terdengar sebagai bunyi jantung
tekanan di dalam ventrikel meningkat tanpa ada darah yang keluar, sampai
tekanan di dalam ventrikel melebihi tekanan aorta atau arteri pulmonalis, disaat
mana katup-katup semilunar terbuka dan darah keluar dari ventrikel. Ejeksi darah
dari ventrikel (terutama ventrikel kiri) berlangsung sangat cepat pada permulaan
dari bunyi jantung satu. Fase ini disebut fase ejeksi cepat. Sesudah darah keluar
dari ventrikel maka tekanan di dalam ventrikel akan menurun, pada saat tekanan
ventrikel menurun lebih rendah dari tekanan aorta atau arteri pulmonalis, maka
Selama katup mitral dan tricuspid menutup, darah dari vena pulmonalis
dan vena kava tetap mengisi kedua atrium yang menyebabkan peningkatan
tekanan atrium. Sementara itu tekanan di kudua ventrikel terus menurun sehingga
menjadi lebih rendah dari tekanan atrium, dan katup mitral serta tricuspid
terbuka.
Setelah katup mitral dan katup tricuspid terbuka maka darah akan mengalir
dari kedua atrium kekedua ventrikel mula-mula secara cepat (fase pengisian
cepat), dan makin lama makin lambat sampai berhenti, yakni sewaktu tekanan di
atrium dan ventrikel sama. Sebelum saat akhir semilunar) aktifitas listrik yang
kontraksi ventrikel lagi. Terbukanya katup ini tidak menimbulkan suara kecuali
bila ada kelainan katup (opening snap pada stenosis mitral). Fase diantara
Kita, 2011).
maupun sel tubuh melalui sistem peredaran darah. Sistem aliran darah tubuh, secara
Sistem peredaran darah kecil ini berfungsi untuk membersihkan darah yang
setelah beredar ke seluruh tubuh memasuki atrium kanan dengan kadar oksigen
yang rendah antara 60-70% serta kadar karbon dioksida tinggi antara 40-45%.
Setelah beredar melalui kedua paru-paru, kadar zat oksigen meningkat menjadi
sekitar 96% dan sebaliknya kadar zat karbon dioksida menurun. Proses
oksigen disadap oleh komponen Hb. Sebaliknya gas karbon dioksida dikeluarkan
Darah yang kaya oksigen dari atrium kiri memasuki ventrikel kiri melalui
melalui katup aorta, dimana darah tersebut membawakan zat oksigen serta nutrisi
yang diperlukan oleh tubuh melewati pembuluh darah besar/ atau arteri, yang
kecil maupun besar. Artinya khusus untuk menyuplai darah ke otot jantung, yaitu
melalui pembuluh koroner dan kembali melalui pembuluh balik yang kemudian
menyatu serta bermuara langsung ke dalam ventrikel kanan. Melalui sistem
peredaran darah koroner ini, jantung mendapatkan oksigen, nutrisi, serta zat-zat
lain agar dapat menggerakkan jantung sesuai dengan fungsinya (Soeharto, 2019).
1. Defenisi
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk
Triyanti, 2010).
sel tubuh akan nutrien dan oksigen secara adekuat. Hal ini mengakibatkan
untuk dipompakan ke seluruh tubuh atau mengakibatkan otot jantung kaku dan
menebal. Jantung hanya mampu memompa darah untuk waktu yang singkat
dan dinding otot jantung yang melemah tidak mampu memompa dengan kuat.
Sebagai akibatnya, ginjal sering merespons dengan menahan air dan garam.
Hal ini akan mengakibatkan bendungan cairan dalam beberapa organ tubuh
seperti tangan, kaki, paru, atau organ lainnya sehingga tubuh klien menjadi
sel tubuh akan nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti Wajan Juni,
2011).
2. Klasifikasi
Rales Hepatomegaly
S3 gallop
Hepatojugular refluks
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas:
f
Aktivitas fisik sedikit terbatas. Ketika melakukan aktivitas biasa
e II
Kelas dapat
l
Ditandai dengan keterbatasan-keterbatasan dalam melakukan
i
Kelas IV aktivitas.
jantung sisi kanan maupun jantung sisi kiri.Forward failure adalah akibat
yaitu:
a. Faktor eksterna (dari luar jantung); hipertensi renal, hipertiroid, dan anemia
kronis/ berat.
