Pengertian TGS3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

A.

PENGERTIAN
Menurut Kurniawan (2017) Retardasi Mental (RM) atau biasa disebut dengan
keterbelakangan mental atau disabilitas intelektual (DI) adalah suatu kelainan mental
dimana tingkat kecerdasan berada di bawah rata-rata orang normal lainnya (umumnya
IQ kurang dari 70) dan gangguan dalam keterampilan adaptif yang terjadi sebelum
anak menginjak usia 18 tahun.
Menurut Sularyo (2016) Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan adaptasi

sosial,dan bermanifestasi selama masa perkembangan,

Retardasi mental merupakan suatu kelainan mental seumur hidup, diperkirakan lebih
dari 120 juta orang di seluruh dunia menderita kelainan ini. Oleh karena itu retardasi
mental merupakan masalah di bidang kesehatan masyarakat,kesejahteraan sosial dan
pendidikan baik pada anak yang mengalami retardasi mental tersebut maupun
keluarga dan masyarakat

B. ETIOLOG RM ( RETARDASI MENTAL)


Menurut Onyekuru & Njoku (2012), Terjadinya retardasi mental dapat disebabkan
karena adanya gangguan pada fase prenatal, perinatal maupun fase postnatal.
Rendahnya IQ dan keterbatasan keterampilan adaptif adalah tanda retardasi mental.
Ditinjau dari penyebab secara langsung dapat digolongkan atas penyebab biologis dan
psikososial. Penyebab biologisatau sering disebut retardasi mental tipe klinis
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Pada umumnya merupakan retardasi mentalsedang sampai sangat berat
2. Tampak sejak lahir atau usia dini
3. Secara fisis tampak berkelainan/aneh
4. Mempunyai latar belakang biomedis baik pranatal,perinatal maupun postnatal
5. Tidak berhubungan dengan kelas social
Penyebab psikososial atau sering disebut tipe sosio-kultural mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut

1. Biasanya merupakan retardasi mental ringan


2. Diketahui pada usia sekolah
3. Tidak terdapat kelainan fisis maupun laboratorium
4. Mempunyai latar belakang kekurangan stimulasimental (asah)
5. Ada hubungan dengan kelas social

Menurut Sularyo (2016) Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biological dapat
dibagi dalam ;

1. Penyebab prenatal
a. Kelainan kromosom
b. Kelainan genetik /herediter
c. Gangguan metabolic
d. Sindrom dismorfik
e. Infeksi intrauterine
f. Intoksikasi
2. Penyebab perinatal
a. Prematuritas
b. Asfiksia
c. Kernikterus
d. Hipoglikemia
e. Meningitis
f. Hidrosefalus
g. Perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal
a. Infeksi (meningitis, ensefalitis)
b. Trauma
c. Kejang lama
d. Intoksikasi (timah hitam, merkuri)
C. PATOFISOLOGI

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-
keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa ,
kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumah tanggaan, ketrampilan sosial,
penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan ,
akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa
digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
D. KLASIFIKASI RETARDASI MENTAL

Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam


perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Beberapa orang yang termasuk
dalam kelompok retardasi ringan berdasarkan IQ mungkin tidak mengalami kelemahan
perilaku adaptif sehingga tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang mengalami
retardasi mental. Pada kenyataanya, kriteria IQ biasanya diterapkan hanya setelah
kelemahan dalam perilaku adaptif diidentifikasi. Berikut ini merupakan ringkasan
karakteristik orang-orang yang masuk dalam masing-masing level retardasi mental

Klasifikasi Retardasi Mental Berdasarkan PPDGJ III:


