Hadis Keluarga PDF
Hadis Keluarga PDF
Hadis Keluarga PDF
A. PENGERTIAN AURAT
Aurat berasal dari bahasa Arab عورةyang berarti celah, salah, cacat.1
Dalam kamus Al-Munawwir, aurat yaitu aib, cacat, cela, memiliki arti
yang sama dengan kata العيب. Selain itu aurat juga diartikan dengan
segala perkara yang dirasa malu.2
Pengertian aurat yang memiliki arti aib terdapat dalam hadis,
salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra:
HADIS KELUARGA 1
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menutupi aib hamba-hambaNya tentunya tidak akan ada rasa saling
menghormati dan menyayangi. Sebagai bentuk meneladani sifat Allah
yang Maha menutupi, sudah sepantasnya kita tidak meyebarkan kejelekan
orang lain. Kita pun harus menyadari betul bahwa kita punya kejelekan
dan akan malu jika kejelekan itu diketahui orang lain.
B. LANDASAN HUKUM
ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل َما ظَ َه َر ِ ِ ضن ِمن أَب ِ َوقُل لِلْم ْؤِمن
َ وج ُه َّن َوَل يـُْبد
َ ْن فـُُر َ صا ِره َّن َوَْي َفظ َ ْ ْ َْ ض ُ ْات يـَغ ُ ْ َ
ِض ِربن ِبُم ِرِه َّن علَى جيوبِِ َّن وَل يـب ِدين ِزينـتـه َّن إَِّل لِبـعولَتِ ِه َّن أَو آبئِ ِه َّن أَو آبء ِ
َ ْ َ ْ ُُ َُ َ َ ُْ َ ُ ُ َ ُ َ ْ ْ َمنـَْها َولْي
بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَ ِاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن أَ َخ َواتِِ َّن أ َْو
ِ َّ ِ ِ ِ ال ْربَِة ِمن ِْ ُول ِ
َ ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع ْ سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك ِ
ْين َلَ الر َجال أَ ِو الطّْف ِل الذ ّ َ ِ ني غَ ِْي أ َن
ني ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا إِ َل ِ ِ ِ
َ ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْفْ َس ِاء َوَل ي ِ ِ
َ ّيَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن
)31( ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن َِ الل َِّ
2
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Latar belakang turunnya ayat ini adalah, bahwa sebelum ayat ini
diturunkan kaum wanita mukminat biasa mengenakan pakaian lazimnya
wanita-wanita non-muslimah pada masa jahiliah. Yaitu leher dan
sebagian dada mereka terbuka. Hanya sesekali saja mereka mngenakan
jilbab (sejenis pakaian yang menutup seluruh tubuh) itu pun tidak
merata. Jika mereka merasa perlu, mereka memakainya, tetapi jika tidak,
maka mereka menanggalkannya.
Menutup aurat bagi wanita adalah perintah Allah swt untuk
menyelamatkan wanita dari bahaya fitnah. Umar bin Khathab ra berkata,
“Bertaqwalah kepada Alah, Tuhan kalian dan jangan biarkan istri dan
anak perempuan kalian mengenakan pakaian Qibthi, karena sekalipun
tidak tipis, namun ia dapat menimbulkan rangsangan dan mengundang
fitnah.” (Tarikh At Thabari, IV/215).
Ayat di atas juga menegaskan empat hal:
a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan Allah
swt
b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram
c. Larangan untuk memperlihatkan perhiasan kecuali yang biasa
tampak
َح َّدثـَنَا بـَْه ُز: قَ َال،َُس َامة َ َوأَبُو أ،ارو َنُ َح َّدثـَنَا يَ ِزي ُد بْ ُن َه:الَ ََح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَةَ ق
َوَما، َما َنِْت ِمنـَْها، َع ْوَراتـُنَا،الل َِّ ولَ َي َر ُس:ْت ُ قـُل:ال َ َ ق، َع ْن َج ِّد ِه، َع ْن أَبِ ِيه،بْ ُن َح ِك ٍيم
ول
َ َي َر ُس:ْت ُ قـُل، »ك َ ُت َيِين ْ أ َْو َما َملَ َك،ك َ ِك إَِّل ِم ْن َزْو َجت َ َ«اح َف ْظ َع ْوَرت
ْ :ال َ َنَ َذ ُر؟ ق
ِ َ َض؟ ق َِّ
فَ َل،َح ًدا َ ت أَ ْن َل تُ ِريـََها أَ استَطَ ْعْ «إِن:ال ٍ ض ُه ْم ِف بـَْع ُ ت إِ ْن َكا َن الْ َق ْو ُم بـَْع
َ ْ أ ََرأَي،الل
3 Masykur Khair, “Catatan Mahram”, (kediri: Duta Karya Mandiri, 2012), h.
21-22
HADIS KELUARGA 3
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ َ ََح ُد َن َخالِيًا؟ ق َِّ ول
َُح ُّق أَ ْن يُ ْستَ ْحيَا م ْنه َّ َ «ف:ال
َ اللُ أ َ فَِإ ْن َكا َن أ،الل ُ قـُل، »تُ ِريـَنـََّها
َ َي َر ُس:ْت
ِ ِم َن الن
»َّاس
Artinya: Dari Zaid bin Harun dan Abu Usamah mereka berkata: Bahz bin
Hakim menceritakan kepada kami dari ayahnya dari kakeknya, ia berkata
: aku berkata Ya Rasulullah apa saja aurat kami?......? nabi bersabda: jagalah
auratmu kecuali dari isterimu atau budak wanita yang engkau miliki. Lalu
beliau ditanya, “Wahai Rasulullah bagaimana jika suatu kaum berbaur
dengan yang lainnya?” beliau saw menjawab, “jika engkau sanggup agar
seseorang tidak melihatnya, maka janganlah ia melihatnya,” kemudian
beliau ditanya. “Bagaimana jika seseorang telanjang dan tidak seorang
pun melihatnya? Beliau menjawab. “Allah lebih berhak untuk engkau
merasa malu dari-Nya daripada manusia.” (HR. Ibnu Majah, hadis no 1920)
Sababul Wurud :
Bahwa menurut Mu’awiyah, ia pernah bertanya kepada Rasulullah
: “ YaRasulullah , terhadap aurat kami apa yang dapat kami lakukan, dan
apa yang terlarang ?
Jawab Rasulullah :Jaga auratmu ……. Dsb
Keterangan :
Hadist ini sesuaI ayat Al-quran : “ Dan mereka yang memelihara
kemaluannya kecuali terhadap isteri-isteri mereka dan budak sahaya
mereka maka sesungguhnya mereka tidak tercela. Barangsiapa yang
mengharap lebih dari itu, mereka itulah orang-orang yang melampaui
batas” (Al-Maidah : 5 ). Dan untuk memelihara rasa malu, agar tidak
memperlihatkannya kepada muhram sekalipun bahkan disaat sendirian
4
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
(kecuali diwaktu jimak dengan isteri,disaat mandi,disaat buang air)4
Nabi Muhammad saw memerintahkan umatnya untuk menutup
aurat. Bahkan, Nabi menganjurkan agar sebisa mungkin aurat kita
jangan sampai terlihat oleh siapapun. Begitu pula saat kita sendirian.
Karna Allah melihat kita setiap saat, dan Allah lebih berhak untuk kita
merasa malu pada-Nya. Dari hadis ini, penulis melihat ada kaitan antara
menutup aurat dengan malu. Bagi perempuan, malu menjadi salah satu
sifat yang melekat pada diri mereka disamping dengan sifat yang lain,
seperti lemah lembut dan penyayang. Malu merupakan sebagian kalimat
kenabian, Nabi Muhammad saw bersabda:
حيدث عن أيب، مسعت ربعي بن حراش: قال، عن منصور، حدثنا شعبة،حدثنا آدم
إذا، «إن مما أدرك الناس من كالم النبوة: قال النيب صلي هللا عليه وسلم،مسعود
»مل تستحي فاصنع ما شئت
“Dari Ibnu Mas’ud ra, Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya salah satu
perkara yang telah diketahui oleh manusia dari kalimat kenabian
terdahulu adalah, ‘jika engkau tidak malu, berbuatlah sesukamu.’” (HR.
Bukhari, no. 3484)
HADIS KELUARGA 5
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menghidupkan (membangkitkan) bayi perempuan yang dibunuh
(mau’udah) dari kuburannya.” (Abu Daud: 4791)
Sababul wurud
Sebagaimana tercantum dalam Sunan Abu Daud dari Ka’ab ibnu
‘Alqamah bahwa dia mendengar al-Haitsam yang mengingatkan bahwa
ia pernah mendengar Duhain, seorang skretaris ‘Uqbah ibnu Amir,
berkata: Kami mempunyai dua orang tetangga yang suka meminum
khamar (minuman keras). Aku melarang mereka, akan tetapi mereka
tidak berhenti (dengan kebiasaan itu). Maka aku kataka kepada ‘Uqbah
ibnu Amir. Sesungguhnya tetangga kita itu suka meminum minuman
keras padahal sungguh aku sudah melarang mereka, namun mereka
tidak mau berhenti. Dan aku mengajukan kepada mereka syarat. ‘Uqbah
berkata: Biarkan sajalah mereka. Kemudian untuk kedua kalinya aku
menyampaikan kepada ‘Uqbah bin Amir. Sesungguhnya tetangga kita itu
menolak kebiasaan mereka meminum minuman keras, padahal aku sudah
mengajukan kepada mereka syarat. Uqbah berkata : Amboi, kasihan aku.
Biarkan sajalah mereka, karena sesungguhnya aku pernah mendengar
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa melihat aurat..dst”
Keterangan :
Hadits ini mendorong seseorang menutup aurat (aib) orang
lain dan bahwasannya menutup aurat (aib) itu seperti membangkitkan
kembali seorang bayi perempuan yang dibunuh dari kuburannya. Bayi
perempuan yang dibunuh, seperti halnya adat kebiasaan jahiliyah,
mereka kubur hidup-hidup anak perempuan mereka karena tidak suka
dengan lahirnya anak perempuan yang dianggap aib. 5
6
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
:ال َ َ ق،اك بْ ِن عُثْ َما َن ِ َّحَّ َع ِن الض،اب ِ َ َح َّدثـَنَا َزيْ ُد بْ ُن ا ْلُب،ََح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَة
ِ ول َّ أ، َع ْن أَبِ ِيه،ي ٍ الر ْحَ ِن ب ِن أَِب س ِع ِ
هللا َ َن َر ُس ِّ الُ ْد ِر
ْ يد َ ْ َّ َع ْن َع ْبد،َسلَ َم ْ أَ ْخبـََرِن َزيْ ُد بْ ُن أ
، َوَل ال َْم ْرأَةُ إِ َل َع ْوَرِة ال َْم ْرأ َِة،الر ُج ِل َّ الر ُج ُل إِ َل َع ْوَرِة
َّ «ل يـَْنظُُر َ :ال َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ
ِ ضي ال َْم ْرأَةُ إِ َل ال َْم ْرأ َِة ِف الثـَّْو ِ وَل تـ ْف،اح ٍد ِبو َّ الر ُج ُل إِ َل ِ وَل يـ ْف
ب ُ َ َ ٍ الر ُج ِل ِف ثـَْو َّ ضي ُ َ
»اح ِدِ الْو
َ
Artinya: “Tidak diperbolehkan laki-laki melihat aurat laki-laki, dan tidak
pula perempuan melihat aurat perempuan. Dan tidak pula diperbolehkan
bagi seorang laki-laki bergumul dengan laki-laki lain dalam satu selimut.
Dan seorang perempuan tidak boleh bergumul dengan perempuan lain
dalam s atu selimut.” (HR.Muslim: 338)
َع ْن، َح َّدثـَنَا ال َْولِي ُد: قَ َال،ُّض ِل ا ْلََّر ِان ْ َوُم َؤَّم ُل بْ ُن الْ َف،ب ْالَنْطَاكِ ُّي ٍ وب بْ ُن َك ْع
ُ َح َّدثـَنَا يـَْع ُق
َّ ض َي
ُالل
ِ شةَ ر ِ ٍ
َ َ َع ْن َعائ:وب ابْ ُن ُد َريْك ُ يـَْع ُق:ال َ َ ق، َع ْن َخالِ ٍد،اد َة َ َ َع ْن قـَت،يد بْ ِن بَ ِش ٍريِ س ِع
َ
ِ َِّ ول
ٌ َصلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم َو َعلَيـَْها ثِي
اب َ الل ِ ت َعلَى ر ُس
َ ْ َ َد َخل،ت أَِب بَ ْك ٍر َ اء بِْن
َ ََس
ْ َن أ َّ أ،َعنـَْها
إِ َّن ال َْم ْرأَ َة إِ َذا،َُسَاء َ َ َوق،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َِّ ول
ْ «ي أَ :ال َ الل ُ ض َعنـَْها َر ُس َ فَأَ ْع َر،ِرقَا ٌق
ال أَبُو َ َصلُ ْح أَ ْن يـَُرى ِمنـَْها إَِّل َه َذا َو َه َذا» َوأَ َش َار إِ َل َو ْج ِه ِه َوَك َّف ْي ِه ق ْ َيض َلْ ت
ِ ِ َبـلَغ
َ ت ال َْمح َ
ِ شةَ ر ِ ٍ ِ
»اللُ َعنـَْهاَّ ض َي َ َ َخال ُد بْ ُن ُد َريْك َلْ يُ ْد ِر ْك َعائ،«ه َذا ُم ْر َس ٌل َ :َد ُاو َد
6 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, (jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) h.22
HADIS KELUARGA 7
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
wajah dan kedua telapak tangan,” (HR.Abu Dawud, hadis no 4014)
8
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
tangan, menyatakan bahwa dua anggota badan tersebut bukanlah aurat.
Pendirian ini didukung pula oleh fakta bahwa wanita jahiliyah tidak
menutupi bagian muka.
Uraian batasan aurat di atas merupakan batasan aurat wanita di
depan laki-laki ajnabi yaitu laki-laki yang bukan mahramnya. Adapun
batas aurat wanita di depan mahramnya adalah bagian-bagian yang
biasa tampak misalnya leher, kepala, telapak tangan, kedua kaki dan lain-
lain yang semisalnya.
Al-Qadhi mengatakan “Hukum yang berlaku pada seorang laki-
laki dengan wanita mahramnya adalah sama seperti hukum yang berlaku
pada seorang laki-laki dengan laki-laki lainnya, atau seorang wanita
dengan wanita lainnya.”
Imam Syafi’i meriwayatkan dari Zainab binti Abi Salamah,
bahwa ia pernah menyusu pada Asma’, isteri Zubair. Zainab berkata,
“Aku melihat Zubair sebagai ayah sendiri. Suatu hari, ia pernah masuk
menemuiku ketika aku sedang menyisir rambutku. Lalu ia memegang
ujung rambutku seraya berucap, “Menghadaplah padaku.”7
Keterangan di atas mengisyaratkan bahwa aurat wanita di depan
mahramnya dibatasi pada bagian-bagian yang biasa terlihat. Seperti
anggota badan yang biasa terlihat ketika di rumah, hal ini selama tidak
dikhawatirkan menimbulkan fitnah.
Adapun aurat wanita didepan suaminya adalah tidak ada batasnya,
sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis Rasulullah saw:
HADIS KELUARGA 9
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
pusar dan lutut
2. Aurat wanita di depan bukan mahramnya adalah seluruh
tubuh kecuali wajah dan telapak tangan
3. Tidak ada aurat dihadapan suami
ِ وأَبو النـُّْعم،يد
ُ َح َّدثـَنَا َح: قَ َال،ان ِِ
،ََّاد بْ ُن َسلَ َمة َ ُ َ َح َّدثـَنَا أَبُو ال َْول:ال َ ََح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َْي َي ق
صلَّى َ ِ َع ْن َعائ،ث ِ ت ا ْلا ِرِ َعن ص ِفيَّةَ بِْن، َعن ُمَ َّم ِد بْ ِن ِس ِريين،اد َة
َ َّبِّ ِ َع ِن الن،َشة َ َ ْ َ ْ َ ََع ْن قـَت
»ض إَِّل ِِب َما ٍر
ٍ ِص َل َة َحائ َّ «ل يـَْقبَ ُل
َ ُالل َ :ال َ َ ق،هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
8 Masykur Khair, h.13
10
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Artinya: “Allah tidak menerima shalat seorang wanita haid, kecuali
dengan khimar (kerudung).” (HR.Ibnu Majah: 655)9
حدثين محيد بن: قال ابن شهاب: قال يونس، حدثنا الليث،حدثنا حيىي بن بكري
أخربه أن أاب بكر الصديق رضي هللا عنه بعثه يف احلجة، أن أاب هريرة،عبد الرمحن
اليت أمره عليها رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قبل حجة الوداع يوم النحر يف رهط
» وال يطوف ابلبيت عراين،يؤذن يف الناس «أال ال حيج بعد العام مشرك
a. Tidak berlebihan
Hendaknya bagi wanita tidak menampakkan “perhiasan”
yang biasanya tidak dinampakkan oleh wanita baik, atau memakai
sesuatu yang tidak wajar dipakai. Seperti ber-make up secara
berlebihan , berbicara tidak sopan atau berjalan dengan lenggok
9 Abul Wahid Muhammad bin Achmad bin Muhamad ibn Rusyd,h. 255
10 Syeikh Kamil Muhammad’uwaidah, penerjemah: M.Abdul Goffar,Fiqih
Wanita, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016), hal.339
HADIS KELUARGA 11
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dan segala macam sikap yang mengundang perhatian pria.
Menampakkan sesuatu yang biasanya tidak dinampakkan—kecuali
kepada suami—dapat mengundang decak kagum pria lain yang
pada gilirannya menimbulkan rangsangan atau mengakibatkan
gangguan dari yang usil.
َع ْن عُثْ َما َن،َ َح َّدثـَنَا أَبُو َع َوانَة:ال َ َب ق ِ الش َوا ِر
َّ ك بْ ِن أَِبِ ِح َّدثـنَا ُمَ َّم ُد بْن َع ْب ِد الْمل
َ ُ َ َ
َِّ ول َِّ عن عب ِد،اج ِر ِ ب ِن الْم ِغ
ُصلَّى هللا َ الل ُ ال َر ُس
َ َ ق:ال َ َالل بْ ِن عُ َم َر ق ْ َ ْ َ ِ َع ِن ال ُْم َه،رية َ ُ ْ
،ب َم َذلَّ ٍة يـَْوَم ال ِْقيَ َام ِة َّ ُسه
َ اللُ ثـَْو ُّ ب ُش ْه َرٍة ِف
َ َ أَلْب،الدنـْيَا َ س ثـَْو ِ َ :َعلَْي ِه و َسلَّم
َ «م ْن لَب َ َ
»ب فِ ِيه َن ًرا
َ َُثَّ أَ ْل
12
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Abdullah ibn Mas’ud) dan yang Kuasa itu senang melihat dampak
anugerahn-Nya kepada seseorang.” (HR.At Tirmidzi) antara lain
melalui pakaiannya. Itu semua selama tidak disertai dengan rasa
angkuh, berlebihan, dan melonggar norma agama.
c. Tidak transparan
Jangan memakai yang transparan karna bisa menampakkan
kulit wanita, dan jangan pula memakai pakaian yang ketat karna
akan menampakkan lekuk tubuh. Pakaian yang transparan dan
ketat akan mengundang perhatian dan juga rangsangan, Rasulullah
saw bersabda:
،َ َع ْن أَِب ُه َريـَْرة، َع ْن أَبِ ِيه، َع ْن ُس َه ْي ٍل، َح َّدثـَنَا َج ِر ٌير،ب ٍ َح َّدثَِن ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر
ُ
قـَْوٌم،ان ِم ْن أ َْه ِل النَّا ِر َلْ أ ََر ُهَا
ِ «صنـ َف ِ
ْ ِ :صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ِ ُ ال رس
َ ول هللا ُ َ َ َ ق:ال َ َق
ٌ ت ُمِ َيل ٌ ات َعا ِرَي ِ ونِساء َك،ض ِربو َن ِبا النَّاس ِ ط َكأَ ْذ َن ٌ َم َع ُه ْم ِسيَا
،ت ٌ َاسي ٌَ َ َ َ ُ ْ َب الْبـََق ِر ي
ِِ ِ ِ ِ ت رءوسه َّن َكأ
ْن ا ْلَنَّةَ َوَل َِي ْد َن ِرحيَ َها َ َل يَ ْد ُخل،َسن َمة الْبُ ْخت ال َْمائلَة
ْ ُ ُ ُ ُ ٌ َمائَِل
HADIS KELUARGA 13
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dalam arti jiwanya miring tidak lurus.
، َع ْن ُس َه ْي ٍل، َع ْن ُسلَْي َما َن بْ ِن بِ َل ٍل، َح َّدثـَنَا أَبُو َع ِام ٍر،بٍ َح َّدثـَنَا ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر
ُ
ِ
َّ صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
الر ُج َل َِّ ول َ َ ق،َ َع ْن أَِب ُه َريـَْرة،َع ْن أَبِ ِيه
َ الل ُ «لَ َع َن َر ُس:ال
»الر ُج ِل
َّ َسة ِ والْمرأَةَ تـلْب،يـلْبس لِبسةَ الْمرأ َِة
َ س ل ْبُ ََ َْ َ َْ َ ْ ُ ََ
Artinya: “Allah mengutuk lelaki yang memakai pakaian perempuan
dan mengutuk perempuan yang memakai pakaian lelaki.” (HR.Abu
Daud: 4098)
14
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Kuberikan istriku untuk dipakainya.” Kemudian Nabi saw bersabda:
“Katakanlah kepadanya agar meletakkan di bawah pakaian itu
pelapis, karena aku khawatir (karena halusnya bahan pakaian
itu, jika tidak kuberikan pelapis) sosok tulangnya (lekuk-lekuk
badannya) akan tergambar.” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi)
HADIS KELUARGA 15
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
manusia, disamping terbentuknya berbagai “Tren” pada dirinya. Namun
sayang, lembaga-lembaga pendidikan seperti rumah dan sekolah kurang
memanfaaatkan masa ini dengan sebaik-baiknya. Bahkan masa yang
berharga ini terbuang sia-sia, dengan anggapan bahwa anak kecil atau
masih bayi. Hingga setelah masuk masa pubertas, kondisinya berubah
total dan waktu pun berlalu.
Anak-anak, baik putra maupun putri pada masa kanak-kanak
akhir ini (7-12 tahun) menerima stimulus dari bapak ibunya. Mereka
menganggap orang tuanya sebagai idola yang paling tinggi dala
kehidupannya. Mereka juga cenderung meniru orang-orang dewasa di
sekitarnya.
Sedangkan pada masa pubertas semua keadaan berubah. Anak
puber mencari idola di luar lingkup rumah dan berusaha hendak
melepaskan diri dari kekuasaan orang tua. Sehingga ada sebagian
mereka yang menganggap perlawanan terhadap orang tua sebagai upaya
pembebasan diri dari masa kanak-kanak, dan sebagai bukti mereka telah
menginjak masa remaja.
Berpijak dari masalah ini, kita hendak mencari hikmah Nabi saw
yang memberikan batasan umur tujuh tahun ketika memerintahkan shalat,
dan juga kewajiban-kewajiban lain. Dari sini pula kita mengintisarikan
kepada anak putri, agar mereka suka berhijab sebelum umur tujuh tahun,
lalu mereka diperintah berhijab12 setelah umur tujuh tahun.13
Allah swt berfirman :
12 Maksud hijab disini adalah alat yang dipakai wanita untuk menutup aurat,
khususnya aurat bagian kepala (krudung)
13 Lihat selengkapnya.. Abdul Khaliq, Pendidikan anak Putri dalam
Keluarga,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1994) cet.4, h.147-148
16
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Artinya: “Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu anaka anak
perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, hendaklah mereka
menjulurkan jilbabnya..” (QS.Al-Ahzab:59)
HADIS KELUARGA 17
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
18
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PERHIASAN
َع ْن،ي َّ ت أ ََب عُثْ َما َن النـَّْه ِد ُ َِس ْع:ال َ َ ق، َع ْن ُسلَْي َما َن التـَّْي ِم ِّي،ُ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَة،آد ُم
َ َح َّدثـَنَا
ت بـَْع ِدي ُ «ما تـََرْكَ :ال َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َّب ِّ ِ َع ِن الن،اللُ َعنـْ ُه َما
َّ ض َي ِ أُسامةَ بْ ِن َزيْ ٍد ر
َ ََ
»س ِاء ِ ِ ِ ِ ض َّر َعلَى
َ ّالر َجال م َن النّ َ َفِتـْنَةً أ
Artinya: “ Dari Usamah bin Zaid ra bahwasannya Nabi saw bersabda:
Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih berat atas laki-laki melebihi
wanita.” (HR. Al-Bukhari)
HADIS KELUARGA 19
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sedangkan dalam diri anak-anak hanya terdapat satu fitnah.
Adapun dua fitnah yang ada pada wanita itu, salah satunya adalah;
sesuatu yang mengakibatkan pada putusnya tali silaturahim. Sebab
wanita menyuruh suaminya untuk memutuskan tali hubungan dengan
ibu-ibu mereka atau dengan saudari-saudari mereka (maksdunya;
banyak dari wanita yang memiliki ambisi untuk tidak dibagi kasih sayang
dan perhatiannya, termasuk kepada ibu dan saudari-saudari suaminya
sendiri). Sedangkan yang kedua adalah lelaki akan dicoba dengan
pengumpulan harta baik yang halal maupun yang haram (demi meuruti
keinginan dan permintaan istri). Adapun anak-anak, maka fitnah yang
akan muncul dari mereka adalah hanya satu, yakni; dicoba pengumpulan
harta karena mereka.
Maka, bagi manusia masa kini, hendaknya mereka bersabar dan
berhati-hati. Sepatutnya dalam mencari dan memilih wanita, hendakny
yang baik agamanya. Rasulullah saw bersabda:
ِ ِ
ِ ح َّدثـنا عب ُد،ُّهللا ب ِن ُنَ ٍي ا ْلم َد ِان
أَ ْخبـََرِن،ُ َح َّدثـَنَا َحيـَْوة،هللا بْ ُن يَ ِزي َد ْ َ ََ َ ْ َ ْ ْ َح َّدثَِن ُمَ َّم ُد بْ ُن َع ْبد
ِ ث عن عب ِد
َّ أ،هللا بْ ِن َع ْم ٍرو ِ ِ َّ أَنَّهُ َِس َع أ ََب َع ْب ِد،يك
ٍ ُشر ْحبِيل بْن َش ِر
َن ْ َ ْ َ ُ ُيَ ّد،الر ْحَ ِن ا ْلُبُل َّي ُ ُ َ
ِ
»ُالصالَة َّ ُالدنـْيَا ال َْم ْرأَةُّ َو َخيـُْر َمتَ ِاع،ٌ«الدنـْيَا َمتَاع
ُّ :ال ِ
َ َ ق،صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ِ َ رس
َ ول هللا َُ
Arinya: Dari Abdillah bin Umar, bahwasannya Rasulullah saw bersabda:
“Dunia adalah hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia adalah wanita
shalehah” (HR. Muslim).
