Essay Bio Umum Ii - Kel 5 - Konsep Dasar Ekologi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 32

Essay Konsep Dasar Ekologi

Nama Kelompok 5 : Nur Aisyah Amini (200210104004)

Diah Ayu Setianingrum (200210104012)

Praditya Tri Revanza (200210104043)

1. Pengertian Ekologi
Kata “ekologi” pertama kali dirumuskan oleh Ernest Haeckel seorang
berkebangsaan Jerman 1869. Ernest Haeckel mendefinisikan ekologi sebagai
suatu keseluruhan pengetahuan yang berkaitan dengan hubungan organisme
dengan lingkungannya yang bersifat organic dan anorganik (Ardhana,2012).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu ‘oikos’
dan ‘Logos’. ‘oikos’ berarti rumah atau tempat hidup atau lingkungan biotik
(manusia, hewan, tumbuhan, dan jasad renik), dan lingkungan abiotik (salinitas,
suhu, pH,oksigen terlarut, dan lainnya), sedangkan ‘logos’ berarti ilmu
pengetahuan (Latuconsina, 2019:7)
Ekologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara makhluk hidup (biotik) dengan lingkungannya (abiotik) atau ilmu yang
mempelajari faktor lingkungan terhadap jasad hidup sehingga tidak ada satu
makhluk hidup yang hidup dan kehidupannya terisolasi.
Ekologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sistematik, analitik, dan objektif
dalam kajian lingkungan, yang ditekankan pada struktur dan fungsi ekosistem.
Ditinjau dari segi struktur, ekologi mengkaji keadaan lingkungan dan organisme
pada waktu tertentu. Bahan yang dikaji yaitu susunan dan jenis komponen
ekosistem, kepadatan dan biomas populasi, faktor lingkungan (fisik dan kimia)
yang menjadi penciri. Apabila ekologi ditinjau dari segi fungsinya, ekologi
mengkaji hubungan fungsional dalam ekosistem (aliran energi, siklus materi, dan
peran organisme.
Pesatnya perkembangan dan pengkajian ilmu ekologi yang seiring dengan
semakin merosotnya kualitas lingkungan hidup sehingga ilmu ekologi sering
dikenal sebagai ilmu lingkungan. Sedangkan ilmu ekologi yang disampaikan oleh
Ernest Haeckel merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Didasarkan pada definisi ilmu lingkungan
dan ilmu ekologi keduannya sama-sama mempelajari tentang lingkungan hanya
saja ilmu ekologi aspek lingkungan yang dibahas membahas suatu sistem yang
dinamik ditambah dengan aspek lingkungan yang luas serta memandang
lingkungan sebagai autekologi dan sinekologi. Sedangkan ilmu lingkungan lebih
kepada lingkungan sebagai autekologi.
Autekologi merupakan ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme
secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya, sedangkan sinekologi
adalah ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu
kesatuan dan saling berinteraksi di suatu daerah tertentu.
Untuk mempelajari gambaran yang cukup jelas tentang batas-batas wilayah
kerja dari ilmu ekologi dapat kiranya dipergunakan konsep model dari Miller.
Konsep tersebut beranggapan bahwa seluruh alam semesta merupakan suatu
ekosistem yang tersusun oleh berbagai komponen atau kesatuan. Dalam suatu
ekosistem satu atau sekelompok komponen tak dapat berdiri sendiri terlepas dari
kelompok kesatuan lain.
2. Konsep Dasar Ekologi

Secara ringkas, ruang lingkup ekologi organisasi kehidupan sebagai berikut :

a. Protoplasma adalah zat hidup dalam sel dan terdiri atas senyawa organik yang
kompleks, seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
b. Sel adalah satuan dasar suatu organisme yang terdiri atas protoplasma dan inti
yang terkandung dalam membran. Membran merupakan komponen yang menjadi
pemisah dari satuan dasar lainnya.
c. Jaringan adalah kumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi sama, misalnya
jaringan otot.
d. Organ atau alat tubuh merupakan bagian dari suatu organisme yang mempunyai
fungsi tertentu, misalnya kaki atau telinga pada hewan, dan daun atau akar pada
tumbuhan.
e. Sistem organ adalah kerja sama antara struktur dan fungsi yang harmonis, seperti
kerja sama antara mata dan telinga, antara mata dan tangan, dan antara hidung
dengan tangan.
f. Organisme adalah suatu benda hidup, jasad hidup, atau makhluk hidup.
g. Populasi adalah kelompok organisme yang sejenis yang hidup dan beranak pada
suatu daerah tertentu. Contohnya populasi rusa di pulau Jawa, populasi banteng
di Ujung Kulon, populasi badak di Ujung Kulon, dan populasi ayam kampung di
Jawa Barat.
h. Komunitas adalah semua populasi dari berbagai jenis organisme yang menempati
suatu daerah tertentu. Di daerah tersebut setiap populasi berinteraksi satu dengan
lainnya. Misalnya populasi rusa berinteraksi dengan populasi harimau di Pulau
Sumatra atau populasi ikan mas berinteraksi dengan populasi ikan mujair.
i. Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur
lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan hubungan
timbal balik yang kompleks antara makhluk hidup dengan lingkungannya, baik
yang hidup maupun tak hidup (tanah, air, udara, atau kimia fisik) yang secara
bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi.
j. Biosfer adalah lapisan bumi tempat ekosistem beroperasi. Lapisan biosfer kira-
kira 9000 m di atas permukaan bumi, beberapa meter di bawah permukaan tanah,
dan beberapa ribu meter di bawah permukaan laut.

Perkembangan Ruang lingkup ekologi terbagi menjadi beberapa jenis


diantarannya yaitu sebagai berikut :

a. Ekologi Organismal (organismal ecology)


