Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia Yang Menderita Penyakit Kronis
SKRIPSI
Oleh
121101053
MEDAN
2016
Segala puji dan syukur kepada Allah atas kasih setia-Nya yang telah
meyertai penulis dalam meyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul
“Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Lansia yang Menderita
Penyakit kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penulisan skripsi ini
merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
iv
Penulis
Kualitas hidup lansia adalah persepsi lansia terkait posisi mereka dikehidupan
didalam konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka hidup dan berhubungan
dengan tujuan, pandangan, standar dan perhatian mereka. Salah satu faktor
penyebab terjadinya penurunan kualitas hidup pada lansia adalah penyakit kronis.
Oleh karena itu dukungan keluarga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup
lansia yang menderita penyakit kronis.Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia yang
menderita penyakit kronis di RSUP Haji Adam Malik Medan. Desain penelitian
ini adalah korelasional. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan metode
power analisys. Besar sampel yang digunakan sebanyak 85 orang. Proses
pemilihan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen
penelitian berupa kuisioner data demografi, kuisioner dukungan keluarga yang
terdiri dari dukungan instrumental, dukungan emosional, dukungan informasional,
dan dukungan keluarga serta instrumen Older People Quality Of Life-Brief.
Pengumpulan data berlangsung mulai bulan Februari-Maret 2016. Data dianalisis
dengan menggunakan uji korelasi pearson. Hasil penelitian ini menunjukkan
dukungan keluarga dengan kulitas hidup lansia memiliki p value 0.000 dan
r=0.716. Dari hasil statistik, dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia yang menderita
penyakit kronis. Berdasarkan hasil penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan implikasi pada pemberdayaan keluarga berupa peningkatan
dukungan keluarga pada lansia, khusunya lansia yang menderita penyakit kronis
baik dari segi instrumental, informasional, penghargaan maupun emosional.
Sehingga perubahan kualitas hidup mengarah kepada peningkatan kualitas hidup
lansia.
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………... i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………………. iii
PRAKATA………………………………………………………………………….. iv
ABSTRACT…………………………………………………………………………. vi
ABSTRAK…………………………………………………………………………... vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………... viii
DAFTAR SKEMA………………………………………………………………….. xi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………………... xii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………………... 1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
1.2. Pertanyaan Penelitian…………………………………………………………... 6
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………………………. 6
1.4. Manfaat Penelitian……………………………………………………………… 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………………….. 8
2.1. Konsep Kualitas Hidup………………………………………………………… 8
2.1.1. Definisi Kualitas Hidup………………………………………………… 8
2.1.2. Domain Kualitas Hidup………………………………………………… 9
2.1.3. Pengukuran Kualitas Hidup……………………………………….…… 10
2.2. Konsep Dukungan Keluarga…………………………………………………… 10
2.2.1 Definisi Keluarga……………………………………………………… 10
2.2.2 Fungsi Keluarga……………………………………………………..... 11
2.2.3 Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan…………………………….. 14
2.2.4 Definisi Dukungan Keluarga……………………............................….. 17
2.2.5 Dimensi Dukungan Keluarga…………………………………………. 17
2.3. Konsep Penyakit Kronis pada Lansia…………………………………………. 18
2.3.1. Konsep Lansia…………………………………………..……………... 18
2.3.1.1 Definisi Lansia………………………………………………... 18
2.3.1.2 Klasifikasi Lansia…………………………………………….. 19
viii
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.3 Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia……………. 20
2.3.1.4 Penyakit pada Lansia…………………………………………. 21
2.3.2. Konsep Penyakit Kronis………………………………………………. 22
2.3.2.1 Definisi Penyakit Kronis……………...……..……………….. 22
2.3.2.3 Fase-Fase Penyakit Kronis…………………………………… 22
2.4. Desain Korelasi……………….……………………………………………….. 23
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN……………………………………………… 25
3.1. Kerangka Konseptual………………………………………………………….. 25
3.2. Defenisi Operasional Variabel Penelitian……………………………………... 27 iii
3.3. Hipotesis Penelitian…………………………………………………………… 29
BAB 4 METODE PENELITIAN………………………………………………….. 30
4.1. Desain Penelitian……………………………………………………………… 30
4.2. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………….. 30
4.2.1. Populasi ……………………………………………………………….. 30
4.2.2. Sampel…………………………………………………………………. 30
4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian…………………………………………………... 31
4.4. Pertimbangan Etik……………………………………………………………... 31
4.5. Instrumen Penelitian…………………………………………………………… 32
4.6. Validitas dan Reliabilitas………………………………………………………. 34
4.6.1. Validitas………………………………………………………………... 34
4.6.2. Reliabilitas……………………………………………………………... 35
4.7. Pengumpulan Data…………………………………………………………….. 35
4.8. Analisis Data…………………………………………………………………... 36
4.8.1 Analisis Univariat……………………………………………………… 37
4.8.2 Analisis Bivariat………………………………………………………... 37
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………….. 38
5.1. Hasil Penelitian…………………………………………………………………. 38
5.1.1 Karakteristik Responden………………………………………………... 38
5.1.2 Dukungan Keluarga…………………………………………………….. 39
5.1.3 Kualitas Hidup Lansia………………………………………………...... 40
5.1.4 Asumsi Dasar dan Korelasi Dukungan Keluarga dengan Kualitas
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SKEMA
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xi
xii
Universitas Sumatera Utara
`
BAB 1
PENDAHULUAN
membutuhkan jangka waktu lama dan respon yang kompleks, jarang sembuh
total, serta berkoordinasi dengan berbagai disiplin ilmu kesehatan untuk keperluan
dan Beattie (2015) juga menyatakan bahwa penyakit kronis juga berperan dalam
keterbatasan fisik. Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
penyakit kronis adalah suatu keadaan yang menyebabkan kesakitan dan kematian
yang membutuhkan pengobatan dan peralatan dalam jangka waktu yang lama,
jantung, stroke, gangguan pernapasan kronis, kanker dan diabetes (WHO, 2005).
