Latar Belakang

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENGURANGAN PRODUK CACAT DENGAN


MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA UD. NEW TWEETY
MAGETAN

Nama : Intan Puji Lestari

NIM : 16414224

Program Studi : Manajemen

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Analisis Pengurangan Produk Cacat Dengan

Menggunakan Metode Six Sigma Pada UD. New

Tweety Magetan

Nama : Intan Puji Lestari

NIM : 16414224

Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo, 4 Agustus 1997

Program Studi : Manajemen

Isi dan format telah disetujui dan dinyatakan memenuhi syarat untuk menyusun
skripsi pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Ponorogo
Ponorogo,

Pembimbing I Pembimbing II

(Drs. H. SETYO ADJI, MM) (LA ODE SUGIANTO, S.Pd., M.M)


NIDK. 8856080018 NIDK. 0730068503

Mengetahui:
Ketua Program Studi

(Dra. UMI FARIDA, MM)


NIDN. 0710016101
A. JUDUL
ANALISIS PENGURANGAN PRODUK CACAT DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA UD. NEW TWEETY

MAGETAN

B. Latar Belakang

Di Indonesia perusahaan industri berkembang sangat pesat dengan produk

unggulan yang dimiliki daerah masing-masing. Perusahaan yang dihadapkan

langsung dengan permasalahan klasik membutuhkan komitmen yang kuat dari

pemilik perusahaan tersebut unt/uk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Suatu perusahaan memiliki tanggung jawab penuh untuk menjaga kualitas produk

agar sesuai dengan standart dan dapat memenuhi selera konsumen. Menurut

Assauri (2006) menyatakan bahwa pengendalian kualitas adalah salah satu fungsi

penting dalam perusahaan, sehingga kegiatan ini ditangani langsung oleh bagian

pengendalian kualitas setiap perusahaan.

Perkembangan zaman saat ini memaksa suatu perusahaan baik di bidang

manufaktur ataupun jasa di era globalisasi dituntut untuk meningkatkan kualitas

produk atau jasa tersebut demi menjaga persaingan dengan perusahaan lain.

Banyaknya industri saat ini sangat berpengaruh bagi kemajuan bangsa, baik

industri berskala besar atau kecil, baik perusahaan yang dikelola oleh swasta atau

juga perusahaan yang dikelola negara.Masalah yang sering dihadapi oleh

perusahaan adalah masalah kualitas produk yang dihasilkan. Belum adanya

standarisasi terhadap produk unggulan lokal dinilai dapat menyulitkan perusahaan

untuk melakukan ekspor atau memasarkan produknya ke luar daerah. Peraturan

perundangan di Indonesia menyebutkan bahwa setiap produk yang akan


dipasarkan harus memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan oleh lembaga atau

badan yang terkait. Misalnyauntuk produk makanan, minuman, dan obat-obatan

harus memenuhi standar dari BPOM ( Badan Pengawas Obat dan Makanan).

Peningkatan kualitas merupakan suatu hal yang mendasar bagi perusahaan

untuk tetap eksis dalam dunia bisnis yang kompetitif. Saat ini volume penjualan

bukanlah hal yang terpenting untuk mencapai laba maksimal, melainkan lebih

berorientasi pada aspek kepuasan konsumen. Menurut Ciptani (1999) kemampuan

perusahaan untuk memberikan kepuasan terhadap konsumen yang membeli

produknya, maka secara otomatis perusahaan akan mendapat laba yang maksimal.

Dengan begitu pengendalian kualitas merupakan hal yang penting untuk

mempertahankan efektivitas dan efisiensi dalam menjalankan sebuah usaha.

Produk yang baik bukan dilihat hanya dari kualitas bahan baku atau komponen

dasarnya. Tapi juga dinilai baik saat sudah ditangan konsumen. Maka dari itu

untuk mencapai hasil yang berkualitas baik harus melakukan perbaikan secara

terus-menerus agar dapat menciptakan produk yang sesuai dengan keinginan

konsumen. Produk yang sudah baik harus tetap dijaga standar kualitasnya karena

jika terjadi kecacatan dalam produksi juga akan merugikan perusahaan ataupun

konsumennya. Kerugian saat produksi akan menambah beban biaya pengeluaran

seperti biaya pengerjaan ulang dan lain sebagainya.

Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan saat proses produksi,

namun produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang telah

ditetapkan. Akan tetapi produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan

biaya tertentu. Biaya yang dikeluarkan harus lebih rendah dari nilai jual setelah

produk tersebut sudah diperbaiki. Kecacatan tersebut dapat dibagi menjadi dua
yaitu cacat mayor dan cacat minor. Produk roti yang mengalami cacat mayor

merupakan cacat yang sangat parah sehingga tidak dapat diperbaiki. Sedangkan

kerusakan minor pada produk roti adalah ketika saat proses produksi roti gosong,

roti tidak mengembang, atau saat pengemasan yang kurang rapat. Produk cacat

dapat menurunkan kualitas produk sehingga dapat juga menurunkan kepercayaan

konsumen pada produk yang dihasilkan. Untuk mencegah terjadinya kecacataan

produk dapat menggunakan metode pengendalian kualitas. Metode ini berguna

untuk mengurangi tingkat kecacatan produk dan agar produk yang dihasilkan

lebih terjamin kualitasnya. Pengendalian kualitas merupakan hal penting pada

manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila diperlukan, mengurangi

jumlah barang yang rusak, serta mempertahankan kualitasnya (Reksohadiprojo,

2000:245).Meskipun pada saat proses produksi sudah berjalan dengan baik tapi

kenyataan hasil akhirnya ada juga produk yang tidak sesuai harapan, dimana

kualitas produk mengalami kerusakan/cacat. Hal ini dikarenakan adanya

penyimpangan dari berbagai faktor, mungkin dari tenaga kerja, bahan baku, atau

dari mesin yang digunakan pada saat proses produksi.

UD. New Tweety merupakan industri yang bergerak dibidang roti dan kue.

Usaha ini berdiri pada tanggal 23 April 2009 yang didirikan oleh Bapak Samiyo

selaku pemilik perusahaan. Awal mula berdirinya perusahaan ini Bapak Samiyo

hanya memproduksi kue kering dan bakpia. Karena banyak yang suka Bapak

Samiyo sendiri lantas mengembangkan ke produk yang lain, misalnya roti kacang,

roti ubi roll, kacang ting-ting, dan produk terbarunya keripik pisang. Dalam proses

pengembangan pada UD. New Tweety ini tentu ada beberapa masalah dan

kendala yang harus dihadapi oleh perusahaan, misalnya pada saat proses produksi
mengalami kegagalan atau kecacatan produk. Dari hasil observasi yang dilakukan

banyak produk cacat pada saat proses produksi. Kecacatan tersebut misalnya roti

yang gosong karena pengovenan yang terlalu lama atau roti kurang mengembang.

