Sterillllll Soal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

1) Dalam proses pembuatan sediaan injeksi dengan bahan aktif Prokainamid HCl injeksi,

diketahui bahwa bahan aktif dapat di autoklaf, namun reautoklaf dapat meningkatkan
proses perubahan bentuk kristal.
Dengan demikian, proses pencampuran bahan dapat dilakukan pada kelas bersih:
A. Kelas A/B
B. Kelas A/C
C. Kelas B
D. Kelas C
E. Kelas D
2) Berdasarkan pada soal pada nomor 1., proses filling/pengisian larutan injeksi ke wadah
sediaan, dilakukan pada kelas:
A. Kelas A/B
B. Kelas A/C
C. Kelas B
D. Kelas C
E. Kelas D
3) Seorang personel akan melaksanakan produksi sediaan obat steril dengan proses
sterilisasi akhir. Dengan demikian alur personel menuju ruang produksi adalah:
A. Melepas sepatu dan baju rumah, ganti dengan baju kelas E/D, melepas baju E/D
untuk ganti baju kelas A/B, menuju ruang produksi
B. Melepas sepatu dan baju rumah, ganti dengan baju kelas E/D, melepas baju E/D
untuk ganti baju kelas C, menuju ruang produksi
C. Melepas sepatu dan baju rumah, ganti dengan baju kelas C, melepas baju C
untuk ganti baju kelas A/B, menuju ruang produksi
D. Melepas sepatu dan baju rumah, ganti dengan baju kelas A/B, melepas baju A/B
untuk ganti baju kelas C, menuju ruang produksi
E. Melepas sepatu dan baju rumah, ganti dengan baju kelas E/D, melepas baju E/D
untuk ganti baju kelas C, melepas baju C untuk ganti baju kelas A/B, menuju
ruang produksi
4) Dalam proses cuci tangan, arah pembilasan air yang benar adalah berikut ini, yaitu:
A. Dari ujung jari ke arah siku lengan
B. Dari siku lengan ke arah ibu jari
C. Dari pergelangan tangan kearah jari
D. Dari ujung jari kearah pergelangan tangan
E. Dari ujung jari ke pangkal lengan
5) Langkah terakhir dalam proses mencuci tangan adalah menarik kembali lengan baju
sehingga menutupi pergelangan tangan. Mengapa dalam proses tersebut harus
menggunakan tissue, tidak menggunakan tangan langsung?
A. Agar baju tidak basah terkena tangan
B. Untuk meningkatkan sterilitas baju kerja
C. Agar tangan tidak kotor terkena baju bagian luar
D. Karena tangan belum menggunakan sarung tangan
E. Karena tangan akan menggunakan sarung tangan
6) Berikut ini merupakan perlengkapan yang dibutuhkan personel bila akan masuk ke
ruang produksi sediaan non-steril, kecuali:
A. Sarung tangan
B. Baju kerja over-all yang tidak melepaskan partikel
C. Kaca mata
D. Masker untuk mulut
E. Masker untuk rambut
7) Berikut ini merupakan langkah yang tepat dalam proses penggunaan baju kerja untuk
grey area, kecuali:
A. Menggunakan jam tangan
B. Mencuci tangan sesuai prosedur
C. Mencuci wajah untuk menghilangkan make up
D. Menanggalkan baju rumah dan menggunakan baju kerja khusus
E. Melakukan desinfeksi dengan alkohol 70%
8) Dalam proses pembuatan sediaan steril, apabila bahan aktif tidak dapat disterilisasi,
maka dalam pembuatannya, personel harus mengenakan baju kerja:
A. White area kelas C
B. White area kelas A/B
C. White area kelas D
D. Grey area kelas E
E. Black area kelas F
9) Dalam proses produksi menggunakan Bio Safety Cabinet, berikut ini adalah
langkahlangkah yang salah, yaitu:
A. Satu BSC hanya digunakan untuk satu orang
B. Bila ada bahan yang tumpah, maka setelah dibuang dan didesinfeksi, personel
menggunakan baju kerja yang baru
C. Melakukan pembagian area menjadi tiga: area bersih, kerja dan kotor
D. Meletakkan barang di lokasi yang tepat, yaitu di bagian tempat udara laminar
keluar (exhause)
E. Menyalakan lampu UV selama 1 jam sebelum menggunakan BSC
10) Bio Safety Cabinet tipe II adalah aman untuk produksi bahan dengan risiko toksisitas:
A. Ringan
B. Kecil
C. Sedang
D. Tinggi
E. Rendah
1) Bila bahan aktif adalah serbuk rekonstitusi, maka metode sterilisasi yang merupakan
pilihan utama adalah:
A. Fitrasi
B. Aseptik
C. Oven
D. Autoklaf
E. Radiasi
2) Sebutkan dosis irradiasi bila digunakan senyawa cobalt 60 untuk mendapatkan nilai
SAL 10-6
A. ≥ 25 kGy
B. ≤ 25 kGy
C. ≥ 121 kGy
D. ≤ 121 kGy
E. 60 kGy
3) Berapa nilai sterilitas (SAL) bila sediaan disterilisasi dengan menggunakan metode
filtrasi?
A. 10-6
B. 10-5
C. 10-4
D. 10-3
E. 10-2
4) Sebutkan metode sterilisasi yang tepat untuk sterilisasi wadah obat tetes mata dengan
bahan plastik tidak tahan panas:
A. Desinfeksi dengan alkohol
B. Autoklaf
C. Oven
D. Filtrasi
E. Radiasi
F. Pembilasan
5) Proses sterilisasi menggunakan autoklaf, panas yang mengalir pada alat/bahan yang
disterilkan berasal dari:
A. Udara panas
B. Air panas
C. Uap air panas
D. Udara kering bertekanan
E. Sinar gamma
6) Pada proses sterilisasi menggunakan oven, kondisi sterilisasi yang tepat adalah:
A. Suhu 121⁰C selama 15 menit
B. Suhu 150⁰C selama 15 jam
C. Suhu 160⁰C selama 1 jam
D. Suhu 170⁰C selama 2 jam
E. Suhu 180⁰C selama 30 menit
7) Berapa ukuran pori membran filter untuk sterilisasi?
A. 0,22 µm
B. 0,32 µm
C. 0,42 µm
D. 0,52 µm
E. 0,62 µm
8) Teknik apa yang digunakan bila pada sediaan tidak dapat dilakukan sterilisasi akhir?
A. Teknik filtrasi
B. Teknik aseptik
C. Teknik radiasi
D. Teknik kimia
E. Teknik fisika
9) Berapa tekanan dalam chamber autoklaf yang disarankan untuk proses sterilisasi?
A. 12 PSI
B. 13 PSI
C. 14 PSI
D. 15 PSI
E. 25 PSI
10) Untuk sediaan larutan dalam air, apabila tidak tahan pemanasan, maka
sterilisasi apa
yang sesuai diaplikasikan untuk sediaan?
A. Sterilisasi panas lembab
B. Sterilisasi panas kering
C. Sterilisasi filtrasi
D. Teknik aseptik
E. Teknik sterilisasi awal
1) Berikut merupakan bahan tambahan yang boleh diberikan pada sediaan infus:
A. Zat pendapar
B. Peng-adjust pH
C. Vitamin dan mineral
D. Karbohidrat dan elektrolit
E. Air
2) Dalam proses depirogenasi menggunakan karbon aktif, mengapa memerlukan
pemanasan pada suhu 60-70⁰C?
A. Karena karbon aktif stabil pada suhu 60-70⁰C
B. Untuk meningkatkan kapasitas penjerapan karbon aktif
C. Untuk mencegah karbon aktif menyerap bahan aktif
D. Untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif dalam air
E. Untuk meningkatkan kelarutan karbon aktif dalam air
3) Sediaan infus yang dibuat memiliki formula sebagai berikut:
Fungsi/alasan
No. Bahan Jumlah
penambahan bahan
1. NH4Cl 0,335 % (b/v) Zat aktif sebagai agen terapetik
2. Dekstrosa ?% Pengisotonis
3. Dinatrium EDTA 0,15 % (b/v) Chelating Agent
4. Karbon Aktif 0,1 % (b/v) zat pen-depirogenasi/adsorben
5. aqua bebas pirogen Ad 1000 mL Pelarut