Penyakit kronis biasanya dialami oleh dewasa menengah dan lansia, hal ini
sejalan dengan Ward (2013) yang menyatakan bahwa penyakit kronis biasanya
terjadi pada usia 50 tahun ke atas, yakni dengan penyakit gagal jantung kongestif,
`1
Universitas Sumatera Utara
penyakit ginjal, stroke, kanker, penyakit muskuloskeletal, depresi dan diabetes.
Pada usia 50 tahun ke atas faktor gaya hidup, termasuk merokok, perubahan
Namun pada usia lanjut penyakit kronis merupakan gabungan dari kelainan-
kelainan yang timbul akibat penyakit dan proses menua, yaitu proses
pada lansia dengan sampel lansia sebanyak 13.157 orang di China, dengan
2%, depresi 0,3%, angina 10%, dan 8% menderita penyakit lain. Sedangkan di
anemia 2,04%, gagal jantung 20,87%, stroke 22,03% (Depkes RI, 2013). Di Jawa
Tengah, persentase penyakit kronis yang diderita oleh lansia yaitu penyakit
arthritis 49,0%, hipertensi dan penyakit jantung koroner 15,2%, bronkitis 7,4%,
diabetes melitus 3,3%, stroke 2,1%, TB paru 1,8%, Kanker 1,7% dan masalah
dengan sampel lansia 306 orang, sebanyak 87,3% lansia menderita penyakit
Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis yang
dan dukungan dari keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
lansia dengan penyakit kronis (Ward, 2013). World Health Organization Quality
posisi individu dalam hidup sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang
standar yang ditetapkan, dan perhatian dari seseorang. Masalah yang mencakup
kualitas hidup sangat luas dan kompleks termasuk masalah kesehatan fisik, status
tertentu dapat mengubah proses penuaan dan kualias hidup pada lansia, kualitas
hidup memiliki evaluasi yang multidimensi dan dimensi ini dapat mengukur
menjelaskan bahwa ada 7 dimensi kualitas hidup yang terdiri dari keseluruhan
sosial (hubungan lansia terhadap keluarga, teman, dan aktifitas sosial yang
diikuti), kemandirian (melakukan suatu hal tanpa bantuan orang lain), di rumah
peranan yang penting dalam penentu kualitas hidup lansia. Friedman (2010)
sepanjang masa kehidupan dengan sifat dan jenis dukungan yang berbeda dalam
dukungan sosial internal seperti dukungan suami, istri, atau dukungan dari saudara
kandung dan dapat juga berupa dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti.
Selain itu, dukungan keluarga dapat membuat keluarga mampu berfungsi dengan
berbagai kepandaian dan akal, dan hal ini dapat meningkatkan kesehatan dan
adaptasi keluarga.
bahwa bentuk dukungan keluarga juga merupakan segala bentuk perilaku dan
sikap positif yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga, anggota
ρ Value = 0,002 < α 0,05 yang berarti bahwa adanya hubungan antara dukungan
sampel 41 orang diperoleh ρ value = 0,04 yang bermakna bahwa fungsi keluarga
(2011) dengan sampel 143 diperoleh ρ value = 0,001 yang bermakna bahwa ada
hipertensi.
keluarga dengan diet berhubungan secara signifikan terhadap diet self care pada
kualitas hidup lansia berkaitan dengan aktivitas sosial, interaksi sosial, dan fungsi
keluarga.
kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis. Proses penuaan yang
ditinjau dari empat dimensi terhadap kualitas hidup lansia, terutama lansia dengan
penyakit kronis belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk
ditinjau dari empat dimensi dengan kualitas hidup lansia yang menderita penyakit
kronis?
dalam pembelajaran terkait lansia. Hal ini sangat perlu, karena pendekatan
keluarga adalah salah satu prinsip perawatan lansia dengan terutama lansia dengan
penyakit kronis.
kronis.
perawatan diri lansia dengan penyakit kronis dan hubungannya dengan kualitas
hidup.