Hal tersebut tentu sangat mempengaruhi kualitas dari produk roti itu sendiri.

Dilihat dari kejadian tersebut maka harus dilakukan pengendalian kualitas

yang baik daan benar, agar produk cacat tidak semakin bertambah banyak dan

perusahaan dapat meminimalisir biaya produksi. Untuk mengurangi kecacatan

produk tersebut membuat peneliti tertarik untuk mengambil tema pengendalian

kualitas. Dalam melakukan produksinya persuhaan belum menggunakan metode

untuk masalah yang dihadapinya, sehingga peneliti memperkenalkan metode six

sigma untuk meminimalisir kecacatan produk yang terjadi di perusahaan.

Six sigma merupakan metode yang banyak digunakan oleh perusahaan dan

organisasi untuk peningkatan kualitas. Six sigma pertama kali diperkenalkan oleh

Motorolla pada awal tahun 1980-an secara bertahap diaplikasikan juga pada

sektor bisnis lain seperti perbankan, hotel, rumah sakit, dan sektor lainnya.

Motorolla dan General Electric merupakan dua perusahaan yang mempelopori

penerapan six sigma tahun 1980-1990 dan mampu berkontribusi besarterhadap

semangat perubahan dalam meningkatkan kualitas produk. Menurut Gaspersz

(2005) six sigma dipandang sebagai pengendalian proses produksi yang

menerapkan konsep DMAIC (define, measure, analyze, improve, control) dalam

peningkatan kualitas. Six sigma sendiri memiliki dua fungsi besar yaitu six sigma

merupakan sebuah filosofi bagi manajemen perusahaan yang artinya perusahaan

atau organisasi ingin meningkatkan keuntungan/laba maka harus memperbaiki

kualitasnya dengan memperbaiki proses produksi agar produk cacat berkuang.


Yang kedua yaitu six sigma merupakan alat ukur bagi organisasi untuk

memperbaiki kualitasproduk melalui perbaikan proses. Metode ini dinilai mampu

membantu permasalahan yang sedang dihadapi perusahaan pada UD. New

Tweety.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengambil judul

“ANALISIS PENGURANGAN PRODUK CACAT DENGAN

MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA UD. NEW TWETTY

MAGETAN”

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kualitas produk yang dihasilkan pada UD. New Tweety Magetan?

2. Apakah faktor yang menjadi menyebab terjadinya produk cacat pada UD. New

Tweety Magetan?

3. Bagaimana penerapan metode six sigma untuk meminimalisir produk cacat

pada UD. New Tweety Magetan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari uraian latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui kualitas produk yang dihasilkan pada UD. New Twetty

Magetan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab produk cacat saat

proses produksi pada UD. New Twetty Magetan


3. Untuk mengetahui penerapan metode six sigma guna meminimalisir produk

cacat pada UD. New Twetty Magetan

E. Manfaat Penelitian

Setelah tujuan dari penelitian ini diketaui, adapun manfaat dari penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai pengembangan ilmu, menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai pengendalian kualitas khususnya dengan

menggunakan metode six sigma yang dapat bermanfaat meminimalisir

tingkat kecacatan produk pada saat proses produksi.

2. Bagi Lembaga

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan literatur dimasa yang

akan datang dengan tambahan buku di perpustakaan Universitas

Muhammadiyah Ponorogo, khususnya yang berkaitan dengan topik

pengendalian kualitas yang menggunakan metode six sigma.

3. Bagi Pihak UD. New Tweety

Memberi manfaat sebagai bahan masukan pada UD. New Tweety dalam

menentukan strategi pengendalian kualitas, dan juga untuk meningkatkan

kualitas produksi agar lebih efektif dan efisien kedepannya.


F. Tinjaun Pustaka

a. Manajemen Produksi dan Operasi

Manajemen diartikan sebagai proses untuk mengatur perencanaan atau

organisasi agar mencapai tujuan yang diharapkan dengan cara bekerja sama

dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Menurut Assauri (2008)

mengatakan manajemen merupakan aktifitas yang dilakukan oleh organisasi

untuk mencapai tujuan dengan mengkoordinasi aktifitas yang satu dengan yang

lain.

Produksi atau operasi merupakan aktivitas atau fungsi pokok dalam

sebuah organisasi untuk mengubah input menjadi output atau aktifitas

organisasi dalam menghasilkan produk yang mendukung serta menunjang

sebuah organisasi untuk menghasilkan produk (Assauri,2008). Sehingga dalam

pengertian produksi dan operasi merupakan proses yang mengubah input dan

menggunakan sumber daya untuk menghasilkan output yang berupa barang tau

jasa. Dari kegiatan tersebut dapat diukur kemampuan untuk menghasilkan

barang atau jasa dengan istilah produktivitas untuk setiap masukan (input) yang

digunakan.

Produksi dan operasi dalam ekonomi merupakan kegiatan yang

berhubungan dengan usaha yang menciptakan dan menambah kegunaan suatu

barang atau jasa. Tingkat kegunaan (utilitas) dapat dibedakan karena bentuk,

tempat, waktu dan kepemilikan. Sehingga yang terkait dengan pengertian

produksi dan operasi adalah penambahan atau menciptakan kegunaan karena

bentuk dan tempat.


Beberapa pendapat para ahli mengenai definisi manajemen operasi yaitu :

- Menurut Jey Heizer Dan Berry Rander (2009:4) “merupakan serangkaian

aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

mengubah input menjadi output”.

- Menurut William J. Stevenson (2009:4) “merupakan serangkaian proses

dalam pembuataan produk atau menyediakan jasa”.

- Menurut Sofyan Assauri (2008) “merupakan kegiatan yang mencangkup

bidang yang cukup luas, mulai dari analisis dan penetapan keputusan saat

sebelum kegiatan operasi dimulai, yang umumnya bersifat keputusan

jangka panjang serta keputusan jangka pendek”.

Berdasarkan pendapat menurut para ahli tersebut dapat dijelaskan bahwa

manajemen operasional merupakan rangkaian aktifitas dengan mengubah input

menjadi output untuk menghasilkan barang atau jasa dengan sumber daya yang

dimiliki secara optimal. Pada dasarnya manajemen operasional adalah sebagai

masukan (input) agar menghasilkan keluaran (output) dalam jumlah, kualitas,

dan jangka waktu tertentu sesuai dengan permintaan konsumen dan mencapai

tujuan perusahaan.

