Makalah Stroke Kelompok3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 43

1

MAKALAH

STROK ISKEMIK DAN STROK HEMORAGIK

Disusun Oleh :

Kelompok III

1. Dewi Restiana Popo

2. Nivia Irmaya Utami

3. Yuyun Erika

4. Bq. Julia Azhari

5. Ulfaturrahmah

6. Efi Sukmawati

7. Mirqatul Marfatin

PROGRAM STUDI S1 FARMASI EXTENSI

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS QAMARUL HUDA BADARUDDIN

2022
2

DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR................................................................................................................................4
BAB I...........................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................................................8
BAB III......................................................................................................................................................42
PENUTUP.................................................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................43
3

KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan, kekuatan,
serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya. Tidak lupa
penulis kirimkan shalawat dan salam beriringan dengan ucapan terima kasih yang tiada
terhingga kepada Baginda Rasulullah SAW karena atas segala pengorbanan yang telah
dilakukannya beserta para sahabat, sehingga kini kita mampu mengkaji alam ini lebih tinggi dari
gunung tertinggi, lebih dalam dari lautan terdalam, serta lebih jauh dari batas pandangan mata.

Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang “Stroke Iskemik dan Strok
Hemoragik“ yang bertujuan sebagai bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang
membacanya. Dalam makalah ini, penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam
penulisannya. Oleh karena itu, mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembimbing dan pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis
selanjutnya.

Lombok Tengah, 24 Januari 2022


4

Kelompok III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama bagi
masyarakat modern saat ini. Stroke menjadi masalah serius yang dihadapi di
seluruh dunia. Hal ini dikarenakan Stroke adalah penyebab kematian ketiga
terbanyak setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Stroke merupakan suatu
keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang
menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan bahkan kematian (Batticaca B Fransisca, 2011).
Yang dimana pada tahun 2013, diperkirakan 6,4 juta kematian (11,8% dari semua
kematian) disebabkan oleh stroke (Kim, Cahill, & Cheng, 2015).

Stroke dibagi dalam dua kategori mayor yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke non hemoragik terjadi karena aliran darah ke otak terhambat
akibat aterosklorosis atau pembekuan darah. Sedangkan stroke hemoragik terjadi
karena pecahnya pembuluh darah otak sehingga menyebabkan terhambat aliran
darah ke otak, darah merembas ke area otak dan merusaknya(Batticaca B
Fransisca, 2011).
5

Otak sangat bergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan


oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena thrombus dan
embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosisi mikroskopik
neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark, hal ini menyebabkan
terjadinya infark pada otak yang akan mempengaruhi kontrol motorik karena
neuron dan jalur medial atau venteral berperan dalam kontrol otot-otot (Wijaya &
Putri, 2013)

Amerika serikat, stroke merupakan penyebab utama kecacatan orang


dewasa jangka Panjang dan penyebab kematian nomor lima dengan 795.000
peristiwa setiap tahun. Diperkirakan akan meningkat prevalensi stroke oleh 3,4
juta orang antara tahun 2012 dan 2030 (A. Boehme, C. Esenwa, 2018).

Prevalensi penyakit stroke tertinggi didunia adalah china dengan


prevalensi stroke 69,6%, perdarahan intraserebral 23,8% dan 15,8%, perdarahan
subarachnoid 4,4% dan 4,4%, dan tipe yang tidak ditentukan 2,1% dan 2,0%,
dengan hipertensi 88%, merokok 48%, dan penggunaan alcohol 44% (Wang et al.,
2017).

Penyakit Stroke di Indonesia merupakan terbanyak dan menduduki urutan


pertama di Asia. Jumlah kematian yang disebabkan oleh stroke menduduki urutan
kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59 tahun. Wilayah
Kalimantan Timur merupakan wilayah tertinggi pengidap penyakit stroke dengan
(14,7%), diikuti Di Yogyakarta (14,3%) Bangka Belitung dan DKI Jakarta
masing-masing (11,4%) dan Bali berada pada posisi 17 dengan (10,8%)
(RISKESDAS 2018).

Stroke menempati posisi pertama sebagai penyebab kematian dirumah


sakit. Stroke tidak hanya menyerang masyarakat berkecukupan tapi juga warga
sosial ekonomi rendah. Di Indonesia diperkirakan tiap tahun terjadi 500.000
penduduk terkena serangan stroke dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal
sedangkan sisanya mengalami kecacatan (Ratna, 2011).

Begitu banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stroke, faktor


risiko terjadinya stroke terbagi lagi menjadi faktor risiko yang dapat dirubah dan
faktor risiko yang tidak dapat dirubah. Faktor risiko yang tidak dapat dirubah dan
dikontrol pengaruhnya terhadap kejadian stroke, diantaranya yaitu faktor
keturunan, ras, umur dan jenis kelamin. Sedangkan faktor risiko yang dapat
6

dirubah yaitu hipertensi, penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, merokok,


alcohol, peningkatan kolestrol, dan obesitas (Wijaya & Putri, 2013).

Sebagian besar penderita stroke hemoragik cenderung akan mengalami


gangguan mobilitas fisik, pasien stroke dengan gangguan mobilisasi hanya
berbaring saja tanpa mampu untuk mengubah posisi karena keterbatasan tersebut
yang menyebabkan munculnya masalah keperawatan yaitu gangguan mobilitas
fisik (Mubarak, Indrawati, & Susanto, 2015)

1.2 Rumusan Masalah


A. Definisi strok iskemik dan strok hemoragik?

B. Etiologi strok iskemik dan strok hemoragik?

C. Patofisiologi strok iskemik dan strok hemoragik?

D. Kategori strok iskemik dan strok hemoragik?

E. Gejala klinis strok iskemik dan strok hemoragik?

F. Diagnosis penyakit strok iskemik dan strok hemoragik?

G. Tatalaksana terapi strok iskemik dan strok hemoragik?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami penyakit strok iskemik dan strok hemoragik.
7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

CVA atau cedera serebrovaskular adalah gangguan suplai darah otak


secara mendadak sebagai akibat oklusi pembuluh darah parsial atau total,
atau akibat pecahnya pembuluh darah otak. Gangguan pada aliran darah ini
aka menguramgi suplai oksigen, glukosa, dan nutrien lain kebagian otak
yang disuplai oleh pembuluh darah yang terkena dan mengakibatkan
gangguan pada sejumlah fungsi otak (Hartono, 2010).
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak yang
disebabkan terjadinya gangguan peredaran darah otak dan bisa terjadi pada
siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan penyakit yang paling sering
menyebabkan cacat berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
proses berfikir, daya ingat dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai
akibat gangguan fungsi otak (Mutaqin, 2011).

Stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh


gangguan aliran darah dalam otak yang timbul secara mendadak dan akut
8

dalam beberapa detik atau secara tepat dalam beberapa jam yang
berlangsung lebih dari 24 jam dengan gejala atau tanda tanda sesuai daerah
yang terganggu (Irfan, 2012).
9

Stroke adalah penyakit serebrovaskular (pembuluh darah


otak) yang ditandai dengan gangguan fungsi otak karena adanya
kerusakan atau kematian jaringan otak akibat berkurang atau
tersumbatnya aliran darah dan oksigen ke otak. Aliran darah ke
otak dapat berkurang karena pembuluh darah otak mengalami
penyempitan, penyumbatan, atau perdarahan karena pecahnya
pembuluh darah tersebut (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008)
Stroke atau serangan otak adalah suatu bentuk kerusakan
neurologis yang disebabkan oleh sumbatan atau interupsi sirkulasi
darah normal ke otak.Dua tipe stroke yaitu stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Stroke hemoragik lebih jauh dibagi menjadi
hemoragik intrasrebral dan hemoragik subaraknoid (Weaver &
Terry, 2013)

2.2 Klasifikasi

a. Berdasarkan penyebabnya, stroke dapat dibagi menjadi dua jenis


yaitu :
1. Stroke Iskemik

Hampir 85% stroke di sebabkan oleh, sumbatan bekuan


darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa arteri yang
mengarah ke otak, atau embolus (kotoran) yang terlepas dari
jantung atau arteri ekstrakranial (arteri yang berada di luar
tengkorak). Ini di sebut sebagai infark otak atau stroke iskemik.
Pada orang berusia lanjut lebih dari 65 tahun,
10

penyumbatan atau penyempitan dapat disebabkan oleh


aterosklerosis (mengerasnya arteri).
Hal inilah yang terjadi pada hampir dua pertiga insan
stroke iskemik. Emboli cenderung terjadi pada orang yang
mengidap penyakit jantung (misalnya denyut jantung yang cepat
tidak teratur, penyakit katub jantung dan sebagainya) secara
rata-rata seperempat dari stroke iskemik di sebabkan oleh
emboli, biasanya dari jantung (stroke kardioembolik) bekuan
darah dari jantung umumnya terbentuk akibat denyut jantung
yang tidak teratur (misalnya fibrilasi atrium), kelainan katup
jantung (termasuk katub buatan dan kerusakan katub akibat
penyakit rematik jantung), infeksi di dalam jantung (di kenal
sebagai endocarditis) dan pembedahan jantung.
Penyebab lain seperti gangguan darah, peradangan dan
infeksi merupakan penyebab sekitar 5-10% kasus stroke
iskemik, dan menjadi penyebab tersering pada orang berusia
muda.namun, penyebab pasti dari sebagian stroke iskemik tetap
tidak di ketahui meskipun telah dilakukan pemeriksaan yang
mendalam.
Sebagian stroke iskemik terjadi di hemisfer otak,
meskipun sebagian terjadi di serebelum (otak kecil) atau batang
otak. Beberapa stroke iskemik di hemisfer tampaknya bersifat
ringan (Sekitar 20% dari semua stroke iskemik) stroke ini
asimptomatik (tidak bergejala, hal ini terjadi ada sekitar
11

sepertiga pasien usia lanjut) atau hanya menimbulkan


kecanggungan, kelemahan ringan atau masalah daya ingat.
Namun stroke ringan ganda dan berulang dapat menimbulkan
cacat berat, penurunan kognitif dan dimensia(Irfan, 2012).
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau dipagi hari ( Wijaya & Putri, 2013).

2. Stroke Hemoragik

Stroke hemoragik di sebabkan oleh perdarahan ke dalam


jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom
intraserebrum) atau ke dalam ruang subaraknoid yaitu ruang
sempit antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang
menutupi otak (disebut hemoragia subaraknoid). Ini adalah jenis
stroke yang paling mematikan, tetapi relative hanya menyusun
sebgian kecil dari stroke total, 10-15% untuk perdarahan
intraserebrum dan 5% untuk perdarahan subaraknoid(Irfan,
2012). Biasanya kejadianya saat melakukan aktivitas atau saat
aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat ( Wijaya & Putri,
2013).
12

Tabel 2.1 Perbedaan Stroke Hemoragik dan Non Hemoragik

Kriteria Stroke hemoragik Stroke Iskemik


Perbedaan Parenchymatous Subarachnoi Trombosis of Embolism of
Hemorrhage d cerebral cerebral
Hemorrhage vessels vessels
Usia 40-60 th 20-40 th Tidak
50th
penting pada
sumber
emboli
Tanda Awal Sakit kepala Sakit kepala Serangan TIA Tidak sakit
menetap sementara (iskemik kepala
sementara)
Saat Mendadak, Mendadak, Pucat Pucat
timbulnya kadang pada merasa ada
penyakit saat melakukan tiupan di
aktivitas dan kepala
adanya tekanan
mental
Gangguan Penurunan Gangguan Kecepatan Sering pada
kesadaran kesadaran kesadaran menurunnya awal
mendadak reversible sesuai dengan kejadian atau
memberatnya perubahan
defisit yang terjadi
neurologis sesuai
dengan
beratnya
defisit
neurologis
Sakit kepala Kadang-kadang Kadang- Jarang Jarang
kadang
Motor Kadang-kadang Kadang- Jarang Jarang
Exitation kadang
Muntah 70-80% >50% Jarang 2-5% Kadang-
kadang (25-
13