20
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari keterangan di atas, sebagai kepedulian terhadap wanita
untuk menegakkan agamanya dan menghapuskan dosa darinya, maka
hendaknya ia tidak menjadi penyebab tergodanya kaum laki-laki ke
dalam fitnah, maka hendaknya waita itu tidaklah berdandan kecuali
dengan berhias yang sesuai dengan syari’at.14
B. PENGERTIAN PERHIASAN
Perhiasan adalah istilah untuk sesuatu yang digunakan sebagai
hiasan oleh manusia atau suatu benda yang digunakan manusia untuk
merias atau mempercantik dirinya. Islam menaruh perhatian pada
kesejahteraan tubuh, ruh, atau jiwa. Untuk itu, kaum muslimin di
bolehkan untuk memperindah dirinya dengan beragam perhiasan dalam
berbagai sisi kehidupan, terutama perhiasan badan. Dengan perhiasan
badan, maka laki-laki dan perempuan bisa menjadi terpuji, asal tidak
mekampaui batas, sederhana, dan dengan niat yang baik. Sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-‘Araf: 32
ِِ ِ ِ ِ ات ِمن ِ ِِ
ِ اد ِه والطَّيِب َِّ َقُل من ح َّرم ِزينة
آمنُوا ِف َ الرْزق قُ ْل ه َي للَّذ
َ ين ّ َ َّ َ َالل الَِّت أَ ْخ َر َج لعب َ َ َ َْ ْ
ٍ
ت لَِق ْوم يـَْعلَ ُمون ِ َ ِالدنـْيا َخالِصةً يـوم ال ِْقيام ِة َك َذل
ِ صل ْالي ِ
َ ُ ّ ك نـَُف َ َ َ َْ َ َ ُّ ا ْلَيَاة
HADIS KELUARGA 21
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
diciptakan (artifisial) adalah perhiasan yang biasanya diupayakan
oleh perempuan untuk memperbaiki penampilannya, seperti pakaian,
perhiasan emas, celak, dan ada pewarna. Karenanya al-Qurthubi berkata,
“Diantara perhiasan tersebut ada yang nampak dan ada yang tidak
nampak. Perhiasan yang tampak boleh dipandang semua orang, baik
sanak saudara, kerabat, maupun orang asing. Sedangkan perhiasan yang
tidak tampak tidak boleh diperlihatkan kecuali untuk orang-orang yang
telah disebutkan Allah swt. dalam ayat ini:
ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل َما ظَ َه َر ِ ِ ضن ِمن أَب ِ َوقُل لِلْم ْؤِمن
َ وج ُه َّن َوَل يـُْبد
َ ْن فـُُر َ صا ِره َّن َوَْي َفظ َ ْ ْ َْ ض ُ ْات يـَغ ُ ْ َ
ِض ِربن ِبُم ِرِه َّن علَى جيوبِِ َّن وَل يـب ِدين ِزينـتـه َّن إَِّل لِبـعولَتِ ِه َّن أَو آبئِ ِه َّن أَو آبء ِ
َ ْ َ ْ ُُ َُ َ َ ُْ َ ُ ُ َ ُ َ ْ ْ َمنـَْها َولْي
بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَ ِاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوانِِ َّن أ َْو بَِن أَ َخ َواتِِ َّن أ َْو
ِ َّ ِ ِ ِ ال ْربَِة ِمن ِْ ُول ِ
َ ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع ْ سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك ِ
ْين َلَ الر َجال أَ ِو الطّْف ِل الذ ّ َ ِ ني غَ ِْي أ َن
ني ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا إِ َل ِ ِ ِ
َ ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْفْ َس ِاء َوَل ي ِ ِ
َ ّيَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن
ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن َِ الل َِّ
22
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
boleh diperlihatkan kepada ayah atau saudara laki-lakinya.
b. Ada yang boleh diperlihatkan kepada ayah dan saudara, tetapi
tidak boleh diperlihatkan kepada suami ibunya, dan demikiam
seterusnya.
2) Berhias atau bersoleh untuk suami juga mempunyai btasan-
batasan tertentu. Perlu dicatat, bahwasannya tidaklah benar
bahwa diperbolehkannya berhias untuk suami itu bersifat mutlak
tanpa batasan. Sebab, meskipun diperbolehkan, wanita tetap tidak
boleh berhias dengan sesuatu yang diharamkan dalam syari’at
Islam, atau sesuatu yang menyerupai laki-laki, atau sesuatu yang
mengubah wujud ciptaan Allah, atau sesuatu yang menjadi ciri
khas perhiasan orang-orang kafir.15
15 Abu Malik Kamal bin Sayyid Salim, Shahih Fiqh Sunnah Wanita, (Solo:
l-Hambara, 2005), Cet. 1, hlm. 413
HADIS KELUARGA 23
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Keterangan:
Bercelak terdapat dua macam:
Pertama: Bercelak untuk menguatkan pandangan,
menghilangkan penutup dari mata, dan membersihkannya dengan
tanpa memberikan pengaruh mempercantik diri. Hal ini tidak
mengapa, bahkan merupakan sesuatu yang di anjurkan untuk di
lakukan, karena Nabi mencelaki kedua matanya, terlebih apabila
menggunakan Itsmid16
Kedua: Celak yang di pergunakan untuk tujuan kecantikan
dan menghias diri. Hal ini untuk perempuan sangat di anjurkan,
karena perempuan di anjurkan menghias diri untuk suaminya. Hal
ini tidak apa-apa.17
2. Merias Tangan
ِ َّ َح َّدثـَنَا َخالِ ُد بْ ُن َع ْب ِد،ي ُّ َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ُمَ َّم ٍد
ُّ الصوِر
ُ َح َّدثـَنَا ُمط،الر ْحَ ِن
يع
:ت ْ َ قَال،اللُ َعنـَْهاَّ ض َي ِ شةَ ر ِ ِ ِ عن ص ِفيَّةَ بِْن،ون ٍ
َ َ َع ْن َعائ،َص َمة ْ تع َ ْ َ بْ ُن َم ْي ُم
،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َِّ ول ِ اب إِ َل ر ُس ِ ِِ ِ ِ ِ
َ الل َ ٌ َ كت،ت ْام َرأَةٌ م ْن َوَراء س ٍْت بيَد َها ْ أ َْوَم
أ َْم يَ ُد،«ما أَ ْد ِري أَيَ ُد َر ُج ٍل
َ :ال َ فـََق،ُصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يَ َده ُّ ِض الن
َ َّب َ َفـََقب
ت أَظْ َف َار ِك» يـَْع ِن ِب ْلِنَّاء ِ ت ْامرأَةً لَغَيـَّر
ْ َ
ِ «لَو ُك ْن:ال
ْ َ َ ق،ٌ بَ ِل ْام َرأَة:ت ْ َْام َرأ ٍَة؟» قَال
)(رواه ابوداود.
Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasannya ada seorang
perempuan di balik tirai menunjukkan sebuah kiab dengan
menjulurkn tangannya kepada Rasulullah. Kemudian Nabi
menahan tangannya sambil seraya berkata, “Aku tidak tahu,
apakah ini tangan laki-laki atau tangan perempan?” Dia
menjawab, “Tangan perempuan”. Beliau bersabda “Andao engkau
seorang perempuan, tentunya engkau telah merias kukumu.”
Yakni dengan inai. (HR. Abu Dawud)
16 Itsmid dalam kamus Al-Misbah adalah celak hitam. Kata ini berasal dari
kata ajam yang muarrab (diarabkan). Ibnu Al-Baithar berkata dalam Al-Minhaj bahwa
Itsmid adalah celak dari Ashfahan.
17 Syaikh Ahmad Jad, Fikih Sunnah Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), Cet. 2, hlm. 380
24
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Keterangan:
Hadits diatas menujukkan anjuran bagi perempuan untuk
merias tangannya dengan inai. Dalam merias tangannya sebaiknya
wanita tidak merwarnai kukunya dengan cat kuku yang berbahan
beku dan dapat menghalangi sampainya air ketika bersuci. Terdapat
perbedaan antara ina dan cat kuku, yaitu pada inai yang menempel
hanya warnanya saja, sedangkan pada cat kuku yang menempel
adalah warna dan zatnya juga dengan mengeras. 18
3. Anjuran untuk Merawat Rambut
،الزَن ِد
ِّ َح َّدثَِن ابْ ُن أَِب،ب ٍ أَ ْخبـََرَن ابْ ُن َو ْه،ي ُّ َح َّدثـَنَا ُسلَْي َما ُن بْ ُن َد ُاو َد ال َْم ْه ِر
َِّ ول َّ أ، َع ْن أَِب ُه َريـَْرَة، َع ْن أَبِ ِيه،صالِ ٍح
ُصلَّى هللا
َ الل َ َن َر ُس َ َع ْن ُس َه ْي ِل بْ ِن أَِب
) «م ْن َكا َن لَهُ َش ْع ٌر فـَلْيُ ْك ِرْمهُ» ( رواه أبوداود َ :ال َ ََعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
4163. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Siapa
yang memiliki rambut, hendaklah dia menghormatinya (dengan
merawatnya).” HR. Abu Dawud
Keterangan :
Disunnahkan kepada setiap wanita untuk memerhatikan dan
merawat rambutnya dengan cara menyisirnya, meminyakinya,
membasuhnya dengan air, mengeramasinya dan lain sebagianya.
Semua itu, tak lain adalah agar seorang wanita selalu berpenampilan
memesoana dan menyenangkan di hadapan suaminya.
Yang demikian itu, karena menyenangkan dan membahagiakan
suami termasuk perkara yang sangat dianjurkan dan diperintahkan
dalam syariat islam.19
4. Anjuran Memakai cincin di Tangan Kanan
HADIS KELUARGA 25
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َِّ عن عب ِد، عن اب ِن أَِب رافِ ٍع، ع ِن اب ِن أَِب رافِ ٍع،ََحَّاد بن سلَمة
،الل بْ ِن َج ْع َف ٍر َْ ْ َ َ ْ َْ َ ْ َ َ َ ُْ ُ
) َّم بِيَ ِمينِ ِه» ( رواه النسائ َّ ِ َّ َ َّب
ُ صلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم َكا َن يـَتَ َخت َّ «أ
َّ َِن الن
5204. Dari Ibnu Abu Rafi’, dari Abdullah bin Ja’far bahwa
Nabi biasa memakai cincin di tangan kanannya. (HR. an-
Nasa’i)
Keterangan:
Sekelompok ulama diantaranya perndapat paling shahih
dari kalangan syafi’iyah berpedapat bahwa memakai cincin
di tangan kanan itu lebih afdhal. Ketentuan ini berdasarkan
hadits yang menujukkan bahwa Nabi memakai cincin di tangan
kanannya itu lebih banyak dan lebih shahih. Selain itu, cincin
adalah salah satu jenis perhiasan dan memakainya sebagai
bentuk penghormatan, maka tangan kanan lebih pantas untuk
dikenakannya.
An-Nawawi juga berpendapat bahwa tangan kanan lebih
afdhal karena merupakan perhiasan. Selain itu, tangan kanan
juga lebih terhormat dan lebih tepat untuk penghormatan.
Ibnu Hajar mengatakan, Jika bertujuan untuk perhiasan,
maka tangan kanan lebih afdhal. Namun, jika hanya ingin
memakainya saja, maka tangan kiri lebih baik. Hal itu seperti
hanya menitipkan cincin di angan kiri dan bisa mengambilnya
dengan tangan kanan. Namun, secara umum yang unggul adalah
memakainya di tangan kanan, hal ini karena tangan kiri adalah
sebagai alat beristinja. Dengan demikian, cincin di tangan kanan
bisa terpelihara dari najis.20
26
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ب بْ َن ِد َث ٍر َعلَى َ يت ُمَا ِرُ ال لَِق َ َض ِل َح َّدثـَنَا َشبَابَةُ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَةُ ق ْ َح َّدثـَنَا َمطَُر بْ ُن الْ َف
ِ ضي فِ ِيه فَسأَلْتُهُ َعن َه َذا ا ْل ِد ِ س و ُهو يِْت م َكانَهُ الَّ ِذي يـ ْق
الَ يث فَ َح َّدثَِن فـََق َ ْ َ َ َ َ َ َ ٍ فـََر
اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َّ صلَّى َِّ ول َّ ض َي ِ الل بْن عُمر ر ِ ُ َِس ْع
َ الل ُ ال َر ُسَ َول ق ُ اللُ َعنـْ ُه َما يـَُق َ َ َ َ َّ ت َع ْب َد
ال َما َ َب أَذَ َك َر إِ َز َارهُ قٍ ْت لِ ُم َحا ِر
ُ اللُ إِلَْي ِه يـَْوَم ال ِْقيَ َام ِة فـَُقل
َّ َم ْن َج َّر ثـَْوبَهُ َِميلَةً َلْ يـَْنظُْر
الل َع ْن َِّ ص إِ َزارا وَل قَ ِميص َاتبـعه جبـلَةُ بن سحي ٍم وَزي ُد بن أَسلَم وَزي ُد بن عب ِد
ْ َ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ ْ َ ْ َ ُ ُ ْ َ َ ُ ََ ً َ ً َّ َخ
ِ
ُث َع ْن َنفِ ٍع َع ْن ابْ ِن عُ َم َر مثـْلَه ُ ال اللَّْيَ َاللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َوق َّ صلَّى َ َّب ِّ ِابْ ِن عُ َم َر َع ْن الن
وسى َع ْن َس ٍِال َع ْن ابْ ِن عُ َم َر َع ْن ٍ
َ وسى بْ ُن عُ ْقبَةَ َوعُ َم ُر بْ ُن ُمَ َّمد َوقُ َد َامةُ بْ ُن ُم َ َوَتبـََعهُ ُم
) اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َج َّر ثـَْوبَهُ ( رواه البخارى َّ صلَّى َ َّب ِّ ِالن
5345. Mathar bin al-Fadhl menyampaikan kepada kami dari
Syababah bahwa Syu’bah berkata, “ Aku menemui Muharib bin Ditsar
ketika dia sedang menunggang kuda. Saat itu, dia berjalan menuju
tempat kerjanya sebagai hakim. Aku bertanya kepadanya tentang
hadist ini, lalu dia menyampaikan hadist kepadaku, dia berkata “Aku
mendengar dari Abdullah bin Umar bahwa Rasulullah bersabda,
“Siapa yang menjulurkan pakaiannya dengan niat menyombongkan
diri, Allah tidak akan mau memadangnya pada hari kiamat. ‘Aku
bertanya kepada Muharib, ‘Apakah beliau menyebutkan sarung?
‘Muharib menjawab :’Beliau tidak mengkhususkan pada sarung
atupun gamis.” (HR. AlBukhari)
HADIS KELUARGA 27
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
betisnya.
Di dalam Hasyiah al-‘Adawi disebutkan bahwa laki-laki
boleh menyeret pakaian atau sarungnya jika tidak dimaksudnkan
untuk sombongan bangga, tapi dikhawatirkan hal itu menimbulkan
kesombongan. Apabila seseorang tidak bisa melakukan hal itu,
hendaknya ia mengenakan pakaiannya maksimal sampai mata kaki.21
2. Larangan berhias dengan cara mengubah ciptaan Allah
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
يم
َ َع ْن إبـَْراه،يم َ َع ْن إبـَْراه،صوٍر ُ َع ْن َم ْن، أَ ْخبـََرَن َج ِر ٌير،يم
َ َح َّدثـَنَا إ ْس َحا ُق بْ ُن إبـَْراه
ْح ْس ِن ِ ِ ِ ِ ات والْمتـنَ ِم ِ ِ َِّ ال لَعن عب ُد
ُ صات َوال ُْمتـََفلّ َجات لل َ ّ َ ُ َ َالل ال َْواش ْ َ َ َ َ ََع ْن َع ْل َق َمةَ ق
الل َوَما ِل َل أَل َْع ُن َم ْن َِّ ال عب ُد َِّ ْق ِ الْمغَِّي
ْ َ َ َوب َما َه َذا ق َ ت أ ُُّم يـَْع ُق
ْ َالل فـََقال َ ات َخل َ ُ
ِ ْ ي اللَّ ْو َح َِّ ت و
ُ ْالل لََق ْد قـََرأ َِّ ابِ َالل َوِف كِت َِّ ول
ُي فَ َما َو َج ْدتُه َ َْت َما بـ َ ْ َالل قَال ُ لَ َع َن َر ُس
َِّ ال و
َ الل لَئِ ْن قـََرأْتِ ِيه لََق ْد َو َج ْدتِيه { َوَما
ُول فَ ُخ ُذوهُ َوَما نـََها ُك ْم َع ْنه ُ الر ُس
َّ آت ُك ْم َ َ َق
) ( رواه البخارى } فَانـْتـَُهوا
5483. Dari Ibrahim bahwa Al-Qamah berkata. “Abdullah melaknat
kaum wanita yang menato, kaum wanita yang mencukur alisnya,
dan kaum wanita yang merenggangkan gigi supaya terlihat
cantik, mereka telah merubah ciptaan Allah, “Lalu Ummu Ya’qub
berkata, Ada apa ini? Abdullah berkata, ‘Mengapa aku tidak
boleh) melaknat mereka yang telah dilaknat Rasulullah dan
disebutkan dalam Kitabullah? ‘Umu Ya’qub berkata, ‘Sungguh aku
telah membaca diantara dua lembar (mushaf), namun aku tidak
menemukan didalamnya seperti apa yang telah engkau katakan.’
Abdullah berkata, ‘Jika benar engkau telah membacanya, engkau
pasti menemukan ayat, ‘Apa yang diberikan Rasul kepada kalian
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka
tinggalkanlah.” (QS. 59:7) (HR. Al-Bukhari)
Keterangan:
Hadits diatas menjelaskan bahwa di haramkannya wanita yang
menato, mencukur alis dan juga wanita yang merenggangkan
gigi supaya terlihat cantik. Berikut beberapa penjelasan tentang
21 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 254
28
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
keharamannya:
1. Hukum membuat tato adalah haram bagi laki-laki maupun
perempuan. Hal ini karena pembuatan tato bisa merusak
tubuh, mengubah ciptaan Allah, serta menimbulkan rasa
sakit dan siksaan karena tusukan jarum.
2. Jumhur ulama mengharamkan penghilangan seluruh atau
sebagian bulu alis, dengan cara apapun, dikerik, dicukur,
maupun cara lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk
sikab berlebihan dalam berhias. Selain itu, padanya terdapat
unsur pengubahan ciptaan Allah.
3. Bagi kaum laki-laki maupun perempuan di haramkan
mengikir gigi-giginya dengan tujuan untuk merenggangkan
gigi, menipiskan atau menajamkan bagian tepi karena ingin
tampil cantik. Larangan ini karena pada tindakan tersebut
mengandung unsur pengelabuan, sikap berlebih-lebihan
dalam berhias serta terdapat upaya mengubah ciptaan
Allah.22
3. Larangan Menggunakan Minyak Wangi yang Berlebihan
Keterangan:
22 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm.442
HADIS KELUARGA 29
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Tidak ada larangan bagi seorang perempuan untuk
memakai pengharum dan selalu tampil cantik sepanjang berada
di rumah dan hanya terbuka untuk mahram-mahramnya, bahkan
perempuan tersebut mendapatkan pahala karena perilakunya
dapat menjaga suami.
Sedangkan perilaku yang tidak di terima dan tidak di
ridhai oleh Islam adalah apabila seorang perempuan keluar dari
rumahnya dengan perhiasan terbaiknya, lengkap dengan parfum
yang beraroma kuat menyengat yang bisa di cium oleh orang
yang berjalan di sampingnya atau orang yang di lewatinya.23
Ketidak bolehan hal ini juga karena dapat menarik
perhatian serta mampu membangkingkat syahwat. 24
4. Larangan Menggunakan Pakaian yang Ketat
الَ َ َع ْن أَِب ُه َريـَْرةَ ق، َع ْن أَبِ ِيه، َع ْن ُس َه ْي ٍل، َح َّدثـَنَا َج ِر ٌير،ب ٍ َدثَِن ُزَهيـْر بْ ُن َح ْر
ُ َّ ح
ان ِم ْن أ َْه ِل النَّا ِر َلْ أ ََر ُهَا قـَْوٌم َم َع ُه ْم
ِ صنـ َف ِ َّ الل صلَّى
ْ ِ اللُ َعلَْيه َو َسلَّ َم
ِ ُ ال رس
َ َّ ول ُ َ َ َق:
ٌ ت َمائَِل ٌ ت ُمِ َيل ٌ ات َعا ِرَي ِ ض ِربو َن ِبا النَّاس ونِساء َك ٌ ِسيَا
ِ ط َكأَ ْذ َن
ت ٌ َاسي ٌَ َ َ َ ُ ْ َب الْبـََق ِر ي
ِِ ِ ِ ِ رءوسه َّن َكأ
َ ُْن ا ْلَنَّةَ َوَل َِي ْد َن ِرحيَ َها َوإِ َّن ِرحيَ َها لَي
وج ُد َ َسن َمة الْبُ ْخت ال َْمائلَة َل يَ ْد ُخل
ْ ُ ُ ُُ
)ريِة َك َذا َوَك َذا (رواه مسلم ِ ِ
َ م ْن َمس
3971. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,” Ada dua
golongan penghuni neraka yang keduanya belum pernah aku lihat
kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli
manusia dengannya, lalu para wanita yang berpakaian tetapi
telanjang, berjalan dengan berlenggok-lenggok, rambut kepala
mereka bagaikan punuk unta yang condong. Mereka tidak akan
masuk surga, bahkan tidak dapat mencium bau surga. Padahal, bau
surga itu tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)
Keterangan:
23 Syaikh Ahmad Jad, Fikih Sunnah Wanita, (Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009), Cet. 2, hlm. 378
24 Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam Thawilah, Pandua berbusana Islami,
(Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007), Cet. 1, hlm. 189
30
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Berbusana tapi telanjang, dapat di pahami sebagai
memakai pakaian tembus pandag, atau pakaian yang demikian
ketat, sehingga nampak dengan jelas lekuk-lekuk badannya.
Sedang berlenggak-lenggok dan melenggak-lenggokkan dalam
arti gerak-geriknya berlenggak-lenggok antara lain dengan
menari atau dalam arti jiwanya miring tidak lurus atau dan
memiringkan pula hati atau melenggak-lenggokkan pula badan
orang lain. Adapun yang di maksud dengan punuk-punuk unta
adalah sanggul-sanggul mereka yang di buat sedemikian rupa
sehingga menonjol ke atas bagaikan punuk unta.
Ada sementara orang yang memakai pakaian mini lalu
menutupi kepalanya dengan topi, lehernya dengan syal (kain
pembebat leher) dan betis serta pahanya dengan stoking (kaus
kaki) yang serupa dengan kulit betisya. Pakaian semacam ini
pada hakikatnya tidaklah sejalan dengan norma-norma agama,
walaupun semua badannya telah ditutupi.25
HADIS KELUARGA 31
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
32
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
HAK PEREMPUAN DALAM MEMILIH SUAMI IDEAL
A. LATAR BELAKANG
Dalam agama Islam, pernikahan merupakan suatu akad yang
mengandung makna keberkahan antar laki-laki dan perempuan, yang
dengannya masing-masing dari keduanya itu menjadi halal apa saja yang
sebelumnya dilarang. Dengan adanya akad ini berarti keduanya telah
menjalin satu ikatan hidup yang panjang, yang dihiasi dengan cinta dan
kasih. Untuk menggapai kebahagiaan lahir dan batin itu, tentu perlu tahu
siapa dan bagaimana pasangan dan jodoh yang akan dinikahi itu. Dalam
beberapa ayat Al-Qur’an diuraikan mengenai jodoh di tangan Tuhan.
Memang, dengan prinsip ini tak ada yang bisa memaksakan kehendak
seseorang untuk menikah dengan siapapun, termasuk orangtuanya.
Nabi Muhammad pun tak pernah memaksa anak-anak perempuannya
menikah tanpa persetujuan mereka.
Dalam Islam tidak hanya laki-laki yang mempunyai hak untuk
memilih calon istri, perempuan juga memiliki hak yang sama dengan laki-
laki dalam hal ini, dan orang tua tidak boleh memaksakan anak-anaknya
untuk menikah dengan laki-laki yang dipilih orangtua sedangkan anak
tidak menyukainya. Memilih jodoh merupakan hak asasi manusia yang
dimiliki tiap orang. Posisi orangtua hanya bisa menawarkan bukan
mendikte. Karna tidak bisa dipungkiri, pada zaman sekarang banyak
kasus perceraian yang salah satu penyebabnya adalah pernikahan yang
didasari dengan paksaan.
HADIS KELUARGA 33
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bahagia dan susah, kegagalan dan kesuksesan . islam melarang seorang
wali memaksakan kehendak atas anaknya dalam memilih calon suami.
Didalam Al-Qur’an laki-laki dan perempuan memiliki hak sama
dalam menentukan pilihan pasangannya.
34
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kehormatannya, dan menghargai apa yang menjadi kemauannya terutama
dalam memilih calon suami. Islam tidak merelakan seorangpun memaksa
wanita untuk menikah dengan laki-laki yang tidak disukai. Mengenai hal
ini tersinyalir dari hadis Nabi yang menceritakan kisah Barirah.26
ََن َزْو َج بَِر َيرة ٍ َّ َع ِن ابْ ِن َعب،َ َع ْن ِع ْك ِرَمة، َح َّدثـَنَا َخالِ ٌد،اب
َّ أ،اس ِ َخبـرَن َعْب ُد الوَّه
َ ََ ْ أ،َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ٌد
،يل َعلَى ِلْيَتِ ِه ِ ِ
ُ وف َخ ْل َف َها يـَْبكي َوُد ُموعُهُ تَس ُ َُن أَنْظُُر إِلَْي ِه يَطِّ َكأ،يثٌ ِال لَهُ ُمغ ُ َكا َن َعْب ًدا يـَُق
ٍ ِب مغ ِ أَالَ تـعج، «ي عبَّاس:اس ِ َّ ِ
،َيث بَِر َيرة ُ ِّ ب م ْن ُح ُ َ َْ ُ َ َ ٍ َّصلى هللاُ َعلَْيه َو َسل َم لعب
َّ َ َّبُّ ِال الن
َ فـََق
َِّ ول ِ ِ «لَو ر:ال النَِّب صلَّى هللا علَي ِه وسلَّم ِ ِ َوِم ْن بـُْغ
الل َ َي َر ُس:ت ْ َاج ْعته» قَالَ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُّ َ ض بَِر َيرةَ ُمغيثًا» فـََق
27 ِ ِ ِ
اجةَ ل فيه َ الَ َح:ت ْ َ «إَِّنَا أ ََن أَ ْش َف ُع» قَال:ال َ ََتْ ُمُرِن؟ ق
HADIS KELUARGA 35
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kemudian aku wajib melaksanakannya? Akhirnya datanglah di saat itu
jawaban dari Rasulullah “Aku hanya sekedar menawarkan, dan bukan
sebagai keharusan atau paksaan”.28
D. HADIS
1. Wajibnya wali untuk meminta izin kepada perempuan yang akan
dinikahkan
36
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hingga diajak musyawarah, dan perempuan perawan tidak di
nikahkan hingga diminta izin.”merea berkata, “wahai Rasulullah,
bagaiman izinnya?” beliau bersabda. ‘dia diam” (HR. Al-Bukhori).
cerai, dan merupakan lawan dari “al bikr”. Kata ستَأْ َمر
َ ْ ُ( َح َّت تhingga
diajak musyawarah) yakni diminta pendapatnya dalam perkara itu.
Dari kata tusta’mar disimpulkan bahwa ia tidak dapat dinikahkan
kecuali setelah ia memerintahkannya.
َوالَ تـُْن َك ُح البِكُْر َح َّت تُ ْستَأْ َذ َن
(gadis tidak dapat dinikahi hingga
dimintai izin). Demikian yang tercantum dalam riwayat ini, yakni
dibedakan antar janda dan perawan. Pada bagian janda mengunakan
kata Isti’mar, dan pada bagian perawan menggunakan kata Isti’dzan.
hal ini dapat disimpulkan adanya perbedaan keduanya dari sisi
bahwa Isti’mar merupakan penegasana adanya musyawarah, lalu
keputusan diserahkan kepada perempuan. Oleh karena itulah wali
perlu meminta izin secara tegas dalam pelaksanaan akad. Bila si
perempuan menolak secara tegas, maka tidak boleh dinikahkan.
