COVER Digabungkan NEDIS

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 147

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GUIDED

DISCOVERY TERHADAP KETERAMPILAN


PROSES SAINS PESERTA DIDIK PADA
MATERI PENGUKURAN DI KELAS X
SMAN 1 TEUPAH BARAT

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

AHMAD NEDIS
NIM. 140204036

Mahasiswa Fakultas Tabiyah Dan Keguruan

Prodi Pendidikan Fisika

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM, BANDA ACEH
2019 M/1440 H
ABSTRAK

Nama : Ahmad Nedis


NIM : 140204036
Fakultas/Prodi : Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Fisika
Judul : Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap
Keterampilan Proses Sains Peserta didik Pada Materi
Pengukuran Di Kelas X SMAN Teupah Barat
Tanggal Sidang : 29 Januari 2019
Tebal Skripsi : 135 Halaman
Pembimbing I : Dr. Eng. Nur Aida, M.Si
Pembimbing II : Sabaruddin, M.Pd
Kata Kunci : Guided Discovery, Pengaruh, Keterampilan Proses Sains dan
Pengukuran

Kurangnya minat peserta didik untuk belajar materi pengukuran dikarenakan


peserta didik lebih dituntut menghafal dari pada memahami materi sehingga
mengakibatkan rendahnya Keterampilan Proses Sains peserta didik. Hal ini
dibuktikan dengan banyak peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM
yaitu 75. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Keterampilan
Proses Sains peserta didik setelah menggunakan model guided discovery pada
materi pengukuran. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimental
dengan bentuk desain non equivalen pretest-posttest control group design. Sampel
penelitian adalah siswa kelas X MIA 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah
siswa 24 orang dan kelas MIA 2 sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 24
orang. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal essai yang dianalisis dengan
SPSS 22.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model
pembelajaran Guided discovery terhadap Keterampilan Proses Sains peserta didik
pada materi pengukuran dengan R Square sebesar 0,051, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran guided discovery
terhadap Keterampilan Proses Sains peserta didik pada materi pengukuran di kelas
X SMAN 1 Teupah Barat pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi

Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia dari masa kebodohan

(jahiliyah) ke masa yang berpola fikir islamiyah dan beriilmu pengetahuan.

Alhamdulillah berkat petunjuk dan hidayah-Nya, penulis telah selesai

menyusun skripsi ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Guided

Discovery Terhadap Keterampilan Proses SainPeserta Didik Pada Materi

Pengukuran di Kelas X SMAN 1 Teupah Barat”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terwujud tanpa bantuan dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang kepada:

1. Bapak Dr. Muslim Razali, S.H., M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan, wakil Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan beserta seluruf staf-

stafnya.

2. Ibu Misbahul Jannah, M.Pd., Ph.D selaku Ketua Prodi Pendidikan Fisika,

sekretaris Prodi Pendidikan Fisika beserta seluruh staf-stafnya.

3. Ibu Dr. Eng. Nur Aida, S.Si., M.Pd. selaku pembimbing I dan Bapak

Sabaruddin, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

vi
4. Ibu Fitriyawany, M.Pd. Selaku Penasehat Akademik (PA)

5. Kepala Sekolah SMAN 1 Teupah Barat dan Bapak Riki Asmulianto, S.Pd

sebagai Guru Fisika serta seluruh dewan guru yang telah membantu

6. Bapak Jufprisal, M.Pd, dan Rusydi, M.Pd selaku validator yang telah

membantu penulis dalam validasi instrumen.

7. Ayahanda dan ibunda tercinta beserta seluruh keluarga yang turut memberikan

semangat dan dukungan kepada penulis dalam menyelasikan skripsi.

8. Kepada semua Leting 2014 yang seperjuangan.

9. Kepada Abang Ahmad Saifil, S.Pd, Arlin, SKM dan Adik Cici Yulianti,

Nofita Silfiana, Ayuniara, Alpin Daya Aboni yang selalu memberi motivasi

untuk menyelesaikan skripsi ini

Sesungguhnya penulis tidak sanggup membalas semua kebaikan dan

dorongan semangat yang telah Bapak dan Ibu serta kawan-kawan berikan.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan ini. Penulis Menyadari masih

banyak kekurangan dalam skripsi ini, maka penulis sangat mengharapkan kritik

dan saran sebagai perbaikan di masa yang akan datang.

Banda Aceh, 31 Desember 2018

Penulis,

Ahmad Nedis

vii
DAFTAR ISI

LEMBARAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN SIDANG
LEMBAR PENGESAHAN KEASLIAN
ABSTRAK ..................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
D. Hipotesis Penelitian ................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ................................................................... 5
F. Definisi Operasional ................................................................ 6

BAB II : LANDASAN TEORITIS


A. Model Pembelajaran Guided Discovery .................................. 8
B. Keterampilan Proses Sains ...................................................... 18
C. Pengukuran .............................................................................. 24

BAB III : METODE PENELITIAN


A. Rancangan Penelitian .............................................................. 38
B. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... 39
C. Instrumen Pengumpulan Data ................................................. 40
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 41
E. Teknik Analisis Data ............................................................... 42

BAB IV : HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian ........................................................................ 46
1. Penyajian data ................................................................... 46
2. Pengolahan data ................................................................. 46
3. Interpretasi data ................................................................ 51
B. Pembahasan/Diskusi Hasil Penelitian ..................................... 53

vii
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 59


LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 62
RIWAYAT HIDUP PENULIS ..................................................................... 135

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Tata cara pengukuran dengan Mistar .................................... 28


Gambar 2.2 : Jangka Sorong dan bagian-bagiannya ................................... 29
Gambar 2.3 : Mikrometer dan bagian-bagiannya ........................................ 31
Gambar 2.4 : Neraca Pegas dan bagian-bagiannya ..................................... 32
Gambar 2.5 : Neraca O’haus ....................................................................... 33
Gambar 2.6 : Neraca Digital ........................................................................ 34
Gambar 4.1 : Rata-rata hasil pre-test dan pos-test pada kelas Kontrol
dan eksperimen ...................................................................... 51
Gambar 4.2 : Perbandingan rata-rata post-test KPS setiap indikator .......... 53

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut


Suprihatiningrum ....................................................................... 13
Tabel 2.2 : Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut Syah 15
Tabel 2.3 : Indikator keterampilan proses sains menurut Indrawati ............ 21
Tabel 2.4 : Indikator keterampilan proses sains menurut Semiawan ........... 22
Tabel 2.5 : Indikator keterampilan proses sains American Association for
the Advancement of Science ....................................................... 23
Tabel 2.6 : Besaran Pokok ............................................................................ 24
Tabel 2.7 : Besaran Turunan ........................................................................ 25
Tabel 3.1 : Rancangan Penelitian Pre-test dan Post-test ............................. 38
Tabel 4.1 : Deskripsi data statistik kelas eksperimen ................................... 46
Tabel 4.2 : Uji Normalitas pre-test kelas eksperimen .................................. 47
Tabel 4.3 : Deskripsi data statistik kelas kontrol .......................................... 48
Tabel 4.4 : Uji Normalitas pre-test kelas control ......................................... 49
Tabel 4.5 : Hasil uji homogenitas data pre-test dan post-test ...................... 50
Tabel 4.6 : Hasil uji hipotesis ....................................................................... 50
Tabel 4.7 : Analisis hasil perbandingan KPS peserta didik kelas
eksperimen dengan kelas kontrol ……………………………... 52

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat keputusan Dekan tentang pembimbing skripsi


mahasiswa dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Ar-Raniry ...................................................................... 62
Lampiran 2 : Surat keterangan izin penelitian dari Dekan Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan ......................................................... 63
Lampiran 3 : Surat Rekomendasi melakukan penelitian dari Dinas
Pendidikan Provinsi .............................................................. 64
Lampiran 4 : Surat keterangan telah melakukan penelitian dari SMAN 1
Teupah Barat ......................................................................... 65
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ........................... 66
Lampiran 6 : Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .................................... 76
Lampiran 7 : Materi .................................................................................... 84
Lampiran 8 : Penilaian ................................................................................ 90
Lampiran 9 : Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains .............................. 95
Lampiran10 : Soal pretest KPS .................................................................... 101
Lampiran 11 : Soal posttest KPS .................................................................. 105
Lampiran 12 : Kunci jawaban pretest dan posttest KPS ............................... 108
Lampiran 13 : Data nilai peserta didik pada kelas eksperimen ..................... 110
Lampiran 14 : Data nilai Peserta didik pada kelas kontrol ........................... 111
Lampiran 15 : Data KPS per Indikator ......................................................... 112
Lampiran 16 : Lembar Validitas Instrumen .................................................. 116
Lampiran 17 : Foto Penelitian ....................................................................... 132

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh

pembelajaran yang berlangsung. Pembelajaran adalah suatu proses yang rumit

karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru tetapi melibatkan berbagai

kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang

baik.1 Kemahiran dalam memilih model pembelajaran menjadi sangat menentukan

dalam mencapai proses pembelajaran yang baik.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan dan sikap. Proses belajar adalah serangkaian aktivitas

yang terjadi pada pusat saraf individu yang belajar.2 Keseluruhan proses belajar

hanya dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda

dengan sebelumnya, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.

Perubahan-perubahan tersebut akan membantu manusia dalam pemecahan

masalah dan penyesuaian diri dengan lingkungannya.

Salah satu upaya untuk menghasilkan perubahan perilaku peserta didik

pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik di bidang sains adalah dengan

pembelajaran Fisika di sekolah. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang

mempelajari permasalahan yang berkaitan dengan fenomena alam dan berbagai


____________
1
Badan Standar Nasional Pendidikan. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah, (Jakarta: BSNP, 2009), h. 177.
2
Amirudin, Perencanaan Pembelajaran. (Yogyakarta:Parama Ilmu,2016), h. 54.

1
2

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena alam dapat ditinjau dari

objek, persoalan, tema dan tempat kejadiannya. 3 Oleh karena itu Fisika juga

memerlukan kegiatan penyelidikan baik melalui observasi maupun eksperimen.

Fisika juga berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara

sistematis sehingga pembelajaran fisika bukan hanya untuk penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja melainkan juga

merupakan suatu proses penemuan, sehingga peserta didik dituntut untuk

memiliki keterampilan proses sains.4 Pelajaran Fisika pada SMA kelas X terdapat

materi tentang Pengukuran. Materi tersebut masih diajarkan secara teoritis saja.

Hal ini menjadikan peserta didik masih belum maksimal dalam proses

pembelajara, maka dari itu perlu kegiatan pembelajaran yang bisa melatih

keterampilan proses sains peserta didik, dan memperbaiki hasil belajar peserta

didik dalam ranah kognitif, salah satu solusi adalah dengan mengunakan model

Guided Discovery terhadap keterampilan proses sains dan sesuai dengan langkah-

langkah yang telah ditentukan.

Model pembelajaran Guided Discovery atau pembelajaran penemuan

terbimbing merupakan model pembelajaran dua arah yang dilakukan secara

terbimbing, dimana guru sebagai fasilitator untuk membimbing peserta didik

____________
3
Novita Yuliani, Pembelajaran Fisika, Jurnal, (Jember: Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Jember, Desember 2012), h. 1.

4
Sri Wulandari, “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model Problem Based
Learning (PBL) untuk Mengoptimalkan Penguasaan Problem Solving Skill Siswa Berbasis Nature
of Physics”, Skripsi, Yogyakarta: FMIPA, 2016, h. 1.
3

mongonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui suatu proses pengamatan dan

penyelidikan secara langsung. 5 Sehingga model ini dianggap sesuai untuk

pembelajaran materi pengukuran karena kesesuaian antara sintaks model

pembelajaran dengan indikator keterampilan proses sains peserta didik.

Sebuah penelitian yang berkenaan dengan Model Guided Discovery

pernah dilakukan oleh Sri Wulandari dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

Keterampilan Proses Sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model

Guided Discovery lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan

pembelajaran konvensional.6 Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh

Laily Rachmia Septiani menunjukkan bahwa hasil keterampilan proses sains

siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Model Guided

Discovery berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa.7 Oleh

karena itu model pembelajaran guided discovery perlu diuji efektivitasnya dalam

meningkatkan Keterampilan Proses Sains peserta didik.

Berdasarkan pengamatan awal dan wawancara dengan guru Fisika SMAN

1 Teupah Barat diketahui bahwa pembelajaran Fisika masih belum terlaksana

dengan optimal. Hal ini disebabkan karena peserta didik masih cenderung pasif
____________
5
Oemar malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem (Jakarta:PT
bumi Aksara, 2011) h. 188.

6
Sri Wulandari, “Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi Getaran Harmonis di Kelas X SMA Negeri 1
Cerme”, Skripsi, Tulungagung : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung, 2014,
h. 2.

7
Laila Rahmi Septiani, “Pengaruh Model Guided Discovery terhadap Keterampilan
Proses Sains dan Hasil Belajar IPA-Fisika Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Jember”, Skripsi,
Jember : FKIP, 2013, h. 2.
4

dan kurang memperhatikan penjelasan guru saat proses pembelajaran berlangsung,

penerapan model pembelajaran yang kurang sesuai mengakibatkan kurangnya

keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

Permasalahan tersebut juga dibuktikan dari data autentik nilai rata-rata

hasil ulangan harian peserta didik kelas X SMAN 1 Teupah Barat dalam

pembelajaran Fisika materi pengukuran masih banyak yang mendapatkan nilai

dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65.8 Melihat data hasil belajar

yang rendah dan belum pernah diterapkannya model pembelajaran Guided

Discovery di SMAN 1 Teupah Barat pada materi pengukuran. Maka penulis

berinisiatif melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Model Pembelajaran

Guided Discovery Terhadap Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada

Materi Pengukuran di Kelas X SMAN 1 Teupah Barat”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu: Bagaimana pengaruh model pembelajaran

Guided Discovery terhadap Keterampilan Proses Sains peserta didik pada materi

pengukuran di kelas X SMAN 1 Teupah Barat?

____________
8
Tanggal 22 September 2017. Wawancara dengan Bapak Riki Asmulianto. Guru SMAN
1 Teupah Barat.
5

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Guided Discovery

terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi pengukuran di kelas

X SMAN 1 Teupah Barat.

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara dalam suatu penelitian yang perlu

dibuktikan kebenarannya. Hipotesis berguna untuk memberi arah dalam

menyimpulkan data yang diperlukan untuk menguji hipotesis yang ditentukan. 9

Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh

model pembelajaran Guided Discovery pada materi pengukuran terhadap

keterampilan proses sains peserta didik kelas X SMAN 1 Teupah Barat.

E. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan dalam bidang pendidikan fisika.

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan bahan untuk

penelitian selanjutnya.

2. Secara praktis

a. Bagi Guru, dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

____________
9
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 69.
6

b. Bagi siswa, dapat mengembangkan keterampilan proses sains dan

menjadi lebih tertarik dalam belajar fisika.

c. Sebagai bahan informasi bagi Dinas Pendidikan dalam rangka

peningkatan mutu pendidikan dan profesional guru pada bidang

studi fisika.

F. Definisi Operasional

1. Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk

mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam


10
merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model

pembelajaran adalah suatu perencanaan ataun suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat

pembelajaran termasuk di dalamnya buku, film, komputer, kurikulum dan

lain-lain.11

2. Model pembelajaran Guided Discovery atau pembelajaran penemuan

terbimbing merupakan model pembelajaran dua arah yang dilakukan

secara terbimbing, dimana guru sebagai fasilitator untuk membimbing

peserta didik mongonstruksi pengetahuan mereka sendiri melalui suatu

proses pengamatan dan penyelidikan secara langsung.12

____________
10
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontesktual dalam Pembelajaran Abad 21,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 33.
11
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010),
h. 22.
12
Oemar Malik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:PT
bumi Aksara,2009) h. 188.
7

3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan ilmiah yang terarah (baik

kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan

atau mengembangkan konsep/prinsip/teori yang telah ada sebelumnya.

