KELOMPOK 3 BANGSAL NEUROLOGI Fix
KELOMPOK 3 BANGSAL NEUROLOGI Fix
KELOMPOK 3 BANGSAL NEUROLOGI Fix
BANGSAL NEUROLOGI
“STROKE HEMORAGIK, GAGAL GINJAL KRONIS DAN
HIPERTENSI”
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
DI RUMAH SAKIT OTAK DR. Drs. MUHAMMAD HATTA
Periode 31 Mei – 24 Juli 2021
Oleh:
KELOMPOK III
FAKULTAS FARMASI
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Kronis yang dilakukan di Rumah Sakit Otak DR. Drs. M. Hatta Bukittinggi.
berdasarkan teori serta hasil pengamatan selama melakukan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA).
serta masukan dari berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan
laporan studi kasus ini.Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik
dalam segi penyusunan maupun tata bahasanya sehingga penulis berharap saran,
Penulis
i
BAB 1
PENDAHULUAN
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung
dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa
patologisnya, stroke dapat dibedakan menjadi dua, yaitu stroke hemoragik dan
oleh oklusi pembuluh darah otak yang kemudianatau total. Hanya 15% saja yang
dapat sembuh total dari serangan stroke dan kecacatan. Jumlah penderita stroke di
penderita stroke di tahun 2007 usia 45-54 sekitar 8 persen, sedangkan pada tahun
2013 mencapai 10 persen. Jumlah penderita stroke usia 55-64 tahun pada
persen.
Walaupun demikian, kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke justru jauh lebih
produktivitas akibat stroke adalah sebesar 68,9 juta dollar AS sepanjang tahun
1
Beberapa faktor resiko terjadinya stroke antara lain hipertensi, diabetes
terjadinya stroke pada penderita GGK adalah sebesar L.97%(Krishna PR, 2009).
Secara garis besar faktor risiko stroke dibagi atas faktor risiko yang dapat
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin,
ras/suku, dan faktor genetik. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke paling
penting yang dapat dimodifikasi baik bagi laki‐laki ataupun wanita. Hipertensi
dapat meningkatkan risiko untuk terjadinya stroke sekitar dua sampai empat kali.
yang telah diuraikan diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang
penyakit dan kajian terapi pada penyakit stroke, gagal ginjal kronik dan hipertensi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak fokal (global) dengan
kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vascular. Stroke merupakan
gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang
dapat timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa
jam) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu sebagai hasil
2.2 Patofisiologi
yaitu efek mekanis dan efek neurotoksi dari darah dan komponen darah serta
3
adalah stroke hemoragik, dimana masing-masing 10% adalah perdarahan
pmbuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh
kapiler yang akhirnya membuat pembuluh darah ini pecah. Hal ini
terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul
2009).
berikut:
4
1. PIS (Perdarahan Intraserebral)
2011).
subarachnoid primer). Penyebab yang paling sering dari PSA primer adalah
tidak diketahui (25%), serta trauma kepala. Sebagian kasus PSA terjadi tanpa
5
sebab dari luar tetapi sepertiga kasus terkait dengan stress mental dan fisik
(Junaidi, 2011).
1. Kehilangan motorik
b. Baal mati rasa sebelah badan, rasa kesemutan, terasa seperti terkena cabai
(terbakar)
2. Kehilangan komunikasi
3. Gangguan persepsi
4. Defisit intelektual
a. Kehilangan memori/pelupa
6
b. Rentang perhatian singkat
5. Disfungsi kandung kemih Tidak bisa menahan kemih dan sering berkemih
(Junaidi, 2011).
yang tidak dapat dimodifikasi yaitu faktor yang berupa karakteristik atau
sifat pasien yang tidak dapat diubah. Contoh dari faktor ini yaitu usia, jenis
a. Usia
bertambahnya usia (Pinto & Caple, 2010). Menurut hasil penelitian Saraswati
(2009), diketahui bahwa pada orang lanjut usia pembuluh darah lebih kaku
kareana adanya plak. Hal ini berkaitan dengan proses degenerasi (penuaan)
yang terjadi secara alamiah. Pada saat umur bertambah kondisi jaringan tubuh
sudah mulai kurang fleksibel dan lebih kaku, termasuk pembuluh darah
(Farida, 2009).
b. Jenis Kelamin
7
Menurut Bornstein (2009), survey ASNA (ASEAN Neurologic
dirawat di rumah sakit (hospital based study) dengan analisis penelitian ini,
perempuan. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor risiko stroke yang
diduga karena jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan faktor risiko stroke
Gaya hidup tidak sehat juga dapat menyebabkan stroke berulang karena laki-
laki lebih cenderung mempunyai kebiasaan suka memakan makanan siap saji
disaat makan siang saat bekerja dan selesai bekerja. Hormon juga
2009).
c. Faktor Genetik
stroke yakni 7,75 kali dibanding orang yang tanpa riwayat stroke pada
bawah lapisan dinding pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya stroke
8
faktor genetis dengan tidak berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah
dalam arteri koronia. Karena orang yang terkena stroke gennya sangat
Faktor yang dapat dimodifikasi terdiri dari tingkatan pertama dan kedua.
2.2 Hipertensi
9
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu keadaan di mana tekanan
yaitu:
tabel:
istolik ≥ 140 mmHg dengan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg. Berbagai studi
membuktikan bahwa pravelensi HST pada usia lanjut sangat tinggi akibat proses
10
diastolic. HST juga dapat terjadi pada keadaan anemia, hipertiroidisme,
2.2.3 Patofisiologi
Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak
sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah secara akut yang
melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat
yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem
11
pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler
dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin.
Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang
berbagai organ.
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang
inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua
(ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan
bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
12
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah: umur, jenis kelamin dan genetik
2. Faktor risiko yang dapat diubah: merokok, diet rendah serat, konsumsi garam
2.2.5 Diagnosis
pemeriksaan yang harus dijalani sebelum menentukan terapi atau tatalaksana yang
Hypertension 2014.
