KELOMPOK 2 Sistem Pencernaan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Keterampilan Dasar Keperawatan

Pemeriksaan Fisik Sistem Pencernaan

Ns. Erni Rita, S.Kep., M.Epid

DISUSUN OLEH:
1. Fachri Arfiansyah 8. Ananda Della Adellia
2. Wulan Nurhidayat 9. Kiray Puspa Cindani
3. Annisya Fikriyah 10. Wildan Munfarid
4. Nanda Azalia Naida 11. Afriza Ahsanul Hadist A. B.
5. Auliya Zahwarani 12. Pebia Ananta
6. Amelia Putri Suhendri 13. Rini Lestari
7. Azharine Maharani 14. Riski Isnaeni

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU


KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
Pemeriksaan fisik sistem pencernaan
Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mendapatkan gambaran klinis organ-organ
dan ruang intra abdomen. Selain itu pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk melihat bagian
abdomen tubuh dan menentukan apakah seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau
abnormal.

A. Tahap pre interaksi


1. Cek catatan perawatan dan catatan medis pasien (jika sudah ada)
2. Persiapan
a. Stetoskop
b. Sampiran/ skerem
c. Anjurkan pasien untuk BAK terlebih dahulu

B. Tahap orientasi
1. Salam terapeutik & panggil klien dengan Namanya
2. Perkenalkan diri (jika pertemuan pertama)
3. anyakan keluhan dan kaji keadaan spesifik klien
4. Jelaskan pada klien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan, tujuan dan
prosedurnya
5. Jelaskan kontrak waktu dan perkiraan lama prosedur
6. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
7. Minta persetujuan klien/keluarga (informed consent)
8. Persiapkan lingkungan: tutup jendela/gorden atau pasang sampiran untuk
menjaga privasi klien, pastikan pencahayaan yang cukup

C. Tahap kerja
1. Atur berbaring pada posisi supine
2. Letakkan satu bantal dibawah kepala dan lutut
3. Buka abdomen dari prosesus xipoideus sampai atas simpisis
4. Pastikan ruangan hangat dan pencahayaan cukup
5. Hangatkan tangan dan stetoskop
6. Visualissasikan struktur/organ dibawahnya sebelum memulai pemeriksaan 7.
Anjurkan pasien mengendurkan otot abdomen dengan cara mengambil nafas
dalam berkali-kali 8. Minta pasien untuk menunjukkan area yang nyeri (area ini
diperiksa terakhir) 9. Berdiri disamping kana pasien 10.Lakukan pemeriksaan
dengan urutan inspeksi, auskultasi, perkusi, dan palpasi.

