Skripsi Susiyanti
Skripsi Susiyanti
Skripsi Susiyanti
Skripsi
Oleh:
SUSIYANTI
NPM: 1011010223
Skripsi
Oleh:
SUSIYANTI
NPM: 1011010223
PERSETUJUAN
Nama : Susiyanti
NPM : 1011010223
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan
MENYETUJUI
Untuk dimunaqasyahkan dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
iii
KEMENTRIAN AGAMA
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM RADEN INTAN LAMPUNG
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Alamat: Jl. Let. Kol. H. Endro Suratmin, Sukarame Bandar Lampung (0721) 703260
PERSETUJUAN
Mengetahui
iii
MOTTO
1
Al-Qur’an dan Terjemahan, (Bogor: Syaamil Qur’an, 2007), h.342
v
PERSEMBAHAN
Pencipta alam semesta beserta segala isinya. Dengan segala kerendahan hati, ku
1. Ayah dan Ibuku tercinta, Bapak Prayitno dan Ibu Supriyatin. Terima kasih
atas segala pengorbanan dan doa yang telah ayah/ibu berikan demi semua
impian dan harapan yang aku cita-citakan. Dukungan untuk terus menuntut
2. Kakakku Puji Nurhayani, Adikku Syamsiyah dan Sri Rahayu, terima kasih
atas dukungan dan doa kalian, akhirnya skripsi ini bisa terselesaikan. Serta
semoga kalian semua menjadi anak yang sholeh, berbakti kepada orang tua,
vi
RIWAYAT HIDUP
Desa Sinar Baru, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu. Penulis adalah anak
kedua dari empat bersaudara, lahir dari pasangan Bapak Prayitno dan Ibu Supriyatin.
Jenjang pendidikan yang dilalui penulis lalui antaralain: Sekolah Dasar Negeri
3 Sinar Baru, Kec. Sukoharjo, Kab. Pringsewu, lulus pada tahun 1997. Pada jenjang
Sekolah Dasar ini penulis lulus dengan mendapat peringkat ke-3. Kemudian
lulus pada tahun 2000. Dalam jenjang SMP ini penulis ditahun ke dua mendapat
peringkat kedua, dan tahun ketiga mendapat peringkat pertama. Lalu penulis
Tinggi karena terhalang oleh biaya. Tujuh tahun kemudian yaitu tahun 2010 penulis
tercatat sebagai Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan
Islam. Selama menjadi Mahasiswa di IAIN Raden Intan Lampung, penulis juga aktif
di organisasi sebagai anggota BEM Fakultas Tarbiyah selama satu tahun. Selain itu
penulis juga aktif di organisasi Islam yaitu Hizbut Tahrir Indonesia sejak tahun 2003.
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
Sholawat dan Salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW
Allah, maka tidak ada jalan menuju surga Allah selain dari apapun yang beliau
kebaikan, bahkan diamnya beliau pun adalah bagian dari kebaikan itu sendiri, maka
menetapi jalan yang telah ditempuh oleh beliau itu satu-satunya cara untuk
skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
2. Dr. Imam Syafe’i, M.Ag., selaku ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
viii
3. Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd. selaku pembimbing I yang telah
skripsi ini.
4. Drs. Mukti SY, M.Ag. selaku pembimbing II, yang telah banyak memberikan
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
IAIN Raden Intan Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
7. Drs. Hendro Suyono selaku Kepala Sekolah yang telah memberi kesempatan
8. Sabikhis, S.Pd.I., Titin Widyawati, M.Pd.I dan Susi Apriyani, M.Pd.I sebagai
guru PAI di SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang telah bersedia memberikan
C.5 No.1, Jemi Sasmita, Nadiya Maher, Eka Putri Nur Apriani (Puput), Tya
ix
Rani Rahayu, Radin Ayu Putri, Lisma Yunita, Siti Partiyah, Susiana (Ucy),
Muji Anggun Pertiwi, Nila Umayla, Fauziyatun, Eka Haryani, Karyati, Yunita
Anggraini, serta saudaraku Fatimah Azzahra, Novri Yani, dan Riskha Budiarti
10. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dukungan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan disisi Allah SWT dan
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kepada para pembaca kiranya dapat memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat
Penulis
Susiyanti
NPM. 1011010223
x
DAFTAR ISI
JUDUL ........................................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
PERSETUJUAN .......................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................... iv
MOTTO ........................................................................................................ v
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP .................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul ................................................................................. 1
B. Alasan Memilih Judul ........................................................................ 3
C. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ............................................................................ 17
E. Tujuan Dan Kegunaan ...................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Daftar Presentase Hasil Angket Karakter Islami Peserta Didik
Pelajaran2015/2016 .................................................................................. 61
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Judul dari suatu karya ilmiah adalah merupakan inti atau materi pokok dari
suatu masalah yang akan dibahas, dikaji dan diuraikan secara sestematis. Adapun
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan
ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat
Menurut Imam Ghozali bahwa karakter lebih dekat dengan akhlaq, yaitu
spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu
dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.2
1
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. ke-6), h. 130
2
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012,
Cet. ke-2), h. 3
2
Menurut Abudin Nata secara etimologis kata akhlak berasal dari bahasa Arab,
yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan. Sesuai
dengan bentuk tsulasi majid wajan af‟ala, yuf‟ilu, if‟alan yang berarti al-sajiyah
Karakter Islami didasarkan pada sumber pokok ajaran Islam yaitu Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi. Standar ukuran baik dan buruk dalam karakter Islam yaitu baik
dan buruk menurut Al-Qur’an dan Sunnah Nabi SAW, bukan baik-buruk menurut
Islam menjadikan takwa sebagai karakter tertinggi yang harus dimiliki setiap
muslim. Bahkan Allah menjadikan takwa sebagai satu-satunya ukuran baik atau
3
Ibid., h. 4
4
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 30.
5
Ibid., h. 18-19.
3
SMA Negeri 9 Bandar Lampung adalah salah satu lembaga pendidikan formal
tingkat menengah atas yang mendapat predikat unggul dan yang menerapkan
dengan mengajarkan nilai-nilai Islam dan juga nilai-nilai pengetahuan umum. Maka
melakukan penelitian.
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dalam skripsi
ini adalah suatu penelitian untuk mengungkap dan membahas lebih dalam mengenai
1. Pendidikan agama Islam di sekolah pada dasarnya berusaha untuk membina sikap
dan perilaku keberagaman peserta didik itu sendiri, bukan pada aspek pemahaman
tentang agama. Dengan kata lain, pendidikan agama Islam tidak sebatas
ataupun doing (bisa mempraktikan apa yang diketahui), tetapi justru lebih
mengutamakan being-nya (beragama atau menjalani hidup atas dasar ajaran dan
6
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2011), h.264.
4
tataran moral action, yakni agar peserta didik tidak hanya berhenti pada tataran
kognitif menjadi makna dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta
didik lewat berbagai cara, media, dan forum.7 Padahal pendidikan agama Islam
(PAI) memiliki peranan penting dalam membentuk karakter peserta didik. Maka
(PAI) tidak lagi berorientasi pada kognitif saja, \tetapi mampu mengubah
pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami dapat terwujud
secara maksimal.
Sekaligus kajian skripsi ini memiliki relevansi dengan disiplin ilmu yang penulis
7
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2012), h. 24.
5
kebutuhan manusia terhadap makan, minum, pakaian, rumah, dan kesehatan yang
harus terpenuhi. Hal ini karena manusia saat dilahirkan tidak mengetahui sesuatu
Kemudian Allah SWT memberikan potensi hidup berupa daya pikir dan fitrah
8
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Cet. ke-9), h. 28.
9
Ismail Yusanto dkk, Menggagas Pendidikan Islami, (Bogor: Al-Azhar Press, 2011), h.21.
10
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009), h. 407
6
“Fitrah Allah itu adalah ciptaan dan bentuk atau karakter yang Allah ciptakan dalam
diri manusia, yang telah disediakan dan disiapkan sehingga dengannya manusia bisa
sebagai dalil untuk mengetahui eksistensi dan mengimani Allah serta mengetahui
syariat-Nya.”11
Dalam pandangan Islam pendidikan sangat penting bagi manusia, bahkan Allah
Dengan demikian pendidikan bagian yang tidak terpisahkan dari hidup dan
kehidu pan manusia, bahkan pendidikan dapat dikatakan sebagai pilar penentu maju
mundurnya suatu bangsa. Maka, pendidikan yang dibutuhkan manusia bukan hanya
pendidikan yang bertujuan menguasai ilmu dan teknologi saja, melainkan juga
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
11
Yayha Abdurrahman, “Kembali ke Fitrah, Kembali ke Syariah”. Al-wa‟ie, No. 63, (Jakarta:
2005), h. 10.
12
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, Op.Cit., h. 543
7
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
berkualitas, yaitu generasi yang bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga generasi yang memiliki kepribadian yang kuat, sehingga
masyarakat ideal.
Hanya saja, sederet potret buram kehidupan para pelajar saat ini, mulai dari
tawuran antar pelajar, geng motor, tindak kriminal, narkoba, seks bebas, hamil di luar
nikah, aborsi, perkosaan, pelecehan seksual dan peredaran VCD porno, dan
harapan, bukan hanya belum berhasil meningkatan kecerdasan dan keterampilan anak
didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation
Diakui atau tidak, dunia pendidikan telah melupakan tujuan utama pendidikan
seimbang. Dunia pendidikan telah memberikan porsi yang sangat besar untuk
13
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2013), h. 7.
14
Dede Tisna, “Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja”. Al-wa‟ie, No. 147, (Jakarta:
2012), h.13.
8
H/940 M-421/1030 M), bahwa setiap ilmu atau mata pelajaran yang diajarkan oleh
berkarakter.17
keterampilan, dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud
Hal ini sesuai dengan visi pendidikan agama Islam (PAI) yaitu membentuk
sosok anak didik yang memiliki karakter, watak, dan kepribadian dengan landasan
iman dan ketakwaan serta nilai-nilai akhlak atau budi pekerti yang kukuh, yang
15
Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.17.
16
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Op.Cit., h.19-20.
17
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014, Cet. ke-2), h.11-12.
18
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, Cet. ke-2),
h.37.
19
Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015, Cet. ke-6), h. 65.
9
Kurikulum 2013 dengan mata pelajaran PAI (pendidikan Agama Islam) memiliki
orientasi tujuan yang sama, yaitu sama-sama membentuk karakter peserta didik.
universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia baik berhubungan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja Keras
6. Kreaktif
7. Mandiri
8. Demokratis
9. Rasa Ingin Tahu
20
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. ke-2), h. 18.
21
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, dan Feni Fatriani , Pengembangan Pendidikan
Karakter, (Bandung : PT Refika Aditama, 2013), h. 17.
22
Marzuki, Op.Cit., h. 21.
10
nilai-nilai karakter yang ada dalam Islam. Secara umum ruang lingkup karakter Islam
meliputi karakter kepada Allah SWT, Rasulullah SAW, diri sendiri, orang lain, dan
lingkungan sekitar.
Karakter dalam Islam tersebut antaralain: Taat kepada Allah SWT; Syukur;
Ikhlas; Sabar; Tawakal; Qanaah; Percaya diri; Rasional; Kritis; Kreaktif; Inovatif;
Mandiri; Bertanggung jawab; Cinta ilmu; Hidup sehat; Berhati-hati; Rela berkorban;
Pemberani; Dapat di percaya; Jujur; Tepat janji; Adil; Rendah hati; Malu berbuat
salah; Pemaaf; Berhati lembut; Setia; Bekerja keras; Tekun; Ulet; Gigih; Teliti;
Berpikir positif; Disiplin; Antisipasif; Visioner; Bersahaja; Beersemangat; Dinamis;
Hemat; Menghargai waktu; Produktif; Ramah; Sportif; Tabah; Terbuka; Tertib; Taat
peraturan; Toleran; Peduli; Kebersamaan; Santun; Berbakti kepada orang tua;
Menghormati orang lain; Menyayangi orang lain; Pemurah; Mengajak berbuat baik;
Berbuat sangka; Empati; Berwawasan kebangsaan; Peduli lingkungan sekitar;
Menyayangi hewan; dan menyayangi tumbuhan.24
Dalam perspektif Islam, karakter atau akhlak mulia merupakan buah yang
dihasilkan dari proses penerapan ajaran agama yang meliputi keyakinan (akidah)
serta sistem aturan dan hukum (syariah). Akidah yang lurus dan kuat akan
23
Marzuki, ibid, h. 19-20.
24
Marzuki, ibid., h. 98-101.
11
SWT sehingga tergambar akhlak (karakter) mulia dalam dirinya. 25 Islam menjadikan
takwa sebagai karakter tertinggi yang harus dimiliki setiap Muslim. Bahkan Allah
SWT menjadikan takwa sebagai satu-satunya ukuran baik atau tidaknya seorang
Artinya; ”Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat [49]: 13)26
Dalam hal ini pendidikan agama Islam (PAI) sebagai mata pelajaran yang
sarat dengan nilai-nilai karakter menjadi basis utama dalam pembentukan karakter
Oleh karena itu pendidikan agama Islam (PAI) memiliki kedudukan yang
sangat penting untuk mewujudkan orientasi tema pembelajaran Kurikulum 2013 yaitu
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreaktif, inovatif, dan efektif melalui
Islam bukan hanya sebagai sarana transformasi pengetahuan dalam aspek keagamaan
(kognitif), tetapi pendidikan agama Islam (PAI) juga harus menjadi sarana
25
Marzuki, ibid., h. 15.
26
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, Op.Cit., h. 517
27
Yunus Abidin, Op.Cit., h.17
12
internalisasi norma dan nilai moral untuk membentuk sikap (afektif) serta berperan
yang utuh.28
melalui pembelajaran dapat dilakukan secara eksplisit dan implisit. Secara eksplisit
kalimat secara verbal oleh pendidik, sedangkan secara implisit pembentukan karakter
dilakukan dengan suatu teknik penanaman karakter melalui setting kelas dengan
Oleh karena itu dalam membentuk karakter peserta didik, guru dituntut untuk
28
Nur Ainiyah, “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-Ulum,
Vol. 13 No. 1 (Universitas Negeri Semarang, Juni 2013), h. 26
29
Zaenal Arifin, “Prinsip-prinsip Pembelajaran”, Kurikulum dan Pembelajaran, ed. Toto
Ruhimat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, Cet. ke-2), h. 181
13
peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang kecerdasan dan daya kreasinya
untuk kemaslahatan diri dan masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral
identifikasi diri dan konsultan bagi peserta didik, memiliki kepekaan informasi,
kemampuan peserta didik; dan mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung
Negeri 9 Bandar Lampung, melalui wawancara Bapak Sabikis sebagai salah satu
Adapun gambaran karakter peserta didik yang diperoleh dari penyebaran angket
di kelas XI IPA 3 didapat bahwa karakter taat kepada Allah dengan indikator shalat
lima waktu belum mayoritas secara penuh dilakukan oleh peserta didik, kejujuran dan
tanggung jawab belum menjadi karakter mayoritas peserta didik, namun disisi lain
mereka telah memiliki tingkat kedisiplinan dan berbakti kepada orang tua yang cukup
30
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT.Raja
Grafindo Persada, 2012), h. 51
31
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 16 Februari
2015
14
baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakter peserta didik yang
tercakup pada KI-1 dan KI-2 belum terbentuk secara berimbang dan maksimal
Dalam hal ini proses pembentukan karakter perlu dilihat kembali apakah telah
dilaksanakan secara maksimal sesuai dengan Kurikulum 2013 atau belum terlaksana
dengan maksimal salah satunya dilihat dari proses pembelajaran PAI dalam
membentuk karakter mulia peserta didik. itu sendiri. Hal ini karena pembelajaran
merupakan salah satu tahap awal proses pembentukan karakter yang tidak kalah
pentingnya dengan tahap pembiasaan. kalinya. Dari sini akan ditemukan faktor apa
belum tercapai maksimal, berarti memungkinkan ada faktor lain yang menyebabkan
pembentukan karakter peserta didik belum mencapai hasil yang maksimal, sehingga
Adapun gambaran karakter mulia peserta didik kelas XI IPA 3 SMA Negeri 9
peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan hasil interview pra survey di SMA Negeri 9
1. Tujuan Penelitian
2. Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
Kegunaan teoritis penelitian ini dapat dijadikan referensi ataupun bahan diskusi
dibidang pendidikan.