13
2.2.6 Tatalaksana
dan asupan lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
- Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih: peningkatan berat badan
itu, manajemen berat badan sangat penting dalam prevensi dan kontrol
hipertensi.
terkena hipertensi 30-50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas
14
fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan
bekerja lebih cepat, sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
b. Terapi Farmakologi
15
Berdasarkan Compelling Indications
16
Agen Antihipertensi Primer
17
18
19
20
Antihipertensi Agen Alternatif
2.2.7 Komplikasi
jantung, gagal jantung kongesif, stroke, gangguan penglihatan dan penyakit ginjal.
tersebut.
a. Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh
hipertensi. Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi,
atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan
21
tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
maligna atau hipertensi dengan onset cepat. Tekanan yang tinggi pada kelainan
masuk ke dalam ruang intertisium di seluruh susunan saraf pusat. Hal tersebut
kematian.
b. Kardiovaskular
suplai oksigen yang cukup. Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi
infark.
c. Ginjal
akan terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Kerusakan
22
sehingga sering dijumpai edema sebagai akibat dari tekanan osmotik koloid
plasma yang berkurang. Hal tersebut terutama terjadi pada hipertensi kronik.
d. Retinopati
pada retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut
berlangsung, maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan
lain pada retina yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik
neuropati atau kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi
arteri dan vena retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina.
pada akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.26 Kerusakan yang
lebih parah pada mata terjadi pada kondisi hipertensi maligna, di mana tekanan
darah meningkat secara tiba-tiba. Manifestasi klinis akibat hipertensi maligna juga
terjadi secara mendadak, antara lain nyeri kepala, double vision, dim vision, dan
a. Definisi
(retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). Dialisis atau transplantasi
ginjal kadang- kadang diperlukan untuk kelangsungan hidup pasien (Brunner &
Suddarth, 2002). CKD didefinisikan oleh konsentrasi kreatinin serum lebih besar
23
Penyakit ginjal kronis adalah penurunan progresif fungsi ginjal dalam
beberapa bulan atau tahun. penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan
b. Etiologi
Dari data yang dikumpulkan oleh Indonesiann Renal Registry (IRB) pada
1. Glomerulonelritis
terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus
2. Diabetes Mellitus
3. Hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
24
4. Ginjal polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau
material yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat
medula. Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan atau penyakit. Jadi ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang
paling sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit
ginjal polikistik dewasa (adult polycystic kidney disease), oleh karena sebagian
ginjal. Yang termasuk dalam kategori ini; lanjut usia, penurunan massa ginjal dan
berat lahir yang rendah, ras atau etnis minoritas, riwayat keluarga, pendapatan
dimodifikasi dengan terapi obat. Yang termasuk dalam kategori ini; diabetes
setelah inisiasi kerusakan ginjal. Yang termasuk dalam kategori ini; glikemia pada
25
C. Klasifikasi
Penyakit ini didefinisikan dari ada atau tidaknya kerusakan ginjal dan
dua hal yaitu, atas dasar derajat penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi.
sebagai berikut:
d. Patofisiologi
kompensasi, yang diperantarai oleh molekul vasoaktif seperti sitokinin dan growth
peningkatan tekanan kapiler dan aliran darah glomerulus. Proses adaptasi ini
26
berlangsung singkat, dan pada akhirnya diikuti dengan penurunan fungsi nefron
yang progresif – meski terkadang penyakit dasarnya sudah tidak aktif lagi.
ginjal kronik adalah terjadinya kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve).
Secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi nefron yang progresif,
27
Peningkatan tekanan intra glomerulus mengakibatkan stress dan luka pada
terjadi pada pasien CKD. Hyperlipidemia pada CKD mengakibatkan resiko tinggi
penyakit kardio vascular (CVD), dan ketidak normalan lemak sehingga dapat
mesangial dan melalui oksidasi ke turunan yang lebih sitotoksik dari salah satu sel
hiperfiltrasi, dan hipertropi serta sklerosis. Renin merupakan enzim yang dibentuk
ultrafiltrasi glomerulus dan aktivasi system safar simpatik. Pada pasien dengan
CKD, teknanan intra-renal seringkali rendah dan sering terjadi aktifitas simpatik
28
menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II
memiliki dua efek farmakologis yang utama. Pertama, sebagai pemicu produksi
adrenal, dengan penambahan garam tubular distal dan reabsorbsi air. Selanjutnya,
dan ADH menurunkan pengeluaran air dari tubuh, dan tetap memberikan rasa
haus, hal ini tentu saja mengakibatkan meningkatnya volume cairan dan tekanan
e. Manifestasi Klinis
gagal jantung kongestif dan edema pulmoner sedangkan gejala dermatologi yang
sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah dan gejala gastrointestinal juga
sering terjadi mencakup anoreksia, mual, muntah, dan cegukan (Cut Husna,
2010). Beberapa gejala dan pemeriksaan yang dapat dijadikan pegangan /indikator
1. Jumlah urin (kemih) berkurang atau tidak ada urin. Jumlah urin < 500 mV24
iam atau < 20 m/KgBB/jam pada orang dewasa dan <1 ml/KgBB4am pada
wajar/normal.
4. Nafas berat, mudah sesak bila banyak minum atau melakukan kerja berat.
29
5. Rasa sangat lemah.
F. Diagnosa
Pemeriksaan Urine
Volume Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam
atau urine tak ada (anuria)
Warna Secara abnormal urine keruh mungkin
disebabkan oleh pus bakteri, lemah,
partikel koloid, fosfat atau urat
Berat jenis Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010
menunjukkan kerusakan ginjal berat)
Osmolalitas Kurang dari 300 mosm / kg
menunjukkan kerusakan tubular dan
rasio urine serum sering 1 : 1
Klirens Kreatinin Peningkatan kreatinin serum
menunjukan kerusakan ginjal
Natrium Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal
tidak mampu mereabsorpsi natrium.
(135-145 g/dL)
Protein Derajat tinggi proteinuria (3–4+) secara
kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga
ada.
30
Pemeriksaan Darah
BUN/Kreatinin Meningkat, biasanya meningkat dalam
proporsi, kadar kreatinin 10 mg/dl.
Diduga batas akhir mungkin rendah
yaitu 5
Hitung darah lengkap Ht namun pula adanya anemia Hb :
kurang dari 7–89/dl, Hb untuk
perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-
16g/dL)
SDM Waktu hidup menurun pada defesiensi
eriropoetin seperti pada azotemia.
Pemeriksaan penunjang
1. KUB Foto : menunjukkan ukuran ginjal / ureter / kandug kemih dan adanya
obstruksi (batu).
elektrolitasam/basa.
deminarilisasi, kalsifikasi.
31
G. Penatalaksanaan
1. Tujuan terapi
b. Pembatasan Glukosa
c. Hentikan merokok.
BMI (Body Mass Index) <25, lingkar pinggang < 102cm untuk pria,
f. Olahraga
santai, jogging, bersepeda atau berenang selama 4-7 hari tiap minggu.