Berbeda halnya dengan perempuan perawan. Izin dari gadis atau
perawan dapat berupa perkataan atau diam. Toidak diharuskan
31 Ibnu Hajar al-asqalani, Fathul Bari Jilid 25, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010,
cet 2, hal 311-313
HADIS KELUARGA 37
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
terhadap perempuan baik perawan maupun janda untuk menikah
dan hidup bersama dengan laki-laki yang tidak diminatinya. Akad
atas perempuan yang belum diminta izin dianggap tidak sah. Dan
dia memiliki hak untuk menuntut pembatalan demi menghapuskan
tindakan wali diktator yang telah melakukan akad atasnya.32
Syariat Islam memberi petunjuk kepada para orang tua agar
tidak memaksakan kehendaknya dalam masalah penentuan jodoh
anak-anak mereka. Selama kehendak anak tidak bertentangan
dengan norma-norma agama, orangtua tidak perlu memaksakan
kehendaknya. Orangtua harus arif memahami dan menerima dengan
lapang dada jika anak-anak mereka terpaksa menolak pilihannya.33
22. Perempuan menawarkan dirinya kepada laki-laki shalih
38
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menawarkan dirinya kepada beliau”, (HR. Al-Bukhori).
HADIS KELUARGA 39
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
3. Apabila seorang laki-laki Menikahkan Anak Perempuannya
sementara Dia Tidak Senang, maka Nikahnya Ditolak
40
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
waktunya lama, maka pernikahan dibatalkan. Adapun para ulama
lain menolak secara mutlak.38
Dalam hadis Riwayat Ahmad:
E. KESIMPULAN
Dalam masalah pernikahan, perempuan memiliki hak dalam
menentukan pilihan siapa yang akan menjadi suaminya. Perempuan
berhak dalam memilih calon suami karena pernikahan adalah
hubungan yang abadi dan persekutuan yang tetap antara laki-laki
dan perempuan. Siapapun tidak berhak memaksa termasuk orangtua.
38 Ibnu Hajar al-asqalani, Fathul Bari Jilid 25, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2010,
cet 2, 321
39 Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal bin Asad,
Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassasah al Risalah, 2001), Juz 4, hal 275,
nomor hadis 2469
HADIS KELUARGA 41
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Orangtua boleh menawarkan namun tidak berhak untuk mendikte.
Orangtua boleh mimilihkan namun yang berhak menentukan
adalah perempuan itu sendiri, dalam artian dengan persetujuan
perempuan itu
42
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PERANAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA
A. LATAR BELAKANG
Rumah tangga atau keluarga merupakan lingkup terkecil dari sebuah
masyarakat yang merupakan pusat awal dari pembentukan tingkah laku
seseorang. Rumah tangga adalah bagian dari kehidupan masyarakat
yang di dalamnya terdapat anggota keluarga diantaranya terdapat ayah,
ibu, serta anak. Semua anggota keluarga mempunyai tugas dan fungsi
masing-masing, dimana wujud keluarga merupakan bentuk organisasi
yang masing-masing anggota keluarga sangat berperan.
Tentunya semua orang berkeinginan menjadikan keluarganya
menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Dan untuk
mewujudkan keluarga yang tentram tidak semudah membalikan
telapak tangan. Semua anggota keluarga harus ikut andil juga dalam
pembentukan keluarganya agar dapat menciptakan keluarga yang
harmonis lagi ideal. Dalam keluarga yang harmonis pun kita tidak bisa
lepas dari peranan seorang ibu, dimulai dari peranan sang ibu dalam
rumah tangga, suaminya dan juga anak-anaknya. Untuk itu dalam
makalah ini kami akan membahas tentang peranan-peranan seorang ibu
yang penting kita ketahui dalam membina rumah tangga agar kelak kita
dapat membina rumah tangga kita sesuai dengan rumah tangga yang
dibina oleh Rasulullah saw.
B. PEMBAHASAN
1. HADITS TENTANG TANGGUNG JAWAB PEREMPUAN DALAM
RUMAH TANGGA
HADIS KELUARGA 43
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ٌ ُ فَ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ،َوَولَ ِد ِه
»ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه
44
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
terhormat di dalam system perkawinan dan kepadanya di berikan
hak-hak kemanusiaan yang sempurna. Perempuan adalah pasangan
dan patner pria dalam membina rumah tangga dan mengembangkan
keturunan. Seperti tertera pada surat an-Nisa ayat 1, yaitu:
َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة َر ِض َي، َع ْن أَِب َحا ِزٍم،ش ِ َع َمْ َع ِن األ،َ َح َّدثـَنَا أَبُو َع َوانَة،َّد
ٌ َح َّدثـَنَا ُم َسد
الر ُج ُل ْامَرأَتَهُ إِ َل فَِر ِاش ِه
َّ «إِ َذا َد َعا:صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
َ الل
َِّ ول ُ ال َر ُس َ َ ق:ال
َ َ ق،ُاللُ َعْنهَّ
، َوأَبُو َحَْزَة،ُصبِ َح» َتبـََعهُ ُش ْعبَة ِ
ْ ُضبَا َن َعلَيـَْها لَ َعنـَتـَْها املَالَئ َكةُ َح َّت ت ْ ات َغ
َ َت فـَب ْ َفَأَب
43 Abdul Wahab Abdul Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan
dalam Perkawinan dan Perceraian, Jakarta: Gaung Persada Press Jakarta, 2013), hal. 73
HADIS KELUARGA 45
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ْ َع ِن األ،َ َوأَبُو ُم َعا ِويَة،َوابْ ُن َد ُاوَد
ِ َع َم
ش
46
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
maka syari’at memerintahkan kaum perempuan/istri untuk
membantu laki-laki/suami dalam mengendalikan nafsu
seksnya.
HADIS KELUARGA 47
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
istri bersama-sama dapat mewujudkan rumah tangga tempat
berlindung, menikmati naungan kasih sayang dan dapat
memelihara anak-anaknya hidup dalam pertumbuhan yang baik
agar anak-anak itu bisa menjadi generasi yang berkualitas. Oleh
karena itu, ikatan antara suami istri adalah ikatan yang paling suci
dan teramat kokoh, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an
surah an-Nisa ayat 21 sebagai berikut:
48
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KEWAJIBAN ISTRI TERHADAP SUAMINYA
a. Mengenal dan Mengakui Kedudukan Suami
Mengenal kedudukan laki-laki itu sangat prinsip dan penting
sekali, di dalam al-Qur’an dijelaskan bahwa laki-laki itu
mempunyai kelebihan satu derajat, menjadi pelindung,
penanggung jawab, dan mempunyai kelebihan lainnya. Setiap
istri wajib mengetahui dengan benar bagaimana kedudukan
suami sehingga dapat melayani suami sesuai dengan peraturan
dan etikanya, berbuat lebih baik, lebih hormat dan mengakui
kelebihan laki-laki yang menjadi suaminya.
HADIS KELUARGA 49
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b. Taat dan Melayani Suami dengan Baik
Allah swt telah menjadikan laki-laki sebagai pelindung
dan penanggung jawab dan ketua bagi istrinya. Ketaatan istri
terhadap suaminya adalah wajib, apabila ia durhaka maka
hukumnya haram. Jika dia berbuat durhaka dan tidak meminta
maaf padanya maka Allah SWT. akan menyiksanya di dunia
dan di akhirat, kecuali jika sudah dimaafkan oleh suaminya.
Ketaatan istri pada suaminya merupakan satu bagian kecil
dari upaya menggauli suaminya dengan baik. Terkadang ada
yang taat pada suaminya tetapi tidak menggauli dengan baik,
dia hanya menaati apa yang diperintahkan, sementara yang
tidak diperintahkan tidak dilakukan padahal menggauli atau
melayani suami dengan baik itu merupakan pekerjaan yang
sangat penting bagi istri.
Ketaatan istri terhadap suaminya merupakan usaha untuk
mendapatkan kepercayaannya, untuk melahirkan rasa cinta
yang mendalam dan untuk menimbulkan gairah hidup suami
dengan keluarganya. Dengan cara seperti itu maka suami
akan mengabulkan apa saja yang dikehendaki dan diinginkan
oleh istrinya. Sepertinya menjadi kesenangan dan kebahagian
bahkan kebanggaan tersendiri jika sang suami dapat berbuat
banyak bagi kesenangan istrinya. Perlakuan semacam itu dapat
membuat istri merasakan bahwa hanya dengan suaminya dia
hidup bahagia.
Ketaatan itu bersifat umum, termasuk melaksanakan apa
saja yang diperintahkan suami (selain bermaksiat kepada Allah
Swt ) dan apa saja yang membuatnya ridha, serta menjauhi
yang tidak disukai dan dilarangnya.
c. Berhias untuk Suami
Seorang istri harus berdandan dan berhias selalu untuk
suaminya. Selalu tampak rapi, dan ketika menerima kedatangan
suami dengan penuh senyum, berbicara dengan lemah
50
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
lembut, dan mampu menghibur kesepian suami, serta mampu
menghilangkan kelelahannya. Sesungguhnya wanita seperti
ini merupakan hiasan dan permata dunia. Jika saja dunia ini
berdiri di satu sudut dan wanita ini di sudut lain, pasti semua
laki-laki akan memilih wanita tersebut, sebab pada tangannya
terdapat kunci kehidupan dan perbendaharaan kebahagian.
Sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullah saw.:
HADIS KELUARGA 51
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Mahmud bin Ghailan menyampaikan kepada kami dari
an-Nadhr bin Syumail, dari Muhammad bin Amr yang
mengabarkan dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah bahwa
Nabi saw. bersabda, “Jikalau aku boleh memerintahkan
seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya aku
perintahkan seorang istri bersujud kepada suaminya.” (HR.
Tirmidzi)49
،الزَن ِد
ِّ َوأَبُو، َع ْن أَبِ ِيه، َح َّدثـَنَا ابْ ُن طَ ُاو ٍس، َح َّدثـَنَا ُس ْفيَا ُن،اللَِّ ح َّدثـنا علِي بن عب ِد
َْ ُ ْ ُّ َ ََ َ
« َخيـُْر نِ َس ٍاء:ال َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق َِّ ول
َ الل َ َن َر ُس َّ أ، َع ْن أَِب ُهَريـَْرَة،َعَرِج ْ َع ِن األ
َحنَاهُ َعلَى َولَ ٍد ِف ْأ-ش ٍ ْصالِ ُح نِ َس ِاء قـَُري
َ :اآلخُر
َ ال َ َ َوق- ش ٍ ْب ا ِإلبِل نِ َساءُ قـَُري ِ
َ َ ْ َرك
ات يَ ِد ِه
ِ وأَرعاه علَى زو ٍج ِف َذ،ِصغَ ِرِه
َْ َ ُ َ ْ َ
49 Muhammad bin ‘Isa bin Saurah bin Musa bin ad-Dhahdak as-Sulami, al-
Jami’ al-Kabir Sunan at-Tirmidzi, Beirut: Darul Gharib al-Islami, no hadits. 1159
52
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
“Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kamidari Sufyan, dari
Ibnu Thawus, dari ayahnya. Abu az-Zinad meriwayatkan dari
al-A’raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. bersabda,
“Wanita pengendara unta (wanita Arab) yang terbaik adalah
wanita Quraisy- perawi lain mengatakan, wanita Quraisy yang
saleh- mereka wanita yang paling sayang terhadap anaknya saat
masih kecil dan wanita yang paling baik dalam menjaga harta
milik suaminya.” (HR. al-Bukhari)50
HADIS KELUARGA 53
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
seperti yang digariskan dalam al-Qur’an:52
ُالِ َج َارة ِ ِ َّ
ْ َّاس َو ُ ُين َآمنُوا قُوا أَنـُْف َس ُك ْم َوأ َْهلي ُك ْم َن ًرا َوق
ُ ود َها الن َ َي أَيـَُّها الذ
“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia
dan batu.” (at-Tahrim: 6)
54
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sepuluh tahun.” (HR. Abu Dawud)53
HADIS KELUARGA 55
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
menjadikan anak mengerti kewajiban kepada Allah, kepada
Rasul-Nya, orang tuanya dan sesama saudaranya. Dalam
pendidikan spiritual, juga mencakup mendidik anak berakhlak
mulia, mengerti agama, bergaul dengan teman-temannya dan
menyanyangi sesama saudaranya, menjadi tanggung jawab
ayah dan ibu. Karena memberikan pelajaran agama sejak
dini merupakan kewajiban orang tua kepada anaknya dan
merupakan hak untuk anak atas orang tuanya.
b. Ibu sebagai teladan atau model bagi anaknya.
56
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
yang diterima anak dari ibunya. Rangsangan yang diberikan
oleh ibu, akan memperkaya pengalaman dan mempunyai
pengaruh yang besar bagi perkembangan kognitif anak.
Bila pada bulan-bulan pertama anak kurang mendapatkan
stimulasi visual maka perhatian terhadap lingkunagn sekitar
kurang. Stimulasi verbal dari ibu akan sangat memperkaya
kemampuan Bahasa anak. Kesedian ibu untuk berbicara
dengan anaknya kan mengembangkan proses bicara anak.
Jadi, perkembangan mental anak akan sangat ditentukan oleh
seberapa rangsang yang diberikan ibu terhadap anaknya.
Rangsangan dapat berupa cerita-cerita, macam-macam alat
permainan yang edukatif maupun kesempatan untuk rekreasi
yang dapat memperkaya pengalamannya.
HADIS KELUARGA 57
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ayat Al-Qur’an yang seringkali dikemukakan oleh para
pemikir Islam dalam kaitan dengan hak politik perempuan yakni
di dalam surat at-Taubah ayat 71, yakni:
ِ ض يْمرو َن ِبلْمعر
وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن الْ ُمْن َك ِر ِ ِ ِ
ُْ َ ُ ُ َ ٍ ض ُه ْم أ َْوليَاءُ بـَْع
ُ ات بـَْع
ُ ََوالْ ُم ْؤمنُو َن َوالْ ُم ْؤمن
ِ
َّ اللُ إِ َّن
َالل َّ ك َسيـَْر َحُ ُه ُم َ ِاللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ
َّ الزَكا َة َويُ ِطيعُو َن
َّ الص َل َة َويـُْؤتُو َن
َّ يمو َن ُ َويُق
َع ِز ٌيز َح ِك ٌيم
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan
zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya, mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. at-Taubah: 71)
58
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
C. PENUTUP
Kesimpulan:
Perempuan Mukmin yang Shaleh adalah taat kepada suami
(qaanitah). Kata qaanitah disini berarti ketaatan yang dilandasi
kesadaran, keikhlasan, dan kerelaan hati, bukan oleh pemaksaan dan
kekerasan. Menjaga dirinya sesuai ketentuan Allah. Al-Qur’an tidak
menggunakan kalimat perintah dalam menegaskan hal ini, tetapi
dengan ungkapan yang jauh lebih dalam. Al-Qur’an menegaskan,
pemeliharaan perempuan atas diri mereka sendiri merupakan tabiat
dan ciri utama dari kesalehan seorang perempuan.
HADIS KELUARGA 59
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
60
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
HAK DAN KEWAJIBAN TALAK
A. PENGERTIAN TALAK
Talak berasal dari kata ith-laq yakni melepas dan meninggalkan.
Dikatakan dalam ungkapan, “Athlaqtu al-asir, idza hallaltu qaidahu wa
arsaltuhu” (aku melepaskan tawanan, jika aku melepaskan ikatannyadan
membiarkannya pergi). Adapun secara istilah (syar’i). talak adalah
melepaskan ikatan pernikahan dan mengakhiri hubungan perkawinan.56
َّ وء َوَل َِي ُّل َلُ َّن أَ ْن يَ ْكتُ ْم َن َما َخلَ َق ٍ ات يـتـربَّصن ِبَنـ ُف ِس ِه َّن ثََلثَةَ قـر
اللُ ِف ُُ ْ َ ْ ََ َ ُ َوال ُْمطَلَّ َق
َ َِح ُّق بَِرِّد ِه َّن ِف َذل ِ ِ ِ ِ ِ
ُ ك إِ ْن أ ََر
ادوا َ أ َْر َحام ِه َّن إِ ْن ُك َّن يـُْؤم َّن ِب َّلل َوالْيـَْوم ْالخ ِر َوبـُعُولَتـُُه َّن أ
ِ
ٌ اللُ َع ِز ٌيز َحك
يم َّ ال َعلَْي ِه َّن َد َر َجةٌ َوِ لر َجِّ ِوف َول ِ إِص َلحا وَل َّن ِمثْل الَّ ِذي َعلَي ِه َّن ِبلْمعر
ُْ َ ْ ُ َُ ً ْ
ان َوَل َِي ُّل لَ ُك ْم أَ ْن َتْ ُخ ُذواٍ وف أَو تَس ِريح بِِحس ٍ اك ِبَعر ِ ِ َّ
َْ ٌ ْ ْ ُْ ٌ س َ ) الط َل ُق َم َّرَتن فَإ ْم228(
َِّ الل فَِإ ْن ِخ ْفتم أ ََّل ي ِقيما ح ُدود
الل فَ َل َِّ ِمَّا آتـيـتموه َّن َشيـئًا إَِّل أَ ْن َيَافَا أ ََّل ي ِقيما ح ُدود
َ ُ َ ُ ُْ َ ُ َ ُ ْ ُ ُ ُْ َ
َِّ الل فَ َل تـعت ُدوها ومن يـتـع َّد ح ُدود َِّ ْك ح ُدود ِ
كَ ِالل فَأُولَئ َ ُ ََ َ ْ َ َ َ َ َْ ُ ُ َ ت بِ ِه تِل َ اح َعلَْي ِه َما ف
ْ يما افـْتَ َد َ َُجن
)229( ُه ُم الظَّالِ ُمو َن
“Dan para istri yang diceraikan (wajib) menahan diri mereka
(menunggu) tiga kali quru’. Tidak boleh bagi mereka menyembunyikan
apa yang diciptakan Allah dalam Rahim mereka, jika mereka beriman
kepada Allah dan hari akhir. Dan para suami mereka lebih berhak kembali
kepada mereka dalam (masa) itu, jika mereka menghendaki perbaikan.
Dan mereka (para perempuan) mempunyai hak seimbang dengan
kewajibannya menurut cara yang patut. Tetapi para suami mempunyai
kelebihan di atas mereka. Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.(228).
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (setelah itu suami dapat) menahan
dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu
mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka,
kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan
56 Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid
Sabiq, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013) hal 499
HADIS KELUARGA 61
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak
mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa
atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya.
Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya.
Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka
itulah orang-orang zalim.(229)
C. HAK TALAK
،َ َح َّدثـَنَا ابْ ُن َلِ َيعة:ال َ َالل بْ ِن بُ َك ٍْي ق َِّ ح َّدثـنا َيي بن عب ِد:ال
ْ َ ُ ْ َ ْ ََ َ َ ََح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َْي َي ق
ُصلَّى هللا َ َّب َّ ِ أَتَى الن:ال َ َ ق،اس ٍ َّ َع ِن ابْ ِن َعب،َ َع ْن ِع ْك ِرَمة،وب الْغَافِ ِق ِّي َ ُّوسى بْ ِن أَي َ َع ْن ُم
َو ُه َو يُ ِري ُد أَ ْن يـَُف ِّر َق بـَْي ِن،ُ إِ َّن َسيِّ ِدي َزَّو َج ِن أ ََمتَه،الل َِّ ولَ َي َر ُس:ال َ فـََق،َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َر ُج ٌل
َ فـََق،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ال ِْمنـْبـََر َِّ ولُ ص ِع َد َر ُس
ُ «ي أَيـَُّها الن
َما،َّاس َ :ال َ الل َ َ ف:ال َ َ ق،َوبـَيـْنـََها
(اقِ لس َّ إِ َّنَا الطََّل ُق لِ َم ْن أَ َخ َذ ِب، ُثَّ يُ ِري ُد أَ ْن يـَُف ِّر َق بـَيـْنـَُه َما،ُج َع ْب َدهُ أ ََمتَه ِ ب ُل أ
ُ َحد ُك ْم يـَُزِّو
َ َ
)إبن ماجه
Dari Ibnu Abbas berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Nabi
saw,. Dia berkata, “Wahai Rasulullah, tuanku telah menikahkanku
dengan budak perempuannya. Dan sekarang dia hendak memisahkan
antara aku dengannya.” Rasulullah pun naik ke atas mimbar. Beliau
bersabda, “Wahai manusia, kenapa salah seorang dari kalian menikahkan
budak laki-lakinya dengan budak perempuannya, kemudian dia hendak
memisahkan mereka berdua? Talak itu di tangan orang yang memegang
betis.” (HR. Ibnu Majah)
62
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2) Sababul Wurud
Yang dimaksud dengan “yang memegang betis” adalah suami,
sekalipun seorang hamba. Tidak diperkenankan seseorang menceraikan
pasangan suami istri selama keduanya melaksanakan hak dan
kewajibannya.
D. REDAKSI TALAK 57
Imamiyah mengatakan: talak dianggap tidak jatuh (sah) kecuali
dengan menggunakan redaksi khusus, yaitu
1. anti thaliq (( )أنت طالقengkau adalah orang yang diceraikan),
2. fulanah thaliq (menyebut nama istrinya) فالنة طالقatau, هي طالق.
3. Kalau dia menggunakan redaksi
4. Yang diceraikan: الطالق
5. Yang tercerai: املطلقة
6. Cerai: الطالق
7. Di antara yang dicerai: من املطلقات
8. Kuceraikan: طلقت
Dan sebagainya, selain yang disebutkan diatas, tidak jatuh talak,
sekalipun dia betul-betul berniat talak. Sebab, sekalipun materi talaknya
ada, tapi kata طالق-nya tidak ada. Selain itu, redaksi talak disyaratkan
harus dalam Bahasa Arab yang fasih, tidak ada kesalahan gramatika atau
pengucapannya, serta tidak dikaitkan dengan sesuatu apa pun. Sekalipun
hal itu pasti terjadi, misalnya mengaitkannya dengan terbitnya matahari
dan sebagainya. Kalau suami memberikan hak pilih pada istrinya dan dia
bermaksud menyerahkan hak perceraian pada istrinya, dan istri menulis
dirinya sendiri dengan maksud cerai, maka talaknya—menurut para ahli
hukum Imamiyah—tidak jatuh.
HADIS KELUARGA 63
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
E. MACAM-MACAM TALAK58
Talak terbagi menjadi dua: talak raj’I dan talak ba’in. Para ulama
mazhab sepakat bahwa yang dinamakan talak raj’I ialah talak di mana
suami masih memiliki hak untuk kembali kepada istrinya (rujuk) sepanjang
istrinya tersebut masih dalam masa ‘iddah, baik istri tersebut bersedia
dirujuk maupun tidak. Salah satu di antara syaratnya adalah bahwa si
istri sudah dicampuri, sebab istri yang dicerai sebelum dicampuri, tidak
mempunyai masa íddah, berdasar firman Allah yang berbunyi:
Yang juga termasuk syarat talak raj’I adalah bahwa talak tersebut
tidak dengan menggunakan uang (pengganti) dan tidak pula dimaksudkan
untuk melengkapi talak tiga.
Wanita yang ditalak raj’i hukumnya seperti istri. Mereka masih
mempunyai hak-hak suami-istri, seperti hak waris-mewarisi antara
keduanya (suami-istri) manakala salah satu di antara keduanya ada
yang meninggal sebelum selesainya masa ‘iddah. Sementara itu, mahar
yang dijanjikan untuk dibayar, kecuali sesudah habisnya masa iddah
dan si suami tidak mengambil kembali si istri ke dalam pangkuannya.
Singkatnya, talak raj’i tidak menimbulkan ketentuan-ketentuan apapun
kecuali sekadar ‘iddah dalam tiga talak.
Sedangkan talak ba’in adalah talak yang suami tidak memiliki hak
untuk rujuk kepada wanita yang ditalaknya, yang mencakup beberapa
64
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
jenis:
1. Wanita yang ditalak sebelum dicampuri (jenis ini disepakati oleh
semua pihak)
2. Wanita yang dicerai tiga (juga ada kesepakatan pendapat).
3. Talak khulu’. Sebagian ulama mazhab mengatakan bahwa khulu
adalah faskh nikah, bukan talak.
4. Wanita yang telah memasuki masa menopousa khususnya
pendapat Imamiyah, karena mereka mengatakan bahwa, wanita
menopousa yang ditalak tidak mempunyai iddah. Hukumnya
sama dengan hukum wanita yang belum dicampuri.
TALAK TIGA
Para ulama mazhab sepakat bahwa seorang laki-laki yang
mentalak tiga istrinya, maka istrinya tersebut tidak halal lagi baginya
sampai ia kawin terlebih dahulu dengan laki-laki lain dengan cara yang
benar, lalu dicampuri dalam arti yang sesungguhnya. Berdasarkan firman
Allah:
ِ
ُفَِإ ْن طَلَّ َق َها فَ َل َِت ُّل لَهُ م ْن بـَْع ُد َح َّت تـَْن ِك َح َزْو ًجا غَيـَْره
Kemudian jika suami menalaknya (sesudah talak yang kedua),
maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin dengan
suami yang lain. (QS. Al-Baqarah: 230)
a) Talak Sunni
Talak Sunni adalah talak yang didasarkan pada sunnat Nabi,
yaitu apabila seorang suami mentalak istrinya yang telah disetubuhi
dengan talak satu pada saat suci, sebelum disetubuhi.
HADIS KELUARGA 65
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b) Talak Bid’ah
Ada beberapa bentuk dalam talak bid’ah, di antaranya:
1. Apabila seorang suami menceraikan istrinya dalam keadaan
haid/nifas
2. Ketika dalam keadaan suci, ia telah menyetubuhinya pada
masa suci tersebut
3. Seorang suami mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat
dengan tiga kalimat, dalam satu waktu. Seperti dengan
mengatakan, “Ia telah aku talak, lalu aku talak, dan selanjutnya
aku talak.” Dalil yang melandasinya adalah sabda Rasulullah,
Sebagaimana diceritakan: bahwasanya ada seorang
laki-laki yang mentalak tiga istrinya dengan satu kalimat.
Lalu beliau mengatakan kepadanya: “Apakah kitab Allah
hendak dipermainkan, sedang aku masih berada di tengah-
tengah kalian?” (HR. An-Nasai dan Ibnu Katsir mengatakan
bahwa, isnad hadis ini jayyid)
c) Talak Sharih
Talak di mana suami tidak lagi membutuhkan adanya niat,
akan tetapi cukup dengan mengucapkan kata talak secara sharih
(tegas). Seperti dengan mengucapkan: “Aku cerai,” atau “Kamu telah
aku cerai”
d) Talak sindiran
Talak yang memerlukan adanya niat pada diri suami. Karena,
kata-kata yang diucapkan tidak menunjukkan pengertian talak.
66
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َ َْام َرأَت
.ك
“Dari Ibnu Umar berkata: “Aku pernah memiliki istri yang
aku cintai, namun ayahku tidak menyukainya. Lantas ayahku
menyuruhku untuk menceraikannya, aku pun menolaknya. Lalu
aku beritahukan hal itu kepada Nabi, beliau bersabda, ‘Wahai
Abdullah bin Umar, ceraikanlah istrimu.” (H.R. At-Tirmidzi)
HADIS KELUARGA 67
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
berdua? Talak itu di tangan orang yang memegang betis.” (HR.
Ibnu Majah)
ِ ٍ ِ
َع ْن، َح َّدثـَنَا ُس ْفيَا ُن:ال ٌ َح َّدثـَنَا َوك: قَ َال، َو َعل ُّي بْ ُن ُمَ َّمد،ََح َّدثـَنَا أَبُو بَ ْك ِر بْ ُن أَِب َشيـْبَة
َ َيع ق
«إِ َّن:ول ِ َت ف
َ اط َمةَ بِْن ُ َِس ْع:ال
ُ تـَُق،س ٍ ت قـَْي َ َ ق،ي ُ أَِب بَ ْك ِر بْ ِن أَِب ا ْلَ ْه ِم بْ ِن
ِّ ص َخ ٍْي ال َْع َد ِو
ِ َِّ ول
»ً َوَل نـََف َقة،ْن َ صلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ُسك
َ الل ُ فـَلَ ْم َْي َع ْل َلَا َر ُس،َزْو َج َها طَلَّ َق َها ثََل ًث
“Dari Abu Bak’r bin Abi Jahm bin Sukhoir al-‘Adawiy, Ia berkata:
Aku telah mendengar bahwa Fathimah binti Qais berkata bahwa
suaminya telah menjatuhkan talak tiga kepadanya dan Rasulullah
saw tidak menetapkan tempat tinggal dan nafkah untuknya.” (HR.