30%)
Pernapasan Irreguler, Kadang Jarang terjadi Jarang terjadi
(Breathing) mengorok Cheyne- gangguan pada gangguan
Stokes kasus proses pada kasus
hemisfer proses
Kemungkina
hemisfer
n
14

bronchorrea
Nadi (pulse) Tegang, Kecepatan Mungkin cepat Bergantung
bradikardia nadi 80- dan halus pada etiologi
lebih sering 100x/menit penyakit
daripada jantung
takikardia
Jantung Batas jantung Patoogi Lebih sering Alat jantung
(heart) mengalami jantung kardiosklerosis endokarditis,
dilatasi, tekanan jarang , tanda aritmia
aorta terdengar hipertonik kardiak
pada bunyi jantung
jantung II
Tekanan Hipertensi arteri Jarang Bervariasi Bervariasi
darah (blood meningkat
preassure) (mungkin
menetap tak
berubah)
Paresis atau Hemiplegia Bisa tidak Hemiparesis Hemiparesis,
plegia dengan aktivitas ada. Jarang lebih kelemahan di
ekstremitas berlebih, pada lutut prominen pada salah satu
ekstensi salah satu ekstremitas
abnormal ekstremitas lebih tampak
bisa mengarah daripada
ke hemiplegia yang lainnya.
Kadang-
kadang
mengarah ke
hemplegia
Tanda Kadang-kadang Kadang- Unilateral l Unilateral
Patologi bilateral, kadang
tampak lesi mengarah ke
pada salah satu bilateral
sisi serebral
Rata-rata Cepat Cepat Secara Cepat
perkembang perlahan
15

an penyakit
Serangan Jarang 30% Jarang Jarang
Tanda awal Kadang-kadang Hamper Jarang Jarang pada
iritasi selalu gejala awal
meningeal penyakit
Pergerakan Kadang-kadang Kadang- Kadang- Jarang
mata kadang kadang
16

Cairan Berdarah atau Kadang- Tidak Tidak


cerebrospina xanthocromic kadang berawarna dan berwarna dan
l dengan perdarahan jernih jernih
peningkatan
tekanan
Fundus Kadang-kadang Jarang Perubahan Perbedaan
mata perdarahan dan perdarahan sklerotik perubahan
perubahan pembuluhan pembuluh
pembuluh darah darah darah
(arterosklero
sis dan
vaskulitis)
Echo-EG Terdapat tanda tidak Tidak terdapat
pergantian M- terdapat tanda
echo dan pergantian pergantian M-
hematoma tanda M- echo atau
echo di kemungkinan
edema otak pergantia
dan hingga 2mm
hipertensi keutuhan
intrakranial hemisfer pada
hari pertama
serangan
stroke
Sumber : Baticca, 2008

b. Bedasarkan defisit neurologis dibagi menjadi empat jenis yaitu :

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang


menyebabkan timbulnya defisit neurologis akut yang
berlangsung kurang kurang dari 24 jam. Stroke ini tidak akan
meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak terlihat
17

pernah mengalami serangan stroke. Akan tetapi adanya TIA


merupakan suatu peringatan akan serangan stroke selanjutnya
sehingga tidak boleh di abaikan begitu saja. (Irfan, 2012)
b. Reversible Ischemic Neurological Deficid (RIND)
18

Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja


berlangsung lebih lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND
juga tidak meninggalkan gejala sisa. (Irfan, 2012)
c. Complete Stroke

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang


menyebabkan deficit neurologis akut yang berlangsung lebih
dari 24 jam. Stroke ini akan meninggalkan gejala sisa. (Irfan,
2012)
d. Stroke in Evolution (Progressive Stroke)

Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit di


tentukan prognosanya.Hal ini disebabkan kondisi pasien yang
cenderung labil, berubah-ubah, dan dapat mengarah ke
kondisi yang lebih buruk. (Irfan, 2012)
c. Berdasarkan klinisnya, stroke dibagi menjadi 2, yaitu :

a. Lacunar Syndromes (LACS)

Terjadi penyumbatan tunggal pada lubang arteri sehingga


menyebabkan area terbatas akibat infark yang disebut dengan
lacune. Istilah lacune adalah salah satu yang patologis dan
akan tetapi terdapat beberapa kasus di literature yang
memiliki kolerasi patologi dengan klinikoradiologikal.
Mayoritas lacune terjadi di area seperti nucleus lentiform dan
gejala klinisnya tidak di ketahui.Terkadang terjadi
kemunduran kognitif pada pasien.
19

Lacunar yang lain juga dapat mengenai kapsula interna


dan pons di mana akan mempengaruhi traktus asendens dan
desendens yang menyebabkan defisit klinis yang luas. Bila di
ketahui lebih awal tentang dasar pola neuovaskuler, lesi
tersebut dapat di kurangi sehingga mempunyai tingkat
kognitif dan fungsi visual yang lebih tinggi. Jadi LACS
memiliki defisit maksimal dari gangguan pembuluh darah
tunggal, tanpa gsnggusn visual, tidak ada gangguan pada
level fungsi kortikal yang lebih tinggi serta tidak ada tanda
gangguan pada batang otak(Irfan M. , 2012).
b. Posterior Circulation Syndromes (POCS)

Menyebabkan kelumpuhan bagian saraf cranial ipsilateral


(tunggal maupun majemuk) dengan kontralateral defisit
snsorik meupun motoric.Terjadi pula defisit motorik-motorik
bilateral.Gangguan gerak bola mata (horizontal maupun
vertical), gangguan cerebellar tanpa defisit traktus bagian
ipsilateral, terjadi hemianopia atau kebutaan kortikal.POCS
merupakan gangguan fungsi pada tingkatan kortikal yang
lebih tinggi atau sepanjang yang dapat di kategorikan sebagai
POCS(Irfan M. , 2012).
20