Terapi non farmakologi lain yang dilakukan pada pasien GGK terutama
32
a) Hemodialisis
dikeluarkan oleh tubuh, seperti adanya ureum di dalam darah. Dilakukan jika
pasien menderita GGK stadium 5 dan telah diberikan diuretik namun tidak
berefek.
untuk hemodialisis.
3. Terapi Farmakologi
Pada hiperglikemia
Terapi intensif pada pasien dengan diabetes tipe 1 dan 2 dapat mengurangi
insulin atau obat oral dan melibatkan pengukuran kadar guladarah setidaknya
33
34
Pada penderita hipertensi
Control tekanan darah yang dapat mengurangi laju penurunan GFR dan
35
Terapi antihipertensi untuk pasien CKD dengan diabetes atau tanpa diabetes
sebagai obat antiproteinuria lini kedua apabila penggunaan inhibitor ACE atau
36
Pada hiperlipidemia
aterosklerosis.
37
BAB III
TINJAUAN KASUS
38
Frekuensi Nafas : 20 x / menit
Suhu : 37,2oC
Tekanan Darah : 200/120 mmHg
Berat Badan : 65 kg
b. PemeriksaanUmum
Kepala : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Rambut : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Muka : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mata : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Telinga : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Hidung : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Mulut : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Gigi : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Lidah :Tidak ditemukan kelainan (normal)
Tenggorokan :Tidak ditemukan kelainan (normal)
Dada : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Toraks : Tidak ditemukan kelainan (normal)
Respirasi : Tidak ditemukan kelainan (normal)
3.4 PemeriksaanPenunjang
- Test Urine
Warna : Kuning
Kekeruhan : Jernih
BJ : 1,010
pH : 5,0
Protein :+1
Glukosa : Negatif
Bilirubin : Negatif
Urobilinogen : Normal
Keton : Negatif
Leukosit : 8-10 /LPB
Eritrosit : 18-20 /LPB
Slinder : 0-1 /LPK
Kristal :0 /LPK
39
Epitel :0 /LPK
- Pemeriksaan DarahLengkap
Hemoglobin : 13,9 g.dL
Leukosit : 13,01 103 µl
Eritrosit : 4,99 jt/µl
Hematokrit : 42,6 %
MCV : 85,3 pl
MCH : 27,8 pg
MCHC : 32,5
- Pemeriksaan Kimia Klinik
Gula darah
Random : 122 mg/dl
Nukhter : 119 mg/dl
2 jam pp : 112 mg/dl
Asam urat : 14,0 mg/dl
Total Kolesterol : 160 mg/dl
HDL Kolesterol : 31 mg/dl
LDL Kolesterol : 103 mg/dl
Trigliserida : 130 mg/dl
Ureum : 71 mg/dl
Kreatinin : 3,3 mg/dl
Natrium : 142 mmol/l
Kalium : 4,4 mmol/l
Klorida : 107 mmol/l
3.5 Diagnosa
Pasienmasukdengandiagnosastroke hemoragik, gagal ginjalkronik dan
hipertensi.
3.6 PENATALAKSANAAN
3.6.1 Terapi/Tindakan yang diberikan di IGD
- O2 3 L
- Ivfd Nacl 0,9% / 12 jam
- Injeksi Ranitidin 1 amp
40
- Infus Manitol 250 cc
- Injeksi lasik 1 amp
- Bic nat 3 x 1
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Diltiazem 2 x 60 mg
- Parasetamol 3 x 500 (k/p)
- Asam folat 2 x 1
3.6.2 Terapi/Tindakan yang diberikan di Bangsal Neurologi
- O23 L
- IvfdNacl 0,9% : Eas primer / 12 jam
- Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg
- Injeksi Ceftriaxon
- Simvastatin 1 x 20 mg
- Diltiazem 2 x 60 mg
- Manitol + lasix ½ ampul
- Paracetamol 3 x 500 mg (K/P)
- Bicnat 3 x 1
- Asam folat 2 x 1
- Citicoline 2 x 250 mg
- Concor 1 x 2,5 mg
- Concor 1 x 5 mg
- Candesartan 1 x 16 mg
- Halloperidol 2 x 0,5 mg
- Halloperidol 2 x 1,5 mg
- Clonidine 2 x 1 tab
- Dulcolax suppostoria
3.7 Follow Up
- Hari ke-2 (11 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Gelisah (+) riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
O : Kesadaran delirium
GCS : E4M5V3= 12
41
A : ICH + CKD + Hipertensi Stage 2 + Delirium ± 3 hari
P : O2 4-6 L
Nacl 0,9% / 8 jam
Manitol 125 cc
Furosemid ½ amp
Paracetamol 3 x 500 mg
Citicoline 2 x 250 mg
Candesartan 1 x 16 mg
Konsul Penyakit Dalam CKD observasi gagal ginjal
Konsul Bedah Saraf
- Hari ke-3 (12 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Pasien gelisah, konfirmasi pindah ICU
O : GCS : E4M5V3= 12
Tekanan darah 200/120 mmhg
Nadi 110 x/menit
A : ICH + CKD + HT GD 2 + Delirium 4 hari
P : Pasien tetap dirawat diruang biasa
+ Halloperidol 2 x 0.5 mg
+ Clonidin 2 x 1 tablet
- Hari ke-5 (14 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Penurunan Kesadaran, BAB berkurang
O : Kondisi umum sedang
Tekanan Darah 130/80 mmhg
Kesadaran Apatis
GCS : E4M6V4
A : SH, CKD, PJB + GMO
P : Terapi dilanjutkan, + Dulcolax Supp (K/P), + Asam Folat 1 x 2 mg
- Hari ke-6 (15 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Gerak mata spontan, kontak tidak kuat, cairan tidak cukup, minum
sedikit
O : Kondisi umum berat
Kesadaran Apatis
42
Tekanan darah 140 / 70 mmhg
GCS : E4M5V4
Motorik : Hemiparese Sinitra
A : Stroke Hemoragik, Gagal Ginjal akut, GMO
P : Infus Nacl 0,9%/ 12 jam, terapi lainnya lanjut
- Hari ke-7 (16 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Gerak mata spontan, kontak tidak adekuat
O : Kondisi umum sedang
Kesadaran Apatis
Tekanan darah 140 / 80 mmhg
Motorik : Hemiparese Sinitra
A : Stroke Hemoragik, CKD
P : Anjuran rujuk ke RSU M. Djamil Padang
- Hari ke-8 (17 Juni 2021) di Neurologi oleh DPJP
S : Gerak mata spontan, kontak tidak adekuat, lemah anggota gerak kiri
O : Kondisi umum sedang
Kesadaran Apatis
GCS : E4M5V4
Tekanan darah 130 / 80 mmhg
Motorik : Hemiparese Sinitra
A : Stroke Hemoragik + CKD + PJB non sicnotik
P : Rujuk ke RSU M. Djamil Padang
43
BAB IV
DISKUSI
44
penanganan terhadap
efek samping yang
seharusnya dapat di
cegah
2. Kesalahan Obat
Bentuk sedian sudah disesuaikan dengan kondisi
Bentuk sediaan tidak pasien.
tepat - Simvastatin: karena simvastatin tidak ada
dalam bentuk sediaan injeksi sehingga pasien
diberikan dalam bentuk tablet yang digerus
Karena pasien menggunakan NGT dan pasien
memiliki kesulitan dalam menelan.