Ekologi organismal (organismal ecology), yang mencakup subdisiplin ekologi
fisiologi, ekologi evolusi, dan ekologi perilaku, mempelajari bagaimana struktur,
fisiologi, dan (untuk hewan) perilaku organisme memenuhi tantangan dari
lingkungan.
b. Ekologi populasi (population ecology)
Populasi (population) adalah suatu kelompok individu dari spesies yang sama,
yang hidup di suatu wilayah. Ekologi populasi (population ecology) menganalisis
faktor-faktor yang memengaruhi ukuran populasi serta bagaimana dan mengapa
populasi berubah seiring waktu.
c. Ekologi komunitas (community ecology)
Komunitas (community) adalah suatu kelompok populasi dari sejumlah spesies
yang berbeda di suatu rvilayah. Ekologi komunitas (community ecology) mengkaji
bagaimana interaksi antarspesies, seperti predasi dan kompetisi, memengaruhi
struktur dan organisasi komunitas.
d. Ekologi ekosistem (ecology ecosystem)
Ekosistem (ecosystem) adalah komunitas organisme di suatu wilayah beserta
faktor-faktor fisik yang berinteraksi dengan organisme-organisme tersebut.
Ekologi ekosistem (ecology ecosystem) menekankan pada aliran energi dan siklus
kimiawi antara organisme dan lingkungan.
e. Ekologi bentang alam (landscape ecology)
Bentang alam (Iandscape atau seascape) adalah mosaik ekosistem-ekosistem
yang saling terkait. Riset dalam ekologi bentang alam (landscape ecology)
berfokus pada faktor-faktor yang mengontrol pertukaran energi, material, dan
organisme di berbagai ekosistem.
f. Ekologi global (global ecology)
Biosfer (biosphere) adalah ekosistem global total dari semua ekosistem dan
bentang alam di planet ini. Ekologi global (global ecology) mengkaji bagaimana
pertukaran regional energi dan material memengaruhi fungsi dan distribusi
organisme di seluruh biosfer.
3. Perkembangan Ekologi dan Tekanan dalam Ekologi
Perkembangan ilmu ekologi sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan berjalan saling mempengaruhi. Dalam
perkembangannya, ilmu ekologi tidak hanya terbatas pada manusia dan
lingkungannya saja, melainkan juga meluas hingga melingkupi semua jasad hidup
dan lingkungannya. Berdasarkan ilmu ekologi tata lingkungan dapat dianalisis
melalui konsep lingkaran. Konsep lingkaran menerangkan tentang segala proses
yang terjadi pada lingkungan. Konsep ini dikenal dengan nama “lingkaran energi,
materi dan informasi”.
Ketika lingkaran energi, materi dan informasi tidak terganggu maka tata
lingkungan akan tetap mencapai kesetimbangan ekologis. Dalam proses ini
terdapat dua golongan, yaitu golongan produsen dan golongan konsumen
(termasuk golongan pengurai).
Seorang ahli ilmu hayat sekaligus pencipta ilmu ekologi bernama Haeckel
(1866) berpendapat bahwa ilmu ekologi termasuk dalam disiplin ilmu Biologi.
Hal ini dikarenakan, dalam ilmu ekologi juga mempelajari tentang persyaratan
biologis jasad atau makhluk hidup dengan lingkungannya. Namun para ahli
biologi tidak memperhatikan ilmu ini secara mendalam karena menganggap
bahwa ilmu ekologi hanya berupa pengetahuan umum dan hanya mempelajari
mengenai hubungan lingkungan atas dasar fisiologi. justru beberapa ahli geografis
fisik dan biografi yang lebih tertarik dalam mengembangkan ilmu ekologi.
Salah satu bukti dari perkembangan ilmu ekologi yaitu diadakannya
konferensi PBB pada tanggal 5 Juni 1972 yang dikenal dengan nama konferensi
Stockholm. Konferensi ini membahas mengenai lingkungan hidup yang membuat
perhatian dari berbagai ilmuan, politisi bahkan pemerintah dari negara maju dan
negara berkembang menjadi berubah mengenai permasalahan lingkungan hidup
dan penelitian lingkungan. Melalui Konferensi Stockholm, PBB mulai
mendirikan badan khusus yang bertugas dalam mengurusi permasalahan
lingkungan. Badan tersebut dikenal dengan istilah UNEP (United Nations
Environmental Program) yang bertempat di Nairobi (Kenya, Afrika). Kemudian
setiap tanggal 5 Juni (tanggal pembukaan konferensi Stockholm) telah ditetapkan
sebagai hari lingkungan hidup sebagai bentuk peringatan dunia atas bahaya yang
terus mengancam lingkungan hidup.
Selain itu, perkembangan ilmu ekologi juga terlihat dari para ahli ekologi
yang bermula dari mempelajari ilmu geografi tumbuhan kemudian berkembang
menjadi aspek komunitas tumbuhan dan berkembang kembali menjadi ekologi
komunitas. Pada waktu yang hampir bersamaan, juga berkembang berbagai studi
mengenai dinamika populasi atau ekologi populasi. Studi ini kemudian
berkembang menjadi ekologi perilaku yang akan terus berkembang sejalan
dengan berjalannya waktu. Selanjutnya, dinamika populasi dan ekologi komunitas
telah menjadi perhatian besar bagi para ahli ekologi yang mana hal ini
mengakibatkan munculnya beberapa cabang ilmu ekologi baru seperti eko-
klimatologi, fisio-ekologi, dan eko-energetika dan juga ilmu ekologi mampu
berkembang menjadi ilmu botani dan zoologi.
Tekanan dalam ekologi dapat diartikan sebagai Batasan dalam mencapai
produktifitas suatu ekosistem dan masalah-masalah ekosistem yang dipengaruhi
oleh faktor kimia, fisik dan biologis yang terdapat di alam. Faktor kimia seperti
siklus Carbon, Phospor, Nitrogen, Kalium yang merupakan bagian penting dari
ekologi. Faktor fisik meliputi suhu, kelembaban, cahaya, hujan, dan faktor fisik
lainnya banyak terkait dalam studi ekologi. Sedangkan faktor biologis meliputi
segala interaksi antar makhluk hidup yang berkaitan dengan ekologi. Tekanan ini
mengakibatkan ada banyak tingkatan perbedaan dari reaksi-reaksi kompleks yang
termasuk perubahan dalam energy, respirasi, siklus nutrient dan struktur
komunitas (Freddman, 1995). Tekanan ekologi dapat terjadi secara alami (faktor
alam) dan buatan (manusia). Contoh tekanan ekologi secara buatan yaitu
pembangunan jalan, aktifitas wisata, dan pemanfaatan hasil hutan. Sedangkan
contoh dari tekanan ekologis secara alami yaitu terjadinya bencana alam seperti
tsunami yang menyebabkan abrasi pantai sehingga biota-biota yang pernah ada
menjadi hilang atau muncul jenis-jenis baru.