JENIS-JENIS PRODUKSI

Macam-Macam Produksi Berdasarkan Hasil Produksi

a. Produksi barang

Yaitu kegiatan produksi yang menghasilkan barang yang berbentuk

nyata atau berwujud, dapat dilihat dan disentuh oleh indera yang tujuan

untuk memenuhi kebutuhan manusia selaku pengguna barang tersebut.


b. Produksi Jasa

Yaitu suatu produk yang berbentuk pelayanan jasa guna memenuhi

kebutuhan manusia. Jasa tidak berbentuk dan tidak berwujud, dalam

artian pengguna jasa ini dapat kita rasakan dari pelayananya. Contoh

dari produk jasa adalah bank, rumah sakit dan lain-lain.

Macam-Macam Produksi Berdasarkan Bidang Produksi

Berdasarkan bidang produksinya, jenis produksi dibagi menjadi beberapa

kelompok produksi diantaranya :

a. Ekstaktif yaitu kegiatan produksi yang mengumpulkan barang

berdasarkan yang sudah tersedia dari alam. Contohnya pada

pertambangan batu bara

b. Agraris yaitu kegiatan utamanya adaalah melakukan pengolahan dan

pemberdayaan lahan tanah. Contohnya pada perkebunan teh

c. Industri yaitu kegiatan produksi yang mengubah bahan baku menjadi

bahan setengah jadi atau bahan jadi. Contohnya industri tekstil

d. Perdagangan yaitu kegiatan produksi yang bertujuan untuk

mengalihkan atau memindahkan barang dari tangan produsen ke

tangan konsumen dengan cara transaksi jual beli. Contohnya

onlineshop seperti saat ini

e. Jasa yaitu kegiatan produksi yang bukan berbentuk barang namun

berupa pelayanan untuk pengguna jasa tersebut. Contohnya bank.


Macam-Macam Produksi Berdasarkan Sektor Produksi

Berdasarkan sektor produksi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Sektor Primer yaitu kegiatan produksi yang menghasilkan bahan baku

dan bahan dasar yang terdiri dari bidang produksi aktraktif dan agraris

b. Sektor sekunder yaitu kegiatan produksi yang mengubah bahan mentah

menjadi barang setengah jadi hingga barang jadi. Contohnya membuat

kerajinan

c. Sektor tersier yaitu kegiatan produksi yang mendukung bidang lain

dan menyalurkan hasil produksinya dengan pihak lain. Contohnya

pada perdagangan dan jasa yang menciptakan tempat, waktu, dan

pelayanan.

Macam-macam produksi berdasarkan penggunaan faktor produksi

a. Produksi langsung yaitu kegiatan produksi yang menggunakan faktor

produksi alam dan tenaga kerja. Contohnya perkebunan

b. Produksi tidak langsung yaitu kegiatan produksi yang merupakan hasil

dari faktor produksi turunan seperti modal dan kewirausahaan.

Contohnya produksi sepeda

b. PRODUK

Produk merupakan barang yang dihasilkan oleh produsen yang

ditawarkan pada konsumen guna untuk memenuhi kebutuhan dari

konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2014)“produk adalah sesuatu

yang dihasilkan produsen yang dibagikan ke sejumlah pasar untuk


dikonsumsi oleh konsumen agar dapat memenuhi kebutuhan serta

keinginan dari konsumen”. Sedangkan menurut David W (2001) “produk

merupakan sesuatu yang memiliki nilai dipasar sasaran sehingga dapat

memberi manfaat untuk memuaskan apa yang menjadi kebutuhan dan

keinginan pasar tersebut”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa produk

merupakan hasil dari kegiatan produksi yang ditawarkan oleh perusahaan

untuk dapat dikonsumsi atu dibeli yang bertujuan untuk memenuhi

keinginan serta kebutuhan dari konsumen. Sedangkan dari produsen

produk yang dihasilkan adalah suatu pencapaian atas tujuannya selama ini.

Produk yang memiliki kualitas tinggi akan sangat diminati oleh

konsumen bahkan hingga dapat meningkatkan volume penjualan

perusahaan. Produk yang berkualitas baik memiliki aspek penting

didalamnya, antara lain :

- Konsumen akan membeli berdasarkan kualitas mutu. Konsumen dengan

melihat kualitas mutu ini berarti memiliki loyalitas produk yang tinggi

dibandingkan konsumen yang membeli produk dengan orientasi harga.

Produk yang memiliki kualitas baik dan selalu melakukan perbaikan

kualitas untuk menjaga produk tersebut agat tetap menjadi selera

konsumen. Sedangkan konsumen yang melihat suatu produk berdasrkan

harga, tentu merekan akan melimih produk yang harganya rendah daan

tanpa melihat merk dari produk tersebut. Jadi konsumen tersebut tidak

memiliki loyalitas yang baik terhadap suatu produk.


- Bersifat kontradiktif, yaitu dengan cara pikir tradisional yang menurutnya

bahwa memproduksi barang bermutu tidak juga lebih mahal dengan

memproduksi barang yang bermutu rendah. Perusahaan mengemukakan

bahwa memproduksi produk bermutu tidak harus berharga mahal.

Misalnya ibu-ibu sedang membuat kue, sama-sama menggunakan mixer

listrik untuk mencapurnya. Namun yang satu menggunakan oven

tradisional sedangkan satunya oven listrik. Maka hasilnya akan lebih baik

dan bermutu, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih rendah.

- Menjual barang tidak bermutu, perusahaan akan banyak menerima

komplain dari konsumen dan mungkin banyak barang yang kembali.

Perusahaan juga akan mengeluarkan biaya lagi untuk memperbaiki

kualitas dari produk yang dihasilkannya tersebut. Produk tersebut juga

akan dipandang rendah oleh konsumen, sehingga saat akan membeli harus

berpikir kembali.