Dengan menggunakan atau mengembangkan konsep, keterampilan proses

yang terjadi akan lebih bermakna. keterampilan proses sains adalah suatu

keterampilan yang menitikberatkan pada proses sains meliputi sikap,

proses, produk, dan teknologi yang didalamnya melibatkan mental,

intelektual, dan sosial. Sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam

pembelajran dan akan menimbulkan intaraksi antara proses dengan konsep

yang di temukan.13

4. Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam

bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku

yang diterima sebagai satuan.14

____________
13
Trianto, Model-model Pembelajaran Invatif Berorientasi Kontruktivik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publiser, 2012), h. 144.
14
Halliday,dkk, Fisika Dasar, ( Jakarta: Erlangga, 2010), h. 3.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model Pembelajaran Guided Discovery

1. Pengertian Model Pembelajaran Guided Discovery

Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran melibatkan tujuh komponen

utama pembelajaran efektif yaitu konstruktivisme (construktivis), bertanya

(question), menemukan (inquiri/discovery), masyarakat belajar (learning

comunity), pemodelan (modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang


15
sebenarnya (assesmen). Komponen tersebut merupakan model yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran, dimana seorang peserta didik

mengintegrasikan pengetahuan baru yang dimiliki dengan pengetahuan lama.

Model pembelajaran discovery learning berasal dari faham

konstruktivisme. Teori konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan dengan mengecek informasi baru dengan aturan-aturan

lama dan merevisinya apabila aturan-aturan tersebut tidak lagi sesuai. Teori

konstruktivisme dapat diartikan dengan kata “membangun” dalam artian model

pembelajaran dengan model konstruktivisme ini yaitu siswa berperan secara aktif

dan mandiri untuk memperoleh pengetahuan baru dan memperbaiki pengetahuan

____________
15
Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 168.

8
9

lama yang telah dimilikinya. 16 Pembelajaran discovery learning yaitu

pembelajaran yang menekankan pada siswa aktif dan bermakna meskipun kata

“siswa aktifnya” tidak terlalu ditonjolkan, tetapi prinsipnya tetap dipakai dengan

menggunakan istilah lain seperti “Belajar mencari” atau discovery learning.

Pembelajaran penemuan dibedakan menjadi 2, yaitu pembelajaran

penemuan bebas (free discovery learning) atau sering disebut open ended

discovery dan pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery learning).

Guided Discovery merupakan model pembelajaran yang mengajak para siswa

atau didorong untuk melakukan kegiatan sedemikian sehingga pada akhirnya

siswa menemukan sesuatu yang diharapkan. Pelaksanaan pembelajaran

penemuan terbimbing (Guided Discovery learning) lebih banyak diterapkan,

karena dengan petunjuk guru siswa akan bekerja lebih terarah dalam rangka

mencapai tujuan y ang telah ditetapkan. 17 Bimbingan guru bukanlah semacam

resep yang harus dikuti tetapi hanya merupakan arahan tentang prosedur kerja

yang diperlukans

Penerapan model pembelajaran Guided Discovery ini diharapkan

membantu siswa dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dengan cara

menemukan sendiri pengalaman belajar yang berharga bagi siswa. Siswa

diharapkan mampu mengaitkan pengetahuan serta informasi yang telah dimiliki

dengan informasi dan pengetahuan yang baru yang akan didapatkan dari proses
____________
16
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher,2012), h.13.
17
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009),
h.191-192.
10

pembelajaran dengan model Guided Discovery, sehingga pengalaman belajar

serta pengetahuan yang diperoleh dapat melekat dalam ingatan siswa dan

tentunya dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa melalui

model Guided Discovery tersebut.18

Menurut Akinbobola and Afolabi, seorang guru harus berusaha untuk

menggunakan pendekatan penemuan terbimbing untuk melibatkan siswa dalam

kegiatan pemecahan masalah, belajar mandiri, berpikir kritis dan pemahaman,

dan belajar kreatif. Kegiatan belajar tidak hanya menggunakan kemampuan

menghafal, sehingga konsep dan prinsip yang didapat mudah di ingat lebih lama

oleh siswa.19

Model pembelajaran Guided Discovery (penemuan terbimbing)


merupakan suatu model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas peserta
didik dalam belajar. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator
yang mengarahkan peserta didik untuk menemukan sendiri konsep, definisi, dalil,
prosedur, algoritma dan semacamnya. Pembelajaran dengan model ini dapat
dilaksanakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk
mata pelajaran sesuai dengan karakteristik pembelajaran. Guru membimbing
siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat
menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan
sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan
materi yang sedang dipelajari. Model pembelajaran dengan penemuan

____________

18
Taufik Widhiyantoro, “The Effectiveness Of Guided Discovery Method
Application Toward Creative Thinking Skill At The Tenth Grade Students Of Sma N 1 Teras
Boyolali In The Academic Year 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 4, Nomor 3,
(2012), h.91.
19
Taufik Widhiyantoro, “The Effectiveness Of Guided Discovery Method
Application Toward Creative Thinking Skill At The Tenth Grade Students Of Sma N 1 Teras
Boyolali In The Academic Year 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 4, Nomor 3,
(2012), h.92.
11

terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran ini tidak lagi terpusat
pada guru tetapi pada siswa.20

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran Guided Discovery

merupakan salah satu model pembelajaran efektif yang berasal dari faham

konstruktivisme. Faham konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus

membangun atau memperoleh secara mandiri pengetahuan yang baru. Model

pembelajaran Guided Discovery ini menekankan kepada siswa untuk aktif dalam

pembelajaran karena siswa akan belajar untuk mencari dan menemukan sendiri

pengetahuannya melalui bantuan seorang guru. Model Guided Discovery ini lebih

sering digunakan, karena dengan melalui bantuan dan arahan dari guru siswa

akan lebih terarah dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah di

tentukan.

2. Fungsi /Peran Model Pembelajaran

Model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang dapat

dilakukan siswa dengan bimbingan guru. Sintaks yang satu dengan sintaks yang

lain juga mempunyai perbedaan. Perbedaan-perbedaan ini, diantaranya

pembukaan dan penutupan pembelajaran yang berbeda antara satu dengan yang

lain. Guru dapat menerapkan berbagai keterampilan mengajar, agar dapat

mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam dan lingkungan belajar yang

____________
20
Sri Novita Padungo, Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi Perbandingan di Kelas VII SMP Negeri 1
Pinogaluman, Jurnal Pendidikan, vol.4.no3, (2015), h. 6.
12

menjadi ciri sekolah pada dewasa ini. 21 Model pembelajaran memiliki peran

sebagai berikut:

a. Berdasarkan teori belajar dari para ahli tertentu, sebagai contoh


model penelitian kelompok disusun oleh herbert Thelen dan
berdasarkan teory John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih
partisipasi dalam kelompok secara demokratis.
b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model
berfikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berfikir
induktif.
c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di
kelas.
d. Memiliki komponen-komponen model pembelajaran diantaranya: urutan
langkah-langkah pembelajaran, adanya prinsip-prinsip reaksi, sistem
sosial, dan sistem pendukung.
e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran, yang
meliputi: dampak pembelajaran (hasil belajar yang dapat diukur), dampak
pengiring (hasil belajar jangka panjang).
f. Membuat kesiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman
model pembelajaran yang dipilih.22

Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajar

dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran yang bertujuan untuk

memudahkan seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Pemilihan

model pembelajaran ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan

diajarkan. Model pembelajaran harus sesuai dan tepat dengan tujuan yang akan

dipelajari agar materi dapat disampaikan dengan mudah. Hal ini juga dipengaruhi

oleh tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran tersebut serta tingkat

kemampuan peserta didik.

____________
21
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu ……, h. 53.
22
Rusman, Model-model Pembelajaran ……, .h. 136.
13

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Guided Discovery

Tahap-tahap yang harus dipenuhi dalam penerapan model pembelajaran

disebut dengan sintaks model pembelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki

sintaks yang khas karena setiap model pembelajaran diilhami oleh hakikat,

landasan filosofis, dan prinsip-prinsip yang spesifik. Begitu pula dengan model

pembelajaran Guided Discovery. Walaupun terdapat beragam sintaks model

pembelajaran Guided Discovery, landasan berupa paham konstruktivisme dan

pentingnya bimbingan guru dalam penerapan Guided Discovery tetap menjadi

penekanan dalam setiap sintaks.

Berikut ini adalah paparan beberapa alternatif sintaks model pembelajaran

Guided Discovery menurut para ahli sebagai berikut:

a. Langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery menurut

Suprihatiningrum

Suprihatiningrum mengemukakan bahwa sintaks pembelajaran dengan

model pembelajaran Guided Discovery adalah sebagai berikut:23

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut


Suprihatiningrum
Tahap-Tahap Kegiatan Guru
Menjelaskan Menyampaikan tujuan pembelajaran,
tujuan/mempersiapkan siswa. memotivasi siswa dengan mendorong
siswa untuk terlibat dalam kegiatan.

Orientasi siswa pada masalah. Menjelaskan masalah sederhana yang


berkenaan dengan materi pembelajaran.

____________
23
Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Teori & Aplikasi), (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2012), h. 248.
14

Merumuskan hipotesis. Membimbing siswa merumuskan


hipotesis sesuai dengan permasalahan
yang dikemukakan.
Melakukan kegiatan penemuan. Membimbing siswa melakukan kegitan
penemuan dengan mengarahkan siswa
memperoleh informasi yang diperlukan

Mempresentasikan hasil kegiatan Membimbing siswa dalam menyajikan


penemuan. hasil kegiatan, merumuskan kesimpulan
atau menemukan konsep

Mengevaluasi kegiatan. Mengevaluasi langkah-langkah kegiatan


yang telah dilakukan

b. Langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery menurut Smith

Smith mengemukakan bahwa sintaks pembelajaran dengan model

pembelajaran Guided Discovery adalah sebagai berikut meliputi: “(1) motivation

and problem presentation, (2) selection of learning activities, (3) data

collection, (4) data processing, and (5) closure”. Fase-fase dalam model

pembelajaran Guided Discovery, yaitu (a) motivasi dan pemaparan masalah, (b)

pemilihan aktivitas-aktivitas belajar, (c) pengumpulan data, (d) pengolahan data,

dan (e) penutup.24

c. Langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery menurut Syah

Syah mengemukakan bahwa sintaks pembelajaran dengan model

pembelajaran Guided Discovery adalah sebagai berikut:25

____________
24
Smith, V.P. Inquiry Training Model and Guided Discovery Learning for Fostering
Critical Thinking and Scientific Attitude, ( Kozhikode: Vilavath Publication, 2012), h 34.
25
Ratumanan, T.G. Inovasi Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi Peserta Didik
Secara Optimal, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2015), h 215-216.
15

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Guided Discovery Menurut Syah


Fase Deskripsi
1. Stimulasi/pemberian Hadapkan peserta didik pada kondisi
rangsangan yang menunjukkan adanya masalah, teka-teki,
atau kontradiksi atau pertentangan.
Dorong peserta didik agar tertantang
melakukan eksplorasi.

2. Pernyataan/identifika Berikan kesempatan pada peserta didik


si masalah untuk mengidentifikasi masalah yang relevan
dengan materi pembelajaran.
Fokuskan pada masalah tertentu tertentu yang
akan dikaji, formulasi ulang masalah tersebut
dan rumuskanlah hipotesisnya.

3. Pengumpulan Data Peserta didik mengumpulkan informasi yang


relevan dari berbagai sumber.
Peserta didik melakukan prosedur kerja tertentu
atau melakukan uji coba.
4. Pengolahan data Data yang diperoleh direduksi, diklasifikasikan,
ditabulasi, dan dianalisis.

5. Verifikasi Hasil pengolahan data diperiksa kembali oleh


peserta
6. Generalisasi Mengacu pada hasil verifikasi dilakukan generalisasi.
didik secara cermat.

Langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery yang digunakan

dalam penilitian ini mengacu pada langkah-langkah yang telah ditentukan oleh

Syah, terdiri dari stimulasi, identifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah

data, verifikasi dan generalisasi.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Guided Discovery

a. Kelebihan Model Pembelajaran Guided Discovery

Kelebihan model Guided Discovery yaitu daSpat mengarahkan keaktifan

siswa, dalam pembelajaran yang demikian siswa tidak lagi ditempatkan dalam
16

posisi pasif sebagai penerima bahan ajaran yang diberikan guru, tetapi sebagai

subyek yang aktif melakukan proses berfikir, mencari, mengolah, menguasai

dan menyelesaikan masalah.26

Menurut Artini model pembelajaran Guided Discovery memiliki

kelebihan sebagai berikut:

1) Meningkatkan keterampilan siswa dalam meneliti dan memahami masalah


serta kemampuan menggali informasi dan data-data penting yang
diperlukan.
2) Siswa menemukan konsep dan sesuatu yang baru dalam proses menggali
informasi.
3) Model Guided Discovery (penemuan terbimbing) adalah model yang
sangat tepat untuk digunakan pada siswa SD-SMP karena usia tersebut
merupakan tahapan operasional konkrit dimana siswa membangun konsep
dengan bantuan guru.
4) Siswa lebih terarah dalam melakukan pembelajaran dengan bimbingan
guru, baik dalam penarikan hipotesis, pemecahan masalah, menggali
informasi, dan menarik kesimpulan.
5) Model guided discovery (penemuan terbimbing) memberi kebebasan
ruang berfikir bagi peserta didik dalam memecahkan masalah dan
penarikan kesimpulan dari permaslahan yang sedang dipelajari.
6) Model Guided Discovery (penemuan terbimbing) menekankan pada upaya
guru dalam memberikan pengalaman belajar yang menarik, kreatif dan
inovatif yang menjadi bekal dan modal bagi siswa untuk mendapatkan
pengalaman secara optimal.27

Model Guided Discovery mempunyai beberapa kelebihan, yaitu model

ini dapat mengarahkan siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak

lagi berada pada posisi pasif atau penerima bahan ajar, akan tetapi siswa berperan

aktif dalam menemukan, mencari, mengolah, dan menyimpulkan permasalahan.

Model Guided Discovery juga dapat memberikan pengalaman belajar yang


____________
26
Paul Suparno, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktvistik & Menyenangkan,
(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011), h.72.
27
Artini, Penerapan Metode Guided Discovery Terhadap Kreativitas Dan Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas 6 Soverdi Tuban, Jurnal Pendidikan Biologi, vol.4, no.3, (2012), h.9
17

menarik dan menjadi pengalaman bagi siswa, karena siswa dapat memperoleh

pengetahuan berdasarkan konsep dan hubungannya dengan pengetahuan yang

diperoleh di lingkungan sekolah. Pelajaran ini akan menjadi pengalaman yang

sulit dilupakan siswa.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Guided Discovery

Menurut Paulo Suparno Kelemahan dari model pembelajaran Guided

Discovery adalah sebagai berikut:

1) Harus ada persiapan yang matang mengenai mental untuk cara belajar
siswa. Siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya
mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan hal-hal yang
abstrak.
2) Siswa sulit dalam menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk laporan.
3) Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan
menimbulkan frustasi bagi siswa yang lain.
4) Model ini akan kurang berhasil untuk mengajar dalam kelas besar,
misalnya sebagian besar waktu akan terpakai karena membantu seorang
siswa menemukan teori-teori atau ejaan dari bentuk kata tertentu.
5) Sulit untuk menerapkan dalam pembelajaran apabila fasilitas yang
digunakan untuk mencoba ide-ide tidak ada. Tidak semua pemecahan
masalah menjamin penemuan yang penuh arti, pemecahan masalah dapat
bersifat membosankan, mekanisasi, formalitas dan pasif.28

Kelemahan model pembelajaran Guided Discovery yaitu, seorang guru

harus mempunyai kemampuan yang lebih untuk membimbing dan membantu

siswa dalam melakukan eksperimen, jika tidak maka proses pembelajaran tidak

berjalan dengan baik, karena bagi siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih

akan melakukan manipulasi terhadap hasil temuannya. Guru juga harus

mempunyai persiapan jauh dari sebelum melaksanakan pembelajaran, selain itu

____________
28
Paulo Suparno, Metodologi Pembelajaran Konstruktivisme & Menyenangkan,
(Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2011), h.72
18

guru juga akan mempunyai kendala pada waktu pembelajaran yang terlalu

singkat. Model Guided Discovery ini juga tidak dapat diterapkan untuk kelas

yang besar karena guru akan mengalami kesulitan pada saat mengamati dan

membimbing siswa.