5. Patofisiologi
Frekuensi jantung adalah fungsi dari sistem saraf otonom. Bila curah
curah jantung.
(1) Preload (yaitu sinonim dengan Hukum Starling pada jantung yang
jantung)
pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
(3) Afterload (mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yang harus dihasilkan
tekanan arteriole).
terjadi baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua
sangat meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam
kedua ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi
dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik
sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis akan
preload.
cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh karena
organ vital, tetapi jika aktivasi ini sangat meningkat malah akan
2008).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang muncul pada kasus gagal jantung kongestif :
b. Kegagalan jantung sebelah kanan, antara lain; curah jantung rendah, distensi
hepatomegali.
4) Kelas IV : Timbul gejala walaupun saat sedang istirahat. (Gray dkk, 2009;
7. Pemeriksaan Penunjang
membedakan gagal jantung sisi kanan versus sisi kiri, dan stenosis katup atau
perubahan kontraktilitas.
aneurisma ventrikel.
e. Enzim hepar, meningkat dalam gagal/ kongesti hepar.
g. Oksimetri nadi, saturasi oksigen mungkin rendah, terutama jika GJK akut
h. AGD, gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan (dini)
mengalami kongesti.
inflamasi akut.
8. Penatalaksanaan
dan kontraktilitas miokard, dan untuk menurunkan retensi garam dan air.
a. Tirah Baring
b. Pemberian oksigen
Terutama pada klien gagal jantung disertai dengan edema paru. Pemenuhan
c. Pembatasan diet
Rasional dukungan diet adalah mengatur diet sehingga kerja dan ketegangan
otot jantung minimal, dan status nutrisi terpelihara sesuai dengan selera dan
pola makan klien. Selain itu, pembatasan konsumsi natrium dilakukan untuk
d. Aktifitas fisik
pasien gagal jantung yang stabil (NYHA kelas II-III) dengan intensitas yang
nyaman bagi pasien. Jika disfungsi miokard sudah terjadi, pemberian terapi/
dan edema.
b) β – Blocker
a) Diuretik
mempunyai efek sangat kuat. Dikenal pula sebagai loop diuretic, sebab
kongestif.
c) Digitalis
denyut jantung. Digoxin adalah salah satu jenis digitalis yang sangat
memperburuk kondisinya.
d) Obat inotropic
1) Dopamin
2) Dobutamin
Sedangkan efek samping yang timbul pada pemberian obat ini adalah
9. Komplikasi
a) Hepatomegali
Peningkatan CVP (Central Venous Pressure) pada gagal jantung kanan dan
b) Asites
Komplikasi lanjut yang terjadi setelah terjadi retensi cairan di hati, sehingga
c) odema paru
1. Definisi
koroner yaitu pembuluh darah yang mensuplai oksigen dan nutrisi ke otot jantung
dipakai untuk menunjukkan sekumpulan gejala nyeri dada iskemik yang akut dan
perlu penanganan segera atau keadaan emergensi. ACS merupakan sindroma klinis
maupun menetap akibat rupture nya plak atherosclerosis. Hal tersebut menimbulkan
al.,2011).
ACS sendiri merupakan bagian dari penyakit jantung koroner (PJK) dimana
termasuk kedalam ACS adalah angina pectoris tak stabi (Unstable Angina
ACS STEMI adalah infark miokard dengan riwayat nyeri dada yang terjadi
pada saat istirahat, nyeri menetap, durasi lebih dari 30 menit, dan tidak hilang
berdekatan pada lead ekstremitas dan atau elevasi segment ST 2 mV pada minimal
abnormal lipid, trombosid, makrofag dan leukosit di seluruh lapisan tunika intima dan
akhirnya ke tunika media. Akhirnya terjadi perubahan struktur dan fungsi dari arteri
koroner dan terjadi penurunan aliran darah ke miokard. Perubahan gejala klinik yang
tiba-tiba dan tak terduga berkaitan dengan rupture plak dan langsung menyumbat ke
arteri koroner. Proses tersebut timbul karena beberaoa faktor resiko (Myrtha, 2012)
Faktor resiko CAD dikategorikan sebagai faktor resiko yang dapat diubah dan
faktor resiko yang tidak dapat diubah. Faktor resiko yang tidak dapat diubah adalah usia,
jenis kelamin, ras, riwayat keluarga menderita penyakit jantung koroner. Faktor resiko
yang dapat diubah adalah hipertensi, diabetes mellitus, merokok, stress, psikologi,
Individu dengan hipertensi (sistolik lebih dari 140 mmHg dan diastolic lebih dari
90 mmHg) memiliki resiko tiga kali menderita penyakit jantung koroner. Kadar serum
lipid dan lipoprotein meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung koroner 1,6 kali
pada perempuan dan 1,9 kali pada laki-laki. Berdasarkan aktivitas fisik, dimana wanita
yang kurang beraktivitas dan olahraga memiliki resiko 2 sampai 3 kali menderita
penyakit jantung koroner dibandingkan dengan wanita yang beraktivitas dan rajin
berolahraga. Penderita diabetes mellitus juga memiliki resiko tinggi menderita penyakit
jantung koroner.