 Inspeksi
1. Kontur dan kesimetrisan
Observasi bentuk abdomen antara batas tulang rusuk dengan simpisis
pubis (dengan posisi setinggi mata/pemeriksa susuk atau berlutut)
Observasi kesimetrisan abdomen (berdiri disamping, didepan kaki tempat
tidur), bandingkan kiri dan kanan. Perhatikan ada tonjolan atau distensi
kandung kemih.
Abdomen rata, bundar dan menonjol, cekung adalah normal jika simetris
2. Kulit
Perhatikan warna (konsisten dengan warna kulit), jaringan parut, pola
vena, dilatasi vena, lesi, striae, edema, kulit yang menegang dan
mengkilat (ascites), jaundice, sianosis, luka operasi, ostomi.
3. Umbilikus
Apakah berada ditengah abdomen, inverted atau menonjol, perhatikan
kebersihan, adanya inflamasi, cairan, atau massa
4. Pergerakan dan pulsasi
Inspeksi adanya gerakan, pembatasan gerakan (nyeri), normalnya pria
bernapas dengan abdomen dan wanita dengan kosta
Perhatikan adanya pergerakan peristaltic dan pulsasi aorta
Pulsasi aorta abdomen dibawah px dan gelombang peristaltic dapat
terlihan pada indisidu dewasa yang kurus.
 Auskultasi
1. Peristalik
Letakkan diafragma stetoskop pada keempat kuadran
Mulai auskultasi pada kuadaran kanan bawah
Identifikasi adanya suara bergemuruh ireguler/klik pelan yang
berlangsung sekitar ½ detik sampai beberapa detik.
Normalnya suara usus 5 – 35 kali per menit - Dibutuhkan 5 – 20 detik
untuk mendengar satu suara usus dan dibutuhkan 5 menit untuk
menentukan bising usus yang tidak ada
Peristaltic dideskripsikan sebagai normal, terdengar, tidak ada, hiperaktif,
atau hipoaktif
Tidak ada bising usus menunjukkan obstruksi, ileus paralitik, atau
peritonitis, post operasi dengan operasi umum. Bising usus
hiperaktif/bunyi mengeram (borborygmi) menunjukkan peningkatan
motilitas gastrointestinal yang disebabkan radang usus, kegelisahan, diare,
perdarahan, laksatif berlebihan, dan reaksi terhadap makanan.
2. Suara vaskuler (bruit) dan frition rub
Gunakan bel stetoskop
Bruit berupa bunyi seperti desiran, dengung, terhembus, atau berisik -
Dengarkan pada daerah abdominal dan arteri renalis, iliaca, dan femoralis.
Letakkan bel sejajar garis midklavikula disamping aorta diatas umbilicus
Pada umumnya tidak ada bunyi yang terdengar, tetapi pada dewasa muda
dan kurus normal jika terdengar.
Friction rub dengarkan suara kasar dan mengganggu pada daerah hepar
dan limfa
Fiction rub disebabkan oleh dua organ yang bersentuhan/bergesekan, atau
organ dengan peritoneum. Friction rub biasanya menunjukkan tumor,
infeksi, atau peritonitis.
 Perkusi
1. Perkusi pada empat kuadran abdomen untuk menentukan tingkat suara tympany
dan dullness
2. Perkusi hebar
Untuk menentukan batas atas dan bawah atau tinggi hepar
Mulai perkusi pada daerah setinggi umbilicus bergerak keatas sepanjang
garis midklavicula kanan
Suara pertama yang terdengar adalah tympany, bila suara berubah menjadi
dullness, itu adalah batas bawah hepar (beri tanda) 2 SOP Pemeriksaan
fisik abdomen_Nova Yanti_KMB III.2014/2015
Perkusi kearah bawah dari intercosta 4 sepanjang garis mid klavikula
kanan (suara pertama yang terdengar seharusnya adalah resonance),
lanjutkan perkusi kebawah sampai terdengar bunyi dullness, ini adalah
batas atas hepar (beri tanda)
Batas atas biasanya setinggi intercosta 6, jarak kedua titi ± 6 – 12 cm
Perkusi sepanjang garis midsternum dengan teknik yang sama seperti
sebelumnya.
3. Ferkusi limpa
Menentukan ukuran dan lokasi limfa
Perkusi pada sisi kiri abdomen ke posterior sampai garis midaksila kiri,
splenic dullness biasanya terdengar dari intercosta ke -6 sampai 10
4. Perkusi ginjal
Posisi pasien duduk membelakangi pemeriksa
Observasi sudur kostovertebral, perhatikan warna dan kesimetrisan
Palpasi area sudut kostovertebral kiri dan kanan, amati reaksi pasien
(normal jika nyeri)
Jangan lakukan palpasi dan perkusi jika ada riwayat nyeri, diperkirakan
tumor ginjal.
lakukan perkusi dengan cara : letakkan telapak tangan tidak dominan
diatas sudut kostovertebral, lakukan perkusi atau tumbukan diatas telapak
tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan, ulangi prosedur
untuk bagian kanan.
 Palpasi
 untuk menentukan ukuran dan letak organ, ketegangan otot, massa, nyeri dan
adanya cairan
 identifikasi daerah nyeri sebelum palpasi (palpasi dilakukan terakhir didaerah
tersebut) - tangan harus hangat, pasien se relax mungkin
 akukan palpasi dangkal dan palpasi dalam.
1. Palpasi abdomen secara dangkal
letakkan telapak tangan dan jari pada abdomen
tekan secara dangkal dengan menggunakan jari tangan
pindahkan tangan keseluruh area abdomen dengan cara menganggkan dan
meletakkan kembali (jangan menggeser tangan)
2. palpasi abdomen dengan tekanan sedang
lalukan seperti langkah no 1
berikan penekanan abdomen ± 6 cm
untuk pasien yang gemuk lakukan secara bimanual (jaritangan non
dominan diatas tangan dominan)
identifikasi ukuran organ dibawahnya, apakah ada massa dan nyeri
3. Palpasi hepar
Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
Latakkan tangan kiri dibawah toraks posterior kanan pada tulang rusuk ke
11 dan 12 (pinggang), angkat daerah tersebut
Instruksikan pasien untuk rileks
Letakkan tangan kanan pada abdomen kanan atas atau dibawah hepar,
kemudian tekan kedalam dan keatas sepanjang batas lengkung tulang
rusuk
Instruksikan pasien untuk menarik nafas dalam, pada saat inhalasi perawat
mearaba tepi hepat
Normalnya hepar tidak teraba kecuali pada beberapa pasien yang kurus.
Jika teraba, maka tepi hepar harus halus, tegas dan tidak nyeri.
4. Palpasi limpa
Pemeriksa berdiri di sisi kanan pasien
Letakkan tangan kiri dibawah lengkung rusuk sebelah kiri untuk
memindahkan posisi limfa ke anterior
Tekan ujung jari-jari tangan kanan kedalam batas tulang rusuk kiri kearah
pasien
nstruksikan pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut, sehingga
diafragma turun dan limfa bergerak kearah ujung-ujung jari tangan kanan
pemeriksa
Normalnya limfa tidak teraba
5. Palpasi ginjal
Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan
Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka, tangan kanan dibagian atas
Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan kebawah
sementara tangan kiri mendorong keatas
Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan
 Rapikan Kembali pasien, atur posisi yang nyaman
 Cuci tangan (6 langkah)
D. Terminasi
1. Evaluasi kegiatan yang telah dilakukan (subjektif dan objektif)
2. Berikan reinforcement positif pada klien atas kerjasamanya
3. Lakukan kontrak wakttu untuk pertemuan berikutnya
4. Akhir kegiatan dengan baik dan salam terapeutik
E. Dokumentasi
1. Dokumentasikan hasil pemeriksaan
2. Catat respon klien yang ditemukan saat pemeriksaan.

Link video
https://youtu.be/nVkryRqeWyE
Link suara abdomen
https://youtu.be/Ntj5lFN25CU

Anda mungkin juga menyukai