B. Keteramilan Proses Sains

1. Pengertian Keterampilan

Keterampilan proses sains adalah keterampilan ilmiah yang terarah (baik

kognitif maupun psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan atau

mengembangkan konsep atau teori yang telah ada sebelumnya. Dengan

menggunakan atau mengembangkan konsep, keterampilan proses yang terjadi

akan lebih bermakna.29

Menurut Indrawati, keterampilan proses sains merupakan keseluruhan


keterampilan ilmiah yang terarah baik secara kognitif maupun psikomotorik yang
dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep, prinsip, atau teori, untuk
mengembangkan konsep yang telah ada sebelumya, atau untuk melakukan
penyangkalan terhadap terhadap suatu penemuan. Konsep, prinsip, atau teori yang
telah ditemukan atau dikembangkan akan memantapkan pemahaman tentang
keterampilan proses tersebut.30

Keterampilan proses merupakan keterampilan yang diperoleh dari latihan

baik kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar untuk kemajuan

____________
29
Trianto, model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka Publiser, 2011), h. 144.

30
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 144.
19

kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar bila terus dilatih secara

terus menerus akan menjadi suatu keterampilan.31

Keterampilan proses menitikberatkan pada pengembangan keterampilan-

keterampilan perolehan, sehingga sisiwa mampu mengembangkan sendiri fakta

dan konsep yang ditemukan. Pada akhirnya keterampilan proses ini akan menjadi

roda penggerak dalam hal penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta

menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai.32

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses

sains adalah suatu keterampilan yang menitikberatkan pada proses sains meliputi

sikap, proses, produk, dan teknologi yang didalamnya melibatkan mental,

intelektual, dan sosial. Sehingga menjadikan siswa lebih aktif dalam pembelajran

dan akan menimbulkan intaraksi antara proses dengan konsep yang di temukan.

Pada penelitian ini keterampilan proses sains yang digunakan adalah mengacu

kepada pendapat Indarawati.

2. Jenis-jenis Keterampilan Proses Sains dan Karakteristiknya

Beberapa jenis-jenis keterampilan sains diantaranya, menurut Dahar,

keterampilan proses sains adalah keterampilan berpikir yang meliputi mengamati,

menafsirkan, hasil pengamaan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan,

menerapkan konsep, merencanakan penelitian, dan berkomunikasi.33

____________
31
Ahmad Susanto, Teori Belajar...,h. 144.
32
Conny Semiawan, dkk. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan
Siswa dalam Belajar, (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 18.
33
Susiwi, dkk., Analisi keterampilan proses sains Siswa SMA pada model pembelajaran
pratikum D-Ei-Hd, Jurnal pengajaran MIPA, vol. 2, No.14, (2009), h. 4.
20

Sedangkan menurut Trianto, membagi proses sains menjadi dua tingkat


yaitu keterampilan proses dasar (basic science process skill) dan keterampilan
proses terpadu (integrated science process skill). Keterampilan dasar meliputi
observasi, klasifikasi, komunikasi, pengukuran, presdiksi, dan inferensi.
Sementara itu, keterampilan terpadu meliputi menentukan variabel, menyusun
tabel data, Menyusun grafik, memberi hubungan variabel, menyusun tabel data,
menyusun garafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis
penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional,
merencankan penyelidikan dan melakukan eksperimen.34

Keterampilan proses sains menurut Rustaman terdapat sembilan aspek,

yaitu melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interprestasi),

mengelompokkan (klasifikasi), meramalkan (presdiksi), berkomunikasi,

berhipotesis, merencanakan percobaan atau penyelidikan, menerapkan konsep

atau prinsip, dan mengajukan pertanyaan.35

Setiap indikator keterampilan proses sain memiliki karakter masing-

masing. Karakteristik proses sains adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan (Observasi)

b. Menafsirkan (Interpretasi)

c. Mengelompokkan (Klasifikasi)

d. Meramalkan (prediksi)

e. Berkomunikasi

f. Berhipotesis

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan

h. Menerapkan konsep atau prinsip

i. Mengajukan pertanyaan
____________
34
Trianto, model-model Pembelajaran..., h. 144.
35
Rustaman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010), h. 80.
21

3. Indikator Keterampilan Proses Sains

Setiap keterampilan proses memiliki indikator yang dapat digunakan

sebagai rambu-rambu untuk mengukur tingkat kemampuan keterampilan proses

sains peserta didik. Ada tiga indikator keterampilan proses sains berdasarkan

menurut beberapa para ahli sebagai berikut :

a. Indikator keterampilan proses sains menurut Indrawati

Indikator keterampilan proses sains menurut Indrawati sebagai berikut:36

Tabel 2.3 Indikator keterampilan proses sains menurut Indrawati


KPS Indikator
Melakukan Mengendetifikasi ciri-ciri suatu benda dan
pengamatan mencocokkan gambar dengan tulisan/benda
(Observasi)

Menafsirkan Mengendetifikasi fakta-fakta berdasarkan pengamatan


pengamatan dan menafsirkan fakta atau data menjadi suatu alasan
(interpretasi) yang logis

Mengelompokkan Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan


(klasifikasi) ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar
penggolongan

Meramalkan Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum


(prediksi) terjadi berdasarkan suatu kecendrungan atau pola yang
sudah ada

Berkomunikasi Mengutarakan suatu gagasan dan menjelaskan


penggunaan data hasil penginderaan secara akurat
suatu objek atau kejadian

____________
36
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) hal. 168.
22

Berhipotesis Hipotesis merupakan dugaan sementara tentang


pengaruh variable manipulasi terhadap variable respon
dan hipotesis menyatakan penggambaran yang logis dari
suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen

Merencanakan Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau


percobaan/ peubah yang terlibat dalam suatu percobaan,
Penyelidikkan menentukan apa yang diamati, diukur atau ditulis, serta
menentukan cara dan langkah kerja termasuk
keterampilan merencanakan percobaan

Menerapkan Menentukan apa yang dilaksanakan berupa langkah


konsep kerja

b. Indikator keterampilan proses sains menurut Semiawan

Indikator keterampilan proses sains menurut Semiawan sebagai


berikut:37

Tabel 2.4 Indikator keterampilan proses sains menurut Semiawan


KPS Indikator
Mengamati/ Mengendetifikasi ci ri -c i r i s u at u b en da
observasi mencocokkan gambar dengan tulisan atau benda
Mengelompokkan Mengontraskan ciri-ciri
/mengklasikfikasi
Menafsirkan Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan
yang logis
Mengajukan Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang
pertanyaan hipotesis
Berhipotesis Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji
kebenarannya dengan memperoleh bukti yang lebih
banyak
Menerapkan Menentukan apa yang dilaksanakan berupa langkah
konsep kerja

____________
37
Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses. (Jakarta: Grasindo, 2009), h. 54.
23

Menggunakan alat Memakai alat dan bahan, mengetahui alasan


/ bahan kegunaan alat dan bahan dan mengetahui bagaimana
menggunakan alat dan bahan
Berkomunikasi Menyusun dan menyampaikan laporan secara
sistematis dan menjelaskan hasil percobaan atau
penelitian

c. Indikator keterampilan proses sains menurut American Association for


the Advancement of Sciences

Indikator keterampilan proses sains menurut American Association for


theAdvancement of Science sebagai berikut:38

Tabel 2.5 Indikator keterampilan proses sains American Association for the
Advancement of Science
KPS Indikator

Observasi Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera


(pengamatan) yaitu penglihatan, pembau, pengecap, dan pendengar.

Measuring Mengidentifikasi dan member nama sifat-sifat yang


(pengukuran) dapat diamati dari sekolompok objek yang dapat
digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi

Inferensi Mengidenfikasi sebuah pernyataan yang dibuat


(menyimpulakan) berdasarkan fakta hasil pengamatan
Prediksi Mengidenfikasi ramalan tentang kejadian yang dapat
(meramalkan) diamati diwaktu yang akan datang.

Clasifying Mengidenfikasi golongan tentang sebuah kejadian


(menggolongkan)
Communication Menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses
(komunikasi) lainnya baik secara lisan maupun tulisan

Indikator keterampilan proses sains yang digunakan dalam penelitian ini

adalah indikator yang mengacu kepada indikator keterampilan proses sains


____________
38
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). Hal
67.
24

menurut Indrawati yaitu meliputi: keterampilan mengamati, mengelompokkan,

menafsirkan, mengajukan pertanyaan, berhipotesis, menggunakan alat dan

bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi.

C. Pengukuran

1. Pengertian Besaran dan Satuan

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka,

sedangkan satuan adalah ukuran suatu besaran.secara umum, besaran

dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

a). Besaran pokok

Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih

dahulu dan tidak bergantung pada besaran lainnya.

Tabel 2.6 Besaran Pokok


Besaran pokok Satuan Symbol
Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Waktu Sekon S
Suhu Kelvin K
Kuat arus Ampere A
Intensitas cahaya Candela Cd
Jumlah zat Mole Mol

b). Besaran Turunan


25

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari

beberapa besaran pokok.

Tabel 2.7 Besaran Turunan


Besaran turunan Satuan Symbol Satuan asal
Gaya Newton N Kg.m/s2
Tekanan/tegangan Pascal Pa N/m
Kerja/energy/kalor Joule J N.m
Daya Watt W J/s
Muatan listrik Coulumbbb C A.s
Beda tegangan Volt V W/A
Massa Jenis b m-3
Kg P Kg m-3

2. Pengertian Angka Penting

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil pengukuran,

termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan. Angka-angka penting ini

terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai dengan tingkat

ketelitian alat ukur yang digunakan. Semua angka-angka hasil pengukuran adalah

bagian dari angka penting. Namun, tidak semua angka hasil pengukuran

merupakan angka penting. Berikut ini merupakan aturan penulisan nilai dari hasil

pengukuran.

a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki

3 angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.

b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka

penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.

c. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka

bukan nol termasuk angka penting.


26

d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang

terletakdi sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan

angka penting.

Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka penting.

Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × 10-2 dan 8 × 10-3. Dalam

penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang digaris bawahi.

Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang diragukan. Angka yang digaris

bawahi termasuk angka penting, tetapi angka setelah angka yang diragukan

bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka penting dan 501,35 memiliki 4

angka penting.

3. Pengertian pengukuran

Pengukuran adalah suatu teknik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam

bilangan sebagai hasil membandingkannya dengan suatu besaran baku yang

diterima sebagai satuan.39

Peranan pengukuran dalam kehidupan sehari-hari sangat penting. Seorang

tukang jahit pakaian mengukur panjang kain untuk dipotong sesuai dengan pola

pakaian yang akan dibuat dengan menggunakan meteran pita. Penjual daging

menimbang massa daging sesuai kebutuhan pembelinya dengan menggunakan

timbangan duduk.

____________
39
Halliday, dkk, Fisika Dasar, ( Jakarta: Erlangga, 2010), h. 3.
27

Seorang petani tradisional mungkin melakukan pengukuran panjang dan

lebar sawahnya menggunakan satuan bata, dan tentunya alat ukur yang digunakan

adalah sebuah batu bata. Tetapi seorang insinyur sipil mengukur lebar jalan

menggunakan alat meteran kelos untuk mendapatkan satuan meter. Ketika kita

mengukur panjang meja dengan penggaris, misalnya didapat panjang meja 100

cm, maka panjang meja merupakan besaran, 100 merupakan hasil dari

pengukuran sedangkan cm adalah satuannya.

Beberapa aspek pengukuran yang harus diperhatikan yaitu ketepatan

(akurasi), kalibrasi alat, ketelitian (presisi), dan kepekaan (sensitivitas). Dengan

aspek-aspek pengukuran tersebut diharapkan mendapatkan hasil pengukuran yang

akurat dan benar.

4. Macam-macam Alat Ukur

Berikut ini akan kita bahas pengukuran besaran-besaran fisika, meliputi

panjang, massa, dan waktu.

a. Pengukuran Panjang

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur panjang benda haruslah sesuai

dengan ukuran benda. Sebagai contoh, untuk mengukur lebar buku kita

gunakan pengaris, sedangkan untuk mengukur lebar jalan raya lebih mudah

menggunakan meteran kelos.

1) Pengukuran Panjang dengan Mistar

Pada umumnya, mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran,

yaitu skala utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama adalah
28

centimeter (cm) dan satuan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala

terkecil pada mistar memiliki nilai 1 milimeter. Jarak antara skala utama

adalah 1 cm. Di antara skala utamaterdapat 10 bagian skala terkecil sehingga

satu skala terkecil memiliki nilai 1 cm 10-1 = 0,1 cm atau 1 mm. Mistar

memiliki ketelitian atau ketidakpastian pengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05

cm, yakni setengah dari nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut.

Selain skala sentimeter (cm), terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.

Pada saat pembacaannya posisi mata harus melihat tegak lurus terhadap skala

ketika membaca skala mistar. Hal ini untuk menghindari kesalahan

pembacaan hasil pengukuran akibat beda sudut kemiringan dalam melihat

atau disebut dengan kesalahan paralaks. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada

gambar 2.1 dibawah ini.

Posisi salah Posisi benar Posisi salah

Benda

Gambar 2.1 Tata cara pengukuran dengan mistar40

2) Pengukuran Panjang dengan Jangka Sorong

____________
40
Tim Penyusun Modul Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika Dasar, (Padang :
Universitas Andalas .2017), hal 1.
.
29

Salah satu alat ukur ini adalah jangka sorong. Anda dapatmenggunakan alat

ukur ini untuk mengukur diameter dalam, diameter luar, serta kedalaman suatu

benda yang akan diukur. Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang

mempunyai batas ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01

cm. Jangka sorong juga dapat digunakan untuk mengukur diameter cincin dan

diameter bagian dalam sebuah pipa. Bagian-bagian penting jangka sorong

yaitu:

1. rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1 cm

2. rahang geser yang dilengkapi skala nonius. Skala tetap dan nonius

mempunyai selisih 1 mm.

Untuk lebih jelas cara pengukurannya bisa dilihat pada gambar 2.2 berikut ini.

Rahang
Tetap Rahang Tombol
sorong atas Skala utama
atas kunci

Skala nonius
Tangkai
Rahang sorong ukur
Benda bawah kedalaman
Rahang
yang
tetap
diukur
bawah

Gambar 2.2 Jangka sorong dan bagian-bagiannya41

____________
41
Tim Penyusun Modul Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika ……., hal 2.
30

Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu

nilai skala utama dengan jumlah skala nonius jangka sorong. Misalkan sebuah

jangka sorong memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil adalah = 0,05

mm. Maka nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah setengah dari skala

terkecil sehingga jika dituliskan secara matematis, diperoleh ∆x = x 0,05 mm =

0,025 m.

3) Pengukuran Panjang dengan Mikrometer Sekrup

Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm atau 0,001 cm.

Mikrometer sekrup dapat digunakan untuk mengukur benda yang mempunyai

ukuran kecil dan tipis, seperti mengukur ketebalan plat, diameter kawat, dan

onderdil kendaraan yang berukuran kecil.

Bagian-bagian dari mikrometer adalah rahang putar, skala utama, skala

putar, dan silinder bergerigi.Tempat skala nonius yang memiliki 50 bagianskala.

Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui ketikaAnda

memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akandiperoleh

nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu, nilai satu skala noniusadalah mm =

0,01 mm sehingga nilai ketelitian aatau ketidak pastian micrometer sekrup adalah

∆x = x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm. Berikut ini gambar 2.3 alat ukur

mikrometer.42

____________
42
Mediarman, Bernad. Fisika Dasar, ( Yogyakarta : Grahas Ilmu. 2009), hal 3-6.
31

Ruang ukur tetap Ruang ukur gerak Skala putar Gigi putar

Kunci penyetel
Skala tetap

Rangka

Gambar 2.3 Mikrometer dan bagian-bagianya43

b. Pengukuran Massa Benda

Dalam kehidupan sehari-hari, pengertian massa dan berat sering

dipertukarkan. Seorang pedagang sering berkata, “Gula pasir di kantong plastik

itu beratnya 1 kg”. Pernyataan ini tidak benar, sebab 1 kg menunjukkan ukuran

massa bukan ukuran berat. Dalam fisika, massa dan berat memiliki pengertian

yang berbeda. Massa benda adalah ukuran banyaknya zat yang terkandung pada

benda, sedangkan berat benda adalah besarnya gaya gravitasi bumi yang bekerja

pada benda itu. Adapun alat dalam mengukur massa benda diantaranya adalah

neraca pegas, neraca O’hauss, neraca digital, dan lain- lain.