3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari Coronary Artery Syndrome (CAD) adalah adanya nyeri
dada yang khas yang biasanya disertai dengan sesak nafas, perubahan EKG, aneurisma
Selain itu juga dapat ditemukan tanda klinis seperti hipertensi dan diaphoresis
yang menunjukkan adanya respon katekolamin, edema dan peningkatan tekanan vena
4. Patofisiologi
Perubahan patologis yang terjadi pada arteri koroner sebagai penyebab CAD dapat
dijelaskan sebagai berikut: pada tahap awal terjadi penumpukan atau endapan lemak
pada tunika intima yang tampak bagian garis-garis lemak. Timbunan lemak ini semaki
dari akumulasi lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
Proses ini menyebabkan penyempitan lumen arteri koroner, sehingga terjadi penurunan
aliran daraj koroner, yang mensuplai darah ke otot jantung (miokardium). Selain proses
tidak tampak sampai proses aterogenik mencapai tahap lanjut. Lesi yang bermakna
secara klinis, dan dapat mengakibatkan iskemik serta disfungsi miokardium biasanya
telah menyumbat lebih 75% lumen arteri koroner (Price & Wilson, 2006). Akan tetapi
penemuan di klinik 97% pasien dengan angina tak stabil mengalami penyempitan arteri
Tahap akhir dari proses patologis yang dapat menimbulkan gejala klinis secara
signifikan ialah penyempitan lumen secara progresif akibat pembesaran plak, obstruksi
akibat rupture plak atau ateroma, pembentukan thrombus yang diawali agregasi
trombosit, embolisme thrombus dan spasme arteri koroner. Oklusi subtotal atau total
dapat terjadi secara tiba-tiba akibat rupture plak atau ateroma, yang pada awalnya hanya
5. Pemeriksaan Penunjang
a. ECG
Menunjukan adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T inversi
atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang mencerminkan
adanya nekrosis.
Dari foto roentgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya pembesaran
(Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran paru. Kelainan pada
koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini. Dari ukuran jantung dapat dinilai
apakah seorang penderita sudah berada pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang
e. Kateterisasi jantung
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi (arteri). Bisa
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen langsung ke
kontras sehingga mengisi pembuluh koroner yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat
f. Laboratorium
1) Darah Lengkap
2) Elektrolit
5) Fungsi ginjal
6) Fungsi hati
7) Profil lipid
8) Tropinin T
6. Komplikasi
a. Aritmia
potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan
atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada vena pulmonalis sedangkan
pada disfungsi ventrikel kanan akan menimbulkan kongesti pada vena sistemik.
c. Syok
progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi perifer, penurunan perfusi
Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu fungsi
katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari ventrikel kiri ke
atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan peningkatan kongesti pada
e. Ventrikuler aunurisma
Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa sistolik, teregang
secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma ventrikel dapat menimbulkan 3
masalah yaitu gagal jantung kongestif kronik, embolisasi sistemik dari thrombus
f. Perikarditis
g.Emboli Paru
mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah jantung kongestif
yang parah.