Ibnu Majah)
Penjelasan
Dari Abu Bakar Al-Jahm, ia berkata, aku mendengar
Fathimah binti Qais berkata, suamiku Abu Amr bin Hafsh
mengutus ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah untuk menceraikanku dan ia
mengirimkan bersamanya lima sha’ kurma dan lima sha’ gandum.
Aku berkata, ‘Apakah tidak ada nafkah untukku selain ini, padahal
aku menunggu masa ‘iddah bukan di rumah kalian.’ ‘Iyasy
berkata, ‘Tidak ada.’ Fatimah berkata, ‘Aku lalu mengencangkan
pakaianku dan pergi mendatangi Rasulullah saw, maka beliau
berkata, ‘Berapa kali suamimu menceraikanmu?” Fatimah
menjawab, “Tiga kali.” Nabi saw berkata, “Suamimu benar, tidak
ada nafkah untukmu. Tunggulah masa iddahmu di rumah anak
pamanmu Ibnu Ummi Maktum. Karena ia adalah seorang yang
buta, engkau dapat melepaskan pakaianmu dirumahnya. Jika
masa iddahmu telah selesai, beritahukan kepadanya. Fatimah
berkata, ‘Seorang pelamar datang melamarku yaitu Muawiyah
dan Abu Al-Jahm. Maka Nabi saw berkata, “Sesungguhnya
Muawiyah seorang yang miskin tidak punya harta, sedangkan
Abu Al-Jahm keras kepada perempuan, memukul perempuan
68
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
atau semacam itu. Maka hendaklah engkau menikah dengan
Usamah bin Zaid.”
3) HAK PENGASUHAN ANAK
HADIS KELUARGA 69
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Beliau menjawab Jibril, kami berkata Assalamualaika Ya Jibril
Warahmatullah. Kemudian Rasulullah bersabda: sesungguhnya
Jibril telah menjawab salam kamu. (HR Thabrani)
4) ISTRI TIDAK BOLEH DITALAK PADA SAAT HAID
Penjelasan
Talak yang dilakukan saat haid akan menyakiti istrinya
karena lamanya masa iddah dan apabila mentalak saat suci setelah
adanya hubungan badan pada bulan tersebut maka tidak diketahui
adanya kehamilan sehingga akan timbul penyesalan atas perpisahan
dengan adanya anak.
Perempuan yang tertalak ada 2 macam:
1. Sunnah (talak yang boleh), yakni perceraian pada saat kondisi
suci yang tidak ada hubungan badan.
2. Bid’ah (talak yang haram), yakni mentalak wanita yang sedang
haid atau dalam keadaan suci yang disitu ada hubungan badan.
70
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Talak ada hukum lain:
1. Wajib, seperti orang yang sumpah Ila’
2. Sunnah, seperti mentalak wanita yang buruk perangainya.
3. Makruh, seperti mentalak wanita yang istikomah kepribadiannya.
4. Haram, sebagaimana talak bid’ah.
G. KESIMPULAN
HADIS KELUARGA 71
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
72
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
‘IDDAH DAN IHDAD
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang memeberikan rahmat kepada kaum
muslim, mengangkat derajat perempuan pada posisi yang tinggi. Semua
penganut islam, baik laki-laki maupun perempuan memiliki porsi yang
sama dalam melakukan semua kegiatan yang bisa membuatnya lebih
beriman dan berbuat baik.
Segala hal telah diatur dengan sedemikian matang dalam islam,
Salah satunya adalah permasalahan rumah tangga yang mengakibatkan
harus berpisahnya pasangan suami istri. Ketika seorang istri diberi talak
oleh suaminya, ia memiliki batasan penangguhan waktu yang disebut
dengan iddah. Dimana selama masa iddah itu istri tidak diizinkan
untuk langsung menikah lagi dengan pria lain. Dan untuk istri yang
ditinggal mati oleh suaminya, selain menjalani masa iddah ia juga wajib
melaksanakan ihdad (masa berkabung).
Syari’at telah mengatur secara spesifik apa saja hak dan kewajiban
seorang istri yang sedang menjalankan masa iddah dan ihdad.
Dalam makalah hadis keluarga ini, insyaallah akan kami paparkan
hadis-hadis dan hal- hal yang berhubungan dengan iddah dan ihdad.
Selamat membaca, semoga bermanfaat.
B. PEMBAHASAN
1. ‘IDDAH
a. Definisi ‘Iddah
Menurut bahasa kata ‘Iddah adalah berasal dari kata al-
‘adad. Sedangkan kata al-‘adad merupakan bentuk masdar dari
kata kerja ‘adda-ya’uddu yang berarti menghitung. Kata ini
digunakan, karena pada masa itu perempuan yang beriddah
menunggu berlakunya waktu.
HADIS KELUARGA 73
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Sedangkan pengertian ‘iddah menurut istilah, para ulama
memberikan pengertian yang beragam, seperti Muhammad al-
Jaziri memberikan pengertian bahwa ‘iddah merupakan masa
tunggu seorang perempuan yang tidak hanya didasarkan pada
masa haid atau sucinya tetapi kadang-kadang juga didasarkan
pada bilangan bulan atau dengan melahirkan dan selama masa
tersebut seorang perempuan dilarang untuk menikah dengan
laki-laki. Sayyid Sabiq berpendapat bahwa ‘iddah merupakan
sebuah nama bagi masa lamanya seorang istri menunggu dan tidak
boleh menikah setelah kemtian suaminya atau setelah berpisah
dari suaminya. Sedangkan Abu Yahya Zakaria memberikan
definisi ‘Iddah sebagai masa tunggu seorang perempuan untuk
mengetahui kesucian rahim atau untuk ta’abbud (beribadah) atau
untuk tafajju’ (bela sungkawa) terhadap suaminya.
Dari definisi di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa pada
masa ‘iddah yang ditetapkan bagi perempuan setelah kematian
suami atau putus perkawinan, selama masaa tersebut perempuan
(istri) dilarang menikah dengan laki-laki lain.60
b. Landasan Hukum ‘Iddah
اللئِيَّ سائِ ُك ْم إِ ِن ْارتـَبـْتُ ْم فَ ِع َّدتـُُه َّن ثََلثَةُ أَ ْش ُه ٍر َو ِ ِ ِ اللئِي يئِسن ِمن الْم ِح
َ يض م ْن ن َ َ َ ْ َ َّ َو
اللَ َْي َع ْل لَهُ ِم ْن
َّ ض ْع َن َحْلَ ُه َّن َوَم ْن يـَت َِّق َ ََجلُ ُه َّن أَ ْن ي ِ ََح
َ ال أ ْ ت ْال
ُ ُول
َ ض َن َوأ ْ َلْ َِي
أ َْم ِرِه يُ ْس ًرا
“Perempuan- perempuan yang tidak haid lagi (menopouse)
di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
‘Iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu
(pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan
yang hamil, waktu iddah mereka ialah sampai melahirkan
kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah,
niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
(QS. Ath- Thalaq: 4)”
60 Ahmad Fahru, Iddah dan Ihdad Wanita Karier (Persfektif Hukum Islam dan
Hukum Positif),Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 23-24
74
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
c. Macam-macam ‘Iddah
Secara umum pembagian ‘iddah adalah sebagai berikut:
1. ‘Iddah wanita hamil adalah sampai melahirkan anak yang
dikandungnya, baik cerai mati maupun cerai hidup.
Sebagaimana yang difirmankan Allah Ta’ala,
ت َس ْع ِد بْ ِن َخ ْولَةَ َو ُه َو ِف بَِن َع ِام ِر َ ْت َت ْ َ أَنـََّها َكان:عن ُسبـَيـَْعةَ االسلمية
،ف َعنـَْها ِف َح َّج ِة ال َْو َد ِاع َو ِه َي َح ِام ٌل ِ
َِّ فـَتـُُو، َوَكا َن مَّ ْن َش ِه َد بَ ْد ًرا،ي ٍّ بْ ِن لَُؤ
ِ ت ِمن نَِف ِِ
ت ْ َ َتَ َّمل،اس َها ْ ْ َّ فـَلَ َّما تـََعل،ت َحْلَ َها بـَْع َد َوفَاته ْ ض َعَ ب أَ ْن َو ْ ش َ فـَلَ ْم تـَْن
َر ُج ٌل ِم ْن بَِن َع ْب ِد- ك ٍ السنَابِ ِل بْن بـ ْع َك
َ ُ َّ فَ َد َخ َل َعلَيـَْها أَبُو،اب ِ َّلِ ْل ُخط
ِ و،ك ِ ِ َ ك تـرِج ِ ِ ِ
،هللا َ َّ إِن،اح َ ني النّ َك َْ َّ َما ِل أ ََراك ُمتَ َج ّملَةً؟ لَ َعل:ال َلَا َ فـََق- الدا ِر َّ
فـَلَ َّما:ُت ُسبـَيـَْعة ْ َ قَال،ك أ َْربـََعةُ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ٌر ِ ت بِنَاكِ ٍح ح َّت َتَُّر َعلَْي ِ ْما أَن
َ َ
صلَّى ِ ِ ِ ِ
َ ال ِل َذل
َ ول هللا َ ت َر ُس ُ فَأَتـَْي،ت ُ س ْيَ ني أ َْمَ ت َعلَ َّي ثيَ ِاب ح ُ َجَ ْع،ك َ َق
تُ ض ْع َ ني َو ِ ُ «فَأَفـت ِان ِبَِن قَ ْد حلَل،ك َ ِسأَلْتُهُ َع ْن َذل َّ ِ
َ ْت ح َ ّ َْ َ َ ف،هللاُ َعلَْيه َو َسل َم
ْسا أَ ْن ً «فَ َل أ ََرى َب:اب ٍ ال ابْ ُن ِش َه َ َ ق،» َوأ ََم َرِن ِبلتـََّزُّو ِج إِ ْن بَ َدا ِل،َحْلِي
غَيـَْر أَنَّهُ َل يـَْق َربـَُها َزْو ُج َها َح َّت،ت ِف َد ِم َها ْ َ َوإِ ْن َكان،ت ْ ض َع َ ني َو ِ
َ تـَتـََزَّو َج ح
61
)تَط ُْه َر») رواه مسلم
61 Muslim bin Hajjaj Abu al- Hasan al-Qusyairy an-Naisabury, al-Musnad ash-
Shahîh al-Mukhtashar bi naqli al-‘Adli ‘an al-‘Adli ilâ Rasûlillâh Shallallâhu ‘alaihi wa
sallam, (Beirut: Dâr Ihyâ at-Turâts al- ‘Araby.
HADIS KELUARGA 75
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari Subai’ah al- Aslamiyyah bahwa ia pernah menjadi isteri
Sa’ad bin Khaulah dari Bani ‘Amir bin Lu`ay dan dia termasuk
dalam pasukan yang ikut perang Badar. Kemudian suaminya
meninggal dunia pada waktu haji Wada’ sementara dia
sedang hamil. Tidak begitu lama stelah suaminya meninggal,
dia melahirkan. Setelah bersih dari nifas, dia mulai berhias
untuk orang-orang yang melamarnya. Kemudian Abu as-
Sanabil bin Ba’kak, seorang laki-laki dari Bani Abdu ad- Dar.
Ia berkata kepada Subai’ah, “Aku melihatmu berdandan,
barangkali berharap akan menikah lagi? Demi Allah, kamu
tidak boleh menikah lagi hingga kamu melewati masa
empat bulan sepuluh hari.” Subai’ah berkata, “tatkala dia
menyampaikan hal itu padaku, maka aku segera mengemas
pakaianku, lalu pada sore hari aku menemui Rasulullah
lalu aku menanyakan hal itu kepada beliau. Maka beliau
menyampaikan fatwa kepadaku, “bahwa sesungguhnya aku
telah boleh menikah lagi ketika aku sudah melahirkan dan
beliau menyuruhku agar menikah lagi bila aku berminat.”
Ibnu Syihab berkata: “ Aku tidak melihat satu kesalahan
seorang perempuan menikah lagi ketika melahirkan
walaupun dia masih mengeluarkan darah nifasnya. Hanya
saja suaminya tidak boleh mendekatinya hingga dia suci.”
Biografi Sahabat:
Subai’ah al- Aslamiyah dikisahkan pernah menjadi istri
dari sahabat Sa’ad bin Khaulah. Sa’ad merupakan sahabat
dari golongan Muhajirin, lalu meninggal di Mekkah pada
waktu Haji Wada’, maka Rasulullah memuliakannya.
Syarah Hadits
Terdapat beberapa keterangan pada beberapa riwayat,
bahwasanya satu bulan setelah suaminya meninggal ia
melahirkan. Tatkala ia suci dari nifasnya, ia mulai berhias
untuk orang- orang yang akan melamarnya. Ia memahami
bahwa firman Allah, “…Dan perempuan yang hamil, waktu
iddah mereka ialah sampai melahirkan kandungannya.”ath-
Thalaq: 4) ini umum untuk setiap perempuan yang menjalani
masa ‘iddah, tapi ia belum benar-benar meyakininya. Lalu
76
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
datanglah Abu as- Sanabil bin Ba’kak dengan pendapatnya
yang meyakini bahwa maksud firman Allah, “dan orang-
orang yang mati di antara kamu serta meninggalkan istri-
istri hendaklah mereka ( para istri) menunggu empat bulan
sepuluh hari.”( al- Baqarah: 234) adalah umum bagi setiap
istri yang ditinggal suaminya, baik dalam keadaan hamil
atau tidak. Dan tatkala Abu as-Sanabil bersumpah demikian,
makin membuat Subai’ah ragu;lalu ia bergegas memastikan
pada Nabi dan ternyata apa yang ia yakini adalah benar.62
Dari hadits ini dapat kita ambil pelajaran bahwa
keumuman firman Allah yang tertera dalam surat ath-Thalaq
ayat 4 lebih didahulukan daripada keumuman firman-Nya
dalam surat al-Baqarah ayat 234, ini keumuman berikutnya
dan dikhususkan dengannya.
Al- Hadawiyah dan beberapa Ulama lain menyebutkan,
bahwa wanita yang hamil itu dapat mengakhiri masa
‘iddahnya dengan dua batas waktu, baik dengan melahirkan
kandungannya jika masa itu kurang dari empat bulan
sepuluh hari, atau tetap dengan ‘iddah normal, yaitu empat
bulan sepuluh hari jika waktu melahirkan lebih dari waktu
tersebut.63
Dalam kitab Syarah Muslim, Imam Nawawi menyebutkan,
para Ulama dari kalangan kami mengatakan, baik ia
mengandung seorang anak atau lebih, baik lahir dalam
keadaan sempurna atau tidak, maka iddahnya tetap sampai
melahirkan.64
HADIS KELUARGA 77
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2. ‘Iddah seorang istri yang masih mengalami haid yaitu tiga kali
quru’.
:ضٍ َث ِحي َ َت ِع ْن َدهُ ثَال ْ ض ِ « فِيمن تـزَّوج ِف:ال إِبـر ِاهيم
َ فَ َحا،الع َّد ِة َ ََ ْ َ ُ َْ َ ََوق
،ب ِ َ :ي ُّ الزْه ِر َ َب بِ ِه لِ َم ْن بـَْع َدهُ « َوق ِ ِ ِ ْ َبن
ُ «تْتَس ُّ ال ُ َوالَ َتْتَس،ت م َن األ ََّول َ
ِ أَقـرأ:ال ُّ ب إِ َل ُس ْفيَا َن» يـَْع ِن قـَْو َل
َت َْ ُ « يـَُق:ال َم ْع َم ٌر َ َي « َوق ِّ الزْه ِر ُّ َح
َ َو َه َذا أ
سلًى ِ ْ َما قـَرأ:ال ُ َويـَُق،َت إِ َذا َد َن طُ ْه ُرَها ُ املَْرأَةُ إِ َذا َد َن َح ْي
ْ َوأَقـَْرأ،ض َها
َ َت ب َ
65
) إِ َذا َلْ َتْ َم ْع َولَ ًدا ِف بَطْنِ َها « (رواه البخاري،ط ُّ َق
“Mengenai seorang wanita yang menikah dalam masa ‘iddah
(lalu diceraikan lagi), kemudian dia haid tiga kali, Ibrahim
berkata, “Dia harus sudah berpisah dengan suaminya yang
pertama, dan ‘iddahnya itu tidak dihitung bagi suaminya
yang kedua (dia harus beriddah lagi untuk suami yang
kedua).” Az-Zuhri berkata: “Bahkan sebaliknya, iddahnya itu
adalah ‘iddah untuk suami yang kedua.” Pendapat ini lebih
disukai Sufyan. Ma’mar berkata, “Lafaz aqra`atil mar`atu bisa
bermakna haid dan bisa pula bermakna suci. Dikatakan juga,
“Lafaz ma qara`at bisalan qath artinya: seorang perempuan
yang belum pernah hamil.”
Biografi Sahabat
Ibrahim an-Nakha’iy bernama lengkap Abu Imran Ibrahim
bin Yazid bin Qais an-Nakhaiy al- Kufy (w. 96 H). Beliau
merupakan seorang ulama fiqh di Kufah dan seorang tabi’in
yang mulia. Beliau memiliki kedudukan tinggi dalam bidang
hadits dan dalam bidang ilmu riwayat. Para ulama sepakat
bahwa ia adalah seorang yang tsiqah dan seorang ahli di
65 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al- Ja’fy, al-Jâmi’ al-Musnad
ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wa
sunanihi wa ayyâmih, (Dâr Thauq an-Najâh, 1422 H).
78
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bidang fiqh.
Penjelasan:
Para ulama madzhab memiliki dua pendapat mengenai
makna quru’. Imam Syafi’I berpendapat bahwa quru’ disini
adalah masa suci. Beliau mengambil riwayat dari Ibnu Umar,
Zaid, Aisyah ra, Malik, Rabi’ah, dan Ahmad.
Sedangkan Ali ra, Umar ra, dan Ibnu Mas’ud ra berpendapat
bahwa quru’ adalah haid. Ini yang diambil oleh Imam Abu
Hanifah, Imam Tsauriy, Imam al-Auza’I, Ibnu Abi Laila, Ibnu
Syubrumah, dan Ishaq.
Dari perbedaan ini dapat kita ketahui bahwa batas masa
‘iddah menurut Imam Syafi’I lebih singkat jika dibandingkan
qaul Imam Hanafi. Artinya, jika si istri ditalak dalam keadaan
suci, maka sisa masa sucinya dihitung sebagai satu quru’. Jika
haid yang ketiganya datang, maka selesailah masa ‘iddahnya.
Untuk madzhab Hanafi, istri yang ditalak selesai menjalani
masa iddah ketika datang periode haid yang keempat.66
3. ‘Iddah seorang istri yang telah menopause
HADIS KELUARGA 79
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Mujahid mengambil banyak periwayatan dari Ibnu Abbas
dan meriwayatkannya dengan sangat baik. Dari Ibnu Abbas
pula, ia mempelajari Al- Qur’an, tafsir dan fikih.67Ia wafat di
Mekah pada tahun 103 H dalam usia 83 tahun. Ada juga yang
mengatakan ia wafat pada 102 H.68
Syarah Hadis
Apabila perempuan (istri) merdeka dalam keadaan tidak
hamil dan telah dicampuri sedangkan dia tidak mengalami
haid karena sebab apapun baik karena dia masih belum
dewasa atau telah menopause yaitu sekitar 55 tahun atau
telah mencapai umur 15 tahun dan belum haid kemudian
putus perkawinan dengan suaminya karena talak, maka
iddahnya adalah tiga bulan penuh.69
4. ‘Iddah istri yang ditinggal mati oleh suaminya
67 Abdul Mun’im al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta: Ummul Qura, 2015),
Cetakan I, h. 576
68 Abdul Mun’im al-Hasyimi, Kisah Para Tabi’in, (Jakarta: Ummul Qura, 2015),
Cetakan I, h. 580
69 Ahmad Fahru, Iddah dan Ihdad Wanita Karier (Persfektif Hukum Islam dan
Hukum Positif), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, h. 26
70 Muhammad bin Ismail Abu Abdullah al-Bukhari al- Ja’fy, al-Jâmi’ al-Musnad
ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûri Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam wa
sunanihi wa ayyâmih, (Dâr Thauq an-Najâh, 1422 H).
80
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zainab berkata, “Lalu aku masuk menemui Zainab binti
Jahsy ketika saudaranya meninggal dia meminta wewangian
lalu memakainya. Dia lantas berkata, ‘Demi Allah, aku tidak
butuh wewangian, teta[I aku pernah mendengar Rasul
bersabda di atas mimbar, ‘Tidak halal bagi seorang wanita
yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan
ihdad lebih dari tiga hari, kecuali saat suaminya meninggal,
dia melakukan ihdad selama empat bulan sepuluh hari.
Biografi Sahabat:
Hadits ini diriwayatkan oleh Zainab binti Abi Salamah
al- Makhzumiyah. Ia adalah seorang wanita yang menguasai
hadits dan fiqh. Bahkan termasuk salah seorang yang
menguasai fiqh pada zamannya di Madinah.
Dia meriwayatkan sekitar tujuh hadits Rasulullah.
Beberapa orang juga meriwayatkan hadits darinya, seperti
Abu Ubaidah bin Abdullah bin Zam’ah, Muhammad bin Atha,
Urak bin Malik, Hamid bin Nafi’, Urwah bin Zubair, Abu
Salamah bin Abdurrahman, dan Zainal Abidin Ali bin Husein.
Zainab meninggal pada tahun 73 Hijriyah.71
Syarah Hadits
Dalam hadits ini, Zainab binti Abi Salamah mengatakan
bahwa Zainab binti Jahsy ketika saudaranya meninggal,
dia wewangian lalu memakainya. Artinya dia tidak butuh
untuk berhias, karena tidak halal baginya menikah setelah
Rasulullah, seperti Ummaha al-Mukminin; karena mereka
adalah istri-istrinya di dunia dan di akhirat, oleh karena itu ia
menjelaskan faktor pendorong kenapa ia melakukan demikian,
maka ia berkata: “Demi Allah, aku tidak butuh wewangian,
tetapi aku pernah mendengar Rasul bersabda di atas mimbar,
‘Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah
dan hari akhir untuk melakukan ihdad lebih dari tiga hari,
71 amp/m.republika.co.id/amp_version/lp3fsv diakses pada minggu, 2 April
2017 pukul16:17 WIB
HADIS KELUARGA 81
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kecuali saat suaminya meninggal, dia melakukan ihdad
selama empat bulan sepuluh hari.”; artinya sesungguhnya
iman kepada Allah dan hari akhir adalah faktor agar ia tidak
berkabung lebih dari hari, hal ini umum baik terhadap ayah,
saudara laki-laki, anak atau yang lainnya. Adapun berkabung
selama tiga dimaafkan, karena memang musibah itu pasti
ada, namun dikecualikan jika yang meninggal adalah suami,
maka waajib bagi istri untuk berkabung selama empat bulan
sepuluh hari pada masa iddah.72
d. Larangan bagi wanita ‘iddah73
Beberapa yang dilarang dilakukan oleh wanita yang sedang
dalam masa ‘iddah adalah:
1. Menerima Khitbah
Wanita yang sedang dalam masa ‘iddah karena ditalak
maupun ditinggal mati suaminya tidak boleh menerima
lamaran dari seorang laki-laki. Kalaupun ada laki-laki yang
mempunyai keinginan untuk menikahinya, maka tidak boleh
disampaikan dengan ucapan secara terang-terangan, hanya
boleh disampaikan lewat bentuk sindiran. Hal ini dijelaskan
oleh firman Allah SWT dalam Q.S al-Baqarah: 235.
2. Menikah
Kalau sekedar menerima lamaran saja diharamkan, maka
menikah lebih diharamkan. Pernikahan seorang wanita yang
dilakukan ketika masa ‘iddah belum selesai adalah pernikahan
yang haram, dan hukumnya tidak sah dalam syariat islam
3. Keluar rumah
Seorang wanita yang sedang dalam masa ‘iddah diwajibkan
( مالزمة السكنselalu berada di dalam rumah). Mengapa
82
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
sang isteri yang sedang dalam masa ‘iddah harus berdiam
dirumah? Sebab, hal itu disamping lebih layak dengan
kondisi berkabungnya yang wajib, juga lebih menenangkan
hati keluarga suami yang meninggal dunia, dan lebih dapat
menjauhkan syubhat (kesamaran)74, kecuali ada udzur-udzur
yang secara syar’i memang telah diperbolehkan atau ada
hajat yang tidak mungkin ditinggalkan.
Sebagian ulama, diantaranya; Madzhab al-Malikiyah,
asy-Syafi’iyah dan al-Hanabilah serta ats-Tsuari, al-Auza’i,
al-Laits dan lainnya mengatakan bahwa bagi wanita yang
ditalak ba’in maka mereka diperbolehkan untuk keluar
rumah, setidaknya pada siang hari. Alasannya karena wanita
yang telah ditalak ba’in sudah tidak berhak lagi mendapatkan
nafkah dari mantan suaminya. Dan dalam keadaan itu dia
wajib mencari nafkah sendiri dengan kedua tangannya. Maka
tidak masuk akal bila wanita itu tidak boleh keluar rumah,
sementara tidak ada orang yang berkewajiban menafkahinya.
Hadis yang membolehkan:
HADIS KELUARGA 83
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
» أ َْو تـَْف َعلِي َم ْع ُروفًا،ص َّدقِي ِ ِ ِ ِ
َ فَإنَّك َع،«بـَلَى فَ ُج ّدي َنْلَك
َ َسى أَ ْن ت
Dalam hal ini yang menjadi ‘illat atas kebolehannya adalah
karena wanita itu tidak ada yang memberinya nafkah untuk
menyambung hidup. Sedangkan bila ada yang memberin ya
nafkah, atau dia adalah wanita yang punya harta yang cukup
untuk menyambung hidup tanpa harus bekerja keluar rumah,
maka kebolehan keluar rumah itu tidak berlaku.
Dan menurut DR. Yusuf al-Qardhawi dalam Fatwa-
Fatwa Kontemporernya, jika ada keperluan, wanita yang
sedang menjalani masa ‘iddah boleh saja meninggalkan
rumah. Keperluan tersebut misalnya; berobat atau membeli
kebutuhan yang tidak ada orang lain yang membelikannya,
atau pergi ke tempat kerjanya sesuai dengan profesinya,
seperti guru, dokter, perawat atau lainnya.
Kalau ia dapat keluar memenuhi kebutuhannya pada
siang hari, maka ia tidak boleh keluar pada malam harinya.
Keluar malam dapat menimbulkan dugaan yang bukan-
bukan. Karena itu tidak diperbolehkan kecuali terpaksa
(darurat). Dia juga tidak boleh keluar untuk shalat di masjid
atau pergi haji meupun umrah, karena haji itu tidak akan
habis kesempatannya (artinya pada tahun depan masih ada),
sedangkan ‘iddah ada batas waktunya.75
4. Berhias
Seorang wanita yang sedang dalam masa ‘iddah dilarang
untuk berhias atau bercantik-cantik, dalam istilah fiqih
disebut dengan al-Ihdad atau al-Ihtidad. Diantara kategori
berhias itu antara lain:
a. Menggunakan perhiasan, seperti emas, perak atau sutera
75 Yusuf al-Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, terj. As’ad Yasin(Jakarta:
Gema Insani, 2013), Cet. Ke-10, hlm. 635
84
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
b. Menggunakan parfum atau wewangian
c. Menggunakan celak mata, namun sebagian ulama
memperbolehkan memakai celak mata untuk malam hari
karena darurat
d. Memakai pewarna kuku
e. Memakai pakaian yang berparfum atau dicelup dengan
warna-warna seperti merah dan kuning.