1. Neraca Pegas

Neraca pegas atau dinamometer adalah alat ukur massa dan berat benda.

Neraca ini biasanya banyak digunakan di laboratorium Fisika karena lebih mudah

dalam mengukur masa benda yang ringan. Neraca ini mempunyai dua skala, yaitu

skala N (Newton) untuk mengukur berat benda dan skala g (Gram) untuk

mengukur massa benda. Batas ketelitian atau nilai skala terkecil pada neraca

____________
43
Tim Penyusun Modul Fisika Dasar, Panduan Praktikum Fisika ......., hal 2.
32

pegas berbeda-beda, namun biasanya yang sering digunakan di laboratorium

adalah 0,1 N.

Cara penggunaannya aalah dengan mengatur skala ke angka 0 terlebih

dahulu agar hasil yang didapatkan akurat. Setelah itu tinggal menggantung beban

pada pengait yang ada, tunggu hingga pegas bergetar, selanjutnya tinggal

membaca hasil pengukurannya. Kelebihan menimbang dengan menggunakan

neraca pegas ini adalah dapat mengetahui massa dan berat benda sekaligus (jika

neraca tersebut memiliki dua skala yang telah disebutkan tadi). Untuk lebih jelas

bisa pada gambar 2.4 dibawah ini.

Skala Newton

Penunjuk hasil
Skala gram
pengukuran

Gambar 2.4 neraca pegas dan bagian-bagiannya44

2. Neraca Ohauss
Neraca ohauss adalah alat ukur massa yang memiliki ketelitian 0,1 gram.

Neraca Ohauss tersebut terdiri dari tiga skala. Skala pertama menggunakan
____________
44
Purwondari, Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, (Jember : Universitas Jember .2013),
hal 3.
33

ratusan gram, skala kedua menggunakan puluhan gram, dan skala ketiga

menggunakan satuan gram.

Prinsip kerja neraca ini adalah membandingkan massa benda yang akan

dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca O’haus berada pada neraca

itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser

posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh

atau mendekati poros neraca . Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan

masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam

keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip

kerja tuas. Lihat pada gambar 2.5 berikut untuk lebih jelasnya.

Piringan
wadah beban Titik nol
Beban geser

Tombol
kalibrasi
3 Lengan

Gambar 2.5 Neraca O’hous dan bagian-bagiannya45

3. Neraca Digital

Neraca digital (neraca elektronik)adalah alat ukur massa otomatis yang

lebih praktis dan presisi hasilnya. Cara penggunaannya sangatlah mudah, hanya

dengan meletakkan benda diatasnya, maka akan muncul pada layar hasil dari
____________
45
Purwondari, Petunjuk Praktikum Fisika …….., hal 4.
34

massa benda tersebut. Ketelitian neraca digital ini sampai dengan 0,001 gram.

Dengan tingkat ketelitian yang tinggi, neraca digital ini banyak digunakan di

berbagai laboratorium untuk mengukur massa benda yang sangat kecilpada saat

penelitian. Bahkan pada laboratorium, neraca jenis ini yang disebut neraca analitik

memiliki ketelitian sampai 0,1 mg. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 2.6 berikut

ini.

Gambar 2.6 Neraca digital46

c. Pengukuran waktu

Alat ukur waktu merupakan suatu alat yang dipakai untuk mengukur

waktu. Contoh alat ukur waktu yaitu Jam dan Stopwatch.

1. Jam

Jam merupakan alat ukur waktu yang digunakan oleh berbagai bidang.

Model dari jam ppun beraneka ragam, mulai dari artloji atau jam tangan, jam

dinding, dan jam digital. Untuk zaman sekarang, jam sudah dilengkapi dengan

____________
46
Purwondari, Petunjuk Praktikum Fisika ……, hal 4.
35

tambahan fitur, misalnya kalender, alarm, dan lain-lain. Untuk ketelitian dari alat

ukur jam yaitu 1 detik (second).

2. Stopwatch

Stopwatch merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur lamanya

waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan tertentu, contohnya: berapa lama waktu

yang ditempuh seorang pelari dalam jarak 50 meter.. Adapun skala terkecil yang

digunakan yaitu mulai dari 0,1 detik hingga 0,001 detik dan skala tertinggi bisa

mendapai 1 jam (tergantung kemampuan). 47 Dalam stopwatch, biasanya ada

tombol start, stop dan reset yang berfungsi untuk untuk memulai, menghentikan

dan mengulang pengukuran waktu

5. Ketidakpastian Pengukuran

Berikut ini adalah beberapa jenis ketidakpastian beserta sumbernya yang

bisa kita jumpai.

a. Ketidakpastian Bersisitema.

Kesalahan Kalibrasi Cara memberi nilai skala pada waktu pembuatan alat

tidak tepat sehingga berakibat setiap kali digunakan, suatu ketidakpastian

melekat pada hasil pengukuran.

b. Kesalahan Titik Nol

Titik nol skala alat tidak berimpit dengan titik nol jarum petunjuk.Atau

jarum tidak kembali tepat tepat pada angka nol.

c. Kesalahan Komponen Alat

____________
47
Tim Penyusun Fisika Dasar. Fisika Dasar, (Makassar : Universitas Hasauddin.2010),
hal 2-4.
36

Misalnya dengan pegas-pegas yang telah di pakai beberapa lama dapat agak

melembek hingga dapat mempengaruhi gerak jarum petunjuk.

d. Gesekan

Gesekan selalu antara bagian yang satu dengan yang bergerak terhadap

bagian alat yang lain.

e. Kesalahan paralaks

Yang timbul apabila pada waktu membca skala, pengamat tidak tegak lurus

di atas jarum petunjuk.

f. Keadaan Saat Bekerja

Pemakaian alat dalam keadaan yang berbeda pada waktu alat dikalibrasi

(jadi, pada suhu, tekanan, dan kelembabanudara yang berbeda) akan

menyebabkan terjadinya kesalahan.

1. Ketidakpastian Rambang

a. Gerak Brown Molekul Udara

Gerak ini pada saat-saat yang tidak dapat ditentukan mengalami fluktuasi

dalam arti jumlah molekul yang berkerak ke suatu arah senantiasa secara tiba-

tiba dapat menjadi besar atau kecil. Ini menyebabkan penunjukan jarum alat

yang sangat halus (seperti mikro-galvano-meter) terganggu karena tumbukan

udara.

b. Fluktuasi Pada Tegangan Jarum Listrik

Tegangan PLN atau yang kita peroleh dari aki atau baterai

selalu berfluktuasi, yaitu mengalami perubahan kecil yang tidak teratur


37

(rambang) dan berlalu sangat cepat. Ini jelas mengganggu pengukuran besaran

listrik.

c. Landasan Yang Bergetar

Alat yang sangat peka (seperti halnya seismograf) dapat terganggu oleh

landasan yang bergetar. Seperti kerak bumi selalu berada dalam keadaan

bergetar karena hampasan ombak samudra yang terus menerus dan kesibukan

lau lintas.

d. Bising

Gangguan yang selalu kita dapatkan pada saat elektronik berupa frekuensi

yang cepat pada tegangan dalam alat karena komponen alat bersuhu.

e. Radiasi latar belakang

Radiasi kosmos dari angkasa luar dapat merupakan gangguan

pada pengukuran dengan alat pencacah karena akan terhitung sewaktu kita

mengukur dengan pencacah elektronik.

2. Kesalahan Pengamat

Sekarang adalah zaman teknologi. Banyak peralatan modern yang rumit

operasinya sudah masuk laboraturium. Pemakaiannya secara tepat memerlukan

ketangkasan dan keterampilan tinggi. Banyak harus diatur sebelum alat siap

dipakai dan makin banyak yang harus makin besar kemungkinan orang membuat

kesalahan.48

____________
48
Djonoputro, Darmawan. Teori Ketidakpastian Menggunakan Satuan SI,
(Bandung:ITB. 1984) hal 3-5.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian 49 . Rancangan yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah penelitian model Quasi Experimental Design. Penelitian

model Quasi experimental design digunakan karena pengambilan kelompok tidak

dilakukan secara acak penuh. Penelitian ini menggunakan desain Non Equivalent

Pretest-postest control grup design. Penelitian ini menggunakan sutu kelompok

subjek yang terlebih dahulu diberi tes awal O1, lalu dikenakan perlakuan (X),

kemudian dilakukan tes akhir.50 Desainnya sebagai berikut:

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pre-test dan Post-test


Subjek Pre-test Perlakuan Post-test
Kelas Eksperimen X X X
Kelas Kontrol X - X

Kelas eksperimen adalah kelas yang diterapkan pembelajaran model Guied

Discovery, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang tidak diterapkan model

pembelajaran Guided Discovery. Kedua kelompok tersebut diberi pretest untuk

mengetahui ada atau tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol

dakam keadaan awal. Kedua kelompok bisa dijadikan sebagai subjek penelitian

jika memenuhi syarat, yaitu apabila hasil pretest antara kedua kelompok tidak

____________
49
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003), h. 183
50
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 80
39

berbeda secara signifikansi.51 Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas

dan variabel terikat, yang menjadi variabel bebas dalam penelitian adalah

pembelajaran fisika dengan model Guided Discovery, sedangkan yang menjadi

variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan proses sains peserta didik

pada materi pengukuran.

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Teupah barat yang dimulai dari

tanggal 08 Oktober 2018 sampai dengan 01 November 2018 dengan

menggunakan 2 kelas yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Tujuan

penelitian ini untuk melihat pengaruh model pembelajaran Guided Discovery

terhadap keterampilan proses sains peserta didik melalui tes soal essay yang

berjumlah 16 butir soal.

B. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda,

kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.52 Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah seluruh peserta didik kelas X SMAN 1 Teupah Barat. Sampel

adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki.53 Dalam penelitian ini yang

menjadi sampel adalah siswa kelas X MIA 1 dan X MIA 2 SMAN 1 Teupah

Barat. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Sampel purposif (Purposive Sampling). Purposive Sampling adalah teknik

____________
51
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatifdan R&D, (Bandung: Alfabeta,2011) hal. 116.
52
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan ....., h. 215
53
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan ......, h. 215
40

pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang

hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan

tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang

ditetapkan. 54 Pemilihan sampel berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru

bidang studi fisika di SMAN 1 Teupah Barat dengan memperhatikan keadaan dan

kondisi dari peserta didik yang ada.

C. Intrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. 55 Adapun instrumen yang peneliti

gunakan adalah Tes. Tes adalah cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan

penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian

tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah (yang harus di

kerjakan) oleh siswa sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah

laku atau prestasi.56 Tes yang digunakan adalah berupa soal essay yang mengukur

keterampilan proses sains peserta didik.

____________
54
Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung: ALFABETA,
2011), hal. 80.

55
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2011), Cet. 12, h. 102
56
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi ..…, h. 67.
41

Tes KPS merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui atau

mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.57 Tes

KPS adalah sederetan pertanyaan atau latihan mengenai KPS serta alat lain yang

digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan

atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok.58 Tes KPS yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (Post-test). Pre-test

adalah tes sebelum menggunakan model pembelajaran Guided Discovery, yang

bertujuan untuk mengetahui berapa kemampuan berpikir logis peserta didik

sebelum diberi perlakuan

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui

atau mengukur sesuatu, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.59

Metode tes digunakan untuk mengetahui pencapaian siswa dalam aspek kognitif

dan psikomotorik. Pada aspek kognitif bentuk tes yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes dalam bentuk soal essai.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu tes tertulis. Tes tertulis

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu tes awal (pretest)

dan tes akhir (posttest). sebelum diterapkan perlakuan (pretest) dan sesudah
____________
57
Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013),
h 67.
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, (Yogyakarta:Rineka Cipta, 2010) h. 193
59
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi ….., h. 67.
42

diterapkan perlakuan (posttest). Tes yang diberikan berbentuk tes uraian. Soal-

soal yang digunanakan pada pretest dan posttest merupakan soal yang sama. Hal

ini dimaksud agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap

perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi. Tes ini digunakan untuk

mengukur keterampilan proses sains yang diperoleh siswa setelah diterapkan

model pembelajaran Guided Discovery. Bentuk tes tulis yang digunakan adalah

tipe essai.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data menggunakan rumus uji-t. Namun untuk menggunakan

rumus tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis persyaratan sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas merupakan pengujian bahwa data yang diperoleh

merupakan data dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas ini

dilakukan dengan menggunakan uji one sample kolmogorov-smirnov

dengan bantuan program SPSS versi 22.0. Bentuk hipotesis untuk uji

normalitas adalah sebagai berikut:

H0 : data berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Ha : data tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal

Kriteria pengambilan keputusan hipotesis berdasarkan P-Value

atau significanse (sig) adalah sebagai berikut:

Jika sig < 0,05 maka H0 ditolak atau data tidak berdistribusi normal.
43

Jika sig ≥ 0,05 maka H0 diterima atau data berdistribusi normal.60

Langkah-langkah pengujian normalitas dengan menggunakan

aplikasi SPSS versi 22.0 adalah sebagai berikut:

a. Dari menu utama SPSS, pilih menu Analyze, kemudian klik Descriptives

Stastistisc, lalu pilih Descriptive. Dan tampaklah kotak Descriptives.

b. Pada menu analyze descriptive statistics masukkan data dalam sheet

SPSS dengan format kolom satu untuk pre_eksperimen dan kolom

kedua untuk post_eksperimen.

c. Klik options, pilih Std. deviation, variance, range, minimum,


maximum dan s.e. mean

d. Klik continue

e. Kemudian klik tombol ok.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel

berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji F atau levene satatistic

dengan bantuan program komputer SPSS 22.0. Bentuk hipotesis untuk uji

homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 : kelompok data memiliki varian yang sama (homogen)

____________
60
Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS. (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009). h. 40.
44

Ha : kelompok data tidak memiliki varian yang sama (tidak

homogen)61.

Kriteria untuk menolak atau tidak menolak H0 berdasarkan p-value

atau significance (Sig) adaah sebagai berikut:

Jika Sig < 0,05, maka H0 ditolak atau data tidak homogen

Jika Sig 0,05, maka H0 diterima atau data homogen

3. Uji hipotesis

Uji hipotesis dilakukan melalui uji regresi linier sederhana, dalam hal

ini menggunakan aplikasi SPSS versi 22.0 for windows. Uji regresi linier

sederhana pada penelitian ini yaitu untuk menguji hipotesis yang

telah di rumuskan tentang pengaruh model pembelajran Guided Discovery

terhadap keterampilan proses sains peserta didik.

Berikut langkah-langkah pengolahan menggunakan SPSS:

a. Dari menu utama SPSS klik menu Analyze

b. Klik menu Regression, pilih Linier

c. Pindahkan variabel post-eksperimen dan post-kontrol ke kolom


dependent dan independent.

d. Klik tombol method, kemudian pilih enter.

e. Klik Ok

Sebelum pengujian hipotesis penelitian perlu terlebih dahulu

dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut:


____________
61
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ……, h. 140.
45

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikkan model pembelajaran Guided

Discovery terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada

materi pengukuran di kelas X SMAN 1 Teupah Barat pada kelas

eksperimen di bandingkan kelas kontrol.

Ho: Tidak terdapat pengaruh yang disignifikan model pembelajaran

Guided Discovery terhadap keterampilan proses sains peserta didik

pada materi pengukuran di kelas X SMAN 1 Teupah Barat pada

kelas eksperimen di bandingkan kelas kontrol.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Penyajian Data

a. Data pre-test dan Post-test kelas eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian pada kelas eksperimen diperoleh data

nilai peserta didik yang dapat dilihat pada lampiran 13.

b. Data pre-test dan post-test kelas kontrol

Berdasarkan hasil penelitian pada kelas kontrol diperoleh data nilai

peserta didik yang dapat dilihat pada lampiran 14.