Komplikasi penyakit jantung koroner lain yang dapat terjadi antara lain (Darmawan,
2010):
a. Serangan Jantung
Jika plak kolesterol dan pembekuan darah telah menyumbat pembuluh darah
maka dapat memicu serangan jantung. Kurangnya aliran dara ke jantung akan
merusak otot jantung. Jumlah kerusakan bergantung pada seberapa cepat menerima
pengobatan.
b. Gagal Jantung
pompa jantung, gagal jantung menjadi salah satu komplikasi penyakit jantung
koroner yang sangat berbahaya. Jika beberapa area pada jantung kekurangan
oksigen dan nutrisi secara kronis, jantung mungkin menjafi terlalu lemah untuk
memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh anda. Kondisi ini
Sebuah detak jantung abnormal disebut juga sebagai aritmia. Tiga jenis
aritmia yang dapat terjadi pada pasien penyakit jantung koroner, yakni bradikardia,
d. Kematian Mendadak
7. Penatalaksanaan
a. Menurunkan Kerja Otot Jantung. Penurunan kerja otot jantung dilakukan dengan
merupakan pilihan pertama untuk menurunkan kerja otot jantung. Terapi ini diberikan
untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal (Smeltzer & Bare, 2009).
Diuretik yang biasanya dipakai adalah loop diuretic, seperti furosemid, yang akan
menghambat reabsorbsi natrium di ascending loop henle. Hal tersebut diharapkan
kongesti sistemik dan paru (Black & Hawks, 2009). Efek samping pemberian diuretik
jangka panjang dapat menyebabkan hiponatremi dan pemberian dalam dosis besar dan
menjadiefek samping berbahaya karena dapat memicu terjadinya aritmia (Black &
Hawks, 2009).
output (Black & Hawks, 2009). Sementara itu, beta bloker digunakan untuk
menghambat efek system saraf simpatis dan menurunkan kebutuhan oksigen jantung
(Black & Hawks, 2009). Pemberian terapi diatas diharapkan dapat menurunkan kerja
b.Elevasi Kepala
Pemberian posisi high fowler bertujuan untuk mengurangi kongesti pulmonal dan
mengurangi sesak napas. Kaki pasien sebisa mungkin tetap diposisikan dependen atau
tidak dielevasi, meski kaki pasien edema karena elevasi kaki dapat meningkatkan
venous return yang akan memperberat beban awal jantung (Black & Hawks, 2009).
Mengurangi retensi cairan dapat dilakukan dengan mengontrol asupan natrium dan
natrium <2 gram/hari membantu diuretic bekerja secara optimal. Pembatasan cairan
hingga 1000 ml/hari direkomendasikan pada gagal jantung yang berat (Black &
Hawks, 2009).
Pemberian oksigen dengan nasal kanula bertujuan untuk mengurangi hipoksia, sesak
napas dan membantu pertukaran oksigen dan karbondioksida. Oksigenasi yang baik
Aritmia yang paling sering terjadi pada pasien gagal jantung adalah atrial fibrilasi
(AF) dengan respon ventrikel cepat. Pengontrolan AF dilakukan dengan dua cara,
e. MencegahMiokardial Remodeling
kuat. Selain itu, ACE inhibitor juga meningkatkan aliran darah ke ginjal dan
menurunkan tahanan vaskular ginjal sehingga meningkatkan diuresis. Hal ini akan
yang biasanya disebabkan oleh bendungan di jantung dan tahanan vaskular. Efek lain
Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama untuk mempertahankan fungsi jantung
Damayanti, 2013) mendapatkan hubungan yang bermakna antara faktor ketaatan diet,
ketaatan berobat, dan intake cairan dengan rehospitalisasi klien dekompensasi kordis.
pada pasien gagal jantung kongestif antara lain kurangnya pendidikan kesehatan
tentang bagaimana perawatan diri di rumah, penggunaan obat-obatan yang tidak tepat,
tindak lanjut saat pasien pulang dari rumah sakit. Oleh karena itu, penting bagi
Pasien perlu diberikan pendidikan kesehatan terkait penyakitnya dan perubahan gaya
hidup sehingga mampu memonitor dirinya sendiri. Latihan fisik secara teratur, diit,
pembatasan natrium, berhenti merokok dan minum alkohol merupakan hal yang harus
dilakukan oleh pasien (Suhartono, 2011, dalam Damayanti, 2013). Selain itu,
penanaman pendidikan tentang kapan dan perlunya berobat jalan juga menjadi hal
yang harus disampaikan pada pasien yang akan keluar dari rumah sakit. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah kekambuhan pasien gagal jantung dengan merubah gaya
Terapi penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala yang dialami
pasien.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan,
penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya
membantu kita untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga
membantu kita menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena
mengakibatkan insiden hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah
empat faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi.