Dari tabel larutan isotonik kesetaraan NaCl (Farmakope Indonesia Edisi IV Jakarta hlm.
1236) diketahui: E Dextrose isoosmotik = 0,16
E NH4Cl = 1,10
E Dinatrium EDTA = 0,24
198,1
BM Dextrose =
7
BM NH4Cl = 53,49
BM Dinatrium EDTA = 372,2
Apabila tidak ditambahkan dekstrosa dalam sediaan, berapa jumlah tonisitas infus
tersebut?
A. 0,4%
B. 0,5%
C. 0,6%
D. 0,7%
E. 0,8%
4) Berdasarkan formula yang ada pada nomor 3, berapakah jumlah dekstrosa yang perlu
ditambahkan supaya sediaan isotonis?
A. 1%
B. 2%
C. 3%
D. 4%
E. 5%
5) Berdasarkan formula pada nomor 3, berapa osmolaritas sediaan?
A. 173,83 mOsm/L
B. 293,63 mOsm/L
C. 338,43 mOsm/L
D. 430,09 mOsm/L
E. 2830 mOsm/L
1)Berdasarkan data kelarutan Natrium Bikarbonat, berapa jumlah air yang dibutuhkan
untuk melarutkan 2 gram Natrium Bikarbonat?
A. 5,5 ml
B. 11 ml
C. 16,5 ml
D. 22 ml
E. 27,5 ml
2) Berdasarkan data stabilitas Natrium Bikarbonat, apakah serbuk Natrium Bikarbonat
bisa disterilisasi di awal menggunakan oven?
A. Bisa, yaitu pada suhu 160⁰C selama 2 jam
B. Bisa, yaitu pada suhu 121⁰C selama 15 menit
C. Bisa, yaitu pada suhu 250⁰C selama 30 menit
D. Tidak bisa karena tidak tahan panas
E. Tidak bisa karena akan terdekomposisi pada suhu tinggi
3) Selain menggunakan karbon aktif, depirogenasi sediaan dapat dilakukan dengan alat
berikut ini:
A. Autoklaf
B. Oven
C. Membran filter
D. Gas metilen oksida
E. Irradiasi sinar gama
4) Berapa persen tonisitas sediaan yang dikatakan isotonis?
A. 1,2%
B. 1,0%
C. 0,9%
D. 0,8%
E. 0,5%
5) Pada prosedur pembuatan sediaan, mengapa perlu dilakukan penyaringan atau filtrasi
sebelum dilakukan sterilisasi akhir untuk sediaan larutan dengan pembawa air?
A. Untuk meningkatkan sterilitas
B. Untuk mengurangi sterilitas
C. Untuk meningkatkan bioburden
D. Untuk mengurangi bioburden
E. Untuk mendesinfeksi sediaan
1) Diantara larutan berikut ini yang memiliki tonisitas sama dengan tubuh adalah:
A. 150 mOsm/L
B. 200 mOsm/L
C. 250 mOsm/L
D. 300 mOsm/L
E. 350 mOsm/L
2) Bilangan ion dari NH4Cl adalah:
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
3) Nilai Liso dari dekstrosa adalah:
A. 1,9
B. 2,0
C. 3,4
D. 4,3
E. 4,8
4) Penambahan dapar penting apabila rentang pH stabilitas bahan aktif:
A. Kurang dari 2
B. Lebih dari 2
C. Kurang dari 4
D. Lebih dari 4
E. Rentang luas
5) Bilangan ion dari Na2EDTA adalah:
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
E. 5
1) Infus dapat dibuat dalam bentuk sediaan sebagai berikut, yaitu:
A. Emulsi air dalam minyak
B. Emulsi minyak dalam air
C. Larutan dengan volume kurang dari 50 ml
D. Suspensi
E. Suspensi dalam ukuran micrometer
2) Berikut ini adalah evaluasi sediaan yang dilakukan untuk sediaan infus, yaitu:
A. Uji isi minimum
B. Uji permisahan fase
C. Uji ukuran globul
D. Uji ukuran partikel
E. Uji kejernihan dan warna
3) Berdasarkan volume sekali injeksi, apakah uji pirogen perlu untuk dilakukan?
A. Tidak, karena volume injeksi > 10 ml
B. Ya, karena volume injeksi > 10 ml
C. Tidak, karena volume injeksi < 10 ml
D. Ya, karena volume injeksi < 10 ml
E. Tidak, karena diberikan secara bolus
4) Apakah semua sediaan steril injeksi volume besar harus selalu dilakukan penetapan
potensi antibiotik?
A. Ya, karena merupakan syarat evaluasi sediaan injeksi volume besar
B. Tidak, karena bukan merupakan syarat evaluasi sediaan injeksi volume besar
C. Tidak selalu, apabila bahan aktif bukan merupakan antibiotik
D. Selalu dilakukan, untuk bahan aktif antibiotik maupun non-antibiotik
E. Tidak dilakukan, karena merupakan syarat sediaan injeksi volume kecil
5) Apabila pada sediaan infus tertentu dilakukan proses sterilisasi akhir, maka proses
pembuatan sediaan dilakukan pada ruang bersih dengan kelas:
A. Kelas A/B
B. Kelas B
C. Kelas C
D. Kelas D
E. Kelas E
1) Berapa volume sediaan injeksi yang digolongkan dalam small volume parenteral (SVP)?
A. Kurang dari 10 ml
B. Kurang dari 20 ml
C. Kurang dari 50 ml
D. Kurang dari 100 ml
E. Kurang dari 1000 ml
2) Mengapa furosemid dibuat larutan, sedangkan berdasarkan data stabilitasnya tidak
stabil dalam bentuk larutan?
A. Karena dapat larut pada pH rendah
B. Karena mengalami degradasi pada pH tinggi
C. Karena dapat bereaksi dengan alkali hidroksida membentuk garam yang mudah
larut
D. Karena dapat bereaksi dengan pengawet membentuk kompleks yang mudah
larut
E. Karena bila pH diturunkan kelarutan meningkat
3) Bagaimana penyelesaiannya untuk mengatasi ketidakstabilan bahan aktif pada
cahaya?
A. Ditambahkan dapar
B. Ditambahkan pengawet
C. Ditambahkan peningkat tonisitas
D. Dikemas dalam wadah coklat
E. Disimpan pada suhu rendah
4) Mengapa dalam sediaan injeksi tidak perlu ditambahkan antioksidan?
A. Karena telah ditambahkan dapar
B. Karena memiliki rentang pH stabilitas luas
C. Karena telah ditambahkan zat pengkelat
D. Karena tidak mengandung bahan yang mudah teroksidasi
E. Karena sediaan tidak kontak langsung dengan udara, sehingga tidak perlu
ditambahkan antioksidan
5) Apa yang harus dilakukan apabila sediaan memiliki tonisitas dibawah tonisitas plasma?
A. Menambahkan dapar