2. Pengolahan Data

a. Pengolahan data pre-test dan post-test kelas eksperimen

Berdasarkan data pre-test dan post-test yang diperoleh dari kelas

eksperimen maka dapat dihitung nilai minimum, maximum, mean, standard

deviasi dan varian, dalam hal ini peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 22.0

dengan hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Deskripsi data statistik kelas eksperimen


Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation Variance

pre-test 24 21 51 37.04 8.966 80.389

post-test 24 71 96 82.29 7.434 55.259

Valid N
24
(listwise)
Sumber: hasil data pengolahan SPSS 2
47

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk essai

sebanyak 16 butir soal, maka kita mendapatkan nilai pre-test kelas eksperimen

memiliki rentang atau sebaran data dengan nilai tertinggi 51 dan nilai terendah 21.

Sedangkan nilai post-test kelas eksperimen memiliki rentang atau sebaran data

dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 71.

b. Uji Normalitas Pre-test kelas eksperimen


Sesuai dengan data Tabel 4.1 maka diperoleh hasil pengujian normalitas

data melalui aplikasi SPSS 22.0 menggunakan metode kolmogorov smirnov

sebagai berikut:

Tabel 4.2 Uji normalitas data pre-test kelas eksperimen


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pre-test Post-test

N 24 24

Normal Parametersa,b Mean 37.04 84.17

Std.
8.966 7.161
Deviation

Most Extreme Absolute .141 .130


Differences
Positive .141 .092

Negative -.129 -.130

Test Statistic .141 .130

Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .200c,d

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan metode kolmogorov

smirnov, dimana pengujian dilakukan pada taraf signifikan 0.05. hasil perhitungan
48

kelas eksperimen didapat harga Kolmogorov Smirnov Z (test statistic) pada pre-

test sebesar 0,141 dan post-test sebesar 0,130 dengan Asymp.Sig (2-tailed) 0,200.

Sehingga 0,200 > 0,05 maka data pre-test dan post-test kelas eksperimen

berdistribusi dengan normal.

c. Pengolahan data Pre-test dan Post-test kelas kontrol

Sesuai data pre-test dan post-test yang diperoleh dari kelas kontrol maka

dapat dihitung nilai minimum, maximum, mean, standard deviasi dan varian,

dalam hal ini peneliti menggunakan aplikasi SPSS versi 22.0 dengan hasil

perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Deskripsi data statistik kelas kontrol


Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation Variance

Pre-eks 24 21 51 35.37 9.361 87.636

Post-eks 24 66 86 73.54 6.413 41.129

Valid N
24
(listwise)
Sumber: Hasil pengelohan data SPSS 22

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tes yang berbentuk essai

sebanyak 16 butir soal, maka nilai pretest kelas kontrol memiliki rentang atau

sebaran data dengan nilai tertinggi 51 dan nilai terendah 21. Sedangkan nilai pre-

test kelas kontrol memiliki rentang atau sebaran data dengan nilai tertinggi 86 dan

nilai terendah 66.


49

d. Uji Normalitas Pre-test kelas kontrol

Sesuai dengan data Tabel 4.3 maka diperoleh hasil pengujian normalitas

data melalui aplikasi SPSS 22.0 menggunakan metode kolmogorov smirnov

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Uji normalitas data pre-test kelas kontrol


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Pre-test Post-test

N 24 24

Normal Parametersa,b Mean 35.38 72.63

Std.
9.361 7.192
Deviation

Most Extreme Absolute .163 .101


Differences
Positive .140 .101

Negative -.163 -.088

Test Statistic .163 .101

Asymp. Sig. (2-tailed) .097c .200c,d


Sumber: Hasil pengelohan data SPSS 22

Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunkan metode kolmogorov

smirnov, dimana pengujian dilakukan pada taraf signifikan 0.05. hasil perhitungan

kelas kontrol didapat harga kolmogorov smirnov Z pada pre-test sebesar 0,163 dan

post-test sebesar 0,101 dengan Asymp.Sig (2-tailed) 0,097 pada pre-test dan 0,200

pada post-test. Sehingga 0,097 > 0,05 dan 0,200 > 0,05 maka data pada kelas

kontrol berdistribusi dengan normal


50

e. Uji Homogenitas Varians

Uji homegenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang

digunakan dari populasi dengan varians yang sama, sehingga hasil penelitian ini

berlaku bagi populasi. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan aplikasi SPSS

versi 22.0 maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 4.5 Uji homegenitas pre-test kelas eksperimen dan kontrol


Test of Homogeneity of Variances

Pre-test

Levene
Statistic df1 df2 Sig.

.072 1 46 .789
Sumber: hasil pengolahan data SPSS 22

Hasil perhitungan uji homegenitas varians dengan levene statistics

menunjukkan nilai sebesar 0,072 dengan signifikan sebesar 0,789. Karena nilai

signifikan yang lebih besar dari taraf signifikan yaitu 0,789>0,05, maka hal ini

menunjukkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang artinya varians dari data

pre-test adalah homegen.

f. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji regresi

sederhana. Berdasarkan hasil pengolahan data pos-test kedua kelas diatas, untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 4.6 hasil uji hipotesis regresi linier sederhana


Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
51

1 .776a .0511 .558 6.388


Sumber: hasil pengolahan data SPSS 22

Berdasarkan hasil output pengelohahan data SPSS di atas diperoleh R

Square sebesar 0,051 yang berarti bahwa terdapat 0,51% pengaruh model

pembelajaran Guided discovery, dengan demikian hipotesis 𝐻a diterima dan 𝐻0

ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model Guided

Discovery terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi

pengukuran kelas X MIA di SMAN 1 Teupah Barat. Berdasarkan data tersebut

dapat dikatakan bahwa penggunaan model Guided Discovery mempunyai

pengaruh terhadap keterampilan proses sains peserta didik dibandingkan dengan

pembelajaran model ceramah atau tidak menggunakan model Guided Discovery.

Hal tersebut dapat di interpretasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

90
79,42
80 71,87
70
Skor rata-rata

60
50
40 36,18 pre test
33,32
30 post test
20
10
0
Kontrol Eksperimen
Kelas

Gambar 4.1 Rata-rata hasil pre-test dan post-test pada kelas kontrol dan
eksperimen.
52

Berdasarkan interpretasi nilai pre-test dan pos-test kelas eksperimen dan

kelas kontrol terdapat pengaruh model pembelajaran Guided Discovery terhadap

keterampilan peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada hasil pre-test dan post-test

secara rinci pada Tabel berikut:

Tabel 4.7 Analisis hasil perbandingan KPS peserta didik kelas Eksperimen
dengan kelas kontrol
No Aspek KPS Persentase Skor Rata-Rata
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Pre-Test Post- Pre-Test Post-Test
Test
1 Mengamati 37,5 81,25 35,41 68,75
2 Mengelompokkan 45,83 85,41 45,83 77,08
3 Menafsirkan 31,25 68,75 41,66 64,58
4 Menerapkan konsep 39,53 81,25 39,58 77,08
5 Mengajukan pertanyaan 41,66 83,33 33,33 81,25
6 Hipotesis 31,25 77,08 35,41 75
7 Menggunakan alat 29,16 87,5 18,75 64,58
8 Komunikasi 33,33 70,83 16,66 66,66
Sumber: Hasil penelitian tahun 2018

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa adanya perbedaan KPS peserta

didik antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada setiap indikator KPS, hal ini

terjadi karena adanya pengaruh dari penggunaan model Guided Discovery

terhadap KPS peserta didik pada kelas eksperimen. Pengaruh tersebut dapat

dilihat dari masing-masing indikator keterampilan proses mengalami perbedaan

persentase nilai pada post-test antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Hal

ini dapat diinterpretasikan dalam grafik berikut.


53

100 83,33
85,41 81,25 87,5
90 81,25
77,08 77,08
81,25 77,08
75
70,83
80 68,75 68,75 64,58 64,58 66,66
70
Persentase skor

60
50
40
30
20
10
0

eksperimen
Indikator Keterampilan proses sains kontrol

Gambar 4.2 Grafik perbandingan skor rata-rata post-test KPS untuk setiap
indikator

Hasil interpretasi grafik diatas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

model pembelajaran guided discovery terhadap keterampilan proses sains peserta

pada masing-masing indikator keterampilan proses sains pada hasil post-test

antara kelas kontrol dengan eksperimen.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan peneliti

menunjukkan bahwa model pembelajaran Guided Discovery berpengaruh

terhadap keterampilan proses sains peserta didik pada materi pengukuran. Hal

tersebut dapat dilihat dari uji hipotesis yang telah dilakukan sebagaimana

diuraikan membuktikan bahwa variabel bebas (model Guided Discovery)

memberikan pengaruh terhadap variabel terikat (keterampilan proses sains).


54

Pengaruh model Guided Discovery dapat dilihat dari perbedaan

peningkatan masing-masing indikator keterampilan proses sains antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Dimana pada kelas eksperimen diberikan

pembelajaran dengan model Guided Discovery sedangkan pada kelas kontrol

diberikan pembelajaran konvensional. Sebagaimana tertera pada Tabel 4.7

menunjukkan pengaruh yang signifikan antara kelas yang dibeikan perlakuan

model Guided Discovery dengan kelas yang tidak diberikan perlakuan model

Guided Discovery.

Pengaruh tersebut dapat dilihat pada indikator mengamati pada kelas

eksperimen dengan pre-test 37,5% dan post-test mencapai 81,25% sedangkan

pada kelas kontrol dengan pre-test 35,41% dan post-test mencapai 68,75%.

Pengaruh pada aspek mengamati ini terjadi karena pada langkah pembelajaran

Guided Discovery terdapat langkah pembelajaran aspek mengamati.

Hasil analisis pada indikator mengelompokkan atau klasifikasi pada kelas

eksperimen dengan pre-test 45,83% dan post-test mencapai 85,41% sedangkan

pada kelas control dengan pre-test 45,83% dan post-test mencapai 77,08%.

Pengaruh pada aspek mengelompokkan/klasifikasi ini terjadi karena pada langkah

pembelajaran Guided Discovery terdapat langkah pembelajaran mengumpulkan

data yang membuat peserta didik mampu mengelompokkan hal-hal yang diamati.

Hasil analisis pada indikator menafsirkan pada kelas eksperimen dengan

pre-test 31,25% dan post-test mencapai 68,75% sedangkan pada kelas control

dengan pre-test 41,66% dan post-test mencapai 64,58%. Pengaruh pada aspek

menafsirkan ini terjadi karena pada langkah pembelajaran Guided Discovery


55

terdapat langkah pembelajaran merumuskan hipotesis yang membuat peserta didik

harus mampu menafsirkan permasalahan atau materi yang diberikan.

Hasil analisis pada indikator menerapkan konsep pada kelas eksperimen

dengan pre-test 39,53% dan post-test mencapai 81,25% sedangkan pada kelas

kontrol dengan pre-test 39,58% dan post-test mencapai 77,08%. Pengaruh pada

aspek menerapkan konsep ini terjadi karena pada langkah pembelajaran Guided

Discovery terdapat langkah pembelajaran menyimpulkan data percobaan.

Hasil analisis pada indikator mengajukan pertanyaan pada kelas

eksperimen dengan pre-test 41,66% dan post-test mencapai 83,33% sedangkan

pada kelas kontrol dengan pre-test 33,33% dan post-test mencapai 81,25%.

Pengaruh pada aspek mengajukan pertanyaan ini terjadi karena pada langkah

pembelajaran Guided Discovery terdapat langkah pembelajaran mengidentifikasi

masaalah yang membuat peserta didik mampu mengajukan pertanyaan dari

permasalahan dan percobaan yang telah dilakukan.

Hasil analisis pada indikator berhipotesis pada kelas eksperimen dengan

pre-test 31,25 % dan post-test mencapai 77,08% sedangkan pada kelas kontrol

dengan pre-test 35,41% dan post-test mencapai 75 %. Pengaruh pada aspek

berhipotesis ini terjadi karena pada langkah pembelajaran Guided Discovery

terdapat langkah pembelajaran berhipotesis.

Hasil analisis pada indikator menggunakan alat pada kelas eksperimen

dengan pre-test 29,16% dan post-test mencapai 87,5% sedangkan pada kelas

kontrol dengan pre-test 18,75% dan post-test mencapai 64,58%. Pengaruh pada

aspek menggunakan alat ini terjadi karena pada langkah pembelajaran Guided
56

Discovery terdapat langkah mengumpulkan data yang mengahruskan peserta didik

dapat menggunakan alat.

Hasil analisis pada indikator berkomunikasi pada kelas eksperimen dengan

pre-test 33,33% dan post-test mencapai 70,83% sedangkan pada kelas kontrol

dengan pre-test 16,66% dan post-test mencapai 66,66%. Pengaruh pada aspek

berkomunikasi ini terjadi karena pada langkah pembelajaran Guided Discovery

terdapat langkah pembelajaran menyimpulkan hasil percobaan.

Berdasarkan indikator yang telah diuraikan diatas, kemudian dilakukan uji

regresi linier sederhana untuk menjawab hipotesis penelitian. Dari hasil uji

statistic didapatkan hasil R Square 0,051 dengan demikian 𝐻a diterima dan 𝐻0

ditolak, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses

sains dapat ditumbuh kembangkan pada diri peserta didik dengan menggunakan

model pembelajaran model Guided Discovery untuk memperoleh keterampilan

proses sains peserta didik yang maksimal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

yang telah dilakukan oleh Sri Wulandari dengan hasil penelitian menunjukkan

bahwa Keterampilan Proses Sains siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan

model Guided Discovery lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

mendapatkan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang serupa juga pernah dilakukan oleh Laily Rachmia Septiani

menunjukkan bahwa hasil keterampilan proses sains siswa kelas eksperimen lebih

baik daripada kelas kontrol. Dengan demikian model Guided Discovery

berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dengan uji statistik

diperoleh R Square 0,051 Sehingga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

sebesar 0,051 %. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan model pembelajaran Guided Discovery terhadap keterampilan proses

sains peserta didik pada materi pengukuran di kelas X SMAN 1 Teupah Barat

pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan kegiatan penelitian maka saran yang dapat diberikan yaitu:

1. Dalam penelitian ini yang menjadi pokok bahasan adalah pengukuran. Maka

diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan materi-materi

lainnya dalam pembelajaran fisika.

2. Penelitian dengan menggunakan model Guided Discovery membutuhkan

waktu yang lebih lama jika melakukan pratikum, dikarenakan peserta didik

harus melakukan percobaan sesuai dengan apa yang ditentukan. Maka dari

itu untuk peneliti selanjutnya yang ingin mengambil model pembelajaran

Guided Discovery agar dapat menyesuaikan waktu dengan efektif dan

efisien.

57
58

3. Model pembelajaran Guided Discovery dapat diterapkan dalam mata

pelajaran fisika untuk membantu dan melatih KPS peserta didik karena

langkah-langkah model pembelajaran Guided Discovery berhubungan

dengan indikator KPS, sehingga sangat disarankan untuk digunakan dalam

pelajaran fisika.
59

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, 2015, Teori Belajar dan Pembelajarandi sekolah dasar, Jakarta:
Prenadamedia Group.

Amirudin, 2016, Perencanaan Pembelajaran, Yogyakarta: Parama Ilmu.

Artini dkk., 2012, Penerapan Metode Guided Discovery Terhadap


Kreativitas Dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 6 Soverdi Tuban,
Jurnal Pendidikan Biologi, vol 4.

Badan Standar Nasional Pendidikan, 2009, Standar Isi untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta: BSNP.

Conny Semiawan, dkk, 1992, Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana


Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, Jakarta: Gramedia.

Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Djonoputro, 1984, Teori Ketidakpastian Menggunakan Satuan SI, Bandung: ITB.

Halliday,dkk, 2010, Fisika Dasar, Jakarta: Erlangga.

Laila Rahmi Septiani, 2013, Pengaruh Model Guided Discovery terhadap


Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar IPA-Fisika Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Jember, Skripsi, Jember: FKIP
M. Hosnan, 2014, Pendekatan Saintifik dan Kontesktual dalam Pembelajaran
Abad 21, Bogor: Ghalia Indonesia.

Mediarman, Bernad. 2009, Fisika Dasar, Yogyakarta : Grahas Ilmu.

Nana Syaodih Sukmadinata, 2009, MetodePenelitian Pendidikan, Bandung:


Remaja Rosda Karya.
Novita Yuliani, 2012, Pembelajaran Fisika, Jember: Program Studi Pendidikan
Fisika FKIP Universitas Jember.
Oemar malik, 2009, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Jakarta: PT bumi Aksara.