Pengendalian keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya
c. Terapi Medis
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling
umum diantaranya:
terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko
serangan jantung.
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah,
aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat
bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di
bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
Rosuvastatin).
Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit
jantung koroner.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau
pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu
Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan
arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat
(berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung
akut. Untuk penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit
pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan
penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan fungsi jantung buruk, prosedur bedah
dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering merupakan alternatif yang baik
e. Operasi
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau
kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini
menyerupai membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah
operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa
tengah dada, ahli bedah memilih untuk melakukan prosedur dengan jantung masih
berdetak, menggunakan alat khusus yang dapat menstabilkan porsi jantung yang
dijahit.
2) Operasi Robotik
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi
Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
3) Revaskularisasi Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot
jantung. Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini
1. Definisi
Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih
dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau denga rangsang lainnya
(Guyton & Hall, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang terjadi
Menurut Chopra (2010), tidur merupakan dua keadaan yang bertolak belakang
dimana tubuh beristirahat secara tenang dan aktivitas metabolism juga menurun namun
pada saat itu juga otak sedang bekerja keras selama periode bermimpi dibandingkan
2. Fisiologi Tidur
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi bola
dunia yang dikenal dengan nama irama sirkardian. Irama sirkardian bersiklus 24 jam
antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan
segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspada manusia dan
bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari (Harsono,2009).
Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang sedang
tidur bukan berarti susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan sedang bekerja
(Harsono,2009)
Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular
activating system (RAS) dab bulbar synchronizing regional (BSR) yang terletak pada
RAS merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf
pusat termasuk kewaspadaan dan tidur.RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian
atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan
emosi dan proses piker. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan melepaskan
katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkab adanya
pelepasan serum serotonin dari sel khusu yang berada di pons dan batang otak tengah,
3. Tahap Tidur
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye
Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM). Tidur di awali dengan fase NREM yang terdiri dari empat
stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur
stadium empat; lalu diikuti oleh fase REM (Patlak,2005). Fase REM dan NREM
terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Potter & Perry,2009)
Pada tahap ini seseorang akan mengalami tidur yang dangkal dan dapat terbangun
dengan mudah oleh karena suara atau gangguan lain. Selama tahap pertama tidur,
Biasanya berlangsung selama 10 hingga 25 menit. Denyut jantung melambat dan suhu
tubuh menurun (Smith & Segal, 2010). Pada tahap ini didapatkan gerakan bola mata
berhenti (Patlak,2010)
Tahap ini lebih dalam dari tahap sebelumnya (Ganong,2012). Pada tahap ini individu
sulit untuk dibangunkan, dan jika terbangun, individu tersebut tidak dapat segera
menyesuaikan diri dan sering merasa bingung selama beberapa menit (Smith &
Segal,2010)
Tahap ini merupakan tahap tidur yang paling dalam gelombang otak sangat lambat.
Aliran darah diarahkan jauh dari otak dan menuju otot, untuk memulihkan energy
Tahap tiga dan empat dianggap sebagai tidur dalam atau deep sleep, dan
sangat restorative bagian dari tidur yang diperlukan untuk merasa cukup istirahat
dan energik di siang hari (Patlak,2005). Fase tidur NREM ini biasanya berlangsung
antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu
fase REM jam pertama prosesnya berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih intens
Selama tidur REM, mata bergerak lebih cepat ke berbagai arah, walaupun
kelopak mata tetap tertutup.Pernapasan juga menjadi lebih cepat, tidak teratur, dan
Selama tidur baik REM maupun NREM, dapat terjadi mimpi tetapi mimpi dari
tidur REM lebih nyata dan diyakini penting secara fungsional untuk konsolidasi
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM
menjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami
kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah. Sedangkan jika
5. Mekanisme Tidur
fisiologis.NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasan yang stabil
dan lambat serta tekanan darah yang rendah.NREM adalah tahapat tidur yang tenang.
REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba , peningkatan saraf
otonom dan mimpi. Pada tidur REM terjadi fluktuasi luas dari tekanan darah, denyut
nadi dan frekuensi nafas.Keadaan ini disertai dengan penurunan tonus otot dan
pengkatan aktivitas otot involunter. REM disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5029 mnit, rata-rata
timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah seseorang
tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupoai tidur NREM tingkat
dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat rendah, frekuensi
jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan gerakan bola mata yang cepat
atau rapid eye movement), dan lebih sulit dibangunkan daripada tidur gelombang
Pengaturan mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang
disebut Reticular Activity System. Bila aktivitas Reticular Activity System ini
meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular Activity
System menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur. Aktivitas Reticular
Activity System (RAS) ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas neurotransmitter seperti
a. Sistem Serotonigenetik
serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
b. Sistem Adenergik
sel nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
penurunan yang jelas pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
c. Sistem Kolinergik
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
e. Sistem Hormon
kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem ini secara teratur
6. Kualitas Tidur
tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu
dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata, bengkak, konjungtiva merah,
mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap ayau
(2000), dalam wavy (2008), didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang
Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan individual yang dapat
dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada malam hari atau efisiensi
tidur. Beberapa penelitian melaporkan bahwa efisiensi tidur pada usia dewasa muda
adalah 80-90% (Dament et al, 1985; Hayashi & Endo,1982 dikutip dari Carpenito,
1998). Disisi lain, Lai (2002) dalam wavy (2008) menyebutkan bahwa kualitas tidur,
dan kemudiahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. kualitas tidur yang baik dapat
memberikan perasaan tenang dipagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh
gangguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sengat penting dan
EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik dari
permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas
listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat
eksistasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit
lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa,
Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda
fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan di jelaskan apa saja tanda fisik dan
a) Tanda Fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva
kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan (sering menguap),
a) Tanda Psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi penglihatan
menurun.
Kualitas tidur merupakan parameter yang dapat diukur dengan berbagai
indikator, diantaranya adalah indikator total jam tidur malam hari, waktu untuk
kedalaman tidur, kepuasan tidur dan mengantuk pada siang hari. Kualitas tidur
Kualitas tidur baik adalah dimana seseorang dapat tidur dengan puas, jumlah
waktu tidur yang normal, perasaan yang segar saat bangun tidur di pagi hari,
saaat tidur.
Kualitas tidur buruk adalah kebalikan dari kualitas tidur baik, dimana salah satu
atau semua faktor-faktor yang diatas mengalami gangguan atau tidak normal.
dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kualitas tidur adalah
mempengaruhinya adalah :
1) Penyakit
daripada keadaan normal. Sering sekali pada orang tidur pola tidurnya
juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang timbul
oleh luka.
2) Lingkungan
tidur seseorang.
3) Kelelahan
4) Gaya Hidup
Orang yang bekerja shift dan sering berubah shiftnya harus mengatur
kegiatannya agar dapat tidur pada waktu yang tepat. Keadaan rileks
5) Stress Emosi
memiliki kisaran nilai 0-3 dengan 0 menunjukan tidak adanya kesulitasn tidur
dan 3 menunjukan kesulitan tidur yang berat. Skor dari 7 komponen tersebut
Sangat baik :0
Cukup baik :1
Cukup buruk : 2
Sangat buruk : 3
7) Latensi tidur
“Selama 1 bulan ini, berapa lama biasanya waktu yang mbah perlukan
Piilihan jawaban :
0-15 menit : 0
16-30 menit : 1
31-60 menit : 2
≥ 60 menit : 3
pilihan jawaban :
Tidak pernah :0
1-2 kali : 1
3-4 kali : 2
5-6 kali : 3
Skor latensi 0 :0
8) Durasi tidur
bulan ini, berapa jam mbah benar-benar merasa tidur waktu malam ?”.
dengan kriteria:
jam tidur malam dan bangun pagi serta durasi tidur. Jawaban
Tidak pernah :0
Pernah :1
Sering :2
Sangat sering :3
≤ 1 kali seminggu :1
≥ 3 kali seminggu :3
Tidak pernah :0
Pernah :1
Sering :2
Sangat sering :3
Tidak semangat : 3
Semangat :2
Cukup semangat : 1
Sangat semangat: 0
Kemudian kedua pertanyaan dijumlahkan sehingga diperoleh skor
1) Faramakologis
Hanya ada beberapa dari gangguan tidur pada lanjut usia yang penanganannya
(1) PLMS dan RLS bisa diobati dengan salah satu agen dopaminergic
(2) RBD diberikan dengan salah satu obat berikut ini, seperti clonazepam,
ngantuk di pagi hari dan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan amnesia
pemakaian obat di hentikan maka gelaja dan keluhan tidur akan muncul
2) Nonfarmakologis
and Alternative Medicine (CAM), beberapa contoh dari terapi ini adalah
Latihan ini digunakan untuk melatih otot-otot pernafasan yang akan mampu
kelenturan otot dengan cara mengembalikan otot-otot pada panjangnya yang alamiah dan
Tujuan latihan otot pernafasan ini adalah membantu mengurangi srtes dan
(Nurhadi, 2007).