Dari ketiga aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa memproduksi produk

yang bermutu tinggi tentu akan sangat memuaskan konsumen dan juga

memberi keuntungan yang tinggi bagi produsen, jika dibandingkan yang

bermutu rendah akan sama-sama rugi baik dari produsen atau

konsumennya.

c. Kualitas Produk

Kualitas memiliki peran yang penting terhadap perusahaan, karena kualitas

produk tersebut sangat mempengaruhi maju tidaknya perusahaan. Kualitas juga

dapat dijadikan simbol kepercayaan bagi konsumen saat memutuskan membeli


produk tersebut. Kualitas sering menjadi sarana promosi yang secara otomatis

mampu menarik minat konsumen atau bahkan menurunkan nilai jual sebuah

produk. Jika perusahaan kurang memperhatikan kualitas produk yang

dihasilkannya, maka produk tersebut kurang laku dan akan mengalami

penurunan penjualan. Menurut ahli, kualitas produk adalah kemampuan suatu

barang untuk memberikan hasil atau kinerja yang sesuai bahkan yang melebihi

keinginan dari pelanggan (Kotler dan Keller, 2016).Sedangkan definisi kualitas

menurut Jay dan Render (2006), bahwa kualitas adalah mutu dari keseluruhan

karakreristik produk dan jasa yang memiliki fungsi atau kemampuan dalam

memenuhi kebutuhan yang baik maupun tersembunyi. Sehingga untuk saat ini

kualitas merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan

persaingan dengan produk sejenis yang ada di pasaran. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kualitas merupakan faktor penting dalam perusahaan.

Perusahaan menghasilkan kualitas yang baik apabila produk yang

dihasilkan dari perusahaan tersebut sesuai dengan standart yang ditetapkan.

Sedangkan kualitas yang kurang baik atau bisa dikatakan kualitas jelek yaitu

kualitas yang tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan pada perusahaan,

misalnya produk yang dihasilkan mengalami kerusakan atau gagal. Dengan

demikian perusahaan membuat spesifikasi produk harus tetap memperhatikan

dari tingkat kebutuhan serta keinginan dari konsumen. Jika perusahaan

membuat standarisasi atau spesifikasi sendiri tanpa melihat kedua hal tersebut

maka produk yang beredar juga akan kurang diminati dan tentunya permintaan

konsumen juga rendah. Sehingga perusahaan memiliki kebijakan saat

menciptakan produk dan menjaga kualitas dari produk itu sendiri agar dapat
diterima konsumen, dan juga mampu bersaing dengan produk sejenis lainnya

dari perusahaan lain.

Kualias yang dianggap penting bagi kepuasan konsumen maka juga harus

dikelola dengan baik dan benar. Perusahaan harus membuat spesifikasi yang

sesuai dengan apa yang konsumen harapkan serta juga perlu

mempertimbangkan faktor-faktor penentu kualitas. Ada beberapa faktor yang

dikemukakan oleh Assauri (2008) mengenai tingkat kualitas, antara lain :

- Fungsi suatu barang

Kualitas yang diciptakan sesuai fungsinya untuk apa barang tersebut akan

digunakan dan dibutuhkan terlihat dari spesifikasi barangnya, misalnya

kegunaan, ketahanan, mudah tidaknya perawatan, berat, bunyi, dan

kepercayaan.

- Wujud luar

Dimana konsumen melihat barang ini berdasarkan dari wujud luar barang

atau lebih tepatnya pada kemasan barang. Faktor wujud luar barang tidak

hanya pada bentuk atau kemasan luarnya, tetapi pada warna dan juga

susunannya.

- Biaya barang

Pada umumnya barang dengan harga yang mahal maka akan mendapat

kualitas yang baik, namun sebaliknya jika barang didapat dengan harga

murah maka kualitas juga rendah. Karena harga suatu barang menentukan

kualitas dari barang tersebut.

d. Pengendalian Kualitas
Pengendalian kualitas merupakan salah satu fungsi penting dari suatu

perusahaan, sehingga kegiatan ini ditangani langsung oleh bagian pengendalian

kualitas yang ada diperusahaan (Assauri, 2006). Maka dari itu perlu adanya

pengendalian kualitas untuk mengendalikan bahan baku, proses produksi, hingga

produk yang siap dipasarkan.

Pengendalian kualitas produk adalah usaha untuk mengurangi tingkat

kecacatan produk yang dihasilkaan perusahaan. Sehingga jika perusahaan tidak

menerapkan pengendalian kualitas produk akan terjadi kerugian besar bagi

perusahaan, karena terjadi penyimpangan yang tidak diketahui bagaimana

mulanya. Maka perbaikan tidak bisa dilakukan dan akhirnya akan terjadi lagi

penyimpangan secara berkelanjutan. Apabila pengendalian kualitas dapat

dilakukan dengan baik dan benar saat terjadi penyimpangan, maka akan dapat

digunakan untuk perbaikan produksi yang akan datang. Dengan begitu produk

yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik sehingga mempunyai harga jual yang

tinggi dan mampu bersaing dengan produk yang lain.

Menurut Reksohadiprojo dan Indrio (2009) “pengendalian kualitas

merupakan alat penting bagi manajemen untuk memperbaiki kualiatas produk bila

diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah

barang yang rusak. Sedangkan menurut Prawirosentono (2007) “pengendalian

kualitas merupakan kegiatan terpadu mulai dari pengendalian standar bahan,

standar proses produksi, barang setenga jadi, barang jadi hingga pengiriman

produk akhir pada konsumen, agar barang atau jasa yang dihasilkansesuai dengan

spesifikais kualitas yang direncanakan”.


Pengendalian kualitas dapat disimpulkan sebagai cara, teknik atau metode

untuk mendapatkan jaminan kualitas produk maupun jasa yang dihasilkan sesuai

dengan standart kualitas yang telah ditetapkan pada sebuah perusahaan. Dalam

pengawasan kualitas terdapat hal-hal yang sangat berpengaruh terhadap hasil

akhirnya. Secara garis besar pengawasan kualitas dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pengawasan selama pengolahan (proses)

Pengawasan ini hanya dilakukan terhadap bagian proses, bahkan juga

harus disertai dengan pengawasan bagian lainnya. Pengawasan ini lakukan

pada bahan baku yang digunakan pada saat proses produksi

2. Pengawasan barang akhir atau barang yang sudah selesai

Pengawasan ini bertujuan agar produk yang dihasilkan terjamin

kualitasnya dan dipastikan tidak ada yang rusak sehingga sampai tangan

konsumen produk tetap terjaga sesuai dengan harapan konsumen. Dengan

adanya pengawasan ini maka produk yang rusak atau tidak lolos dapat

ditangani secara langsung oleh perusahaan.

Tujuan Pengendalian Kualitas

Menurut Assauri (2008) tujuan dari adanya pengendalian kualitas yaitu :

1. Untuk menghasilkan produk yang memiliki standar kualitas yang telah

ditetapkan

2. Untuk mengurangi biaya inspeksi seminimal mungkin

3. Untuk mengurangi biaya desain dan biaya proses dengan kualitas

produksi

4. Untuk menciptakan biaya produksi yang rendah


Tujuan utamanya adalah untuk menciptakan hasil yang terbaik sesuai

dengan standar kualitas yang telah ditentukan dan dapat meminimalisir

biaya serendah mungkin untuk biaya proses produksi.