2.3 Etiologi

Stroke iskemik biasanya disebabkan adanya gumpalan


yangmenyumbat pembuluh darah dan menimbulkan hilangnya suplai
darah keotak.Gumpalan dapat berkembang dari akumulasi lemak
atau plak aterosklerotik di dalam pembuluh darah. Faktor resikonya
antara lain hipertensi, obesitas, merokok, peningkatan kadar lipid
darah,diabetes dan riwayat penyakit jantung dan vaskular dalam
keluarga.
Stroke hemoragik enam hingga tujuh persen terjadi akibat
adanya perdarahan subaraknoid (subarachnoid hemorrhage), yang
mana perdarahan masuk ke ruang subaraknoid yang biasanya berasal
dari pecarnya aneurisma otak atau AVM (malformasi arteriovenosa).
Hipertensi, merokok, alkohol, dan stimulan adalah faktor resiko dari
penyakit ini.Perdarahan subaraknoid bisa berakibat pada koma atau
kematian.Pada aneurisma otak, dinding pembuluh darah melemah
yang bisa terjadi kongenital atau akibat cedera otak yang
meregangkan dan merobek lapisan tengah dinding arteri(Terry &
Weaver, 2013).

2.4 Faktor Resiko

Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang


beresiko terhadap stroke.Faktor risiko ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat
dikendalikan.Faktor yang dapat dikendalikan yaitu faktor yang tidak
21

dimodifikasi.Sedangkan, faktor yang dapat diubah sesuai dengan


perilaku masing-masing individu.(Farida & Amalia , 2009)
c. Faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan

1) Usia

Lebih tua umur lebih mungkin terjadinya stroke (Irfan, 2012).


Resiko semakin meningkat setelah usia 55 tahun. Usia
terbanyak terkena serangan stroke adalah usia 65 tahun ke
atas (Indrawati, Sari, & Dewi, 2008). Namun stroke tidak
hanya diderita oleh orang lanjut usia saja, melainkan
golongan remaja akhir dan dewasa juga beresiko terkena
stroke. Stroke juga dapat terjadi pada usia muda, bahkan
anak anak. Anak-anak biasanya sangat senang bermain dan
dapat beresiko jatuh serta mengalami benturan
dikepala.Apabila terjadi benturan di kepala, maka ini dapat
mengakibatkan stroke.Hal ini dapat mengakibatkan
terjadinya stroke hemoragik yaitu stroke yang diakibatkan
oleh pecahnya pembuluh darah otak(Farida & Amalia, 2009).
2) Jenis kelamin

Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak dibandingkan


perempuan (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Hal ini
dikarenakan perempuan memiliki hormon esterogen yang
berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh sampai
menopause dan sebagai proteksi atau pelindung pada proses
ateroskerosis. Namunsetelah perempuan tersebut mengalami
22

menopouse , besar risiko terkena stroke antara laki-laki dan


perempuan menjadi sama(Farida & Amalia, 2009).
3) Ras dan Etnis

Stroke lebih banyak menyerang dan menyebabkan kematian


pada ras kulit hitam, Asia dan Kepulauan Pasifik, serta
Hispanik dibandingkan kulit putih (Indarwati , Sari, & Dewi,
2008).Menurut Price dan Wilson (2006) bahwa orang
Amerika keturunan Afrika memiliki angka resiko yang lebih
tinggi daripada orang Kaukasia. Dengan kata lain, orang
berkulit hitam lebih beresiko terkena stroke. Orang kulit
hitam lebih banyak terkena hipertensi daripada orang berkulit
putih karena berkaitan dengan konsumsi garam(Farida &
Amalia, 2009)
4) Riwayat Stroke dalam Keluarga

Dari sekian banyak kasus stroke yang terjadi, sebagian besar


penderita stroke memiliki faktor riwayat stroke dalam
keluarganya. Keturunan dari penderita stroke diketahui
menyebabkan perubahan penanda aterosklerosis awal, yaitu
proses terjadinya timbunan zat lemak dibawah lapisan
dinding pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya
stroke. Beberapa penelitian lain yang telah dilakukan
mengesankan bahwa riwayat stroke dalam keluarga
mencerminkan suatu hubungan antara faktor genetis dengan
23

tidak berfungsinya lapisan dinding pembuluh darah dalam


arteri koronaria(Farida & Amalia, 2009).
d. Faktor Risiko yang dapat dikendalikan

1) Tekanan Darah Tinggi

Hipertensi merupakan faktor risiko baik untuk orangtua


maupun dewasa muda (Irfan, 2012). Hipertensi mempercepat
terjadinya aterosklerosis, yaitu dengan cara menyebabkan
perlukaan secara mekanis pada sel endotel (dinding
pembuluh darah) di tempat yang mengalami tekanan tinggi
(Farida & Amalia, 2009). Jika proses tekanan berlangsung
lama, dapat menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh
darah sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah (Indarwati ,
Sari, & Dewi, 2008).
2) Kadar Kolestrol

Hiperkolestrolemia dapat menyebabkan aterosklerosis.