2. Praktis
1) Sekolah
2) Guru
Bandar Lampung.
3) Peserta Didik
Kegunaan praktis bagi peserta didik yaitu untuk mendorong para peserta didik
sehari-hari.
4) Peneliti
Kegunaan bagi peneliti yaitu sebagai implementasi penerapan dari ilmu yang
LANDASAN TEORI
disatukan dalam satu aktivitas, yaitu kegiatan belajar-mengajar yang dikenal dengan
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya
kitab suci Al-Qur‟an dan Al-Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan,
1
Zaenal Abidin, “Prinsip-prinsip Pembelajaran”, Kurikulum dan Pembelajaran, ed. Toto
Ruhimat, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012, Cet. ke-2), h. 180
2
Ibid., 188
3
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014, Cet. ke-2), h. 11-12
29
Pendidikan agama Islam (PAI) adalah upaya mendidikkan agama Islam atau
ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap hidup)
seseorang.4
Jadi, pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah usaha sadar yang
pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
a. Dasar Yuridis/Hukum
Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal
tersebut terdiri dari tiga macam.
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila , sila pertama: Ketuhanan
Yang Maha Esa
2) Dasar struktual/konstitusional, yaitu UUD‟45 dalam Bab XI pasal 29 ayat 1
dan 2, yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan atas ketuhanan Yang Maha Esa;
(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973/ yang
kemudian di kukuhkan dalam Tap MPR No. IV/MPR1978 jo. Ketetapan MPR
4
Muhaimin, Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan Islam, (Jakarta,
RajaGrafindo Persada, 2011), h. 164
30
Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-
garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa
pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam
kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi.
b. Dasar Religius
Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran
Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan
ibadah kepada-Nya. Dalam Al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan
perintah tersebut, antara lain:
1) Q.S Al-Nahl ayat 125: “Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik…”
2) Q.S Ali-Imran ayat 104: “Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan umat
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar…”
3) Al-Hadits: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya sedikit.”
c. Aspek Psikologis
Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan
bermasyarakat. Manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota
masyaraka/t dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan
tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini bahwa: semua manusia di dunia ini selalu
membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan
bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha
Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan.5
5
Abdul Majid, Op.Cit., h. 13-14
31
Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Sekolah berfungsi
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari
fungsionalnya.
32
bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal
sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.6
sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,
ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang
pendidikan nasional dalam UUSPN (UU No. 20 tahun 2003), berbunyi: “Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreaktif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.8
Sebagaimana mata pelajaran, rumpun mata pelajaran, atau bahan kajian, PAI
memiliki ciri-ciri khas atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan mata
pelajaran lain. Karakteristik mata pelajaran PAI dapat dijelaskan sebagai berikut:
6
Abdul Majid, ibid., h. 15-16
7
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi Konsep
dan implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006, Cet. ke-6),, h. 135
8
Abdul Majid, Op.Cit., h. 16-17
33
implementasi kurikulum PAI sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik,
Islam), dan aspek tarikh (sejarah) dan kebudayaan Islam. Karakterikstik masing-
a. Al-Qur‟an dan hadits, menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan
al-asma’ al-husna.
9
Aulia Fitria Ningrum.”Implementasi Kurikulum Pendidikan Berbasis Karakter pada Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas 1 Pokok Bahasan Akhlak di SDN Salatiga 08
Kecamatan Sidorejo Tahun Ajaran 2011/2012”,( Skripsi, Fakultas Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAIN), Salatiga, 2012), tidak diterbitkan, h. 41-43
35
Islam.10
Dalam perspektif Islam, karakter identik dengan akhlak. Kata akhlak berasal
dari bahasa Arab, yaitu al-akhlak yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq.
Menurut Ibnu Manzhur, al-khuluq adalah ath-thabi‟ah yang artinya tabiat, watak,
pembawaan; atau as-sajiyyah yang artinya tabiat, pembawaan, karakter.11 Imam Abu
Hamadi al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam (terpatri) dalam jiwa yang
10
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013, Cet.
ke-2), h. 187-188
11
Marzuki, Op.Cit., h. 22
12
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta, 2012,
Cet. ke-2), h. 5
36
dan kehancurannya tergantung kepada pemahaman anak bangsa atau umat itu
terhadap bermacam-macam nilai yang ada dalam kehidupan. Jika semakin kuat suatu
bangsa atau umat memegang teguh berbagai tata nilai kehidupan, maka akan semakin
kuat karakter yang dimilikinya. Hal ini karena berbagai macam tata nilai kehidupan
merupakan pembentuk karakter suatu bangsa atau umat dengan ciri tertentu yang
khas. Jadi maju dan mundurnya peradaban suatu bangsa atau umat ditentukan oleh
Bangsa Arab pada zaman Jahiliyah telah memiliki nilai moral yang dijunjung
tinggi antaralain: kedermawanan (al-karam), memenuhi janji (al-wafa bil wa’di) dan
tradisi mereka untuk mengundang makan para tetangga, baik sifatnya terbatas
lainnya adalah kecenderungan mereka untuk memanjakan para tamu. Kehadiran tamu
mereka pandang sebagai sebuah amanah suci, baik tamu itu telah dikenal atau tidak,
saudara dekat atau jauh, karib kerabat atau saudara sesuku. Mereka menajamu para
tamu dengan menyembelih kambing bahkan onta, untuk memenuhi keperluan mereka
13
Ahmad Fuad Effendy, Sejarah Peradaban Arab dan Islam, (Malang: Misykat, 2012), h. 79
37
selama tiga hari penuh. Batasan tiga hari ini sudah menjadi tata krama umum
dikalangan mereka.14
Memenuhi janji juga merupakan akhlak yang dipegang teguh oleh orang akan
Arab, meskipun untuk itu mereka harus menghadapi mara bahaya. Memenuhi janji
merupakan salah satu wujud dari sikap kesatria yng dijunjung tinggi oleh bangsa
Arab. Keberanian merupakan tuntutan yang sangat wajar dari system kesukuan dan
pola kehidupan yang berpindah-pindah, karena setiap saat mereka harus siap
berperang. Maka syarat pertama untuk dipiih sebagai kepala suku adalah
keberanian.15
Pada saat itu juga, bangsa Arab mempunyai ahli-ahli hikmah dan ahli syair yang
didalam kata-kata hikmah dan syair tersebut dapat dijumpai ajaran yang
perbuatan yang utama dan menjauhi dari perbuatan yang tercela dan hina. Seperti
kata-kata hikmah yang dikemukakan oleh Lukmanul Hakim, Aktsam bn Shaifi, dan
pada syair yang dikarang oleh Zuhair bin Abi Sulma dan Hakim al-Thai.16
telah memiliki nilai-nilai moral yang dijadikan karakter dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini karena karakter telah melekat dalam diri manusia secara fitrah. Dengan fitrah
14
Ibid.
15
Ibid.
16
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2013, Cet. ke-13), h. 57
38
inilah manusia mempunyai kecenderungan baik dan buruk. Allah SWT menegaskan
dalam firman-Nya:
karakter pada setiap peradaban dan zaman. Tidak ada peradaban yang menganggap
Sebaliknya, tidak ada peradaban yang menolak keharusan menghormati kedua orang
tua, keadilan, kejujuran, dan pemaaf sebagai hal yang baik. 18 Dalam hal ini, Islam
tidak mengabaikan adanya standar atau ukuran lain selain Al-Qur‟an dan sunnah Nabi
untuk menentukan nilai-nilai karakter manusia. Standar tersebut yaitu akal, nurani,
Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW,
yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan dirinya dan dengan manusia
sesamanya. Hubungan manusia dengan Allah tercakup dalam perkara akidah dan
ibadah. Hubungan manusia dengan dirinya tercakup dalam perkara akhlak, makanan,
17
Marzuki, Pendidikan Karakter Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), h. 28
18
Ibid., h. 29.
19
Ibid., h. 30 .
20
Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor : Al Azhar Press, 2012,
Cet. ke-4), h. 1
39
Ini artinya, Islam adalah agama sempurna yang memiliki ajaran yang paling
lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh Allah SWT kepada
umat manusia. Hal ini dapat dilihat dari sumber utamanya, yaitu Al-Qur‟an yang
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, mulai dari aspek akidah (keyakinan),
syariah (ibadah dan muamalah), dan akhlak (karakter mulia), hingga aspek-aspek
yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni dan budaya. 21
Jadi, Islam merupakan penyempurna dari konsep pendidikan karakter yang telah
Rasullah SAW bahwa: “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.
Pernyataan ini mengandung arti, bahwa Rasulullah SAW mengakui adanya akhlak
atau karakter mulia yang diwarisi para nabi, para filosof, dan pujangga dimasa lalu.
Jika, konsep pendidikan karakter diumpamakan seperti sebuah bangunan rumah yang
terdiri dari berbagai bagian dan komponen, maka para nabi, filosof terdahulu
membawa dinding, genteng atau lantainya saja, maka Islam sebagaimana dibawa
21
Marzuki, Op.Cit., h. 8-9
22
Abuddin Nata, Op.Cit., h. 297
40
Artinya: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan
telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam itu jadi agama
bagimu.” (Q.S. Al-Maidah [5]:3)23
Adapun kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga bagian, yaitu akidah
Jadi, akhlak (karakter) dalam Islam adalah hasil atau akibat dari penerapan
syariah (ibadah dan muamalah) yang dilandasi oleh fondasi akidah yang kokoh.
Tanpa akidah dan syariah, mustahil akan terwujud akhlak (karakter) yang sebenarnya.
Karakter dalam Islam atau akhlak Islami didasarkan pada dua sumber pokok
ajaran Islam, yaitu Al-Qur‟an dan sunnah Nabi.25 Dalam hal ini standar atau ukuran
baik dan buruknya karakter seseorang dalam Islam adalah berdasarkan Al-Qur‟an dan
sunnah Nabi, bukan baik dan buruk berdasarkan ukuran atau pemikiran manusia pada
umumnya. Sebab jika ukuran baik dan buruk itu berdasarkan manusia, maka hasilnya
akan berbeda-beda.
Karakter Islam dibagi menjadi dua bagian, yaitu karakter terhadap Allah SWT
23
Al-Qur‟an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009), h. 107
24
Marzuki, Op.Cit., h. 9
25
Marzuki, ibid., h. 30
41
Karakter terhadap Allah SWT, seperti bertauhid (QS. Al-Ikhlas [112]: 1-4 dan
QS. Adz-Dzariyat [51]: 56), menaati perintah Allah atau bertakwa (QS. Ali-Imran
[3]: 132), ikhlas dalam semua amal (QS. Al-Bayyinah [98]: 5), cinta kepada Allah
(QS. Al-Baqarah [2]: 165), takut kepada Allah (QS. Fathir [35]: 28); berdoa dan
penuh harapan (raja’) kepada Allah (QS. Az-Zumar [39]: 53), bertawakal setelah
memiliki kemauan dan ketetapan hati (QS. Ali-Imran [3]: 159 dan QS. Hud [11]:
123), bersyukur (QS. Ibrahim (14): 7), bertobat jika berbuat kesalahan (QS. An-Nur
[24]: 31 dan QS. At-Tahrim [66]: 8), ridha atas semua ketetapan Allah (QS. Al-
Bayyinah (98): 8), dan berbaik sangka pada setiap ketentuan Allah (QS. Ali-Imran
[3]: 154. Selanjutnya setiap muslim juga dituntut untuk menjauhkan diri dari karakter
tercela terhadap Allah SWT, seperti syirik (QS. Al-Maidah [5]: 72-73) dan QS. Al-
Bayyinah [98]: 6), kufur (QS. An-Nisa (4): 136), dan lain-lain.
seperti mencintai Allah dan Rasulullah SAW (QS. At-Taubah [9]: 24), menaati dan
mengikuti sunnahnya (QS. An-Nisa [4]: 59 dan Al-Ahzab [33]: 21) serta
mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasul SAW (QS. Al-Ahzab [33]: 56).
Karakter mulia terhadap dirinya sendiri, seperti memelihara kerapian (QS. Al-A‟raf
[7]: 31), memakai pakaian yang menutup aurat (QS. An-Nur [24]: 31), menambah
pengetahuan sebagai modal amal (QS. Az-Zumar [39]: 9), serta tidak bermegah-
megahan (QS. At-Takatsur (102): 1-3). Sebaliknya Islam melarang seseorang berbuat
aniaya terhadap diri sendiri (QS. Al-Baqarah [2]: 195), bunuh diri (Qs. An-Nisa (4):
29-30), serta mengkonsumsi khamer dan suka berjudi (QS. Al-Maidah [5]: 90-91).
42
Karakter mulia terhadap keluarga, seperti berbakti kepada kedua orang tua dan
berkata lemah lembut kepada mereka (QS. Al-Isra‟ [17]: 23), bergaul dengan
keduanya secara makruf (QS. An-Nisa [4]: 19), memberi nafkah dengan sebaik
mungkin (QS. Ath-Thalaq [65]: 7, serta saling mendoakan (QS. Al-Isra‟ [17]: 24 dan
QS. Al-Furqan [25]: 74). Karakter mulia terhadap sesama manusia, berbuat baik
dengan tetangga (QS. An-Nisa [4]: 36) dan berlemah lembut dengan sesama dan
mudah memaafkan (QS. Ali-Imran [3]: 159). Karakter mulia terhadap lingkungannya,
seperti tidak melakukan kerusakan didarat dan dilaut (QS. Ar-Rum [30]: 41) dan
tidak melakukan pengrusakan pada tumbuhan kecuali sesuai dengan tujuan dan
Karakter peserta didik dapat dibentuk dengan dua pendekatan yaitu pendekatan
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya kepengamalan nilai secara nyata
Maka pembentukan karakter peserta didik di sekolah tidak cukup jika hanya
menggunakan metode pembelajaran didalam kelas saja, melainkan harus ada metode-
26
Marzuki, ibid., h. 32-35
27
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Feni Fatriani, Pengembangan Pendidikan Karakter
(Bandung: PT Refika Aditama, 2013), h. 82
28
Ibid., h. 148
43
metode lain yang dapat merealisasikan pengetahuan yang telah didapat dari kegiatan
Menurut Lickona, karakter tersusun ke dalam tiga bagian yang saling terkait,
yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan bermoral (moral feeling)
perpaduan dari moral knowing dan moral feeling yang diwujudkan dalam bentuk
Pendidikan agama Islam harus menyentuh tiga aspek, yaitu (1) knowing,
yakni agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran agama; (2) doing,
yakni agar peserta didik dapat mempraktikkan ajaran agama; dan (3) being, yakni
agar peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-nilai agama.31
mewujudkan tiga tahap tersebut berikut berbagai metode yang bisa diterapkan dalam
29
Marzuki, Op.Cit., h. 21
30
Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 5
31
Muhaimin, Rekontruksi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h.