4. Eksperimen dan Model Penelitian dalam Ekologi (Pendekatan Induktif dan


Deduktif, Pengumpulan Data dan Pengujian Hipotesis)
1. Pendekatan Induktif
Penalaran induktif adalah cara berpikir yang berdasar pada kejadian yang khusus
untuk memastikan teori, hukum, konsep yang umum. induktif diawali dengan
mengutarakan teori yang memiliki batasan eksklusif pada saat membuat pernyataan yang
diakhiri dengan pernyataan yang memiliki karakter umum. Pendekatan induktif
mementingkan pada aktivitas pemeriksaan terlebih dahulu yang dilanjutkan dengan
menarik kesimpulan berlandaskan pemeriksaan tersebut. Penelitian induktif akan
dilakukan ketika sumber referensi tidak ditemukan pada sebuah topik, seringkali
dilaksanakannya penelitian induktif karena tidak ada teori yang bisa diuji.
Pengertian dari cara induktif pada penelitian, merupakan metode yang pada proses
pikirnya diawali dari sesuatu yang khusus mengarah ke umum, dimana dalam melakukan
kesimpulan menggunakan pengamatan. Penelitian induktif mempunyai tujuan untuk
menemukan pengetahuan baru. Ini dapat diawali pada sesuatu yang menarik dan sedang
digeluti peneliti. Peneliti akan menentukan masalah penelitian berdasarkan apa yang
sedang digeluti dan ditentukan untuk menyusun pertanyaan penelitian. Selanjutnya
peneliti akan berupaya untuk memperoleh datanya.
Peneliti bisa memakai macam-macam metode penelitian untuk menghimpun data
sebagai bahan dasar pertanyaan penelitian. Pengumpulan bisa dilakukan dengan cara
observasi, wawancara dsb. Pada langkah analisis, peneliti akan mengamati apakah ada
pola tertentu dari data yang telah dihimpunnya. Sementara pada bagian final penelitian
induktif, peneliti akan menyusun teori dengan memakai pola dan data yang telah
ditemukan. Peneliti yang mempunyai wawasan dan pikiran terbuka, objektif dan tidak
ada gagasan idealis yang telah ada, akan berkesempatan untuk menemukan suatu teori
yang baru.
2. Pendekatan Deduktif
Penalaran deduktif adalah cara berpikir yang mengimplementasikan sesuatu yang
umum dan selanjutnya dikaitkan dengan aspek-aspek yang sesuatu yang khusus. Secara
umum arti dari deduksi itu sendiri adalah penarikan kesimpulan dari situasi yang umum,
memperoleh yang khusus dari hal yang umum.
Pendekatan atau metode deduktif merupakan sesuatu yang memakai logika untuk
membuat satu atau lebih kesimpulan berlandaskan beberapa premis yang diberikan. Pada
deduktif yang rumit peneliti bisa membuat kesimpulan lebih dari satu.
Pada metode deduktif kebenaran sudah dipahami secara umum, selanjutnya
kebenaran tersebut akan mencapai pengetahuan baru mengenai isu atau indikasi khusus.
Bila disimpulkan deduksi adalah aktivitas berpikir yang berdasar pada hal umum (teori,
konsep, prinsip, keyakinan) mengarah ke khusus. Saat melaksanakan penelitian deduktif,
peneliti harus selalu memulai dengan teori (hasil penelitian induktif). Maksud dari
penalaran secara deduktif adalah menguji teori-teori. Bila tidak ada teori, maka peneliti
belum bisa melaksanakan penelitian deduktif.
Pengertian dari cara deduktif pada penelitian, merupakan metode yang pada
aktivitas berpikirnya diawali dari sesuatu yang umum mengarah ke khusus, dan pada saat
memutuskan kesimpulannya memakai logika. Bila dipahami lebih lanjut penelitian
deduktif merupakan penelitian yang memiliki kategori untuk aktivitas pengujian hipotesis
yang bertujuan untuk memvalidasi sebuah teori. Lain halnya pada penelitian induktif
yang menciptakan sebuah pengetahuan baru, penelitian induktif lebih pada untuk menguji
sebuah teori. Penelitian deduktif tidak berupaya untuk mencari pola pada data namun
memakai observasi dengan artian untuk memverifikasi sebuah pola. Pendekatan deduktif
sangat akrab dengan penelitian kuantitatif, yang mana peneliti akan berupaya untuk
menemukan sebab akibat dan mempresentasikan sebuah analisis statistik.
3. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan
tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui:
angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat
menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi
atau yang diteliti. Dalam penelitian ilmiah, agar data yang kita kumpulkan menjadi valid,
maka kita harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data dalam penelitian itu,
sehingga data yang kita peroleh dapat menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu
konsep tertentu.
Dan dalam kegiatan penelitian, keberadaan instrumen penelitian merupakan bagian
yang sangat integral dan termasuk dalam komponen metodologi penelitian karena
instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa,
menyelidiki suatu masalah yang sedang diteliti.Instrumen itu alat, sehingga instrumen
penelitian itu merupakan alat yang digunakan dalam penelusuran terhadap gejala-gejala
yang ada dalam suatu penelitian guna membuktikan kebenaran atau menyanggah suatu
hipotesa-hipotesa tertentu.
Suatu intrumen yang baik tentu harus memiliki validitas dan reliabilitas yang
baik.Untuk memperoleh instrumen yang baik tentu selain harus diujicobakan, dihitung
validitas dan realibiltasnya juga harus dibuat sesuai kaidah-kaidah penyusunan instrumen.
Menyusun instrumen merupakan suatu proses dalam penyusunan alat evaluasi karena
dengan mengevaluasi kita akan memperoleh data tentang objek yang diteliti. Oleh karena
itu, menyusun instrumen merupakan langkah penting dalam prosedur penelitian yang
tak dapat dipisahkan antara yang satu terhadap yang lainnya. Hal ini dilakukan karena
untuk menjaga kesinambungan data yang dikumpulkan dengan pokok permasalahan yang
dibuat dalam rangka pengujian terhadap hipotesa-hipotesa yang dibuat.
Teknik pengumpulan data yang lazim digunakan dalam mengumpulkan informasi
kuantitatif yaitu wawancara terencana, tes, observasi terencana, inventarisasi, skala
rating, dan lain-lain. Sedangkan teknik pengumpulan data kualitatif yang umum
digunakan, yaitu wawancara, observasi, focus group discussion (FGD), dan studi
dokumen.
4. Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis merupakan metode pembuktian empiris untuk mengkonfirmasi atau
menolak sebuah opini ataupun asumsi dengan menggunakan data sampel. Hipotesis
berasal dari bahasa Yunani. Hupo artinya adalah lemah, rendah, dan tidak kuat. Thesis
artinya teori, asumsi, pendapat, atau pernyataan. Berdasarkan definisi tersebut, kita bisa
menyimpulkan bahwa hipotesis juga bisa diartikan sebagai teori yang sifatnya lemah dan
masih perlu dibuktikan kebenarannya.
Pengujian hipotesis penelitian kualitatif adalah hipotesis non-statistik tidak
membutuhkan pengujian statistik bersifat sementara dan dapat berubah-ubah sewaktu
pengumpulan dan analisis data.
5. Pengertaian Ekosistem
Makhluk hidup dimulai dari tumbuhan, hewan, manusia, organisme dan lingkungan
saling berinteraksi anatara satu dengan yang lainnya dalam suatu sitem yang dinanamakan
ekosistem. Ekosistem merupakan suatu daerah yang nyata dan ukurannya bervariasi.
Ekosistem adalah kesatuan (sistem) yang terdiri dari komunitas berbagai jenis organisme
hidup dan lingkungan tidak-hidup (berupa materi dan energi) yang saling berhubungan
dan berinteraksi. Dimana antara kedua komponen yakni hidup dan tak hidup terdapat
hubungan timbal balik.
Berbagai konsep ekosistem pada dasarnya sudah mulai dirintis oleh beberapa pakar
ekologi. Pada tahun 1877, Karl Mobius (Jerman) menggunakan istilah biocoenosis.
Kemudian pada tahun 1887, S.A.Forbes (Amerika) menggunakan istilah mikrokosmos.
Di Rusia pada mulanya lebih banyak digunakan istilah biocoenosis, ataupun
geobiocoenosis. Istilah ekosistem mula-mula diperkenalkan oleh seorang pakar ekologi
dari Inggris, A.G.Tansley, pada tahun 1935. Pada akhirnya istilah ekosistem lebih banyak
digunakan dan dapat diterima secara luas sampai sekarang.
Ekosistem memiliki banyak variasi dimana setiap variasi memiliki perbedaan
didalamnya. Ciri yang paling mudah dalam membedakan tipe-tipe ekosistem adalah
dilihat dari ciri-ciri vegetasi yang tumbuh didalamnya. Vegetasi merupakan komunitas
tumbuhan. Wujud dari vegetasi merupakan penampakan luar dari suatu ekosistem
sehingga hal ini yang menjadi ciri paling mudah untuk mengenali tipe suatu ekosistem.
Ekosistem terbagi menjadi dua Tipe yakni ekosistem air (akuatik) dan ekosistem
darat (terestrial). Kedua ekositem ini masih terbagi menjadi beberapa sub ekosistem yan
lebih spesifik lagi.
1) Ekositem Air (Akuatik)
Ekosistem air (akuatik) juga sering disebut dengan ekosistem perairan. Hanya saja
pada ekosistem perairan pembahsannya lebih menenkankan pada aspek ekosistem
seperti laut atau danau sedangkan ekositem akuatik membahas semua yang
melingkupi habitat dimana air merupakan medium utama.
 Ekosistem air (akuatik) berdasarkan jenis akuatik ekosistem terbagi menjadi
sebagai berikut :
a. Ekosistem Perairan Laut
Perairan laut merupakan perairan dimana keberadaan air laut menjadi pokok
signifikan yang mempengaruhi sistem akuatik didalam ekosistem tersebut. Di
dalam pembagian perairan laut air payau yang merupakan hasil pencampuran air
laut dan air tawar merupakan bagian dari ekosistem perairan laut. Contoh
ekosistem perairan laut diantarannya adalah :
 Ekosistem Intertidal
 Ekosistem Estuaria
 Ekosistem Terumbu Karang
 Ekosistem Magrove
 Eksistem Laut Dangkal
 Ekosistem Laut Dalam
b. Ekositem Perairan Tawar
Ekosistem perairan tawar pada dasarnya merupakan perairan dimana
penyusun air didalamnya merupakan air tawar. Ekosistem perairan air tawar
dibagi menjadi dua berdasarkan keberadaan pergerakkan massa airnya:
 Ekosistem Perairan Menggenang (lentik) seperti danau, rawa dan kolam
 Ekosistem Perairan Mengalir (lotik) seperti sungai, parit, dan selokan
 Ekosistem air (akuatik) berdasarkan karakteristik sistem akuatiknya terbagi menjadi
dua yakni:
a. Sistem Terbuka, sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan (iklim, polusi),
relative, dan sukar dikelola. Contoh ekosistem ini adalah sungai, danau, rawa,
waduk, dan laut.
b. SistemTertutup, dapat dikelola sehingga relati mudah untuk dipengaruhi, dapat
dilindungi dan mudah imodifikasi. Contohnya kolam dan tambak
 Ekosistem air (akuatik) berdasarkan terbentuknya terbagi menjadi dua yakni:
a. Perairan Alami, perairan yang terbentuk secara alami yakni melalui proses-proses
alami di alam. contohnya danau, rawa, dan sungai.
b. Perairan Buatan, perairan yang terbentuk karena sengaja dibentuk oleh manusia.
Contohnya kolam, tambak, parit, selokan.