HADIS KELUARGA 85
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bibit seorang laki-laki untuk mencampurinya dengan bibit
yang lain. Mungkin secara medis seorang perempuan yang
digauli oleh beberapa laki-laki dapat diketahui secara pasti
siapa pemilik bibit yang dikandungnya melalui tes DNA,
tetapi dari segi lain dapat mempengaruhi anak yang akan
dilahirkan, misalnya dari segi pendidikan dan psikologi, akan
merusak dan mengacaukan anak tersebut yang akhirnya
menimbulkan kekacauan dan kerusakan moral di tengah-
tengah masyarakat.76
3. Agungnya nilai sebuah pernikahan
Menegaskan betapa agungnya nilai sebuah perkawinan,
sehingga selepas dari suaminya, seorang wanita tidak bisa
begitu saja menikah lagi, kecuali setelah melewati masa
waktu tertentu.
4. Memberi kesempatan rujuk
Memberikan kesempatan kepada suami-isteri untuk kembali
kepada kehidupan rumah tangga, apabila keduanya masih
melihat adanya kebaikan didalam hal itu.
5. Menunaikan hak suami
Agar isteri yang diceraikan dapat ikut merasakan kesedihan
yang dialami keluarga suaminya dan juga anak-anak mereka
serta menepati permintaan suami. Hal ini jika `iddah tersebut
dikarenakan oleh kematian suami.77
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern tidak
dapat mengubah ketentuan panjang pendeknya masa iddah
yang telah ditetapkan serta dijelaskan Al-Qur`an dan Sunnah,
meskipun ada keyakinan bahwa Rahim perempuan yang dicerai
itu bersih dan di antara suami istri tidak mungkin rujuk kembali.
76 Huzaemah Tahido Yanggo, Fikih Perempuan Kontemporer, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2010), Cet. I, hlm. 198
77 Ahmad Sarwat, Seri Fiqih Kehidupan; Pernikahan, hlm. 340
86
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dengan demikian, tampaknya masalah iddah dalam ajran Islam
ini adalah bersifat ta’abbudi, bukan ta’aqquli. Hal tersebut sesuai
dengan definisi yang dikemukakan oleh ulama Syafi’iyyah sebagai
berikut:
العدة هي مدة ترتبص فيها املرءة ملعرفة براءة رمحها أو للتعبد أو للتفجعها
.على زوج
«Iddah adalah suatu masa tenggang bagi perempuan untuk
mengetahui kebersihan rahimnya atau untuk ta’abbud, atau
untuk menyatakan duka citanya kepada suami.78»
2. IHDAD
A. Definisi Ihdad
Yang dimaksud dengan ihdad adalah perkabungan seorang
perempuan atas kematian suaminya. Lebih jelasnya ialah keadaan
seorang isteri yang dalam masa ‘iddah menjauhkan diri dari
lambang-lambang perhiasan dan keindahan, seperti bercelak,
memakai inai, lipstik, dan berbedak—yang biasanya dipakai
wanita berdandan untuk suaminya. Juga tidak memakai parfum
(wangi-wangian), perhiasan dan pakaian-pakaian yang mencolok
dan memikat.
B. Hadits Ihdad
1. Diriwayatkan dari Ummu Habibah dan Zainab binti Jahsy
yang keduanya adalah Ummu al-Mukminin r.a. bahwa
Rasulullah saw,. bersabda:
HADIS KELUARGA 87
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
َّ ُث،ضيـَْها َ ت بِ َعا ِر
ْ سَّ ت ِم ْنهُ َجا ِريَةً ُثَّ َمْ َ فَ َد َهن،ُ َخلُو ٌق أ َْو غَيـُْره،ٌص ْف َرة ُ
َِّ ول ِ ِ ّالل ما ِل ِبل ِط ِ
صلَّى َ الل َ ت َر ُس ُ َن َِس ْعِّاج ٍة غَيـَْر أَ يب م ْن َح َ َّ َو:ت ْ َقَال
ِ لل واليـوِم
اآلخ ِر أَ ْن ُِت َّد ِ ِ ٍ ِ ِ ُ هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم يـَُق
َْ َ َّ «الَ َي ُّل ل ْم َرأَة تـُْؤم ُن ِب:ول
ٍ َث لَيِ َت فـو َق ثَال ٍ
إَِّل َعلَى َزْو ٍج أ َْربـََعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْش ًرا» (رواه،ال َْ َِّعلَى َمي
)البخاري
Artinya: Zainab berkata, “Aku masuk menemui Ummu
Habibah—istri Nabi saw,.—ketika ayahnya, Abu Sufyan bin
Harb meninggal. Ummu Habibah lalu meminta wewangian
yang diolah dari bahan kunyit atau sejenisnya. Kemudian dia
memoleskan wewangian itu kepada pelayan perempuan serta
kepipinya sendiri. Dia berkata, ‘Demi Allah aku tidak butuh
wewangian, tetapi aku pernah mendengar rasulullah saw,.
bersabda; “Tidak halal bagi seorang wanita yang beriman
kepada Allah dan hari akhir untuk melakukan ihdad lebih dari
tiga hari, kecuali saat suaminya meninggal, dia melakukan
ihdad selama empat bulan sepuluh hari.” (H.R al-Bukhari no.
5334)
88
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zainab, dan karenanyalah turun ayat mengenai hijab. Ia
dikenal sebagai pribadi yang sering bersedekah. Ia merupakan
istri nabi yang paling pertama wafat setelah kematian nabi,
tepatnya pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab di tahun
20 H, pada usia 53 tahun dan dimakamkan di Jannatul Baqi.
Ummu Habibah
Nama lengkapnya ialah Ummu Habibah Ramlah binti Abi
Sufyan al-Umawiyyah al-Qurasyiyah al-Kinaniyyah (أم حبيبة
)رملة بنت أبي سفيان األموية القرشية الكنانية, lebih dikenal dengan
Ummu Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan atau Ramlah
binti Abi Sufyan. Lahir pada tahun 35 Sebelum H/589, adalah
istri dari Nabi Muhammad , dan termasuk dari Ummu
al-Mukminin. Ibunya, Shafiyyah adalah bibi dari Khalifah
Utsman bin Affan. Bibinya: Ummu Jamil Urwa binti Harb, yang
disebutkan di al-Qur’an sebagai perempuan pembawa kayu
bakar. Saudaranya Muawiyah. Ia meriwayatkan hadis Nabi
Muhammad sebanyak 65 hadis. Wafat di Madinah pada
tahun 44 H pada masa kekhalifahan saudaranya, Muawiyah,
dan dimakamkan di Jannatul Baqi.79
HADIS KELUARGA 89
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ummu ‘Athiyyah berkata,“Kami dilarang melakukan
ihdad karena kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali
jika yang meninggal adalah suami, masa ihdadnya selama
empat bulan sepuluh hari. (selama masa itu), kami tidak
boleh bercelak, tidak boleh memakai wewangian, dan tidak
boleh memakai pakaian yang dicelup kecuali yang terbuat
dari ‘Ashab (kain yang benangnya dicelup terlebih dahulu
sebelum ditenun). Tetapi kami diberi rukhshah saat bersuci,
apabila seseorang dari kami mandi besar untuk bersuci dari
haidnya, dia dobolehkan menggunakan sedikit dupa. Kami
dilarang untuk mengiring jenazah.” (H.R al-Bukhari no. 5341)
Ummu Salamah
Ummu Salamah adalah seorang wanita jelita yang menjadi
isteri rasulullah setelah suaminya Abu Salamah wafat dalam
peperangan. Ummu Salamah mempunyai nama lengkap
90
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Hindun bintu Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin ‘Abdillah
bin ‘Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-
Qurasyiyyah Al-Makhzumiyyah. Sebelum menikah dengan
rasulullah pada bulan Syawal tahun keempat setelah hijrah,
ia dipinang oleh kedua sahabat mulia secara bergantian,
Abu Bakar dan Umar bin Khattab, namun keduanya ia tolak.
Ummu Salamah dan ‘A`isyah r.a adalah isteri-isteri rasul
yang banyak meriwayatkan hadits dibanding isteri lainnya. Ia
wafat pada tahun keenam puluh satu setelah hijrah.80
ت ْ َس احلَْو ِل؟ فـََقال ِ ْ َوَما تـَْرِمي ِبلْبـَْع َرِة َعلَى َرأ،ب ِ ُ فـ ُقل:ال ُحي ٌد
َ َْت ل َزيـْن َ َْ َ َق
ِ ً ت ِح ْف ِ ِ
ت َش َّر ْ س َ َولَب،شا ْ َ َد َخل،ف َعنـَْها َزْو ُج َها َِّ « َكانَت املَْرأَةُ إ َذا تـُُو:ب ُ ََزيـْن
، ِحَا ٍر أ َْو َش ٍاة أ َْو طَائِ ٍر، ُثَّ تـُْؤتَى بِ َدابٍَّة،ٌس ِطيبًا َح َّت َتَُّر ِبَا َسنَة َّ َ َوَلْ َت،ثِيَ ِابَا
ج فـَتـُْعطَى ُ ُثَّ َتْ ُر،ات َ ] إَِّل َم60:ش ْي ٍء [ص َ ِض ب ُّ َ فـََقلَّ َما تـَْفت،ض بِ ِه ُّ َفـَتـَْفت
ك َما ٌ ِيب أ َْو غَ ِْيِه» ُسئِ َل َمال ٍ ت ِم ْن ِط ْ اء ِ ِ
َ ُثَّ تـَُراج ُع بـَْع ُد َما َش، فـَتـَْرمي،ًبـََع َرة
)س ُح بِ ِه ِج ْل َد َها» (رواه البخاري َ َْ «ت:ال َ َض بِ ِه؟ ق ُّ َتـَْفت
Humaid berkata, “Aku bertanya kepada Zainab, ‘Apa
yang dimaksud dengan melempar kotoran hewan pada awal
tahun?’ Dia berkata, ‘Ketika seorang wanita ditinggal mati
oleh suaminya, dia akan memasuki gubuk dengan memakai
pakaiannya yang terjelek. Kemudian dia tidak memakai
wewangian selama setahun. Setelah satu tahun berlalu,
didatangkan keledai, kambing atau burung untuk mengusap
tubuhnya. Sangat jarang sekali hewan yang digunakan untuk
mengusap itu bisa bertahan hidup, biasanya ia mati. Wanita itu
lalu keluar dan diberi kotoran, lalu dia akan melemparkannya.
Setelah itu, baru dia boleh kembali memakai wewangian atau
yang lainnya.’ Malik ditanya ‘ Apa makna taftadhdhu bihi?’
Dia menjawab ‘Mengusap kulitnya dengan hewan tersebut’.
(H.R al-Bukhrari no. 5337).
HADIS KELUARGA 91
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Syarah Hadis
Perkataan dalam hadits “Janganlah seorang perempuan
berkabung karena kematian seseorang lebih dari tiga hari
melainkan karena ditinggal mati suaminya, yaitu selama
empat bulan sepuluh hari.” Yaitu pada masa ‘iddah, andaikata
seorang suami meninggal dan dia ghaib (tidak dirumah)
sementara si isteri tidak mengetahui kematiannya kecuali
setelah berlalunya masa iddah—dan masa ‘iddahnya telah
selesai—maka tidak ada ihdad untuknya karena sudah berlalu
masa ‘iddahnya.
Perkataan rasulullah yang melarang bercelak ketika
berihdad pada masa ‘iddah yaitu memakai al-itsmid (batu
bahan celak), celak hitam dan sebagainya yang termasuk
celak-celak untuk bersolek. Dalam hadits Ummu Salamah
rasulullah tetap melarang pemakaiannya meskipun
dibutuhkan—rasul tetap mengatakan ‘tidak’ sebanyak dua
atau tiga kali ketika seorang wanita menanyakan boleh atau
tidak memakaikan celak pada anak perempuannya yang
sedang dalam masa iddah dan mengalami sakit mata—artinya
perempuan itu menanyakan tidak hanya sekali dan rasul
pun tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Namun
ketika rasul melihat keberatan perempuan tersebut akan
hal ini, beliau bersabda “Sesungguhnyamasa berkabungnya
hanya empat bulan sepuluh hari.” Artinya sesungguhnya itu
adalah waktu yang sebentar, dan janganlah diperberat masa
penungguan yang sebentar tersebut.
Perkataan tentang tidak bolehnya memakai wewangian,
yaitu seluruh macam wangi-wangian, baik berupa cairan
atau yang ditumbuk, atau kayu bukhur atau yang lainnya.
Kemudian dikecualikan dari itu dengan sabda beliau yang
memperbolehkan memakai dupa atau semacam parfum ketika
bersuci dari haidnya, artinya dia menggunakannya pada
92
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
tempat (lubang) yang keluar agar bau yang tidak sedapnya
hilang. Hal ini diperbolehkan karena tidak termasuk kategori
berhias. Selain itu sama halnya dengan bercelak, memakai
wewangian tidak diperbolehkan meski dibutuhkan.
Perkataan “tidak boleh memakai pakaian yang dicelup
kecuali pakaian ‘ashb”—pakaian ‘ashb adalah macam pakaian
yang diimpor dari Yaman dan pakaian tersebut memang
dicelup sebelum ditenun. Maksud perkataan tersebut adalah
diharamkan pakaian yang dicelup untuk tujuan berhias,
adapun yang dicelup tapi untuk pekerjaan dan sejenisnya
maka tidak diharamkan, dan berbeda-beda sesuai dengan
perbedaan zaman dan tempat. Larangan seperti ini dilihat
dari ‘illatnya (berhias dan berdandan dengannya).
Zainab mengatakan pada hadits diatas (hadits ketiga, poin
2 B), bahwa pada masa jahiliyah jika seorang wanita ditinggal
mati oleh suaminya, maka ia masuk kedalam sebuah gubug
kecil yang sempit dengan mengenakan pakaian yang paling
buruk dan tidak memakai wewangian baik yang cair atau
lainnya, dan tidak bebersih sehingga berlapis-lapis kotoran-
kotoran dan keringat padanya hingga berlalu satu tahun.
Dan dalam kodisi jelek seperti ini, didatangkan hewan-
hewan yang kemudian padanya digosokkan kotoran-kotoran
tersebut. Karena sangat bau, jarang sekali hewan-hewan
tersebut bisa bertahan hidup, melainkan mati. Kemudian
perempuan tersebut keluar dari gubugnya lalu diberi kotoran
hewan, ini isyarat bahwa apa yang ia lalui selama waktu
yang lama tersebut dalam keadaan yang menjijikkan seperti
itu jika dibandingkan dengan kematian suaminya, maka itu
lebih ringan disisinya. Kemudian setelah semua itu ia boleh
keluar dan memakai wewangian atau yang lainnya lagi sesuai
kehendaknya.81
81 Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di, Syarah Umdatul Ahkam, (Jakarta:
HADIS KELUARGA 93
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Dari penjelasan dan dalil-dalil diatas, dapat ditarik
beberapa poin penting bahwa seseorang yang sedang dalam
masa ‘iddah karena ditinggal mati suaminya haruslah
berihdad.
94
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
WANITA KARIER
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan berubahnya cara pandang masyarakat terhadap
peran dan posisi kaum perempuan di tengah-tengah masyarakat, maka
kini sudah banyak kaum perempuan yang berkarir. Jaminan untuk sukses
secara finansial, diakui eksistensi dan menyandang predikat mandiri
mengharuskan perempuan menjemput impian dengan belajar ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pekerjaan yang prestise dan
mendapat posisi yang tinggi dalam dunia pekerjaan. Kaum perempuan
dapat bekerja dan berkarir di mana saja selagi ada kesempatan. Ada
yang berkarir dalam bidang hukum, bidang ekonomi, sosial budaya dan
pendidikan.
Dengan adanya kesempatan dan keleluasaan kepada kaum
perempuan untuk berkarir, hal ini nyaris menggeser kedudukan yang
didominasi kaum laki-laki. Segala jenis pekerjaan bisa ditempati oleh
para kaum hawa dari pekerjaan yang mengerahkan pemikiran sampai
pekerjaan yang mendahulukan otot. Disisi lain ada perempuan yang ingin
menjadi ibu rumah tangga tapi ketika masalah finansial menghadang
keberlangsungan hidup berumah tangga dan mengharuskan perempuan
ikut mengais rezeki dengan segala upaya menjadikan perempuan keluar
rumah dan bekerja.
Berdasarkan realitas tersebut, pada satu dimensi, kaum
perempuan pait berbangga karena kehidupan kaumnya sudah maju,
namun pada dimensi lain ada masalah yang sangat memperhatinkan dari
kemajuan tersebut, bukan saja dikalangan kaum perempuan, tetapi juga
dikalangan suami dan anak-anak sebagai anggota keluarga, terutama
bagi perempuan yang mementingkan karirnya dari pada keluarganya,
sehingga tugas utama sebagai ibu rumah tangga sering terlupakan, dan
akhirnya berdampak dengan perceraian yang dibenci oleh Allah. Di
dalam makalah ini akan dipaparkan sedikit gambaran mengenai wanita
HADIS KELUARGA 95
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
karier dalam pandangan Islam yang disertai dengan berbagai hadis-hadis
Nabi saw dan solusi terhadap wanita karier agar ketika wanita tersebut
memiliki keputusan akhir untuk tetap menjadi wanita karier maka akan
tetap memperdulikan keluarga.
96
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
6. Untuk mencari ketenangan dan hiburan.
7. Untuk mengembangkan bakat.
HADIS KELUARGA 97
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ص ِ ِ لرج ِ ٍ ض ُكم َعلَى بـع ِ ِ َّ وَل تـتَمنـَّوا ما فَضَّل
سبُوا َ َيب مَّا ا ْكت
ٌ َال ن َ ِّ ض ل َْ ْ َ اللُ به بـَْع َ َ ْ ََ َ
اللَ َكا َن بِ ُك ِّل َش ْي ٍء ْ َاللَ ِم ْن ف
َّ ضلِ ِه إِ َّن َّ اسأَلُوا
ْ ب َو
َْس
ِ ص
َ َيب مَّا ا ْكت
ِ ِ ِّولِلن
ٌ َساء نَ َ
يما ِ
ً َعل
Dan janganlah kalian iri hati terhadap apa yang diakruniakan oleh
Allah kepada sebagian kalian dari sebagian yang lain. Karena bagi
orang laki-laki ada bagian dari apa yang mereka kerjakan dan
bagi perempuan ada bagian dari apa yang mereka kerjakan, dan
mohonlah kepada Allah sebagian dari karunianya, sesungguhnya
Allah maha mengetahui segala sesuatu.(QS. An-Nisa 4:32)
98
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
itu terdiri dari dua golongan yaitu laki-laki dan perempuan.
Mereka mempunyai aktivitas yang sama dan aktivitas yang
khusus diantara mereka. Kedua golongan itu adalah sama- sama
memiliki kemuliaan dan kemerdekaan. Jadi tidak bisa salah satu
dari mereka merasa lebih paling tinggi derajatnya.89
Pada zaman nabi, perempuan berpartisipasi secara bebas
dalam urusan perang yang secara ketat merupakan wilayah yang
di dominasi laki-laki. Dalam shahih bukhari menyebutkan bahwa
perempuan muslim secara aktif membantu para pasukan perang
di medan perang berikut hadisnya.
ِسر ِ
َّ ض َي
ُالل َ ٍ َ َع ْن أَن،الع ِزي ِز َ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد،الوا ِرث َ َح َّدثـَنَا َع ْب ُد،َح َّدثـَنَا أَبُو َم ْع َم ٍر
،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ٍ « لَ َّما َكا َن يـوم أ:ال
َ َّب ِّ َِّاس َع ِن الن ُ انـَْه َزَم الن،ُحد ُ ُ َْ َ َ ق،َُع ْنه
أ ََرى َخ َد َم،ش ِّم َرَت ِن َ َوأ َُّم ُسلَْي ٍم َوإِنـَُّه َما لَ ُم،ت أَِب بَ ْك ٍرَ شةَ بِْنَ ِت َعائ ُ ْ َولََق ْد َرأَي:ال َ َق
ُثَّ تـُْف ِرغَانِِه ِف،ب َعلَى ُمتُونِِ َما ِ ِ
َ تـَنـُْقالَن الق َر:ُال غَيـُْره َ َ َوق،ب ِ ِ ِ
َ ُسوق ِه َما تـَنـُْق َزان الق َر
90 ِ
« ان فـَتـُْف ِرغَ ِانَا ِف أَفـَْو ِاه ال َق ْومِ َ ُثَّ َِتيئ،ان فـتَم َل َِنَاِ ِ ِ ِ
ْ َ ُثَّ تـَْرج َع،أَفـَْواه ال َق ْوم
AbuMa’marmenyampaikankepadakamidariAbdulWaris,dari
Abdul Aziz bahwa Anas bin Malik berkata “saat perang uhud
orang-orang lari meninggalkan Nabi saw. Annas melanjutkan,
“sungguh aku melhat Aisyah binti Abu bakar dan Ummu Sualim
sangat bersemangat. Aku mengetahui dari gelang kaki mereka.
Mereka berdua melompat dengan membawa gerabah (kantong
air) dari kulit.” Abu Ma’mar mengatakan “mereka berdua
bertugas membawa gerabah di atas punggung mereka. Kemudian
keduanya menuangka air kedalam mulit pasukan kaum mislimin,
lalu mereka kembali menuhi gerabah, dan menuangkannya lagi
89 Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan relasi Jender menurut Tafsir Al-Sya’rawi,
(Jakarta: PT Mizan Publika, 2004), termasuk tidak boleh seorang laki-laki menyakiti
perempuan karena perbedaan akidah. Seperti yang di ceritakan al-Qur`an tentang istri
nabi Nuh, nabi Luth, dan istri fir’aun.
90 Abu Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari Kitab al-Jihad wa as-
Siyar Bab gazwi an-Nisa` wa Qitalihinna ‘ala ar-Rijal, (Bairut: Dar al-garbi al-islamiy, 1998)
HADIS KELUARGA 99
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ke mulut-mulut kaum muslimin. (HR. Al-Bukhari)
100
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Ali bin Abdullah menyampaikan kepada kami dari bisyr bin al
mufadhal, dari kholid bin dzakwan dari rubiah binti Muawwidzzin
berkata kami bersama nabi (dalam perang), kami memberi
minum (kepada sahabat beliau) dan melayani mereka kami juga
memulangkan para korban luka dan tewas ke madinah. (HR Al-
Bukhari)
102
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kebenaran hal itu. Dan kita pun cukup prihatin dengan berbagai
kasus perzianaan yang begitu marak karena kita membiarkan
para wanita keluar rumah.
Namun di sisi yang lain, tentu bukan pada tempatnya untuk
begitu saja mengurung para wanita di dalam rumah. Sebab
wanita bukan binatang peliharaan yang kerjanya hanya sekedar
memuaskan nafsu seksual suami. Di sisi lain, wanita juga manusia,
yang butuh berinteraksi dengan sesama jenisnya, juga dengan
lingkungannya, termasuk dengan alam semesta.
َ اهلِيَّ ِة ْال
....ُول ِ وَل تـبـ َّرجن تـبـ ُّرج ا ْل...
َ َ ََ َ ْ ََ َ
ْن قـَْوًل َم ْع ُروفًا ٌ ض ْع َن ِبلْ َق ْو ِل فـَيَط َْم َع الَّ ِذي ِف قـَْلبِ ِه َم َر
َ ض َوقـُل َ ْ فَ َل َت...
Janganlah kamu tunduk dalam berbicara (melunakkan
dan memerdukan suara atau sikap yang sejenis) sehingga
berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik` (QS Al-Ahzaab 32).
4. Menjaga Pandangan
Wanita yang keluar rumah juga diwajibkan untuk menjaga
pandangannya. Bukan hanya laki-laki saja yang haram jelalatan
matanya, tetapi wanita juga haram lirak-lirik. Hal itu ditegaskan
Allah swt dalam firman-Nya:
104
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
5. Aman dari Fitnah
Kebolehan wanita keluar rumah akan batal dengan sendirinya
manakala ada fitnah, atau keadaan yang tidak aman. Hal ini sudah
merupakan ijma` ulama.
Syarat ini didapat dari hadits Nabi saw tentang kabar beliau
bahwa suatu ketika akan ada wanita yan berjalan dari Hirah ke
Baitullah sendirian tidak takut apa pun kecuali takut kepada Allah
swt.
6. Mendapatkan Izin Dari Orang Tua atau Suaminya
Ini adalah yang paling sering luput dari perhatian para
muslimah terutama aktifis dakwah. Sebab sekali mereka ikut terjun
dalam dunia aktifitas rutinitas, maka seolah-olah izin dari pihak
orang tua maupun suami menjadi hal yang terlupakan. Padahal izin
adalah hal yang perlu didapatkan dan tidak bisa disepelekan begitu
saja.
Pada dasarnya memang wanita harus mendapatkan izin suami
untuk keluar rumah. Dan ini sebenarnya sangat manusiawi sekali.
Tidak merupakan beban dan paksaan atau menjadi halangan.
Izin dari suami harus dipahami sebagai bentuk kasih sayang
dan perhatian serta wujud dari tanggung-jawab seorang yang
idealnya menjadi pelindung.
Semakin harmonis sebuah rumah tangga, maka semakin
wajar bila urusan izin keluar rumah ini lebih diperhatikan. Namun
tidak harus juga diterapkan secara kaku yang mengesankan bahwa
Islam mengekang kebebasan wanita.
106
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kemungkinan timbulnya masalah yang menjurus kepada perbuatan
yang negative, utamanya wanita karier yang berstatus sebagai ibu
rumah tangga, agar sukses dalam kariernya serta sukes pula dalam
rumah tangganya.
H. BIOGRAFI SAHABAT
1. Biografi Anas bin Malik
Anas bin Malik urutan ke tiga dari sahabat Nabi Muhammad
saw yang banyak meriwayatkan hadist, Ia meriwayatkan
sebanyak 2.286 hadits. Anas bin Malik bin Nadar al-Khazraj lahir:
612-wafat:709/712). Dia termasuk kerabat Rasulullah dan dari
jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat yang terakhir
meninggal dunia.
Ia adalah pambantu Rasulullah dan Ibunya adalah Ummu
Sulaim Malikah binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi
Tholhah Zaid bin Sahl Al Ansori. Ibunya juga seorang yang pandai
dan telah masuk Islam, sehingga Anas pun dari kecil telah memeluk
agama Islam. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur
10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan
berkata kepadanya: “Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan
menjadi pembantumu”. Maka nabi pun menerimanya. ketika beliau
wafat Anas berumur 20 tahun. Rasulullah saw. memberikan gelar
kepadanya dengan Abu Hamzah (Singa).
Ia adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi Islam.
Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah, Abu Bakar, Umar,
Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri Ummu
Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya Ubadah
bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah, Fatimah
dan masih banyak lainnya.
Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting,
diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah,
108
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Zaid bin Harom bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin An
Najjar, Abu Hamzah Al Ansori Al Khazraji. Dia termasuk kerabat
Rasulullah dari jalur istri. Ia juga muridnya, pengikutnya dan sahabat
yang terakhir meninggal dunia.
Ia adalah pambantu Rasulullah dan seorang yang banyak
meriwayatkan hadits darinya. Ibunya adalah Ummu Sulaim Malikah
binti Milhan bin Kholid bin Zaid bin Harom, istri Abi Tholhah Zaid
bin Sahl Al Ansori. Ketika nabi saw datang ke Madinah, Anas berumur
10 tahun. Dan ketika itu juga, ibunya datang kepada nabi saw dan
berkata kepadanya: “Ini adalah Anas anak yang pandai yang akan
menjadi pembantumu”. Maka nabi pun menerimanya.
Anas bin Malik adalah seorang Mufti, Qori, Muhaddits, Perowi
Islam. Dia mendapatkan banyak ilmu dari Rasulullah n , Abu Bakar,
Umar, Usman, Mu’ad, Usaid Al Hudair, Abi Tholhah, Ibunya sendiri
Ummu Sulaim putri Milhan, Bibinya Ummu Haram dan suaminya
Ubadah bin Shamit, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Abi Hurairah,
Fatimah dan masih banyak lainnya.