305-306
44
Tabel 2.1
Nilai dan Indikator Karakter Mulia
No Nilai dan deskripsinya Indikator
1 Taat kepada Allah SWT: 1) Melaksanakan perintah Allah SWT secara
Tunduk dan patuh kepada ikhlas, seperti mendirikan shalat,puasa
Allah dengan berusaha atau bentuk-bentuk ibadah yang lain.
menjalankan perinta- 2) Meninggalkan semua larangan Allah,
perintah-Nya dan menjauhi seperti berbuat syirik, membunuh,
larangan-larangan-Nya mencuri, berzina, minum-minuman keras,
dan larangan-larangan lainnya.
2 Syukur : 1) Selalu berterimakasih kepada Allah
Berterima kasih atau memuji dengan mamuji-Nya.
kepada yang telah memberi 2) Selalu berterimakasih kepada siapa pun
kenikmatan atas kebaikan yang telah memberi atau menolongnya.
yang telah dilakukannya, 3) Menggunakan segala yang dimiliki
seperti bersyukur kepada dengan penuh manfaat.
Allah atau berterima kasih
kepada orang lain
3 Ikhlas: 1) Melakukan perbuatan secara tulus tanpa
Melakukan perbuatan tanpa pamrih.
pamrih apapun, selain hanya 2) Menolong siapa pun yang layak ditolong.
berharap kepada Ridha Allah 3) Memberi sesuatu tanpa berharap imbalan
SWT apa-apa,
4) Melaksanakan perbuatan hanya
mengharap ridha Allah
32
Marzuki, Op.Cit., h. 110-113
48
sendiri
52 Santun: 1) Berkata-kata dengan halus.
Halus dan baik budi bahasa 2) Berperilaku sopan.
dan tingkah lakunya 3) Berpakaian sopan.
53 Berbakti kepada kedua 1) Menghormati kedua orang tua.
orangtua: 2) Suka membantu kedua orang tua.
Selalu menghormati dan 3) Patuh kepada orang tua.
patuh kepada kedua aorang 4) Tidak menyakiti kedua orang tua.
tua serta tidak durhaka
kepada mereka
54 Menghormati orang lain: 1) Mendahulukan orang lain daripada dirinya
Selalu menghormati orang sendiri
lain dengan cara yang 2) Tidak menghina orang lain
selayaknya 3) Mengucapkan salam terlebih dahulu
kepada orang lain dan menjawabnya
ketika diberi salam
55 Menyayangi orang lain: 1) Suka menolong atau membantu orang
Selalu menyayangi orang yang kekurangan
lain dengan cara yang 2) Tidak membiarkan orang lain menderita
selayaknya 3) Selalu berdoa demi kebaikan orang lain
bangsa
61 Peduli lingkungan sekitar: 1) Memelihara lingkungan sekitar sehingga
selalu memelihara dan selalu bersih dan rapi
menjaga lingkungan sekitar 2) Tidak merusak lingkungan
dan tidak merusaknya 3) Memanfaatkan lahan kosong dengan
ditanami tumbuh-tumbuhan
62 Menyayangi hewan: 1) Suka memberi makan hewan
Tidak menganiaya hewan 2) Tidak membiarkan hewan mati kelaparan
3) Tidak membunuh hewan secara berlebihan
63 Menyayangi tumbuhan: 1) Suka menanam tanaman dan merawatnya
Tidak menganiaya tumbuhan 2) Tidak merusak tanaman
3) Tidak menyia-nyiakan tanaman
Sumber: Pendidikan Karakter Islam, Amzah, 2015
beberapa karya ilmiah (skripsi) terdahulu yang hampir sealur dengan tema kajian
penelitian ini. Berikut beberapa hasil usaha penelusuran tentang skripsi yang
Pertama, skripsi yang ditulis oleh Eka Hariyani mahasiswa Jurusan Pendidikan
Agama Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2017 dengan
SDIT Insantama Bandar Lampung”. Skripsi ini menunjukkan hasil penelitian bahwa
budaya sekolah yang ada di SDIT Insantama Bandar Lampung yakni: Berpegang
teguh pada nilai-nilai Tauhid, Ketaatan yang tinggi, Ukhuwah Islamiyah, Kerja keras,
pengkondisian.33
Dari skripsi diatas yang membedakan dengan skripsi penulis dengan skripsi
pendidikan agama Islam (PAI) dalam pembentukan karakter, sedangkan pada skripsi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2012 dengan Judul “Penanaman Karakter Siswa
Melalui Pembelajaran PAI Di SDIT Ibnu Mas‟ud Wates Kulon Progo”. Skripsi ini
menunjukkan hasil penelitian bahwa (1) Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang
dikembangkan dalam penanaman karakter siswa di SDIT Ibnu Mas‟ud Wates Kulon
Progo yakni: religius, jujur, kedisiplinan, semangat kebangsaan, kerja keras, cinta
tanah air, kreatif, mandiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, santun, cinta damai,
gemar membaca, peduli sosial, peduli lingkungan, tanggung jawab, kesehatan, tolong
Poster atau Hiasan Dinding Sekolah, Menjalin Komunikasi yang baik dengan
Orangtua Siswa. (3) Faktor penghambat dan pendukung dalam penanaman karakter
33
Eka Hariyani, “Implementasi Budaya Sekolah Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik
Di SDIT Insantama Bandar Lampung”.Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Intan Lampung Tahun 2016.
56
siswa melalui pembelajaran PAI di SDIT Ibnu Mas‟ud sebagai berikut: Faktor
Komitmen Guru, Komunikasi yang Terjalin antara Orangtua dan Guru), Faktor
Dari skripsi diatas yang membedakan dengan skripsi penulis dengan skripsi
tersebut adalah fokus penelitiannya, jika penulis fokus terhadap proses pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter, sedangkan pada skripsi
diatas fokus dengan metode penanaman karakter dan faktor mendukung dan
34
Rahmawati Rodhiyatun. “Penanaman Karakter Siswa Melalui Pembelajaran PAI Di SDIT
Ibnu Mas‟ud Wates Kulon Progo”. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Tahun 2012.
45
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang
dilaksanakan melalui proses induktif, yaitu berangkat dari konsep khusus ke umum,
melalui pemahaman dan penemuan (meaning and discovery). Penalaran induktif dan
1
M. Iqbal Hasan, Metodologi penelitian dan aplikasinya, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2002), h. 20.
2
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,
2012), h. 2.
3
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Referensi, 2013, Cet. ke-
5), h. 192
46
a. Jenis Penelitian
(field research), maka peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mendapatkan data
yang dibutuhkan dan objek yang dibahas. Peneliti mengambil lokasi di SMA Negeri
9 Bandar Lampung.
b. Sifat Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang
dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek yang
4
Etta Mamang Sangadj dan Sopiah, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2010), h.28
5
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.157
47
Data yang diperoleh peneliti seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil
dalam bentuk dan angka-angka. Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai
situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Pada penelitian ini
penulis akan meneliti dan menganalisis proses pembelajaran PAI dalam membentuk
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dengan istilah informan, yaitu orang yang memberi informasi tentang data yang
jumlah subyek penelitian yang menjadi informan relative lebih sedikit dibandingkan
Dalam hal ini teknik sampling yang digunakan yaitu purposive sampling dan
snow ball sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan
6
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &D,
(Bandung: ALFABETA, 2010), h. -118
7
Iskandar, Op.Cit., h. 70
8
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 91-92
48
pengambilan sampel sumber data dari jumlah yang sedikit, semakin lama
pendidikan agama Islam (PAI) di SMA Negeri 9 Bandar Lampung, namun karena
sampling, maka sampel/subyek dalam penelitian ini dapat berkembang bukan hanya
guru PAI namun bisa guru-guru lain yang terkait seperti wali kelas, guru BK, waka
kurikulum, TU, atau bahkan peserta didik dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan data
1. Observasi
9
Sugiono, Op.Cit., h. 300
10
Abdurrahmat Fathoni, \etodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan skripsi, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2011), h. 104
49
observer dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang yang akan
diobservasi.
b. Observasi non partisipan adalah suatu proses pengamatan yang dilakukan oleh
observer dengan tidak ikut dalam kehidupan orang yang diobservasi dan secara
Dalam penelitian ini jenis observasi yang penulis lakukan adalah observasi non
partisipan yaitu penulis tidak tinggal ditempat penelitian, akan tetapi sekali-kali
dengan permasalahan yang akan diteliti yang tidak diperoleh melalui metode pokok
untuk mendapatkan data skunder guna mendukung data primer. Peneliti seperti
Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami Siswa di SMA Negeri 9
Bandar Lampung.
2. Wawancara/interview
11
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h.161-162
12
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011),h.155
50
Adapun model wawancara yang dapat digunakan oleh peneliti kualitatif dalam
a. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur adalah seorang pewawancara atau peneliti telah
menentukan format masalah yang akan diwawancarai, yang berdasarkan masalah
yang akan diteliti.
b. Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur merupakan seorang peneliti bebas menentukan fokus
masalah wawancara, kegiatan wawancara mengalir seperti dalam percakapan
biasa, yaitu mengikut dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi responden.13
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur, yaitu
wawancara yang masalah dan pertanyaannya sudah diformat terlebih dahulu sesuai
dengan masalah yang akan diteliti. Metode wawancara ini dilakukan langsung dengan
guru pendidikan agama Islam (PAI) untuk mendapatkan data tentang pembelajaran
pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter Islami di SMA Negeri 9
Bandar Lampung.
3. Dokumentasi
yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories),
foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbetuk lisan, misalnya
13
Iskandar, Op.Cit., h. 219-220
51
rekaman gaya bicara/dialek dalam berbahasa suku tertentu. Dokumen yang berbentuk
karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain.14
Metode ini penulis gunakan untuk mengumpulkan data berupa arsip-arsip atau
dokumentasi yang dimiliki dari pihak sekolah yang berkenaan dengan Rencana
berhubungan dengan gambaran umum lokasi penelitian yaitu SMA Negeri 9 Bandar
Lampung, seperti sejarah berdirinya, jumlah guru, peserta didik, sarana, prasarana,
dan lain-lain.
4. Triangulasi
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Triangulasi teknik
partisipasif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama
secara serempak. Triangulasi sumber, berarti untuk mendapatkan data yang berbeda-
beda dengan teknik yang sama.15 Metode ini peneliti gunakan untuk memperkuat
C. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
14
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2013), h. 148
15
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 83
52
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
model interaktif Miles dan Huberman. Model interaktif ini terdiri dari tiga hal utama,
yaitu:
1. Reduksi Data
pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
2. Display Data
tindakan. Dengan memcermati penyajian data ini, peneliti akan dapat memahami apa
yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya, apakah peneliti akan
3. Verifikasi/Penarikan Kesimpulan
Verifikasi atau menarik kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami
makna atau arti, ketentuan, pola-pola, penjelasan, atau sebab akibat, atau penarikan
kesimpulan, sebenarnya hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konpigurasi yang
utuh.17
induktif. Berpikir induktif:” berangkat dari fakta-fakta yang khusus, pristiwa- pristiwa
yang kongkrit, kemudian dari fakta-fakta dan pristiwa-pristiwa yang khusus itu
17
Muhammad Idrus, Op. Cit., h. 147-148
18
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007), h.
43
BAB IV
NDS : 201126001002
NIS : 300310
1
Dokumen SMA Negeri 9 Bandar Lampung, di minta pada 11 Mei 2016
3) Alamat Sekolah
Utara–Selatan, batas jalan sebelah selatan jalan SAM Ratulangi, sedangkan batas
2
Dokumen SMA Negeri 9 Bandar Lampung, di minta pada 11 Mei 2016
Letak SMA Negeri 9 Bandarlampung diapit beberapa sekolah, disebelah selatan
utaranya terdapat SMK Swasta Bhakti Utama. Kendaraan umum yang melewati SMA
sedangkan akses dari jalan Teuku Umar lewat jalan Tupai atau jalan Pagar Alam
mengunakan becak.
Jarak SMA Negeri 9 dari ibukota Propinsi/Kota kurang lebih 4 km, jalan yang
bisa ditempuh dari 0 Km ( depan Kantor Telkom) adalah melewati jalan Teuku Umar
– SAM Ratulangi – Panglima Polem rute lainnya jalan Imam Bonjol – SAM
Ratulangi – Panglima Polem, jalan Teuku Umar – Pagar Alam – Panglima Polem,
nomor buku AC 858499, dan buku sertifikat asli tersimpan pada bagian Perlengkapan
Dinas Pendidikan dan Perpustakaan. Bahwa awal pendirian SMA Negeri 9 Bandar
melaksanakan aktifitas belajar mengajar sejak tanggal 2 januari 1996, sesuai dengan
tahun 1984 berubah nama menjadi SMA Negeri 5 Tanjung Karang, dan tanggal 7
Maret 1997 berubah menjadi SMU Negeri 9 Bandar Lampung sesuai dengan Surat
4
Ibid.
5
Ibid.
d) Memanfaatkan dan mengembangkan sarana prasarana sumber
belajar.
e) Meningkatkan peran serta orang tua, masyarakat, dunia usaha dan
industri dalam pendidikan serta pengelolaan lingkungan.
f) Menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan tuntutan
kualitas sumberdaya manusia yang dapat diterima oleh dunia
Internasional.
g) Menumbuhkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh
warga sekolah dan stake holder sekolah.6
f. Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 2015/2016
Tabel 3.1
Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016
No Nama Jabatan
1 Dr. Ayi Ahadiat, SE, MBA Ketua Komite
2 Drs. Hendro Suyono Kepala Sekolah
3 Dra. Sri Purwiyatni Waka Kurikulum
u4 Indra Suciani, S.Pd Waka Kesiswaan
5 Drs. Bambang Suprapto Waka Humas
6 Murni Sabdo Lestari, S.Pd Waka Sarana dan Prasarana
7 Suharyati Kepala Tata Usaha
8 Dra. Endang Setiowati Pustakawan
Dra. Rotua P. Siagian Kepala Perpustakaan
9 Salmiati Nurdin, S.Pd Kepala Lab. Kimia
10 Nirwanto, S.Pd Kepala Lab. Biologi
6
Ibid.
11 Drs. Wayan Suwatra Kepala Lab. Fisika
12 Lisma Pertiwi, S.Pd UKS
13 Kristianto, S.Ag Bengkel Lingkungan
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
g. Guru, Karyawan, dan Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Tabel 3.2
Keadaan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PNS
SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Maret 2016
No NAMA L/ PANGKAT/G KET.