Aterosklerosis berperan dalam menyebabkan penyakit
jantung koroner dan stroke itu sendiri (Indarwati , Sari, &
Dewi, 2008). Karena kolestrol tidak dapat langsung larut
dalam darah dan cenderung menempel di pembuluh darah,
akibatnya kolestrol membentuk bekuan dan plak yang
menyumbat arteri dan akhirnya memutuskan aliran darah ke
jantung (menyebabkan serangan jantung) dan ke otak
(menyebabkan stroke) (Farida & Amalia, 2009).
24

3) Obesitas

Makan berlebihan dapat menyebabkan kegemukan


(obesitas).Obesitas lebih cepat terjadi dengan pola hidup
pasif (kurang gerak dan olahraga).Jika makanan yang
dimakan banyak mengandung lemak jahat (seperti kolestrol),
maka ini dapat menyebabkan penimbunan lemak disepanjang
pembuluh darah.Penyempitan pembuluh darah ini
menyebabkan aliran darah kurang lancar dan memicu
terjadinya aterosklerosis atau penyumbatan dalam pembuluh
darah yang pada akhirnya beresiko terserang stroke.
Penyumbatan tersebut biasanya diakibatkan oleh plak-plak
yang menempel pada dinding pembuluh darah(Farida &
Amalia, 2009)
4) Life style

Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai


pemicu berbagai penyakit yang menyerang, baik pada usia
produktif maupun usia lanjut. Salah satu contoh life style
yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya
sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan
seringnya mengkonsumsi makanan siap saji yang serat lemak
dan kolesterol namun rendah sehat. Kemudian, seringnya
mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan dengan
kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah
zat pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya
25

hidup lain yang dapat beresiko terkena stroke yaitu sedentary


life style atau kebiasaan hidup santai dan malas berolah raga.
Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan
metabolisme tubuh dalam pembakaran zat-zat makanan yang
dikonsumsi. Sehingga, beresiko membentuk terjadinya
tumpukan kadar lemak dan kolestrol dalam darah yang
beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang dapat
menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada
munculnya serangan jantung dan stroke(Farida & Amalia,
2009)
5) Stres

Pada umumnya, stroke diawali oleh stres. Karena, orang


yang stres umumnya mudah marah,mudah tersinggung, susah
tidur dan tekanan darahnya tidak stabil. Marah menyebabkan
pencarian listrik yang sangat tinggi dalam urat syaraf. Marah
yang berlebihan akan melemahkan bahkan mematikan fungsi
sensoris dan motorik serta dapat mematikan sel otak. Stres
juga dapat meningkatkan kekentalan darah yang akan
berakibatkan pada tidak stabilnya tekanan darah. Jika darah
tersebut menuju pembuluh darah halus diotak untuk
memasok oksigen ke otak , dan pembuluh darah tidak lentur
dan tersumbat, maka hal ini dapat mengakibatkan resiko
terkena serangan stroke. (Farida & Amalia , 2009)
6) Penyakit Kardiovaskuler
26

Beberapa penyakit jantung, antara lain fibrilasi atrial (salah


satu jenis gangguan irama jantung), penyakit jantung koroner,
penyakit jantung rematik, dan orang yang melakukan
pemasangan katub jantung buatan akan meningkatkan risiko
stroke (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Pada fibrilasi atrium
menyebabkan penurunan CO², sehingga perfusi darah
keotakmenurun, maka otak akan kekurangan oksigen yang
akhirnya dapat terjadi stroke (Wijaya & Putri, 2013)
7) Diabetes mellitus

Seseorang yang mengidap diabetes mempunyai risiko


serangan stroke iskemik 2 kali lipat dibandingkan mereka
yang tidak diabetes (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Pada
penyakit DM akan mengalami vaskuler, sehingga terjadi
mikrovaskularisasi dan terjadi aterosklerosis, terjadinya
aterosklerosis dapat menyebabkan emboli yang kemudian
menyumbat dan terjadi iskemia, iskemia menyababkan
perfusi otak menurun dan pada akhirnya terjadi stroke
(Wijaya & Putri, 2013).
8) Merokok

Perokok lebih rentan mengalami stroke dibandingkan bukan


perokok. Nikotin dalam rokok membuat jantung bekerja
keras karena frekuensi denyut jantung dan tekanan darah
meningkat (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008). Pada perokok
akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin
27

sehingga memungkinkan penumpukan arterosklerosis dan


kemudian berakibat pada stroke (Wijaya & Putri, 2013).
9) Alkoholik

Pada alkoholik dapat menyebabkan hipertensi, penurunan


aliran darah ke otak dan kardiak aritmia serta kelainan
motilitas pembuluh darah sehingga terjadi emboli serebral
(Wijaya & Putri, 2013).

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis stroke bergantung pada arteri serebral


yang terkena, fungsi otak dikendalikan atau diperantarai oleh
bagian otak yang terkena, keparahan kerusakan serta ukuran daerah
otak yang terkena selain bergantung pula pada derajat sirkulasi
kolateral (Hartono, 2009).
Menurut Oktavianus (2014) manifestasi klinis stroke sebagai
berikut :

e. Stroke iskemik

Tanda dan gejala yang sering muncul yaitu:

1. Transient ischemic attack (TIA)

Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai


beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa
pengobatan. Serangan bisa muncul lagi dalam wujud
sama, memperberat atau malah menetap.
2. Reversible Ischemic Neurogic Difisit (RIND)

Gejala timbul lebih dari 24 jam.


28

3. Progressing stroke atau stroke inevolution

Gejala makin lama makin berat (progresif) disebabkan


gangguan aliran darah makin lama makin berat
4. Sudah menetap atau permanen

f. Stroke hemoragik

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan


daerah otak yang terkena.
1) Lobus parietal, fungsinya yaitu untuk sensasi somatik,
kesadaran menempatkan posisi.
2) Lobus temporal, fungsinya yaitu untuk mempengaruhi
indra dan memori
3) Lobus oksipital, fungsinya yaitu untuk penglihatan

4) Lobus frontal, fungsinya untuk mempengaruhi mental,


emosi, fungsi fisik, intelektual.
Stroke dapat mempengaruhi fungsi tubuh. Adapun beberapa
gangguanyang dialami pasien yaitu :
1) Pengaruh teradap status mental: tidak sadar, confuse

2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia,


gangguansentuhan dan sensasi, gangguan penglihatan,
hemiplegi (lumpuh tubuh sebelah).
3) Pengaruh terhadap komunikasi: afasia (kehilangan
bahasa), disartria (bicara tidak jelas).
29