Paul Suparno, 2010, Metodologi Pembelajaran Fisika Konstruktvistik &


Menyenangkan, Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
60

Purwondari, 2013, Petunjuk Praktikum Fisika Dasar, Jember: Universitas Jember.

Ratumanan, T.G, 2015, Inovasi Pembelajaran: Mengembangkan Kompetensi


Peserta Didik Secara Optimal, Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Rustaman, 2010, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Semiawan, 2009, Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Grasindo.

Smith, V.P, 2012, Inquiry Training Model and Guided Discovery Learning for
Fostering Critical Thinking and Scientific Attitude, Kozhikode: Vilavath
Publication.

Sri Novita Padungo, 2015, Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan


Terbimbing Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Materi
Perbandingan Di Kelas VII SMP Negeri 1 Pinogaluman, Jurnal
Pendidikan, vol. 4.no 3.

Sri Wulandari, 2016, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Fisika Model


Problem Based Learning (PBL) untuk Mengoptimalkan Penguasaan
Problem Solving Skill Siswa Berbasis Nature of Physics, Skripsi,
Yogyakarta: FMIPA.

Sri Wulandari, 2014, Penerapan Model Pembelajaran Guided Discovery untuk


Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Peserta Didik pada Materi
Getaran Harmonis di Kelas X SMA Negeri 1 Cerme, Skripsi,
Tulungagung: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Tulungagung.

Sudjana, 2012, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito.

Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:


Alfabeta.
Suharsimi Arikunto (1), 2010, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto (2), 2012, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi


Aksara.

Suharsimi Arikunto (3), 2010, Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suprihatiningrum, 2012, Strategi Pembelajaran (Teori & Aplikasi), Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media.
61

Suryosubroto, 2009, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Jakarta: PT. Rineka


Cipta.

Susiwi, dkk., 2009, Analisis keterampilan proses sains Siswa SMA pada model
pembelajaran pratikum D-Ei-Hd, Jurnal pengajaran MIPA, Vol 2.

Stanislaus S. Uyanto, 2009, Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Taufik Widhiyantoro, 2012, “The Effectiveness Of Guided Discovery


Method Application Toward Creative Thinking Skill At The Tenth Grade
Students Of Sma N 1 Teras Boyolali In The Academic Year
2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Volume 4, Nomor 3.

Tim Penyusun Fisika Dasar, 2010, Fisika Dasar, Makassar: Universitas


Hasauddin.
Tim Penyusun Modul Fisika Dasar, 2017, Panduan Praktikum Fisika Dasar,
Padang: Universitas Andalas.
Trianto, 2013, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivisme,
Jakarta:

Trianto, 2010, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta:


Kencana.

Yatim Rianto, 2009, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

Zulfianai, dkk., 2009, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: UIN Jakarta Press.

Zainal Arifin, 2012, Penelitian Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMAN 1 Teupah Barat

Kelas : XI (Sebelas)

Semester : I (Satu)

Program Studi : MIA

Mata pelajaran : Fisika

Materi : Pengukuran

Jumlah Pertemuan : 6 x 45 Menit (2 Pertemuan)

A. Kompetensi Inti :
1. KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung


jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. KI 3: Memahami, menerapkan,dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.

4. KI 4:Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Keterangan
Kompetensi
3.1 Memahami hakikat 3.1.1 Menjelaskan pengertian Pertemuan I
besaran dan satuan
pengukuran dan
3.1.2 Menjelaskan besaran pokok
prinsip- prinsip
dan besaran turunan
pengukuran 3.1.3 Menjelaskan pengertian
angka penting
(ketepatan, ketelitian,
3.1.4 Menentukan angka penting
dan aturan angka
3.1.5 Menjelaskan pengertian
penting) pengukuran
3.1.6 Menyebutkan alat-alat ukur
4.1 Menyajikan hasil
panjang
pengukuran besaran
3.1.7 Menyebutkan fungsi alat-
fisis berikut alat ukur panjang
3.1.8 Menentukan ketelitian alat
ketelitiannya dengan
ukur panjang
menggunakan
4.1.1 Melakukan pengukuran
peralatan dan teknik berulang dengan
mikrometer sekrup
disesuaikan dengan
penulisan angka penting.
(LKPD I)
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Keterangan
Kompetensi
yang tepat serta Pertemuan II
3.1.9 Menyebutkan alat-alat
mengikuti kaidah
ukur massa
angka penting untuk 3.1.10 Menyebutkan fungsi alat-
alat ukur massa
suatu penyelidikan
3.1.11 menentukan ketelitian alat
ilmiah.
ukur massa
4.1.2 Melakukan pengukuran
massa jenis benda yang
tak beraturan (LKPD II)

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
3.1.1 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian besaran dan satuan
3.1.2 Peserta didik mampu menjelaskan besaran pokok dan besaran turunan
3.1.3 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian angka penting
3.1.4 Peserta didik mampu menentukan angka penting
3.1.5 Peserta didik mampu menjelaskan pengertian pengukuran
3.1.6 Peserta didik mampu menyebutkan alat-alat ukur panjang
3.1.7 Peserta didik mampu menyebutkan fungsi alat-alat ukur panjang
3.1.8 Peserta didik mampu menentukan ketelitian alat ukur panjang
3.1.9 Menyebutkan alat-alat ukur massa
3.1.10 Menyebutkan fungsi alat-alat ukur massa
3.1.11 Menentukan ketelitian alat ukur massa
4.1.1 Peserta didik mampu melakukan pengukuran berulang dengan mikrometer
sekrup dan yang disesuaikan dengan penulisan angka penting. (LKPD I)
4.1.2 Peserta didik mampu melakukan pengukuran massa jenis benda yang tak
beraturan (LKPD II)

D. Materi Pembelajaran (Terlampir)

E. Pendekatan, Metode dan Model Pembelajaran


 Pendekatan : Saintifik
 Metode : Diskusi dan Eksperimen
 Model Pembelajaran : Guided Discovery (Penemuan Terbimbing)

F. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan I
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Persiapan Kelas : 15 Menit
 Memberi Salam dan Berdoa
 Menanyakan Kabar Siswa
 Mengabsen Siswa
 Mengkondisikan Keadaan Kelas

Apersepsi :
 Menanyakan kepada bagaimana
mengetahui panjang dari suatu benda?
 Menyampaikan materi yang akan
dipelajari dari apersepsi yang diberikan

Motivasi:
- Mamfaat belajar materi pengukuran dalam
kehidupan sehari-hari

Orientasi (Tujuan dan Kegiatan):


Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Inti Fase 1 : Stimulation (pemberian 65 Menit
rangsangan)
guru memberikan suatu rangsangan
dengan meminta peserta didik untuk
mengukur diameter dalam dari cincin,
tebal buku sidu isi 38 lembar, tebal
kertas dari cover buku fisika phibeta,
kedalaman tutup bolpoin dan tebal
buku paket fisika
Mengamati
1. Mengamati beberapa alat ukur
panjang yang ada di sekitar (mistar
centimeter, jangka sorong,
mikrometer, neraca, stopwatch) dan
menemukan cara bagaimana alat
tersebut bekerja/ digunakan
2. Guru membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok
3. Guru membagikan LKPD I tentang
pengukuran menggunakan jangka
sorong dan mikrometer sekrup untuk
masing-masing kelompok

Fase 2 : Problem statement (Identifikasi


masalah)
Menanya
4. Guru memberikan pertanyaan,
1. Bagaimana cara mengukur benda-
benda tersebut?
2. Apa Alat yang bisa digunakan
untuk mengukur benda-benda
tersebut?
3. Bagaimana cara pengukuran yang
tepat dan teliti?
4. Apa fungsi dari jangka sorong dan
mikrometer?
5. Bagaimana cara menggunakan
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
alat-alat jangka sorong dan
mikrometer?
Fase 3 : Data Collection (pengumpulan
data)
Eksperimen/ Eksplorasi
1. Guru beserta peserta didik
Mendiskusikan cara menggunakan alat
ukur, cara mebaca skala, dan cara
menuliskan hasil pengukuran
2. Peserta didik dipersilahkan untuk
mengambil alat dan bahan yang
dibutuhkan
3. Peserta didik melaksanakan
eksperimen untuk mengukur diameter
dalam dari cincin, tebal buku sidu isi
38 lembar, tebal kertas dari cover
buku fisika phibeta, kedalaman tutup
bolpoin dan tebal buku paket fisika X.

Fase 4 : data Processing (pengolahan data)


Mengasosiasi
Seluruh peserta didik Mengolah data
hasil pengukuran berulang (yang
diperoleh dari hasil pengukuran)
dalam bentuk penyajian data,
membuat grafik, menginterpretasi data
dan grafik, dan menghitung kesalahan,
serta menyimpulkan hasil interpretasi
data.
Fase 5 : Verification (pembuktian)
Mengomunikasikan
1. Membuat laporan tertulis dan
mempresentasikan hasil pengukuran
2. Setelah data dioleh, semua kelompok
menyerahkan hasil pengukuran kepada
guru.
3. Guru meminta perwakilan dari tiap
kelompok untuk mempresentasikan
hasil pengukuran
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Fase 6 : Generalization (menarik
kesimpulan)
Peserta didik menyimpulkan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan dengan dibantu oleh
guru
Penutup Evaluasi : 10 Menit
 Mengevaluasi proses berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan dengan
memberi pertanyaan

Umpan balik dan rangkuman:


 Bersama siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan


memberikan informasi awal tentang materi
pelajaran pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan 2
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Pendahuluan Persiapan Kelas : 15 Menit
 Memberi Salam dan Berdoa
 Menanyakan Kabar Siswa
 Mengabsen Siswa
 Mengkondisikan Keadaan Kelas

Apersepsi :
 Guru menyajukan pertanyaan,bagaimana
kita bisa mengukur volume dan massa
suatu benda yang tidak beraturan ?
 Guru memandu siswa untuk memahami
tentang materi yang akan di ajarkan.

Motivasi:
- Mamfaat belajar materi pengukuran dalam
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
kehidupan sehari-hari

Orientasi (Tujuan dan Kegiatan):


Menyampaikan tujuan dan langkah-langkah
pembelajaran
Inti Fase 1 : Stimulation (pemberian 65 Menit
rangsangan)
Guru memperlihatkan beberapa benda
seperti batu, kelereng dan lain-lain.

Mengamati
1 Guru memperlihatkan alat ukur
kepada peserta didik.
2 Guru menyuruh peserta didik
membuat beberapa pertanyaan dari
yang mereka amati
3 Guru membagi peserta didik dalam
beberapa kelompok
4 Guru membagikan LKPD II tentang
pengukuran menggunakan alat ukur
massa dan volume
Fase 2 : Problem statement (Identifikasi
masalah)
Menanya
Guru memberikan pertanyaan,
1. Bagaimana cara mengukur benda-
benda tersebut?
2. Apa Alat yang bisa digunakan
untuk mengukur benda-benda
tersebut?
3. Bagaimana cara pengukuran yang
tepat dan teliti?
4. Apa fungsi dari masing-masing
alat ukur?
5. Bagaimana cara menggunakan
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
alat-alat ukur tersebut?
Fase 3 : Data Collection (pengumpulan
data)
Eksperimen/ Eksplorasi
1 Guru beserta peserta didik
Mendiskusikan cara menggunakan alat
ukur, cara mebaca skala, dan cara
menuliskan hasil pengukuran
1. Peserta didik dipersilahkan untuk
mengambil alat dan bahan yang
dibutuhkan
2. Peserta didik melaksanakan
eksperimen untuk mengukur volume
dari batu
Fase 4 : data Processing (pengolahan data)
Mengasosiasi
Seluruh peserta didik Mengolah data
hasil pengukuran berulang (yang
diperoleh dari hasil pengukuran)
dalam bentuk penyajian data,
membuat grafik, menginterpretasi data
dan grafik, dan menghitung kesalahan,
serta menyimpulkan hasil interpretasi
data.
Fase 5 : Verification (pembuktian)
Mengomunikasikan
1 Membuat laporan tertulis dan
mempresentasikan hasil pengukuran
2. Setelah data dioleh, semua kelompok
menyerahkan hasil pengukuran kepada
guru.
3. Guru meminta perwakilan dari tiap
kelompok untuk mempresentasikan
hasil pengukuran
Fase 6 : Generalization (menarik
Kesimpulan)
Peserta didik menyimpulkan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan
dengan dibantu oleh guru
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Penutup Evaluasi : 10 Menit
 Mengevaluasi proses berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang sudah dilakukan dengan
memberi pertanyaan
Umpan balik dan rangkuman:
 Bersama siswa menyimpulkan hasil
pembelajaran

Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan


memberikan informasi awal tentang materi
pelajaran pada pertemuan berikutnya.

G. Media, Alat dan Sumber Belajar

 Media : LKS, cetak, dan elektronik.


 Alat dan Bahan : Mikrometer, Jangka Sorong, Neraca, Mistar, gelas
Ukur, Cincin, Buku, dan batu.
 Sumber Belajar : Buku pegangan Fisika SMA jilid I dan Internet

H. Penilaian
 Soal Pretes-posttes Keterampilan Proses Sains (Terlampir)
 Penilaian Sikap (Terlampir)
 Penilaian Keterampilan (Terlampir)
Lampiran 6

Kompetensi Inti:
1. KI 1: Menghayatidan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

2. KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung


jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai),santun, responsif
dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai
cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.

3. KI 3: Memahami, menerapkan,dan menganalisis pengetahuan faktual,


konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasaingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan,dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.

4. KI 4:Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah


abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,serta mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar :
1.1. Bertambah Keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagat raya terhadap kebesaran Tuhan yang
menciptakannya.

2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur;
teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari
sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan ,
melaporkan, dan berdiskusi.
2.2 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam aktivitas sehari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan dan berdiskusi.

3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsip-prinsip pengukuran (ketepatan,


ketelitian, dan aturan angka penting)

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan


peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah

A. Tujuan :
Setelah selesai melaksanakan kegiatan pembelajaran peserta didik dapat:
1. Mendeskripsikan pengukuran dalam fisika.
2. Melakukan pengukuran secara langsung terhadap besaran panjang.
3. Mengolah data yang telah dikumpulkan dari suatu pengukuran.
4. mengkomunikasikan cara untuk mendapatkan hasil pengukuran melalui
presentasi.

B. Rumusan Masalah:
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
C. Hipotesis
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................

D. Alat dan Bahan


Alat:
- Jangka Sorong
- Mikrometer Skrup
Bahan:
- cincin,
- buku sidu isi 38 lembar,
- buku fisika phibeta,
- tutup bolpoin dan
- buku paket fisika X
-
E. Metode Percobaan
1. Rancangan Percobaan

Di sini garis nonius 10


berimpit dengan garis
skala utama
2 3 4

0 0
0.05 mm

Di sini garis
2 nonius 6
15 berimpit
dengan garis
10
pembatas
5
0
50
cm

2. Langkah – langkah percobaan:


Panjang
1. Jangka Sorong
a. baca skala utama yang terletak di sebelah
kiri ( sebelum ) ujung skala nonius, yakni
2,3 cm
b. baca skala nonius yang berimpit dengan
salah satu garis pada skala utama, garis
skala nonius 10 sehingga nilai nonius
adalah 0,010 cm
c. hasil pengukuran diameter adalah ( 2,3 +
0,010 ) cm = 2,310 cm.
d. Penulisan hasil pengukuran panjang balok
kecil di atas harus menyertakan batas
ketelitian jangka sorong, yakni ( 2,310 
0,005 ) cm
2. Mikrometer Skrup
a. baca skala yang terletak di sebelah kiri rahang geser yakni 2,3 cm.
b. Baca skala nonius yang berimpit dengan garis pada skala utama,
garis skala nonius ke- 6, sehingga nilai nonius 0,006 cm
c. Hasil pengukuran diameter adalah ( 2,3 + 0,006 ) mm = 2,306 cm
d. Penulisan hasil pengukuran diameter adalah ( 2,306  0,001 ) cm.

F. Data Percobaan
No Nama Bahan Hasil Pengukuran
Jangka Sorong Mikrometer

G. Analisa Data
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
H. Kesimpulan
..................................................................................................................... ..
........................................................................................................................
........................................................................................................................