P OL
1 Drs. Hendro Suyono L Pem. IV a K. Sekolah
2 Dra. Sri Purwiyatni L Pem. IV a W. Kurikulum
3 Indra Suciani, S.Pd P Pem. IV a W. Kesiswaan
4 Drs. Bambang Suprapto L Pen. Tk.I III d W. Humas
5 Imam Santoso,S.pd, M.Pd L Pem. IV a W. Manj. Mutu
6 Murni Sabdo Lestari, S.Pd P Pem. IV a W. Sapras
7 Drs. Abdul Gani, M.Pd L Pem. IV a G. PPKN
8 Dra. Rotua P. Siagian P Pem. IV a G. PPKN
9 Dra. Habibina, MM P Pem. IV a G. B. Indonesia
10 Dra. Sujiati P Pem. IV a G. B. Indonesia
11 Dra. Sularni, M.Pd P Pem. IV a G. B. Indonesia
12 Dra. Laila Umar P Pem. IV a G. Matematika
13 Dra. Nelva Nora P Pem. IV a G. Matematika
14 Dra. Umi Khoiriah P Pem. IV a G. Matematika
15 Hj. Lisma Pertiwi, S.Pd P Pem. IV a G. Matematika
16 Dra. Bekti Suprantini P Pem. IV a G. B. Inggris
17 Yayah Suratiyah, S.Pd, MM. P Pem. IV a G. B. Inggris
18 Dra. Maisaroh P Pem. IV a G. B. Inggris
19 Eli Herlina, S.Pd P Pem. IV a G. B. Inggris
20 Tiur Kencanawati, S.Pd P Pem. IV a G. B. Inggris
21 Nirwanto, S.Pd L Pem. IV a G. Biologi
22 Erzi Fauzi, S.Pd, M.Pd P Pem. IV a G. Biologi
23 Drs. Suharman, M.Pd L Pem. IV a G. Fisika
24 Lusiana Amilus, S.Pd P Pem. IV a G. Fisika
25 Elfarida, S.Pd P Pem. IV a G. Fisika
26 Drs. Wayan Suwatra L Pem. IV a G. Fisika
27 Dra. Salmiati Nurdin P Pem. IV a G. Kimia
28 Dra. Raya Dewi P Pem. IV a G. Kimia
29 Dra. Elizarwati,MM P Pem. IV a G. Kimia
30 Berliana Naibaho, S.Pd, MM. P Pem. IV a G. Kimia
31 Dra. Rina Isneli P Pem. IV a G. Geografi
32 Dra. Fatma P Pem. IV a G. Geografi
33 Sunardi, S.Pd L Pem. IV a G. Geografi
34 Dra. Sri Subekti P Pem. IV a G. Ekonomi
35 Dra. Barida Hirnanti P Pem. IV a G. Ekonomi
36 Drs. Sayuti L Pem. IV a G. Ekonomi
37 Dra. Sumarti P Pem. IV a G. Sejarah
38 Dra. Salamah Thohir P Pem. IV a BK
39 Dra. Apridawati P Pem. IV a BK
40 Dra. Artila P Pem. IV a BK
41 Dra. Sri Puji Triani P Pem. IV a BK
42 Dra. Sasiti Nugroho P Pem. Tk.I IV b Guru Sejarah
43 Yuliana, S.Pd P Pem. IV a Guru PPKN
44 Kristianto, S.Ag L Pen. Tk.I III d Guru Mulok
45 Nike Helgawati, S.S P Pen. Tk.I III d G. Sastra German
Tabel 3.4
Keadaan Tenaga Kependidikan PNS di SMA 9 Bandar Lampung
Maret, 2016
NO NAMA L/P PANGKAT/GOL KET.
1 Dra. Endang Setiowati P Pembina Tk.I IV b Pustakawan
2 Suharyati P Pen. Md. Tk.I III b Kepala TU
3 Lulus Suprianti, S.Pd P Pen. Md. Tk.I III b Staf TU
4 Rehulina P Pen. Md. Tk.I III b Staf TU
5 Herman L Penata Muda III a Staf TU
6 Hermanto L Pengatur Tk.I II d Staf TU
7 Ichsan Tito, S.Kom L Pengatur II c Staf TU
8 Safrudin L Pengatur Muda II a Staf TU
9 Wagiman L Pengatur Muda II a Staf TU
L 5
P 4
Jumlah 9
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
Tabel 3.5
Tenaga Kependidikan Honorer di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Maret, 2016
NO NAMA L/P JABATAN KETERANGAN
1 Arif Isnaini, S.Pd.I L Honorer Pustakawan
2 Gatot Nugroho, A.Md L Honorer Pustakawan
3 Alfian Saputra, S.Kom L Honorer Administrasi Staf TU
4 Suryo Dwiyono, S.Kom L Honorer Administrasi Staf TU
5 Rahma Beti, S.Kom P Honorer Administrasi Staf TU
6 Dewi Yuliana, S.Kom P Honorer UKS
7 Widi Santoso L Honorer Kebersihan
8 Eko Saryono L Honorer Kebersihan
9 Tuti P Honorer Kebersihan
10 Deviana P Honorer Kebersihan
11 Rudi Hartono L Honorer Kebersihan
12 Amat L Honorer Kebersihan
13 Tri Wahyudi L Honorer Kebersihan
14 Sumirah P Honorer Kebersihan
15 Hariri L Honorer Kebersihan
16 Harun L Honorer Keamanan
17 Suhairi L Honorer Satpam
18 M. Hamid L Honorer Satpam
L 13
P 5
Sumber: Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung TP. 2015/2016
Tabel 3.6
Keadaan Siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2015/2016
lengkap guna mempermudah siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Berikut
1) Ruang Kelas.
2) Ruang Laboratoirum IPA. (Kimia, Fisika, Biologi)
3) Ruang Laboratorium Bahasa. (Inggris/Asing)
4) Ruang Laboratorium berisi masing-masing 40 PC terhubungan LAN dan
Internet.
5) Ruang Laboratorium Seni.
6) Ruang Perpustakaan dengan koleksi lebih dari 5.000 judul buku dan
Sistem Administrasi Perpustakaan (e-Library).
7) Ruang Pelayanan Kesehatan dengan Perawat dan Dokter jaga setiap hari
Senin s.d. Sabtu.
8) Ruang Kegiatan OSIS dan MPK.
9) Ruang Konseling BK.
10)Koneksi Internet untuk Lab. Komputer dan Multimedia serta seluruh
Ruangan dengan kecepatan 2 mbps.
11)Aula dengan kapasitas 500 kursi.
12)Mushola dengan kapasitas 300 jama’ah.
13)Ruang Kepala Sekolah.
14)Ruang Wakil Kepala Sekolah.
15)Ruang Guru.
16)Ruang pelayanan bagi siswa. (Administrasi dan Keuangan)
17)Kantin Terpadu yang menyediakan aneka menu makanan dan minuman.
18)Koperasi Siswa dan Guru-Karyawan
19)Area Parkir Sepeda Motor untuk siswa yang mampu menampung 500
motor siswa.
20)Lapangan Basket dan Lapangan Bola Volly.
21)Studio Musik dan Alat Band yang lengkap.7
menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester
pada satuan pendidikan. Program SKS ini dilakukan secara diskontinu (on/off), dalam
satu semester tidak semua mata pelajaran diambil. Namun, program SKS ini terakhir
digunakan tahun ajaran 2014/2015, sedangkan untuk tahun ajaran 2015/2016 khusus
kelas X tidak menggunakan program SKS lagi, melainkan kurikulum 2013 diterapkan
dengan program belajar kontinu, semua mata pelajaran dalam setiap semester diambil
Bandar Lampung
7
Dokumentasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung, diambil pada tanggal 19 Mei 2016
8
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2017.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
diimplementasikan oleh tiga guru PAI yang bersifat tetap, yaitu Titin Widyawati,
M.Pd.I sebagai guru PAI untuk kelas X; Susi Apriyani, M.Pd.I sebagai guru PAI
untuk kelas XI; dan Sabikhis, S.Pd.I sebagai guru PAI untuk kelas XII. 9
kreaktif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan
membentuk karakter mulia peserta didik dari pada kurikulum sebelumnya (KTSP
2006), sebagaimana ungkapan Bapak Drs. Hendro Suyono (Kepala Sekolah) yang
mengatakan bahwa:
9
Sabikis, Guru PAI, , wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 3 Oktober
2015.
10
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2103, (Bandung:
Refika Aditama, Cet. Ke-2 2014), hal. 17
11
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, cet. ke-2), h.
41
“Ya, karena pada kurikulum 2013 lebih ditekankan penanaman nilai-nilai
sikap, sedangkan pada kurikulum KTSP lebih cenderung pengetahuannya saja.
Maka, pendidikan pada kurikulum 2013 pendidikan yang komplit yang mencakup
tiga aspek yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan penekanan yang sama.
Hal ini dikarenakan dalam membentuk karakter peserta didik.”12
dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi serta karakter peserta didik. Maka
mata pelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) sebagai mata pelajaran utama dalam
Islami peserta didik. Hal ini masih dengan pendapat Kepala Sekolah yang
mengatakan bahwa:
“Ya, sangat besar. Tugas utama PAI dan PKN dalam rangka membentuk
karakater. Dalam perubahan kurikulum 2013 yang diperbaharui, K1 dan K2 wajib
ada dipelajaran PAI dan PKN, sedangkan dimata pelajaran yang lain tidak wajib,
dia bisa masuk langsung pada K3 dan K4. Jadi, perubahan kurikulum 2013 sekarang
tugas utama pembentukan karakter ada dimata pelajaran PAI dan PKN.”13
Negeri 9 Bandar Lampung telah ditopang oleh Kurikulum 2013 yang lebih
laku (khas karakter) yang bersumber dari nilai-nilai agama yang terdapat pada setiap
materi ajar. Melalui proses pembelajaran ini guru dapat mengintegrasikan karakter
12
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
13
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
memilih metode, model, teknik, dan strategi yang cocok untuk mengembangkan
Dalam hal ini kegiatan pembelajaran PAI dirancang bukan hanya untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi yang ditargetkan, tetapi juga untuk
dan sebagainya. Dari pola pembelajaran yang demikian diharapkan dalam diri peserta
dan dokumentasi di kelas X, XI, dan XII diperoleh gambaran sebagai berikut:
Proses pembelajaran PAI kelas X baik jurusan IPA maupun IPS semua
dipegang oleh Ibu Titin Widyawati, S.Hum, M.Pd.I. Jumlah total seluruh kelas X
terdiri dari 10 rombel yang terbagi menjadi jurusan IPA terdiri dari 7 kelas dengan
jumlah 255 peserta didik dan IPS terdiri dari 3 kelas dengan jumlah 120 peserta
didik. Rata-rata dalam satu kelas ada 40 peserta didik kecuali kelas X IPA 7 hanya
terdiri 19 siswa sebagai kelas ekscelarasi. Jadi, jumlah total peserta didik kelas X IPA
dan IPS yang harus didik dan dibina oleh Bu Titin dalam pembelajaran PAI
mencapai 375 peserta didik tentu ini bukan perkara yang mudah. Terlebih terdapat
perbedaan karakteristik antara peserta didik jurusan IPA dan jurusan IPS, maka
menghadapi peserta didik jurusan IPA berbeda dengan menghadapi peserta didik
jurusan IPS. Berikut gambaran proses pembelajaran PAI di kelas IPA dan IPS, yaitu:
1) Perencanaan Pembelajaran
membawa RPP meskipun RPP itu ada, terkadang ditinggal di kantor ruang guru.
Silabus dan RPP yang digunakan adalah silabus dan RPP yang direvisi berdasarkan
Kurikulum 2013 yang terbaru. Namun, RPP ini ada yang kurang yaitu tidak adanya
tercantum pada Kompetensi Inti yaitu KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4.
2) Pelaksanaan Pembelajaran
a) Pendahuluan
dengan baik. Senyum, salam dan sapa setiap masuk ke ruang kelas menjadi
kebiasaan Bu Titin dalam memberi keteladanan yang baik kepada peserta didik.
Sebagai seorang Muslim, Bu Titin juga membiasakan kepada peserta didik untuk
memulai belajar dengan membaca doa dam membaca surat-surat pendek, baik belajar
Selain itu dalam rangka membangun kedisiplinan, Bu Titin tidak lupa mengecek
kehadiran peserta didik satu persatu yang bertujuan untuk mengetahui keadaan para
peserta didik masuk sekolah atau tidak, sakit, izin atau alpa,. Kemudian Bu Titin
memberikan motivasi atau brain storming kepada peserta didik guna mendorong
mereka untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, mulai dari minat,
dengan penjelasan tujuan pembelajaran sebelum kegiatan inti dimulai, Bu Titin hanya
(psikomotorik) saja, sedangkan yang berkaitan dengan sikap atau karakter (afektif)
tidak dijelaskan. Sebagaimana pernyataan dari 52% peserta didik yang diwawancara
menyatakan bahwa pada tahap pendahuluan ini Bu Titin tidak menjelaskan tujuan
pembelajaran dalam aspek sikap/karakter (afektif) yang akan dicapai, sedangkan yang
dimulai itu hanya 32% peserta didik, selebinnya tidak menjawab pertanyaan.
b) Inti
Pada tahap ini Bu Titin menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran
Semua peserta didik dilibatkan untuk berperan aktif, namun masih banyak yang
terjadi peserta didik di kelas X IPS banyak yang sibuk ngobrol sendiri-sendiri dan
kebanyakan mereka pasif, sedikit sekali yang aktif seperti mengajukan pertanyaan
dan menjawab pertanyaan. Padahal berbagai metode dan model pembelajaran yang
digunakan Bu Titin dapat memfasilitasi peserta didik agar berpartisipasi aktif dalam
sumber belajar pun beragam seperti LCD, Laptop, Power Point, Buku (Nasikin. 2013.
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas X, Jakarta: Erlangga)
Selain itu Bu Titin juga memberikan tugas kelompok kepada peserta didik
peserta didik yang lain, diberi kesempatan oleh guru untuk berperan aktif dalam
maupun tulisan. Hanya saja respon peserta didik tetap sama dengan respon
sebelumnya yakni kurang antusias, baik di kelas X IPA maupun IPS. Jika di kelas X
IPA peserta didik mayoritas mereka pasif (diam), tetapi mereka masih bersedia
IPS peserta didiknya bukan hanya kurang antusias, tetapi mereka juga kurang
memperhatikan presentasi hasil eksplorasi peserta didik yang lain. Guru sebagai
dan mengikuti kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung, namun peserta didik
tetap sulit dikendalikan. Ini menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan dan
Setelah kegiatan inti selesai, Bu Titin memberikan umpan balik positif dan
penguatan berupa konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber. Mulai dari menjelaskan materi yang belum jelas dan
menjawab pertanyaan peserta didik yang belum terjawab. Selain itu Bu Titin juga
menyampaikan tentang materi ajar yang akan dibah`as pada pertemuan mendatang,
c) Penutup
Pada tahap ini Bu Titin bersama peserta didik menyimpulkan isi materi
pelajaran dan memberi motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum
berpartisipasi aktif untuk lebih berperan aktif, menghargai, dan memperhatikan teman
atau kelompok yang sedang presentasi tidak ribut sendiri-sendiri. Selain itu Bu Titin
memberikan pengumuman nilai hasil UTS PAI pada semester genap yang diadakan
pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016 dan mengumumkan peserta didik atas nama
Yoshi Milano dalam brita acara tercatat sebagai peserta ulangan yang menyontek
dengan menggunakan HP, maka nilai hasil ulangan tersebut tidak dapat diterima dan
harus diremedi dengan ketentuan berapapun hasil remedinya tetap hasilnya standar.