- Paracetamol: diberikan dalam bentuk tablet
yang digerus Karena pasien menggunakan
NGT dan pasien memiliki kesulitan dalam
menelan.
-
- Diltiazem, Natrium Bicarbonat, Asam Folat,
Candesartan, Concor, Haloperidol dan
Clonidin: diberikan dalam bentuk tablet yang
digerus Karena pasien menggunakan NGT dan
pasien memiliki kesulitan dalam menelan.
- Injeksi Ranitidine, Injeksi Citicoline, Injeksi
Ceftriaxone, Injeksi Furosemid: diberikan
dalam bentuk injeksi agar mempercepat efek
kerja obat pada pasien
- Dulcolax: diberikan dalam bentuk suppositoria
agar mempercepat efek kerja obat pada pasien.
Tidak terdapat kontraindikasi antar obat dan
Terdapat kontraindikasi -
kondisi pasien
Kondisi pasien dapat disembuhkan dengan obat
Kondisi pasien tidak karena semakin hari keadaan pasien makin
- membaik
dapat disembuhkan oleh
obat
Tidak ada obat yang tidak diindikasikan untuk
Obat tidak diindikasi - pasien
untuk kondisi pasien
Obat yang diberikan sudah efektif dalam proses
Terdapat obat lain yang pengobatan pasien, dimana terapi obat yang
-
efektif diberikan telah sesuai dengan kondisi pasien yang
dapat dilihat pada follow up harian pasien
3. Dosis Tidak Tepat
Dosis terlalu rendah - CrCl pasien:
¿¿
45
- Manitol
Rumus osmolaritas:
2 x kadar Na+ gula darah sewakt BUN
+
18 6
(2 x 142)+ 122 71
= +
18 6
284+122 71
= +
18 6
= 302,5
- Simvastatin 1 x 20 mg (po)
Pada gangguan ginjal berat dosis di atas 10 mg
harus digunakan dengan hati-hati. (tidak perlu
penyuasaian dosis)
- Parasetamol 3 x 500 mg (po) = 1500 mg/hari
Dosis: 325 mg – 650 mg/hari, 4- 6 jam
Dosis maksimum: 3250 mg – 4000 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Diltiazem 2 x 60 mg (po) = 120 mg/hari
Dosis: 90 mg – 120 mg/hari
Dosis maksimum 360 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Natrium bicarbonate 3 x 500 (po) = 1500
mg/hari
Dosis maksimum: usia <60 tahun: 16 g/hari,
>60 tahun: 8 g/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Asam folat 1 x 2 mg/hari = 2 mg/hari
Dosis: 0,4 mg – 1 mg
Dosis maksimum: 4000 mcg/hari atau 4
mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Candesartan 1 x 16 mg (po) = 16 mg/hari
Dosis awal: 8 mg - 32 mg
Dosis maksimum: 32 mg
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Injeksi Ranitidine 2 x 50 mg (IV) = 100
mg/hari
Dosis maksimum: 150 mg/hari
- Lasix 3 x 125 mg (IV) = 375 mg/hari
- Dosis : 20 mg – 80 mg
Dosis maksimum: 150 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Citicoline 2 x 250 mg (IV) = 500 mg/hari
Dosis maksimum: 200 – 600 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Ceftriaxone 1 x 2 g (IV) = 2 g/hari
Dosis maksimum: 2 g/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
46
- Concor 1 x 2,5 mg (po) = 2,4 mg/hari
Dosis maksimum: 5 – 10 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Haloperidol 2 x 0,5 mg (po) = 1 mg/hari
Dosis: 0,5 mg – 5 mg/hari, 2 – 3 jam
Dosis maksimum: 30 mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
- Clonidine 2 x 0,15 mg (po) = 0,3 mg/hari
Dosis: 300 – 1200 mcg/hari atau 0,3 – 1,2
mg/hari
Dosis maksimum: 2400 mcg/hari atau 2,4
mg/hari
(tidak perlu penyusaian dosis)
Dosis simvastatin terlalu tinggi untuk pasien
Dosis terlalu tinggi penyakit gangguan fungsi ginjal.
- Simvastatin 1 x 10 mg (po)
Pada gangguan ginjal berat dosis di atas 10 mg
harus digunakan dengan hati-hati.
√ - Ranitidin 2 x 50 mg
Penggunaan ranitidin pada pasien gangguan
ginjal (eGFR < 50 ml/menit ) harus
menggunakan setengah dari dosis normal
(dosis diturunkan menjadi 2 x 25 mg)
(British National Formularium)
Frekuensi obat yang diberikan telah tepat
Frekuensi pengguna - Simvastatin 1 x 1 (po) pada malam hari
tidak tepat - Injeksi ranitidine 2 x 1 (IV) pada pagi dan
malam hari
- Paracetamol 3 x 500 mg (po) di berikan pada
pagi, siang dan malam hari
- Diltiazem 2 x 60 mg (po) diberikan pada pagi
dan malamhari
- Natrium bicarbonate 3 x 500 mg (po) diberikan
pada pagi, siang dan malam hari
- Asam Folat 1 x 2 mg (po) diberikan pada pagi
hari
-
- Candesartan 1 x 16 mg (po) diberikan pada
malam hari
- Lasix 3 x 125 mg (IV) diberikan pada pagi dan
malam hari
- Citicoline 2 x 250 mg/hari (IV) diberikan pada
pagi dan malam hari
- Concor 1 x 2,5 mg (po) diberikan pada pagi
hari
- Haloperidol 2 x 0,5 mg (po) diberikan pada
pagi dan malam hari
- Clonidine 2 x 0,15 mg (po) diberikan pada pagi
dan malam hari
47
Durasi penggunaan sudah tepat
Durasi penggunaan tidak -
tepat
Penyimpanan obat sudah tepat, dimana obat
Penyimpanan tidak tepat -
disimpan didalam tempat obat pasien
4. Reaksi Yang Tidak Diinginkan
Penggunaan simvastatin pada gangguan ginjal
Obat tidak aman untuk - berat dosis di atas 10 mg harus digunakan dengan
pasien hati-hati.