Pasien stroke hemoragik dapat mengalami trias TIK yang


mengindikasikan adanya peningkatan volume di dalam
kepala.Trias TIK yaitu muntah proyektil, pusing dan pupil edem.
2.6 Patofisiologi

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai


cadangan oksigen. Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat
karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan
oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat
mengarah pada gejalan yang dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neuron-neuron. Area nekrotik kemudian disebur
infark. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia
mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena
akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena
embolus dapat mengakibatkan akibat dari bekuan darah, udara,
palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah
hemorrhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi. Abnormalitas
vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat
menyebabkan hemorrhagi (Wijaya & Putri, 2013)
Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami
iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke
akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema
serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian
pada area yang luas.Prognosisnya tergantung pada daerah otak
yang terkena dan luasnya saat terkena (Wijaya & Putri, 2013).
30

Bila terjadi kerusakan pada otak kiri, maka akan terjadi


gangguan dalam hal fungsi berbicara, berbahasa, dan matematika
(Farida & Amalia, 2009).
Akibat penurunan CBF regional suatu daerah otak terisolasi
dari jangkauan aliran darah, yang mengangkut O2 dan glukose yang
sangat diperlukan untuk metabolisme oksidatif serebral. Daerah
yang terisolasi itu tidak berfungsi lagi dan karena itu timbullah
manifestasi defisit neurologik yang biasanya berupa hemiparalisis,
hemihipestesia, hemiparestesia yang bisa juga disertai defisit fungsi
luhur seperti afasia (Mardjono & Sidharta, 2014).
Apabila arteri serebri media tersumbat didekat percabangan
kortikal utamanya (pada cabang arteri) dapat menimbulkan afasia
berat bila yang terkena hemisfer serebri dominan bahasa (Mutaqin,
2011).
Lesi (infark, perdarahan, dan tumor) pada bagian posterior
dari girus temporalis superior (area wernicke) menyebabkan afasia
reseptif, yaitu klien tidak dapat memahami bahasa lisan dan
tertulis, kelainan ini dicurigai bila klien tidak bisa memahami setiap
perintah dan pertanyaan yang diajukan. Lesi pada area fasikulus
arkuatus yang menghubungkan area wernicke dengan area broca
mengakibatkan afasia konduktif, yaitu klien tidak dapat
mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama
benda tetapi dapat mengikuti perintah. Lesi pada bagian posterior
girus frontalis inferoior (broca) disebut dengan afasia eksprektif,
31

yaitu klien mampu mengerti terhadap apa yang dia dengar tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat, bicaranya tidak lancar
(Mutaqin, 2011).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memastikan jenis


serangan stroke, letak sumbatan atau penyempitan pembuluh
darah, letak perdarahan, serta luas jaringan otak yang mengalami
kerusakan (Indarwati , Sari, & Dewi, 2008)
1) CT-Scan

Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya


infark (Wijaya & Putri, 2013)
2) Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI)

Pemeriksaan MRI menunjukkan daerah yang mengalami infark


atau hemoragik (Oktavianus, 2014). MRI mempunyai banyak
keunggulan dibanding CT dalam mengevaluasi stroke, MRI
lebih sensitif dalam mendeteksi infark, terutama yang berlokasi
dibatang otak dan serebelum (Farida & Amalia, 2009)
3) Pemeriksaan magnetic resonance angiography (MRA)
Merupakan metode non-infasif yang memperlihatkan arteri
karotis dan sirkulasi serebral serta dapat menunjukan adanya
oklusi(Hartono, 2010)
4) Pemeriksaan ultrasonografi karotis dan dopler transkranial
Mengukur aliran darah serebral dan mendeteksi penurunan
aliran darah stenosis di dalam arteri karotis dan arteri
32

vetebrobasilaris selain menunjukan luasnya sirkulasi


kolateral.Kedua pemeriksaan ini dapat digunakan untuk
mengkaji perburukkan penyakit vaskular dan mengevaluasi efek
terapi yang ditimbulkan pada vasospasme, seperti yang terjadi
pada perdarahan subaraknoid.Angiografi serebral merupakan
prosedur invasif yang menggunakan media kontras untuk
menunjukan pembuluh darah serebral, kepatenan, dan lokasi
stenosis, oklusi atau aneurisma.Pemeriksaan aliran darah
serebral membantu menentukan derajat vasopasme(Hartono,
2010).
5) Pemeriksaan lumbal pungsi

Pemeriksaan fungsi lumbal menunjukkan adanya tekanan


(Oktavianus, 2014). Tekanan normal biasanya ada trombosis,
emboli dan TIA, sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan
subarachnoid atau intrakranial (Wijaya & Putri, 2013).
6) Pemeriksaan EKG

Dapat membantu mengidentifikasi penyebab kardiak jika stroke


emboli dicurigai terjadi (Hartono, 2010)
7) Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan elektrolit, fungsi


ginjal, kadar glukosa, lipid, kolestrol, dan trigliserida dilakukan
untuk membantu menegakan diagnose(Hartono, 2010).
8) EEG (Electro Enchepalografi)
33

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak atau


mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik (Wijaya &
Putri, 2014)
9) Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti


perdarahan, obtruksi arteri, oklusi/ruptur (Wijaya & Putri, 2013)
10) Sinar X tengkorak

Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah


yang berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna
terdapat pada trobus serebral. Klasifikasi parsial dinding,
aneurisma pada perdarahan sub arachnoid (Wijaya & Putri,
2013).
11) Pemeriksaan foto thorax

Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat


pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda
hipertensi kronis pada penderita stroke, menggambarkan
perubahan kelenjar lempeng pineal daerah berlawanan dari masa
yang meluas (Doengoes, 2000) (Wijaya & Putri, 2013).
2.8 Penatalaksanaan