Pendekatan Pengendalian Kualitas

- Pendekatan bahan baku

Terdapat hal penting yang harus dikerjakan oleh manajemen

perusahaan untuk memperoleh bahan baku serta menjaga kualitasnya,

yaitu :

1. Seleksi pemasok ( sumber yang menyediakan bahan baku)

Dengan melakukan seleksi pengalaman perusahaan saat melalukan

kerja sama dengan perusahaan yang dulu. Pemesanan pertama dari

pemasok akan dijadikan evaluasi apakah bahan baku tersebut

berkualitas baik atau tidak, yaitu bisa dengan memberi beberapa

pertanyaan.

2. Pemeriksaan dokumen pembelian

Pemeriksaan dokumen pembeli akan mempermudah perusahaan untuk

menjadikan referensi ketika akan melakukan pembelian antara penjual

dan pembeli. Dokumen yang dibuat harus akurat dan juga teliti, hal ini

berkaitan dengan tingkat bunga, tingkat kualitas, waktu pengiriman

bahan baku, dan kemampuan pemasok untuk memasok bahan baku

sesuai dengan spesifikasi perusahaan.

- Pendektakan proses produksi


Secara umum pelaksanaan pengendalian proses produksi pada

perusahaan terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Tahap persiapan

Langkah pertama dalam tahap persiapan ini adalah untuk

menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan

pengendalian proses tersebut, kapan pemeriksaan akan dilalukan,

berapa kali pemeriksaan dalam proses produksi. Pada tahapan inilah

semua itu akan ditentukan.

2. Tahap pengendalian proses

Pada tahapan ini yang dilakukan adalah upaya untuk pencegahan

agar tidak terjadi kesalahan proses yang mengakibatkan kualitas

produk menurun. Jika terjadi kesalahan pada saat proses produksi

maka harus cepat diperbaiki agar tidak mengeluarkan biaya yang

lebih besar atau produk tersebut dikeluarkan sebagai produk gagal.

3. Tahap pemeriksaan akhir

Pada tahapan ini merupakan tahap pemeriksaan akhir sebelum

produk jadi masuk ke gudang atau langsung ke distributor untuk

disalurkan langsung ke konsumen.

- Pendekatan Produk Akhir

Pendekatan produk akhir merupakan upaya yang dilakukan perusahaan

untuk mempertahankan kualitas produk sebelum sampai ditangan

konsumen. Dalam pendekatan ini membicarakan langkah yang diambil

untuk mempertahankan produk agar sesuai dengan standar kualitas yang

ada di perusahaan. Pengendalian kualitas dengan pendekatan produk akhir


dapat dilakukan dengan cara memeriksa seluruh produk akhir atau produk

jadi sebelum ke tangan distributor atau konsumen. Dengan adanya

pengawasan tahap akhir maka perusahaan akan lebih cepat mengetahui

produk yang baik atau produk yang gagal. Sehingga dapat dipisahkan antar

kedua buah produk tersebut agar produk yang gagal dapat dipisahkan dan

tidak ikut untuk pengiriman barang.

Produk Cacat

Produk cacat merupakan hasil dari produksi yang kurang baik atau tidak

sesuai dengan standart yang telah ditetapkan. Produk cacat dapat diperbaiki

dengan menggunakan biaya tertentu dan biaya yang dikeluarkan juga harus lebih

rendah dari nilai jual produk tersebut jika sudah diperbaiki. Jika pada perusahaan

produk merupakan alat untuk mencapai tujuannya, yakni untuk memuaskan

keinginan dari konsumen. Sehingga perusahaan sudah pasti menginginkan tidak

adanya cacat produk (level zero defect) karena dengan adanya kerusakan atau

kecacatan dari produk maka akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Kholmi dan Yuningsih (2009) menyatakan bahwa produk cacat

merupakan suatu produk yang dihasilkan namun tidak dapat memenuhi standar

yang telah ditetapkan perusahaan, tetapi masih bisa diperbaiki. Ketidak sesuaian

dengan standar yang ditetapkan dapat dikatakan sebagai cakupan nilai yang tidak

diterima pada setiap karakteristik atau spesifikasi kualitas.

Sedangkan menurut Mulyadi (2012) menyatakan bahwa produk cacat

adalah produk yang tidak memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, tetapi
dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk

tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk yang lebih

baik. Dapat disimpulkan bahwa produk cacat merupakan produk dari hasil proses

produksi yang tidak baik atau tidak sesuai dengan standar spesifikasi perusahaan,

namun dapat diperbaiki dengan biaya tertentu .

Perusahaan tentu juga tidak ingin mengelurkan banyak biaya untuk produk

cacat yang terjadi pada saat proses produksi, maka dari itu perusahaan harus

sigap dan tanggap dalam melakukan pengendalian kualitas untuk mencegah agar

tingkat kecacatan yang terjadi tidak semakin meningkat. Menurut Mulyadi (2008)

menyatakan bahwa terjadinya produk cacat dan rusak ada dua jenis, yaitu :

1. Bersifat normal, perusahaan sudah memperhitungkan sejak awal produksi

jika saat produksi sudah tidak asing dengan adanya cacat produk atau

kegagalan saat proses produksi.

2. Bersifat kesalahan, produk cacat terjadi karena adanya beberapa faktor

akibat dari kesalahaan dalam proses produksi misalnya kelalaian pekerja

atau kurangnya pengawasan dan pengendalian.

Berdasarkan pernyataan tersebut maka perusahaan harus mengurangi tingkat

kecacatan produk yang disebabkan oleh kedua faktor diatas dengan melakukan

pengawasan serta pengendalian . Selain itu kerjasama yang baik antar tim juga

akan memberi hasil yang positif bagi perusahaan.


Six Sigma

Pengertian six sigma

Six sigma merupakan metode untuk mencapai 3,4 cacat disetiap satu juta

aktivitas atau peluang. Secara umum six sigma mempunyai dua pengertian yaitu,

six sigma sebagai filosofi dan six sigma sebagai alat. Six sigma sebagai filosofi

merupakan perbaikan berkelanjutan dengan terus mengurangi produk yang cacat,

sedangkan six sigma sebagai alat merupakan sebuah teknik untuk mengukur

jumlaj cacat per 1 juta produk yang dihasilkan perusahaan.