Tidak terjadi reaksi alergi, pasien tidak memiliki
Terjadi reaksi alergi -
riwayat alergi sehingga obat aman digunakan
- Terdapat interaksi obat simvastatin dengan
Terjadi interaksi obat penyakit gangguan ginjal, karena akan
berkaitan dengan resiko efek samping yang
lebih besar, termasuk toksisitas dan
musculoskeletal. Terapi dengan simvastatin
harus diberikan hati-hati dengan dosis yang
-
dikurangi pada pasien dengan gangguan ginjal
berat.
- Diltiazem dengan simvastatin adanya
peningkatan risiko miopati. Dosis dengan
simvastatin jangan melebihi 40 mg (Renal
Drug, Handbook)
Tidak ada dosis yang dinaikan ataupun
Dosis obat dinaikan atau - diturunkan
diturunkan terlalu cepat
Menurut pengamatan tidak ada muncul efek yang
Muncul efek yang tidak - tidak diinginkan selama pemberian terapi
diinginkan
- Administrasi obat yang diberikan sudah tepat.
Administrasi obat yang - Simvastatin: karena simvastatin tidak ada
tidak tepat dalam bentuk sediaan injeksi sehingga pasien
diberikan dalam bentuk tablet yang digerus
Karena pasien menggunakan NGT dan pasien
memiliki kesulitan dalam menelan.
- Paracetamol: diberikan dalam bentuk tablet
yang digerus Karena pasien menggunakan
NGT dan pasien memiliki kesulitan dalam
menelan.
- Diltiazem, Natrium Bicarbonat, Asam Folat,
Candesartan, Concor, Haloperidol dan
Clonidin: diberikan dalam bentuk tablet yang
digerus Karena pasien menggunakan NGT dan
pasien memiliki kesulitan dalam menelan.
- Injeksi Ranitidine, Injeksi Citicoline, Injeksi
Ceftriaxone, Injeksi Furosemid: diberikan
48
dalam bentuk injeksi agar mempercepat efek
kerja obat pada pasien
- Dulcolax: diberikan dalam bentuk suppositoria
agar mempercepat efek kerja obat pada pasien.
5. Ketidaksesuaian Kepatuhan Pasien
Tidak ada obat yang tidak tersedia, semua obat
Obat tidak tersedia - yang dibutuhkan oleh pasien tersedia di apotek
rumah sakit
Pasien tidak mampu menyediakan semua obat
Pasien tidak mampu √ dan dibantu oleh keluarga pasien (orang tua
menyediakan obat pasien) karena tingkat kesadaran pasien apatis.
Pasien tidak mampu mengkonsumsi atau menelan
Pasien tidak bisa obat dengan baik sehingga pasien menggunakan
√ NGT dan pemberian obat dibantu oleh perawat.
menelan obat atau
menggunakan obat
Instruksi penggunaan obat dijelaskan kepada
Pasien tidak mengerti keluarga pasien
-
intruksi penggunanan
obat
Pasien patuh dalam menggunakan obat, obat-
Pasien tidak patuh atau obatan untuk pasien rawat inap disiapkan dalam
- bentuk UDD untuk satu kali pakaian, sehingga
memilih untuk tidak
ketidakpatuhan pasien dapat teratasi.
menggunakan obat
6. Pasien Membutuhkan Terapi Tambahan
Tidak ada kondisi yang tidak mendapatkan terapi
Terdapat kondisi yang -
tidak diterapi
Pasien tidak membutuhkan obat lain yang sinergis
Pasien membutuhkan -
obat lain yang sinergis
Pasien telah mendapatkan terapi profilaksis
Pasien membutuhkan -
terapi profilaksis
4.2 Rekomendasi
Tidak/
No Jenis Obat Rute Dosis Indikasi Komentar
Tepat
1. IVFD NaCl 0,9 % IV - Elektrolit Tepat Pasien
mengalami
kekurangan
nutrisi
2. Simvastatin Per 20 mg Untuk Tepat Penggunaan
49
oral stabilisasi simvastatin
plak, dan pada
efek gangguan
pleitropic ginjal berat
dosis di atas
10 mg harus
digunakan
dengan hati-
hati.
3. Paracetamol Per 500 mg Analgetik Tepat Suhu pasien
oral dan tinggi
antipiretik
4. Diltiazem Per 60 mg Menurunkan Tepat Tekanan dara
oral tekanan pasien tinggi
darah dan
mencegah
teradinya
nyari dada
(angina)
50
darah di otak
12. Inj Cetriaxon IV 2g Mengatasi Tepat
berbagai
infeksi aibat
bakteri
13. Concor Per 2,5 mg Menurunkan Tepat Pasien
oral 5 mg tekanan mengalami
darah tinggi, tekanan darah
membantu tinggi,
mencegah stroke,dan
sroke, CKD
serangan
jantung dan
gagal ginjal
14. Haloperidol Per 0,5 mg Mengatasi Tepat Pasien
oral 1,5 mg tekanan mengalami
darah tinggi tekanan darah
tinggi
15. Clonidin Per 0,15 mg Mengatasi Tepat Pasien
oral tekanan mengalami
darah tinggi tekanan darah
tinggi
16. Dulcolax Suppo Mengalami Tepat Pasien sulit
se sembelit dan BAB
konstipasi
Mengatasi asidosis
Menetralisir
metabolik, urine
asam yang Darah menjadi
3. yang terlalu asam, Bicnat Tiap hari
tinggi di basa
dan asam lambung
dalam darah
berlebih
Mencukupi Kondisi Vitamin dan
4. Vitamin dan Asam folat umum mineral pasien Tiap hari
mineral pasien tercukupi
5. Anti nyeri dan Parasetamol Suhu tubuh 360-37,20 C Tiap hari
penurun demam dan rasa
51
nyeri
Nyeri
Mengatasi nyeri Nyeri
6 Ranitidine inj lambung Tiap hari
lambung lambung
berkurang
Mengurangi
tekanan dalam Kondisi Sakit kepala ↓
Manitol +
7 otak, bola mata dan umum Kesadaran Tiap hari
Lasix
pembengkakan pasien meningkat
otak
Kesadaran
compos
Melindungi otak, Kesadaran
mentis,
8 mempertahankan Citicoline sensorik dan Tiap hari
sensorik dan
fungsi otak motorik
motorik
normal
Menggantikan NaCl 0,9 % + Tidak Cairan tubuh
9 Tiap hari
cairan tubuh eas primer dehidrasi terpenuhi
Mengatasi
Kultur bakteri
10 berbagai infeksi Ceftriaxon inj Tiap hari
(-)
bakteri
Menurunkan
tekanan darah
tinggi, membantu Frekuensi
11 Concor 60-80 x/menit Tiap hari
mencegah stroke, nadi
serangan jantung,
dan masalah ginjal.
