Proposal Pengembangan Tefa
Proposal Pengembangan Tefa
Proposal Pengembangan Tefa
Pengembangan teaching factory produk bandeng tanpa duri ( batari) dan benih ikan air tawar
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan taufik hidayah,
rahmat serta karuniaNya. Kami team pengembang program teaching factory di SMKN 3
Tarakan telah menyusun proposal program pelaksanaan teaching factory.
Proposal program pelaksanaan teaching factory di SMKN 3 Tarakan merupakan
perwujudan harapan kami agar program itu bisa dilaksanakan di sekolah kami, sehingga
harapan kami kepada pihak yang berkompeten dan berwewenang dengan program
tersebut mohon perkenannya dapat menyetujui dan mengabulkan proposal ini.
Patut kiranya team pengembang program pelaksanaan teaching factory di SMKN
3 Tarakan menyampaikan banyak terimakasih atas segala perhatian, bantuan, dan
persetujuannya terhadap SMKN 3 Tarakan untuk dapat melaksanakan program teaching
factory, ungkapan terimakasih ditujukan kepada yang terhormat:
1. Direktur PSMK di Jakarta
2. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Utara
3. Semua pihak yang telah mendukung kami
Proposal program pelaksanaan teaching factory yang kami susun merupakan
informasi awal, gambaran pelaksanaan program teaching factory di SMKN 3 Tarakan,
sehingga dengan harapan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mendapat
persetujuan dari pihak yang terkait. Atas perkenannya semoga Allah SWT dapat
memberikan kebaikan kepada kita. Amin.
Syahrani, S.Pi
NIP. 19780829200521002
PROFIL
A. Deskripsi Umum
Nama unit kerja : SMKN 3 Tarakan
E. Jenis Produk
Di SMKN 3 Tarakan jenis usaha yang ditonjolkan yakni di bidang Pengolahan
Hasil Perikanan berupa Produk BATARI (bandeng tanpa duri) dan Agribisnis perikanan
berupa benih ikan air tawar (lele, patin nila dan mas) yang memiliki peluang bisnis yang
sangat menjanjikan mengingat potensi kota Tarakan yang kaya akan ikan
Bandeng untuk diolah oleh siswa juga potensi benih ikan air tawar dimana di kota
Tarakan belum memiliki Balai Benih Ikan khususnya ikan ait tawar sehingga
menjadi peluang bagi sekolah untuk mengembangkan potensi tersebut
F. Volume Produksi
Sedangkan untuk produksi benih ikan air tawar khususnya ikan lele mampu
memproduksi sekitar 20.000 -50.000/siklus
G. Kwalitas produk
Guna menghasilkan siswa yang memimiliki skill yang handal, maka mutu guru
sebagai tenaga pendidik juga akan ditingkatkan melalui program magang di
industri sehingga guru juga memiliki kamampuan dalam mendidik dan membina
siswa untuk menjadi tenaga kerja siap pakai .
A. Latar Belakang
Pada saat ini pendidikan kejuruan sedang dihadapkan dengan
permasalahan yang serius yaitu tidak terserapnya lulusan SMK oleh industri.
Dalam UU No. 20 tahun 2003, bab 2, pasal 3 sudah dirumuskan bahwa
“pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Merujuk pada fungsi pendidikan di atas, maka peningkatan keahlian
sumber daya manusia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin global. Pendidikan merupakan ujung tombak
dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pihak-pihak yang terlibat
dalam proses pendidikan harus berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang
tepat agar yang dihasilkan benar-benar bermutu dan kompeten serta bisa bersaing
dalam dunia global.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahan SMK adalah lembaga
pendidikan yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan
kompeten di bidangnya harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk
bisa bersaing. Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia (skill/keahlian)
harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya.
Rendahnya kualitas lulusan SMK dapat berakibat produktivitas tenaga
kerja menengah yang terampil di dunia industri semakin terpuruk. Kepercayaan
dunia industri semakin berkurang sehingga lulusan yang terserap juga sedikit.
Banyak faktor yang menjadi penyebab baik internal maupun eksternal,
diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana pendidikan, kurangnya biaya
pendidikan, kurangnya kinerja guru, dan rendahnya kualitas guru.
Kondisi tersebut secara tidak langsung dapat berakibat SMK tidak siap
dalam menghasilkan lulusan yang berkualita, seharusnya SMK dalam
pelaksanaan pendidikannya mengutamakan pendidikan skill para siswanya. Untuk
mencapai hal tersebut SMK harus memprioritaskan pengembangan sistem
pendidikan yang berorientasi pada peningkatan lulusan yang benar-benar
profesional, memiliki etos kerja, disiplin, dan berkarakter. Untuk mewujudkan
tujuan tersebut, maka pendidikan yang paling sesuai adalah pendidikan yang
berorientasi pada dunia industri. Oleh karena itu SMK harus bisa mencari satu
model pembelajaran yang tepat, dan sesuai dengan harapan dunia industri. Salah
satu model pembelajaran yang cocok adalah dengan menerapkan teaching factory
dalam proses belajar di SMK.