B. Menambahkan pengawet
C. Menambahkan antioksidan
D. Menambahkan peningkat pH
E. Menambahkan peningkat tonisitas
1) Komponen dapar asetat adalah:
A. Asam asetat dan basa asetat
B. Asam fosfat dan basa fosfat
C. Asam asetat dan natrium asetat
D. Asam fosfat dan natrium fosfat
E. Natrium asetat dan kalium asetat
2) Rentang pH yang dapat dijaga oleh dapar asetat adalah
A. 2,1 – 7,4
B. 3,8 – 5,8
C. 6,2 - 8,2
D. 8,3 – 10,3
E. 8,25 – 10,25
3) Apakah fungsi sodium metabisulfit dalam sediaan ini?
A. Pengawet
B. Antioksidan
C. Peningkat tonisitas
D. Peningkat pH
E. Pembawa
4) Apakah dalam pembuatan sediaan ini perlu dilakukan depirogenasi? Berikan alasan
pendukungnya
A. Ya, karena diinjeksikan bolus
B. Ya, karena diinjeksikan lebih dari 15ml
C. Tidak, karena diinjeksikan kurang dari 15 ml
D. Tidak, karena tidak diinjeksikan secara bolus
E. Tidak, karena tidak untuk penggunaan seara parenteral
5) Berapa kapasitas dapar sediaan yang diadministrasikan secara injeksi?
A. 0,01
B. 0,1
C. 1
D. 1,5
E. 2
1) Berdasarkan data kelarutan Salbutamol Sulfat, berapa jumlah air yang dapat
melarutkan salbutamol sulfat dengan jumlah 2 mg?
A. 0,008 ml
B. 0,08 ml
C. 0,8 ml
D. 8 ml
E. 0,08 L
2) Apakah fungsi NaCl dalam sediaan?
A. Pengawet
B. Peng-adjust pH
C. Peningkat tonisitas
D. Pembawa
E. Peningkat kelarutan
3) Apakah fungsi NaOH dalam sediaann?
A. Pengawet
B. Peng-adjust pH
C. Peningkat tonisitas
D. Pembawa
E. Peningkat kelarutan
4) Apabila memiliki data pH bahan aktif, pH stabilitas bahan aktif dan pH sediaan injeksi,
maka target pH Anda akan dipilih pada rentang pH:
A. pH bahan aktif
B. pH sediaan injeksi
C. pH stabilitas bahan aktif
D. pH darah
E. pH stabilitas bahan tambahan
5) Bila bahan aktif tidak stabil terhadap panas, maka sterilisasi sediaan ini akan dilakukan
dengan metode:
A. Metode panas lembab
B. Metode panas kering
C. Metode kimia
D. Metode radiasi
E. Metode filtrasi
1) Apakah yang dimaksud dengan injeksi volume kecil?
A. Sediaan steril dengan volume > 1 ml
B. Sediaan steril dengan volume > 10 ml
C. Sediaan steril dengan volume < 10 ml
D. Sediaan steril dengan volume < 100 ml
E. Sediaan steril dengan volume > 100 ml
2) Apabila bahan aktif memiliki sifat tidak stabil dalam panas, maka sterilisasi akhir
sediaan larutan injeksi volume kecil adalah:
A. Sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf
B. Sterilisasi panas kering menggunakan oven
C. Sterilisasi menggunakan gas kimia etilen oksida
D. Sterilisasi menggunakan membrane filter 0,22 µm
E. Tanpa dilakukan sterilisasi akhir
3) Apabila pH stabilitas bahan aktif adalah 6,5-7,5 maka untuk mempertahankan pH
sediaan, perlu ditambahkan bahan:
A. Peng-adjust pH
B. Pengawet
C. Dapar
D. Pelarut
E. Peningkat penetrasi
4) Apabila bahan tambahan berupa serbuk yang stabil terhadap panas, maka teknik
sterilisasi untuk bahan tersebut yang paling tepat adalah:
A. Menggunakan oven suhu 170⁰C selama 1 jam
B. Menggunakan autoklaf suhu 121⁰C selama 15 menit
C. Menggunakan radiasi sinar gamma dengan dosis < 25 kGy
D. Menggunakan gas etilen oksida
E. Menggunakan membran filter 0,22 µm
5) Berikut ini adalah pengisotonis yang dapat ditambahkan pada sediaan injeksi volume
kecil, yaitu:
A. Na2EDTA
B. HCl 0,1 N
C. Water for Injection
D. NaOH
E. NaCl
6) Dalam proses pembuatan sediaan injeksi volume kecil, penimbangan bahan dilakukan
pada ruang bersih dengan kelas:
A. A/B
B. B
C. C
D. D
E. E
7) Pada sediaan yang akan dilakukan sterilisasi akhir, maka proses pengisian sediaan
steril
pada wadah (kemasan primer) dilakukan pada ruang kelas:
A. A/B
B. A/C
C. C
D. D
E. E
8) Berikut ini adalah prinsip volume terpindahkan berdasarkan Farmakope Indonesia,
yaitu:
A. Menimbang sediaan akhir dan menguranginya dengan bobot wadah kosong
B. Memindahkan sediaan ke dalam gelas ukur dan mengukur volume
C. Memindahkan ke dalam beaker glass dan mengukur volume
D. Menyinari sediaan akhir dengan latar belakang warna putih dan hitam
E. Menguji larutan dengan pH meter
9) Berikut ini merupakan syarat uji partikulat pada sediaan injeksi volume kecil:
A. Jumlah partikel /mL > 10 µm negatif
B. Jumlah partikel /mL > 25 µm negatif
C. Jumlah partikel /mL > 35 µm negative
D. Jumlah partikel /mL > 40 µm negatif
E. Jumlah partikel /mL > 50 µm negative
10) Bila dalam pengujian kebocoran wadah, hanya terdapat satu wadah yang mengalami
kebocoran dari keempat botol yang diuji, maka kesimpulan hasil pengujian adalah:
A. Lulus uji
B. Tidak lulus uji
C. Harus dilakukan pengujian ulang
D. Dilakukan pengujian sebanyak 2x sampel awal
E. Dilakukan pengujian sebanyak 4x sampel awal
1) Berikut ini adalah syarat sediaan injeksi rekonstitusi, yaitu:
A. Dosis homogen
B. Seluruh bahan tambahan terlarut dalam pelarut rekons
C. Diinjeksikan secara bolus
D. Digunakan dalam waktu 1 bulan
E. Harus dilakukan proses depirogenasi
2) Mengapa sediaan injeksi rekonstitusi ini dibuat dengan teknik aseptik?
A. Karena bahan aktif memiliki stabilitas tinggi pada pemanasan
B. Karena tidak ada data yang mendukung