Kemudian Bu Titin, mengakhiri kegiatan belajar mengajar dengan membaca
hamdalah dan mengakhiri dengan doa bersama, serta mengucap salam kepada peserta
beberapa peserta didik tentang mata pelajaran PAI, proses pembelajaran PAI dan
didik dari kelas yang berbeda, menyatakan bahwa yang menyukai mata pelajaran PAI
menyatakan biasa-biasa saja, sehingga 64% peserta didik memberikan saran dan
kritik untuk Bu Titin. Saran dan kritik tersebut bermacam-macam antaralain: jangan
ceramah terus, buat anak-anak seru, jangan terlalu datar, jangan terlalu pendiem,
bersahabat dengan anak-anak, jangan ditempat duduk saja, metode ngajarnya jangan
monoton gitu-gitu saja, harus lebih tegas lagi, lebih baik lagi, suara lebih keras lagi,
lebih ke praktek jangan nulis melulu, hafalan kurang memperhatikan, jangan terlalu
pembelajaran yang beraneka ragam sebagaimana fakta observasi yang dilihat dan
pendapat dari 68% peserta didik yang diwawancara mengatakan bahwa pelaksanaan
3) Evaluasi Pembelajaran
yang dicatat dalam buku catatan khusus untuk menilai keaktifan peserta didik baik
secara individu maupun kelompok dan penilaian terhadap tugas kelompok serta
Adapun keaktifan yang dinilai yakni keaktifan dalam bertanya keaktifan dalam
didik yang lain. Sedangkan permasalahan sikap peserta didik yang masuk dalam buku
catatan, seperti peserta didik yang tidak sopan, ribut atau membuat kegaduhan di
kelas saat pembelajaran berlangsung, peserta didik yang melanggar peaturan sekolah,
dan peserta didik yang ketahuan menyontek saat ulangan. Dimana catatan
Selain melalui penilaian secara langsung, penilaian sikap (afektif) juga dinilai
dengan menggunakan instrument. Hanya saja penggunaan instrument ini dalam satu
semester dilakukan baru satu kali penilaian, yakni penilaian antar teman. Hal ini
karena pemberian penilaian pada ranah sikap (afektif) baik sikap spiritual maupun
sikap sosial dirasa lebih sulit dilakukan oleh Bu Titin dengan kapasitas ia memegang
10 kelas yang setiap kelas rata-rata berjumlah hampir mencapai 40 peserta didik.
peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang diikuti
setiap semester pada satuan pendidikan. Dalam hal ini peserta didik kelas XI tidak
semua pada satu semester mengambil mata pelajaran PAI, dengan menggunakan
sistem on/off untuk kelas XI dari 10 kelas terbagi menjadi 6 kelas jurusan IPA dan 4
jurusan IPS hanya ada tiga kelas yang mengambil mata pelajaran PAI, jadi untuk Bu
Susi Apriyani, M.Pd.I mengajar kelas XI sebanyak tiga kelas, yakni jurusan XI IPA
1, XI IPA 2, dan XI IPA 3. Masing-masing kelas jumlah peserta didik sama yaitu 38
14
Titin Widyawati, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung,
19 April 2016
siswa, jumlah total 114 siswa. Berikut gambaran proses pembelajaran PAI kelas XI
1) Perencanaan Pembelajaran
M.Pd.I tidak membawa RPP dan berdasarkan wawancara RPP yang digunakan
disemester genap ini adalah RPP tahun lalu, karena Bu Susi diakhir semester genap
ini baru mulai aktif mengajar kembali setelah cuti dari melahirkan, dan pembelajaran
2) Pelaksanaan Pembelajaran
a) Pendahuluan
memberikan teladan yang baik kepada peserta didik. Senyum, salam dan sapa setiap
masuk ke ruang kelas menjadi kebiasaan Bu Susi dalam memberi keteladanan yang
baik kepada peserta didik. Selanjutnya Bu Susi juga membiasakan peserta didik
dilakukan Bu Titin. Selain itu untuk membangun kedisiplinan peserta didik dan
sebagai wujud kepedulian seorang guru terhadap peserta didik, Bu Susi tidak lupa
memastikan kehadiran peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar
dikelas. Kemudian Bu Susi memberikan motivasi atau brain storming agar peserta
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara kepada peserta didik yang berjumlah
12 orang perwakilan dari ketiga kelas yang diajar Bu Susi, mereka semua (100%)
berpendapat sama bahwa tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan sikap atau
karakter (afektif) yang harus dicapai peserta didik tidak dijelaskankan pada awal
pembelajaran, karena nilai-nilai karakter yang terdapat pada mata pelajaran PAI telah
b) Inti
Upaya awal pada tahap inti (eksplorasi) Bu Susi selalu menceritakan suatu kisah
tentang peristiwa nyata agar peserta didik mendapat pengalaman baru melalui
pengamatan suatu cerita yang mengandung nilai-nilai mulia yang dapat diambil
sebagai pelajaran hidup yang berharga. Adakalanya kisah yang diceritakan berkaitan
dengan materi ajar, namun adakalanya tidak berkaitan dengan materi ajar. Tujuan dari
sebagai berikut:
“Pemberian kisah atau ilustrasi melalui cerita tentang suatu peristiwa dalam
setiap pertemuan adalah salah satu cara untuk menanamkan nilai-nilai karakter
Islam kepada peserta didik. Dalam menanamkan nilai-nilai kepada peserta didik
yang masih remaja, tidak cukup hanya diberi konsep, melainkan butuh pengalaman
baru. Sedangkan untuk mendapatkan pengalaman baru seseorang tidak harus
mengalaminya sendiri, tetapi dapat dengan mengamati suatu kisah pengalaman dari
orang lain. Pengamatan dapat dilakukan melalui sebuah cerita tanpa harus melalui
power point, misal pengamatan terhadap pohon melalui sebuahu cerita, sehingga
peserta didik dapat mengambil pelajaran dari kisah cerita tersebut.”15
tentang seorang pemuda yang suka pacaran yang mengakibatkan keburukan dan
tentang bakti seorang anak yang diimpikan orang tua dan tentang kehidupan pribadi
Bu Susi yang selalu diberi kemudahan oleh Allah karena taat dan hormat dengan
orang tua terutama ibunya. Dalam cerita-cerita tersebut terdapat nilai-nilai baik dan
nilai-nilai buruk, mana yang harus diambil dan mana yang tidak, sehingga peserta
didik dapat menjadikannya sebagai pengalaman untuk mengambil sikap atau tindakan
yang tepat terutama sebagai seorang muslim, bahkan dapat mengambil pelajaran
bahwa kebahagiaan bukan terletak pada terpenuhinya materi, melainkan terletak pada
berpusat pada peserta didik (student centered approach) dengan metode dan model
adalah pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning) yaitu tipe jigsaw dan STAD
(Student Teams Chievement Devisions). Selain itu, penggunaan media dan sumber
15
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 28
April 2016
belajarnya pun beraneka ragam seperti laptop, handout materi diskusi dari masing-
masing kelompok, spidol, papan tulis, alat tulis peserta didik, buku Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI (Jakarta: Erlangga) dan internet.
Pada kegiatan eksplorasi ini peserta didik terlihat begitu antusias, setiap peserta
antar peserta didik dengan sesamanya, dengan guru, lingkungan dan sumber belajar
lainnya. Kemudian Bu Susi memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat
laporan hasil eksplorasi baik tugas individu maupun kelompok. Untuk laporan hasil
eksplorasi secara individu lansung diberikan kepada guru, sedangkan hasil eksplorasi
yang sangat menyenangkan dan aktif serta tampak peserta didik berkompetisi secara
sehat, bahkan setiap individu hampir semua berbicara mulai dari mengajukan atau
positif dan penguatan dalam bentuk lisan dan tulisan, memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber, dan
membangun rasa percaya diri, berani, dan bersemangat pada peserta didik, Bu Susi
c) Penutup
Sebelum kegiatan pembelajaran diakhiri, Bu Susi bersama peserta didik
menyimpulkan isi materi pelajaran dari yang bersifat umum menjadi yang lebih
khusus dengan tujuan peserta didik yang kurang jelas dapat menjadi lebih jelas lagi.
Selain itu, berdasarkan pengamatan Bu Susi merencanakan kegiatan tindak lanjut dan
kegiatan tindak lanjut tersebut berupa pembagian kelompok baru sekaligus bersama
tugas-tugasnya untuk materi pada pertemuan yang akan datang. Kemudian, Bu Susi
begitu aktif dan menyenangkan dengan menggunakan berbagai macam metode dan
model pembelajaran serta memaksimalkan semua peran guru yang dimiliki. Hal ini
sebagaimana hasil wawancara beberapa peserta didik dari berbagai kelas, mereka
3) Evaluasi Pembelajaran
yang dicatat dalam buku catatan khusus. Aspek yang dinilai keaktifan peserta didik
baik secara individu maupun kelompok dalam merespon setiap kegiatan pembelajaran
yang belangsung, mulai dari keaktifan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan,
menjawab pertanyaan sampai peserta didik yang memberikan sanggahan atas
pendapat-pendapat peserta didik yang lain. Selain itu, Bu Susi juga memberikan
penilaian terhadap kekompakan tim dan produk yang dihasilkan setiap kelompok.
Adapun berdasarkan wawancara, penilaian sikap baik atau buruk peserta didik
dicukupkan dengan memberikan penilaian secara umum yakni semua peserta didik
dianggap baik, namun ketika dalam proses pembelajaran ada peseta didik yang ribut,
membuat gaduh, atau ada sikap lain yang kurang, maka akan ada perubahan penilaian
sikap terhadap peserta didik yang bersangkutan. Penilaian sikap yang dilakukan Bu
Susi tidak ada yang menggunakan instrument pada semester ini dengan alasan beliau
baru selesai cuti dan peserta didik berada dipenghujung waktu menjelang UAS, jadi
sistem kredit semester (SKS) yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar
16
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 10
Mei 2016
dan mata pelajaran yang diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Untuk kelas
XII memakai sistem on/off yaitu sistem tidak semua mata pelajaran diambil peserta
didik dalam setiap semester, salah satunya mata pelajaran PAI. Sehingga untuk kelas
XII tidak semua disemester genap ini terdapat mata pelajaran PAI, karena mata
Kelas XII terdiri dari 11 rombel dengan 8 kelas jurusan IPA dan 3 kelas jurusan
IPS. Sedangkan kelas yang mengambil mata pelajaran PAI yakni kelas XII IPA 3,
XII IPA 4, XII IPA 5, XII IPA 6 dan XII IPA 7 dengan Bapak Sabikis, S.Pd.I sebagai
guru mata pelajaran PAI. Masing-masing jumlah peserta didik kelas tersebut yaitu 27
peserta didik (XII IPA 3), 28 peserta didik (XII IPA 4), 26 peserta didik (XII IPA 5),
26 peserta didik (XII IPA 6), dan 27 peserta didik (XII IPA 7). Jumlah total 134
peserta didik dengan 10 peserta didik yang beragama non Islam, jadi peserta didik
yang mengambil mata pelajaran PAI berjumlah 124 siswa. Berikut pembelajaran PAI
di kelas XII IPA 4 dan XII IPA 5 oleh Bapak Sabikis, S.Pd.I yang dilaksanakan
1) Perencanaan Pembelajaran
Berdasarkan observasi Bapak Sabikis S.Pd.I selaku guru PAI kelas XII dalam
kompetensi inti yaitu kompetensi spiritual (KI 1), kompetensi sosial (KI 2),
kompetensi pengetahuan (KI 3), kompetensi keterampilan (KI 4). Selain itu tujuan
kooperatif, rool play, diskusi, dan ceramah. Metode ini disesuaikan dengan materi
baik sesuai dengan Kurikulum 2013 yang memberikan penekanan yang sama antara
2) Pelaksanaan Pembelajaran
a) Pendahuluan
pembiasaan yang baik dengan mengucapkan salam, menanyakan kabar kepada para
peserta didik, dan memandu peserta didik doa bersama sebelum kegiatan
kegiatan inti pembelajaran dimulai Pak Sabikis memberikan motivasi atau brain
pembelajaran dengan doa tanpa diiringi dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an,
dengan doa juga dengan mebaca surat-surat pendek. Adapun penjelasan tujuan
(psikomotorik) saja, sedangkan yang berkaitan dengan ranah sikap (afektif) tidak
dijelaskan. Hal ini diperkuat dengan pendapat para peserta didik yang mayoritas dari
mengatakan bahwa pada awal pembelajaran Bapak Sabikis tidak menjelaskan tujuan
b) Inti
Berdasarkan dua kali pengamatan pada tahap awal (eksplorasi) Bapak Sabikis
S.Pd.I terlebih dahulu menggali pemahaman peserta didik baik terkait dengan materi
kepembahasan inti materi dengan menggunakan berbagai macam metode dan model
Pembelajaran di kelas XII IPA 5 Bapak Sabikis membagi peserta didik menjadi
beberapa kelompok yang mendapat tugas merangkum sub-sub materi kedalam bentuk
power point. Dengan menggunakan berbagai sumber dan media pembelajaran yang
memadai, seperti buku PAI kelas XII Kemendikbud, internet, laptop, dan LCD,
Bapak Sabikis memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menggali informasi
seluas-luasnya berkaitan dengan materi pembahasan. Selain itu Bapak Sabikis juga
mengintruksikan kepada setiap peserta didik untuk berperan aktif selama proses
pembelajaran berlangsung, mulai dari aktif memberi gagasan atau pendapat atau
Adapun pembelajaran di kelas XII IPA 4 karena pembahasan materi telah habis,
maka untuk meninjau kembali nilai-nilai karakter pada pembelajaran PAI, Bapak
Sabikis memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat film yang
beranggotakan 8 orang dengan tema karakter seorang Muslim meraih cita-cita. Setiap
pembuatan alur cerita, waktu dan tempat syuting, maupun penentuan para tokoh
pemerannya. Maka setiap peserta didik dituntut berperan aktif dalam kegiatan
eksplorasi ini agar terjadi kerjasama yang baik antar peserta didik.
dengan berkompetisi secara sehat, dan setiap peserta didik berperan aktif mulai dari
tidak semua peserta didik aktif , namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sangat
sumber belajar dari buku PAI dan internet membuat peserta didik dapat menggali
Adapun kegiatan pada penyajian film, semua peserta didik dan guru tampak
begitu menikmati hasil karya yang sedang ditampilkan. Dalam film tersebut,
menggambarkan bagaimana sikap pelajar Muslim ketika menjelang menghadapi UN
dan tes masuk Universitas yaitu sikap yang bersungguh-sungguh dalam belajar baik
belajar sendiri maupun belajar bersama teman, taat beribadah baik shalat wajib
maupun shalat sunnah terutama sahalat tahajud dan shalat hajat serta banyak berdoa,
dan saling mendoakan dan mensuport sesama teman. Selain itu digambarkan juga
ketentuan yang Allah tetapkan terutama ketika kenyataan tidak sesuai dengan
Dalam film itu tampak suasana kehidupan yang silih berganti, seperti suka,
duka, sedih, bahagia, kecewa, tangis dan tawa. Namun, karena keimanan dijadikan
InsyaAllah Allah akan memberikan solusi bagi semua permasalahan kehidupan yang
dihadapi. Sikap sabar terhadap segala proses hidup yang harus dijalani ketika
bersungguh-sungguh dalam belajar mulai dari bangun malam untuk belajar sampai
terkantuk-kantuk, dan memaksakan diri shalat malam serta berdoa. Sikap sabar,
ikhlas/ridho dan tetap berprsangka baik terhadap Allah apapun yang terjadi, tidak
berputus asa, tetap yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, tetap yakin
bahwa Allah memiliki rahasia kehidupan yang tersimpan untuk dihadiahkan kepada
Selain itu tampak juga sikap kepada sesama teman untuk saling terbuka,
Tampak juga sikap tidak iri, dengki kepada teman yang berhasil atau masuk di
berbangga hati ketika diterima di Universitas favorite yang ada haruslah rasa syukur
Terus sebagai pelajar yang baik, tidak lupa untuk memiliki sifat simpati, empati
terhadap anggota masyarakat yang lain untuk saling tolong menolong. Adapun sikap
orang tua kepada anaknya, yaitu mendoakan, dan mensuport. Begitupun dengan sikap
seorang guru terhadap peserta didik mendoakan dan mensuport dengan memberi
semangat. Dan ketika semua telah berhasil menggapai segala apa yang dicita-citakan
dengan profesi masing-masing ada yang jadi guru, dokter, akuntan, pengacara, dosen
dan lain-lain mereka tidak menyombongkan diri, ketika reoni berkumpul bersama
berbagi cerita dan kebahagiaan antara yang satu dengan yang lain. Tidak berbangga
hati dan tidak merendahkan yang lain jika cita-cita tercapai, tetapi menghias diri
Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran yang digunakan baik kooperatif
maupun CTL, Bapak Sabikis S.Pd.I telah memfasilitasi peserta didik untuk
pembelajaran CTL dengan bermain peran dalam suatu film, semua nilai-nilai karakter
mulia ha\mpir tercakup didalamnya dengan kata lain komplit, seperti aktif, kritis,
disiplin, amanah, rendah hati, percaya diri, jujur, berani, kerja keras, bersemangat,
bekerja keras, rela berkorban, ikhlas, sabar, peduli sosial, komunikatif, kerjasama,
umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, baik berupa motivasi kepada
motivasi untuk menjadi pribadi-pribadi berkarakter mulia seperti yang telah mereka
perankan dalam film hasil karya mereka. Selain itu Bapak Sabikis juga
mengkonfirmasi hasil diskusi atau karya mereka, serta menjawab pertanyaan peserta
c) Penutup
pengamatan peneliti berpendapat bahwa Bapak Sabikis S.Pd.I sudah cukup baik
berbagai metode dan model pembelajaran. Hal ini sebagaimana pendapat dari peserta
didik yang diwawancara semua menyatakan bahwa mereka merasa suka dan senang
dengan kegiatan pembelajaran PAI bersama Bapak Sabikis yang tidak membosankan.