1. F70 Retardasi Mental Ringan (IQ 55-69)
Mulai tampak gejalanya pada usia sekolah dasar, misalnya sering tidak naik kelas, selalu
memerlukan bantuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang
berkaitan pekerjaan rumah atau mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan
pribadi. 80 % dari anak RM termasuk pada golongan ini. Dapat menempuh pendidikan
Sekolah Dasar kelas VI hingga tamat SMA. Ciri-cirinya tampak lamban dan
membutuhkan bantuan tentang masalah kehidupannya.
2. F71 Retardasi Mental Sedang (IQ 35-49)
Sudah tampak sejak anak masih kecil dengan adanya keterlambatan dalam
perkembangan, misalnya perkembangan wicara atau perkembangan fisik lainnya. Anak
ini hanya mampu dilatih untuk merawat dirinya sendiri, pada umumnya tidak mampu
menyelesaikan pendidikan dasarnya, angka kejadian sekitar 12% dari seluruh kasus RM.
Anak pada golongan ini membutuhkan pelayanan pendidikan yang khusus dan dukungan
pelayanan.
3. F72 Retardasi Mental Berat (IQ 20- 34)
Tampak sejak lahir, yaitu perkembangan motorik yang buruk dan kemampuan bicara
yang sangat minim, anak ini hanya mampu untuk dilatih belajar bicara dan keterampilan
untuk pemeliharaan tubuh dasar, angka kejadian 8% dari seluruh RM. Memiliki lebih dari
1 gangguan organik yang menyebabkan keterlambatannya, memerlukan supervisi yang
ketat dan pelayanan khusus.
4. F73 Retardasi Mental Sangat Berat (IQ < 20)
Sudah tampak sejak lahir yaitu gangguan kognitif, motorik, dan komunikasi yang
pervasif. Mengalami gangguan fungsi motorik dan sensorik sejak awal masa kanak-
kanak, individu pada tahap ini memerlukan latihan yang ekstensif untuk melakukan “self
care” yang sangat mendasar seperti makan, BAB, BAK. Selain itu memerlukan supervisi
total dan perawatan sepanjang hidupnya, karena pada tahap ini pasien benar-benar tidak
mampu mengurus dirinya sendiri.
5. F78 Retardasi Mental lainnya
Kategori ini hanya dignakan bila penilaian dari tingkat Retardasi Mental intelektual
dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya
hendaya sensorik atau fisik, seperti buta, bisu tli, dan penyandang yang perilakunya
terganggu berat atau fisiknya tidak mampu.

Sedangkan menurut The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders ,


WHO, Geneva tahun 1994 retardasi mental dibagi menjadi 4 golongan yaitu :

1. Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69


Retardasi mental ringan dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dididik
(educable). Anak mengalami gangguan berbahasa tetapi masih mampu
menguasainya untuk keperluan bicara sehari-hari dan untuk wawancara klinik.
Umumnya mereka juga mampu mengurus diri sendiri secara independen (makan,
mencuci, memakai baju, mengontrol saluran cerna dan kandung kemih), meskipun
tingkat perkembangannya sedikit lebih lambat dari ukuran normal. Kesulitan utama
biasanya terlihat pada pekerjaan akademik sekolah, dan banyak yang bermasalah
dalam membaca dan menulis. Dalam konteks sosiokultural yang memerlukan
sedikit kemampuan akademik, mereka tidak ada masalah. Tetapi jika ternyata
timbul masalah emosional dan sosial, akan terlihat bahwa mereka mengalami
gangguan, misal tidak mampu menguasai masalah perkawinan atau mengasuh
anak, atau kesulitan menyesuaikan diri dengan tradisi budaya.
2. Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49
Retardasi mental sedang dikategorikan sebagai retardasi mental dapat dilatih
(trainable). Pada kelompok ini anak mengalami keterlambatan per kembangan
pemahaman dan penggunaan bahasa, serta pencapaian akhirnya terbatas. Pencapaian
kemampuan mengurus diri sendiri dan ketrampilan motor juga mengalami
keterlambatan, dan beberapa diantaranya mem- butuhkan pengawasan sepanjang
hidupnya. Kemajuan di sekolah terbatas, sebagian masih ssbisa belajar dasar- dasar
membaca, menulis dan berhitung.
3. Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

Kelompok retardasi mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang
dalam hal gambaran klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait.
Perbedaan utama adalah pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami
kerusakan motor yang bermakna atau adanya defisit neurologis. Kelompok retardasi
mental berat ini hampir sama dengan retardasi mental sedang dalam hal gambaran
klinis, penyebab organik, dan keadaan-keadaan yang terkait. Perbedaan utama adalah
pada retardasi mental berat ini biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna
atau adanya defisit neurologis.

4. Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

Retardasi mental sangat berat berarti secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya
dalam mengerti dan menuruti permintaan atau instruksi. Umumnya anak sangat terbatas
dalam hal mobilitas, dan hanya mampu pada bentuk komunikasi nonverbal yang sangat
elementer.
Menurut gejalanya retardasi mental maka dapat di bagi menjadi 2 yaitu :
1. Tipe Klinik
Pada retardasi mental tipe klinik ini mudah dideteksi sejak dini, karena kelainan fisik dan
mentalnya cukup berat.Penyebabnya sering kelainan organik.Kebanyakan anak ini perlu
perawatan yang terus-menerus dan kelainan ini dapat terjadi pada kelas sosial tinggi
ataupun yang rendah.Orang tua dari anak yang menderita retardasi mental tipe klinik ini
cepat mencaripertolongan oleh karena mereka melihat sendiri kelainan pada anaknya.
2. Tipe Sosial Budaya
Biasanya baru diketahui setelah anak masuk sekolah dan ternyata tidak dapat mengikuti
pelajaran.Penampilannya seperti anak normal, sehingga disebut juga retardasi enam
jam.Karenabegitumereka keluar sekolah, mereka dapat bermain seperti anak-anak normal
lainnya.Tipe ini kebanyakan berasal dari golongan sosial ekonomi rendah.Para orang tua
dari anak tipe ini tidak dapat melihat adanya kelainan pada ananknya, mereka mengetahui
kalau anaknya retardasi dari gurunya atau dari para psikolog, karena anaknya gagal
beberapa kali tidak naik kelas.pada umumnya anak tipe ini mempunyai taraf IQ golongan
retardasi mental ringan.

Intelegensi menurut Nilai IQ


No Jenis Golongan Nilai IQ
1 Sangat superior 130 atau lebih
2 Superior 120 – 129
3 Di atas rata-rata 110 – 119
4 Rata-rata 90 – 110
5 Retardasi mental Borderline 70 – 79
6 Retardasi mental ringan (Mampu didik) 52 - 69
7 Retardasi mental sedang (Mampu latih) 36 – 51
8 Retardasi mental berat 20 – 30
9 Retardasi mental sangat berat Di bawah 20
:Klasifikasi retardasi mental dalama setiap usia perkembangan

RM IQ Usia Usia Sekolah Usia Dewasa


Prasekolah (0-21 tahun) (>21 tahun)
(0-5 tahun)
Sangat <20 Retradasi Beberapa Perkembangan
berat jelas Perkembangan motorik dan
motorik dapat bicara sangat
berespon namun terbatas
terbatas
Dapat berperan
Berat 20-23 Perkembangan Dapat bicara atau sebagian dalam
motorik yang berkomunikasi pemeliharaan
miskin namun latihan diri sendiri
kejujuran tidak dibawah
bermanfaat pengawasan
ketat

Dapat bekerja
35-49 Dapat sendiri tanpa
Sedang berbicara atau Latihan dalam dilatih namun
belajar keterampilan social perlu
berkomunikasi, dan pekerjaan dapat pengawasan
ditangani bermanfaat, dapat terutama jika
dengan pergi sendiri berada dalam
pengawasan ketempat yang telah stress
sedang dikenal

50-69 Biasanya dapat


Dapat mencapai
mengembangk keterampilan
Ringan
an social dan
Dapat belajar kejujuran
keterampilan
social dan keterampilan namun perlu
komunikasi, akademik sampai ± bantuan
retradasi kelas 6 SD terutama bila
minimal stress

E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan fisik
yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata mengarah
ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik dan gejala yang
sering disertai retardasi mental, yaitu :
1. Kelainan pada mata :
a. Katarak
1) Sindrom Cockayne
2) Sindrom Lowe
3) Galaktosemia
4) Sindrom Down
5) Kretin
6) Rubela pranatal
b. Bintik Cherry-merah pada daerah makula
1) Mukolipidosis
2) Penyakit Niemann-Pick
3) Penyakit Tay-Sachs
c. Korioretinitis
1) Lues kongenital
2) Penyakit sitomegalo virus
3) Rubela prenatal
d. Kornea keruh
1) Lues kongenital
2) Sindrrom Hunter
3) Sindrom Hurler
4) Sindrom Lowe
2. Kejang
a. Kejang umum tonik klonik
1) Defisiensi glikogen sinthetase
2) Hiperlisinemia
3) Hipoglikemia
b. Kejang pada masa neonatal
1) Arginosuccinic asiduria
2) Hiperammonemia I dan II
3) Laktik asidosis
3. Kelainan kulit
a. Bintik cafe-au-lait
b. Ataksia –telengiektasia
c. Tuberous selerosis
4. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
b. Rambut cepat memutih
c. Rambut halus
5. Kepala
a.Mikrosefali
b. Makrosefali
c.Perawakan pendek
d. Distonia

Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai
berikut:
1. Retardasi mental ringan.
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.Kebanyakan dari mereka
ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat setelah anak beberapa
kali tidak naik kelas. Golongan ini termasukmampu didik , artinya selain dapat diajar
baca tulis bahkan bisa sampai kelas 4-6 SD, juga bisa dilatih keterampilan tertentu
sebagai bekal hidupnya kelak dan mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal.
Tetapi pada umumnya mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya.
2. Retardasi mental sedang.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka ini mampu
latihtapi tidak mampu didik.Taraf kemampuan intelektualnya hanya dapat sampai
kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu misalnya
pertukangan, pertanian, dll dan apabila bekerja nanti mereka ini perlu
pengawasan.Mereka juga perlu dilatih bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok
ini juga kurang mampu menghadapi stres dan kurang dapat mandiri,  sehingga
memerlukan bimbingan dan pengawasan.
3. Retardasi mental berat.
Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental masuk kelompok ini. Diagnosisi
mudah ditegakkan secara dini, karena selain adanya gejala fisik yang menyertai juga
berdasarkan keluhan dari orang tua dimana anak sejak awal sudah terdapat
keterlambatan  perkembangan motorik dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe
klinik.Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang
sederhana, tidak dapat dilatih keterampilan kerjadan memerlukan pengawasan dan
bimbingan sepanjang hidupnya.
4. Retardasi mental sangat berat.
Kelompokini sekitar 1% dan termasuk dalam tipe klinik.Diagnosis dini mudah dibuat
karena gejala baik mental dan fisik sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat
minimal.Mereka ini seluruh hidupnya tergantng pada orang disekitarnya.

F. KOMPLIKASI
1. Serebral palcy
2. Gangguan kejang
3. Gangguan kejiwaan
4. Gangguan konsentrasi /hiperaktif
5. Defisit komunikasi
6. Konstipasi
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Beberapa pemeriksaan penunjang perlu dilakukan pada anak yang menderita retardasi
mental, yaitu dengan:
1. Kromosomal Kariotipe
a. Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b. Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c. Terdapat beberapa kelainan kongenital
d. Genetalia abnormal
2. EEG ( Elektro Ensefalogram)
a. Gejala kejang yang dicurigai
b. Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3. CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a. Pembesaran kepala yang progresif
b. Tuberous sklerosis
c. Dicurigai kelainan otak yang luas
d. Kejang lokal
e. Dicurigai adanya tumor intrakranial
4. Titer virus untuk infeksi kongenital
a. Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b. Neonatal hepatosplenomegali
c. Petechie pada periode neonatal
d. Chorioretinitis
e. Mikroptalmia
f. Kalsifikasi intrakranial
g. Mikrosefali
5. Serum asam urat ( uric acid serum)
a. Gout
b. Sering mengamuk
6. Laktat dan piruvat darah
a. Asidosis metabolik
b. Kejang mioklonik

Beberapa uji tumbuh kembang:


1. Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
2. Uji perkembangan seperti DDST II
3. Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-
Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive
behaviour scales ).

H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologi
Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak,
konsentrasi kurangdan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan
dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik,
misalnya :
a. Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari
b. Imipramin dosis ± 1,5 mg/kg/hariEfek sampingan kedua obat diatas dapat
menimbulkan convulsi
c. Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik

Obat-obatan untuk konvulsi :


a. Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari (Dilantin dapat juga menurunkan gejala
hyperkinetik, gejalagangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir).
b. Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala
hyperkinetik).
c. Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik
a. Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar :
d. Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron).
e. Glutamic acid.
d. Gamma amino butyric acid (Gammalon).
e. Pabenol.
f. Nootropil.
g. Amphetamin dsb.