TINJAUAN PUSTAKA
adalah keadaan bagaimana individu merespon secara fisik dan emosinal serta
berhubungan dengan perhatian pada emosi sosial dan kesejahteraan fisik yang
kualitas hidup memiliki dua komponen dasar yaitu subjektifitas dan multidimensi,
subjektifitas mengandung arti bahwa kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari
salah satu sudut pandang klien itu sendiri dan ini hanya dapat diketahui dengan
bertanya langsung pada klien dan multidimensi yang bermakna kualitas hidup
dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik meliputi aspek
persepsi individu terkait posisi mereka dikehidupan didalam konteks budaya dan
standar dan perhatian mereka. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa kualitas hidup sebagai kepuasan hidup seseorang bersifat subjektif dengan
multidimensi yang dipandang secara holistik yakni meliputi aspek biologi, fisik,
kesehatan fisik yang terdiri dari rasa nyeri, energy dan istirahat, tidur, mobilitas,
perasaan positif dan negative, cara berfikir, harga diri, body image, dan spiritual,
dan aktifitas sosial yang diikuti), kemandirian (melakukan suatu hal tanpa bantuan
orang lain), di rumah dan bertetangga (perasaan nyaman dan tenang di rumah dan
(Older People Quality of Life-Brief) untuk mengukur kualitas hidup lansia yang
dibuat oleh Ann Bowling (2013). Instrumen OPQOL-Brief ini telah digunakan di
Italia yaitu pada penelitian Bilotta, et al., (2011). Penelitian ini dilakukan pada
210 responden untuk melihat hubungan antara dua health outcomes. Nilai
validitas penelitian ini adalah 0.01 dan nilai reliabilitas dengan cronbach alpha of
kepuasan dan live overall. Jawaban dari pertanyaan kepuasan berdasarkan skala
Likert yaitu sangat baik = 5, baik = 4, sedang = 3, buruk = 2, dan sangat buruk =
1. Sedangkan untuk live overall yaitu sangat setuju = 5, setuju = 4, sedikit tidak
setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Nilai tertinggi untuk kualitas
hidup adalah 65 dan terendah 13, semakin tinggi nilai kuisioner, semakin baik
Kelurga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan
sekelompok orang yang hidup bersama atau berhubungan erat, yang saling
yakni terdiri dari ayah, ibu dan anak atau semua individu yang tinggal didalam
rumah tangga tersebut dimana anggota keluarga tersebut saling berinteraksi untuk
Dari beberapa pendapat para ahli tentang defenisi keluarga maka dapat
disimpulkan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki hubungan
erat, saling memberi perhatian dan saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
bersama.
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1999) dalam Ali (2010)
adalah sebagai berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah. (c)
dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. (b) Menerjemahkan agama dalam
dalam ajaran agama. (d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugas-
masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugas-
tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik
Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang
baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina
secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik
hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
(b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. (c) Membina dan
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c)
waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan
masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-
(d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua
selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga
kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya.
Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat
hingga teratasi.
3) Memberikan perawatan pada anggotanya yang sakit. Hal ini dapat dilakukan
keperawatan.
1) Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga yang
individu di dalam keluarga mulai dari awal sampai akhir akan dipengaruhi
kesehatan seluruh anggota keluarganya dan bukan individu itu sendiri yang
3) Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. penyakit pada salah satu
keputusan, anggota keluarga yang jauh juga ikut serta dalam pengambilan
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan efisien untuk berbagai usaha
kesehatan masyarakat.
Oleh karena itu, peneliti menyimpulkan bahwa keluarga dalam hal ini
tidak dipandang dari jumlah anggotanya, tetapi kesatuannya yang unik dalam
mengambil keputusan, sikap, nilai, hubungan dengan masyarakat luas dan gaya
hidup yang tidak sama antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya.
keluarga lainnya dengan cara yang bervariasi dan dukungan itu dapat diberikan
memberikan rasa aman secara fisik dan psikologis pada individu yang sedang
anggota keluarga yang bermasalah, baik itu anggota keluarga yang sakit maupun
yaitu:
penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun
dan penyebar informasi yang meliputi pemberian saran, informasi yang bisa
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi.
perhatian.