2) Ekosistem Darat (terestrial)


Ekosistem darat merupakan ekosistem yang berada di darat dimana pembagiannya
berdasarkan ciri fisik atau iklim utama, dan vegetasi dominan pada ekosistem
tersebut. Ekosistem darat terbagi menjadi beberapa diantarannya adalah:
a. Hutan Hujan Tropis (terletak di daerah ekuator dan subekuator).
Ciri-ciri Hutan Hujan Tropis.
 Curah hujan relatif konstan, sekitar 200-400 cm per tahun.
 Suhu udara tinggi sepanjang tahun, rata-rata 25-29°C dengan sedikit variasi
musiman.
 Lapisan-lapisan hutan hujan mencakup pohon yang tumbuh menonjol di atas kanopi
tertutup, pepohonan kanopi, satu atau dua lapis pepohonan sub kanopi, dan lapisan
semak serba herba. Epifit seperti bromeliad dan anggrek.
 Hewan memiliki keanekaragaman yang paling beragam dibanding ekosistem
lainnya. Spesies yang termasuk dalam hutan tropis adalah spesies serangga,
amfibia, reptil dan burung, mamalia, serta artropoda.
b. Gurun ( terjadi di pita keliling bumi dekat 30° LU dan LS atau pada lintang lain
dibagian dalam benua).
Ciri-ciri Gurun
 Curah hujan rendah dan sangat bervariasi, umumnya kurang dari 30 cm pert tahun.
 Suhu bervariasi musiman maupun harian. Suhu udara maksimum di gurun panas
dapat melebihi 50°C ; di gurun dingin, suhu udara mungkin jatuh dibawah -30°C.
 Gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang terserak luas, proporsi lahan gundul
tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Tumbuhannya mencakup sukulen,
kaktus, semak berakar dan herba yang tumbuh selama periode lembab yang jarang
terjadi.
 Hewan didaerah gurun lebih banyak jenis kadal, ular, kalajengking, semut,
kumbang, burung pemigrasj dan penetap.
c. Sabana (terletak di wilayah ekuator dan sub ekuator)
Ciri-ciri Sabana
 Curah hujan bersifat musiman, rata-rata 30-50 per hari. Musim kering dapat
berlangsung delapan sampai sembilan bulan.
 Suhu hangat sepanjang tahun, berkisar 24-28°C, namun dengan variasi yang lebih
musiman daripada di hutan tropis.
 Pepohonan terserak yang ditemukan dengan densitas berbeda-beda di sabana
seringkali berduri dan berdaun kecil, tumbuhannya merupakan adaptasi terhadap
kondisi relatif kering.
 Hewan mamalia besar pemakan rumput seperti wildebeest dan bison serta pemangsa
seperti singa dan dubuk merupakan penghuni umum sabana. Hewan herbivora
dominan adalah jenis serangga seperti tungau.

d. Chaparral/Steps (terletak di wilayah pesisir lintang tengah di beberapa benua).


Ciri-ciri Chaparral/Steps
 Curah hujan sangat musiman, curah hujan umumnya kisaran 30-50 cm
 Suhu pada musim gugur, dingin, dan semi sejuk rata-rata berkisar pada 10-12°C.
Pada saat panas mencapai 30°C, sementara pada suhu maksimum siang hari bisa
melebihi 40°C.
 Tumbuhan didominasi sesemakan, pohon kecil, berbagai jenis rumput dan herba.
 Hewan yang hidup di daerah ini antara lain kijang, kambing, amfibia, burung,reptil,
dan serangga.
e. Padang Rumput Beriklim Sedang (terletak di Afrika Selatan, Hungaria, Argentina,
Uruguay, Rusia, dan Amerika Utara bagian tengah).
Ciri-ciri Padang rumput beriklim sedang
 Curah hujan seringkali sangat musiman dengan musim dingin yang relatif kering
dan musim panas yang relatif basah. Curah hujan rata-rata anatara 30 dan 100 cm.
 Suhu pada musim dingin umumnya mengigit berada dibawah -10°C dan saat musim
manas mendekati 30°C.
 Tumbuhan yang dominan adalah rumput dan herba, dengan tinggi berkisar beberapa
cm hingga 2 m. Tumbuhan berupa sesemakan dan pohon berkayu.
 Hewan mencakup mamalia pemakan rumput besar seperti bison dan kuda liar.
f. Hutan Konifer Utarap/Taiga (membentang membentuk pita lebar melintasi
Amerika Utara dan Eurasia bagian utara ke tepi tundra arktik).
Ciri-ciri Hutan Konifer Utara/Taiga
 Curah hujan tahunan berkisar 30 sampai 70 cm, kekeringan berkala umum terjadi.
 Suhu pada musim dingin bisa mengigit berkisar -50°C dan lebih dari 20°C dimusim
panas.
 Tumbuhan didominasi oleh pohon penghasil runjung, misalnya Pinus, spruce, fir,
dan hemlock.
 Banyak burung pemigrasj bersarang di Taiga. Mamalia yang hidup juga beraneka
ragam ada rusa besar, beruang cokelat, dan harimau Siberia.
g. Hutan Berdaun-lebar Beriklim Sedang
Ciri-ciri Hutan Berdaun-lebar Beriklim Sedang
 Curah hujan tahunan dapat mencapai rata-rata 70 sampai lebih dari 200 cm.
 Suhu pada musim dingin berkisar 0°C dan musim panas maksimum mendekati 35°C
menyengat dan lembap.
 Tumbuhan didominasi oleh pohon meranggas, yang menggugurkan daunnya
sebelum musim dingin, sewaktu suhu yang rendah mengurangi fotosintesis dan
menyulitkan pengambilan air dari tanah yang beku. Contoh tumbuhan eukaliptus
malarhijau mendominasi.
 Hewan yang ada pada hutan ini meliputi spesies burung bermigrasi, mamalia, dan
serangga.
h. Tundra
Ciri-ciri Tundra
 Curah hujan tahunan rata-rata dari 20 hingga 60 cm di tundra Arktik, namun
melebihi 100 di tundra Alpin.
 Suhu pada musim dingin berkisar dibawah -30°C dan musim panas berlangsung
dalam jangka pendek dengan suhu rendah, umumnya rata-rata kurang dari 10°C.
 Sebagian besar vegetasi berupa herba terdiri dari campuran lumut, rumput, dan forb
serta semak-semak kerdil, pohon dan liken.
 Oxen kesturi besar pemakan rumput merupakan hewan penghuni tetap, sementara
karibu dan reindeer adalah hewan pemigrasi.
6. Konsep Ekosistem
“Bagian-bagian biologis dan fisik alam bersama-sama disatukan oleh
ketergantungan hewan dan tumbuhan pada lingkungan fisik mereka dan oleh
kontribusi mereka untuk mempertahankan kondisi dan komposisi karya fisik”.
(R.E.Ricklefs)
Komponen Ekosistem
 Komponen Abiotik (Tak Hidup)
Yaitu komponen fisik dan kimia yang terdiri dari lingkungan yaitu air (hidrosfer),
udara (atmosfer), tanah lithosfer), dan sinar matahari yang merupakan medium
untuk kelangsungan hidup organisme.
 Produsen
Organisme autrotofik (suatu organisme yang mampu memanfaatkan makananya
sendiri), umumnya adalah tumbuhan berklorofil yang menyintesis makananya
dari bahan anorganik sederhana.
 Konsumen
Organisme heterotrofik (suatu organisme yang mampu memanfaatkan bahan
organic yang disediakan oleh organisme lain) , umumnya dari kelompok hewan
dan manusia
 Pengurai (decomposer)
Organisme heterotrofik yang menguraikan bahan organic yang berasal dari
organisme mati, menyerap sebagian hasil penguraian dan melepas bahan
sederhana yang dapat dipakai produsen memproduksi bahan makanannya,
umumnya dari kelompok bakteri dan jamur
7. Proses-proses penting dalam ekologi
Suatu ekosistem akan mengalami proses-proses ekosistem. Proses-proses
ini sebagai bentuk alamiah dalam menjaga keseimbangan dari unsur-unsur atau
materi-materi yang terdapat dalam suatu ekosistem. Proses tersebut dapat
digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Siklus Materi
Siklus materi merupakan siklus yang melibatkan unsur senyawa kimia
yang mengalami pemindahan melalui organisme hidup dan beredar kembali ke
lingkungan fisik. Dalam siklus ini terjadi hubungan antara komponen biotik dan
abiotik. Siklus materi yang dianggap penting, yaitu siklus air, oksigen, karbon,
nitrogen, fospor, dan belerang.
2) Aliran Energi
Aliran energi adalah pemindahan energi dari energi matahari kemudian
Masuk kedalam komponen biotik ekosistem melalui produsen. Energi ini
kemudian disimpan dalam bentuk zat organik yang dapat digunakan sebagai
bahan makanan. Energi yang terdapat dalam tumbuhan (produsen) ini akan
berpindah kepada hewan herbivora yang memakannya. Dan berlanjut pada
pemangsa setelahnya. Kemudian energi tersebut akan diserap selama proses
pencernaan, dan tentunya tidak semua energi dapat diserap. Energi yang tidak
dapat diserap akan dibuang setelah proses pencernaan dan diserap oleh detrivor
dan perombak (pengurai).
3) Rantai Makanan
Rantai makanan yaitu peristiwa makan dan dimakan pada suatu urutan
tertentu. Dalam proses rantai makanan terjadi perpindahan energi dari mulai sinar
matahari yang energinya diserap tumbuhan (produsen), kemudian dimakan
konsumen tingkat pertama (hewan herbivora). Setelah itu, aliran energi ini
dipindahkan dan melewati rentetan organisme yang memakan hewan sebelumnya
dan dimakan hewan berikutnya sebagai penyedia energi dan zat hara.