3) Evaluasi Pembelajaran
Berdasarkan RPP yang disusun Bapak Sabikis terdapat format evaluasi
Pak Sabikis menjelaskan bahwa penilaian sikap (afektif) masih bersifat umum yang
dilakukan dengan pengamatan secara langsung terhadap partisipasi aktif peserta didik
dalam proses pembelajaran. Namun pemberian penilaian sikap (afektif) tidak hanya
pembelajaran PAI juga dilakukan seperti shalat dhuha, BBQ, dan shalat Jumat.
maupun kelas XII dengan segala kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun,
“Pembentukan karakter Islami peserta didik tidak cukup hanya tergantung pada
proses pembelajaran PAI di kelas saja, tetapi harus didukung oleh program-program
atau kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat Islami. Hal ini karena pembelajaran itu
hanya memberikan konsep, sedangkan untuk membentuk pembiasaan dan
memberikan keteladanan kepada peserta didik, maka peserta didik harus dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang real.”17
17
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 14 Maret
2016
Dalam hal ini pembentukkan karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan
(knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habits) Karakter tidak terbatas pada
pembelajaran PAI dikelas, guru PAI dan pihak sekolah memberikan pembinaan
berkelanjutan yang melatih peserta didik untuk membiasakan diri berkarakter mulia
karakter baik didalam pembelajaran kelas maupun diluar kelas berbeda-beda. Misal,
didik yang ketahuan menyontek ketika ulangan dengan kebijakan remedial dan
kedisiplinan peserta didik yang terlambat mengumpul tugas diberi sanksi untuk
membuat tugas dua kali lipat, peserta didik yang membuat keributan atau kegaduhan
saat proses kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas akan diberi sanksi berupa
olahraga diharuskan memakai baju seragam sekolah kembali, jika tidak, maka peserta
menanamkan karakter religus atau taat kepada Allah, peserta didik diharuskan
Susi baru berapa hari aktif mengajar setelah tiga bulan cuti. Sedangkan pembinaan
yang dilakukan Pak Sabikis didalam maupun di luar kelas antaralain dalam
menanamkan ketaatan kepada Allah (relegius) peserta didik yang perempuan wajib
menutup aurat selama pembelajaran PAI berlangsung, peserta didik shalat Dhuha
dan membaca al-Qur’an pada jam ke 3 dan 4, membimbing peserta dtidik yang laki-
laki wajib shalat Jumat di sekolah dengan sistem bergilir, dan membina anak-anak
program atau kegiatan yang bersifat keagamaan. Menurut Drs. Hendro Suyono
Selain itu, pihak sekolah juga memiliki peraturan tata tertib sekolah yang
Pihak sekolah mengeluarkan Buku Saku Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan
18
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
Sosial Sekolah bagi Siswa yang mencakup ketentuan-ketentuan umum, pelanggaran
dan sanksi. Tatakrama dan tata tertib sekolah dimaksudkan sebagai rambu-rambu
bagi siswa dalam bersikap, berucap, bertindak, dan melaksanakan kegiatan di sekolah
dalam rangka menciptakan iklim dan kultur sekolah yang dapat menunjang
pembelajaran yang efektif. Tatakrama dan tata tertib dibuat berdasarkan nilai-nilai
yang dianut sekolah dan masyarakat sekitar, yang meliputi: nilai ketakwaan, sopan
disesuaikan dengan jumlah kumulatif nilai bobot pelanggaran, yakni sebagai berikut:
19
Dokumentasi, Buku Saku Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Bagi
Siswa Disertai Nilai Bobot Pelanggaran SMA Negeri 9 Bandar Lampung, TP. 2015/2016, h. 2
intimidasi/ancaman. Maka, berikut larangan-larangan bagi peserta didik sehari-hari di
sekolah antaralain:
Adapun yang berkaitan dengan nilai ketakwaan, maka dalam BAB Ketentuan
Umum terdapat kegiatan keagamaan yang harus diikuti peserta didik antaralain:
a. Bagi siswa Muslim wajib dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar.
b. Setiap siswa Muslim wajib menjalankan shalat wajib dengan berjamaah (shalat
dzuhur/shalat Jum’at).
c. Setiap siswa Muslim mengikuti pengajian yang diadakan oleh sekolah termasuk
20
Ibid., h. 9
21
Ibid., h. 8
Demikianlah kebijakan peraturan tata krama dan tata tertib peserta didik serta
jenis pelanggaran beserta sanksi yang diterapkan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung.
Dari pemaparan diatas tampak jelas bahwa peraturan tata krama dan tata tertib yang
pembinaan baik yang di lakukan pihak sekolah mauopun guru bukan berarti
hambatan apapun.
berbeda tentang hal yang menghambat proses pembentukan karakter peserta didik.
22
Titin Widyawati, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 19
April 2016
“Pembentukan karakter peserta didik melibatkan banyak pihak. Tidak cukup jika
pembentukan karakter peserta didik hanya diserahkan kepada sekolah saja, namun
adanya peran keluarga itu lebih utama dalam membentuk karakter peserta didik.”23
Sedangkan Pak Sabikis selaku guru PAI kelas XII berpendapat bahwa:
“Pembentukan karakter Islami peserta didik tidak cukup hanya bergantung pada
proses pembelajaran PAI dalam kelas saja, namun juga harus didukung oleh
program-program atau kegiatan-kegiatan sekolah yang bersifat Islami. Karena
pembelajaran itu hanya memberi konsep, sedangkan untuk memberikan peserta didik
pembiasaan dan keteladanan dari seluruh warga sekolah, maka peserta didik harus
dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang real.”24
B. Pembahasan
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian yang diperoleh dari
akan melakukan analisis data dengan menjelaskan lebih lanjut hasil dari penelitian
yang telah dilakukan. Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan yaitu
deskriptif kualitatif (pemaparan), maka analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis kualitatif, dengan penggunaan penalaran induktif, yakni cara yang
23
Susi Apriyani, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Kantor Guru, Bandar Lampung, 28
April 2016
24
Sabikis, Guru PAI, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung, 14 Maret
2016
25
Hendro Suyono, Kepala Sekolah, wawancara dengan penulis, Ruang TU, Bandar Lampung,
25 Mei 2016
berpikir yang berangkat dari fakta- fakta khusus, peristiwa- peristiwa yang konkrit
dan khusus itu ditarik generalisasi- generalisasi yang mempunyai sifat umum.
Dalam hal ini karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang
tersebut. Maka diperlukan tiga komponen karakter baik yaitu moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi), dan
moral action atau perbuatan bermoral. Untuk memahami apa yang mendorong
seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka harus dilihat tiga aspek lain
dari karakter yaitu kompetensi (competence), keinginan (will), dan kebiasaan (habit).
menjadikan peserta didik dapat mengetahui dan memahami ajaran dan nilai-nilai
(afektif), maka peserta didik dapat menjalani hidup sesuai dengan ajaran dan nilai-
PAI yang dijalankan harus menyentuh aspek knowing, doing, dan being.
Maka kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam (PAI) dalam membentuk
karakter Islami peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung meliputi tiga proses
1. Perencanaan Pembelajaran
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar
dikembangkan dari silabus oleh setiap guru PAI sebagaimana Permendikbud Nomor
65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Hanya saja
berdasarkan pengamatan dan wawancara dari ketiga guru PAI ada salah satu yang
menggunakan RPP tahun sebelumnya dengan alasan karena baru selesai dari cuti
guru hendaknya menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baru untuk
26
Yunus Abidin, Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013, (Bandung:
PT Refika Aditama, 2014, Cet. ke-2), h. 289
setiap pembelajaran yang akan dilaksanakan, meskipun guru tersebut merupakan guru
berikut, antaralain:
Adapun dua guru PAI yang lain telah menyusun Rencana Pelaksanaan
kedua RPP tersebut, ada yang lengkap sesuai dengan Standar Proses dan ada yang
kurang lengkap. Perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan Standar Proses yaitu
mencakup semua komponen RPP tanpa terkecuali mulai dari tujuan pembelajaran,
27
Yunus Abidin, Op.Cit., h. 288-289
materi atau bahan ajar, metode pembelajaran, sumber dan media pembalajaran,
yang tidak mencakup tujuan pembelajaran yang akan dicapai peserta didik baik
Padahal antara Kompetensi Inti dengan Tujuan Pembelajaran dua hal yang
Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang siswa pada setiap tingkat kelas atau
kata kerja operasional yang menunjukkan perubahan perilaku yang hendak dicapai
Maka untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran yang telah dicapai
oleh peserta didik dalam setiap pertemuan tidak dapat dilihat dari kompetensi inti
tetapi dilihat dari tujuan pembelajaran. Hal ini karena tujuan pembelajaran
merupakan kemampuan yang harus dicapai peserta didik setelah mempelajari bahasan
tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan, sehingga tujuan
28
Andi Prastowo, Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu
Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 118
29
Ibid., h. 186
Selain itu perumusan tujuan pembelajaran juga memiliki beberapa urgensi bagi
guru, antaralain: (a) agar mereka dapat melakukan pemilihan materi, metode, media,
dan urutan kegiatan; (b) agar mereka memiliki komitmen untuk menciptakan
lingkungan belajar sehingga tujuan tercapai; dan (c) membantu mereka dalam
guru tidak akan mengetahui apakah peserta didiknya telah mencapai tujuan yang
diinginkan, kecuali guru tersebut merumuskan tujuan apa saja yang dikehendaki.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, mencakup tiga kegiatan,
a. Pendahuluan
Pada tahap ini ketiga guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung
pembiasaan dan keteladanan yang baik seperti guru datang tepat waktu, senyum,
salam, dan sapa ketika masuk kelas, doa bersama dan membaca ayat-ayat al-Qur’an
30
Abdul Majid, Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: Interes Media, 2014, Cet. ke-2), h.
227
sebelum proses pembelajaran dimulai serta menanyakan kabar dan mengecek
Islami seperti religius, santun, ramah, peduli, disiplin, dan rajin lebih mudah
ditanamkan.
Tetapi tidak semua guru PAI mengawali proses pembelajaran dengan membaca
ayat-ayat al-Qur’an. Maka, peneliti berpendapat bahwa PAI sebagai mata pelajaran
pembelajaran PAI dimulai akan lebih utama jika mengawalinya dengan membaca
ayat-ayat suci al-Qur’an terlebih dahulu. Hal ini dalam rangka membiasakan peserta
didik agar senantiasa dekat dengan ayat-ayat Allah SWT yang merupakan petunjuk
bagi seluruh umat manusia, dan merupakan aktivitas ibadah bagi para pembaca
Kemudian ketiga guru PAI tersebut memberikan motivasi atau brain storming
kepada peserta didik dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
31
Marwah Al-Qur’an Tajwid, Terjemahan dan Tafsir Untuk Wanita, (Bandung: Marwah,
2009), h. 283
Motivasi atau brain storming diberikan untuk mendorong peserta didik untuk
menggambarkan kepada peserta didik aspek apa sajakah yang harus mereka kuasai
kompetensi dasar yang dilakukan oleh ketiga guru PAI hanya mencakup aspek
moral action bukan hanya pada tataran kompeten (competence), tetapi sampai
memiliki kemauan (will) dan kebiasaan (habit), sehingga penting bagi guru
(afektif) agar orientasi peserta didik tidak hanya fokus dalam ranah kognitif dan
psikomotorik saja, tetapi aspek afektif juga menjadi orientasi yang diprioritaskan
b. Inti
didik untuk secara aktif mencari informasi, serta memberikan uang yang cukup bagi
karakter peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman dan pendapat dalam
Pada kegiatan inti semua guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung,
menggunakan berbagai metode dan model pembelajaran, serta media dan sumber
belajar yang memadai sesuai dengan materi ajar. Namun peneliti melihat bahwa
penggunaan keberagaman metode dan model pembelajaran, serta media dan sumber
belajar ini, tidak senantiasa membuat peserta didik antusias merespon setiap kegiatan
setiap peserta didik untuk melibatkan diri berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran. Fakta kurang antusiasnya peserta didik di kelas X baik jurusan IPA
maupun IPS, menurut pendapat peneliti bukan terkait dengan masalah penggunaan
keberagaman metode dan model pembelajaran, tetapi disebabkan oleh peranan faktor
banyak duduk di kursi, guru begitu pendiam, lembut, dan kurang tegas akan
membuat guru kurang disegani atau ditakuti dan kurang didengar oleh peserta didik.
menyenangkan bagi peserta didik karena . Maka wajar jika ditemukan peserta didik
kurang memperhatikan guru yang sedang menjelaskan atau teman yang sedang
Berdasarkan hasil wawancara kepada 21 peserta didik dari kelas dan jurusan yang
berbeda (IPA dan IPS), diantaranya 11 peserta didik menyatakan pembelajaran PAI
membosankan, dan 13 peserta didik memberikan saran dan kritik untuk guru PAI
yang bersangkutan.
Saran dan kritik tersebut antaralain: jangan ceramah terus, buat anak-anak seru,
jangan terlalu datar, jangan terlalu pendiam, bersahabat dengan anak-anak, jangan
ditempat duduk saja, metode ngajarnya jangan monoton gitu-gitu saja, harus lebih
tegas lagi, lebih serius, suara lebih keras lagi, lebih baik, lebih komunikasi dengan
murid, lebih ke praktek jangan nulis melulu, dan hafalan kurang memperhatikan.
Maka dari uraian fakta diatas peneliti menyimpulkan bahwa pada kegiatan inti
mayoritas peserta didik belum melibatkan diri secara aktif baik mental, fisik maupun
kompetensi dan karakter peserta didik dibutuhkan suasana pembelajaran yang tenang
dan menyenangkan. Maka disinilah peran seorang guru dituntut dari aktivitas dan
Hal ini sebagaimana hasil penelitian Soedijarto yang menunjukkan bahwa: (1)
Berdasarkan teori yang ditemukan berikut peran guru yang menentukan proses
pembelajaran antaralain:
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Seluruh peserta didik melibatkan diri
secara aktif baik mental, fisik maupun sosialnya dalam setiap kegiatan pembelajaran
32
Mulyasa, Op.Cit., h. 194
33
Mulyasa, Op.Cit., h. 193-194
baik eksplorasi, elaborasi maupun konfirmasi. Bahkan berdasarkan hasil wawancara
peserta didik baik dikelas XI maupun XII, mereka semua menyatakan bahwa
pembelajaran PAI dikelas mereka menyenangkan dan tidak ada satu pun dari mereka
yang memberikan saran dan kritik baik terkait dengan metode, model, sumber dan
media pembelajaran yang digunakan maupun peran guru dalam kegiatan proses
pembelajaran.
jawab, disiplin, amanah, percaya diri, jujur, berani, kerja keras, bersemangat, rela
Learning). Hal ini karena kedua model pembelajaran tersebut merupakan model
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
34
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2013, Cet. ke-13), h. 189
beraneka ragam dan konteks masalah-masalah serta situasi-situasi riil kehidupannya,
sehingga peserta didik dapat mengkonstruksi makna dan nilai-nilai Islam yang perlu
diinternalisasikan dalam dirinya. Hal ini seperti yang terdapat dalam film yang dibuat
peserta didik kelas XII yang sarat mengandung banyak nilai-nilai karakter Islami.