Grup :

Nama : 1.

2.

3.

4.

5.
LKPD II
Tujuan :
3.1.9 Menyebutkan alat-alat ukur massa
3.1.10 Menyebutkan fungsi alat-alat ukur massa
3.1.11 Menentukan ketelitian alat ukur massa
4.1.2 Peserta didik mampu melakukan pengukuran massa jenis
benda yang tak beraturan (LKPD II)

Yok
berdisku
si

Amatilah gambar dibawah ini!

Buatlah beberapa pertanyaan dari gambar yang kalian amati di atas !

Rumusan Masalah

Ada dua buah gelas ukur yang terisi air, gelas ukur
pertama terisi air 25 dan gelas ukur kedua juga terisi
air 25, setelah ani memasukkan sebuah batu kedalam
gelas ukur kedua, maka gelas ukur kedua airnya naik
menjadi 30, mengapa air pada gelas ukur kedua naik
menjadi 30 ?
Merumuskan Hipotesis

Sebelum memulai percobaan, jawablah pertanyaan sebagai


berikut !

Menurutmu, benarkah air di gelas kedua naik menjadi 30


karena di pengaruhi oleh volume batu ?

Berikan hipotesismu !

Mengumpulkan Data

Alat dan Bahan Prosedur Percobaan

1. Batu 1. Siapkan benda tak bearturan berupa batu,


gelas ukur dan neraca ohauss
2. Gelas ukur
2. Isilah air kedalam gelas ukur sebanyak 30
3. Neraca ohauss ml
3. Masukkan batu kedalam gelas ukur.
Bersamaan dengan itu, amati airnya
4. Ukur volume batu
5 Ulangi langkah nomor 3 dan 4 sampai 3
kali
6. Ukurlah massa batu dengan neraca ohauss
7 Hitung massa jenis batu
8. Catat hasil pengamatan kedalam tabel
Tabel Pengamatan

No Benda Massa (g) V (cm3) Massa jenis ρ = m/v


1 Batu
2 Batu
3 Batu

pembuktian

Berdasarkan data yang didapatkan :

Merumuskan Kesimpulan

Berdasarkan pada kegiatan yang telah dilakukan. Coba berikan


kesimpulan dari percobaan tersebut.
Lampiran 7
MATERI

1. Pengertian Besaran dan Satuan

Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka,

sedangkan satuan adalah ukuran suatu besaran.secara umum, besaran

dikelompokkan menjadi dua, yaitu besaran pokok dan besaran turunan.

a). Besaran pokok

Besaran pokok a

dalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebihdahulu dan tidak

bergantung pada besaran lainnya.

Tabel Besaran Pokok


Besaran pokok Satuan Symbol
Panjang Meter M
Massa Kilogram Kg
Waktu Sekon S
Suhu Kelvin K
Kuat arus Ampere A
Intensitas cahaya Candela Cd
Jumlah zat Mole Mol

b). Besaran Turunan

Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari beberapa besaran pokok.

Tabel Besaran turunan


Besaran turunan Satuan Symbol Satuan asal
Gaya Newton N Kg.m/s2
Tekanan/tegangan Pascal Pa N/m
Kerja/energy/kalor Joule J N.m
Daya Watt W J/s
Muatan listrik Coulumbbb C A.s
Beda tegangan Volt V W/A
Massa Jenis b m-3
Kg P Kg m-3
2. Pengertian Angka Penting

Angka penting adalah semua angka yang diperoleh dari hasil

pengukuran,termasuk angka terakhir yang ditaksir atau diragukan.Angka-angka

penting ini terdiri atas angka-angka pasti dan satu angka taksiran yang sesuai

dengan tingkat ketelitian alat ukur yang digunakan.Semua angka-angka hasil

pengukuran adalah bagian dari angka penting.Namun, tidak semua angka hasil

pengukuran merupakan angka penting.Berikut ini merupakan aturan penulisan

nilai dari hasil pengukuran.

a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki3

angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.

b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angkapenting.

Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.

c. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka

bukannol termasuk angka penting.

d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang

terletakdi sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan angka

penting.

Jadi, 0,63 memiliki 2 angka penting dan 0,008 memiliki 1 angka


10-2
penting.Hal ini akan lebih mudah terlihat jika ditulis 63 × dan 8 × 10-3.Dalam

penulisan hasil pengukuran, ada kalanya terdapat angka yang digaris

bawahi.Tanda garis bawah ini menunjukkan nilai yang diragukan.Angka yang

digaris bawahi termasuk angka penting, tetapi angka setelah angka yang
diragukan bukan angka penting. Jadi, 3541 memiliki 3 angka penting dan 501,35

memiliki 4 angka penting.

3. Pengertian pengukuran

Mengukur adalah Membandingkan suatu besaran dengan besaran lainyang

telah ditetapkan sebagai standar pengukuran disebut mengukur.Alat-alat dalam

proses pengukuran disebut alat ukur.

Selain faktor alat ukur, untuk mendapatkan data hasil pengukuran yangakurat

perlu juga dipertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi proses

pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses pengukuran, kondisi lingkungan,

dan orang yang melakukan pengukuran.

4. Alat-alat Ukur

a. Mistar Ukur

Mistar sebagai alat ukur panjang memiliki dua skala ukuran, yaitu skala

utama dan skala terkecil. Satuan untuk skala utama adalah sentimeter (cm) dan

satuan untuk skala terkecil adalah milimeter (mm). Skala terkecil pada mistar

memiliki nilai 1 milimeter, seperti yang terlihat pada gambar 1.1. Jarak antara

skala utama adalah 1 cm. Di antara skala utama terdapat 10 bagian skala terkecil

sehingga satu skala terkecil memiliki nilai 1 cm 10= 0,1 cm atau 1 mm. Mistar

memiliki ketelitian atau ketidakpastianpengukuran sebesar 0,5 mm atau 0,05 cm,


yakni setengah dari nilai skala terkecil yang dimiliki oleh mistar tersebut. Selain

skala sentimeter (cm), terdapat juga skala lainnya pada mistar ukur.

Gambar Mistar

b. Jangka Sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skalautama,

skala nonius, rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengaturgaris tengah luar,

dan pengukur kedalaman.Rahang pengatur garis tengahdalam dapat

digunakan untuk mengukur diameter bagian dalam sebuah benda.Adapun rahang

pengatur garis tengah bagian luar dapat digunakan untuk mengukur diameter bagian

luar sebuah benda.

Gambar Jangka sorong

Nilai skala terkecil pada jangka sorong, yakni perbandingan antara satu

nilai skala utama dengan jumlah skala nonius. Skala nonius jangka sorong pada
(Gambar 1.2) memiliki jumlah skala 20 maka skala terkecil dari jangka sorong

tersebut adalah 1 mm 20 = 0,05 mm. Nilai ketidakpastian jangka sorong ini adalah

setengah dari skala terkecil sehingga jika dituliskan secara matematis, diperoleh

∆X = ½ x 0,05 mm = 0,025 mm

c. Mikrometer Ulir (Sekrup)

Mikrometer ulir (sekrup) terbagi ke dalam beberapa bagian, di antaranya

landasan, poros, selubung dalam, selubung luar, roda bergerigi, kunci poros, dan

bingkai (Gambar 1.3) Skala utama dannonius terdapat dalam selubung bagian dalam

dan selubung bagian luar.

Gambar Mikrometer sekrup

Selubung bagian luar adalah tempat skala nonius yang memiliki 50

bagianskala. Satu skala nonius memiliki nilai 0,01 mm. Hal ini dapat diketahui

ketika memutar selubung bagian luar sebanyak satu kali putaran penuh, akan

diperoleh nilai 0,5 mm skala utama. Oleh karena itu, nilai satu skala nonius adalah
0,5/50 mm = 0,01 mm sehingga nilai ketelitian atau ketidakpastian mikrometer

ulir (sekrup) adalah ∆X = ½ x 0,01 mm = 0,005 mm atau 0,0005 cm.

d. Neraca

Terdapat banyak macam alat ukur massa, misalnya neraca ohaus, neraca

pegas, dan timbangan. Setiap alat ukur massa memiliki cara pengukuran yang

berbeda

Gambar Neraca
Lampiran 8
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN/ PSIKOMOTOR

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas/Semester : X/1

Tahun Pelajaran : 2018/ 2019

Waktu Pengamatan : Pada Saat melaksanakan kegiatan praktikum

1. Aspek yang dinilai:


Dikerjakan skor
No Aspek yang Dinilai
Tidak 2 1
Ya 3
1. a. Membaca hasil pengukuran
b. Menuliskan hasil pengukuran
c. Mengolah data hasil pengukuran
d. Mengkomunikasikan hasil
pengukuran di depan peserta
didik lain

2. Rubrik penilaian ketrampilan (Psikomotor)

Rubrik
Aspek yang
No
Dinilai 3 2 1

1. Membaca hasil Membaca hasil Membaca hasil Membaca hasil


pengukuran pengukuran pengukuran pengukuran
dengan arah mata dengan arah mata dengan arah
dan hasilnya dan hasilnya mata dan
secara tegak secara tegak hasilnya secara
lurus, dan tepat lurus, dan tetapi tegak lurus, dan
selisih 3-4 mm selisih di atas 4
mm
2. Menuliskan hasil Menuliskan Muluiskan Tidak bisa
pengukuran lengkap beserta lengkap dengan menuliskan
taraf ketelitian ketelitian, namun hasil
Rubrik
Aspek yang
No
Dinilai 3 2 1

ketelitiannya pengukuran
kurang tepat
3. Mengolah data Siswa dapat Siswa dapat
Siswa dapat
hasil pengukuran mengisi analisa mengisi analisa
mengisi
data dengan data dengan
analisa data
menunjukkan menunjukkan
dengan
cara cara menunjukkan
mendapatkan mendapatkan
cara
taraf ketelitian, taraf ketelitian,
mendapatkan
menentukan menentukan
taraf ketelitian,
hasil hasil menentukan
pengukuran pengukuran
hasil
yang sesuai dan yang sesuai dan
pengukuran
tanpa tanya dengan tanya
yang sesuai
lebih dahulu lebih dahulu
dan terlalu
kepada guru. kepada guru.
banyak tanya
lebih dahulu
kepada guru.
4. Mengkomunikasik Mengkomunikas Mengkomunikas Mengkomunik
an hasil ikan dengan ikan dengan asikan dengan
pengukuran di benar, tepat, benar, tepat, benar, kurang
depan peserta meyakinkan dan meyakinkan dan tepat,
didik lain percaya diri tidak percaya meyakinkan
diri dan tidak
percaya diri

3. Lembar Pengamatan psikomotor


Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
N Nama Peserta membaca menuliskan Mengolah data mengkomunik
o didik asikan
3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1
1
2

4. Skor Pengamatan

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝒔𝒌𝒐𝒓 = × 𝟏𝟎𝟎
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎
PENILAIAN SIKAP (AFEKTIF)

Mata Pelajaran : Fisika

Kelas / Semester :X/1

Tahun Pelajaran : 2018 /2019

Waktu Pengamatan : Pada saat proses pembelajaran

1. Aspek yang dinilai:


Dikerjakan skor
No Aspek yang Dinilai
Tidak 2 1
Ya 3
1. Sikap :
a. Terlibat aktif dalam
pembelajaran pengukuran.
b. Bekerjasama dalam
kegiatan kelompok.
c. Toleran terhadap proses
dan penyelesaian
pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.

2. Rubrik penilaian sikap (Afektif)

Rubrik
Aspek yang
No
Dinilai 3 2 1

1. a. Terlibat aktif siswa sangat siswa sangat siswa tidak


dalam akttif, sering akttif, sering banyak bertanya
pembelajaran bertanya dengan bertanya dalam proses
pengukuran. sungguh-sungguh dengan pembelajaran,
dan sungguh- tidak membantu
pertanyaannya sungguh dan siswa lain untuk
sesuai dengan pertanyaannya mengambil data
pelajaran kurang sesuai
dengan
pelajaran
Rubrik
Aspek yang
No
Dinilai 3 2 1

b. Bekerjasama Terlibat penuh Kurang Tidak Terlibat


dalam dalam pembagian Terlibat penuh penuh dalam
kegiatan tugas, dalam pembagian
kelompok. melaksanakan pembagian tugas,
tugas sbagai tugas, melaksanakan
anggota melaksanakan tugas sbagai
kelompok yang tugas sbagai anggota
baik anggota kelompok yang
kelompok baik
yang baik
c. Toleran Sangat toleransi, kurang Tidak toleransi,
terhadap membantu toleransi, membantu
proses dan penyelesaian membantu penyelesaian
penyelesaian masalah dalam penyelesaian masalah dalam
pemecahan kegiatan masalah dalam kegiatan
masalah yang pembelajaran kegiatan pembelajaran
berbeda dan pembelajaran
kreatif.

3. Lembar Pengamatan Afektif


Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.
Sikap
N
Nama Peserta didik Aktif Bekerjasama Toleran
o
3 2 1 3 2 1 3 2 1
1
2

4. Skor Pengamatan

𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉


𝒔𝒌𝒐𝒓 = × 𝟏𝟎𝟎
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒖𝒎
Lampiran 9
KISI-KISI TES KETERAMPILAN PROSES SAINS

Bidang Studi : Fisika


Materi Pokok : Pengukuran
Jumlah Soal : 16
Standar Kompetensi : 3.1 Memahami hakikat Fisika dan prinsip- prinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian, dan aturan

angka penting)

4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis berikut ketelitiannya dengan menggunakan peralatan dan teknik yang
tepat serta mengikuti kaidah angka penting untuk suatu penyelidikan ilmiah

Indikator Nomor Ranah Skor


Indikator Soal Soal dan Jawaban
KPS Soal Kognitif Maksimal
Menyebutkan Observasi 1 C3 Amatilah gambar jangka sorong di bawah ini, 7
alat-alat ukur
panjang kemudian tuliskan bagian- bagian dan fungsi jangka
sorong tersebut pada tabel di bawah ini!

1
6

3 4 5
2
Jawaban :
No Nama Bagian Fungsi
Alat
1
2
3
4
5
6
2 C3 Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka 7
sorong ditunjukkan seperti pada gambar berikut
Berapa hasil dari pengukuran pada gambar diatas....

Menyebutkan Klasifikasi 3 C3 Setelah mengetahui fungsi masing-masing alat ukur 7


panjang yang telah anda ketahui, bandingkanlah
fungsi alat-alat
hasil pengukuran di bawah ini
ukur
Benda Nilai Alat Ukur
Ketebalan buku tulis 0,5 cm Mistar
Ketebalan buku tulis 0,4 cm Jangka
Sorong
Ketebalan buku tulis 0,442 cm Mikrometer
sekrup

Dari data pada tabel di atas alat ukur manakah yang


memiliki ketelitian lebih
tinggi? Mengapa?
Jawaban :

4 C2 Jelaskan perbedaan fungsi alat ukur jangka sorong 7


dan mikrometer sekrup?
Menyebutkan Menafsirkan / 5 C3 Setelah mengetahui fungsi, ketelitian dan cara 7
Interpretasi
ketelitian alat mengukur dengan beberapa alat ukur panjang
ukur dan aturan melalui pembelajaran, mengapa seorang penjahit
penulisan angka lebih sering menggunakan meteran daripada jangka
penting sorong ataupun mikrometer sekrup dalam bekerja?

6 C2 Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu bidang 7


persegi panjang masing- masing 12,73 cm dan 6,5
cm. Menurut aturan penulisan angka penting, luas
bidang tersebut adalah

Menjelaskan Menerapkan 7 C1 Sesuatu yang dapat di ukur dan dinyatakan dengan 5


angka disebut…
pengertian konsep
besaran dan
satuan
8 C3 Setelah mengelompokkan fungsi objek pengukuran 7
dengan alat ukurnya, jelaskanlah prosedur
mengukur masing-masing alat ukur di bawah ini:
1. Kedalaman gelas
2. Diameter kelereng
3. Panjang meja

Menjelaskan Mengajukan 9 C1 Dalam SI, satuan massa yaitu 5


pengertian
besaran dan pertanyaan
satuan
10 C3 Berdasarkan penjelasan fungsi dan bagian-bagian 7
alat ukur dari yang telah dipelajari, pasangkanlah
objek pengukuran di bawah ini dengan alat ukur
yang tepat
Objek Alat ukur
Panjang meja
Kedalaman gelas

Diameter Kelereng
Menentukan berhipotesis 11 C2 Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil 5
angka penting pengukuran 0,07060 m. Banyaknya angka penting
hasil pengukuran tersebut adalah...
dan fungsi alat
ukur
12 C2 Pak Satria ingin mengetahui massa balok alumunium 5
yang ada di laboratorium. Untuk menimbangnya, Pak
Satria harus menggunakan ................