8. Proses Suksesi
Pengertian mengenai suksesi ekologi dapat ditinjau melalui tiga hal
berikut ini:
a. Suksesi ekologi diartikan sebagai proses perkembangan komunitas
dalam suatu ekosistem yang melibatkan perubahan seluruh atau Sebagian
komponen-komponen spesies di dalamnya yang dapat terjadi dalam selang waktu
yang relatif lama.
b. Suksesi dapat terjadi akibat adanya suatu modifikasi terhadap
lingkungan fisik di dalam komunitas atau ekosistem. Sehingga dapat dikatakan
bahwa lingkungan fisik mempengaruhi laju perubahan dan membatasi sejauh
mana suatu komunitas dapat berkembang.
11
c. Perubahan atau perkembangan komunitas akan terus terjadi hingga
mencapai klimaks atau puncak. Klimaks atau puncak tersebut tercapai ketika
suatu perubahan telah menciptakan keadaan yang stabil atau seimbang
(homeostatis) antara komponen biotik dan abiotik dalam komunitas atau
ekosistem tersebut.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses suksesi adalah suatu proses
alam mengenai perkembangan suatu komunitas ekosistem, hasil dari perubahan
seluruh atau Sebagian komponen-komponen lingkungan fisik yang terus terjadi
hingga tercipta suatu keadaan komunitas yang stabil dengan lingkungannya
(homeostatis).
Setiap komunitas yang telah mencapai keseimbangan akan memiliki
beberapa spesies yang lebih mendominasi spesies lainnya, dan umumnya setiap
komunitas dalam suatu ekosistem didominasi oleh spesies yang berbeda-beda. Hal
tersebut dapat menciptakan tingkatan keseimbangan yang menghasilkan
komunitas klimaks sebagai hasil dari suatu jejaring interaksi biotik yang cukup
kompleks. Contohnya seperti yang terdapat pada hutan hujan tropis yang
didalamnya terdapat berbagai macam spesies per hektarnya.
Soerianegara dan Indrawan (1988) menyebutkan bahwa dalam
pembentukan klimaks atau keseimbangan suksesi terdapat 2 perbedaan paham
pendapat yakni; paham monoklimaks dan paham polyklimaks.
1. Paham monoklimaks beranggapan bahwa, pada suatu daerah atau
komunitas yang beriklim hanya terdapat satu macam klimaks, yaitu keseimbangan
dalam formasi atau faktor klimaks iklim saja. Ini berarti klimaks merupakan
pencerminan keadaan iklim, karena iklim merupakan faktor yang paling stabil dan
berpengaruh. faktor klimaks iklim meliputi sinar matahari, suhu udara,
kelembaban udara dan presipitasi,yang dapat menimbulkan suatu klimaks.
2. Paham polyklimaks beranggapan bahwa, bahwa terdapat faktor lain
yang juga mampu mempengaruhi terjadinya klimaks, yaitu faktor edafis dan
faktor biotis. Faktor edafis adalah faktor yang timbul karena pengaruh tanah
seperti komposisi tanah, kelembaban tanah, suhu tanah dan keadaan air tanah.
Sedangkan faktor biotis adalah faktor yang disebabkan oleh manusia atau hewan.
Proses terjadinya suksesi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan pada
kondisi habitat awal tempat terjadinya suksesi. Suksesi tersebut ialah suksesi
primer dan suksesi sekunder.
1. Suksesi primer
Suksesi primer merupakan suksesi yang terjadi pada wilayah yang baru
dan belum ditemukan organisme diarea tersebut. Biasanya terjadi apabila habitat
asal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas di habitat asal tersebut
secara total atau menyeluruh, sehingga terbentuk habitat baru di tempat komunitas
asal tersebut. Gangguan ini dapat terjadi secara alami, misalnya bencana alam,
endapan lumpur yang baru di muara sungai, atau endapan pasir di pantai. Selain
itu gangguan juga dapat di sebabkan oelh perbuatan manusia misalnya
penambangan timah, batubara, atau minyak bumi
2. Suksesi sekunder
Suksesi sekunder merupakan suksesi yang terjadi pada wilayah yang
awalnya sudah terdapat organisme dan masih tersisa. Biasanya terjadi apabila
suatu komunitas asal mengalami gangguan yang tidak merusak total atau hanya
sebagian dari komunitas asal tersebut, sehingga dalam komunitas tersebut
komponen atau spesies lama dan kehidupan lama masih ada. Contoh gangguan
alami misalnyabanjir, gelombang laut, kebakaran, angin kencang. Sedangkan
gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang rumput
dengan sengaja.