Penanganan stroke ditentukan oleh penyebab stroke dan


dapat berupa terapi farmasi, radiologi intervensional, atau pun
pembedahan. Untuk stroke iskemik, terapi bertujuan untuk
meningkatkan perfusi darah keotak, membantu lisis bekuan darah
dan mencegah trombosis lanjutan, melindungi jaringan otak yang
34

masih aktif, dan mencegah cedera sekunder lain. Pada stroke


hemoragik, tujuan terapi adalah mencegah kerusakan sekunder
dengan mengendalikan tekanan intrakranial dan vasospasme, serta
mencegah perdarahan lebih lanjut (Hartono, 2010).
g. Farmakologis

1. Vasodilator meningkatkan aliran darah serebri (ADS) secara


percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan
2. Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid,
papaverin intraarterial.
3. Medikasi antitrombosit dapat diresepkan karena
trombositmemainkan peran sangat penting dalam
pembentukan trombus dan ambolisasi. Antiagresi trombosis
seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi
pelepasan agregasi trombosis yang terjadi sesudah ulserasi
alteroma.
4. Antikoagulan dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya
atau memberatnya trombosis atau embolisasi dari tempat lain
dalam sistem kardiovaskuler (Mutaqin, 2011)
h. Non Farmakologis

Berikut ini beberapa jenis terapi yang dapat dijalankan terkait


proses pemulihan kondisi pasca stroke :
1. Terapi Wicara
35

Terapi wicara membantu penderita untuk mengunyah,


berbicara, maupun mengerti kembali kata – kata (Farida &
Amalia, 2009).
2. Fisioterapi

Kegunaan metode fisioterapi yang digunakan untuk


menangani kondisi stroke stadium akut bertujuan untuk :
a. Mencegah komplikasi pada fungsi paru akibat tirah baring
yang lama
b. Menghambat spastisitas, pola sinergis ketika ada
peningkatan tonus
c. Mengurangi oedem pada anggota gerak atas dan
bawah sisi sakit
d. Merangsang timbulnya tonus ke arah normal, pola gerak
dan koordinasi gerak
e. Meningkatkan kemampuanaktivitas fungsional
(Farida & Amalia, 2009).
3. Akupuntur

Akupuntur merupakan metode penyembuhan dengan cara


memasukkan jarum dititik-titk tertentupada tubuh penderita
stroke. Akupuntur dapat mempersingkat waktu penyembuhan
dan pemulihan gerak motorik serta ketrampilan sehari-hari
(Farida & Amalia, 2009).
4. Terapi Ozon
36

Terapi ozon bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah


ke otak, membuka dan mencegah penyempitan pembuluh
darah otak, mencegah kerusakan sel-sel otak akibat
kekurangan oksigen, merehabilitasi pasien pasca serangan
stroke agar fungsi organ tubuh yang terganggu dapat pulih
kembali, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, serta
mengendalikan kadar kolestrol dan tekanan darah (Farida &
Amalia, 2009)
5. Terapi Sonolisis (Sonolysis Theraphy)

Terapi ini bertujuan untuk memecahkan sumbatan pada


pembuluh darah agar menjadi partikel-partikel kecil yang
sangat halus sehingga tidak menjadi resiko untuk timbulnya
sumbatan-sumbatan baru ditempat lain. Terapi sonolisis ini
dilakukan dengan teknik ultrasound dan tanpa menggunakan
obat-obatan (Wiwit, 2010).
6. Hidroterapi

Kolam hidroterapi digunakan untuk merehabilitasi gangguan


saraf motorik pasien pascastroke. Kolam hidroterapi berisi air
hangat yang membuat tubuh bisa bergerak lancar,
memperlancar peredaran darah dengan melebarnya pembuluh
darah, dan memberikan ketenangan.kolam hidroterapi
memungkinkan pasien untuk berlatih menggerakan anggota
tubuh tanpa resiko cedera akibat terjatuh (Farida & Amalia,
2009).
37

7. Senam Ergonomik

Senam ini berfungsi untuk melatih otot-otot yang kaku


dengan gerakan-gerakan yang ringan dan tidak menimbulkan
rasa sakit bagi penderitanya. Senam ergonomik diawali
dengan menarik napas menggunakan pernapasan dada. Hal
ini bertujuan supaya paru-paru dapat lebih banyak
menghimpun udara. Ketika napas, oksigen dialirkan keotak
yang memerlukan oksigen dalam jumlah yang banyak supaya
dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, senam
ergonomik dapat dikatakan membantu penderita stroke
karena kondisi stroke merupakan terganggunya suplai
oksigen ke otak (Farida & Amalia, 2009).
8. Yoga (Terapi Meditasi)

Yoga menurunkan resiko terkena stroke dengan


meningkatkan suplai darah keotak bila yoga dilakukan secara
teratur. Aktivitas yang dilakukan dalam yoga khusus
penderita stroke yaitu latihan peregangan seluruh bagian
tubuh, memijit organ-organ internal, kelenjar, sistem
peredaran darah dan sistem pembuangan, demikian
pernyataan Rahmat Darmawan, seorang master of energy
yang juga praktisi yoga (Farida & Amalia, 2009)
9. Terapi Musik

Penelitian mengungkapkan bahwa dengan mendengarkan


musik setiap hari, penderita akan mengalami peningkatan
38

pada ingatan verbalnya dan memiliki mood yang lebih


baikdibandingkan dengan penderita stroke yang tidak
mendengarkan musik. Selain itu, mendengarkan musik pada
tahap awal pascastroke dapat meningkatkan pemulihan daya
kognitif dan mencegah munculnya perasaan negatif (Wiwit,
2010)
10. Terapi Bekam

Dalam konsep bekam, darah kotor yaitu darah yang tidak


berfungsi lagi, sehingga tidak diperlukan tubuh dan harus
dibuang. Bekam juga dapat menurunkan tekanan darah
berkurang setelah dibekam. Dengan terhindar dari
penggumpalan darah dan tekanan darah tinggi dapat
mencegah dan mengobati stroke (Farida & Amalia, 2009).
11. Terapi Nutrisi