Darinya juga banyak mencetak orang-orang penting,
diantaranya adalah Al Hasan, Ibnu Sirin, Asy Sya’bi, Abu Kilabah,
Makhul, Umar bin Abdul Aziz, Tsabit Al Banani, Bakar bin Abdillah Al
Mazani, Az Zuhri, Qotadah, Ibnul Munkadir, Ishak bin Abdillah bin
Abi Tholhah, Abdul Aziz bin Shuhaib, Syuaib bin Al Habhab, Amru
bin Amir al Kufi, Sulaiman At Taimi, Hamid At Thowil, Yahya bin Sa’id
Al Ansori, Katsir bin Salim, Isa bin Thohman dan Umar bin Syakir.
Dan para sahabat beliau yang tsiqoh lebih dari 150 orang,
sedang yang lemah sekitar 190 sahabat. Selebihnya adalah orang-
orang yang tidak tsiqoh bahkan hadits dari mereka secara global
dibuang. Seperti : Ibrahim bin Hadbah, Dinar bin Abu Makis, Khorrosy
bin Abdillah, Musa At Tahwil. Mereka hidup setelah 200 tahun,
mereka tidak dianggap.
Anas jika berbicara tentang hadits Rasulullah, maka setelah
I. KESIMPULAN
Berkarier bagi muslimah boleh-boleh saja asalkan tidak keluar dari
koridor Syariat Islam seperti tersurat dan tersirat dalam kisah nabi Musa
dan kedua putri Nabi Syuaib. Pertama, memenuhi tata cara pergaulan
yang Islami, yaitu menghindari hal-hal yang bersifat jahiliyyah seperti
pamer aurat (tabarruj), melembutkan suara dengan maksud memikat
hati laki-laki, dan berdua-duaan (khalwat) dengan non-muhrim yang
bisa menimbulkan fitnah. Dan kedua, mendapat izin orang tua (kalau
110
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
belum menikah) atau suami, serta menjaga pandangannya (ghadhdh al-
bashar) dan dengan alasan yang tidak bertentangan dengan syariat islam.
Sudah waktunya kita memahami betapa agungnya agama ini
di dalam setiap produk hukumnya, berpegang teguh dengannya,
menjadikannya sebagai hukum yang berlaku terhadap semua aturan
di dalam kehidupan kita serta berkeyakinan secara penuh, bahwa ia
akan selalu cocok dan sesuai di dalam setiap masa dan tempat. Tidak
ada bentuk diskriminasi dan ketidakadilan bagaimanapun bentuknya,
termasuk dalam berkarier baik laki-laki maupun wanita. Wanita boleh
saja berkarier selama memperhatikan etika, tidak menimbulkan fitnah
serta tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang istri dan ibu.
Dari beberapa kriteria di atas, sepertinya sulit kita menemukan karier
wanita yang ada saat ini bisa memenuhi ketentuan tesebut kecuali sedikit
sekali. Bahkan yang banyak kita saksikan adalah bahwa setiap karier
wanita saat ini baik di kantor, pabrik, sales atau lainnya penuh dengan
ikhtilat, pakaian yang tidak syar’i dan banyak menimbulkan fitnah. Oleh
karena itu, kaum wanita mukminah hendaknya bertaqwa pada Allah,
takut pada adzab-Nya yang pedih, tidak karena hanya beberapa keping
uang rela menerjang larangan Allah dan Rasul-Nya. Padahal sebenarnya
banyak dari kalangan wanita karier tersebut bukan karena kebutuhan
yang mendesak atau karena sebab syar’i lainnya namun mungkin hanya
karena mengejar ambisi dunia.
A. LATAR BELAKANG
Berbicara tentang sebuah kepemimpinan, khususnya mengenai
kepemimpinan Islam adalah merupakan suatu masalah yang sangat
menarik untuk dikaji. Karena berawal dari adanya sebuah system
kepemimpinan yang baik, maka akan dapat terwujud sebuah tatanan
masyarakat yang baik pula.
Sejak 14 abad yang silam, Al-Qur’an telah menghapuskan berbagai
macam diskriminasi antara laki-laki dan perempuan, Al-Qur’an
memberikan hak-hak kepada kaum perempuan sebagaimana hak-hak
yang diberikan kepada kaum laki-laki. Diantaranya dalam masalah
kepemimpinan Islam telah memberikan hak kepada perempuan seperti
yang diberikan Islam kepada laki-laki, demikian pula Islam memikulkan
kewajiban kepada perempuan seperti yang dipikulkan Islam kepada laki-
laki, kecuali hak atau kewajiban yang dikhususkan Islam untuk laki-laki
berdasarkan dalil-dalil syara’.
Kepemimpinan perempuan dalam bidang-bidang tertentu
terkadang memang dipertanyakan mengenai kebolehannya Tidak semua
kepemimpinan seorang perempuan dilarang, Pada dasarnya wanita
dan laki-laki dalam pandangan islam didudukan secara sama dalam
hukumnya. Dalam perspektif lain, wanita didudukkan sebagai obyek
yang harus dipimpin oleh laki-laki: “laki-laki adalah pemimpin bagi
wanita” (An-Nisa: 34). Namun bukan berarti wanita tidak mendapat
kedudukan yang layak.
Wanita dalam batasan tertentu malah menjadi sebuah tonggak
Negara, dengan peran sertanya dalam mendidik keturunanya. Wanita
juga menempati diri sebagai sosok yang mengayomi bagi siapa saja,
terutama bagi buah hatinya. Denggan demikian dapaat memberikankan
ketenangan dan kebahagiaan. Ungkapan ini sesuai hadis yang mengatakan
bahwa, “surga dibawah telapak kaki Ibu”.
114
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
hakim dan top leader perdana menteri atau kepala negara. Masalah ini
disebutkan dalam Surah At-Taubah ayat 71:
وف َويـَنـَْه ْو َن َع ِن ال ُْم ْن َك ِرِ ض يْمرو َن ِبلْمعر ِ ُ ََوال ُْم ْؤِمنُو َن َوال ُْم ْؤِمن
ُْ َ ُ ُ َ ٍ ض ُه ْم أ َْوليَاءُ بـَْع ُ ات بـَْع
اللَ َع ِز ٌيزَّ اللُ إِ َّن
َّ ك َسيـَْر َحُ ُه ُم َّ الزَكاةَ َويُ ِطيعُو َن
َ ِاللَ َوَر ُسولَهُ أُولَئ َّ الص َلةَ َويـُْؤتُو َن
َّ يمو َن ِ
ُ َويُق
يم ِ
ٌ َحك
Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian
mereka (adalah) menjadi penolong (pemimpin) bagi sebagian yang
lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari
yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat
kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. At-Taubah:
71)
ض َي ِ َعن ابْ ِن عُمر ر، َعن َنفِ ٍع،َ أَ ْخبـرَن موسى بْن عُ ْقبة،الل َِّ أَ ْخبـرَن عب ُد،ح َّدثـنا عب َدا ُن
َ ََ ْ َ ُ َ ُ ََ ْ َ ََ ْ َ ََ َ
،ول َع ْن َر ِعيَّتِ ِه َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ٌ ُ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ:ال ِّ ِ َع ِن الن،اللُ َعنـْ ُه َما
َ َّب َّ
فَ ُكلُّ ُك ْم،ت َزْو ِج َها َوَولَ ِد ِهِ اعيةٌ َعلَى بـ ْي ِ ِِ ِ
َ َ َواملَْرأَةُ َر،الر ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْه ِل بـَْيته
َّ و،َ َواألَمريُ َر ٍاع
)ول َع ْن َر ِعيَّتِه (رواه البخاري ٌ َُر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ
“Sesungguhnya kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin
bertanggung jawab atas kepemimpinannya. Penguasa adalah pemimpin,
lelaki (suami) adalah pemimpin di rumah tangganya, perempuan (istri)
adalah pemimpin di rumah suaminya dan terhadap anak-anaknya .
Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab
atas kepemimpinannya. (HR. Bukhori).
116
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
bergerak, dan leher tidak akan bergerak kecuali jika diisyaratkan oleh
kepala.99
118
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
selama tidak disimpan di hati. Sahabat Nabi Saw. Nu’man Ibnu Basyir ra.
Menceritakan bahwa:
لََق ْد:ال َ َ ق،َ َع ْن أَِب بَ ْك َرة،س ِن َ َ َع ِن احل،ف ٌ َح َّدثـَنَا َع ْو،َح َّدثـَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن اهلَيـْثَِم
بـَْع َد َما،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ ََّي َم اجلَ َم ِل َِّ ول ِ اللُ بِ َكلِم ٍة َِس ْعتـَُها ِم ْن ر ُس
َ الل َ َ َّ نـََف َع ِن
َِّ ول َ َ ق،اب اجلَ َم ِل فَأُقَاتِ َل َم َع ُه ْم ُ كِ ْد
ُصلَّى هللا َ الل َ لَ َّما بـَلَ َغ َر ُس:ال ِ َص َح ْ ت أَ ْن أَ ْلَ َق ِب
«لَ ْن يـُْفلِ َح قـَْوٌم:الَ َ ق،ت كِ ْس َرى َ قَ ْد َملَّ ُكوا َعلَْي ِه ْم بِْن،س َّ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم أ
َ َن أ َْه َل فَا ِر
)َولَّ ْواأ َْم َرُه ُم ْام َرأَةً» (رواه البخاري
Utsman
bin Ibrahim menceritakan kepada kami (al-Bukhari), ia berkata:
‘Auf menceritakan kepada kami dari al-Hasan dari Abi Bakrah
berkata: Sesungguhnya Allah telah memberikan manfaat kepadaku
dengan suatu kalimat yang aku dengar dari Rasulullah Saw. pada
hari perang Jamal (onta) hamper aku mengikuti pasukan Jamal
untuk berperang bersama mereka. Abu Bakrah berkata: Ketika
sampai informasi kepada Nabi Saw, bahwa penduduk Persi telah
mengangkat anak perempuan Kisra sebagai raja mereka. Nabi Saw,
bersabda: “Tidak akan beruntung suatu kaum yang mengangkat
perempuan sebagai pemimpin mereka.” (HR. al-Bukhari).
Sababul Wurud:
Da’wah Islamiyah yang dilakukan Rasulullah ke berbagai daerah
dan negara di antaranya dilakukan dengan mengirimkan surat kepada
pembesar-pembesar kerajaan. Salah satu kerajaan yang mendapatkan
surat dari Nabi adalah Kisra Persia. Berikut kisahnya: ”Rosulullah
mengutus ’Abdullah bin Hudzafah as-Sami untuk mengirimkan surat
kepada pembesar Bahrain. Setelah itu pembesar Bahrain menyampaikan
surat tersebut kepada Kisra. Setelah membaca surat dari Rosulullah,
ia menolak dan bahkan menyobek-nyobek surat Rosul. Peristiwa ini
didengar Rasulullah, kemudian beliau bersabda: ”Siapa saja yang telah
merobek-robek surat saya, dirobek-robek (diri dan kerajaan) orang itu”.
Selang beberapa waktu kemudian, terjadi suksesi dan pertumpahan
darah yang menyebabkan kematian sang raja. Kerajaan tersebut
120
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
mengalami kekacauan selama kurang lebih tiga tahun. Pada akhirnya,
diangkatlah Buwaran binti Syairawaih bin Kisra (cucu Kisra) sebagai ratu
karena ayah dan saudara laki-lakinya terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Hal ini terjadi sekitar tahun 9 H. Mendengar hal ini, Rosulullah bersabda :
”Tidak akan beruntung suatu kaum yang diperintah perempuan”.
Penjelasan Hadis:
Pemahaman hadis di atas dapat dilakukan melalui dua pendekatan:
1. Pendekatan dengan Kaidah I “Al-Ibrah bi ‘Umum al-Lafzhi la bi Khushus
al-Sabab”
Melalui pendekatan kaidah ini, hadis di atas dapat
dipahami bahwa kaum perempuan tidak dapat atau tidak boleh
dijadikan pemimpin. Abu Bakrah, seorang sahabat Nabi Saw.
yang meriwayatkan hadis ini juga mempunyai pemahaman sama
seperti kaidah di atas. Pemahaman dengan pendekatan kaidah di
atas dipahami pula oleh Abd al-Qadir Abu Faris. Ia mengatakan
bahwa hadis tersebut tidak hanya berlaku bagi bangsa Persia
dimana ia diturunkan, akan tetapi berlaku pula bagi semua
bangsa yang dipimpin oleh perempuan. Maka yang harus menjadi
pertimbangan adalah bunyi hadis tersebut yang menunjukkan arti
umum (general), bukan pertimbangan konteks atau sebab, sesuai
dengan kaidah fiqh: “Al-‘Ibrah bi ‘Umum al-Lafz la bi Khusus al-
Sabab”.
Pendekatan pemahaman hadis dengan menggunakan kaidah
di atas mempunyai dua kelemahan:
a. Bertentangan dengan Pemahaman Al-Qur’an
Salah satu ayat yang berkaitan dengan hak-hak politik
kaum perempuan adalah surat al-Taubah ayat 71 yang telah
dijelaskan di atas. Yang mana secara umum, ayat tersebut
dipahami sebagai gambaran tentang kewajiban melakukan
kerja sama antara laki-lakidan perempuan dalam berbagai
122
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
2. Pendekatan dengan Kaidah II “Al-‘Ibrah bi Khusus al-Sabab la bi ‘Umum
al-Lafz”
Menurut Ibn Hajar al-‘Asqallany tersebut melengkapi kisah
Kisra yang telah merobek-robek surat Nabi Saw. kisah tersebut
ditulis oleh Imam al-Bukhari sebelum ia menuliskan hadis ini, yaitu:
124
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ada kaitannya dengan masalah jenis kelamin, melainkan pada
kualifikasi pribadi dan system yang mendukungnya.103
Kalau hadis Abi Bakrah mengatakan bahwa tidak akan
bahagia suatu kaum yang mengangkat perempuan sebagai
pemimpin mereka, maka Al-Qur’an mengatakan justru sebaliknya.
Al-Quran memaparkan kisah seorang ratu yang memimpin
kerajaan yang besar, yaitu Ratu Balqis, di negeri Saba’. Hal ini
disebutkan dalam Al-Quran Surah Saba’ ayat 15:
ٍ َني وِش
ال ُكلُوا ِم ْن ِرْز ِق َربِّ ُك ْم ِ ِ ِ ِ
َ ٍ سبٍَإ ِف َم ْس َكن ِه ْم آيَةٌ َجنـَّتَان َع ْن َي َ لََق ْد َكا َن ل
ور ٌّ َوا ْش ُك ُروا لَهُ بـَْل َدةٌ طَيِّبَةٌ َوَر
ٌ ب غَ ُف
Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan)
di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah
kanan dan di sebelah kiri. Makanlah olehmu dari rezeki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya,
(negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan
Yang Maha Pengampun. (QS. Saba’; 15)
) إِنَّهُ ِم ْن ُسلَْي َما َن َوإِنَّهُ بِ ْس ِم29( ٌاب َك ِرمي ِ ََّ ِت ي أَيـُّها الْم َلُ إِِّن أُل ِْقي إ
ٌ َل كت َ َ َ َ ْ َقَال
ِ ِ َّ الر ْح ِن َِّ
ت َي أَيـَُّها ْ َ) قَال31( ني َ ) أ ََّل تـَْعلُوا َعلَ َّي َوأْتُ ِون ُم ْسل ِم30( الرح ِيم َ َّ الل
)32( ون ِ اطعةً أَمرا ح َّت تَ ْش َه ُد ِ ُ الْم َلُ أَفـت ِون ِف أَم ِري ما ُك ْن
َ ً ْ َ َت ق َ ْ ُْ َ
Berkata ia (Balqis), “Hai pembesar-pembesar, sesungguhnya
telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang berharga.
Sesungguhnya surat itu dari Sulaiman dan sesungguhnya (isi)
nya: Dengan (menyebut) nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayng. Janganlah kamu sekalian berlaku sombong
terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang
berserah diri. Berkata Balqis, “Hai pembesar-pembesar, berilah
aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah
126
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
memutuskan sesuatu persoalan pun sebelum kamu berada dalam
majelis (ku)” (QS. An-Naml: 29-32)
128
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
WANITA PENYEBAB TIMBULNYA FITNAH
A. LATAR BELAKANG
Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang
dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal
menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme.
Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah
hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, ”Hampir saja bangsa-
bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat
makanan. Berkata seorang sahabat, “Apakah karena kita sedikit pada saat
itu? Rasullah saw. bersabda, Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi
kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati
musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam
hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat,Apakah Wahn itu wahai
Rasulullah saw ? Rasulullah saw, bersabda, “Cinta dunia dan takut mati”
(HR Abu Dawud)
Para ulama menjelaskan, tatkala Allah menjadikan dunia
terlihat indah di mata manusia, ditambah dengan berbagai aksesorisnya
yang memikat, mulailah jiwa dan hati condong kepadanya. Dari sini
manusia terbagi menjadi dua kubu sesuai dengan pilihannya. Sebagian
orang menjadikan seluruh anugerah tesebut sebagai tujuan hidupnya.
Seluruh pikiran dan tenaga dikerahkan demi meraihnya, hal itu sampai
memalingkan mereka dari ibadah. Akhirnya mereka tidak peduli
bagaimana cara mendapatkannya dan untuk apa kegunaannya. Ini adalah
golongan orang-orang yang kelak menerima azab yang pedih. Sedangkan
golongan yang kedua adalah orang-orang yang sadar bahwa tujuan
penciptaan dunia ini adalah untuk menguji manusia, sehingga mereka
menjadikannya sarana untuk mencari bekal akhirat. Inilah golongan
yang selamat dari fitnah, merekalah yang mendapat rahmat Allah
Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan
menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan. Namun pada
B. PENGERTIAN FITNAH
Secara etimologi fitnah itu artinya kesesatan, dan secara istilah syara fitnah
adalah menyebarkan berita bohong / jelek dalam suatu hal / orang lain, baik
secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Dalam kamus besar Bahasa
Indonesia,fitnah diartikan sebagai perkataan yang bermaksud menjelekkan orang.
Fitnahinimunculkarenabeberapafaktoryaitukebencian,kemunafikandankedustaan.
Fitnah bertujuan untuk menjatuhkan martabat dan membuat kesengsaraan kepada
sesorang atau kelompok tertentu. dalam Al-qur’an
kata fitnah mempunyai arti yang berbeda-beda, Menurut Al-Raghib al-
asfahani, kata fitnah berasal dari kata fatana yang pada mulanya berarti membakar
emas untuk mengetahui kadarnya. Kata tersebut digunakan dalam Al-Qur’an
dalam arti “azab” seperti dalam QS Az-Zariyat 14
14(( ذُوقُوا فِتـْنـَتَ ُك ْم َه َذا الَّ ِذي ُكنـْتُ ْم بِ ِه تَ ْستـَْع ِجلُو َن
‘Rasakanlah azabmu itu. Inilah azab yang dulu kamu minta untuk disegerakan.
Kata fitnah, dalam Al-qur’an, juga digunakan dengan arti “Menguji”, baik
ujian itu berupa nikmat (kebaikan) maupun kesulitan (keburukan) sebagaimana
yang disebutkan di dalam QS. Al-Anbiya : 35.
130
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ت بـَْع ِدي
ُ «ما تـََرْك َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
َ :ال ِّ ِ َع ِن الن،اللُ َعنـْ ُه َما
َ َّب َّ ض َيِ أُسامةَ بْ ِن َزيْ ٍد ر
َ ََ
»س ِاء ِ ِ ِ ِ ض َّر َعلَى
َ ّالر َجال م َن الن ّ َ َفِتـْنَةً أ
“Telah menceritakan Adam, telah menceritakan kepada kami Syu’bah
dari Sulaiman at-Taimi ia mengatakan, Aku mendengar dari Abu Usman
An-Nahdi dari Usamah bin Zaid bahwa Nabi bersabda: Sepeninggalku,
tidak ada ujian berat yang membahayakan bagi kaum laki-laki melebihi
(godaan) kaum wanita”(HR.Bukhari:5096)
،ُ َح َّدثـَنَا ُش ْعبَة، َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر: قَ َال،شا ٍر َّ َ َو ُمَ َّم ُد بْ ُن ب،َح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ال ُْمثـَ َّن
صلَّى ٍ ث َعن أَِب س ِع ِ ُ َِس ْع:ال
َ َّب ِّ ِ َع ِن الن،ي ِّ الُ ْد ِر
ْ يد َ ْ ُ ُيَ ّد،ض َرَة ْ َت أ ََب ن َ َ ق،ََع ْن أَِب َم ْسلَ َمة
فَ فـَيـَْنظُُر َك ْي، َوإِ َّن هللاَ ُم ْستَ ْخلِ ُف ُك ْم فِ َيها،ٌض َرة
ِ الدنـْيا حلْوةٌ َخ
َ ُ َ ُّ «إِ َّن:ال َ َ ق،هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم
»س ِاء ِ
َ ّت ِف الن ْ َيل َكان ِ ِ ِ ِ ِ َ الدنـْيَا َواتـَُّقوا النِّس
َ فَإ َّن أ ََّو َل فتـْنَة بَِن إ ْس َرائ،اء َ ُّ فَاتـَُّقوا،تـَْع َملُو َن
132
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
keadaan darurat. Sebaliknya, lelaki juga hendaknya menundukkan
pandangannya serta tidak berbaur denan perempuan yang bukan
mahram.
Allah SWT berfirman:
اللَ َخبِريٌ ِبَا َّ ك أَ ْزَكى َلُ ْم إِ َّن َ ِوج ُه ْم َذل ِ قُل لِلْم ْؤِمنِني يـغُضُّوا ِمن أَب
َ صا ِره ْم َوَْي َفظُوا فـُُر َْ ْ َ َ ُ ْ
ِ ِ ِ ِ ِ
ِ َ) وقُل للْم ْؤمن30( صنـعو َن
ين
َ وج ُه َّن َوَل يـُْبد َ ْن فـُُر َ صا ِره َّن َوَْي َفظ
َ ْض َن م ْن أَب ْ ض
ُ ْات يـَغ ُ ْ َ َُ ْ َي
ين ِزينـَتـَُه َّن إَِّل لِبـُعُولَتِ ِه َّن ِ ِِ ِ ِ ْ ِزينـتـه َّن إَِّل ما ظَهر ِمنـها ولْي
َ ض ِربْ َن بُ ُم ِره َّن َعلَى ُجيُوب َّن َوَل يـُْبد َ َ َْ َ َ َ َُ َ
ِِ ِِ ِ ِ
آبء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَائِ ِه َّن أ َْو أَبـْنَاء بـُعُولَتِ ِه َّن أ َْو إِ ْخ َوان َّن أ َْو بَِن إِ ْخ َوان َّن أ َْو ِ أَو
َ آبئ ِه َّن أ َْو
َ ْ
ِ الر َج ِ ِ ِ ْ سائِ ِه َّن أ َْو َما َملَ َك ِ ِِ
ال ِّ ال ْربَة م َن ِْ ُول ِ ني غَ ِْي أَ ت أ َْيَانـُُه َّن أَ ِو التَّابِع َ بَِن أَ َخ َوات َّن أ َْو ن
ني ِم ْن ِ ِ ِ ْ َس ِاء َوَل ي
َ ض ِربْ َن ِب َْر ُجل ِه َّن ليـُْعلَ َم َما ُيْف ِ ِ
َ ّين َلْ يَظ َْه ُروا َعلَى َع ْوَرات الن
ِ َّ ِ
َ أَ ِو الطّْف ِل الذ
)31( ج ًيعا أَيُّهَ ال ُْم ْؤِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم تـُْفلِ ُحو َن َِ اللَِّ ِزينتِ ِه َّن وتُوبوا إِ َل
ُ َ َ
Dari ayat diatas diketahui bahwa laki-laki dan wanita sama-
sama diperintah menundukkan pandangan dari lawan jenis yang bukan
mahram. Dengan kata lain, masin-masin menjadi fitnah (ujian) bagi yang
lain. Jika yang disebut Pertama dalam rangkaian hal-hal yang dicintai
manusia (al-syahawat) pada surah Ali-Imran ayat 14 diatas adalah
wanita yan menempati urutan kedua adalah anak laki-laki.
Kata ‘wanita’ dan ‘anak laki-laki’ pada ayat tersebut menimbulkan
pertanyaan, apakah lelaki dan anak perempuan tidak dicintai oleh
manusia, atau kata manusia disini khusus pria? Quraish Shihab
menjelaskan bahwa manusia yang dimaksud oleh ayat ini adalah semua
putri Adam, lebih-lebih yang dewasa baik pria maupun wanita.
Peringatan agar waspada terhadap sesuatu, bukan berarti
semua hal yang berkaitan dengan wanita adalah buruk, akan tetapi
menunjukkan bahwasannya wanita memilki pengaruh yang cukup
besar dalam kehidupan seseorang. Kesibukan dengan wanita dapat
menjauhkan ia dari Allah SWT. Serta memalingkan seseorang tersebut
105 Lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut ilmu Al-Qur’an,Laporan
Penelitian Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Kaum Perempuan terhadap hadis-hadis
misoginis studi terhadap mahasiswi IIQ,(Jakarta:2013) hal. 124-130
134
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
saw. bersabda: “Anggapan sial itu ada pada 3 hal: pada kuda, perempuan
dan rumah.”
َد َخ َل،ي ِ ْ ََن َر ُجلَّ أ،سا َن ْالَ ْع َر ِجَّ َع ْن أَِب َح،َادة َ َ َع ْن قـَت، َح َّدثـَنَا َس ِعي ٌد،ح ٌ َح َّدثـَنَا َرْو
:ول ُ َكا َن يـَُق،صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َِّ ب َّ ث أ
َّ ََِن ن ُ إِ َّن أ ََب ُه َريـَْرةَ ُيَ ِّد:شةَ فـََق َالَ َِعلَى َعائ
َ الل
َو ِش َّقةٌ ِف،الس َم ِاء َّ ت ِش َّقةٌ ِمنـَْها ِف ْ فَطَ َار:ال َ َالدا ِر» ق َّ َو،الدابَِّة َّ َو،«إِ َّنَا ال ِطّيـََرةُ ِف ال َْم ْرأ َِة
َّ َِ َولَ ِك َّن ن،ول
ب ُ اس ِم َما َه َك َذا َكا َن يـَُق ِ والَّ ِذي أَنـز َل الْ ُقرآ َن َعلَى أَِب الْ َق:ت ِ ْال َْر
ْ َْ َ ْ َ فـََقال،ض
ال ِطّيـََرةُ ِف ال َْم ْرأ َِة:اهلِيَّ ِة يـَُقولُو َن
ِ « َكا َن أ َْهل ا ْل:ول ُ صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َكا َن يـَُق َِّ
َ ُ َ الل
ض َوَل ِف أَنـُْف ِس ُك ْم إَِّل ِ صيبَ ٍة ِف ْال َْر ِ {ما أَصاب ِمن م:ُشة ِ ْ الدابَِّة « ُثَّ قـرأ َّ الدا ِر َوَّ َو
ُ ْ َ َ َ َ َت َعائ ََ
آخ ِر ْاليَِةِ ] إِ َل22 :اب} [احلديد ٍ َِف كِت
“Rauh menceritakan kepada kepada kami ia berkata: Sa’id menceritakan
kepada kami dari Qatadah dari Abi Hasan, bahwa ada 2 orang laki-laki
datang kepada ‘Aisyah, keduanya berkata: “sesungguhnya Abu Hurairah
bercerita bahwa Nabi pernah bersabda: ‘Kesialan itu terdapat pada
perempuan binatang dan rumah.’ Maka terbanglang sebagian lanbung
‘Aisyah ke langit dan sebagian lagi ke bumi (gambaran kemarahan
yang memuncak dari ‘Aisyah setelah mendengar cerita tersebut). ‘Demi
yangtelah menurunkan Al-Qur’an kepada Abi Al-Qasim (Nabi saw),
bukan seperti itu yang beliau sabdakan, akan tetapi Nabi saw bersabda:
‘Orang-orang Jahiliyah mengatakan bahwa kesialan terdapat pada
perempuan, binatang dan rumah,’ Kemudian ‘Aisyah membaca ayat:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mudabah bagi Allah.(QS. Al-Hadid:22)”
136
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
mendengarkan hadits tersebut secara keseluruhan (lengkap).106 Kritikan
‘Aisyah dengan menggunakan ayat Al-Qur’an terhadap periwayatan Abu
Hurairah menjadikan hadits yang dibawakannya (yang termasuk hadits
dha’if) tersebut menjadi “tandingan yang seimbang”bila disandingkan
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang di kutip oleh
Al-Bukhari, yaitu QS. Al-Hadid:22. Insyaallah ‘Aisyah lebih mendekati
kebenaran , karena lebih sesuai dengan larangan Nabi Saw secara umum
tentang Tathuyyur.