Program teaching factory (TEFA) merupakan perpaduan pembelajaran
yang sudah ada yaitu, competensi based training (CBT), dan production based
training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau
keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan
standar bekerja yang sesungguhnya. Untuk menghasilkan produk yang sesuai
dengan tuntutan dunia industri (pasar/konsumen). Teaching factory merupakan
model pembelajaran yang berorientasi kepada bisnis dan produksi. Aplikasi
program teaching factory adalah dengan cara memadukan konsep bisnis dan
pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang relevan, misalnya
pada kompetensi pengolahan hasil perikanan melalui kegiatan proses cabut duri
ikan bandeng serta produksi benih ikan air tawar yang dikerjakan oleh siswa.
Sebagai perwujudan nyata/implementasi dari program teaching factory
SMKN 3 Tarakan Provinsi Kalimantan Utara menerapkan konsep teaching
factory dalam kegiatan pemebelajaran sekolah. Untuk mendukung program ini
SMKN 3 Tarakan bermitra dengan:
1. Rumah Makan Torani
2. CV. Cahaya Bandeng
3. UKM. Miracle
4. CV. Cahaya Sulawesi
5. Mitra Tambak Mandiri
6. PT. Fisherindo Tarakan Sipatuo
7. CV. Cahaya Mandiri Utama
D. Team Pelaksana
1. Susunan team pengembang program teachimg factory SMKN 3 Tarakan
adalah sebagai berikut:
a. Penanggung Jawab : Syahrani, S.Pi
b. Ketua : Muhammad, S.Pi
c. Sekretaris : Rumia, M.Pd
d. Bendahara : Novita Sari, S.Pi
e. Keprog Agribisnis Perikanan : Erlina Subekti, S.Pd
f. Keprog APHPA/APHPI : Masdianto, MP
g. Kepala Unit Produksi BATARI : Longnan Simorangkir, S.STPi
h. Kepala Unit Produksi Benih Ikan : Sudirman Kanna, S.Pi
i. Teknisi umum : Rudiyansyah
BAB II
PELAKSANAAN PROGRAM
A. Mekanisme/Strategi pelaksanaan
1. Manajemen
Sebagai tahap awal untuk pelaksanaan program teaching factory di
SMKN 3 Tarakan membentuk team pengembang program teaching
factory dimana team ini akan mendorong suksenya kegiatan teaching factory
di SMKN 3 Tarakan.
d. Hubungan industri
Program teaching factory di SMKN 3 Tarakandalam
pelaksanaannya mutalk harus ada hubungan kerja sama dengan industri-
industri. Karena melalui kurikulum industri yang diintegrasikan ke dalam
kurikulum sekolah agar tujuan yang diharapkan oleh program teaching
factory dapat tercapai yaitu lulusan memiliki kompetensi dan skill secara
profesional. Hubungan dengan industri dalam konteks teaching factory
sifatnya mutlak sehingga SMKN 3 Tarakanmenjalin kemitraan dengan
dunia industri sebagai sarana dan media pembelajaran.
Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan program teaching factory di SMKN 3 Tarakan kegiatannya dimulai
dari observasi, penyusunan proposal, sosialisasi, pelaksanaan program, evaluasi
pelaksanaan. Pada kegiatan evaluasi pelaksanaan diperlukan alat ukur yang relevan
sebagai barometer tingkat ketercapaian program. Pada saat melaksanakan evaluasi
diperlukan beberapa indikator yang terdiri dari:
1. Pada saat orientasi dan observasi program sebagai indikatornya berapa banyak
informasi yang didapat tentang pelaksanaan program teaching factory
2. Pada saat penyusunan proposal harus merujuk kepada juknis pembuatan proposal
program teaching factory
3. Pada saat pelaksanaan program teaching factory, kegiatan awal yang dilakukan
penyusunan perencanaan sebagai indikatornya lengkap tidaknya substansi
program pelaksanaan
4. Pada saat implementasi yang berkaitan dengan pembelajaran sebagai indikatornya
diantaranya rencana pelaksanaan pelajaran yang dibuat guru, lembar observasi
kunjungan kelas. Sehingga kesimpulannya apakah guru telah membuat rencana
dan pelaksanaannya sudah ataukah belum mengintegrasikan program teaching
factory
5. Yang berkaitan dengan siswa indikator tingkat keberhasilannya diukur dengan
kompetensi yang mereka capai
6. Yang berkaitan dengan hasil produk apakah secara kuantitas mencapai target atau
tidak. Secara kualitas apakah produknya emmenuhi standar kebutuhan konsumen
atau tidak
7. Yang berkaitan dengan produk jasa sebagai indikatornya banyak sedikitnya
konsumen yang menggunakan jasa para siswa sesuai dengan program keahliannya
masing-masing
BAB IV
PENUTUP