Beberap zat gizi yang membantu dalam proses terapi


nutrisi terkait stroke, diantaranya, yaitu :
a. Vitamin A. Vitamin A berperan sebagai antioksidan yang
dapat mencegah terbentuknya tumpukan (plak) kolestrol
dalam pembuluh darah, misalnya wortel. Penelitian
Harvard menunjukkan adanya penurunan risiko terkena
stroke hingga 68% pada orang yang mengonsumsi lima
porsi wortel dalam seminggu.
b. Asam folat. Asam folat dapat menurunkan risiko
penyempitan pembuluh darah otak. Asam folat terkandung
39

dalam jenis sayuran, seperti bayam, salada, dan pada buah


papaya.
c. Isoflavon. Penelitian di Hong Kong, yang dipublikasikan
dalam European Heart Journal, melaporkan bahwa
isoflavon meningkatkan fungsi pembuluh darah nadi
(arteri) pada pasien stroke.
d. Vitamin C. Vitamin C dan bioflavonoid yang banyak
terdapat pada nanas dapat membantu mengencerkan darah,
sehingga mengurangi hipertensi. Dengan jauh dari resiko
hipertensi, maka risiko stroke menurun (Farida & Amalia,
2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mustaqimah,
Sari, & Jainah (2016) selama 10 hari terhadap 15
responden yang menderita hipertensi di wilayah kerja
Puskesmas Pekauman didapatkan hasil pengukuran
tekanan darah sesudah konsumsi mix jus seledri dan jus
nanas terjadi penurunan tekanan darah.
12. Aromaterapi

Aroma terapi pada pasien stroke berfungsi untuk


memperlancar sirkulasi darah, getah bening, memperkuat
fungsi saraf dan menambah kekuatan otot. Teknik yang
digunakan dalam aroma terapi dapat digunakan untuk
pemijatan ataupun digunakan untuk berendam dengan cara
meneteskan minyak esensial kedalam air hangat (Farida &
Amalia, 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
40

Setywan, Widiyanto, & Ayu A (2016)Sesudah pemberian


slow stroke back massage dan aromaterapi mawar pada
pasien hipertensi di RSUD H. Soewondo Kendal rata-rata
tekanan darah 143/92 mmHg. Ada pengaruh yang
signifikan pemberian slow stroke backmassage dan
aromatherapi mawar untuk menurunkan tekanan darah
pada pasien hipertensi di RSUD H. Soewondo Kendal ρ
value tekanan darah sistolik 0,001 dan ρ value tekanan
darah diastolik 0,003 (a < 0,05)

13. Terapi Herbal

Terapi herbal membantu meningkatkan fleskibilitas


pembuluh darah dan menstimulasi sirkulasi darah (Farida &
Amalia, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agita
Devi, Ndapajaki, & Riscai Putri (2018) menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh obat herbal ekstrak wortel dan jambu biji
terhadap penderita hipertensi lansia.
14. Hipnoterapi (Hypnotherapy)

Dengan hipnoterapi, penderita stroke memahami apa yang


sebenarnya dibutuhkan untuk mencapai kesembuhan sugesti
yang diberikan dirancang supaya pasien mau menjalankan
tahapan dalam proses penyembuhan dan merasa nyaman
tanpa paksaan (Farida & Amalia, 2009).
41

15. Psikoterapi

Mengalami gangguan diotak karena serangan stroke dapat


menyebabkan penderita mengalami gangguan emosional, seperti
depresi. Hal ini disebabkan oleh ketidaksiapan penderita
menghadapi penurunan produktivitas setalah terserang stroke, yang
dilihat dari ketidakmampuan secara fisik melakukan berbagai
aktivitas seperti saat masih sehat. Psikoterapi dapat diterapkan
dengan mengajak penderita melakukan hal yang menyenangkan
(Farida & Amalia, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Apriani
Idris dkk (2018)menunjukkan bahwa motivational interviewing
memiliki pengaruh terhadap penurunan depresi. Hal ini dapat
dilihat dari aspek penerimaan, ekspresi dan kemampuan responden
dalam menjelaskan apa saja yang telah dilakukan serta afirmasi
responden setelah beberapa kali mendapatkan motivasi dan
kunjungan.

41
42

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Hemoragik dan iskemik adalah dua diantaranya. Stroke Iskemik terjadi
ketika pembuluh darah yang memasok darah ke otak terhambat. Sedangkan stroke
hemoragik, terjadi ketika pembuluh darah yang melemah pecah. Salah satu
penyebab paling umum dari stroke hemoragik adalah tekanan darah tinggi yang
tidak terkontrol.

3.2. Saran
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien stroke diharapkan
penulis dapat memperluas wawasan mengenai stroke sehingga dengan wawasan
yang luas tersebut dapat digunakan sebagai acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien stroke.

Pengembangan ilmu dan pengetahuan mahasiswa dapat melalui studi kasus


sehingga mahasiswa dapat menerapkan asuhan keperawatan pada pasien stroke.

42
43

DAFTAR PUSTAKA
Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Muhrini, A., Ika, S., Sihombing, Y., & Hamra, Y. (2012). dengan Kejadian

Stroke, 24–30.

Nursing Interventions Classification (6th ed.). Philadelphia: Elsevier Ltd. Dewanto, G. (2009).
Panduan Praktis Diagnosa & Tatalaksana Penyakit Saraf.

Patricia, H., Kembuan, M. a H. N., & Tumboimbela, M. J. (2015). Karakteristik penderita stroke
iskemik yang di rawat inap di RSUP Prof . Dr . R . D . Kandou Manado Tahun 2012-2013. Jurnal
E-Clinic, 3(1), 445–451.

Pei, L., Zang, X. Y., Wang, Y., Chai, Q. W., Wang, J. Y., Sun, C. Y., & Zhang, Q. (2016).
Factors associated with activities of daily living among the disabled elders with stroke.
International Journal of Nursing Sciences, 3(1), 29–34.
https://doi.org/10.1016/j.ijnss.2016.01.002

43

Anda mungkin juga menyukai