Kondisi
12 Antipsikotik Haloperidol umum Tidak gelisah Tiap hari
pasien
Mengatasi sembelit Dulcolax Frekuensi
13 BAB normal Tiap hari
atau konstipasi suppostoria BAB
52
53
4.3.2 Hasil Pemantauan Efek Terapi
Rekomendasi Parameter Nilai yang Frekuensi Hasil pemeriksaan
Terapi Pemantauan diinginkan pemantauan 10-6-21 11-6-21 12-6-21 13-6-21 14-6-21 15-6-21 16-6-21 17-6-21
Menstabilkan
plak dan
Simvastatin <200 mg/dL Tiap 14 hari 160
memiliki efek
pleiotropic
Diltiazem
200/
Candesartan Tekanan darah 120/80 mmHg Tiap hari 190/110 200/100 170/100 130/80 140/80 140/90 130/80
120
Clonidin
Menetralisir
Darah menjadi
Bicnat tingginya asam Tiap hari - - - - - - - -
basa
di dalam darah
Vitamin dan
Kondisi umum
Asam folat mineral pasien Tiap hari - - - - - - -
pasien
tercukupi
Parasetamol Suhu tubuh <36 0 C Tiap hari 38,3 38,2 38,5 37 36,5 36 36,6 36,5
Nyeri lambung
Ranitidine inj Nyeri lambung Tiap hari
berkurang
Sakit
Sakit Sakit Sakit
Sakit kepala ↓ Sakit kepala Sakit Sakit Sakit
Manitol Kondisi umum kepala kepala kepala
Kesadaran Tiap hari kepala agak kepala kepala kepala
lasix pasien berkura berkura berkura
meningkat berat berkura (-) (-) (-)
ng ng ng
ng
Apatis Apatis Apatis Apatis Apatis Apatis Apatis Apatis
Kesadaran dan dan dan dan dan dan dan dan
Kesadaran
compos mentis, sensorik sensorik sensorik sensorik sensorik sensorik sensorik sensorik
Citicoline sensorik dan Tiap hari
sensorik dan motorik motorik motorik motorik motorik motorik motorik motorik
motorik
motorik normal tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak tidak
normal normal normal normal normal normal normal normal
NaCl 0,9% Cairan tubuh Tidak dehidrasi Tiap hari Cairan Cairan Cairan Cairan Cairan Cairan Cairan Cairan
54
tubuh tubuh tubuh tubuh tubuh tubuh tubuh
tubuh
terpenuh terpenuh terpenuh terpenuh terpenuh terpenuh terpenuh
terpenuhi
i i i i i i i
Kadar neutrofil
Ceftriaxon inj Kadar neutrofil Tiap 5 hari 88,8 % - - - - 84,1 % - -
normal
Concor Frekuensi nadi 60-80 x/menit Tiap hari 78 74 87 96 84 80 84 -
Kondisi umum Tidak Tidak Tidak Tidak
Haloperidol Tidak gelisah Tiap hari - - - -
pasien gelisah gelisah gelisah gelisah
Susah BAB
Dulcolax supp Buang air besar BAB normal Tiap hari - - - - - -
BAB lancar
55
nafsu makan, pasien mengalami efek 2021 mengalami efek
Kembung, Rasa pahit samping anjurkan kepada samping ini
atau tidak enak di pasien untuk melaporkan
mulut, Gangguan kepada dokter
tidur, Perubahan
mood.
5. Parasetamol Demam, Muncul 3 x 500 Efek samping tidak selalu 11-18 juni Pasien tidak
ruam kulit yang terasa mg kp terjadi. Timbulnya efek 2021 mengalami efek
gatal, Sakit samping tergantung kondisi samping ini.
tenggorokan., Muncul individual. Adanya reaksi
sariawan, Nyeri hipersensitif seperti ruam kulit,
punggung, Tubuh gatal pemakaiannya dapat
terasa lemah, Kulit dihentikan.
atau mata berwarna
kekuningan,Timbul
memar pada kulit.
6 Candesartan Sakit kepala, 1x1 Istirahat yang cukup, jika jika 11-17 juni Pasien tidak
Pusing, Mual, pasien mengalami efek 2021 mengalami efek
Muntah, Kelelahan, samping anjurkan kepada samping ini
Nyeri otot. pasien untuk melaporkan
kepada dokter
7 Ranitidine inj Mual dan muntah, 2 x 1 iv Istirahat yang cukup, jika jika 11-15 juni Pasien tidak
Sakit kepala, pasien mengalami efek 2021 mengalami efek
Insomnia, Vertigo, samping anjurkan kepada samping ini
Ruam, Konstipasi. pasien untuk melaporkan
Diare. kepada dokter
8 Manitol Demam, mengggil, 4 x 125 Efek samping tidak selalu 10-12 juni Pasien tidak
sakit kepala, pilek, mg iv terjadi. Timbulnya efek 2021 mengalami efek
Buang air kecil jadi samping tergantung kondisi samping ini
lebih sering, Pusing individual. Istirahat yang cukup
56
atau penglihatan
kabur, Mual atau
muntah.
9 Lasix Mual, muntah, 4 x 125 Efek samping tidak selalu 10-12 juni Pasien tidak
Anoreksia, Iritasi mg iv terjadi. Timbulnya efek 2021 mengalami efek
mulut dan lambung, samping tergantung kondisi samping ini
Diare, sembelit, individual. Adanya reaksi efek
Hipokalemia (kadar samping pasien dapat
kalium yang rendah meelaporkan pada dokter.
dalam tubuh),
Hiperurikemia
(peningkatan kadar
asam urat),
Hiperglikemia
(peningkatan kadar
gula darah),
Gangguan
pendengaran
10 Citicoline Insomnia, 2 x 250 Istirahat yang cukup, jika jika 11-15 juni Pasien tidak
Sakit kepala, Diare, mg iv pasien mengalami efek 2021 mengalami efek
Tekanan samping anjurkan kepada samping ini
darah rendah atau pasien untuk melaporkan
hipotensi. kepada dokter.