9. Aksi interaksi
Interaksi antar makhluk hidup yang terjadi pada sebuah ekosistem
bertujuan untuk menjaga kestabilan dari ekosistem itu sendiri. Jika interaksi antar
makhluk hidup yang mendiami ekosistem tersebut tidak berjalan dengan baik,
maka bisa mengakibatkan adanya ketimpangan yang terjadi dan hal ini tidak baik
bagi ekosistemnya dan makhluk hidup yang ada didalamnya. Interaksi dalam
sebuah ekosistem dibagi menjadi lima golongan, interaksinya adalah sebagai
berikut :
1. Netral
Interaksi netral dapat terjadi jika makhluk hidup saling berinteraksi tetapi
tidak mengganggu satu sama lain. Makhluk hidup tersebut hanya hidup didalam
ekosistem yang sama, namun tidak ada persaingan dan mangsa-memangsa
dalam interaksinya.
2. Predasi
Predasi adalah interaksi yang terjadi antara mangsa dan pemangsa dalam
sebuah ekosistem, interaksi ini bertujuan agar jumlah pemangsa dan mangsa
dalam sebuah ekosistem menjadi seimbang secara alami.
3. Simbiosis
Simbiosis adalah interaksi yang terjadi antara dua atau lebih makhluk
hidup berbeda spesies yang saling berhubungan. Dalam interaksi ini ada tiga
bentuk interaksi, diantaranya :
a. Simbiosis mutualisme
Simbiosis mutualisme adalah simbiosis yang terjadi pada makhluk hidup
berbeda spesies dimana hasil dari interaksi tersebut memberikan keuntungan satu
sama lain.
b. Simbiosis parasitisme
Simbiosis parasitisme adalah simbiosis yang terjadi pada makhluk hidup
berbeda spesies dimana hasil interaksi tersebut hanya menguntungkan satu pihak,
dan pihak lainnya dirugikan.
c. Simbiosis komensalisme
Simbiosis komensalisme adalah simbiosis yang terjadi pada makhluk
hidup dari spesies berbeda dimana hasil dari interaksi tersebut menguntungkan
satu pihak namun pihak lainnya tidak mendapatkan keuntungan maupun kerugian.
4. Antibiosis
Antibiosis adalah interaksi antara makhluk hidup dimana makhluk hidup
yang satu menghambat pertumbuhan makhluk hidup lainnya.
5. Kompetisi
Kompetisi adalah interaksi antara dua jenis makhluk hidup yang saling
bersaing untuk mendapatkan atau memperebutkan suatu hal yang sama. Interaksi
ini berhubungan dengan ekosistem, penjagaan populasi, persebaran dan
ketersediaan hewan serta tumbuhan, semua hal tersebut dipengaruhi oleh interaksi
ini. Jadi jika makhluk hidup masuk ke ekosistem yang bukan diperuntukan bagi
makhluk hidup tersebut, maka bisa saja keseimbangan ekosistem disana
akan rusak dan bisa menghilangkan makhluk hidup lain yang sudah lama tinggal
di ekosistem tersebut.

10. Eko Energetika


Eko energetika adalah suatu kajian tentang energi dan proses
perubahannya dari satu bentuk ke bentuk yang lain yang terjadi di suatu ekosistem.
Berdasarkan Chapham dan Odum mengungkapkan bahwa energi adalah
kemampuan untuk melakukan kerja. Semakin besar energi, maka semakin besar
kemampuan untuk melakukan kerja, begitu juga sebaliknya. Energi dinyatakan
dalam satuan kalori/kilo kalori. Di bumi sumber energi utama yang bertanggung
jawab atas berlangsungnya semua proses kerja di dalam ekosistem adalah cahaya
matahari, gaya gravitasi bumi, dan kekuatan internal bumi.
Cahaya matahari merupakan sumber energy yang bertanggung jawab atau
proses fotosintesis, daur hidrologis, sirkulasi udara atmosfer. Gaya gravitasi bumi
mempengaruhi gerakan air dari akar menuju ke pucuk tumbuhan, dan
mempengaruhi gerakan dan sikap tubuh makhluk hidup. Kekuatan internal bumi
yaitu gaya-gaya endogen bumi yang mengakibatkan segala aktifitas gerak bumi.
Seperti gempa bumi, gunung Meletus, pergerakan lempeng bumi, dsb.

11. Energi dan Tingkah Laku


Energi (energy) adalah kemampuan untuk menyebabkan perubahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, energi memiliki nilai penting karena beberapa
bentuk energi dapat digunakan untuk melakukan kerja artinya, menggerakkan
materi melawan gaya-gaya yang melawan, misalnya gaya gravitasi dan gaya
gesekan. Dengan kata lain, energi adalah kemampuan untuk menyusun-ulang
kumpulan materi.
Energi (energy) adalah kemampuan untuk menyebabkan perubahan.
Dalam kehidupan sehari-hari, energi memiliki nilai penting karena beberapa
bentuk energi dapat digunakan untuk melakukan kerja-artinya, menggerakkan
materi melawan gaya-gaya yang meiawan, misalnya gaya gravitasi dan gaya
gesekan. Dengan kata lain, energi adalah kemampuan untuk menyusun-ulang
kumpulan materi. Misalnya, menggunakan energi untuk berlari, dan sel Anda
menghabiskan energi dalam mentranspor zat tertentu melintasi membran. Energi
terdapat dalam berbagai bentuk, dan kerja kehidupan bergantung pada
kemampuan sel untuk mentransformasi (mengubah bentuk) energi dari satu
bentuk ke bentuk yang lain.
Hukum Transformasi Energi. Ilmu yang mempelajari transformasi energi
yang terjadi dalam sekumpulan materi disebut termodinamika (thermodynamics).
Para ilmuwan menggunakan kata sistem (system) untuk menyatakan materi yang
dipelajari, sedangkan seluruh bagian lain dari semesta, yaitu semua hal yang
berada di luar sistem, disebut sebagai lingkungan (surrounding). Sistem tertutup
(isolated system), seperti cairan dalam termos, tidak mampu bertukar energi
maupun materi dengan lingkungannya. Dalam sistem terbuka (open system),
energi dan materi dapat ditransfer antara sistem dan lingkungan. Organisme
merupakan sistem terbuka. Organisme menyerap energi-misalnya, energi cahaya
atau energi kimia dalam bentuk molekul organik-dan melepaskan panas dan zat
buangan metabolik, misalnya karbon dioksida, ke lingkungan.
Dua hukum termodinamika mengatur transformasi energi dalam
organisme dan semua kumpulan materi yang lain. Hukum tersebut adalah Hukum
Pertama Termodinamika dan Hukum Kedua Termodibamika.
a. Hukum Pertama Termodinamika
Menurut hukum pertama termodinamika (first law of thermodynamics),
energi di semesta bersifat konstan. Energi dapat ditransfer dan ditransformasi,
namun tidak dapat diciptakan maupun dihilangkan. Hukum pertama ini
dikenal juga sebagaiprinsip kekekalan energi (principle of conservation of
energy). Contoh Perusahaan listrik tidak membuat energi, tapi hanya
mengubahnya menjadi bentuk yang mudah kita gunakan. Dengan mengubah
cahaya matahari menjadi energi kimia, tumbuhan hijau bekerja sebagai
pentransformasi energi, bukan pembuat energi.

Citah pada gambar akan mengubah energi kimia dari molekul-molekul


organik dalam makanannya menjadi energi kinetik dan bentuk-bentuk energi
yang lain ketika hewan tersebut melaksanakan proses-proses biologisnya.
b. Hukum Termodinamika II
Hukum kedua termodinamika (second law of thermodynamics)
Menyatakan bahwa setiap transfer atau transformasi energi meningkatkan entropi
semesta. Pada Hukum Termodimaka I menyatakan jika energi tidak dapat
dihilangkan, sehingga dalam hal ini ternyata pada setiap transfer atau transfor
masienergi, sejumlah energi menjadi energi yang tidak dapat digunakan
(unusable), tidak tersedia untuk kerja. Pada sebagian besar transformasi energi,
sebagian bentuk energi yang dapat digunakan (usable) akan diubah sebagian
menjadi panas. Hanya sebagian kecil energi kimia dalam makanan yang
dikonsumsi makhluk hidup ditransformasi menjadi gerak. Contoh pada citah yang
sebagian besar hilang sebagai panas, yang terbuang (terdisipasi) dengan cepat ke
lingkungan. Dalam proses pelaksanaan reaksi-reaksi kimia yang melakukan
berbagai macam kerja, sel hidup tanpa dapat dicegah mengubah bentuk energi
yang lain menjadi panas. Sistem dapat menggunakan panas untuk kerja hanya jika
ada perubahan suhu yang menyebabkan panas mengalir dari tempat yang lebih
hangat ke tempat yang lebih sejuk, jika suhu seragam, seperti pada sel hidup, maka
satu-satunya penggunaan energi panas yang dihasilkan selama reaksi kimia adalah
untuk menghangatkan kumpulan materi, misalnya organisme. (Ini dapat
menyebabkan ruangan yang disesaki orang menjadi pengap, sebab setiap orang
melakukan banyak reaksi kimia) konsekuensi logis dari hilangnya energi selama
transfer atau transformasi energi adalah bahwa setiap peristiwa semacam itu
membuat semesta menjadi lebih tidak teratur. Ilmuwan menggunakan kuantitas
yang disebut entropi (entropy) sebagai ukuran ketidakteraturan, atau keacakan.
Semakin tidak teratur susunan suatu kumpulan materi, semakin besar pula
entropinya.
Contoh pengamatan peningkatan entropi pada proses kerusakan secara
perlahan-lahan dari gedung yang tak terurus. Ini merupakan salah satu contoh
yang dapat terlihat. Akan tetapi, banyak peningkatan entropi pada semesta tidak
tampak sejelas itu, karena muncul sebagai peningkatan jumlah panas dan bentuk
materi yang makin tak teratur. Contoh pada makhlu hidup yang mengubah
makanan yang dari energi kimia menjadi energi kinetik, ia juga meningkatkan
ketidakteraturan lingkungannya dengan cara menghasilkan panas dan molekul-
moiekul kecil, seperti CO2 yang diembuskannya, yang merupakan produk
penguraian makanan.