2. Non Farmakologi
Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk
anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan
manipulasi lingkungan(merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak
tersebut).
Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi
dan obat-obatan dapat diusahakanperubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan
hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh
dari pihak terapis (yang mengobati).
Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi
terhadaphubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan
kesadaran dalam merawatanak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter
bila dalam observasi terdapattingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan
bagi anak tersebut maupun lingkungannya(teman-teman disekitarnya).
Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak
denganorang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya
utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang
disekitarnya. Untuk ibu atau orangtua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family
terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikaporang tua atau saudaranya yang kurang baik
terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu.
Anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi
sikaprendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain
yangmengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian
ibu dapatbersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat
merencanakan program yang baikbagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas
memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut di atas.
I. PENANGANAN RETARDASI MENTAL
Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja,
melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti
memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental,
apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua
dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis
dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling
dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu
mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang
tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan
anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
1. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
a. Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya.
b. Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
c. Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang,
sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal
antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk
mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
2. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu:
a. Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan dan berpakaian
sendiri, dst.,
b. latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social,
c. Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita,
dan
d. latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang
baik dan buruk secara moral.
J. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN RETARDASI
MENTAL
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan yang
berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi sosial,
penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan kesehatan dan
keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi dan ketenangan dan
bekerja. Pengakajian dapat dilakukan melalui:
a. Neuroradiologi dapat menemukan kelainan dalam struktur kranium, misalnya
klasifikasi atau peningkatan tekanan intrakranial.
b. Ekoesefalografi dapat memperlihatkan tumor dan hamatoma.
c. Biopsi otak hanya berguna pada sejumlah kecil anak retardasii mental. Juga tidak
mudah bagi orang tua untuk menerima pengambilan jaringan otak dalan jumlah
kecil sekalipun karena dianggap menambah kerusakan otak yang memang tidak
adekuat.
d. Penelitian bio kimia menentukan tingkat dari berbagai bahan metabolik yang
diketahui mempengaruhi jaringan otak jika tidak ditemukan dalam jumlah besar
atau kecil, misalnya hipeglekimia pada neonatus prematur, penumpukan glikogen
pada otot dan neuron, deposit lemak dalam otak dan kadar fenilalanin yang tinggi.
Atau dapat melakukan pengkajian sebagai berikut:

1) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan
yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang lebih
besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan, tonus otot
abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan terlambatnya
perkembangan motoris halus dan kasar.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom ( Trisomi 21
( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom ( distrofi otot
Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme sejak lahir
( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran premature,
Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial, Cedera kepala,
Infeksi, Gangguan degenerative.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa atau
penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari ibu
tersebut.

2) Pemeriksaan fisik
a) Kepala           :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b) Rambut         : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus
dan cepat berubah
c) Mata              : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung          : jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas, dll
e) Mulut            : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi
f) Geligi            : odontogenesis yang tdk normal
g) Telinga          : keduanya letak rendah; dll
h) Muka             : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
i) Leher             : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
j) Tangan          : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
k) Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll
l) Genitalia       : mikropenis, testis tidak turun, dll
m) Kaki              : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang
kecil meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
b. Gangguan komunikasi verbal b.d. kelainan fungsi kognitif
c. Risiko cedera b.d. perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik
.

3. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan
Keperawatan
1 Gangguan Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat
pertumbuhan dan tindakan keperawatan perkembangan anak
perkembangan b.d. diharapkan Tidak mengalami 2. Dorong / libatkan
kelainan fungsi kegagalan tumbang dengan anak dalam
kognitif kriteria hasil: melakukan aktivitas
1. Tak ada kemunduran 3. Berikan aktivitas
mental sesuai dengan
2. Anak mampu kemampuan anak
melakukan kegiatan 4. Ajarkan hal-hal yang
sesuai kemampuan perlu diketahui anak
secara optimal (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat
perkembangan anak

2 Gangguan Tujuan : 1. Kaji factor penyebab


komunikasi verbal Setelah dilakukan tindakan gangguan
b.d. kelainan keperawatan diharapkan Anak perkembangan dan
fungsi kognitif mampu berinteraksi social isolasi sosial
dengan kriteria hasil: 2. Tingkatkan
1. Anak tidak komunikasi verbal
mengisolasi diri 3. Dorong anak
2. Anak mampu melakukan sosialisasi
bergaul dengan dengan kelompok
lingkungan 4. Beri reinforcement
yang positif atas hasil
yang dicapai anak
5. Ajarkan anak untuk
bermain bersama
teman kelompoknya

3 Deficit perawatan diri Tujuan : 1. Kaji tingkat


b.d. perubahan Setelah dilakukan tindakan kemampuan anak
mobilitas fisik keperawatan diharapkan 2. Pantau anak dalam
/kurangnya Perawatan diri anak terpenuhi memenuhi
kematangan dengan kriteria hasil: kebutuhannya
perkembangan. 1. Anak tampak bersih 3. Libatkan anak dalam
2. Anak mampu memenuhi
berperan dalam kebutuhannya
perawatan dirinya 4. Jelaskan secara
berulang-ulang
tentang perawatan diri
5. Beri dorongan anak
untuk merawat
dirinya

Anda mungkin juga menyukai