Menyebutkan Menggunaka 13 C1 Untuk mengukur ketebalan suatu bahan seperti kertas 5


n HVS, agar teliti harus digunakan alat, yaitu
fungsi dan alat / bahan
ketelitian alat
ukur
14 C2 Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan 5
diameter dalam 1,6 mm dan diameter luar 2,1 mm.
Alat apakah yang tepat untuk mengukur diameter
dalam pipa tersebut?

Menyebutkan Berkomunika 15 C3 Sebutkan aturan-aturan angka penting ............... 7


aturan angka si
penting dan
besaran
16 C2 Parol ingin mengukur panjang sebuah kayu, setelah 7
diukur dengan meteran maka diketahui hasil
pengukuran panjang kayu adalah 10 meter.
Berdasarkan pernyataan tersebut yang dinamakan
besaran yaitu…
Lampiran 10
SOAL PRE-TEST

Petunjuk Umum :

1. Bacalah soal dengan teliti

2. Jawablah soal pada lembaran jawaban yang sudah disediakan dengan

lengkap

3. Gunakan waktu yang telah disediakan dengan efektif dan efesien

1. Sesuatu yang dapat di ukur dan dinyatakan dengan angka disebut?

2. Amatilah gambar jangka sorong di bawah ini, kemudian tuliskan bagian-

bagian dan fungsi jangka sorong tersebut pada tabel lembar jawaban yang

sudah disediakan?

1 6

2 3 4 5

3. Jelaskan perbedaan fungsi alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup?

4. Setelah mengelompokkan fungsi objek pengukuran dengan alat ukurnya,

jelaskanlah prosedur untuk mengukur masing-masing benda di bawah ini:

a) Kedalaman gelas

b) Diameter kelereng

c) Panjang meja
5. Setelah mengetahui fungsi masing-masing alat ukur panjang yang telah anda

ketahui, bandingkanlah hasil pengukuran di bawah ini

Benda Nilai Alat Ukur

Ketebalan buku tulis 0,5 cm Mistar

Ketebalan buku tulis 0,4 cm Jangka Sorong

Ketebalan buku tulis 0,442 Mikrometer

cm sekrup

Dari data pada tabel di atas alat ukur manakah yang memiliki ketelitian lebih

tinggi? Mengapa?

6. Setelah mengetahui fungsi, ketelitian dan cara mengukur dengan beberapa

alat ukur panjang melalui pembelajaran, mengapa seorang penjahit lebih

sering menggunakan meteran daripada jangka sorong ataupun mikrometer

sekrup dalam bekerja?

7. Berdasarkan penjelasan fungsi dan bagian-bagian alat ukur dari yang telah

diketahui, pasangkanlah objek pengukuran di bawah ini dengan alat ukur

yang tepat?

Objek Alat ukur

Panjang meja

Kedalaman gelas

Diameter Kelereng

8. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka sorong ditunjukkan seperti

pada gambar berikut


Berapakah hasil dari pengukuran pada gambar diatas?

9. Untuk mengukur ketebalan suatu bahan seperti kertas HVS, agar lebih teliti

alat ukur apakah yang harus digunakan?

10. Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan diameter dalam 1,6 mm dan

diameter luar 2,1 mm. Alat apakah yang tepat untuk mengukur diameter

dalam pipa tersebut?

11. Pak Satria ingin mengetahui massa balok alumunium yang ada di

laboratorium. Untuk menimbangnya, alat ukur apakah yang tepat untuk

menimbang massa balok tersebut?

12. Parol ingin mengukur panjang sebuah kayu, setelah diukur dengan meteran

maka diketahui hasil pengukuran panjang kayu adalah 10 meter. Berdasarkan

pernyataan tersebut, apa yang dimaksud dengan besaran?

13. Dalam SI, apakah satuan dari massa?

14. Sebutkan 5 aturan-aturan angka penting?

15. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,07060 m.

Berapakah angka penting dari hasil pengukuran tersebut?

16. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu bidang persegi panjang masing-

masing 12,73 cm dan 6,5 cm. Menurut aturan penulisan angka penting,

berapakah luas bidang tersebut?


Lampiran 11
SOAL POST-TEST

Petunjuk Umum :

1. Bacalah soal dengan teliti

2. Jawablah soal pada lembaran jawaban yang sudah disediakan dengan

lengkap

3. Gunakan waktu yang telah disediakan dengan efektif dan efesien

1. Sesuatu yang dapat di ukur dan dinyatakan dengan angka disebut?

2. Amatilah gambar jangka sorong di bawah ini, kemudian tuliskan bagian-

bagian dan fungsi jangka sorong tersebut pada tabel lembar jawaban yang

sudah disediakan?

1
6

2 3 4 5

3. Jelaskan perbedaan fungsi alat ukur jangka sorong dan mikrometer sekrup?

4. Setelah mengelompokkan fungsi objek pengukuran dengan alat ukurnya,

jelaskanlah prosedur untuk mengukur masing-masing benda di bawah ini:

a. Kedalaman gelas

b. Diameter kelereng

c. Panjang meja

5. Setelah mengetahui fungsi masing-masing alat ukur panjang yang telah anda

ketahui, bandingkanlah hasil pengukuran di bawah ini


Benda Nilai Alat Ukur

Ketebalan buku tulis 0,5 cm Mistar

Ketebalan buku tulis 0,4 cm Jangka Sorong

Ketebalan buku tulis 0,442 Mikrometer

cm sekrup

Dari data pada tabel di atas alat ukur manakah yang memiliki ketelitian lebih

tinggi? Mengapa?

6. Setelah mengetahui fungsi, ketelitian dan cara mengukur dengan beberapa

alat ukur panjang melalui pembelajaran, mengapa seorang penjahit lebih

sering menggunakan meteran daripada jangka sorong ataupun mikrometer

sekrup dalam bekerja?

7. Berdasarkan penjelasan fungsi dan bagian-bagian alat ukur dari yang telah

diketahui, pasangkanlah objek pengukuran di bawah ini dengan alat ukur

yang tepat?

Objek Alat ukur

Panjang meja

Kedalaman gelas

Diameter Kelereng

8. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka sorong ditunjukkan seperti

pada gambar berikut


Berapakah hasil dari pengukuran pada gambar diatas?

9. Untuk mengukur ketebalan suatu bahan seperti kertas HVS, agar lebih teliti

alat ukur apakah yang harus digunakan?

10. Sebuah pipa berbentuk silinder berongga dengan diameter dalam 1,6 mm dan

diameter luar 2,1 mm. Alat apakah yang tepat untuk mengukur diameter

dalam pipa tersebut?

11. Pak Satria ingin mengetahui massa balok alumunium yang ada di

laboratorium. Untuk menimbangnya, alat ukur apakah yang tepat untuk

menimbang massa balok tersebut?

12. Parol ingin mengukur panjang sebuah kayu, setelah diukur dengan meteran

maka diketahui hasil pengukuran panjang kayu adalah 10 meter. Berdasarkan

pernyataan tersebut, apa yang dimaksud dengan besaran?

13. Dalam SI, apakah satuan dari massa?

14. Sebutkan 5 aturan-aturan angka penting?

15. Pada pengukuran panjang benda diperoleh hasil pengukuran 0,07060 m.

Berapakah angka penting dari hasil pengukuran tersebut?

16. Hasil pengukuran panjang dan lebar suatu bidang persegi panjang masing-

masing 12,73 cm dan 6,5 cm. Menurut aturan penulisan angka penting,

berapakah luas bidang tersebut?


Lampiran 12
KUNCI JAWABAN PRE & POST TEST

1. Besaran

2.

No Nama Bagian Fungsi

Alat

1 Rahang luar Untuk mengukur diameter luar suatu benda

2 Rahang Untuk mengukur diameter dalam suatu benda

dalam

3 Skala nonius Untuk menyatakan ukuran nonius dalam satuan mm

4 Skala utama Untuk menyatakan ukuran utama dalam satuan cm

5 Tangkai ukur Untuk mengukur kedalaman suatu benda

6 Tombol kunci Untuk mengunci benda saat pengukuran

3. Perbedaan antara jangka sorong dan micrometer sekrup terletak pada

ketelitiannya yaitu jangka sorong memiliki ketelitian 0,01 cm sedangkan

micrometer sekrup memiliki ketelitian 0,001 cm

4. a. kedalaman gelas

dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dengan cara memakai

tangkai kedalaman pada jangka sorong yang dimasukkan kedalam gelas.

b. diameter kelereng
dengan menggunakan alat ukur jangka sorong dengan cara memakai

rahang luar jangka sorong dengan menjepit kelereng dan menekan tombol

kunci

c. panjang meja

dengan menggunakan alat ukur meteran dengan cara meletakkan meteran

dengan posisi 0 pada ujung meja.

5. Micrometer sekrup karena memiliki ketelitian lebih tinggi

6. Karena meteran lebih mudah digunakan dan meteran memiliki panjang

yang lebih dari alat ukur yang lain.

7. - Meteran

- Jangka sorong

- Jangka sorong

8. 0,5+0,06 = 0,56 cm

9. Micrometer sekrup

10. Jangka Sorong

11. Neraca

12. Besaran adalah sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dalam angka

13. Kilogram

14. a. Semua angka bukan nol merupakan angka penting. Jadi, 548 memiliki

3 angka penting dan 1,871 memiliki 4 angka penting.

b. Angka nol yang terletak di antara dua angka bukan nol termasuk angka

penting. Jadi, 2,022 memiliki 4 angka penting.


c. Angka nol yang terletak di sebelah kanan tanda koma dan angka

bukan nol termasuk angka penting.

d. Angka nol yang terletak di sebelah kiri angka bukan nol, baik yang

terletakdi sebelah kiri maupun di sebelah kanan koma desimal, bukan

angka penting.

15. ada 4 ( Empat)

16. 12,73 X 6,5 =82,745 luas bidang tersebut adalah 82,745 dengan jumlah

angka penting 5
Lampiran 13
DATA NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST PADA KELAS EKSPERIMEN

Data nilai pretest-posttest pada kelas eksperimen (kelas X MIA 1)


No Kode Nama Siswa Nilai
Pretest Postest
1 NO 36 87
2 MA 41 91
3 NF 26 76
4 FT 26 86
5 RG 36 71
6 A 51 76
7 LS 46 81
8 SM 21 86
9 M 31 76
10 SW 41 81
11 RRP 36 76
12 R 51 86
13 AIS 26 91
14 AD 26 71
15 JP 41 71
16 EYF 36 86
17 ALR 36 86
18 MA 26 81
19 RPP 46 96
20 AA 41 81
21 ALJ 31 86
22 AM 46 71
23 OFA 41 91
24 RA 51 91
Sumber: Hasil data penelitian tahun 2018
Lampiran 14
DATA NILAI PRE-TEST DAN POST-TEST PADA KELAS KONTROL

Data nilai pretest-posttest pada kelas kontrol (kelas X MIA 2)


No Kode Nama Siswa

Pretest Postest

1 ARM 36 72
2 DE 41 71
3 FB 36 66
4 AI 36 66
5 A 46 76
6 LL 21 81
7 VW 31 76
8 ER 46 71
9 AS 31 76
10 YW 51 81
11 AH 26 66
12 A 51 71
13 SR 26 66
14 AG 46 81
15 ML 31 81
16 WA 36 71
17 WS 26 66
18 BI 46 71
19 I 46 86
20 DF 36 81
21 FG 21 66
22 HG 26 76
23 IG 31 81
24 FV 26 66
Sumber: Hasil data penelitian tahun 2018
Lampiran 15
Data KPS Per Indikator

indikator 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode
soal
NO 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
MA 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1
NF 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0
FT 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
RG 0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1
A 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1
LS 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
SM 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0
M 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0
SW 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0
RRP 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1
R 1 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0
AIS 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
AD 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1
JP 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0
EYF 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
ALR 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0
MA 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0
RPP 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
AA 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1
ALJ 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0
AM 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1
OFA 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0
RA 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0
8 10 14 8 9 6 11 8 10 10 7 8 8 6 9 7
18 22 15 19 20 15 14 16
9 11 7,5 9,5 10 7,5 7 8
37.5 45,83 31,25 39,53 41,66 31,25 29,16 33,33
Kode
soal
NO 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
MA 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
NF 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
FT 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
RG 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
LS 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
SM 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
M 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1
SW 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
RRP 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0
R 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
AIS 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1
AD 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
JP 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1
EYF 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
ALR 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
MA 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
RPP 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
AA 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
ALJ 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
AM 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
OFA 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
RA 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 16 20 21 18 15 20 19 20 20 17 20 20 22 17 17
3
39 41 33 39 40 37 42 34
19.5 20,5 16,5 19,5 20 18,5 21 17
81.25 85,41 68,75 81,25 83,33 77,08 87,5 70,83
Pre kont
indikator 1 2 3 4 5 6 7 8
Kode
soal
ARM 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1
DE 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
FB 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1
AI 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0
A 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0
LL 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0
VW 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ER 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0
AS 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0
YW 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0
AH 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0
A 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0
SR 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
AG 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0
ML 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
WA 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0
WS 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1
BI 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
I 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0
DF 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0
FG 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0
HG 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0
IG 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
FV 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
8 9 14 8 12 8 10 9 7 9 9 8 5 4 4 4
17 22 20 19 16 17 9 8
8.5 11 10 9,5 8 8,5 4,5 4
35.41 45,83 41,66 39,58 33,33 35,41 18,75 16.66
indikat 1 2 3 4 5 6 7 8
or
Kode
soal
ARM 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
DE 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1
FB 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1
AI 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
A 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
LL 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0
VW 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
ER 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0
AS 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
YW 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
AH 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0
A 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1
SR 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
AG 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1
ML 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1
WA 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1
WS 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0
BI 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
I 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0
DF 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0
FG 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
HG 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0
IG 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1
FV 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
19 14 19 18 17 14 19 18 20 19 17 19 13 18 17 15
33 37 31 37 39 36 31 32
16.5 18,5 15,5 18,5 19,5 18 15,5 16
68.75 77,08 64,58 77,08 81,25 75 64,58 66,66
Lampiran 16
Lampiran 17
FOTO PENELITIAN

A. Kelas Kontrol

Gambar 1.1 peserta didik menjawab soal pretes

Gambar 1.2 peserta didik menjawab soal postest


B. Kelas eksperimen

Gambar 2.1 peserta didik menjawab soal pretest

Gambar 2.2 Peserta didik melakukan percobaan


Gambar 2.3 peserta didik menjawab soal post test

Gambar 2.4 peserta didik mempersentasikan hasil percobaan


DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ahmad Nedis


Nim : 140204036
Tempat/Tanggal Lahir : Salur Latun/ 05 Januari 1996
Alamat Rumah : Jl. Tgk. Padang, Dsn. Kasidin, Ds. Salur Latun,
Kec. Teupah Barat, Kab. Simeulue
Telp/HP : 081269422092
Alamat : Jl. Lingkar Kampus UINAR, Lrg Serumpun,
Gampong Rukoh, Banda Aceh
Alamat Perguruan Tinggi : UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh
Fakultas/Jurusan : FTK/Pendidikan Fisika

RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : SDN 13 Teupah Barat Tahun lulus 2008.
SMP : SMPN 1 Teupah Barat Tahun lulus 2011.
SMA : SMAN 1 Teupah Barat Tahun lulus 2014.
Perguruan Tinggi : Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

DATA ORANG TUA


Nama Ayah : Rasmidin
Nama Ibu : Mariani
Pekerjaan Ayah : PNS
Pekerjaan Ibu : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Alamat : Jl. Tgk. Padang, Dsn. Kasidin, Ds. Salur Latun,
Kec. Teupah Barat, Kab. Simeulue.

Banda Aceh, 31 Desember 2018


Penulis

Ahmad Nedis
Nim. 140204036

Anda mungkin juga menyukai