Citah menambahkan ketidakteraturan ke lingkungan dalam bentuk panas


dan molekul-molekul kecil yang merupakan produk-sampingan metabolisme.
tropic, dan piramida ekologi)

12. Produktifitas (rantai makanan, jarring-jaring makanan, tingkatan tropic,


struktur tropic, piramida ekologi)
Produktivitas adalah laju penyimpanan energi oleh suatu komunitas dalam
ekosistem. Produktifitas menunjukkan tingkat atau besar energi yang mampu
disimpan oleh suatu komunitas. Produktifitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu
1. Produktifitas primer, produktifitas yang terjadi pada tingkat produsen.
Prodyksi primer menunjukkan laju pembentukan senyawa-senyawa
organik yang kaya akan energi dari senyawa-senyawa anorganik oleh
produsen atau tumbuhan dan atau organisme autotrof lainnya melalui
proses fotosintesis. Dalam proses fotosintesis energi dari cahaya
matahari diikat dan diproses untuk menjadi sumber energi organik
baru.
2. Produktifitas sekunder, produktifitas yang terjadi pada tingkat
konsumen. Meliputi produksi materi organik baru yang dilakukan oleh
hewan atau organisme heterptrof. Produktifitas sekunder
menunjukkan laju perubahan energi yang dilakukan oleh hewan atau
organisme heterotroph sat uke hewan lainnya melalui proses interaksi
alam yang terjadi.

RANTAI MAKANAN DAN TINGKAT TROFIK

Rantai makanan merupakan jalur perpindahan energi dari suatu produsen tertentu
ke konsumen tertentu melalui proses makan dan di makan dari organisme terkecil
hingga hewan-hewan yang lebih besar (Hedi dan Kurniati, 1996). Setiap tahapan
perpindahan 80-90% energi potensial hilang sebagai panas. Oleh karena itu,
langkah-langkah dalam rantai makanan terbatas 4-6 langkah saja. Artinya
semakin pendek rantai makanan makin besar energi yang tersedia.

Rantai makanan akan saling berkaitan membentuk jaring makanan (food


web). Jaring makanan dalam suatu ekosistem dapat menggambarkan kestabilan
suatu ekosistem. Makin banyak rantai makanan dan makin besar kemungkinan
terbentuknya gabungan dalam jaring makanan akan menunjukkan kestabilan
ekosistem makin tinggi. Oleh karena itu, untuk menjaga kestabilan suatu
ekosistem maka tidak di perkenankan memutus rantai makanan dengan
mengeksploitasi suatu sumber daya hayati secara berlebihan yang merupakan
salah satu mata rantai makanan secara alamah telah terbentuk.

Rantai makanan dapat di bedakan ke dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Rantai pemangsa, yaitu perpindahan energi dan materi dari produsen pertama
(tumbuhan) yang di awali oleh tumbuhan ke herbivora dan selanjutnya ke
karnivora.
2. Rantai saprofit, yaitu perpindahan energi yang di awali dengan organisme mati
(bahan organik) selanjutnya di manfaatkan oleh mikroorganisme.
3. Rantai parasit, yaitu perpindahan energi dan materi dari organisme besar ke
organisme kecil.
Organisme yang sumber makanannya diperoleh dari tumbuhan dengan jumlah
langkah atau tahapan yang sama disebut mempunyai tingkat trofik (trophic level)
yang sama, di mana tingkat trofik I adalh produsen, tingkat trofik II adalah
herbivora, dan tingkat trofik III adalah karnivora.

Dalam ekosistem dikenal adanya tingkatan trofik suatu kelompok organisme yang
menunjukkan urutan organisme dalam rantai makanan pada suatu ekosistem.
Pengelompokan organisme berdasarkan tingkat trofik dalam ekosistem sebagai
berikut (Ardhana, 2012) :

1. Tingkat trofik pertama, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai produsen
pertama. Semua jenis tumbuhan hijau membentuk tingkat trofik pertama.
2. Tingkat trofik kedua, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai herbivora
atau produsen kedua. Semua herbivora (konsumen primer) membentuk tingkatan
trofik kedua.
3. Tingkat trofik ketiga, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora
kecil (konsumen sekunder) atau biasa disebut dengan konsumen ketiga.
4. Tingkat trofik ke empat, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai karnivora
besar (karnivora tingkat tinggi) konsumen tersier atau disebut juga sebagai
konsumen ke empat.
5. Tingkat trofik ke lima, yaitu semua organisme yang berstatus sebagai perombak
(decomposer atau transformer) atau semua mikroorganisme.
Pengelompokan organisme berdasarkan tingkat trofik (jenjang makanan) di
dasarkan atas fungsi organisme dalam rantai makanan dan bukan berdasarkan atas
spesies. Oleh karena itu, satu spesies dalam populasi dapat menduduki lebih dari
satu jenjang makanan. Gambaran dari tingkat trofik merupakan konsep yang
berguna untuk menggambarkan interaksi seperti pemangsaan, kompetisi, maupun
simbiosis sehingga terbentuknya suatu rantai makanan.

PIRAMIDA EKOLOGI

Piramida ekologi menunjukkan tingkatan trofik sebagai gambaran jumlah energi


yang di simpan per satuan luas waktu pada tingkat trofik.

Tingkat trofik I (produsen) diletakkan sebagai dasar piramida, kemudian di


atasnya tingkat-tingkat trofik berikutnya seperti konsumen primer, konsumen
sekunder, dan seterusnya.
Dalam ekologi, dikenal tiga bentuk piramida ekologi, yaitu sebagai berikut :

1. Piramida jumlah,

yaitu bentuk piramida yang menggambarkan jumlah individu pada masing-


masing tingkatan trofik, di mana terjadi penurunan jumlah individu organisme
dalam setiap tingkatan trofik. Pada umumnya herbivora lebih besar atau lebih kuat
dari produsen, karnivora lebih besar atau lebih kuat daripada herbivora, dan
seterusnya. Oleh karena itu, jika ukuran organisme makin bertambah pada setiap
tingkatan trofik secara berurutan makin kurang kecuali untuk tingkat pengurai.
Piramida ini tidak cukup jelas memberikan gambaran jelas hubungan fungsional
antara komponen-komponen biotik dalam suatu ekosistem.
2. Piramida biomassa,
yaitu bentuk piramida yang menggambarkan besarnya biomassa pada masing-
masing tingkat trofik, dan menggambarkan terjadinya penurunan atau
peningkatan biomassa organisme pada tiap tahap tingkatan trofik dan dapat
dinyatakan dalam berat kering secara menyeluruh dari rantai makanan dan
pengaruh peran masing-masing komponen pada tiap trofik.
3. Piramida energi,

yaitu bentuk piramida yang menggambarkan laju aliran energi pada setiap tingkat
trofik dan laju aliran energi dinyatakan dalam satuan kalori. Piramida ini
menggambarkan terjadinya penurunan energi pada setiap tingkat trofik, di mana
setiap urutan tingkat trofik terjadi kehilangan energi sesuai dengan hukum
Termodinamika II bahwa setiap ada perubahan energi akan menimbulkan
hilangnya energi yang di pakai. Piramida energi menggambarkan peranan masing-
masing komponen dalam ekosistem.