Six sigma merupakan metode yang menggunakan pengumpulan data dan

analisis statistis untuk menentukan tindakan dan cara untuk mengurangi kegagalan

pada setiap proses produksi dari bisnis kunci yang berkaitan langsung dengan

konsumen. Bisnis kunci dapat diartikan kebutuhan pokok dari konsumen,

misalnya kualitas produk yang dihasilkan, harga yang kompetitif, pengiriman

yang tepat waktu. Menurut Gasperz (2005) terdapat enam aspek kunci dalam

konsep six sigma, antara lain :

1. Mengidentifikasi pelanggan

2. Mengidentifikasi produk, identifiksdi kebutuhan dalam memproduksi

produk untuk pelanggan

3. Definisi proses

4. Menghindari kesalahan dalam proses serta menghilangkan semua

pemborosan yang ada

5. Tingkatkan proses secara terus menerus menuju target six sigma


Six sigma merupakan pemahaman yang dikendalikan untuk pemenuhan

kebutuhan konsumen, kemudian pada saat ini sigma dapat digunakan sebagai alat

ukur kemampuan proses produksi untuk menghasilkan produk dengan baik atau

tanpa ada cacat. Indesk pengukuran yang biasa digunakan adalah “defect per unit”

dan nilai sigma yang artinya seberapa sering kecacatan terjadi. Semakin tinggi

nilai sigma maka jumlah produk cacat semakin rendah sehingga akan lebih

menghemat waktu dan biaya, serta tingkat kepuasan pelanggan akan terus

meningkat.

Dapat disimpulkan bahwa six sigma merupakan suatu metode atau teknik

yang berguna untuk pengendalian dan peningkatan kualitas produk yang

merupakan trobosan baru dalam bidang manajemen kualitas. Six sigma

merupakan sistem pengendalian kualitas modern yang tidak hanya berfokus pada

upaya mendeteksi kerusakan saja namun juga pada tindakan pencegahan

kerusakan produk.

Tahap – Tahap Implementasi Six Sigma

Metodologi DMAIC adalah dasar pendekatan yang digunakan dalam

pendekatan metode Six Sigma. Menurut Pande dan Holpp (2005) menjelaskan

metode six sigma ke dalam lima tahapan yang dikenal dengan metode DMAIC,

yaitu :

1. Define (Identifikasi)

Define merupakan metode penetapan yang akan dijadikan sasaran dari

kegiatan peningkatan kualitas pada six sigma (Gasperz,2005). Pada tahap

inilah penentuan proses apa yang akan dievaluasi yang sangat


mempengaruhi pencipataan laba dan rugi pada perusahaan. Akan tetapi

pada proses tersebut akan banyak ditemukan kegagalan dan kecacatan

produk yang akan mempengaruhi pada tahap selanjutnya menurut Pande,

Neuman, dan Cavanagh (2002). Dalam tahapan define terdapat tiga

sasaran utama yang harus dicapai yaitu :

a. Mengidentifikasi masalah mengenai standar kulitas produk yang telah

ditentukan perusahaan

b. Mengidentifikasi rencana atau tindakan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil penelitian dan observasi langsung

c. Menetapkan sasaran yang dituju berdasarkan hasil observasi untuk

meningkatkan kualitas dengan menggunakan six sigma

Sasaran yang sesuai dengan tujuan akan memberikan dampak posistif

terhadap pengembalian investasi dan pangsa pasar. Sehingga perusahaan mampu

meningkatkan hasil produksi dan peningkatan produktifitas perusahaan serta dapat

meminimalisir produk cacat serta penghematan biaya produksi.

2. Measure (Pengukuran)

Measure merupakan langkah kedua yang dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas dengan metode six sigma. Pada tahap measure ini memiliki

dua sasaraan utama menurut (Pande dan Holpp:2005) yaitu :

a. Mendapatkan data untuk memvalidasi dan mengkualifikasikan

masalah dan peluang, biasanya ini berupa informasi kritis untuk

memperbaiki dan melengkapi anggaran dasar proyek yang pertama.

b. Memulai berhadapan dengan fakta serta angka-angka yang

memberikan petunjuk tentang permasalahan yang terjadi.


Measure sebagai tahap kedua dalam program peningkatan kualitas six sigma,

yang didalamnya terdapat tiga hal penting yang harus dilakukan yaitu :

- Memilih dan menentukan karakteristik kualitas (Critical to Quality)

CTQ merupakan kunci karakteristik yang ditetapkan harus disertai

dengan pengukuran yang dapat dinyatakan dengan angka-angka. Hal

ini bertujuan agar tidak menimbulkan persepsi dan interprestasi yang

dapat disalahkan bagi setiap orang pada proyek six sigma dan akan

menimbulkan kesulitaan dalam pengukuran karakteristik kualitas.

Dalam mengukur karakteristik kualitas perlu diperhatikan aspek

internal yang meliputi tingkat kecacatan produk, biaya produk gagal,

dan lain-lain. Sedangkan aspek eksternal organisasi yang meliputi

kepuasan pelanggan, pangsa pasar, dan lain-lain.

- Mengembangkan rencana pengumpulan data

Pengukuran karakteristik kualitas dapat dilakukan dengan beberapa

tingkatan, yaitu :

a. Pengukuran pada tingkat proses (process level)

Yaitu untuk mengukur setiap langkah atau aktivitas dalam proses

dan karakteristik kualitas input yang diserahkan oleh supplier yang

mengendalikan dan mempengaruhi karakteristik kualitas output

yang diinginkan.

b. Pengukuran pada tingkat output (output level)

Yaitu untuk mengukur karakteristik kualitas output yang dihasilkan

dari suatu proses dibandingkan terhadap spesifikasi karakteristik

kualitas yang diinginkan oleh konsumen.


c. Pengukuran pada tingkat outcome (outcome level)

Yaitu untuk mengukur baik tidaknya suatu produk yang berupa

barang atau jasa, untuk memenuhi kebutuhan spesifik dan

ekspektasi rasional dari konsumen.

- Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output

Peningkatan kualitas six sigma yang sudah ditetapkan akan lebih

difokuskan pada upaya peningkatan kualitas untuk ke arah zero defect

sehingga memberikan kepuasan kepada konsumen. Maka sebelum

melakukan proyek six sigma perlu diketahui tingkat kinerja sekarang

atau baseline kinerja sehingga capaian peningkatan kemajuan yang

diperoleh setelah pelaksanaan proyek six sigma dapat diukur.

Pengukuran pada tingkat output dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana output akhir tersebut dapat memenuhi kebutuhan spesifik

konsumen sebelum produk tersebut sampai pada tangan konsumen.