4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut Hawari (2001) dalam
Makhfudli dan Efendi (2009) lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan
tahun ke atas Berdasarkan defenisi lansia yang dikemukakan oleh para ahli,
Klasifikasi lansia dalam Dewi (2014) berdasarkan WHO yaitu Elderly (60-
74 tahun), Old (75-89 tahun), Very Old (>90 tahun). Sedangkan menurut Maryam,
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI,
2003).
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003).
5) Lansia tidak potensial, lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
kognitif, dan perubahan psikososial (Potter & Perry, 2005). Perubahan secara
fisiologis yaitu kulit kehilangan kelenturan dan kelembapan pada lansia yang
Delirium yang terjadi pada lansia berupa kurang perhatian, ilusi, halusinasi,
psikososial yang meliputi pensiun, isolasi sosial yang terdiri dari isolasi sikap
yang terjadi karena nilai pribadi atau budaya dan isolasi penampilan seperti citra
tubuh, higiene, tanda penyakit yang terlihat dan kehilangan fungsi. Tempat tinggal
dan lingkungan dimana terjadi perubahan pada peran sosial, tanggung jawab
keluarga, dan status kesehatan mempengaruhi rencana kehidupan lansia (Potter &
pada lansia membuat lansia harus menyesuaikan diri terhadap penurunan fungsi
baik secara fisiologis, kognitif, dan psikososial dengan menemukan cara untuk
penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yaitu depresi
Menurut Potter dan Perry (2005) hampir 80% lansia dengan usia 65 tahun ke
atas mempunyai sedikitnya satu masalah kesehatan. Potter dan perry membagi
masalah kesehatan lansia menjadi dua yaitu masalah kesehatan fisiologis dan
paru obstruktif menahun. Masalah psikososial pada lansia yang biasanya terjadi
fisiologis dan kematian. Penyebab kematian yang biasa terjadi pada lansia adalah
bulan atau lebih (Smeltzer & Bare, 2009). Menurut US Department of Health and
Human Services (2010, dalam Goodman 2013) penyakit kronis adalah suatu
lebih dari 1 tahun yang berdampak pada keterbatasan dalam aktivitas sehari-hari.
secara umum bertahap dan sering tersembunyi, disebabkan oleh banyak faktor
waktu yang lama seperti diabetes, penyakit jantung, mental yang progresif dan
bahwa penyakit kronis adalah suatu kondisi penyakit yang lebih dari 3 bulan,
Menurut Corbin dan Cherry (1997, dalam Smeltzer & Bare, 2009) penyakit
1) Fase pre trajectory. Individu berisiko terhadap penyakit kronis karena faktor-
penyakit kronis.
Fase ini sering tidak jelas karena gejala sedang dievaluasi dan pemeriksaan
5) Fase Akut. Ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
menanganinya.
6) Fase krisis. Ditandai dengan situasi krisis atau mengancam jiwa yang
7) Fase pulih. Pulih kembali pada cara hidup yang diterima pada batasan yang
gejala.
9) Fase kematian. Ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat fungsi tubuh
variabel. Korelasi adalah sebuah hubungan atau gabungan antara dua variabel,
yang cenderung pada variasi satu variabel dihubungkan dengan variasi yang lain
(Polit & Beck, 2012). Menurut Ludico et al., (2006), suatu penelitian dengan dua
yang berbeda jumlah atau level dari satu variabel dengan variabel yang berbeda
variabel tersebut (Polit & Beck, 2012). Desain nonexperiment korelasi meiliki
kelebihan yang memuaskan, tetapi desain ini juga memiliki beberapa kekurangan.
Kelemahan dari desain korelasi adalah pada interpretasi atau tafsiran dari hasil
tidak memiliki dasar secara teoritis dan jika penelitian menggunakan desain cross-
data dalam jumlah besar yang sering efesien, penelitian korelasi akan tepat bila
masalah yang menarik yang tidak dapat dilakukan untuk suatu percobaan atau
27
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
dengan kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis. Penyakit kronis
adalah suatu kondisi penyakit yang jangka waktunya lebih dari 3 bulan,
kronis yang berdampak dari segi fisik maupun psikologis pada lansia tentu sangat
kronis, keterlibatan keluarga dalam perawatan lansia ini dapat menjadi sumber
dukungan dan motivasi dalam menghadapi penyakit yang diderita oleh lansia.
25
(Bowling, 2013)
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel dukungan keluarga
sebagai variabel independen dan variabel kualitas hidup lansia sebagai variabel
dependen.