Timbulnya efek samping
Tekanan tergantung kondisi individual.
darah tinggi atau
hipertensi.
Mual.
Penglihatan
terganggu.
57
Sakit di
bagian dada.
11 NaCl 0,9% detak jantung cepat. 2 x 1 iv Efek samping tidak selalu 10-18 juni Pasien tidak
demam. gatal-gatal terjadi. Timbulnya efek 2021 mengalami efek
atau ruam, suara samping tergantung kondisi samping ini
serak, Iritasi, nyeri individual. Adanya reaksi
sendi, kaku, atau hipersensitif seperti ruam kulit,
bengkak, dada sesak gatal pemakaiannya dapat
dihentikan
12 Ceftriaxon inj Nyeri perut, Mual, 2 x 1 iv Istirahat yang cukup, jika 12-15 juni Pasien tidak
Muntah, Diare, terjadi efek samping, pasien 2021 mengalami efek
Pusing, Mengantuk, dapat elaporkannya kepada samping ini
Sakit kepala, dokter atau pemakaiannya
Bengkak dan iritasi dapat di hentikan.
pada area suntikan.
13 Concor Pusing, Rasa dingin 2 x 1 po Istirahat yang cukup, 13-18 juni Pasien tidak
atau kebas, Mual, perbanyak makan sayur dan 2021 mengalami efek
muntah, diare, buah, jika terjadi reaksi efefk samping ini
konstipasi, amping, pasien dapat
Kelelahan, Pusing, melaporkannya kepada dokter.
Sakit kepaia (terjadi
pada awal terapi
tetapi biasanya
menghilang sesudah
1-2 minggu), Gagal
jantung, Dispnea
(sesak napas)
14 Haloperidol Kantuk. Pusing. Sakit 2 x 1 po Istirahat yang cukup 12-18 juni Pasien tidak
58
kepala 2021 mengalami efek
samping ini
15 Clonidin Sembelit (konstipasi) 2 x 1 po Perbanyak makan buah dan 12-18 juni Pasien tidak
Sakit kepala atau sayur yang mengandung serat, 2021 mengalami efek
pusing, Rasa kantuk, cukup istirahat, banyak minum samping ini
Mulut kering air putih. Jika terjadi efek
(xerostomia) samping yang parah, pasien
Kelelahan atau dapat melaporkan hal tersebut
lemas, Gangguan kepada dokter.
tidur (insomnia),
Nyeri perut, Mual
atau muntah.
16 Dulcolax supp Sensasi terbakar di Kp Istirahat yang cukup, jika terjdi 14 juni Pasien tidak
dubur, Lemas, Diare, efek samping pasien dapat 2021 mengalami efek
Nyeri atau kram melaporkan hal tersebut kepada samping ini
perut, Mual dan dokter.
muntah, Kram otot,
Gangguan elektrolit,
Urine yang keluar
sedikit.
59
4.4 Pembahasan
ruangan Irna C lantai 2 melalui IGD pada tanggal 10 Juni 2021. Pasien masuk
IGD dengan keluhan utama lemah anggota gerak sebelah kiri ± 2 hari sebelum
masuk Rumah Sakit (SMRS). Bicara pelo, nyeri kepala, muntah (+), demam,
banyak tidur dan gelisah. Pasien juga memiliki riwayat penyakit Hipertensi tidak
menunjukan bahwa asam urat 14,0 mg/dL (tinggi) dimana nilai normalnya 3-7
mg/dL dan pada tanggal 15 Juli 2021 menunjukan bahwa leukosit pasien 13,9%
(tinggi) dimana nilai normalnya 3,50-9,50 10^L. Ureum pasien 289 mg/dL
(tinggi) dimana normalnya 10-50 mg/dL, Kreatinin pasien 10,4 mg/dL dimana
= ¿¿
Pada tabel 1. Hasil kreatinin klirens pasien berada pada stadium 3b yaitu
60
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah lengkap,
pemeriksaan kimia klinik, dan hasil urinalisa, maka diagnosa pada pasien adalah
oksigen yang cukup dalam otak, pernafasan, dan sirkulasi darah. Menangani
pada kondisi akut. Mencegah komplikasi dan pendarahan kembali serta mencegah
terjadinya penyumbatan pada otak. Mencegah timbulnya cacat dan kematian yang
(2016) adalah tidak ada terapi dengan obat yang bisa diberikan pada stroke
intrakranial. Yang dapat dilakukan hanya menangani kondisi kritis yang terjadi
meluasnya hematoma.
200
Pada saat masuk IGD, tekanan darah pasien mencapai /120 mmHg.
terjadinya stroke sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih
140
besar dari /90 mmHg. Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke
akan semakin besar, karena terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh darah
di otak. Pada tanggal 10 Juni 2021, pasien diberikan terapi Oksigen 4-6
61
Liter/menit dengan tujuan untuk menjaga dan meningkatkan suplai oksigen di
berakibatkan pada kematian sel di otak (Patria & Fairuz, 2012). Sedangkan
dengan megukur cairan yang dikelurkan dari tubuh. Pasien juga diberikan manitol
merupakan diuretik tipe osmotik yang bekerja dengan menarik air dari jaringan
otak ke dalam pembuluh darah otak sehingga akan megurangi volume total otak
manitol.
dari 120 mmHg. Nilai MaBP menandakan pasien mengalami hipertensi emergensi
dan tekanan darah pasien segera diturunkan. Terapi yang diberikan untuk
62
Diltiazem bekerja dengan cara menghambat perpindahan ion kalsium melewati
membran sel dalam jaringan sistemik dan jaringan koroner otot polos,
jantung dan sel penyusun jantung sehingga bisa menurunkan konduksi sinoatrial
karena memiliki onset waktu kerja lebih cepat dibandingkan obat antihipertensi
golongan Calsium Channel Blocker lainya. Onset kerja diltiazem adalah 30 menit,
puncaknya 2-3 jam durasi 6-8 jam. Dosis diltiazem 30-90 mg 3-4x sehari. Dosis
usual 180-360 mg sehari. Dosis yang digunakan pada pasien sudah tepat yaitu 60
sehari sebagai antihipertensi. Hal ini dilakukan karena melihat tekanan darah
pasein masih tinggi dan belum stabil, sehinggga diperlukan terapi kombinasi
dalam usaha menurunkan tekanan darah pasein. Selain itu pasien juga diberikan
stroke. Pada tanggal 12 Juni 2021 pasien ditambahkan obat clonidin 2 x 1 tablet,
63
Simvastatin juga diberikan kepada pasein yang bertujuan mencegah
kolesterol dalam darah dapat menurun. Tetapi dalam kondisi pada pasien sekarang
Simvastatin diberikan dengan dosis 20-40 mg sekali sehari secara oral. Tetapi
karena kondisi pasien komplikasi penyakit gagal ginjal kronis sehingga dosis
Handbook, 2004).