C. Karena bahan aktif memiliki stabilitas yang rendah terhadap pemanasan
D. Karena pH sediaan berada pada rentang sempit
E. Untuk sediaan rekonstitusi seluruh sediaan tidak dapat disterilisasi
3) Apa yang dimaksud dengan freeze dry?
A. Proses pengeringan cara panas, dengan menggunakan suhu tinggi, melalui
proses penguapan
B. Proses pengeringan cara panas, dengan menggunakan suhu panas, melalui
proses sublimasi
C. Proses pengeringan cara dingin, dengan menggunakan suhu rendah, melalui
proses penguapan
D. Proses pengeringan cara dingin, dengan menggunakan suhu rendah, melalui
proses sublimasi
E. Proses sterilisasi sediaan yang tidak tahan panas
4) Bagaimana menjaga sterilitas sediaan setelah dilakukan rekonstitusi?
A. Rekonstitusi dilakukan di ruang bersih grey area
B. Rekonstitusi dilakukan dengan spuit injeksi steril tanpa membuka tutup botol
C. Rekonstitusi dilakukan tepat di depan pasien dimana obat akan diberikan pada
pasien
D. Dilakukan sterilisasi setelah rekonstitusi
E. Dilakukan rekonstitusi sehari sebelum pemberian pada pasien
5) Apakah perbedaan prinsip pembuatan antara sterilisasi akhir dan tanpa sterilisasi
akhir?
A. Di awal proses bahan yang telah ditimbang dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
untuk mengurangi bioburden, untuk sediaan yang tidak disterilisasi akhir
B. Di awal proses bahan yang telah ditimbang dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
untuk mengurangi bioburden, untuk sediaan yang disterilisasi akhir
C. Di akhir proses bahan yang telah ditimbang dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
untuk mengurangi bioburden, untuk sediaan yang tidak disterilisasi akhir
D. Di akhir proses bahan yang telah ditimbang dilakukan sterilisasi terlebih dahulu
untuk mengurangi bioburden, untuk sediaan yang tidak disterilisasi akhir
E. Dilakukan sterilisasi di awal dan akhir proses
1) Bahan aktif Hidralazin HCl mudah larut dalam air, terhidrolisis menghasilkan ftalazin
dan produk lain, maka bentuk sediaan terpilih adalah:
A. Larutan
B. Larutan rekonstitusi
C. Suspensi
D. Emulsi
E. Suspensi rekonstitusi
2) Apakah yang dimaksud dengan nilai E dari suatu bahan?
A. Ekivalensi dengan NaCl
B. Ekivalensi terhadap NaOH
C. Kesetaraan bahan dengan plasma darah
D. Potensi bahan untuk menyebabkan hemolisis
E. Petunjuk untuk menentukan sterilisasi bahan
3) Dalam pembuatan sediaan rekonstitusi dengan cara pencampuran cara kering,
sterilisasi akhir yang tepat untuk bahan yang tahan akan pemanasan adalah:
A. Autoklaf
B. Oven
C. Filtrasi
D. Radiasi
E. Aseptik
4) Bila nilai E bahan tidak diketahui, maka perhitungan tonisitas dilakukan dengan
metode:
A. Aseptik
B. Liso
C. Titik didih
D. Metode kimia
E. Metode radiasi
1) Dalam perhitungan tonisitas menggunakan metode Liso, diketahui nilai Liso dari
Natrium Sefotaksim adalah 3,4, menunjukkan bahwa bahan merupakan:
A. Non elektrolit
B. Elektrolit lemah
C. Elektrolit divalent-divalen
D. Elektrolit univalent-univalen
E. Elektrolit univalent-divalen
2) Apakah fungsi benzalkonium klorida dalam sediaan?
A. Pengawet
B. Peng-adjust pH
C. Peningkat tonisitas
D. Pembawa
E. Peningkat kelarutan
3) Apakah fungsi Dinatrium hidrogen fosfat dalam sediaan?
A. Pengawet
B. Peng-adjust pH
C. Peningkat tonisitas
D. Pembawa
E. Peningkat kelarutan
4) Bila bahan aktif tidak stabil terhadap panas, maka sterilisasi sediaan ini akan dilakukan
dengan metode:
A. Metode panas lembab
B. Metode panas kering
C. Metode kimia
D. Metode radiasi
E. Metode filtrasi
1) Apakah yang dimaksud dengan sediaan injeksi rekonstitusi?
A. Campuran serbuk/granul untuk injeksi yang terdispersi dalam larutan pembawa
B. Campuran serbuk/granul untuk injeksi yang berada dalam bentuk kering ketika
penyimpanan
C. Campuran serbuk/granul untuk injeksi yang berada dalam bentuk kering ketika
diinjeksikan
D. Campuran serbuk/granul untuk injeksi yang berada dalam bentuk kering dalam
suhu ruang
E. Campuran serbuk/granul untuk injeksi yang tidak tahan pemanasan
2) Berikut ini merupakan alasan dibuat sediaan injeksi dalam bentuk rekonstitusi, yaitu:
A. Bahan aktif tidak stabil terhadap panas
B. Bahan aktif inkompatibel dengan bahan tambahan\
C. Bahan aktif tidak stabil terhadap air
D. Bahan aktif tidak dapat disterilisasi akhir
E. Bahan tambahan tidak stabil air dan tidak stabil panas
3) Pengawet antimikroba yang baik ditambahkan dalam sediaan injeksi rekonstitusi
berikut ini, dengan metode pembuatan sediaan pencampuran cara kering:
A. Benzil alkohol
B. Gliserin dengan kadar > 60%
C. Alkohol 70%
D. Metil paraben
E. Benzalkonium klorida
4) Dapar berikut ini dapat digunakan untuk membuat sediaan injeksi dengan pH target
8,0 adalah:
A. Dapar sitrat
B. Dapar asetat
C. Dapar fosfat
D. Dapar benzoat
E. Dapar tartrat
5) Berikut ini adalah hal yang harus diperhatikan dalam pengolahan campuran kering:
A. Melakukan pencampuran bahan hingga larut
B. Pencampuran dilakukan pada suhu 70⁰C
C. Pencampuran dilakukan pada kelembapan tinggi
D. Menggunakan pengaduk yang efisien
E. Selalu menambahkan dapar dalam sediaan