E. KESIMPULAN
Definisi Fitnah menurut para ahli bahasa bermakna ujian atau
cobaan dalam berbagai macam bentuknya. Ada ujian yang buruk seperti
siksaan, kesusahan, penderitaan, penyakit, dsb. Dan ada ujian dalam
bentuk kebaikan seperti harta, wanita, kedudukan, popularitas . Fitnah
juga bermakna kegagalan dari sebuah ujian dan berakibat pada keburukan
seperti syirik, kejahatan, kemungkaran, kerusakan, perselisihan, saling
bunuh,dsb
Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan
Hadits, sebagaimana yang telah terlampir diatas. Fitnah wanita dapat
menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari
kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan
kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena
faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai
dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam
Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang
hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois.
Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois.
Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka
banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan
106 Lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut ilmu Al-Qur’an,Laporan
Penelitian Tingkat Pemahaman dan Penerimaan Kaum Perempuan terhadap hadis-hadis
misoginis studi terhadap mahasiswi IIQ,(Jakarta:2013) hal.77-81
138
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KESAKSIAN WANITA
A. LATAR BELAKANG
Syahadah atau persaksian bagi wanita merupakan salah satu isu
yang sering diragukan tentang keadilan Islam di dalamnya. Islam datang
menggumbar kesetaraan dan persamaan hak antarmanusia. Namun,
dalam hak persaksian kaum hawa, cenderung tergambarkan diskriminatif
sebagai pilihan kedua setelah pria, atau dua saksi wanita baru sebanding
dengan satu saksi pria.
Satu sisi, banyak kalangan memahami bahwa Islam menempatkan
kedudukan wanita lebih rendah dibanding pria. Islam juga dianggap telah
memberikan perlakuan istimewa kepada pria dalam hak-hak individual
dan sosial yang tidak diberikan kepada wanita. Tetapi juga banyak
kalangan yang memberikan interpretasi serba positif melalui ayat-ayat
al-Qur’an dan hadis serta pemikiran ulama tentang hak wanita.
Klaim dan tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar ini sejak awal telah
muncul, dan sejak itu telah mendapat jawaban dan sanggahan tersirat
pada mereka yang mempertanyakannya. Salah seorang sahabat wanita
bertanya tentang kekurangan pada mereka. Rasul saw. mengungkapkan
kaum wanita kurang akal dan kurang agamanya. Hal ini, disebabkan
karena wanita amat perasa, tidak tegas hingga kesekasian seorang wanita
belum cukup untuk diterima.
Pada banyak hal, Islam juga dianggap agama yang tidak menghormati
wanita. Dalam sejarah Islam, Rasulullah saw. pada banyak kesempatan
memuliakan dan mengutamakan kaum wanita. Wanita sebagai makhluk
ciptaan Tuhan memiliki ciri dan sifat mendasar seperti perasa, ragu,
tidak tegas, penakut. Sifat ini tidak berubah walaupun kondisi saat ini
telah berbeda dan berkembang. Ruang-ruang yang biasanya dipenuhi
oleh kaum adam, saat ini telah mulai diisi oleh kaum hawa. Mereka
berdagang, berbisnis, berkantor, bahkan masuk dalam rana politik dan
B. PERSAKSIAN
1. Pengertian
2. Syarat-Syarat Syahadah
a. Berakal Sehat dan Baligh (Dewasa)
140
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Seorang saksi disyaratkan memenuhi kualifikasi berakal
sehat dan baligh berdasarkan kesepakatan fukaha, sehingga
kesaksian orang yang tidak berakal sehat tidak dapat diterima
secara ijmak, seperti orang gila, orang mabuk, dan anak kecil yang
belum dewasa karena tidak dapat diperoleh kepercayaan melalui
perkataan mereka.
Saksi sejumlah anak untuk bersaksi sesama mereka,
dibolehkan oleh Imam Malik dalam kasus menyakiti atau
melukai anak yang lain. Hal ini berbeda dengan Jumhur, yang
menyebutkan ketidakbolehan saksi anak secara mutlak masih
diragukan keterangan mereka.107
b. Merdeka
Ulama Hanafi, Maliki, dan Syafi’i sepakat bahwa saksi
harus orang yang merdeka sehingga kesaksian budak tidak
diterima. Namun demikian, pengertian merdeka dalam hal ini pada
hakikatnya adalah tidak ada ancaman atau pun tekanan terhadap
saksi. Saksi bebas mengungkapkan hal-hal yang dibutuhkan
dalam persaksian tanpa ada intimidasi dari pihak lain, bahkan dia
juga tidak boleh bersikap superior dan emperior.
c. Islam
Fukaha sepakat bahwa saksi harus beragama Islam,
sehingga tidak diterima kesaksian seorang kafir terhadap orang
Islam. Akan tetapi, ulama Hanafi dan Hanbali membolehkan
kesaksian seorang kafir dalam masalah wasiat yang dibuat dalam
perjalanan. Ahl al-Z|immah juga diperbolehkan kesaksiannya
terhadap sesama dalam pandangan Hanafiyah ketika dianggap
taat pada kepercayaannya.108
Keabsahan saksi non-muslim dalam praktek hukum acara
yang berlaku di lingkungan peradilan agama, dipertimbangkan
berdasarkan kedudukan saksi tersebut, apakah sebagai syarat
107 Ibnu Qayyim al-Jauzi, al-Qawanin al-Fiqhiyah,(Makkah: Abbas) h. 202
108 Ibnu Najjar, Muntaha al-Iradat, (Terj. Alim al-Kutub) h. 158 jil. II
142
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
akan dibahas selanjutnya.
ِ عن عب ِد،ك ِ
َع ْن،هللا بْ ِن أَِب بَ ْك ٍر ْ َ ْ َ ٍ ت َعلَى َمال ُ ْ قـََرأ:الَ َ ق،وح َّدثـَنَا َْي َي بْ ُن َْي َي َ
َع ْن َزيْ ِد،ي ِ ِ ِ
َ ْ َع ِن ابْ ِن أَِب َع ْم َرةَ ْالَن، َع ْن َع ْبد هللا بْ ِن َع ْم ِرو بْ ِن عُثْ َما َن،أَبِيه
ِّ صا ِر
الش َه َد ِاء َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق
ُّ «أ ََل أُ ْخِبُُك ْم ِبَ ِْي:ال َ َّب َّ أ،بْ ِن َخالِ ٍد ا ْلَُه ِِن
َّ َِن الن ّ
ِ ِ
»ادته قـَْب َل أَ ْن يُ ْسأَ َلَا َ ِالَّ ِذي َيِْت ب
َ ش َه
Artinya:
Dari Zaid Ibnu Khalid al-Juhany, Bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Maukah kalian aku beritahukan tentang sebaik-baik saksi? Yaitu
orang yang datang menjadi saksi sebelum diminta memberikan
kesaksian.” (HR Muslim)
أَ ْخبـََرِن َزيْ ٌد ُه َو:ال َ َ ق، أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر:ال َ َ ق،ََح َّدثـَنَا َس ِعي ُد بْ ُن أَِب َم ْرَي
ٍِ َِّ اض ب ِن عب ِد ِ
ول
ُ َخ َر َج َر ُس:ال َ َ ق،ي ِّ َع ْن أَِب َسعيد اخلُ ْد ِر،الل ْ َ ْ ِ َ َع ْن عي،َسلَ َم ْ ابْ ُن أ
،س ِاء ِ
َ ّ فَ َم َّر َعلَى الن،صلى
َّ َ ُض َحى أ َْو فِطْ ٍر إِ َل امل ْ َصلى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِف أ َ الل
َِّ
َوِبَ َي:ْن ِ ِشر الن
َ ْن فَِإِّن أُ ِريتُ ُك َّن أَ ْكثـََر أ َْه ِل النَّا ِر» فـَُقلَ ص َّدق
َ َساء ت َ ّ َ َ «ي َم ْع َ :ال َ فـََق
ات َع ْق ٍل ِ ت ِمن َنقِص ِ وتَ ْك ُفر َن، «تُ ْكثِر َن اللَّعن:ال َِّ ول
َ ْ ُ ْ َما َرأَي،ري َ العش
َ ْ َ َْ ْ َ َالل؟ ق َ َر ُس
صا ُن ِدينِنَا َو َع ْقلِنَا ِِ ِ وِدي ٍن أَ ْذه
َ َوَما نـُْق:ْن َ قـُل،»الر ُج ِل احلَا ِزم م ْن إِ ْح َدا ُك َّن َّ ب ِّ ُب لل َ َ َ
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
، بـَلَى:ْن َ الر ُج ِل» قـُل
َّ ادة َ صف َش َه ْ ادةُ املَْرأَة مثْ َل ن َ س َش َه َ «أَلَْي:ال َ َالل؟ قَّ ولَ َي َر ُس
َ س إِ َذا َحا ِ ِ ك ِمن نـ ْق ِِ
:ْنَ ص ْم» قـُل ُ َص ِّل َوَلْ ت
َ ُت َلْ ت ْ ض َ أَلَْي،صان َع ْقل َها َ ُ ْ «فَ َذل:ال َ َق
»ان ِدينِ َهاِ ك ِمن نـ ْقص ِِ
َ ُ ْ «فَ َذل:ال َ َ ق،بـَلَى
Artinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudriy, Rasulullah SAW Bersabda: “Wahai kaum
perempuan!sesungguhnya aku melihat kalian adalah penghuni
neraka yang paling banyak”, mereka bertanya : “Apa sebabnya,
Ya Rasulullah?”, Rasulullah menjawab, “Kalian banyak melaknat
dan ingkar kepada suami, Aku tidak pernah melihat orang yang
kurang akal dan agamanya dapat mengalahkan kaum laki-laki
yang mempunyai kecerdasan dan kekuatan diabndingkan kalian”,
mereka bertanya: “Ya Rasulullah! Apa yang menyebabkan kami
kurang akal dan agama?”, Rasulullah menjawab , “Bukankah
kesaksian perempuan setengah dibandingkan kesaksian laki-laki?,
mereka menjawab “Betul”, “Itulah kekurangan kalian”, “Bukankah
kalian tidak shalat dan tidak puasa pada saat kalian sedang haid?”,
“Betul”,”Itulah kekurangan agama kalian”. (HR. Bukhari)
144
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Biografi Abu Sa’id al-Khudriy
• Nama Lengkap : Sa’ad Al-Khudry Al-Khazraji Al-Anshar
• Lahir – Wafat : 8 SH-74 H
• Profil : Abu Sa’id Al-Khudry dikenal
sebagai sahabat yang alim dan zahid. Dalam jajaran
periwayatan hadis beliau menduduki posisi yang ke-7 dengan
jumah 1170 hadis.
Pembahasan dan dalil ayat Al-Qur`an tentang kesaksian wanita
Kurang akal yang dimaksudkan dalam hadis di atas, secara
langsung berkaitan dengan persaksian kaum perempuan yang
disebutkan dalam ayat surat Al-Baqarah: 282 karena satu saksi laki-
laki berbanding dengan dua saksi perempuan. Allah berfirman111:
ي فـََر ُج ٌل َو ْام َرأ ََت ِن ِمَّ ْن َ استَ ْش ِه ُدوا َش ِهي َديْ ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم فَِإ ْن َلْ يَ ُك
ِ ْ َون َر ُجل ْ و......
َ
.....اهَا ْالُ ْخ َرى ُ اهَا فـَتُ َذ ّكِ َر إِ ْح َد ِ
ِ َالش َه َداء أَ ْن ت
ُ ض َّل إِ ْح َد ِ
ُّ ض ْو َن م َن َ تـَْر
)282(
Artinya:
“....Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantara
kamu. Jika tidak ada (Saksi) dua orang laki-laki, maka (Boleh)
seorang laki-laki dan dua orang perempuan diantara orang-orang
yang kamu sukai dari para saksi (yang ada), agar jika seorang lupa
maka yang seorang lagi mengingatkannya…” (QS. AL-Baqarah:282)
146
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Karena wanita memiliki watak dasar dan tugas-tugas tertentu
yang bersifat khusus, maka islam menetapkan bahwa kesaksiannya
bernilai separuh kesaksian laki-laki. Dengan alasan itu pula bisa
dikatakan bahwa dalam persoalan ini, perbandingan antara
wanita yang bergelar doktor dan lelaki yang buta huruf adalah
perbandingan yang bukan pada tempatnya.
Allah menegaskan:
148
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ي ِم ْن بـَْع ِد ِه
ِ َْهللا صلى هللا عليه وسلم َواْخلَلِيـَْفتـ ِ السنةُ ِمن لَ ُد ْن رسو ُل
ُْ َ ْ َ َّ ت ْ ضَ قول الزهري َم
س ِاء َوعُيُوبِِ َّن ِ ِ ِ
َ ّريُه َّن م ْن ِوَل َدات الن
ِ َِّ ِ ِ ِّادةُ الن
َ َ أَ ْن جتوز َش َه
َ َساء ف ْي َما َليَطل َع َعلَيه غ
Artinya: “Merupakan sunnah Rasul dan dua khalifah setelahnya bolehnya
saksi wanita yang tidak mungkin digantikan oleh pria, seperti melahirkan,
dan rahasia wanita”.
F. KESIMPULAN
Maka pemahaman yang dapat diambil dari teks hadis di atas
adalah yang dilakukan ulama hadis, tafsir, atau fiqih tidak menunjukkan
adanya indikasi merendahkan atau melemahkan posisi kaum perempuan
dalam pergaulan sosial. Teks tersebut berkaitan langsung dengan kasus
persaksian. Pemahaman yang diangkat telah dikondisikan dengan ruang
dan waktu. Oleh karena itu hal persaksian ini harus dipahami secara
tekstual dan kontekstual.
Teks hadis tentang persaksian perempuan dan relevansinya dengan
surat Al-Baqarah 282 harus dipahami dengan ta’abbudiy, sehingga
hukum yang telah ditetapkan Tuhan tidak berubah, yaitu satu laki-laki
berbanding dua permpuan. Dan ketetapan tersebut tidak mengindikasikan
kelemahan kaum perempuan dibanding laki-laki.112
112http://www.tongkronganislami.net/2016/04/saksi-dan-persaksian-wanita-
dalam-islam.html
150
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
KAUM PEREMPUAN MAYORITAS PENGHUNI NERAKA
(BANYAK MELAKNAT DAN MENGINGKARI KEBAIKAN SUAMI)
A. LATAR BELAKANG
Suatu perkara yang pasti bahwa surga dan neraka adalah dua tempat
balasan yang Allah SWT ciptakan. Surga diciptakan-Nya sebagai tempat
tinggal yang abadi bagi kaum mukmin, dan neraka sebagai tempat tinggal
bagi kaum musyrik dan pelaku dosa yang Allah SWT telah melarangnya.
Setiap muslim yang mengerti keadaan surga dan neraka tentunya sangat
berharap untuk dapat menjadi penghuni surga dan terhindar jauh dari
neraka, inilah fitrah.
Membicarakan neraka dan penghuninya, seringkali disebutkan
bahwa mayoritas penghuninya adalah wanita. Sebab apakah wanita
menjadi mayoritas penghuni neraka?, dalam makalah ini insyaAllah akan
kami bahas.
B. DALIL AL-QUR’AN
ِ َ ْ َالدنـْيا وِزينـتـ َها فـتـعال َُّ ْك إِ ْن ُكنـ ِ َّب قُل ِلَ ْزو
ُس ِّر ْح ُك َّن
َ ي أ َُمتّ ْع ُك َّن َوأ ََ َ َ َ َ َ ُّ َت تُ ِر ْد َن ا ْلَيَاة َ اج َ ْ ُّ َِي أَيـَُّها الن
)28( ج ًيل َِ سراحا
ً ََ
Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, “ jika kamu menginginkan
kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan
kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik.”
Sabab Nuzul
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim dari Jabir bahwa Abu Bakar
minta izin kepada Rasulullah untuk menghadap beliau, tetapi juga banyak
orang duduk di muka pintu menunggu izin untuk hal yang sama, sehingga
Rasulullah saw belum mengizinkannya menghadap. Kemudia datang pula
Umar bin Khattab meminta izin untuk menghadap dan Rasulullah juga
152
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Menurut riwayat, setelah kejadian tersebut Nabi menyendiri
(‘uzlah) dari istri-istri beliau selama 29 hari karena peristiwa rekayasa
Hafsah. Nabi bersabda: ‘Aku tidak akan menggauli mereka selama
sebulan, karena sangat marah atas perlakuan mereka terhadap beliau
ketika Allah menegur Nabi. Setelah 29 hari Nabi menjumpai ‘Aisyah.
‘Aisyah bertanya: Wahai Rasulallah!, bukankah enkau telah bersumpah
tidak akan menggauli kami selama satu bulan, aku menghitungnya hari
ini adalah hari yang ke 29. Rasulullah menjawab: “Satu bulan adalah 29
hari. 115
Sabab Nuzul
Diriwayatkan oleh Anas dari ‘Umar bahwa ia berkata, “Telah
sampai kepadaku bahwa sebagian istri-istri Nabi bersikap keras
kepada Nabi dan menyakiti hati beliau. Maka saya selidiki hal itu. Saya
menasihatinya satu-persatu dan melarangnya menyakiti hati Nabi saw,
saya berkata, “Jika kalian tetap tidak mau taat maka boleh jadi Allah
memberikan kepada nabi, istri-istri baru yang lebih baik dari kalian. Dan
setelah saya menemui Zainab, ia berkata, ‘Wahai Ibnu Khattab! Apakah
tidak ada Rasulullah untuk menasihati istri-istrinya? Maka nasihatilah
mereka sampai mereka itu tidak diceraikan,’ maka turunlah ayat ini.”
Ayat ini berisi peringatan dari Allah terhadap istri-istri yang
menyakiti hati Nabi saw. Jika Nabi menceraikan mereka, boleh jadi Allah
menggantinya dengan istri-istri baru yang lebih baik dari mereka, baik
أَ ْخبـََرِن َزيْ ٌد ُه َو ابْ ُن:ال َ َ ق، أَ ْخبـََرَن ُمَ َّم ُد بْ ُن َج ْع َف ٍر:ال َ َ ق،ََح َّدثـَنَا َس ِعي ُد بْ ُن أَِب َم ْرَي
صلَّى َِّ ول ٍِ َِّ اض ب ِن عب ِد ِ
َ الل ُ َخ َر َج َر ُس:ال َ َ ق،ي ِّ َع ْن أَِب َسعيد اخلُ ْد ِر،الل ْ َ ْ ِ َ َع ْن عي،َسلَ َم ْأ
ش َر
َ «ي َم ْع َ :ال َ فـََق،س ِاء ِ
َ ّ فَ َم َّر َعلَى الن،صلى
َّ َ ُض َحى أ َْو فِطْ ٍر إِ َل امل ْ َهللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ِف أ
«تُ ْكثِ ْر َن:ال َِّ ول َ َوِبَ َي َر ُس:ْن ِ ِالن
َ َالل؟ ق َ ْن فَِإِّن أُ ِريتُ ُك َّن أَ ْكثـََر أ َْه ِل النَّا ِر» فـَُقل
َ ص َّدق
َ َساء ت َّ
الر ُج ِل احلَا ِزِم ِم ْن
َّ ب ِ ات َع ْق ٍل وِدي ٍن أَ ْذه
ِّ ُب لل َ َ َ
ِ ت ِمن َنقِص
َ ْ ُ ْ َما َرأَي،ري
ِ وتَ ْك ُفر َن،اللَّعن
َ العشَ ْ َ َْ
ادةُ املَْرأ َِة ِمثْ َل
َ س َش َه َ «أَلَْي:ال َ َالل؟ قَِّ ول َ صا ُن ِدينِنَا َو َع ْقلِنَا َي َر ُس َ َوَما نـُْق:ْن َ قـُل،»إِ ْح َدا ُك َّن
ِ ِ ك ِمن نـ ْق ِِ َّ اد ِة
ت ْ ض َ س إِ َذا َحا َ أَلَْي،صان َع ْقل َها َ ُ ْ «فَ َذل:ال َ َ ق، بـَلَى:ْن َ الر ُج ِل» قـُل َ ف َش َه ِص ْ ِن
ِ ك ِمن نـ ْقص
»ان ِدينِ َها ِِ
َ ُ ْ «فَ َذل:ال َ َ ق، بـَلَى:ْن َ ص ْم» قـُل ُ َص ِّل َوَلْ ت
َ َُلْ ت
117
Riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah saw. keluar pada waktu
shalat idul Adha atau shalat idul Fitri menuju tempat shalat. Beliau
melewati tempat kaum perempuan sambil bersabda: “Wahai kaum
perempuan bersedekahlah! Sesungguhnya akua melihat kalian adalah
penghuni neraka yang paling banyak”. Mereka bertanya: “Apa sebabnya
ya Rasulallah?” Rasulullah saw. menjawab: “Kalian banyak melaknat dan
ingkar kepada suami. Aku tidak pernah melihat orang yang kurang akal
dan agamanya dapat mengalahkan kaum laki-laki yang mempunyai
kecerdasan dan kekuatan dibandingkan kalian”. Mereka bertanya: “Ya
Rasulallah! Apa yang menyebabkan kami kurang akal dan agama?”.
Rasulullah saw. menjawab: “Bukankah kesaksian perempuan setengah
dibandingkan kesaksian laki-laki?.” Mereka menjawab: “Betul”. “Itulah
kekurangan kalian”. “Bukankah kalian tidak shalat dan tidak puasa pada
saat kalian sedang haidh?”. “Betul”. “Itulah kekurangan agama kalian”.
154
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
memposisikan kaum perempuan sebagai mayoritas penghuni neraka
disebabkan banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami. Di
samping itu perempuan diposisikan pula sebagai kaum yang kurang
akal dan agamanya.118 Menurut Abdul Halim Abu Syuqqah pemahaman
misoginis terhadap hadis di atas adalah kesalahan dalam memahami
hadis shaheh tentang karakter perempuan.119
Pemahaman hadis di atas harus dipisahkan antara pemahaman
secara umum dan secara khusus. Pemahaman secara umum dari
perkataan Nabi “Tidak pernah aku lihat perempuan yang kurang akal
dan agamanya dapat meluluhkan hati laki-laki yang kokoh dan perkasa
daripada kalian”. Pernyataan ini perlu dikaji ulang relevansinya dengan
situasi pada saat hadis tersebut diucapkan dan rangkaian kalimatnya,
sehingga jelas posisi kaum perempuan pada saat itu.
Ditinjau dari sisi relevansinya dengan situasi pada waktu itu,
pernyataan yang dikemukakan oleh Rasulullah saw. dalam kaitan
beliau memberikan peringatan kepada kaum perempuan pada saat hari
raya. Obyek yang diajak bicara pada saat itu adalah kaum perempuan
penduuduk Madinah yang kebanyakan adalah golongan Anshar.
Perempuan-perempuan Anshar mendominasi terhadap laki-laki,
sedangkan kaum perempuan Muhajirin lebih didominasi oleh laki-laki.
Kaum perempuan uhajirin telah melakukan interaksi sosial yang cukup
lama dengan kaum Anshar, maka terjadilah akulturasi sehingga kaum
perempuan Muhajirin terpengaruh oleh budaya kaum perempuan
Anshar. Akibatnya mereka berani mendebat suami mereka setelah lama
tinggal di Madinah. Padahal sikap seperti ini tidak pernah terjadi sewaktu
mereka tinggal di kota Makkah. Perubahan ini membuat ‘Umar bin
Khattab gusar, dan ternyata perubahan sikap seperti itu dialami juga oleh
istri-istri Nabi saw. dan Nabi mentolerir sikap istri-istri beliau.
Sikap Rasulullah mentolerir kenyataan tersebut menunjukkan
118 Fatimah Mernisi, Menengok Kontroversi Peran Wanita dalam Politik,
(Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), Diterjemahkan oleh M. Masyhur Abadi, Cet.ke-1, h. 152
119 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1999), diterjemahkan oleh Chairul Halim Lc., Cet. Ke-II, h. 269
156
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dibolehkan apabila teks syar’i telah menyatakan bahwa orang tersebut
adalah kafir, seperti Abu Jahal dan Iblis. Melaknat pada sifat seseorang
bukan pada esensi (jati diri) seseorang tidak diharamkan, selama sifat-
sifat tersebut telah dijelaskan oleh teks-teks syar’i, seperti sifat-sifat orang
zhalim, orang gasik dan orang kafir.122
Islam sangat melarang keras seseorang mengucapkan kata-kata
laknat. Perbuatan tersebut mengakibatkan seseorang mendapat siksa dari
Allah. Bahkan melaknat binatang sekalipun dilarang dalam ajaran Islam.123
Hadis ini pada hakikatnya menjelaskan bahwa melaknat adalah
perbuatan dosa yang meyebabkan seseorang masuk neraka, tidak hanya
berlaku bagi kaum perempuan.
َع ْن َْي َي بْ ِن، َح َّدثـَنَا َعلِ ُّي بْ ُن املُبَ َار ِك، َح َّدثـَنَا عُثْ َما ُن بْ ُن عُ َم َر،شا ٍر َّ ََح َّدثـَنَا ُمَ َّم ُد بْ ُن ب
َّ أ:ُالش َج َرِة َح َّدثَه
َن َّ اب ِ َص َح ِ ِ َّ ت بن الض ِ َّ أ:َ َع ْن أَِب قِالَبَة،أَِب َكثِ ٍري
ْ َوَكا َن م ْن أ،َّحاك َ ْ َ َن َثب
،ال َ َف َعلَى ِملَّ ٍة غَ ِْي ا ِإل ْسالَِم فـَُه َو َك َما ق َ َ«م ْن َحلَ :ال َ َصلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ق َ الل
َِّ ولَ َر ُس
ب بِ ِه يـَْوَم ِ ُّ ش ْي ٍء ِف
َ الدنـْيَا عُ ّذ َ ِسهُ ب َ َوَم ْن قـَتَ َل نـَْف،ك ُ ِيما الَ يَْل ِ
َ آد َم نَ ْذ ٌر ف َ س َعلَى ابْ ِن َ َولَْي
»ف ُم ْؤِمنًا بِ ُك ْف ٍر فـَُه َو َك َق ْتله
124 ِ ِ
َ َوَم ْن قَ َذ، َوَم ْن لَ َع َن ُم ْؤِمنًا فـَُه َو َك َق ْتلِ ِه،القيَ َام ِة
ِ
158
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
ِ ِ ِ َ يت الن ُ «أُ ِر:صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُّ ِال الن ٍ ََّعب
،ُساء َ َّّار فَإ َذا أَ ْكثـَُر أ َْهل َها الن َ َّب َ َ ق:الَ َ ق،اس
ت إِ َل ِ « ي ْك ُفر َن:ال ِ ِ
َ س ْن
َ َح
ْ لَ ْو أ،سا َن َ َويَ ْك ُف ْر َن ا ِإل ْح،ري َ ْ َ َ َ أَيَ ْك ُف ْر َن ِب َّلل؟ ق:يل
َ العش َ يَ ْك ُف ْر َن» ق
ُّ َك َخيـْرا ق ِ ُ ما رأَي:ت َ َت ِم ْن
«ط ً َ ت م ْن ْ َ َ ْ َ قَال،ك َشيـْئًا ْ ُثَّ َرأ،الد ْه َر ُ إِ ْح َد
َّ اه َّن
126
126 Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Jilid 1, h. 15, Bab Kufran al-‘Asyir
wa Kufr duna Kufr.