Variabel Dependen
1 Kualitas Persepsi atau Menggunakan Jumlah skor Interval
hidup lansia pandangan instrumen kumulatif
yang terdiri subjektif OPQOL – jawaban
dari lansia BRIEF (Older responden
keseluruhan terhadap People Quality tentang
hidup kepuasaan dan of Life-BRIEF) kualitas hidup
(kepuasan dampak yang yang terdiri meliputi
hidup), dirasakan oleh dari 13 dampak dan
kesehatan lansia dalam 4 pertanyaan kepuasan
(kesanggupa minggu dan dibagi jumlah
n melakukan terakhir. menggunakan item
aktifitas), skala Likert pertanyaan.
hubungan dengan Hasil ukur
sosial alternatif dalam bentuk
(hubungan jawaban kepuasan, skor
lansia 5.Sangat tertinggi 5 dan
terhadap setuju terendah 1
keluarga, 4.Setuju
teman, dan 3.Sedikit tidak
aktifitas Setuju
sosial yang 2.Tidak setuju
diikuti), 1.Sangat tidak
kemandirian Setuju
(melakukan Untuk setiap
suatu hal itemnya
tanpa selain
bantuan kepuasan
orang lain), hidup, hasil
di rumah ukur dalam
dan 5 alternatif
bertetangga jawaban
(perasaan yaitu
nyaman dan 5.Sangat baik
tenang di 4.Baik
keluarga dengan kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis (Ha).
METODE PENELITIAN
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel (Polit & Beck, 2012),
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien lansia yang menderita
4.2.2 Sampel
analisa kekuatan (power) sebesar 0,8 dan Effect Size 0,30 sehingga didapatkan
kesempatan yang sama kepada setiap anggota yang ada dalam populasi untuk
dijadikan sampel. Adapun sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah
30
penyakit keganasan misalnya kanker stadium 1 dan 2) dan menderita penyakit >3
bulan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP Haji Adam Malik Medan, dapat
melihat rekam medik calon responden terlebih dahulu, kemudian peneliti memilih
nomor rekam medik ganjil untuk dijadikan calon responden. Selanjutnya peneliti
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik Medan. Alasan peneliti
memilih RSUP Haji Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian karena rumah
sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan, rumah sakit rujukan dimana
terdapat cukup banyak klien lansia yang menderita penyakit kronis, sehingga
dapat memenuhi kriteria sampel yang diinginkan. Waktu penelitian ini dilakukan
pada bulan oktober sampai juli 2016 dan pengumpulan data penelitian dilakukan
penelitian dan memberikan kuesioner untuk diisi. Jika dalam pengisian kuesioner
kepada peneliti. Jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden
berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data
berlangsung.
material, nama baik dan bebas dari tekanan fisik dan psikologis yang timbul
responden dijamin oleh peneliti dan hanya digunakan dalam penelitian ini
(anonymity). Dalam melakukan penelitian ini, peneliti juga bersikap adil (Justice)
diderita, dan lama menderita penyakit dan keluarga yang selama ini merawat.
Kuesioner ini disajikan dalam bentuk pernyataan positif dengan empat pilihan
alternatif jawaban yaitu selalu, sering, jarang, dantidak pernah. Bobot nilai yang
diberikan untuk setiap pernyataan adalah 1,2,3, dan 4 dengan jawaban selalu
mendapat nilai 4, sering mendapat nilai 3, jarang mendapat nilai 2, dan jawaban
tidak pernah mendapat nilai 1. Total skor adalah 16-64. Semakin tinggi jumlah
(2013, sudah mendapat izin dan terlampir), yaitu OPQOL - BRIEF (Older People
menelaah apakah ada perubahan makna pada pernyataan instrumen yang telah
responden digunakan penilaian sangat baik, baik, sedang, buruk, dan sangat
buruk. Nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan yakni 5,4,3,2,1 dengan bobot
nilai yang diberikan untuk setiap pernyataan yakni sangat baik 5, baik 4, sedang 3,
buruk 2, dan sangat buruk 1. Sedangkan untuk kepuasan hidup terdiri dari 5
pilihan pernyataan yakni sangat setuju, setuju, sedikit tidak setuju, tidak setuju,
sangat setuju dengan bobot nilai 5,4,3,2,1. Pernyataan sangat setuju diberi skor 5,
setuju 4, sedikit tidak setuju 3, tidak setuju 2, dan sangat tidak setuju 1. Total Skor
adalah 5-65. Semakin tinggi jumlah skor, kualitas hidup lansia semakin baik.