6) Apakah dalam sediaan rekonstitusi juga perlu ditambahkan peningkat tonisitas?


A. Ya, karena ketika diinjeksikan harus dalam tonisitas yang sama dengan tonisitas
plasma
B. Ya, karena sediaan diaplikasikan di luar bagian tubuh
C. Ya, karena sediaan dalam bentuk kering
D. Tidak, karena ketika diinjeksikan harus dalam tonisitas yang sama dengan
tonisitas plasma
E. Tidak, karena sediaan dalam bentuk kering
7) Apabila bahan aktif tidak stabil pada pemanasan, maka untuk sediaan steril injeksi
rekonstitusi lebih baik dibuat dengan metode:
A. Metode pencampuran kering
B. Metode sterilisasi akhir
C. Metode freeze dry
D. Metode spray dry
E. Metode pelarutan
8) Berikut adalah alasan yang mendasari pelaksanaan metode pembuatan sediaan steril
injeksi rekonstitusi tersebut (soal ini berdasarkan pada soal no.7)
A. Untuk meningkatkan sterilitas, karena larutan terlebih dahulu disterilisasi dengan
membrane filter 0,22 µm sebelum di-freeze dry
B. Untuk meningkatkan stabilitas
C. Untuk meningkatkan sterilitas, karena larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf
sebelum di-freeze dry
D. Untuk meningkatkan sterilitas, karena larutan dapat disterilisasi dengan oven
sebelum di-freeze dry
E. Untuk meningkatkan sterilitas, karena larutan dapat disterilisasi dengan gas
etilen dioksida sebelum di-freeze dry

9) Berikut ini adalah evaluasi yang tidak perlu dilakukan pada sediaan injeksi rekonstitusi
A. Uji sterilitas
B. Uji identifikasi bahan aktif
C. Uji waktu rekonstitusi
D. Uji volume terpindahkan
E. Uji Ph
10) Berikut ini adalah prinsip pengujian sterilitas untuk sediaan injeksi:
A. Menggunakan pH meter
B. Larutan dipindahkan pada gelas ukur
C. Dengan cara menyinari sediaan dari samping dengan latar belakang warna hitam
dan putih
D. Dengan mengiokulasi sampel pada medium agar dan mengamati pertumbuhan
mikroba setelah inkubasi
E. Dengan menggunakan system elektronik penghitung partikel pengotor cairan
yang dilengkapi dengan alat untuk memasukkan contoh yang sesuai

1) Sediaan salep mata dibuat dengan bahan tambahan yang tidak mengiritasi mata.
Berikut ini merupakan bahan tambahan yang dapat dimasukkan dalam formula salep
mata:
A. Vaselinum album
B. Vaselinum flavum
C. Ethanol
D. Methanol
E. Parafin putih
2) Berikut ini merupakan persyaratan salep steril yang harus dipenuhi, bila sediaan
ditujukan untuk penggunaan topikal pada mata:
A. Dibuat dengan homogenitas rendah
B. Semua bahan harus dalam keadaan terlarut
C. Hanya dapat dibuat dengan metode triturasi
D. Bahan yang tidak terlarut boleh ada dengan ukuran < 25 mikrometer
E. Bahan yang tidak terlarut boleh ada dengan ukuran < 25 milimeter
3) Berikut ini merupakan definisi yang tepat untuk metode pembuatan triturasi:
A. Pencampuran antara dua fase cair yang tidak saling campur dengan
menggunakan suhu tinggi
B. Pencampuran antara tiga fase cair tidak saling campur
C. Pencampuran antara fase padat yang tidak dapat larut
D. Pencampuran antara fase cair yang tidak dapat larut
E. Pencampuran pada suhu yang tinggi
4) Pada skala laboratorium, proses pembuatan sediaan salep steril harus diawali dengan
penyaringan menggunakan kain batis, tujuan penyaringan adalah:
A. Menghilangkan partikel pengotor
B. Menyaring partikel bahan aktif yang memiliki ukuran besar
C. Menyaring partikel basis yang memiliki ukuran besar
D. Menghilangkan partikel pengisotonis yang memiliki ukuran besar
E. Menghilangkan partikel chelating agent yang tidak terlarut
5) Semua peralatan dalam pembuatan sediaan harus disterilisasi dengan metode yang
sesuai. Berikut ini merupakan metode sterilisasi yang sesuai:
A. Pipet ukur disterilisasi dengan menggunakan oven 170 oC selama 15 menit
B. Kaca arloji disterilisasi dengan menggunakan oven 170 oC selama 60 menit
C. Batang pengaduk disterilisasi dengan menggunakan autoklaf 170 oC selama 15
menit
D. Mortir dan stamper disterilisasi dengan menggunakan autoklaf 170 oC selama 60
menit
E. Pipet tetes disterilisasi dengan menggunakan oven 170 oC selama 15 menit

1) Berikut ini merupakan suhu yang tepat untuk proses fusi fase air dan minyak dalam
proses pembuatan krim:
A. 10 oC
B. 30 oC
C. 50 oC
D. 70 oC
E. 90 oC
2) Pengawet yang digunakan untuk sediaan krim dipilih berdasarkan alasan yang tepat:
A. Memiliki afinitas pada fase luar
B. Memiliki afinitas pada fase dalam
C. Memiliki afinitas pada kedua fase
D. Memiliki afinitas terhadap bahan aktif
E. Boleh tidak mengandung pengawet antimikroba
3) Trietanolamin (TEA) dalam pembuatan sediaan krim, ditambahkan pada fase:
A. Fase air
B. Fase minyak
C. Fase air dan fase minyak dengan proporsi yang sama
D. Fase air dan minyak dengan proporsi fase minyak yang lebih besar
E. Fase air dan minyak dengan proporsi fase air yang lebih besar.
4) Pembuatan sediaan krim steril memerlukan bahan tambahan antioksidan, dengan
alasan:
A. Mengandung basis yang mudah teroksidasi
B. Mengandung air yang merupakan media pertumbuhan mikroba
C. Mengandung fase minyak yang mengandung mikroba
D. Bahan aktif tidak terlarut dalam basis
E. Bahan aktif tidak tahan panas

5) Bentuk sediaan krim dapat berupa minyak dalam air atau air dalam minyak. Sediaan
krim steril untuk mata paling baik dibuat dalam bentuk berikut:
A. Minyak dalam air agar lebih mudah diencerkan oleh air mata
B. Air dalam minyak untuk menyerupai sediaan salep mata steril
C. Minyak dalam air bila bahan aktif larut pada fase air
D. Air dalam minyak bila bahan aktif mudah teroksidasi
E. Minyak dalam air agar tidak menimbulkan pertumbuhan mikroba dalam sediaan.
1) Uji konsistensi fisik sediaan semisolida dapat dilakukan dengan melakukan pengujian
viskositas dengan alat Brookfield. Satuan viskositas yang didapat adalah:
A. Centi meter
B. Centi poise
C. Mili meter
D. Mili poise
E. Mili gram
2) Bila hasil pengujian isi minimum dari 10 wadah krim 10 gram berturut-turut adalah:
9,5; 9,8; 9,7; 10,1; 9,2 ; 9,1; 9,5 ; 10,3; 9,3; 9,0. Maka bagaimana interpretasi uji isi
minimum sediaan tersebut?
A. Memenuhi syarat
B. Tidak memenuhi syarat
C. Perlu dilakukan uji tambahan terhadap 10 wadah
D. Perlu dilakukan uji tambahan terhadap 20 wadah
E. Perlu dilakukan uji tambahan terhadap 30 wadah
3) Pada uji tipe emulsi menggunakan metilen blue, bila krim menunjukkan warna biru
pada seluruh krim, maka fase dari sediaan adalah:
A. Air dalam minyak
B. Minyak dalam air
C. Tidak dapat diinterpretasikan
D. Dapat berupa minyak/air atau sebaliknya
E. Perlu dilakukan pengujian ulang dengan uji pengenceran
4) Dalam pengujian efektivitas pengawet antimikroba, suatu pengawet dinyatakan efektif
di dalam sampel yang diuji jika:
A. Jumlah bakteri non viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1%
dari jumlah awal.
B. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-14 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari
jumlah awal.
C. Jumlah bakteri viabel pada hari ke-28 berkurang hingga tidak lebih dari 0,1% dari
jumlah awal.
D. Jumlah kapang dan khamir viabel selama 28 hari pertama adalah tetap atau
kurang dari jumlah awal.
E. Jumlah tiap mikroba uji selama hari tersisa dari 28 hari pengujian adalah lebih
dari bilangan yang disebut poin sebelumnya.
5) Berikut ini merupakan pengujian untuk sediaan salep steril, kecuali:
A. Uji stabilitas
B. Uji sterilitas
C. Uji isi minimum
D. Uji tipe emulsi
E. Uji identifikasi
1) Berikut adalah faktor penting dalam pembuatan OTM, kecuali:
A. Sterilitas, larutan jernih, bebas partikel dan serat halus
B. Sediaan tetes mata tidak diperbolehkan ditambahkan pengawet karena akan
membahayakan epitelium pada kornea
C. Jika tidak mungkin dibuat isotonis maka dibuat hipertonis
D. Jika tidak mungkin dibuat isohidris maka pH dicapai dengan teknik euhidri
E. Perlu ditambahkan peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu kontak
sediaan dengan kornea mata

2) Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat larut air atau
dipilih bentuk garamnya yang larut air. Untuk zat aktif berupa basa lemah, dapat dipilih
bentuk garamnya, yaitu:
A. Hidroklorida, nitrat
B. Sulfat, kalium
C. Natrium, nitrat
D. Asetat, hidroklorid
E. Kalium, natrium
3) Untuk sediaan suspensi mata, partikel-partikel dalam suspensi dapat mengiritasi /
menggores kornea dan meningkatkan laju lakrimasi dan kedipan, solusi yang tepat
adalah:
A. Dipilih bentuk garam yang mudah larut
B. Dikemas dalam wadah tertutup rapat dengan dropper built in
C. Ditambahkan zat pengkelat supaya partikel-partikel terjerap oleh pengkelat
D. Ditingkatkan viskositasnya sehingga waktu kontak bahan aktif akan lebih lama
E. Digunakan partikel yang sangat kecil yaitu dengan memakai zat aktif yang
dimikronisasi
4) Bahan tambahan dalam pembuatan obat tetes mata harus diperhatikan, berikut
merupakan dapar yang diperbolehkan untuk OTM:
A. Asam borat dan sitrat
B. Dapar sitrat dan fosfat
C. Dapar asetat dan nitrat
D. Feniletil alkohol dan dapar sitrat
E. Dapar asetat dan klorobutanol
5) Berikut merupakan evaluasi fisik sediaan obat tetes mata tipe suspensi, yaitu:
A. Penentuan potensi dan pengawet
B. Identifikasi dan penetapan kadar
C. Penentuan homogenitas dan distribusi ukuran partikel
D. Penetapan kadar dan volume sedimentasi
E. Kenanpuan redispersibilitas dan uji sterilitas
1) Obat tetes telinga dapat dibuat dalam sediaan berikut, kecuali:
A. Larutan
B. Suspensi
C. Emulsi
D. Spray
E. Suspensi rekonstitusi
2) Berikut adalah pembawa yang bisa digunakan untuk sediaan OTT, kecuali:
A. Air
B. Propilen glikol
C. Gliserin
D. Asam lemak
E. Timerosal
3) Rentang pH sediaan OTT yang diperbolehkan adalah:
A. 5,0 – 7,8
B. 7,4
C. 3,5 – 10,5
D. 4,5 – 9,0
E. 3,5 – 8,5
4) Berikut yang paling benar mengenai sediaan telinga, adalah:
A. Dapat berupa cairan, semisolid, padat
B. Dapat ditujukan untuk efek lokal atau sistemik
C. Sediaan OTT bentuk cair tidak diharuskan isotonis
D. Sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberikan efek samping
E. Dapat ditambahkan eksipien untuk meningkatkan kelarutan pembawa

5) Pilih tipe sterilisasi yang sesuai untuk sediaan steril dengan preformulasi bahan aktif
seperti pada tabel di bawah ini:
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, stabil di udara
1 bagian larut dalam 120 bagian air (lebih larut dalam air panas); 1
bagian larut dalam 80 bagian etanol; 1 bagian larut dalam 200
Kelarutan bagian kloroform; sangat sedikit larut dalam eter; larut dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam amonium hidroksida dan asam
mineral.
Stabilita Tahan sampai 1350C
Panas Pada suhu rendah tidak stabil
pH kestabilan 3 - 6
Hidrolisis
Sensitif terhadap cahaya; menjadi berwarna kuning jika terekspos
Cahaya
cahaya dalam jangka waktu panjang.

A. Sterilisasi akhir dengan autoklaf


B. Sterilisasi akhir dengan oven
C. Sterilisasi radiasi
D. Sterilisasi awal dengan alat yang sesuai untuk masing-masing bahan
E. Sterilisasi filtrasi dan teknik aseptic
1) Berikut merupakan evaluasi fisik sediaan obat tetes mata tipe suspensi, yaitu:
A. Penentuan potensi dan pengawet
B. Identifikasi dan penetapan kadar
C. Penentuan homogenitas dan distribusi ukuran partikel
D. Penetapan kadar dan volume sedimentasi
E. Kenampuan redispersibilitas dan uji sterilitas
2) Berikut ini adalah alat yang digunakan untuk menguji viskositas suspensi:
A. Viskometer Cup and Bob
B. Viskometer Stormer
C. Viskosimeter Brookfield
D. Viskosimeter kapiler
E. Viskosimeter Hoppler

3) Berikut ini adalah evaluasi yang dilakukan untuk obat tetes steril, kecuali:
A. Pengujian bobot jenis
B. Penentuan pH
C. Uji viskositas
D. Uji isi minimum
E. Uji volume terpindahkan
1) Apakah yang dimaksud dengan kualifikasi?
A. Seperangkat pekerjaan untuk memastikan bahwa alat ukur dapat memberikan
hasil pengukuran sesuai dengan nilai referensi standar.
B. Suatu tindakan penyesuaian dan pengujian alat atau sistem untuk memastikan
bahwa alat atau sistem telah sesuai dengan persyaratan.
C. Tindakan pembuktian dan pendokumentasian semua hal, sistem dan peralatan
telah diinstalasi dengan seharusnya, dan/atau telah beroperasi dengan benar
dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
D. Tindakan pendokumentasian dan pemastian bahwa proses pembuatan sediaan
dapat menghasilkan produk yang memiliki hasil yang konsisten/ reproducible.
E. Evaluasi produksi yang telah dilakukan, pemastian bahwa produk yang telah
dihasilkan memiliki komposisi, prosedur, dan peralatan yang sama/ tidak
berubah.
2) Berikut ini adalah jenis kualifikasi yang harus dilakukan di industri farmasi, kecuali
A. Revalidasi
B. Kinerja
C. Operasional
D. Instalasi
E. Desain
3) Berikut ini adalah persyaratan kualifikasi kinerja alat, yaitu:
A. Dilakukan pada alat dengan adanya modifikasi atau pemindahan lokasi
B. Dilakukan pada alat yang telah dipasang dalam waktu yang lama
C. Terdapat permasalahan kontaminasi
D. Rekualifikasi periodik
E. Terdapat penggantian setiap komponen yang kritis dari alat
4) Berikut ini adalah mikroba standar yang digunakan untuk penetrasi panas, yaitu:
A. Bacillus var niger
B. Bacillus stearothermophillus
C. Bacillus algicola
D. Bacillus alvei
E. Bacillus amyloliquefaciens
5) Uji kebocoran pada autoklaf dapat diterima bila rata-rata kebocoran tidak boleh lebih
dari:
A. 1,1 kPa/10 menit
B. 1,2 kPa/10 menit
C. 1,3 kPa/10 menit
D. 1,4 kPa/10 menit
E. 1,5 kPa/10 menit
1) Pada pemeriksanaan jumlah partikel dalam oven, jumlah partikel non viable yang
diperbolehkan ada pada titik pengujian dengan ukuran ≥ 5 µm adalah sebanyak:
A. 20/ m3
B. 29/ m3
C. 2900/ m3
D. 3520/ m3
E. 352000/ m3
2) Berikut ini adalah alat yang digunakan untuk pengukuran jumlah partikel dalam oven:
A. Cawan kontak
B. Autoklaf
C. Settle plate
D. Particle counter
E. Smoke stick
3) Berikut ini merupakan prosedur pelaksanaan verifikasi kebocoran oven:
A. Memasukkan secara bersamaan semua termokopel ke dalam beaker glass yang
berisi minyak silicon.
B. Tentukan temperatur tertinggi dan terendah pada tiap pengukuran.
C. Lakukan penghitungan perbedaan antara temperatur tertinggi dan temperatur
terendah.
D. Pasang minimal 10 - 12 buah termokopel dalam chamber secara horizontal.
E. Menggunakan asap yang diciptakan dengan “smoke stick” di sepanjang sela-sela
pintu.
4) Kalibrasi termokopel dilaksanakan sebelum dan sesudah kualifikasi kinerja oven.
Pencatatan hasil pengujian dilakukan setelah mencapai suhu:
A. 160oC
B. 170oC
C. 210oC
D. 230oC
E. 240oC
5) Berikut ini adalah tujuan dilakukannya pengamatan distribusi panas dengan muatan
pada kualifikasi kinerja oven:
A. Untuk mengetahui jumlah kontaminan dalam oven.
B. Untuk menentukan daerah dengan temperature tertinggi pada tiap jenis muatan
oven atau alat yang disterilkan.
C. Untuk menentukan daerah dengan temperatur terendah pada tiap jenis muatan
oven atau alat yang disterilkan.
D. Untuk mengetahui distribusi panas atau keseragaman panas di dalam oven.
E. Untuk mengetahui jumlah partikel dalam oven.

Anda mungkin juga menyukai