3. Analyze (Analisa)

Analyze merupakan langkah ketiga dalam program peningkatan kualitas

dalam proyek six sigma. Analisis yang berupa pemeriksaan terhadap

proses, fakta dan data untuk mendapatkan pemahaman mengenai masalah

yang terjadi dan dimana terdapat kesempatan untuk melakukan perbaikan.

Sehingga Tools yang digunakan adalah :

a. Diagram Pareto

Diagram pareto merupakan alat yang digunakan untuk mencari

sumber atau penyebab dari masalah atau kerusakan produk untuk


memecahkan suatu permasalahan. Diagram pareto merupakan

diagram batang yang disusun secara menurun dari besar ke kecil,

dan biasanya digunakan untuk melihat atau mengidentifikasi

masalah, tipe cacat atau penyebab yang paling dominan sehingga

dapat membantu menyelesaikan masalah.

b. Diagram Sebab-Akibat

Diagram sebab-akibat (cause and effect diagram) adalah suatu diagram

yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat. Untuk

mengidentifikasi sumber dan penyebab masalah kualitas, maka

digunakan alat analisis diagram sebab-akibat atau diagram tulang ikan

(fish bone). Diagram tersebut mengidentifikasi berbagai sebab dari

suatu masalah dan akan menganalisa masalah tersebut. Pada diagram

sebab-akibat membentuk cara-cara untuk membuat produk yang lebih

baik dan akan mencapai hasilnya.

4. Improve (Perbaikan)

Improve merupakan langkah keempat dalam meningkatkan

kualitas dengan metode six sigma. Pada tahapan ini tim peningkatan

kualitas six sigma memberi usulan perbaikan atau rencana tindakan

selanjutnya yang akan dilakukan setelah mengetahui sumber dan akar

penyebab daari masalah kualitas.

Tindakan yang dilakukan ini merupakan slaha satu aktifitas penting

dalam melaksanakan peningkatan kualitas melalui metode six sigma, oleh

sebab itu setiap rencana tindakan harus memberikan alasan kegunaan

mengapa rencana tindakan penting untuk dilakukan, dimana rencana


tersebut dilakukan, siapa yang menjadi penanggung jawab dari rencana

tindakan tersebut bila diterapkan dan berapa besar biaya yang dibutuhkan

untuk melaksanakan rencana tindakan tersebut, serta apa manfaat positif

yang dapat diterima oleh perusahaan dengan menerapkan rencana tindakan

tersebut (Gaspersz, 2010).

5. Control ( Pengendalian)

Control merupakan tahap akhir dalam peningkatan kualitas dengan memastikan

level baru kinerja berada dalam kondisi standar dan terjaga nilai-nilai peningkatannya.

Menurut Susetyo (Achmad, 2012) control adalah tahapan operasional terakhir dalam

upaya peningkatan kualitas berdasar six sigma. Pada tahap ini peningatan kualitas telah

didokumentasikan dan disebarluaskan , praktik-praktik terbaik yang sukses dalam

peningkatan proses standarisasi dan disebarluaskan, prosedur didokumentasi dan

dijadikan sebagai pedoman standar, serta tanggung jawab yang diberikan dari tim

kepada pemilik atau penanggung jawab proses yanga kan berguna sebagai langkah

perbaikan untuk proses kinerja selanjutnya.

Adapun dua alasan dalam melakukan standarisasi, yaitu :

a. Jika tindakan peningkatan kualitas tidak distandarisasikan, ada

kemungkinan dimasa yang akan datang manajemen atau karyawan akan

kembali menggunakan cara kerja yang lama sehingga memunculkan

kembali masalah yang sama dimasa lalu.

b. Jika tindakan peningkatan kualitas tidak distandarisasikan dan tidak

didokumentasikan, maka kemungkinan dalam periode tertentu terdapat

pergantian manjemen atau karyawan. Orang baru tersebut akan


menggunakan cara kerja yang memunculkan kembali masalah yang sama,

yang telah diselesaikan oleh pihak yang sebelumnya.

KERANGKA PIKIR

Observasi dan Wawancara secara


langsung pada UD New Twetty

Proses Produksi

KualitasProduk

Six Sigma
Baik/diterima (define,measure,analysis, Cacat/ditolak

improve,control)

ImplikasiManajerial
METODE PENELITIAN

RUANG LINGKUP PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil objek penelitian pada UD. New

Tweety yang beralamatkan di Desa Takeran RT.04/RW.01, Kecamatan Takeran,

Kabupaten Magetan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang

mengalami kecacatan produk yang diperoleh dari perusahaan. Ruang lingkup

penelitian ini hanya berkaitan dengan variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu hanya berkaitan dengan manajemen operasi/produksi.

penentuan lokasi penelitian berdasarkan beberapa pertimbangan yaitu karena letak

perusahaan yang dekat dengan pasar sehingga dapat menghemat biaya, tenaga,

waktu, serta data yang dibutuhkan untuk mendukung atau memperkuat penelitian

dapat terpenuhi.

POPULASI DAN SAMPEL

Menurut Slamet (2005:17), “Populasi merupakan wilayah umum dari

objek atau subjek dengan kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian dibuat kesimpulan”. Dapat disimpulkan dari

pengertian tersebut bahwa objek penelitian ini adalah perusahaan UD. New

Tweety, Magetan. Sedangkan sampel menurut Slamet (2005:17) “yaitu bagian

dari jumlah dan karakteristik tertentu yang dimiliki oleh perusahaan”.

Berdasarkan karakteristik yang akan diteliti, maka bagian dari jumlah

karakteristik yang dimiliki perusahaan adalah tentang kasus kecacatan produk

pada UD. New Tweety, Magetan.


METODE PENGAMBILAN DATA

Sumber Data

Secara keseluruhan sumber data dapat diperoleh dari perusahaan yang

menjadi tempat penelitian saat ini. Data yang diperoleh dari perusahaan

merupakan data-data yang diperlukan untuk membahas permasalahan dalam

penelitian, baik yang didapat secara langsung maupun tidak langsung.

Berikut ini data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

a. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang mengenai informasi tertulis atau informasi

mengenai jenis kerusakan yang terjadi serta penyebabnya, baik pada saat

proses produksi atau bahan yang digunakan.

b. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang berupa angka-angka mengenai jumlah Sedangkan

sumber data pada penelitian ini berupa :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden

pada saat penelitian di lapangan. Pada penelitian ini data yang dibutuhkan

adalah data yang mengenai penyebab terjadinya cacat produk pada saat

proses produksi di perusahaan UD. New Twetty Magetan. Data tersebut

didapat dari hasil wawancara dan observasi pada pegawai serta

dokumentasi pada tempat produksi berlangsung.