4.6.1 Validitas
Uji validitas pada variabel kualitas hidup lansia tidak dilakukan karena
penelitiannya tentang which measure of quality of life perfoms best in older age?
OPQOL-Brief di uji oleh 6 orang expert dan telah dinyatakan valid. Sedangkan uji
experts, dengan standar valid 0,8 (Polit & Beck, 2006). Berdasarkan nilai CVI
keluarga dan kualitas hidup lansia. Untuk instrumen yang baru akan reliabel jika
memiliki reliabilitas > 0.70 (Polit & Beck, 2012). Uji reliabilitas dalam penelitian
ini akan dilakukan pada 30 responden di RSUP Haji Adam Malik Rindu A dan
Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu, pada tahap awal
penelitian. Peneliti menentukan responden yang sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan.
Dalam RSUP Haji Adam Malik. Peneliti mendatangi setiap calon responden yang
terdiri dari nomor, nama, umur, dan alamat. Jika calon responden belum pernah
menjadi responden dan bersedia menjadi responden maka data responden dicatat
tentang maksud, tujuan, dan prosedur penelitian. Bagi calon responden yang
mampu (n=79 orang) dibantu keluarga untuk mengisi kuesioner yang sesuai
dibutuhkan dalam penelitian ini, maka pengumpulan data telah selesai dilakukan
segera diperbaiki, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan
peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Kemudian memasukkan data
bivariat.
dukungan keluarga ditinjau dari empat dimensi) digunakan nilai mean, minimal
dan maksimal dengan 95% confident interval mean. Analisis untuk data
untuk umur dan lama menderita penyakit kronis dianalisis menggunakan nilai
mean.Analisa data lebih lanjut , pada data numerik (kualitas hidup lansia dan
untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data
dukungan dengan kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis di RSUP
lansia, dan hubungan dukungan keluarga yang ditinjau dari empat dimensi dengan
kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis di RSUP Haji Adam Malik
Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2016, dengan jumlah responden
sebanyak 85 orang lansia yang menderita penyakit kronis yang diperoleh dari
(n= 44 atau 51,8%) dan rata-rata umur lansia yang menderita penyakit kronis 60-
65 tahun. Tingkat pendidikan lansia yang dominan adalah SMA/SMK (n= 34 atau
kronis yang diderita lansia, penyakit kardiovaskular adalah salah satu penyakit 45
kronis yang paling banyak diderita oleh lansia yaitu sebanyak 25,9%, penyakit
kedua terbanyak adalah penyakit keganasan seperti tumor sebanyak 24,7%, dan
penyakit kronis urogenital adalah penyakit kronis ketiga terbanyak yang diderita
lansia yaitu sebanyak 18,8%. Rata-rata lansia yang menderita penyakit kronis di
38
keluarga terendah adalah 2,06 dan tertinggi 4. Berdasarkan nilai rata rata yang
dukungan keluarga adalah 2 dan maksimal 4. Demikian juga pada rata-rata sub
informasional dan penilaian diperoleh nilai mean >3 yang berarti responden
dan disesuaikan dengan skala instrumen, dapat disimpulkan bahwa lansia yang
Haji Adam Malik sering mendapat dukungan dari keluarga, baik dari dimensi
Tabel 2
Rata-rata nilai kualitas hidup lansia adalah 4,32. Nilai kualitas hidup
responden terendah adalah 2,38 yang berarti lansia memiliki kualitas hidup yang
buruk dan tertinggi 5 yang berarti sangat baik. Nilai rata-rata kualitas hidup lansia
instrumen kualitas hidup lansia pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
lansia memiliki kualitas hidup yang baik. Begitu juga dengan nilai estimasi
interval yaitu 4.18-4.48 yang disesuaikan dengan skala instrumen kualitas hidup
lansia, dapat disimpulkan bahwa lansia yang menderita penyakit kronis yang
kualitas hidup yang baik. Adapun data variabel kualitas hidup lansia dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3
Mean, Min-Maks, dan 95% CI kualitas hidup lansia.di RSUP Haji Adam
MalikMedan (n=85)
Hidup Lansia
dan variabel kualitas hidup lansia sebesar 0.153. Data dikatakan berdistribusi
normal karena hasil statistic > 0.05, sehingga penelitian menggunakan statistic
parametrik.