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi.35 Pembelajaran
nilai-nilai karakter seperti aktif, kreaktif, inovatif, rasa ingin tahu, percaya diri,
berani, bertanggung jawab, saling menghargai, dan peduli lingkungan. Hal ini seperti
yang terlihat pada jenis kooperatif tipe jigsaw dan STAD (Student Teams Chievement
Devisions) yang digunakan di kelas XI. Namun penerapan model pembelajaran ini
karakter dan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di kelas XI dan XII. Tetapi
adanya faktor peran guru yang cukup baik di kelas tersebut juga sangat menentukan,
Adapun penggunaan media dan sumber belajar dalam kegiatan inti sudah cukup
memadai yang disesuaikan dengan jenis materi ajar, antaralain laptop, LCD, internet
free wifi, buku PAI dan lain-lain. Dalam hal ini sarana dan prasarana pembelajaran
yang digunakan oleh ketiga guru PAI sudah cukup baik sesuai dengan tuntutan
Kurikulum 2013.
35
Ibid., h. 203
c. Penutup
Pada tahap penutup semua ketiga guru PAI memberikan kesimpulan isi materi,
memberikan umpan balik, penilaian, dan merencanakan kegiatan tindak lanjut seperti
remedial dan pemberian tugas baik tugas individu maupun kelompok serta
hamdalah dan mengakhiri dengan doa bersama, serta mengucap salam ketika keluar
meninggalkan kelas.
Tugas remidial diberikan kepada peserta didik yang nilainya belum mencapai
standar KKM dan peserta didik yang menyontek ketika ulangan. Sebagaimana tugas
remedial yang diberikan oleh guru PAI kelas X terhadap peserta didik yang
menyontek ketika UTS pada semester genap. Guru juga tidak lupa memberikan
nasehat bahwa nilai besar tidak memiliki arti jika diperoleh dengan menyontek, lebih
baik mendapat nilai kecil tetapi memperolehnya dengan jujur. Terlebih pelajaran
kehidupan, maka sudah seharusnya sebagai Muslim untuk berperilaku jujur dalam
ketiga guru PAI telah memberikan pembiasaan dan keteladanan yang baik kepada
ulangan pada mata pelajaran PAI merupakan fakta yang menunjukkan bahwa nilai-
nilai karakter mulia yang dipelajari belum sepenuhnya melekat pada diri peserta
didik. Fakta ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru PAI untuk lebih
peserta didik, karena mungkin selama ini nilai-nilai karakter (afektif) belum menjadi
3. Evaluasi Pembelajaran
sejauhmana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. 36 Dengan kata lain evaluasi
merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek yang bersifat
jenis antaralain:
36
Toto Fathoni, Cepi Riyana, “Komponen-komponen Pembelajaran”, Kurikulum dan
Pembelajaran, ed. Toto Ruhimat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Pesada, 2012, Cet. ke-2), h. 165
c. Evaluasi hasil pembelajaran, yaitu evaluasi hasil belajar mencakup tingkat
penguasaan siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum
maupun khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.37
Peran guru pada kegiatan evaluasi pembelajaran disebut evaluator yakni guru
yang harus menilai proses dan hasil belajar yang telah dicapai, serta memberikan
kegiatan evaluasi seorang guru dapat mengetahui keberhasilan peserta didik dalam
(psikomotorik).
pembelajaran yang dilakukan ketiga guru PAI masih bersifat umum. Penilaian dalam
ranah sikap (afektif) hanya dinilai dari keaktifan peserta didik melalui pengamatan
penilaian. Sementara dalam kurikulum 2013 sikap (afektif) dibagi menjadi dua, yakni
sikap spiritual dan sikap sosial. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi
37
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012, Cet. ke-9), h. 408
inti, yakni kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2 (KI 2)
Dengan demikian penilaian yang dilakukan oleh ketiga guru PAI belum
mencakup penilaian kompetensi sikap (afektif) secara keseluruhan baik sikap spiritual
maupun sikap sosial. Padahal perkembangan karakter peserta didik dapat dilihat pada
karakter peserta didik secara utuh, penilaian kompetensi sikap dilakukan secara
keseluruhan baik sikap spiritual maupun sikap sosial. Sebab nilai-nilai karakter yang
harus ditanamkan kepada peserta didik bukan hanya keaktifan peserta didik tetapi
mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari nilai karakter yang berhubungan
Jadi perkembangan karakter peserta didik tidak dapat terukur hanya dengan
memberi penilaian terhadap salah satu jenis karakter saja. Apalagi penilaian yang
diberikan hanya pada keaktifan peserta didik yang dilakukan melalui observasi secara
langsung dengan jumlah peserta didik lebih dari 20 orang, maka hasil penilaian yang
dilakukan akan menjadi bias. Selain itu penilaian keaktifan peserta didik
memungkinkan bagi guru untuk lebih menanggapi peserta didik yang aktif daripada
peserta didik yang kurang aktif, sehingga peserta didik yang kurang aktif kurang
terpantau.
banyak cara untuk mengukur kompetensi sikap (afektif) secara keseluruhan baik sikap
spiritual maupun sikap sosial yang didalamnya mencakup berbagai jenis karakter,
sehingga perkembangan karakter peserta didik dapat terukur secara akurat dan dapat
Namun penilaian pada kompetensi sikap (afektif) memang lebih sulit dilakukan
(psikomotorik). Sebagaimana penjelasan salah satu guru PAI yang mengatakan bahwa
penilaian pada ranah sikap (afektif) mengalami kesulitan ketika jumlah kelas yang
dipegang guru terlalu banyak dengan kapasitas setiap kelas lebih dari 20 peserta
didik. Sehingga pernilaian pada ranah sikap (afektif) dalam satu semester hanya dapat
Selain itu semakin banyak cara yang digunakan untuk memberikan penilaian
pada ranah sikap (afektif), maka akan semakin banyak pula format penilaian yang
lebih besar mulai dari waktu, tenaga sampai pemikiran. Hal ini dapat menjadi salah
satu alasan bagi guru PAI mengapa tidak menggunakan instrument penilaian dalam
oleh ketiga guru PAI di SMA Negei 9 Bandar Lampung belum menekankan aspek
38
Yunus Abidin, Op.Cit., h. 98
pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) secara
pengetahuan daripada aspek sikap (afektif) karena adanya beberapa kendala yang
kompetensi sikap.
Dalam hal ini agar penilaian pembelajaran dapat dilakukan secara seimbang
antara pengetahuan, sikap dan keterampilan, maka hendaknya ada upaya yang
dilakukan oleh pihak sekolah maupun guru PAI untuk mengatasi kendala-kendala
yang ada. Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan menurut pendapat peneliti
antaralain:
1) Pengurangan kapasitas jumlah peserta didik setiap kelas. Pengurangan ini bisa
dilakukan oleh pihak sekolah dengan kebijakan yang menetapkan jumlah setiap
Kebijakan ini khusus untuk kelas X yang terdiri dari 10 kelas dengan setiap kelas
2) Penambahan jumlah guru PAI. Keterbatasan jumlah guru mata pelajaran akan
menentukan besar kecilnya beban yang menjadi tanggung jawab setiap guru.
Semakin besar beban seorang guru maka semakin sulit bagi seorang guru untuk
maksimal. Hal ini akan berdampak kepada sulitnya seorang guru melakukan
ini karena kompetensi sikap yang akan diberi penilaian mencakup kompetensi
sikap spiritual dan kompetensi sikap sosial, sehingga penilaian pada ranah sikap
membutuhkan format atau instrument penilaian yang banyak tergantung dari jenis
kompetensi sikap yang akan dinilai dan teknik penilaian yang digunakan.
Lampung tidak hanya melalui pembelajaran PAI saja, tetapi juga melalui pembinaan
sapa), etos belajar, tertib, disiplin, jujur, adil, toleran, simpati, empati, buang sampah
dalam pelaksanaan tugas, dan seterusnya, semuanya adalah budaya agama yang
adanya program atau kegiatan keagamaan yang sering diadakan oleh pihak sekolah
serta peraturan tata krama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah yang diterapkan
pedagogik disebut “dari gnosis sampai ke praksis”. Untuk sampai ke praksis,ada satu
peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi dalam diri anak, yaitu
munculnya keinginan yang sangat kuat (tekad) untuk mengamalkan nilai-nilai agama.
Peristiwa ini disebut dengan conatio,dan langkah untuk membimbing anak
pengenalan nilai-nilai agama secara kognitif; (2) memahami dan menghayati nilai-
nilai agama secara afektif; dan (3) pembentukan tekad secara konatif. Pendidikan
agama pada dasarnya adalah membimbing peserta didik untuk secara sukarela
mengikatkan diri pada ajaran dan nilai-nilai agama (voluntary personal commitment
to religious values).
Selain melalui pembudayaan, pembinaan juga dilakukan oleh guru PAI sebagai
dilakukan secara maksimal sebab dari ketiga guru PAI hanya satu guru yang memiliki
berkelanjutan kepada pihak sekolah sepenuhnya yakni kepada program atau kegiatan
keagamaan yang diadakan sekolah misal perayaan hari-hari besar agama, ekskul
ROHIS, serta peraturan tata krama dan tata tertib yang diterapkan sekolah. Padahal
guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu guru utama yang bertanggung
39
Muhaimin, Op.Cit. h. 313
Berikut beberapa peran dan tugas guru Pendidikan Agama Islam di luar tugas
pokoknya antaralain:
adanya kerjasama yang sinergi antar guru PAI dan dengan pihak sekolah untuk
Agama Islam sebagai budaya sekolah. Sebab peserta didik tetap membutuhkan
menerapkan tata krama serta tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran dan
Namun bukan hanya guru PAI dan sekolah saja yang harus bersinergi
melainkan seluruh warga sekolah tanpa terkecuali juga dituntut bersinergi mulai dari
kepala sekolah, guru-guru, pegawai tata usaha, peserta didik, sarana prasarana, dan
40
Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Feni Fatriani, Op.Cit., h. 128
Sekolah yang mengatakan bahwa pembentukan karakter peserta didik harus didukung
Selain itu pembentukkan karakter mulia disekolah juga harus didukung oleh
adanya peran keluarga, salah satu guru PAI menjelaskan bahwa pembentukan
karakter peserta didik melibatkan banyak pihak dan peran keluarga itu lebih utama.
Kurangnya peran keluarga dapat menjadi salah satu faktor penghambat bagi
pembentukan karakter disekolah. Sesuai pendapat salah satu guru PAI yang
mengatakan bahwa banyaknya jumlah peserta didik dari Bina Lingkungan menjadi
salah satu faktor penghambat dalam membentuk karakter dengan alasan mereka
memiliki semangat belajar dan sopan santun yang kurang, serta susah diatur dan
diberi nasehat, bahkan jarang sekali peserta didik dari Biling yang berprestasi,
sehingga semenjak banyak jumlah peserta didik Biling yang diterima dari tahun-
Peserta didik Bina Lingkungan (Biling) adalah peserta didik yang berasal dari
pemerintah. Jika dengan latar belakang dari keluarga Bina Lingkungan dianggap
memiliki peran keluarga yang kurang dalam membentuk karakter peserta didik, hal
ini mungkin dapat disebabkan karena tingkat pendidikan orang tua yang rendah,
sehingga tingkat pemahaman orang tua terhadap arti penting pendidikan bagi peserta
didik pun kurang. Akibatnya orang tua tidak begitu perhatian dan peduli terhadap
pendidikan peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. Keadaan inilah yang
Maka jika keberadaan peserta didik dari Bina Lingkungan dengan jumlah yang
banyak dapat dianggap sebagai hambatan bagi pembentukkan karakter peserta didik
peserta didik dari Bina Lingkungan. Tetapi menurut peneliti solusi ini kurang tepat
karena bagaimanapun peserta didik Bina Lingkungan memiliki hak yang sama
dengan peserta didik yang lain dalam mengenyam pendidikan. Dalam hal ini peneliti
pembinaan dan bimbingan secara khusus untuk peserta didik Biling diluar
membangun semangat belajar dapat dilakukan secara seimbang antara peserta didik
Biling dengan peserta didik yang lain, bahkan peserta didik Biling dapat bersaing
dengan peserta didik yang lain tanpa terjadi diskriminasi hanya karena status sosial
yang berbeda.
A. Kesimpulan
kegiatan keagamaan dan penerapan peraturan tata krama dan tata tertib sekolah.
B. Saran
ada beberapa saran yang dapat peneliti ajukan, yaitu sebagai berikut:
bersifat Islami.
f. Membangun komunikasi yang baik antara guru dan orang tua untuk
3. Kepada Siswa
c. Berani memberi saran dan kritik yang membangun terhadap guru maupun
Abdul Majid. Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (cet.II). Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya. 2014.
Abdul Majid dan Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi
Konsep dan implementasi Kurikulum 2004 (cet.VI). Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2006.
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (cet.XII). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada. 2013.
Ahmad Fuad Effendy. Sejarah Peradaban Arab dan Islam. Malang: Misykat. 2012.
Al-Qur’an Tajwid Terjemah dan Tafsir untuk Wanita, (Bandung: Marwah, 2009)
Buku Saku Tata Krama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial Sekolah Bagi Siswa
Disertai Nilai Bobot Pelanggaran SMA Negeri 9 Bandar Lampung, TP.
2015/2016.
Burhan Bungin. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2011.
Dede Tisna. ”Cara Islam Mengatasi Kriminalitas Remaja”. Al-wa’ie. No.147. Jakarta.
2012.
Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta. 2013.
Etta Mamang Sangadj dan Sopiah. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Andi. 2010.
Hafidz Abdurrahman. Diskursus Islam Politik dan Spiritual. (cet. IV). Bogor: Al
Azhar Press. 2012
Heri Gunawan. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. (cet. II). Bandung:
Alfabeta, 2012,
Ismail Yusanto dkk. Menggagas Pendidikan Islami. Bogor: Al-Azhar Press. 2011.
Nur Ainiyah. “Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Al-
Ulum. Vol.13. No.1. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 2013.
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa, Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Raden Intan Lampung. 2016.
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam (cet. IX). Jakarta: Kalam Mulia. 2012.
Yunus Abidin. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013(cet. II),
Bandung: PT Refika Aditama. 2014.
Zaenal Abidin. “Prinsip-prinsip Pembelajaran”. Kurikulum dan Pembelajaran(cet.II).
Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2012.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Aula
Perpustakaan
Halaman
Buku Saku Tatakrama dan Tata Tertib Siswa
Lampiran 1
Keterangan:
4 = Selalu
3 = Sering
2 = Kadang-kadang
1= Tidak pernah
Berikan penilaian berupa “angka” pada kolom skor yang telah tersedia.