2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari literatur, kepustakaan

maupun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kegiatan pengendalian

kualitas.

Metode pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh hasil penelitian yang

baik, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan sebuah cara untuk mendapatkan informasi atau

data dengan tanya jawab secara langsung pada narasumber atau orang

yang mengetahui tentang objek yang akan diteliti ini. Wawancaraa

dilakukan dengan pemilik serta pegawai persusahaan UD. New Twetty

mengenai jenis kerusakan yang terjadi serta penyebabnya, pada proses

produksi dan bahan yang digunakannya.

2. Observasi (Pengamatan)

Observasi merupakan pengamatan atau peninjauan secara langsung pada

tempat penelitian, yaitu di perusahaan UD. New Twetty. Dengan

mengamati sistem kerja pegawai dan mengamati pada saat proses produksi

dari awal hingga proses pengemasan secara teliti untuk permasalahan yang

sedang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara memperoleh data dengan mempelajari

dokumen perusahaan yang dianggap penting untuk proses penelitian, yang

berupa data kegiatan produksi, laporan jumlah produksi dan jumlah

produk cacat serta gambaraan umum perusahaan. Selain itu dokumentasi


dapat dilakukan dengan cara mengabadikan kegiatan yang dilakukan

selama penelitian untuk menyempurnakan data yang telah didapatkan yang

akan disertakan pada lampiran berupa foto-foto.

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL

Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah :

a. Pengendalian Kualitas

Pengendalian kualitas merupakan keseluruhan fungsi atau kegiatan

yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran dalam hal

kualitas produksi dan jasa pelayanan yang diproduksi, menurut Yamit

(2011). Indikator dalam variabel ini dinilai sesuai dengan elemen yang

sedang diteliti dengan menggunakan metode wawancara secara

langsung yaang dikembangkan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Mengetahui kriteria produk yang dihasilkan

2. Mengetahui jenis produk yang cacat

3. Mengetahui jenis produk cacat yang terjadi

4. Mengetahui faktor penyebab produk cacat

5. Mengetahui jenis cacat yang paling dominan

b. Pengukuran kualitas secara atribut

Pengukuran kualitas yang digunakan perusahaan UD. New Twetty

dilakukan secara atribut. Atribut sendiri merupakan data kualitatif

yang dapat dihitung sebagai pencatatan dan analisis. Dalam


pengendalian kualitas, atribut menunjukkan karakteristik kualitas

yang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Dengan

menggunakan metode ini maka akan diketahui karakteristik

kualitas produk yang baik dan yang buruk, dapat berhasil atau

gagal, yang akan diperoleh dalam bentuk unit-unit yang tidak

sesuai dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan.

Adapun karakteristik produk roti yang dianggap cacat yaitu :

1. Roti gosong

2. Roti tidak mengembang

3. Ukuran roti yang kecil

c. Six Sigma

Six sigma merupakan metode peningkatan kualitas yang sangat

fenomenal yang banyak digunakan perusahaan dan organisasi, dengan

mengedepankan konsep dari satu juta produk yang diproduksi hanya

akan ada cacat 3,4 produk dari yang dihasilkan, menurut Hendy

Tannady (2015). Jadi six sigma merupakan teknik pengendalian dan

peningkatan kualitas yang merupakan cara baru dalam bidang

manajemen kualitas. Dengan begitu dapat digunakan sebagai ukuran

target kinerja pada perusahaan. Dimana tingginya target sigma yang

dicapai maka kinerja sistem akan semakin baik.

d. Metode DMAIC

Metode DMAIC mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat

dalam metode six sigma yang meliputi, Define, Measure, Analyze,

Improve, dan Control (DMAIC). Metode ini digunakan untuk


mengantisipasi terjadinya defect atau kesalahan dengan menggunakan

langkah-langkah yang terukur dan terstruktur.

Berikut ini adalah tahapan dari siklus DMAIC antara lain :

1. Define

Tahap define (perumusan) yang merupakan langkah

pertama dalam program peningkatan kualitas six sigma. Dalam

tahapan ini dilakukan identifikasi faktor penyebab

permasalahan yang terjadi dengan menggunakan CTQ .

2. Measure

Measure (pengukuran) merupakan langkah kedua dalam

program peningkatan kualitas six sigma, pada tahapan measure

ini terdapat dua hal pokok yang harus dilakukan yaitu :

a. Melakukan perhitungan menggunakan data produksi dan

data produk cacat padaa perusahaan UD. New Tweety

terhitung sejak periode penelitian.

b. Mengukur kapabilitas kerja untuk menentukan level sigma

dengan menghitung nilai DPMO.

DPMO = Jumlah cacat yang ditemukan

3. Analyze

Analyze (analisis) merupakan tahapan ketiga dalam

peningkatan kualitas six sigma. Pada tahap ini dilakukan

analisis terhadap kriteria produk cacat yang sudah diurutkan

berdasarkan tingkat proporsi cacat terbesar hingga terkecil


dengan menggunakan diagram pareto. Diagram ini juga

membantu untuk memfokuskan pada masalah kerusakan

produk yang sering terjadi dan juga digunakannya diagram

tulang ikan (fishbone) untuk mengetahui sumber yang menjadi

penyebab kecacatan produk yang mengisyaratkan masalah

mana saja yang bila ditangani akan memberi manfaat besar.

4. Improve

Improve merupakan tahap peningkatan kualitas six sigma,

setelah mengetahui penyebab permasalahan kualitas

teridentifikasi maka dilakukan tindakan untuk melaksanakan

peningkatan kualitas six sigma dengan pemberian rekomendasi

ulasan perbaikan, melakukan anlisis dan melakukan tindakan

perbaikan sebagai implementasi dari rencana tersebut.

5. Control

Control (pengendalian) merupakan tahap terakhir

peningkatan peningkatan kualias six sigma. Pada tahapan ini

hasil-hasil peningkatan kualitas di dokumentasikan sebagai

standar kinerja baru yang sesuai dengan standar dan terjaga

nilai-nilai peningkatannya guna mencegah terjadinya masalah

yang sama. Kemudian hasil akan disebarluaskan dari tim six

sigma kepada penanggung jawab proses, dengan demikian

proyek six sigma terakhir pada tahap ini.


Metode Analisis Data

Beberapa jenis alat analisis yang digunakan untuk pengolah data adalah

sebagai berikut :

1. Diagram SIPOC

Anda mungkin juga menyukai