statistik lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan yang bermakna
value = 0,000). Dari hasil analisi korelasi, maka dapat disimpulkan bahwa
dari empat dimensi dengan kualitas hidup lansia yang menderita penyakit kronis
Tabel 4
Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansiadi RSUP Haji Adam
Malik Medan (n=85)
5.2 PEMBAHASAN
hidup lansia yang menderita penyakit kronis di Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Kronis
Rata-rata nilai dukungan keluarga adalah 3,58, dengan nilai terendah 2,06
dan nilai teringgi 4,00. Berdasarkan nilai rata-rata yang disesuaikan dengan skala
instrumen pada penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa lansia yang menderita
penilaian. Nilai rata-rata dimensi penghargaan adalah nilai yang paling tinggi dari
empat dimensi dukungan keluarga. Hal ini berarti dimensi penghargaan adalah
salah satu dukungan yang paling sering keluarga berikan kepada lansia yang
penelitian Yusra 4 dimensi dukungan keluarga yang paling sering diberikan pada
Herlinah et al (2013), dukungan keluarga yang paling efektif diberikan pada lansia
hipertensi. Hal ini juga didukung oleh penelitian Swiderska (2014), lansia tidak
khususnya dengan pasangan, anak, cucu, atau sanak saudara sangatlah penting
kematian.
penyebab terjadinya depresi pada lansia, apalagi lansia dengan penyakit kronis.
Tetapi dengan adanya dukungan dari keluarga dapat membuat lansia merasa
aman, merasa ada yang menemani, ada yang mempedulikan keberadaan lansia
khusunya pada lansia dengan penyakit kronis yang sedang pada tahap pengobatan.
adalah dipedulikan dan ditemani oleh anggota keluarga. Sebanyak 70% anggota
dengan kondisi kronis. Hung menyatakan bahwa lansia dengan kondisi kronis,
dukungan dari anggota keluarga adalah hal yang paling mereka butuhkan dengan
4.30. Berdasarkan nilai rata-rata yang disesuaikan dengan skala instrument maka
lansia yang menderita penyakit kronis mempunyai kualitas hidup yang baik.
termasuk kondisi kesehatan lansia (Lima et al, 2009). Sejalan dengan penelitian
Khan, et al (2014), bahwa penyakit dan kualitas hidup lansia saling berhubungan
Sejalan dengan teori Donegan (2007) tentang kualitas hidup pada lansia
biasanya disebabkan oleh penyakit kronis seperti stroke, rheumatoid arthritis, dll
berefek dari segi fisik, sosial, bahkan psikologis yang berimplikasi pada nyeri dan
hidup lansia yang menderita penyakit kronis. Hubungan kedua variabel kuat
(r=0,716). Hasil uji stattistik lebih lanjut disimpulkan, adanya hubungan yang
responden (p=0,000)
hipertensi (pvalue=0,000). Begitu juga dengan hasil penelitian Yenni (2011), empat
Yenni, sub variabel dukungan keluarga yang paling berhubungan dengan kejadian
stroke pada lansia hipertensi adalah dukungan informasional. Sama halnya dengan
pada lansia yangs berakibat pada perubahan kualitas hidup lansia. Hal yang sama
juga diutarakan Ikasi et al (2014) dalam hasil penelitiannya, bahwa kesepian pada
dukungan dari keluarga berperan dalam menurunkan kesepian dan stress ataupun
kronis dalam hal proses perawatan dan pengobatan. penyakit kronis pada lansia
berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia, baik dari segi kesehatan fisik, kondisi
b. Sebagian besar lansia dibantu oleh keluarga yang menemani dalam pengisian
responden.
6.1 KESIMPULAN
penyakit kronis di RSUP Haji Adam Malik adalah perempuan dengan usia rata-
atau >2 tahun. Lama menderita penyakit kronis berhubungan dengan penurunan
dengan dukungan dari keluarga. Keluarga merupakan salah satu sumber pemberi
keluarga kepada responden, mempunyai rata-rata >3, yang berarti bahwa lansia
sering memperoleh dukungan dari keluarga. Sejalan dengan kualitas hidup lansia,
dengan nilai rata-rata >4, yang berarti bahwa responden memiliki kualitas hidup
yang baik. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang signifikan
dan kuat antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia yang menderita
penyakit kronis.
kesehatan agar tetap melibatkan keluarga dalam perawatan lansia yang menderita 57
lansia. Untuk penelitian selanjutnya perlu diteliti kembali tentang fenomena ini
responden yang lebih banyak lagi untuk memperoleh variasi data serta perlu
diteliti apakah ada efektifitas keluarga terhadap kemampuan perawatan diri dan
kualitas hidup.