127 Ahmad Fudhaili, Perempuan di Lembaran Suci, Kritik atas hadis-hadis
Shahih, h 171
E. PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan di atas bahwa,
hadis di atas harus diapahami secara tekstual dan kontekstual, jika hanya
dipahami secara tekstual maka akan mengarah kepada perendahan
dan pendeskreditan pada kaum perempuan. Jika dilihat dari sabab
wurud hadis di atas bahwa, pada waktu itu kaum perempuan memang
mendominasi dari kaum laki, maka pada hadis di atas Nabi mengatakan
bahwa kaum perempuan mayoritas penghuni neraka.
160
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
PEREMPUAN KURANG DALAM HAL AKAL DAN AGAMA SERTA
PEREMPUAN PENYEBAB TERPUTUSNYA SHOLAT
A. LATAR BELAKANG
Kekurangan perempuan yang disebutkan oleh Rasulullah saw,
merupakan suatu petunjuk kemungkinan besar maksud kekurangan
tersebut adalah dalam bidang-bidang tertentu baik secara secara alamiah
maupun insidental. Namun kekurangan dibidang apapun tidak akan
mengurangi kemampuan intelektual dan tanggung jawab yang harus
mereka pikul. Diantaranya dalam hadis disebutkan mengenai bahwa
perempuan adalah termasuk orang yang kurang akal dan agamanya.
Namun pada hal ini kekurangan yang disebutkan dalam hadis tidak
mengarah kepada perendahan dan pendeskriditan (misoginis) pada
kaum perempuan. Kekurangan yang disebutkan dalam hadis tidak
hanya dipahami secara tekstual, tetapi sisi kontekstual juga menjadi
pertimbangan dalam memahami sebuah hadis. Pada pembahasan kali
ini, kami akan membahas mengenai kekurangan pada wanita dalam hal
agama yang disebutkan dalam hadis Rasulullah Saw.
11)Biografi Sahabat
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak
meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah
meriwayatkan 1.170 hadits. Orang orang pernah memintanya agar
mengizinkan mereka menulis hadits hadits yang mereka dengar
darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan
kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku
menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin
Malik bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan
Uhud, Ia seorang Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin
Auf al-Harits bin al-Khazraj yang terkenal dengan julukan “Abjar”.
Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya
kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar
128 Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Tt: Dar Thuq al-
Najah, 1422 H), juz 1, h. 68, hadis no. 304
162
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
anaknya diikutkan dalam peperangan. Pada waktu itu Jabir masih
berusia 13 tahun, namun ayahnya menyanjung kekuatan tubuh
anaknya:” Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi, Rasulullah tetap
menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat
yang melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam
mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam
memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung
dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash
Shamit dan Muhammad bin Muslimah.
Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi
wassalam dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan
perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali
peperangan.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber
yang paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan,
saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman,
Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.
Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya
adalah anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin
Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan
Ikramah.
Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman
Baqi, dan berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat
itu. Katanya: “Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak,
kuburkanlah aku disana, Jangan engkau buat tenda untuk, jangan
engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api, Jangan engkau
tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan
seorangpun tentang diriku”. Kemudian beliau wafat pada tahun 74 H
a. Kurang akal
kurang akal di sana dapat ditafsirkan dengan dua pengertian,
yaitu pertama, kurangnya kemampuan akal mengingat kondisi
wanita bangsa Arab dulu tidak terdidik, terjajah dalam budaya
patriarkhi. Kedua, kurangnya aktivitas akal dimana saat itu sangat
langka wanita yang berkemampuan dan berkreasi. Ini dapat
129 Tim Peneliti Lembaga Penelitian dan Pengkaji Ilmiah (LPPI) Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum
Perempuan Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, (Jakarta:
2013), h. 55
130 Laporan Penelitian Tngkat Pemahaman Dan Penerimaan Kaum Perempuan
Terhadap Hadis-Hadis Misogini Studi Terhadap Mahasiswi IIQ, h. 55
131 Dewi Sa’diyah, Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan
Dalam Kesetaraan Gender), Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli – Desember 2008, h.
313
164
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
dimaklumi mengingat wanita baru mendapat kebebasan hidup
dan penghargaan~ketika Islam datang, sejak Muhammad diangkat
sebagai Rasul.132
Kemudian, Kurang akal yang dimaksudkan dalam hadis ini,
berkaitan dengan persaksian kaum perempuan karena satu saksi
laki-laki berbanding dua perempuan. Sebagaimana firman Allah
ي فـََر ُج ٌل َو ْام َرأ ََت ِن ِمَّ ْن َ استَ ْش ِه ُدوا َش ِهي َديْ ِن ِم ْن ِر َجالِ ُك ْم فَِإ ْن َلْ يَ ُك
ِ ْ َون َر ُجل ْ و...
َ
...اهَا ْالُ ْخ َرى ِ ُ ض َّل إِ ْح َد
ُ اهَا فـَتُ َذ ّك َر إِ ْح َد ِ
ِ َالش َه َداء أَ ْن ت ِ
ُّ ض ْو َن م َن َ تـَْر
“…Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang
lelaki (di antaramu). Jika tidak ada dua orang lelaki, maka (boleh)
seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu
ridlai, supaya jika seorang lupa, Maka seorang mengingatkannya…”
166
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
budaya, maka bisa saja dipahami yang dimaksud “kekurangan akal”
dalam hadis tadi adalah keterbatasan penggunaan fungsi akal bagi
perempuan karena adanya pembatasan-pembatasan budaya di
dalam masyarakat. Jadi sifatnya bukan permanen atau alamiah.136
b. Kurang Agama
Perkataan Nabi tentang naqsh din (kurang agama) hanya
mengindikasikan kepada hal-hal yang sangat terbatas yaitu kurang
shalat dan puasa pada bulan Ramadhan ketika haid137 atau nifas138.
Pernyataan ini menunjukkan:
1. Kekurangan tersebut terbatas dibidang ibadah, bahkan hanya
sebagian dari syari’at, karena perempuan yang sedang haid
masih dapat mengerjakan ibadah-ibadah yang lain seperti
melaksanakan seluruh manasik haji kecuali thawaf di
baitullah (bagi yang sedang melaksanakan haji) dan masih
dapat berdzikir kepada Allah. Bahkan untuk puasa yang
ditinggalkan dapat diganti pada hari-hari lain diluar bulan
Ramadhan sebanyak hari yang ditinggalkannya dibulan
Ramadhan.
2. Kekurangan tersebut adalah kekurangan temporer, tidak
sepanjang hidup kaum perempuan, hanya beberapa saat saja.
Haid tidak terjadi selama masa hamil sekitar sembilan bulan
dan haid akan terhenti sama sekali ketika masa monoupause139.
3. Kekurangan tersebut bukan rekayasa atau keinginan kaum
perempuan yang mengalaminya. Bahkan perempuan-
perempuan mukmin terkadang menyesal karena terhalang
melaksanakan shalat dan puasa. Penyesalan mereka semakin
besar ketika datangnya haid140 saat akan menyelesaikan
136 Imam al-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh Imam Nawawi, juz IV (Bairut: Dar
al- Fikr, 1992), h. 89.
137 Haid adalah
138 Nifas adalah
139 Monopause adalah
140 Hasil riset pakar biologi dan anatomi membuktikan bahwa pada masa haid,
168
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
3. Kurangnya potensi untuk memerangi “kemungkaran”, karena
shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar,
terlebih bila tidak diganti dengan ibadah-ibadah lainnya,
maka semakin besar tingkat kekurangan yang dialami kam
perempuan.142
Jadi banyaknya perempuan di dalam neraka menurut
penglihatan Nabi saw mungkin saja karena populasi perempuan
lebih besar ketimbang laki-laki, bukan karena kurang ibadahnya.
Sebab, laki-laki dan perempuan, keduanya mempunyai potensi
dan peluang yang sama untuk menjalankan ibadah dengan baik,
dan menjadikan diri mereka untuk mencapai derajat muttaqun.
Pencapaian derajat muttaqun ini, tidak dikenal adanya perbedaan
jenis kelamin, suku bangsa, atau kelompok etnis tertentu. Al-Qur’an
menegaskan bahwa hamba yang paling ideal ialah para muttaqun
(QS. al-Hujurat/49:13).
3) Ibrah (Pelajaran)
Dengan demikian, dalam memahami hadis wanita kurang akal
dan agama secara tekstual lebih dominan kepada pendapat para ulama
yang menyatakan bahwa kurang akal dan agama wanita dalam hadis
ini harus dipahami sesuai dengan situasi dan kondisi. Kurang akal dan
agama wanita bukan suatu alasan untuk merendahkan wanita dan
meninggikan laki-laki. Karena kurang akal dan agama wanita dalam
hadis ini hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu, bukan sifat dan
krakter yang melekat pada diri wanita. Penyebab kurang akal dan
agama dalam hadis ini pun terkait dengan hukum fikih, dan ketentuan
yang diberikan Allah swt. sesuai dengan kodrat dan peran wanita,
faktor psikologis dan sosiologis145 wanita yang berbeda dengan laki-
144 Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam
mendapat pahala yang sama dan bahwa amal kebajikan harus disertai iman.
145 Dari faktor psikologis, juga dapat dijelaskan dengan pendapat Cleo Dalson
seorang psikolog wanita dalam Zan-e Ruz. Menurutnya, psikologi wanita dan laki-laki
itu berbeda. Perasaan wanita itu lebih kuat daripada perasaan laki-laki, oleh karena itu
wanita cepat emosi daripada pria, pengaruh emosi wanita juga lebih kuat dibanding
laki-laki, kemauan wanita lebih lemah dibanding laki-laki, dan keberanian wanita juga
lebih rendah daripada laki-laki. Menurutnya, keinginan wanita itu di bawah perintah
perasaannya, sedangkan laki-laki tunduk pada pertimbangan pikirannya. Sedangkan dari
faktor sosiologis dapat dijelaskan bahwa posisi perempuan masih sering dikontraskan
dengan posisi laki-laki. Posisi perempuan selalu dikaitkan dengan lingkungan domestik
yang berhubungan dengan urusan keluarga dan kerumahtanggaan. Sementara posisi
laki-laki sering dikaitkan dengan lingkungan publik, yang berhubungan dengan
urusan-urusan di luar rumah. Dalam struktur sosial, posisi perempuan yang demikian
itu sulit mengimbangi posisi laki-laki. Wanita yang ingin berkiprah di lingkungan
publik, masih sulit melepaskan diri tanggung jawab di lingkungan domestik. Dalam
masyarakat modern-industri yang memberikan kesempatan kepada perempuan untuk
170
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
laki.146
ٍ ص ب ِن ِغي
َح َّدثـَنَا:ال َ َ ق،ش ُ َح َّدثـَنَا األَ ْع َم:ال َ َ ق، َح َّدثـَنَا أَِب:الَ َ ق،اث َ ْ ِ َح َّدثـَنَا عُ َم ُر بْ ُن َح ْف
َع ْن،وق ٍ َعن مسر، وح َّدثَِن مسلِم، األَ ْعمش:ال َ َ ح ق،َشة َ ِ َع ْن َعائ،َس َوِد ْ َع ِن األ،يم
ِ ِ
ُْ َ ْ ٌ ْ ُ ََ ُ َ ُ إبـَْراه
ون ِبحلُ ُم ِر َ َشبـَّْهتُ ُم:ت ْ َ فـََقال،ُار َواملَْرأَة ِ
ُ ْب َواحل َمُ الصالَةَ ال َكلَّ ذُكِ َر ِع ْن َد َها َما يـَْقطَ ُع،َشة َ َِعائ
َّ صلِّي َوإِِّن َعلَى ِ َِّ و،ب ِ
ُالس ِري ِر بـَيـْنَه َ ُصلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم ي َّ ِت الن
َ َّب ُ ْالل «لََق ْد َرأَي َ ِ ََوالكال
صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َّ ِي الن ِ ِ فَأَ ْكرهُ أَ ْن أ،ُ فـتـب ُدو ِل احلاجة،ًضطَ ِجعة ِ ِ ْ وبـ
َ َّب َ فَأُوذ،س َ َجل ْ َ ََ َْ َ َ ْ ي القبـْلَة ُم َ ََ
147 ِ ِ ِ ِ
»س ُّل م ْن ع ْند ِر ْجلَْيه َّ
َ ْ فَأَن،َو َسل َم
‘Amr bin Hafs menceritakan kepada kami, ia berkata: bapakku telah
menceritakan kepada kami, ia berkata: Al-‘A’mas bercerita kepada
kami, ia berkata: Ibrahim menceritakan kepada kami dari al-Aswad dari
‘Aisyah ra.-tahwil al-sanad (pindah sanad)-. Al-‘A’mas berkata: Muslim
telah menceritakan kepada kami dari Masyruq dari ‘Aisyah ra., diceritkan
kepadanya bahwa yang dapat memutuskan shalat adalah anjing, himar,
dan perempuan. ‘Aisyah menjawab: ‘‘Kalian mempersamakan kami
dengan himar dan anjing?, Demi Allah. Aku pernah melihat Nabi saw
sedang shalat dan aku berbaring di hadapan beliau menghalangi kiblat.
Kemudian aku ada keperluan, tapi aku enggan untuk duduk kerena akan
mengganggu nabi, maka aku bergerak perlahan dari sisi kaki beliau.”
(HR. Bukhari)
beremansipasi lebih luas ke berbagai bidang, pada kenyataannya masih sulit menghindari
suatu pertanyaan mendasar “kalau perempuan diizinkan untuk mengejar karir, siapa
yang akan memelihara anak-anaknya?”, karena dalam masyarakat industri tetap
dipisahkan antara urusan keluarga dan produksi. (lihat selengkapnya di: “Pemahaman
Hadis Wanita Kurang Akal Dan Agama Menurut Ulama Negara Kabupaten Hulu
Sungai Selatan”, h. 82-83)
146 “Pemahaman Hadis Wanita Kurang Akal Dan Agama Menurut Ulama
Negara Kabupaten Hulu Sungai Selatan”, h. 82
147 Shahih al-Bukhari, juz. I, h. 109, nomor hadis 514
172
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
pada pengertian kiblat, menurutnya kiblat adalah suatu arah yang
menuju kerarah ka›bah, tempat suci yang diambil alih oleh Islam pada
tahun 8 H (630 M.), sebelumnya sebagai pusat pemujaan berhala oleh
orang-orang kafir quraisy. Kiblat disini memberikan sasaran spiritual
maupun sasaran pragmatis (disiplin), yang dapat menghubungkan
seseorang kepada pencipta semesta alam, ka›bah sebagai arah kiblat
tidak selalu menjadi arah kiblat umat Islam, karena selama 16 bulan
di Madinah, Rasulullah bersama umatnya melakukan shalat dengan
kiblat Yerussalem, walaupun kemudian kembali ke kiblat ka›bah.150
Dalam buku “Perempuan di Lembaran Suci” Ahmad Fudhaili
mengatakan Fatimah Mernissi melakukan kesalahan dalam mengkritik
sangat radikal dan keras, terutama dalam membahas teks-teks keagamaan yang berkaitan
dengan perempuan dan kedudukannya ia lahir di sebuah Harem pada tahun 1940 di Fez,
salah satu wilayah di Maroko.Masa kanak-kanak Mernissi dilalui bersamaan dengan
situasi kekacauan yang terjadi di Maroko akibat seringnya pertempuran antara pasukan
Kristen Spanyol dan Prancis. Mernissi menerima pendidikan pertama secara tidak
formal dari neneknya, Lalla Yasmina. Yasmina banyak memberikan pelajaran tentang
sejarah Islam, termasuk kisah Nabi Muh}ammad dan kondisi-kondisi perempuan
sebelum Islam. Ajaran dari neneknya itulah yang kemudian mengarahkannya pada
fokus kajiannya, yaitu tentang perempuan.
Mernissi mempunyai cara tersendiri dalam mengkritisi hadis-hadis misoginis,
yaitu dengan kajian pendekatan historis dan metodologis. Pertama, pendekatan historis
(historical/sosiological approuch) untuk meneliti kapan hadis itu diriwayatkan oleh
Rasulullah, siapa dan kapan hadis itu diriwayatkan kembali oleh rawi pertama. Pada
sesi ini, Mernissi menyoroti perawi pertama dari hadis, baik dalam hal kredibilitas
maupun intelektualitasnya. Tentu ini merupakan suatu hal yang tidak biasa dalam
dunia hadis, karena kebanyakan ulama hadis selalu melewatkan perawi pertama yang
notabene adalah sahabat (untuk hadis marfû) dalam proses al-jarh wa al-tadîl dan
merasa cukup dengan slogan setiap sahabat itu adil. Lebih penting lagi, pendekatan
historis dilakukan Mernissi untuk mendapatkan gambaran sosiologis di sekitar hadis,
sehingga akan dengan mudah untuk melanjutkan kajiannnya pada pendekatan yang
kedua. Kedua, yaitu proses verifikasi dengan menerapkan kaidah-kaidah metodologis
yang telah didefinisikan oleh para ulama, misal syarat-syarat perawi yang telah diajukan
oleh Imâm Mâlik. Menurut Imâm Mâlik, sebagaimana dikutip Mernissi, kualifikasi
perawi hadis tidak hanya dilihat dari kapasitas intelektualnya, tetapi yang lebih penting
dari itu adalah moral. (lihat selengkapnya: Limmaatus Sauda’, Hadis Misoginis Dalam
Perspektif Hemeneutika Fatima Mernissi, Mutawâtir: Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis
Volume 4, Nomor 2, Desember 2014, h. 292)
150 Anisatun Muthi’ah, Realibilitas Riwayat Sahabat Pembacaan Ulang atas
Doktrin Keadilan Sahabat: Analisis Pemikiran Fatima Mernissi Tentang Hadis-
HadisMissogini , Jurnal: Dhiya al-Afka rVol. 2 No. 01 Juni 2014, h. 80-81
174
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Hadis riwayat al-Bukhari adalah penolakan ‘Aisyah terhadap
pernyataan para sahabat tentang sesuatu yang dapat memutuskan
shalat, yaitu anjing, himar, dan perempuan. Kesan misoginis dalam
riwayat ini akan muncul ketika ada pertanyaan apakah pernyataan
“Anjing, himar, dan perempuan dapat memutuskan shalat” merupakan
ungkapan sahabat (ijtihad) atau pernyataan yang dilontarkan oleh
nabi saw.?155
Para sahabat tidak mungkin mengungkapkan pernyataan seperti
itu atau melakukan ijtihad sendiri ketika Nabi masih hidup. Tanpa
berkonsultasi langsung dengan Nabi saw. sebagaimana diriwayatkan
oleh imam Muslim melalui jalur Abu Hurairah ra.:
176
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
istri nabi saw. Maka pengertian “memutuskan shalat”
dapat dipahami apabila yang lewat adalah perempan asing
(ajnabiyyah) karena dikhawatirkan akan menimbulkan
fitnah.
Menurut Ibn Baththal hadis riwayat ‘Aisyah berlaku
khusus untuk nabi, karena nabi dapat mengendalikan
emosi dan hawa nafsunya, sedangkan hadis riwayat Abu
Dzar berlaku secara umum bagi orang yang tidak dapat
mengendalikan emosi dan hawa nafsunya.
Metode ini juga dapat dilihat dari sisi illat hukum. Illatnya
adalah mengacaukan (menggaggu) orang yang sedang shalat,
sedangkan rumah masa Nabi belum memakai lampu. Maka
illatnya hilang tidak berlaku lagi hukum tersebut.160
b. Metode Tarjih (memilih yang paling tepat)161
Hadis riwayat Abu Dzar ditarjih oleh hadis riwayat
‘Aisyah karena ‘Aisyah sebgai istri Nabi dan sebgai orang
yang mengalami langsung peristiwa tersebut.
Menurut sebagian ulama madzhab Hanabilah hadis
riwayat ‘Aisyah lebih tepat untuk diamalkan daripada hadis
riwayat Abu Dzar162
c. Metode Ta’wil
Metode ta’wil menggambarkan bahwa lewatnya sesuatu
yang disebutkan dalam hadis atau lainnya dapat mengganggu
konsentrasi orang yang sedang shalat. Hukum ini berlaku
secara umum baik laki-laki maupun perempuan.
Metode ini akan menghilangkan kesan misoginis pada
hadis, bahwa apapun yang lewat dihadapan orang yang
sedang shalat dapat mengganggu konsentrasi shalat.163
160 Perempuan dilmbaran suci, h. 194
161 tarjih adalah suatu upaya komparatif untuk menentukan mana yang lebih
kuat dari hadits-hadits yang tampak ikhtilaf.
162 Perempuan dilembarab suci, h. 195
163 Perempuan dilembaran suci, h. 195-196
178
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
kontradiktif ini termasuk dalam katagori nasakh. Hadis yang
diriwayatkan oleh Abu Dzar dan Abu Hurairah telah dinasakh
oleh hadis riwayat Ibn Abbas dan Aisyah.:
َوأ ََن يـَْوَمئِ ٍذ،ْت َراكِبًا َعلَى ِحَا ٍر أ ََت ٍن ُ «أَقـْبـَل:ال َ َ ق،اس ٍ َّالل بْ ِن َعب َِّ عن عب ِد
َْ ْ َ
صلِّي ِبِ ًن إِ َل غَ ِْي ِ َِّ ولُ َوَر ُس،ت ِال ْحتِالَ َم
َ ُصلَّى هللاُ َعلَْيه َو َسلَّ َم يَ الل ُ قَ ْد َن َه ْز
ْت
ُ فَ َد َخل،ْت األ ََت َن تـَْرتَ ُع ُ َوأ َْر َسل،فِّ الص
َّ ض ِ ي يَ َد ْي بـَْعَ َْت بـ ُ فَ َم َرْر،ِج َدا ٍر
»ك َعلَ َّي َ ِ فـَلَ ْم يـُْن َك ْر َذل،ف ِّ الص
َّ ِف
167
3. Ibrah
Jadi, ibrah yang dapat diambil dari hadis perempuan
penyebab terputusnya shalat adalah perempuan bukanlah menjadi
penyebab batalnya shalat melainkan hanya mengurangi kekhusu’an
(konsentrasi). Kemudian berilah jarak yang cukup atau membuat
pembatas saat akan shalat agar apapun bisa lewat sehingga tidak
mengurangi kekhusu’an saat mendirikan shalat.
180
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
DAFTAR PUSTAKA
182
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, t.t.
Fahru, Ahmad. Iddah dan Ihdad Wanita Karier; Persfektif Hukum Islam
dan Hukum Positif. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015
Fudhaili, Ahmad. Perempuan di Lembaran Suci. Jakarta: Transpustaka,
2013.
H. Anshori. Penafsiran Ayat-ayat Jender Menurut Muhammad Quraish
Shihab. Jakarta: Visindo Media Pustaka, 2008.
Hamami, Bassam Muhammad. Biografi 39 Tokoh Wanita Pengukir
Sejarah Islam, (Jakarta: Qisthi press, 2015), h. 45-59
Hasan, Hamka. Tafsir Jender. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama RI, 2009.
ibn Asad, Abu Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal
Musnad al Imam Ahmad bin Hanbal, (Muassasah al Risalah, 2001
Ibnu Hamzah al-Husaini al-Hanafi ad-Dimasyqi. Asbabul wurud.terj.
Suwarta Wijaya dan Zafrullah salim. Jakarta:Kalam Mulia.
Istibsyaroh, Hak-hak Perempuan relasi Jender menurut Tafsir Al-
Sya’rawi. Jakarta: PT Mizan Publika, 2004.
Istibsyaroh. Hak-hak Perempuan. Jakarta Selatan: Penerbit TERAJU. 2004
Jad, Syaikh Ahmad, Fikih Sunnah Wanita, Jakarta Timur: Pustaka Al-
Kautsar, 2009, Cet. 2
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: PT. Sinergi
Pustaka Indonesia, 2012), h. 647-648, Jilid.7
Khaliq, Abdul. Pendidikan anak Putri dalam Keluarga. Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar,1994.
Lajnah Pentashihan mushaf al-Qur’an badan Litbang dan Diklat Depag
RI, Etika Berkeluarga, Bermasyarakat, dan Berpolitik, Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009
M. Quraish Shihab, M. Quraish. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2007.
Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata dilingkungan Peradilan
184
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
Sa’diyah, Dewi. Isu Perempuan (Dakwah dan Kepemimpinan Perempuan
Dalam Kesetaraan Gender), Jurnal Ilmu Dakwah Vol 4 No. 12 Juli –
Desember 2008, h. 313
sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta:PT.Pena Pundi Aksara,2009
Salim, Abu Malik Kamal Bin Sayyid, Shahih Fiqih Sunnah Wanita,
Sukaharjo: Penerbit Al-Hambara, 2015
Sarwat, Ahmad. Seri Fiqih Kehidupan; Pernikahan. Jakarta: Rumah Fiqih
Indonesia. 2012
Shihab, M. Quraish, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, Ciputat: Penerbit
Lentera Hati, 2004
Shihab, Quraish .“Jilbab, Pakaian Wanita Muslimah”. Jakarta: Lentera
Hati, 2006.
Shihab, Quraish, Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005.
Subhan, Zaituna. Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Qur’an.
Yogyakarta: LKiS, 1999
Subhan, Zaitunah. Al-Qur’an dan Perempuan. Jakarta: PRENADAMEDIA
GRUP. 2015
Sunarto, Achmad Kamus Arab Indonesia Al Kabir. Surabaya: Karya
Agung,2010
Tahido Yanggo, Huzaimah. Fikih Perempuan Kontemporer. Jakarta:
Ghalia Indonesia, 2010.
Thawilah, Syaikh Abdul Wahhab Abdussalam, Panduan berbusana Islami,
Jakarta Timur: Penerbit Almahira, 2007
Tim peneliti lembaga penelitian dan pengkaji ilmiah (LPPI) Institut Ilmu
Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Laporan Penelitian Tingkat Pemahaman
dan Penerimaan Kaum Perempuan Terhadap Hadits-hadits Misogini
Studi Terhadap Mahasiswa IIQ. Jakarta. 2013.
Umar, H. Nasaruddin. Ketika Fikih Membela Wanita. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo, 2014
Yanggo, Huzaemah Tahido. Fikih Perempuan Kontemporer. Bogor: Ghalia
Indonesia. 2010
186
HADIS KELUARGA
Saat Hadis Berbicara Tentang Wanita
NAMA KELOMPOK
1. AURAT
Uli Rif’atul Millah, Sarah Maharani, dan Siti Nurjannah
2. PERHIASAN
Syarah Sofiah Arifin, Yuniawati, dan Siti Masyithah Ibrahim
3. HAK PEREMPUAN MEMILIJH SUAMI IDEAL
Yukhanit dan Sri Rahayu
4. PERANAN WANITA DALAM RUMAH TANGGA
Zakiyatun Nufus dan Ulfa Dwi Novitasari
5. HAK DAN KEWAJIBAN TALAK
Ulfah Rahmadianti, Resti Mawaddah, dan Selvina Adistia Utami
6. IDDAH DAN IHDAD
Ririn Zakia dan Siti Saidatus Suaidah
7. WANITA KARIR
Rofiatul Khairiyah N dan Yunia Nur Halimatus S
8. KEPEMIMPINAN PEREMPUAN
Salma Millaty, Siti Kholipah, dan Siti Ruqayah
9. PEREMPUAN PENYEBAB TIMBULNYA FITNAH
Nur Indah Yuliani dan Rifda Rizka Camilah
10. KESAKSIAN PEREMPUAN
Umiarti Karimah dan Shufrotul Khasana
11. MAYORITAS KAUM WANITA PENGHUNI NERAKA
Sofwatun Nada dan Riefa noor Aliyaturrahmah
12. WANITA KURANG DALAM HAL AKAL DAN AGAMANYA
Sahela Mustika, Qumil Laila, dan Entin Sholihat