e. Meningkatkan O2 maksimal
f. Pengurangan pemakaian obat
g. Mengurangi kekambuhan
c. Menginstruksikan klien agar dapat mengikuti dengan menarik nafas dalam melalui
hidung.
e. Kemudian teruskan dengan menarik nafas melalui hidung, lalu buang udara
h. Minta klien untuk merelaksasikan otot intecosta dan otot bantu pernafasan saat
A. PENGKAJIAN
PENGKAJIAN PRIMER
1. Airway
c) Oksigen
2. Breating
3. Circulation
a) Riwayat HT, MCI akut, GJK sebelumnya, penyakit katub jantung, anemia, syok
dll.
b)Tekanan darah, nadi, frekwensi jantung, irama jantung, nadi afical, bunyi jantung
S3, gallop, nadi ferifer berkurang, perubahan dalam denyut nadi jugularis, warna
kulit, kebiruan punggung, kuku pucat dan syanosis, hepar ada pembesaran, bunyi
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Aktivitas/istirahat
beraktifitas.
2. Integritas ego
Gejala penurunan jumlah urine. Urine berwarna pekat, berkemih pada malam
hari, diare/konstifasi
4. Makanan/cairan
5. Hygine
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
Nyeri dada akut /kronik, nyeri abdomen, sakit pada otot, gelisah
8. Interaksi sosisl
IV NOC Nic
Toleransi Aktivitas Terapi Aktifitas
Setelah dilakukan tindakan 4.1 Observasi adanya
keperawatan selama 3x24 pembatasan klien
jam masalah intoleransi dalam melakukan
aktivitas dapat teratasi aktivitas
dengan kriteria 4.2 Kaji adanya factor
hasil: menyebabkan
1. Frekuensi nadi ketika kelelahan
beraktivitas pertahankan 4.3 Monitor pasien
pada 3 cukup terganggu di akan adanya
tingkatkan kelelahan fisik atau
ke 4 sedikit terganggu emosi yang
berlebihan
2. Frekuensi pernafasan 4.4 Monitor respon
ketika beraktivitas, di kardiovaskuler
pertahankan pada 3 cukup terhadap
terganggu di tingkatkan ke aktivita
4 sedikit terganggu (takikardi,disritmia,
sesaknafas,diapores
is, perubahan
hemodinamik)
PENUTUP
Pada bab ini, peneliti akan mengemukakan kesimpulan dari hasil pembahasan
serta memberikan saran kepada beberapa pihak agar dapat dijadikan acuan untuk
1. Kesimpulan
bergerak
2. Saran
keilmuan kardiovaskuler.
kualitas tidur.
2. DAFTAR PUSTAKA
5. Ganong, W.F, 2009, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 20, penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
6. Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Edisi12)
Saunder, Elseiveir.
9. Kozier and Erb. (2010). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Edisi 5. Jakarta
:EGC
14. Potter & Perry.2009. Buku Ajar Fundal Mental keperawatan Konsep, Proses dan
Praktik, Edisi 4. Jakarta : EGC.
15. Riset Kesehatan Dasar. (2018). Badan penelitian dan Pengembangan kesehatan
Kementrian Kesehatan RI 2018.
18. Smith, M.C., Yamashita, T.E., Bryant, L. L., Hemphill, L., & Kutner, J.S. (2009).
Providing Massage Therapy For People with Advance Cancer: What to Expect. The
Journal of Alternative and Complementary Medicine. 13 (6), 739-744.
20. WHO. (2012). Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan penanggulangan
penyakit tidak menular. Di akses pada tanggal 28 Desember, 2017. From
http://situs.kesehatanmasyarakat.info/refrensi35.html