Reid, M. K. T., & Walker, S. P. (2009). Quality of Life in Carribean Youth with
Diabetes. West Indian Med Journal,58(3),1-8
Jadwal Penelitian
Diketahui,
Dosen pembimbing
No Original instrumen Older People Terjemahan instrumen Older People Back translationinstrumen Older People
Quality of Life (OPQOL)-Brief Quality of Life (OPQOL)-Brief Quality of Life (OPQOL)-Brief
P1 Thinking about both the good and Memikirkan hal baikdan buruk yang Think about the good and bad associated
bad things that make up your quality terkait dengan kualitas hidup with quality of life of sir / madam, how
of life, how would you rate the Ibu/Bapak, bagaimana sir / madam assess the quality of life of
quality of your life as a whole? Ibu/Bapakmenilaikualitas sir/ madam overall
hidupIbu/Bapak secara keseluruhan?
Saya sudah membaca semua keterangan tentang tujuan, resiko, manfaat dan
hak-hak sebagai responden penelitian, dan saya mengerti bahwa penelitian ini tidak
akan membahayakan diri saya sendiri. Identitas dan jawaban yang akan saya
berikan terjamin kerahasiaannya dan hanya diperlukan sebagai bahan pada
penelitian ini.
Demikian surat pernyataan ini saya tandatangani secara sadar dan tanpa
suatu paksaan.
Responden
( )
What I want to ask you, is that OK if I use your instrument into my mini research?
Thank you for kind attention.
Regards,
Bowling A. <[email protected]>
Ke
Dear Daryanti
Many thanks for getting in touch. Of course you can use it is available to download free from
the ILCUK web page:
http://www.ilcuk.org.uk/index.php/publications/publication_details/good_neighbours_measuring
_quality_of_life_in_old_age
http://www.ilcuk.org.uk/images/uploads/publication-
pdfs/OPQOL_brief_questionnaire_and_responses.pdf
Best wishes Ann (no permissions needed, just acknowledgement reference to source)
Kind regards,
Ann
Petunjuk Pengisian:
Inisial :……………………………………………………….
Umur :……………………………………………………….
2.( ) Laki-Laki
2.( ) SD
3.( ) SLTP/SMP
4.( ) SMA/SMK
Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda check list (√) pada jawaban
yang paling sesuai menurut Bapak/Ibu.
Pernyataan Sangat Baik Sedang Buruk Sangat
baik Buruk
1 Memikirkan hal baikdan
buruk yang terkait dengan
kualitas hidup Ibu/Bapak,
bagaimana Ibu/Bapak
menilaikualitas
hidupIbu/Bapak secara
keseluruhan?
Divalidkan oleh Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS (expert 1), Evi Karota Bukit, S.Kp., MNS
(expert 2), dan Ismayadi, S,Kep., Ns, M.Kes (expert 3). Perhitungan untuk validitas penelitian:
46
expert 2 = = 0.95
48
42
expert 3 = = 0.87
48
.887 16
.832 13
umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
jeniskelamin
Valid
Frequency Percent Percent Cumulative Percent
pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
SMP/SLT
16 18.8 18.8 95.3
P
penghasilan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
penyakit
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Penyakit
22 25.9 25.9 34.1
Kardiovaskular
Penyakit Pembuluh
6 7.1 7.1 41.2
Darah
Penyakit
2 2.4 2.4 43.5
Muskuloskeletal
Penyakit
4 4.7 4.7 75.3
Metabolik/Endokrin
lamamenderita
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
p1 p2 p3 p4
N Valid 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0
Minimum 2 2 2 2
Maximum 4 4 4 4
p1 p2 p3 p4
N Valid 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0
Minimum 2 2 3 2
Maximum 4 4 4 4
p1 p2 p3 p4
N Valid 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0
Minimum 2 2 2 2
Maximum 4 4 4 4
p1 p2 p3 p4
N Valid 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0
Minimum 2 2 2 2
Maximum 4 4 4 4
NValid 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85 85
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 4.34 4.36 4.54 4.29 4.36 4.06 4.49 4.33 4.40 4.46 4.36 4.
Minimum 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3
Maximum 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
95% CI
4.17 4.22 4.42 4.14 4.23 3.88 4.34 4.18 4.27 4.33 4.23 4.
(lower)
95% CI
4.52 4.51 4.66 4.45 4.50 4.24 4.65 4.48 4.53 4.59 4.50 4.
(upper)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
kualitashiduplansi
.153 85 .000 .853 85 .000
a
Correlations
dukungankelu kualitashidupl
arga ansia
dukungankeluarga Pearson
1 .716**
Correlation
N 85 85
kualitashiduplansi Pearson
.716** 1
a Correlation
N 85 85
Correlations
dukungankelu kualitashidupl
arga ansia
dukungankeluarga Pearson
1 .716**
Correlation
N 85 85
kualitashiduplansi Pearson
.716** 1
a Correlation
N 85 85
-Transportasi Rp 50.000
- souvenir Rp 210.000
3. Persiapan Skripsi
- CD Rp 10.000
Jumlah Rp 1.170.000, 00