Skor
No Karakter Indikator
1 2 3 4
1 Taat kepada 1) Memahami dan mempercayai rukun iman
Allah SWT 2) Melaksanakan shalat 5 waktu secara penuh
3) Melaksanakan shalat Jumat (laki-laki)
4) Mejalankan puasa Ramadhan
5) Membayar zakat fitrah bulan Ramadhan
6) Menutup aurat/berhijab (perempuan)
7) Mengajak orang lain untuk beribadah
8) Rutin membaca al-Qur’an setiap hari
9) Memahami adab pergaulan antara perempuan
dan laki-laki (tidak berkhalwat, tidak ikhtilat,
tidak pacaran)
10) Menjaga diri dari hal yang merusak (rokok,
minum-minuman keras, napza, free sex dll)
11) Menjaga diri dari tindak kriminal (tawuran,
mencuri dll)
2 Jujur 12) Tidak berkata bohong
13) Tidak menyontek dalam ulangan/ujian
14) Mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang
suatu pokok diskusi
15) Mengemukakan rasa senang atau tidak senang
terhadap pembelajaran
16) Menyatakan sikap terhadap suatu materi
2
diskusi kelas
17) Membayar barang yang di beli di toko sekolah
dengan jujur
18) Mengembalikan barang yang di pinjam atau
ditemukan di tempat umum
3 Bertanggung 19) Menyelesaikan semua kewajiban
jawab 20) Tidak suka menyalahkan orang lain
21) Tidak lari dari tugas yang harus diselesaikan
22) Berani mengambil resiko
4 Disiplin 23) Selalu datang tepat waktu
24) Jika berhalangan hadir memberi tahu
25) Taat pada aturan sekolah
26) Taat pada aturan lalu lintas
5 Demokratis 27) Menghargai pendapat orang lain
28) Berlapang dada untuk saling memaafkan
29) Menerima keputusan bersama hasil dari
musyawarah dengan lapang dada
30) Senantiasa bermusyawarah tentang hal yang
menyangkut kepentingan bersama
Jumlah Skor
Lampiran 2
HASIL ANGKET PESERTA DIDIK KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG
Karakter
Berbakti pada
No Responden Taat kepada Allah SWT Jujur Tanggung Jawab Disiplin
kedua orang tua
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 Achmad Aulia 4 3 4 4 3 - 3 2 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4
2 Afifa Nurul 3 2 - 4 3 4 2 2 4 4 4 2 2 2 2 2 4 4 2 2 4 2 2 2 4 4 4 4 4 2
3 Ainun Mardiyah 4 3 - 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3
4 Alma 4 3 - 4 3 3 3 2 2 4 4 2 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 3
5 Anggun Elfira S 3 2 - 4 4 1 2 2 2 4 4 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4
6 Anisa Nur S. 4 3 - 4 4 4 4 2 2 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4
7 Ari Setiawan 4 4 4 4 4 - 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
8 Bagoes Tyipta 4 3 4 4 4 - 4 4 2 4 4 2 3 2 2 2 4 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3
9 Beta Putri A. 4 3 - 4 4 4 2 3 3 4 4 3 3 2 3 2 4 3 0 3 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3
10 Chaswarina N. 3 3 - 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
11 Dandy Febriana 4 3 4 4 4 - 3 2 3 4 4 3 3 2 2 2 4 4 3 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4
12 Deby Diantyy 4 2 - 4 4 4 3 2 3 4 4 2 2 2 2 3 4 4 4 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4 2
13 Defri Fahlepi A. 4 3 4 4 4 - 3 3 4 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
14 Devi Ariani P 3 3 - 4 4 2 3 4 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 Edo Kurnia A. 4 4 4 3 3 - 3 2 2 4 4 2 2 2 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3
16 Errina Farasdati 3 3 - 4 4 1 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3
17 Fadila Raisya 4 3 - 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 2 2 3 4 3 4 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3
18 Farah Fadhilah 4 4 - 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 2 2 4 4 4 3 4 4
19 Febriyola K. 4 3 - 4 4 4 3 3 3 4 4 2 2 3 2 3 4 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3
20 Fegy Seftia 4 3 - 4 4 2 4 2 3 4 4 3 3 2 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3
21 Ikhza Ragenra 4 3 4 4 4 - 3 3 3 4 4 3 2 4 3 3 4 2 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 4
22 Kartiko 4 3 4 4 4 - 4 4 3 4 4 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2 3 4 4 4 4 4 4 4 4
23 M. Alkautsar M 4 3 4 4 4 - 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3
24 M. Hafidz S. 4 3 4 4 4 - 3 2 3 4 4 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3
25 M. Fadhil Thalib 4 3 4 4 4 - 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 2 2 2 3 4 4 4 4
26 M. Ridho Iwan 2 2 4 4 4 - 3 2 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 2 3 1 1 2 3 4 4 4 2 3
27 Muthya Ningsih 4 3 - 4 4 4 4 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4
4
28 Nadiya R. 4 4 - 4 4 4 3 2 3 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4
29 Previana Pevita 4 4 - 4 4 4 3 2 2 4 4 2 2 1 2 3 4 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 3
30 Rafi A. P 4 4 4 4 4 - 2 2 3 1 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3
31 Rico Ghifari P. 4 2 3 4 4 - 3 2 3 1 4 2 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 4 4 3 4 3 3 3
32 Salsabila Q. 4 2 - 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4
33 Sabrina Kirana 4 3 - 4 4 1 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4
34 Siti Maisarah 4 4 - 3 4 4 3 2 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 2
35 Syeha Shafira A 4 3 - 4 4 2 2 3 1 4 4 2 2 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 2 3 4 3 3 3
36 Tasa Qeida Putri 3 3 - 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
37 Triska 3 3 - 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 3 3 3
Kesimpulan Selalu : 61,16%; Selalu : 32,04% Selalu :32,43% Selalu :49,35% Selalu :57,43%
Sering : 25,17% Sering : 39,01% Sering :45,30% Sering :35,10% Sering :38,53%
Kadang-kadang : 11,75% Kadang-kadang : 28,56% Kadang :20,92% Kadang :14,85% Kadang :4,05%
Tidak pernah : 1,92% Tidak pernah : 0,39% T.Pernah:0,68% T.Pernah:0,68% T.Pernah:-
Lampiran 3
Nama observer :
Hari/Tanggal :
Tempat :
Petunjuk :
1. Cara pengisian lembar observasi proses pembelajaran dengan memberikan
tanda centang (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan pengamatan.
2. Ketentuan skor 1 untuk “Ada” dan skor 0 untuk “Tidak”.
Hitunglah skor yang diperoleh dengan menjumlahkannya serta cari presentasenya.
Hasil
Deskripsi Nilai
No Aspek yang diamati Pengamatan
Karakter
Ada Tidak
1 Pendahuluan
a. Guru mengucapkan salam dan Religius, Ramah,
menanyakan kabar. Peduli, Empati
b. Guru dan peserta didik berdoa Religius
bersama sebelum memulai pelajaran
c. Peserta didik membaca Al-Qur’an Religius
bersama selama 5-10 menit
d. Guru mengecek kehadiran peserta Disiplin
didik
e. Guru memberikan motivasi atau Bersemangat
brain storming
f. Guru menjelaskan tujuan Kritis, Kreaktif,
pembelajaran/kompetensi (kognitif, Inovatif, Visioner,
afektif dan psikomotorik) yang akan Produktif
dicapai
2 Inti
a. Eksplorasi
1) Guru menggali pemahaman Kritis, Kreaktif,
peserta didik terkait dengan Inovatif, Visioner,
materi yang akan dipelajari Produktif
2) Guru menggunakan beragam Kritis, Kreaktif,
pendekatan pembelajaran (model, Inovatif, Visioner,
strategi, metode, dan teknik Produktif
pembelajaran) dalam
menyampaikan materi
3) Guru menggunakan berbagai Rasional, Kritis,
6
Lampiran 4
PEDOMAN PENGUMPULAN DATA
A. Pedoman Observasi
1. Letak dan keadaan geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung
2. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Bandar Lampung
3. Proses pembelajaran PAI dalam membentuk karakter peserta didik di SMA
Negeri 9 Bandar Lampung dikelas maupun diluar kelas
4. Slogan/ poster tentang karakter di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
B. Pedoman Wawancara
1. Kepala Sekolah SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Apakah tujuan pendidikan dalam membentuk karakter mulia peserta didik
lebih ter-include/cover pada kurikulum 2013 dari pada kurikulum
sebelumnya (KTSP 2006)?
b. Bagaimana pengaruh pembelajaran PAI dalam membentuk karakter mulia
peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?
c. Apa saja program-progam sekolah yang mendukung pembelajaran PAI
dalam membentuk karakter mulia peserta didik?
d. Adakah faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter
peserta didik di SMA Negeri 9 Bandar Lampung?
2. Guru PAI SMA Negeri 9 Bandar Lampung
a. Apakah dalam pembelajaran PAI menggunakan silabus dan RPP yang
berkarakter?
b. Apakah pada RPP terdapat rumusan tujuan pembelajaran yang
mengembangkan kemampuan afektif (karakter)?
c. Bagaimanakah cara pembentukan karakter Islami pada peserta didik
dalam pembelajaran PAI?
d. Nilai-nilai PAI apa sajakah yang dikembangkan untuk membentuk
karakter Islami peserta didik?
9
C. Pedoman Dokumentasi
1. Letak Geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung
2. Sejarah Berdiri SMA Negeri 9 Bandar Lampung
3. Visi dan Misi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
4. Struktur Organisasi SMA Negeri 9 Bandar Lampung
5. Guru, Karyawan, dan Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung
6. Sarana dan Prasarana SMA Negeri 9 Bandar Lampung
7. Kurikulum SMA Negeri 9 Bandar Lampung
8. Data RPP karakter PAI kurikulum 2013
9. Data instrument penilaian karakter/afektif
10
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah :SMAN 9 BANDAR LAMPUNG
Mata Kuliah :Pendidikan Agama dan Budi Pekerti
Kelas/Semester :X/2
Alokasi Waktu :2 pertemuan x 3 jp
A. Kompetensi Inti:
(KI-1) Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun,
ramah, lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif, dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia;
(KI-3) Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,
dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora, dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban, terkait
fenomrna dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah;
(KI-4) Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangandiri yang dipelajainya disekolah secara
mandiri, dan mampu mengguakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian:.
3.8 Memahami pengelolaan wakaf
Indikator:
a. Menjelaskan pengertian dan dasar hukum wakaf.
b. Menyebutkan syarat dan rukun wakaf.
c. Mengkategorikan harta yang diwakafkan
d. Menjelaskan pelaksanaan dalam pengelolaan wakaf di Indonesia
C. Materi Pembelajaran:
1. Materi Fakta:
Mencermati artikel mengenai permasalahan wakaf.
2. Materi Konsep:
a. Pengertian wakaf.
b. Dasar hukum wakaf.
c. Syarat dan rukun wakaf.
d. Kategori harta yang diwakafkan.
e. Pelaksanaan dalam pengelolaan wakaf di Indonesia.
11
3. Materi Prinsip
Pengelolaan wakaf.
4. Materi Prosedur
a. Menjelaskan pengertian wakaf dengan benar.
b. Menjelaskan syarat dan rukun wakaf.
c. Menjelaskan ketentuan wakaf dengan benar.
d. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengelolaan wakaf dengan
benar
D. Metode Pembelajaran
a. Pengamatan/observasi/inkuiri, tanya jawab, studi pustaka, ceramah,
eksperimen
b. Diskusi, ceramah, kajian pustaka, demonstrasi.
E. Media, Alat, dan Sumber Belajar
1. Media
a. Internet
b. Perpustakaan
2. Alat/Bahan
a. LCD Proyektor
b. Leptop
c. Power point materi
d. Buku ( Nasikin, 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk
SMA kelas X, Jakarta: Erlangga, halaman 1-23 )
3. Sumber Belajar
a. Nasikin, 2013. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA
kelas X, Jakarta: Erlangga.
b. Al-Qura’an terjemahan
c. Kitab Hadits Bukhari Muslim
Keterangan Skor:
Masing-masing kolom diisi dengan kriteria
4=Baik Sekali; 3=Baik; 2=Cukup; 1=Kurang
Nilai = ∑ Skor Perolehan X 100
Skor Maksimal (20)
Kriteria Nilai
A= 80-100 : Baik Sekali
B= 70-79 : Baik
C= 60-69 : Cukup
D= 60 : Kurang
15
2. Evaluasi Psikomotorik
Tes praktik : Tulislah 2 dalil tentang perwakafan?
3. Portofolio
Format Penilaian Makalah
Struktur
Makalah Indikator Nilai
TOTAL SKOR
4. Evaluasi Kognitif
Tes Tertulis
No Butir Soal Kunci Jawaban
1 Barang yang mendatangkan pahala
secara terus-menerus, selama
Wakaf
barang itu dapat dimanfaatkan
dalam Islam dikenal dengan ……
2 Wakaf itu disebut sedekah jariyah, Pahala wakaf itu akan terus
karena… mengalir kepada yang berwakaf
3 Sebutkan Syarat harta yang Kekal zatnya dan kepunyaan
diwakafkan…. yang berwakaf dan hak miliknya
dapat berpindah-pindah
Lampiran 6
A. Kompetensi Inti :
(K1) : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
(K2) : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun,
ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
pro- aktif) dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
(K3) : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
(K4) : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1. Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia.
2. Mendeskripsikan faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di
dunia
C. Indikator
1. Mampu Menganalisis faktor-faktor kemajuan dan kemunduran peradaban
Islam di dunia.
19
Kooperatif
Rool play,diskusi, ceramah
G. Kegiatan Pembelajaran
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Memberikan salam
Pendahuluan Menanyakan kepada siswa kesiapan dan 10
kenyamanan untuk belajar menit
Menanyakan kehadiran siswa
Mempersilakan salah satu siswa memimpin doa
Tanya jawab materi sebelumnya
Menyampaikan tujuan pembelajaran melalui power
point.
Mengamati
Inti - Mengamati tayangan video tentang perkembangan 70
Islam di dunia menit
- Membaca artikel tentang kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam di dunia
Menanya
- Mengajukan pertanyaan berkaitan dengan
perkembangan Islam di dunia, seperti faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam?
Eksperimen/Eksplor
- Diskusi tentang perkembangan peradaban Islam di
dunia
- Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi kemajuan
peradaban Islam di dunia
- Menelaah faktor-faktor yang memepengaruhi
kemunduran peradaban Islam di dunia
Assosiasi
- Menyimpulkan perkembangan peradaban Islam di
dunia
- Menyimpulkan faktor-faktor yang memepengaruhi
kemajuan dan kemunduran peradaban Islam di dunia
Komunikasi
- Menyajikan/melaporkan hasil diskusi tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran
peradaban Islam di dunia
- Menanggapi hasil presentasi (melengkapi,
mengkonformasi, dan menyanggah).
21
Alokasi
Kegiatan Deskripsi
waktu
Membuat resume pembelajaran di bawah bimbingan
guru
1. Klarifikasi/kesimpulan siswa dibantu oleh guru
Penutup menyimpulkan materi 10
2. Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan menit
pembelajaran
3. Siswa melakukan refleksi tentang pelaksanaan
pembelajaran
4. Mengucapkan salam
1
2
3
4
5
Nama : Susiyanti
NPM : 1011010223
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd
Pembimbing II : Drs. Mukti Sy, M.Ag
Judul Skripsi : Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk
Karakter Islami Di SMA Negeri 9 Bandar Lampung
Paraf
No Tgl. Konsultasi Hal Konsultasi
Pemb. I Pemb. II
1. 20 Januari 2015 Pengajuan
Proposal
2. 14 April 2015 Acc Proposal
3. 26 Januari 2015 Pengajuan
Proposal
4. 21 April 2015 Acc Proposal
5. 11 Mei 2015 Seminar ________ ___________
7. 26 Mei 2017 Acc Bab I-V