mengobati infeksi yang terdiagnosa saat masuk atau untuk mencegah terjadinya
infeksi nosokomial yang di peroleh saat di rumah sakit. Secara umum penanda
terjadinya infeksi antara lain jika terjadi peningakatan leukosit dan ditemukan
bakteri pada kultur urin. Pada pasein stroke, kerana adanya gangguan aliran darah
bakteri pada kultur urin dan secara klinis ditemukan tanda-tanda pneumonia pada
pasien stroke. Hal ini dilakukan karena bakteri pneumonia merupakan salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi pada pasien stroke (EUSI, 2003).
64
Pada tanggal 14 Juni 2021 pasien diberikan dulcolax suppose untuk
konstipasi karena ditakutkan pasien akan mengejan terlalu kuat sehingga akan
kondisi pasien seperti pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu pasien juga
diberikan terapi asam folat yang digunakan sebagai vitamin dan mineral.
Pada tanggal 16 Juni 2021 pasien di anjurkan oleh dokter untuk rujuk ke
RSUP M. Djamil Padang dikarenakan kreatinin klirens pasien yang tinggi yaitu
tanggal 17 Juni 2021 pasien di rujuk ke Rumah Sakit M. Djamil Padang untuk
Ditinjau dari indikasi dan pemilihan obat, obat yang diterima pasien ada
obat yang tidak tepat dosis yaitu pemberian dosis simvastatin yang tinggi pada
frekuensi, rute dan lama pemberian obat pada pasien sudah tepat. Selain itu tidak
terdapat duplikasi terapi yang diberikan pada pasien. Obat yang diberikan kepada
pasien sesuai dengan yang tercatat pada rekam medik, hal ini tidak ada kesalahan
dalam penulisan obat, obat yang diterima pasien juga dinilai kompatibel dan
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan kasus di atas dapat disimpulkan bahwa dari data anamnesa,
terjadinya komplikasi.
5.2 Saran
66
BAB VI
EDUKASI
67
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo, B. S. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (2 Ed., Vol. III).
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. And Dipiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., Mcgraw-Hill Education Companies,
Inggris.
Diyah Candra Anita. 2020. Buku Monograf Penilaian Status Gizi Pasien Gagal Ginjal
Kronis Melalui Biokimiawi Darah. Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta.
Kemenkes. 2017. Situasi Penyakit Ginjal Kronis. Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan Ri. ISSN2442-7659
Krishna PR, Naresh S, Krishna GRS, Lakshmi AY, Vengamma B, Kumar VS. 2010.
Stroke in chronic kidney disease.
Longo, D. et al., 2011. Harrison's Principles Of Internal Medicine. 18th Ed. New
York, NY: Mcgraw-Hill
68
Misbach J. 2011. Stroke: Aspek diagnosik, patofisiologi dan manajemen. Perdossi
press. Jakarta
Ns. Cut Husna, MNS. 2010. Gagal Ginjal Kronis Dan Penanganannya. Literature
Review. Jurnal Keperawatan. Vol 3 No 2.
PRDK. 2010. Prodil RSUP Prof. Dr. R. D. kandou Manado. Power point presentation
WHO. 2005. WHO steps stroke manual: The WHO STEP wise approach to stroke
surveillance. WHO Publisher. Geneva
69
Follow Up Pemakaian Obat
Waktu Pemberian
Aturan Rute
10-6-2021 11-6-2021 12-6-2021 13-6-2021 14-6-2021
Nama Obat pakai
1 1 2 1 1 6 1 18 2 6 12 1 2 6 1 1 24
6 6 24
2 8 4 2 8 2 4 8 4 2 8
Simvastatin 1x20 mg po √ √ √ √ √
Diltiazem 2x60 mg po √ √ √ √ √ √ √ √ √
Bicnat 3x1 po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Asam folat 2x1 Po √ √ √ √ √ √ √ √
Parasetamol 3x500 mg Po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Candesartan 1x1 Po √ √ √ √
Ranitidine inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √ √
Manitol + Tappering Iv √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
lasix off 4321
Citicoline 2x250 mg Iv √ √ √ √ √ √ √ √
NaCl 0,9% + 2x1 Iv √ √ √ √ √ √ √ √ √
Eas primer
Ceftriaxon inj 2x1 Iv √ √ √ √ √ √
1x 2,5 mg Po √ √
Concor 1 x 5 mg po
2 x o,5 mg Po √ √ √ √ √
Haloperidol 2 x 1,5 mg
Clonidin 2x1 Po √ √ √ √ √
Dulcolax supp 1x1 supp √
70
Waktu Pemberian
Aturan Rute 17-6-2021 18-6-2021 19-6-2021
pakai 15-6-2021 16-6-2021
Nama Obat
1 1 2 1 1 6 1 18 2 6 12 1 2 6 1 1 24
6 6 24
2 8 4 2 8 2 4 8 4 2 8
Simvastatin 1x20 mg po √ √ √
Diltiazem 2x60 mg po √ √ √ √ √ √
Bicnat 3x1 po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Asam folat 2x1 Po √ √ √ √ √ √ √
Parasetamol 3x500 mg Po √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Candesartan 1x1 Po √ √ √
Ranitidine inj 2x1 Iv √ Stop
Manitol + Tappering Iv Stop
lasix off 4321
Citicoline 2x250 mg Iv √
NaCl 0,9% + 2x1 Iv √ √ √ √ √ √
Eas primer
Ceftriaxon inj 2x1 Iv √
1 x 2,5 mg Po √ Stop
Concor 1 x 5 mg Po √ √
2x 0,5 mg Po √ √ Stop
Haloperidol 2 x 1,5 mg Po √ √ √
Clonidin 2x1 Po √ √ √ √ √ √ √
Dulcolax supp 1x1 supp
71