Di bandingkan kedua piramida ekologi yang lain maka piramida energi


dapat digunakan untuk mengetahui peran suatu komunitas pada masing-
masing tingkat trofik dalam ekosistem karena dapat digunakan untuk
mengetahui berapa besar aliran energi yang terdapat pada masing-masing
tingkat trofik.

Rasio antara laju aliran energi pada berbagai tingkat trofik dalam rantai
makanan di sebut sebagai efisiensi ekologi. Piramida energi dapat di gunakan
untuk menghitung efisiensi ekologi tersebut. Akan tetapi, akan lebih baik
bilamana efisiensi energi ini dapat di berikan dalam bentuk diagram aliran energi.

Efisiensi ekologi tingkat trofik yang lebih tinggi pada umumnya juga lebih
tinggi. Hal ini berarti bahwa organisme yang menepati tingkat trofik lebih tinggi
dan lebih efisien dalam menangkap energi. Padahal diketahui bahwa bagi
organisme yang menepati tingkat trofik lebih tinggi maka energi makanan yang
tersedia justru kecil.
13. Siklus Materi ( Biogeokimia)
PENGERTIAN
Daur Biogeokimia merupakan perpindahan unsur-unsur kimia melalui
makhluk hidup dan lingkungan abiotik (tanah dan air). Dalam daur biogeokimia
dikenal dua macam daur, diantaranya daur edafik dan daur atmosferik. Daur
edafik merupakan daur yang unsur kimia pada daur tersebut tidak pernah
membentuk gas di udara. Adapun daur atmosferik adalah daur yang unsur kimia
pada daur tersebut mengalami fase berbentuk gas di udara. Adapun daur
biogeokimia ini berfungsi sebagai siklus materi yang mengembalikan semua
unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada di bumi baik
komponen biotik maupun komponen abiotik, sehingga kelangsungan hidup di
bumi dapat terjaga.
Artinya keseimbangan ekosistem tergantung pada pengulangan yang terjadi
secara berputar pada unsur-unsur kimia tertentu. Ada 5 jenis daur biogeokimia,
antara lain daur air, daur fosfor, daur sulfur, daur nitrogen, dan daur karbon.
1. Daur Air atau Hidrologi
Daur air atau daur hidrologi merupakan pergerakan air dari bumi menuju
atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang terjadi secara terus menerus membentuk
sirkulasi. Daur air ini terjadi dengan sinar matahari yang menguapkan air yang
ada di laut, sungai, dan danau yang disebut evaporasi.
Air tersebut akan menjadi uap air dan naik ke atmosfer menjadi partikel es atau
titik-titik air, hal ini disebabkan karena suhu di atmosfer sangat rendah. Partikel-
partikel air ini akan membentuk awan yang dikenal dengan kondensasi. Saat udara
tidak mampu menahan titik-titik air ini akan jatuh sebagai hujan atau salju yang
disebut presipitasi.
Air yang jatuh ini sebagian akan diserap oleh tumbuhan dan tanah, sebagian
lagi akan menggenang dipermukaan bumi berupa danau atau kolam, selain itu
sebagian itu akan mengalir ke sungai hingga ke lautan.
2. Daur Fosfor
Daur fosfor merupakan pergerakan fosfor dari atmosfer ke bumi dan kembali
lagi ke atmosfer yang terjadi secara terus menerus membentuk sirkulasi. Fosfor
memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan kimia berenergi tinggi, dan fosfor
ini sangat penting dalam transformasi energy pada semua organisme.
Daur fosfor dimulai dari adanya fosfat anorganik yang berada d tanah yang
diserap oleh tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuhan akan memperoleh
fosfor dari tumbuhan yang dimakannya. Disamping itu, tumbuhan atau hewan
yang mati ataupun sisa ekskresi hewan baik urine maupun feses yang ada di tanah
oleh bakteri pengurai akan menguraikan fosfat organik menjadi fosfat anorganik
yang akan dilepaskan ke ekosistem.
3. Daur Sulfur
Daur biogeokimia berikutnya adalah daur sulfur. Ini merupakan pergerakan
sulfur dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer yang terjadi secara terus
menerus membentuk sirkulasi. Dalam tubuh organisme, belerang merupakan
unsur penyusun protein, sedangkan di alam baik belerang atau sulfur terkandung
dalam tanah yang berbentuk mineral tanah dan di atmosfer dalam bentuk gas
sulfur dioksida.
Gas sulfur dioksida yang berada di atmosfer bereaksi dengan oksigen dan air,
akan membentuk asam sulfat yang ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk ion-
ion sulfat dan akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein dalam
tubuhnya. Jadi ketika manusia dan hewan memakan tumbuhan maka akan terjadi
perpindahan unsur belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia.
4. Daur Nitrogen
Daur nitrogen merupakan pergerakan nitrogen dari atmosfer ke bumi dan
kembali lagi ke atmosfer yang terjadi secara terus menerus membentuk sirkulasi.
Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein
dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan
nitrat.
Nitrogen diperlukan tidak dalam bentuk unsur tetapi persenyawaan, salah
satunya atmosfer bumi mengandung 78 persen nitrogen. Daur nitrogen ini terbagi
atas beberapa proses antara lain :
 Fiksasi, proses pengikatan atau pengambilan nitrogen bebas dari udara menjadi
senyawa nitrogen yang dapat dimanfaatkan tumbuhan.
 Amonifikasi, proses pembentukan monium dari nitrogen yang telah di fiksasi
 Nitrifikasi, proses pengubahan ammonium menjadi nitrat oleh aktivitas enzim
nitrogenase yang dimiliki oleh bakteri nitrifikasi
 Asimilasi, proses pemanfaatan nitrat dalam proses fotosintesis di tumbuhan
 Denitrifikasi, proses pelepasan nitrogen kembali ke udara
5. Daur Karbon
Daur karbon ini diawali oleh pemanfaatan CO2 oleh tumbuhan dan dijadikan
senyawa organik yaitu glukosa melalui proses fotosintesis. Selanjutnya, glukosa
disusun menjadi amilum dan diubah menjadi senyawa gula yang lain, lemak,
protein, dan vitamin. Pada proses pernapasan tumbuhan dan hewan dihasilkan
kembali CO2.
Hewan mendapatkan karbon setelah memakan tumbuhan, dan tubuh hewan
maupun tumbuhan yang mati diuraikan menjadi karbon dioksida, air, dan mineral
oleh pengurai. Karbon dioksida yang terbentuk dilepaskan ke atmosfer, pada
ekosistem normal terjadi keseimbangan antara daur karbon dan oksigen.
DAFTAR PUSTAKA

Kartawinata, K. 2013. Diversitas Ekosistem Alami Indonesia. Edisi Pertama. Jakarta:


LIPI Press.
Latuconsina, H. 2019. EKOLOGI PERAIRAN TROPIS: PRINSIP DASAR
PENGELOLAAN SUMBER DAYA HAYATI PERAIRAN. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. 2010. Biologi Jilid 3. Edisi 8. (Terjemahan Oleh
Damaring Tyas Wulandari). Jakarta: Erlangga.
Ulfa, F., Ali, M., dan Abdullah. 2016. Dampak Pengalihan Lahan Mangrove Terhadap
Keanekaragamanbenthos Di Kecamatan Jaya Baru Kota Banda Aceh. Prosiding
Seminar Nasional Biotik.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekataan Praktik. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Djajasudarma, Fatimah. T. 1999. Penalaran Deduktif-Induktif Dalam Wacana Bahasa


Indonesia. Bandung : alqaprint.

Meleong, Lexy. J. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Pustaka Media.

Surahman., M. Rachmat., S. Supardi. 2016. METODOLOGI PENELITIAN. Jakarta :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai