Gambaran Umum Kebijakan Penyusunan APBD Tahun 2022
Gambaran Umum Kebijakan Penyusunan APBD Tahun 2022
Gambaran Umum Kebijakan Penyusunan APBD Tahun 2022
REPUBLIK INDONESIA
GAMBARAN UMUM
KEBIJAKAN PENYUSUNAN
APBD TA 2022
Oleh :
Dr. BAHRI, SSTP, M.Si.
Direktur Perencanaan Anggaran Daerah
Ditjen Bina Keuangan Daerah Kemendagri
http://www.sipd.kemendagri.go.id
@ditjenbinakeuda
SASARAN PEMERINTAHAN
DAERAH YANG BERSIH,
EFEKTIF DAN DEMOKRATIS
Berlandaskan Penjabaran Visi, Misi, dan Program sesuai dgn agenda prioritas kerja
Presiden dan Wakil Presiden. Penjabaran Program Operasional KEMENDAGRI,
Koordinasi antar K/L secara terpadu
Gubernur, Bupati & Wali Kota mengelola dan memecahkan berbagai isu
strategis
1
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
berdasarkan kebijakan umum anggaran dan prioritas dan plafon anggaran sementara berupa target dan
kinerja program dan kegiatan yang tercantum dalam rencana kerja Pemerintah Daerah.
APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan, belanja dan pembiayaan.
APBD diklasifikasikan menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penyusunan klasifikasi, kodefikasi dan nomenklatur pendapatan, belanja dan pembiayaan pada APBD
tahun 2022 atas pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang dituangkan dalam program,
kegiatan dan sub kegiatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mendukung Penanganan pandemi Corona Virus Disease
2019 dan dampaknya paling sedikit meliputi:
dukungan program pemulihan ekonomi daerah terkait dengan percepatan penyediaan sarana
prasarana layanan publik dan ekonomi untuk meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi
kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan penyediaan layanan publik;
perlindungan sosial dan pemberdayaan ekonomi masyarakat;
dukungan pelaksanaan vaksinasi Corona Virus Disease 2019;
dukungan kelurahan dalam penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 untuk pos komando
tingkat kelurahan;
insentif tenaga kesehatan dalam rangka untuk penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019; dan
belanja kesehatan lainnya sesuai kegiatan prioritas yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD
• Semua penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dalam bentuk uang dianggarkan dalam APBD.
• Penerimaan daerah merupakan rencana penerimaan daerah yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber penerimaan daerah dan berdasarkan pada
ketentuan peraturan perundang-undangan, yang terdiri atas pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah.
• Pengeluaran daerah merupakan rencana pengeluaran daerah sesuai dengan kepastian tersedianya dana atas penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan harus
memiliki dasar hukum yang melandasinya, yang terdiri atas belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah.
• Seluruh penerimaan daerah dan pengeluaran daerah dimaksud dianggarkan secara bruto dalam APBD, yaitu jumlah pendapatan daerah yang dianggarkan tidak boleh
dikurangi dengan belanja yang digunakan dalam rangka menghasilkan pendapatan tersebut dan/atau dikurangi dengan bagian pemerintah pusat/daerah lain dalam rangka
bagi hasil.
• APBD sebagai dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai keuangan negara,
merupakan satu kesatuan yang terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah.
01 02 03
4
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Transfer Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Optimalisasi pajak daerah dengan melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi atas kegiatan
pemungutan berbasis teknologi mulai dari:
• penghimpunan data objek dan subjek pajak,;
• penentuan besarnya pajak yang terutang;
penetapan target • kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak; serta
pajak daerah • pengawasan penyetorannya,
• dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) paling sedikit 10%, termasuk yang dibagihasilkan kepada
kabupaten/kota, dialokasikan untuk mendanai pembangunan dan/atau pemeliharaan jalan serta
memperhatikan perkiraan asumsi peningkatan moda dan sarana transportasi umum.
makro, seperti pertumbuhan rasio
• dari Pajak Rokok, baik bagian provinsi maupun bagian kabupaten/kota, dialokasikan paling sedikit 50%
perpajakan daerah, pertumbuhan
untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang.
ekonomi, dan tingkat inflasi tahun
2022 yang dapat mempengaruhi • sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari 50% (lima puluh persen) realisasi penerimaan pajak rokok
bagian hak masing-masing daerah provinsi/kabupaten/kota untuk pendanaan program jaminan kesehatan
target pendapatan pajak daerah
nasional.
• dari pajak penerangan jalan sebagian dialokasikan untuk penyediaan penerangan jalan.
5
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PENGANGGARAN PENDAPATAN PAJAK DAERAH
Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif berupa pengurangan,
keringanan dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok
INSENTIF PAJAK DAERAH pajak dan retribusi dan/atau sanksinya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
antara lain :
• pengurangan Pajak Reklame bagi koperasi mendukung kebijakan kemudahan berinvestasi, kepada pelaku usaha
dan UMKM untuk mendukung pengembangan di daerahnya yang ditetapkan dalam peraturan kepala daerah sesuai
usaha koperasi dan pemberdayaan UMKM dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• pemberian insentif Pengurangan Pajak Bahan • Alat utama meliputi tank, panser, kendaraan angkut tank, kendaraan penarik
Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) untuk meriam, kendaraan patroli khusus, truk/bagian dari truk tempur dan angkut
mendukung operasional penggunaan alat hewan, kendaraan penarik radar kendaraan komando, kendaraan taktis
utama dan komponen utama/penunjang Alat (rantis), kendaraan patroli roda dua dengan kapasitas silinder di atas 350cc,
Peralatan Pertahanan Keamanan, dengan kendaraan penarik peluru kendali, pesawat terbang (fixed wings, rotary
menetapkan PBBKB paling tinggi sebesar 2% wings, dan pesawat terbang tanpa awak), alat berat khusus (alat berat
zeni/alberzi serta alat berat lain yang ditetapkan), kendaraan penjinak
ranjau, radar darat, radar laut dan radar udara, radar perlengkapan
bermesin, dan kapal atas air dan kapal bawah air;
• Komponen utama/penunjang meliputi ambulan, Landing Craft Vehicle
Personel (LCVP), landing craft machine, hidrofoil, dan kapal rumah sakit.
LARANGAN
• Pemerintah provinsi tidak diperkenankan melakukan pungutan dan
menganggarkan rencana penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
atas Alat Berat sebagaimana maksud Putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor 15/PUU-XV/2017 sepanjang peraturan pengganti
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 belum ditetapkan
ARAHAN • Larangan Pemerintah Daerah melakukan pungutan atau yang
disebut nama lainnya yang dipersamakan dengan pungutan di luar
• Dalam melakukan pungutan dan menganggarkan rencana yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan
penerimaan pajak penerangan jalan pemerintah kabupaten/kota • Larangan Pemerintah Daerah melakukan pungutan:
perlu memperhatikan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor a. yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi;
80/PUUXV/2017 b. menghambat mobilitas penduduk;
• Dalam rangka mendukung program prioritas nasional berupa c. lalu lintas barang dan jasa antar daerah; dan
proyek strategis nasional, Pemerintah Daerah melaksanakan d. kegiatan impor/ekspor; dan
pemungutan pajak dan/atau retribusi mengikuti penyesuaian e. yang tidak sesuai dengan kebijakan penyesuaian tarif pada
besaran tarif yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan proyek strategis nasional (PSN) tertentu.
peraturan perundang-undangan.
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja,
Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Lalu
PENGANGGARAN PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH Lintas dan Retribusi Perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing serta
Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing.
7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
PENGANGGARAN PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH
retribusi pengendalian lalu lintas • retribusi pelayanan kesehatan yang Pemerintah Daerah melakukan penyesuaian • Pemegang Iuran Pertambangan
dialokasikan untuk mendanai merupakan hasil klaim kepada Badan nomenklatur pemungutan atas retribusi Rakyat (IPR) wajib membayar
peningkatan kinerja lalu lintas dan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) daerah sesuai yang diamanatkan dalam pendapatan daerah sebagaimana
peningkatan pelayanan angkutan yang diterima oleh perangkat daerah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 dimaksud dalam Pasal 128 Undang-
umum. atau unit kerja pada Satuan Kerja tentang Cipta Kerja meliputi: Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang
Perangkat Daerah (SKPD) yang belum • retribusi perizinan berusaha terkait Perubahan atas Undang-Undang
menerapkan Badan Layanan Umum persetujuan bangunan gedung selanjutnya Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Daerah (BLUD), disebut retribusi persetujuan bangunan Pertambangan Mineral dan Batubara.
• dianggarkan pada akun pendapatan, gedung; • Pendapatan daerah yang bersumber
kelompok pendapatan PAD, jenis • retribusi perizinan berusaha terkait dari IPR dicatat sebagai akun
pendapatan retribusi daerah, objek tempat penjualan minuman beralkohol pendapatan daerah, kelompok
pendapatan retribusi jasa umum, rincian selanjutnya disebut retribusi lzin tempat pendapatan asli daerah, jenis retribusi
objek pendapatan retribusi pelayanan penjualan minuman beralkohol; daerah, obyek retribusi peizinan
kesehatan dan sub rincian objek • retribusi perizinan berusaha terkait tertentu, rincian obyek retribusi
pendapatan sesuai dengan kode trayek selanjutnya disebut retribusi izin pertambangan rakyat, sub rincian
rekening berkenaan. trayek; dan obyek retribusi pengelolaan
• retribusi perizinan berusaha terkait pertambangan rakyat.
perikanan selanjutnya disebut retribusi
izin usaha perikanan.
8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA PENGANGGARAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
Dalam hal:
1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN TA 2022 atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai
alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi ditetapkan dan/atau terdapat perubahan; atau
2) informasi resmi mengenai alokasi Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi TA 2022 melalui portal
Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD TA 2022 ditetapkan,
Pemerintah Daerah harus menyesuaikan Dana Tambahan DBH-Minyak dan Gas Bumi dimaksud dengan
melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD TA 2022 dan diberitahukan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan APBD TA
2022 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD TA 2022.
Pemerintah Daerah harus menganggarkan Dana Transfer Khusus dimaksud dengan melakukan
perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan
kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan
atau telah melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran 2022.
9
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA PENGGUNAAN DAK NON FISIK
penganggaran dan belanja DAK Nonfisik Tahun Anggaran 2022
Provinsi:
• penganggaran Dana BOS pada Provinsi bagi Satuan Pendidikan Menengah (Satdikmen) Negeri dan Satuan
berpedoman kepada petunjuk teknis DAK Nonfisik yang ditetapkan oleh
Pendidikan Khusus (Satdiksus) Negeri yang diselenggarakan oleh Provinsi dalam bentuk program, kegiatan, sub masing-masing Kementerian/Lembaga terkait sesuai dengan ketentuan
kegiatan dan belanja sesuai kode rekening berkenaan. peraturan perundang-undangan.
• Satdikmen Swasta dan Satdiksus Swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk program,
kegiatan, sub kegiatan sesuai kode rekening berkenaan melalui belanja hibah. • Pemerintah Daerah wajib menganggarkan belanja daerah untuk
Kabupaten/kota: program dan kegiatan dalam rancangan APBD pada SKPD penerima
• penganggaran Dana BOS pada Kabupaten/Kota bagi Satuan Pendidikan Dasar (Satdikdas) Negeri yang DAK Nonfisik.
diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota dalam bentuk program, sub kegiatan dan belanja sesuai kode rekening Dalam hal Pemerintah Daerah telah menganggarkan belanja
berkenaan sedangkan Satdikdas Swasta yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam bentuk program, sub daerah untuk program/kegiatan kepada SKPD penerima DAK
kegiatan sesuai kode rekening berkenaan melalui belanja hibah. Nonfisik dalam rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
• sisa Dana BOS tahun anggaran 2020 dan tahun anggaran 2021 diperhitungkan kembali dalam penyaluran dana namun setelah terbitnya alokasi DAK Nonfisik dalam informasi
BOS tahun anggaran 2022. Penganggaran penggunaan kembali sisa Dana BOS dilakukan penyesuaian resmi mengenai alokasi DAK Tahun Anggaran 2022 yang
mendahului perubahan APBD tahun anggaran 2022 dengan menetapkan perubahan Perkada tentang Penjabaran dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan dan/atau
APBD dan pemberitahuan kepada pimpinan DPRD. Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran
2022,
penganggaran bantuan biaya layanan pengolahan sampah dalam rangka percepatan pembangunan instalasi
• Pemerintah Daerah tidak menganggarkan program/kegiatan dan/atau
pengolah sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan yang bersumber dari DAK
menganggarkan alokasi lebih kecil dari alokasi DAK Nonfisik yang
Nonfisik sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan, dianggarkan ke
diterima dalam APBD, Pemerintah dapat melakukan penundaan
dalam program dan kegiatan pada SKPD yang menangani persampahan dalam jenis barang dan jasa, objek
dan/atau penghentian penyaluran DAK Nonfisik tersebut sampai
belanja jasa, rincian objek belanja jasa ketersediaan layanan (Availibility Payment) dan sub rincian obyek
dengan Pemerintah Daerah menganggarkan kembali program/kegiatan
belanja jasa ketersediaan layanan (Availibility Payment) infrastruktur pengelolaan persampahan.
dimaksud dengan cara melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah
pendapatan atas pengembalian DAK Nonfisik yang merupakan koreksi pembayaran, dianggarkan pada jenis tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan
Lain-lain PAD Yang Sah. Selanjutnya, pendapatan dimaksud digunakan sesuai dengan sumber dananya dan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam peraturan
ketentuan penggunaannya, yaitu untuk pengeluaran yang didanai DAK Nonfisik pada tahun dikembalikannya daerah tentang perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung
dana tersebut dalam LRA bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan
APBD Tahun Anggaran 2022
10
KEMENTERIAN DALAM NEGERI PENGANGGARAN TRANSFER PEMERINTAH PUSAT
REPUBLIK INDONESIA
DANA TRANSFER URAIAN DASAR PENGANGGARAN
Dana Insentif Daerah • Dana Insentif Daerah bersumber dari APBN yang dialokasikan • Penganggaran Dana Insentif Daerah dialokasikan sesuai dengan Dalam hal
(DID) kepada Pemerintah Daerah tertentu berdasarkan kriteria Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2022 1) Peraturan Presiden mengenai rincian APBN Tahun Anggaran 2022
tertentu dengan tujuan untuk memberikan penghargaan atas atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara atau Peraturan Menteri Keuangan mengenai alokasi ditetapkan
perbaikan dan/atau pencapaian kinerja tertentu. pengalokasian Dana Insentif Daerah Tahun Anggaran 2022 atau dan/atau terdapat perubahan; atau
• Pendapatan pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang informasi resmi mengenai alokasi Dana Insentif Daerah Tahun 2) informasi resmi Tahun Anggaran 2022 melalui portal Kementerian
bersumber dari Dana Insentif Daerah, penggunaannya harus Anggaran 2022 yang dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan dipublikasikan setelah Peraturan Daerah tentang APBD
berpedoman pada pada Peraturan Menteri Keuangan Keuangan. Tahun Anggaran 2022 ditetapkan,
mengenai Pengelolaan Dana Insentif Daerah
Pemerintah Daerah menganggarkan alokasi dimaksud dengan
Dana Keistimewaan • Dana keistimewaan dialokasikan kepada daerah istimewa • Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta
melakukan perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (DIY) dianggarkan sesuai dengan Peraturan Presiden mengenai
APBD Tahun Anggaran 2022 dan diberitahukan kepada Pimpinan DPRD,
Rincian APBN Tahun Anggaran 2022 atau informasi resmi
untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan Daerah tentang
mengenai alokasi Dana Keistimewaan Pemerintahan Daerah
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA bagi
Istimewa Yogyakarta (DIY) Tahun Anggaran 2022 yang
Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun
dipublikasikan melalui portal Kementerian Keuangan.
Anggaran 2022.
BELANJA OPERASI
Belanja Operasi Belanja Modal
Belanja Pegawai SKPKD, SKPD dan BLUD
• Belanja Pegawai; • Belanja Tanah;
• Belanja Barang dan Jasa; • Belanja Peralatan dan Mesin; Belanja Barang dan Jasa SKPKD, SKPD dan BLUD
• Belanja Bunga; • Belanja Bangunan dan Gedung;
• Belanja Subsidi; • Belanja Jalan; Belanja Bunga SKPKD dan BLUD
• Belanja Hibah; dan • Belanja Irigasi dan Jaringan;
Belanja Subsidi SKPKD dan/atau SKPD
• Belanja Bantuan Sosial • Belanja Aset Tetap lainnya
Belanja Hibah SKPKD dan/atau SKPD
Belanja Tidak Terduga Belanja Transfer Belanja Bantuan Sosial SKPKD dan/atau SKPD
11
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
maksimal 30% dari total belanja APBD Pemerintah Daerah menyesuaikan porsi
belanja pegawai daerah secara bertahap
melebihi 30% dalam waktu 5 (lima) tahun
• Belanja pegawai tidak termasuk belanja untuk tambahan penghasilan guru, tunjangan khusus guru, tunjangan profesi
guru dan tunjangan sejenis lainnya yang bersumber dari TKD yang telah ditentukan penggunaannya.
• TAMBAHAN PENGHASILAN PEGAWAI (TPP) TA 2022 diajukan setelah Pemda melakukan validasi perhitungan pemberian
Penganggaran belanja pegawai bagi: tambahan penghasilan dengan memperhatikan tata cara persetujuan
• Kepala Daerah dan wakil Kepala Menteri Dalam Negeri terhadap tambahan penghasilan pegawai
Daerah dianggarkan pada belanja aparatur sipil negara di lingkungan Pemerintah Daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
SKPD Sekretariat Daerah; persetujuan SIPD
• Pimpinan dan Anggota DPRD dengan ketentuan:
dianggarkan pada belanja SKPD 1) Alokasi anggaran TPP sama dengan tahun anggaran sebelumnya;
Sekretariat DPRD; dan 2) Alokasi TPP dapat melebihi alokasi tahun anggaran sebelumnya sepanjang:
merupakan hasil realokasi anggaran belanja pegawai dalam APBD, antara lain uang lembur dan/atau kompensasi lain yang diatur dalam
• Pegawai ASN dianggarkan pada peraturan perundang-undangan yang diterima pegawai ASN pada tahun anggaran 2022;
belanja SKPD bersangkutan. merupakan pemberian TPP berdasarkan kriteria kondisi kerja kepada perangkat daerah yang terkait langsung dalam upaya pencegahan dan
penanganan COVID 19, meliputi: SKPD yang melaksanakan urusan kesehatan, SKPD yang melaksanakan urusan pengawasan, SKPD yang
melaksanakan urusan pengelolaan keuangan, SKPD yang melaksanakan urusan perencanaan daerah, SKPD yang melaksanakan urusan
trantibumlinmas, SKPD yang melaksanakan urusan perhubungan, dan SKPD lainnya sesuai kebijakan kepala daerah.
Alokasi anggaran TPP yang diberikan kepada pejabat dan pegawai Inspektorat Daerah lebih besar daripada perangkat daerah lain dan lebih
kecil dari Sekretariat Daerah yang ditetapkan oleh kepala daerah.
12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA BARANG & JASA
Dalam rangka menjamin keberlangsungan dan kesehatan keuangan Jaminan Kesehatan:
• Pemerintah Provinsi berkontribusi dalam membayar luran bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan sesuai kapasitas fiskal daerah sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan, yang dianggarkan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan;
• Pemerintah Daerah menganggarkan luran dan bantuan iuran bagi penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah;
• Pemerintah Daerah juga menganggarkan Bantuan luran bagi penduduk yang mendaftar secara mandiri dengan manfaat pelayanan di Ruang
Perawatan Kelas III sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA BUNGA DAN SUBSIDI
• Belanja bunga digunakan Pemerintah Daerah untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok
utang berdasarkan perjanjian pinjaman sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Belanja bunga antara lain
berupa belanja bunga utang pinjaman dan belanja bunga utang obligasi daerah.
• Belanja bunga berupa belanja bunga utang pinjaman, belanja bunga utang obligasi dianggarkan pembayarannya dalam APBD tahun
anggaran berkenaan.
• Belanja bunga yang digunakan untuk menganggarkan pembayaran bunga utang yang tidak berasal pembayaran atas kewajiban
pokok utang, dianggarkan pembayarannya dalam APBD tahun anggaran berkenaan.
• Pemerintah Daerah yang memiliki kewajiban pembayaran bunga utang dianggarkan pembayarannya dalam APBD Tahun Anggaran
2022 pada SKPD selaku SKPKD.
• Dalam hal unit SKPD melaksanakan BLUD, belanja bunga tersebut dianggarkan pada unit SKPD berkenaan.
• Pemberian subsidi kepada BUMD penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), Pemerintah Daerah dapat menganggarkan
belanja subsidi kepada BUMD tersebut apabila telah menetapkan Peraturan Kepala Daerah mengenai Tata Cara Perhitungan dan
Penetapan Tarif Air Minum serta Pemberian Subsidi dari Pemerintah Daerah kepada BUMD penyelenggara SPAM dengan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam hal Kepala Daerah menetapkan tarif lebih kecil dari usulan tarif yang diajukan Direksi BUMD penyelenggara SPAM yang
mengakibatkan tarif rata-rata tidak mencapai pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery), Pemerintah Daerah harus
menyediakan subsidi untuk menutup kekurangannya melalui APBD setelah mendapat persetujuan dari dewan pengawas sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Pemberian subsidi berupa bunga atau bagi hasil kepada usaha mikro kecil dan menengah pada perorangan tidak perlu dilakukan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
14
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA BANTUAN SOSIAL
• Bantuan Sosial sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial, kecuali dalam keadaan tertentu dapat berkelanjutan.
• Pemerintah Daerah harus memprioritaskan alokasi belanja modal pada APBD Tahun Anggaran 2022 untuk
pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan peningkatan pelayanan
publik serta pertumbuhan ekonomi daerah
• Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Dalam rangka efisiensi dan efektifitas, Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum yang luasnya tidak lebih dari 5 (lima) hektar, dapat
dilakukan:
a. secara langsung oleh instansi yang memerlukan tanah dengan pihak yang berhak, dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain
yang disepakati; atau
b. dengan menggunakan tahapan pengadaan tanah.
• Belanja modal digunakan untuk c. penetapan lokasi untuk tahapan diterbitkan oleh bupati/wali kota dengan mempedomani Pasal 126 Peraturan Pemerintah Nomor 19
menganggarkan pengeluaran yang Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
dilakukan dalam rangka pengadaan • Penganggaran pengadaan barang milik daerah dilakukan sesuai dengan kemampuan keuangan dan kebutuhan daerah berdasarkan prinsip
aset tetap dan aset lainnya. efisiensi, efektif, transparan dan terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel dengan mengutamakan produk dalam negeri.
• Nilai aset tetap yang dianggarkan
• Pemerintah Daerah mengalokasikan belanja infrastruktur pelayanan publik minimal 40% (empat puluh persen) dari total belanja APBD diluar
dalam belanja modal tersebut
belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah/desa. Belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah/desa dilaksanakan sesuai
adalah sebesar harga beli atau dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
bangun aset ditambah seluruh • belanja bagi hasil dan/atau transfer kepada daerah/desa yaitu: DBH Cukai Hasil Tembakau; DBH Sumber Daya Alam Kehutanan Dana
belanja yang terkait dengan Reboisasi; dan ADD.
pengadaan/pembangunan aset • belanja infrastruktur pelayanan publik merupakan belanja infrastruktur daerah yang langsung terkait dengan percepatan pembangunan dan
sampai aset siap digunakan pemeliharaan fasilitas pelayanan publik dan ekonomi dalam rangka meningkatkan kesempatan kerja, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi
kesenjangan publik antar daerah.
• dalam hal persentase belanja infrastruktur pelayanan publik belum mencapai 40% (empat puluh persen) daerah menyesuaikan belanja
infrastruktur pelayanan publik dalam waktu 3 (tiga) tahun.
15
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
• pengeluaran untuk keadaan darurat termasuk keperluan mendesak yang tidak dapat
diprediksi sebelumnya. Keadaan darurat meliputi bencana alam, bencana non-alam,
bencana sosial dan/atau kejadian luar biasa, pelaksanaan operasi pencarian dan
pertolongan, dan/atau kerusakan sarana/prasarana yang dapat mengganggu
kegiatan pelayanan publik.
• Keperluan mendesak sesuai dengan karakteristik masing-masing Pemerintah Daerah
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
• Kriteria keadaan darurat dan keperluan mendesak ditetapkan dalam Peraturan
Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2022
16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA TIDAK TERDUGA
Penggunaan belanja tidak terduga, penyediaan anggaran untuk penanggulangan keadaan penyedian anggaran tersebut dapat dilaksanakan dengan melakukan perubahan
darurat, dan alokasi anggaran pra bencana dan pasca bencana, diatur ketentuan: Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022 dan
penggunaan belanja tidak terduga untuk mendanai keadaan darurat dalam rangka kebutuhan tanggap dilaporkan kepada pimpinan DPRD, untuk selanjutnya dianggarkan dalam Peraturan
darurat bencana, penghentian konflik dan rekonsiliasi pasca konflik, dan/atau kejadian luar biasa Daerah tentang Perubahan APBD Tahun Anggaran 2022 atau ditampung dalam LRA
dilakukan dengan PEMBEBANAN LANGSUNG kepada belanja tidak terduga. bagi Pemerintah Daerah yang tidak melakukan perubahan APBD Tahun Anggaran
2022.
17
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022– BELANJA TRANSFER
Belanja bantuan keuangan dapat dianggarkan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah setelah memprioritaskan
BELANJA BANTUAN KEUANGAN pemenuhan belanja urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan serta alokasi belanja yang diwajibkan oleh
peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
• Dalam hal Bantuan Keuangan Bersifat Khusus, PEMDA dan/atau pemerintah DESA sebagai PENERIMA
bantuan keuangan antar-daerah provinsi tidak menggunakan sesuai peruntukan yang ditetapkan oleh PEMDA selaku PEMBERI, PEMDA dan/atau
pemerintah DESA sebagai PENERIMA wajib mengembalikan kepada PEMDA PEMBERI.
• Pemberi bantuan keuangan bersifat khusus dapat mensyaratkan penyediaan dana pendamping dalam
bantuan keuangan antar-daerah kabupaten/kota APBD atau anggaran pendapatan dan belanja desa penerima bantuan.
18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
Pembiayaan - SILPA
Penganggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA) harus
didasarkan pada penghitungan yang cermat dan rasional dengan mempertimbangkan
perkiraan realisasi anggaran Tahun Anggaran 2021 dalam rangka menghindari
kemungkinan adanya pengeluaran pada Tahun Anggaran 2022 yang tidak dapat
didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan.
SiLPA bersumber dari:
• pelampauan penerimaan PAD, pelampauan penerimaan pendapatan transfer, pelampauan
penerimaan lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, pelampauan penerimaan Pembiayaan,
• penghematan belanja,
• kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan, dan/atau
• sisa dana akibat tidak tercapainya capaian target kinerja dan sisa dana pengeluaran pembiayaan.
19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022
MENDUKUNG PROGRAM KOORDINASI DAN SUPERVISI KPK DALAM MELAKUKAN TUGAS PENCEGAHAN,
KOORDINASI, DAN MONITORING SEHINGGA TIDAK TERJADI TINDAK PIDANA KORUPSI
• Pemerintah Daerah menganggarkan TPP sebagaimana diatur dalam Pasal 58 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah dengan mempedomani:
a. menggunakan hasil evaluasi jabatan yang telah divalidasi kementerian terkait sesuai dengan regulasi mengenai evaluasi jabatan PNS;
b. mengintegrasikan pembayaran insentif dan honorarium ke dalam formulasi penganggaran TPP; dan
c. pemberian sanksi administratif berupa penundaan pembayaran TPP dalam hal ASN penerima TPP tidak patuh dalam pelaporan LHKPN,
menguasai atau memanfaatkan aset milik/dikuasai Pemerintah Daerah secara tidak sah, dan/atau belum menyelesaikan kerugian
negara/daerah berdasarkan hasil audit dan rekomendasi BPK atau Inspektorat/APIP.
• mengingat relatif tingginya resiko terjadinya korupsi dalam penyelenggaraan pengadaan barang/jasa, agar Pemerintah Daerah memprioritaskan pemberian TPP
kepada jabatan fungsional dan/atau ASN di UKPBJ mengacu kepada hasil evaluasi jabatan
Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang ditetapkan berdasarkan besaran dari total belanja daerah, dengan klasifikasi:
pemerintah provinsi: pemerintah kabupaten/kota: dalam hal besaran alokasi anggaran dalam APBD tahun
sampai dengan Rp4 T paling sedikit sebesar 0,90% dari total sampai dengan Rp1 T paling sedikit sebesar 1,00% dari total sebelumnya telah melebihi perhitungan tersebut diatas,
belanja daerah; belanja daerah; pengalokasian anggaran program dan kegiatan pembinaan
diatas Rp4 T sampai dengan Rp10 T paling sedikit sebesar diatas Rp1 T sampai dengan Rp2 T paling sedikit sebesar 0,75%
0,60% dari total belanja daerah dan diatas Rp36 M dari total belanja daerah dan diatas Rp10 M; dan
dan pengawasan Tahun Anggaran 2022 Pemerintah
diatas Rp10 T paling sedikit sebesar 0,30% dari total belanja diatas Rp2 T paling sedikit sebesar 0,50% dari total belanja Daerah tidak diperkenankan mengurangi besaran
daerah dan diatas Rp60 M daerah dan diatas Rp15 M persentase alokasi anggaran dimaksud
21
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022
Mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga
(TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota
POINT OF VIEW • penanganan stunting melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dianggarkan pada
SKPD yang secara fungsional terkait penanganan Gizi Buruk;
• dukungan pengelolaan pada Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di tingkat Desa/Kelurahan
antara lain alat kesehatan dasar seperti timbangan ibu/anak, oxymeter, tensimeter,
insentif kader posyandu dan kegiatan lain yang berdampak langsung pada penurunan
angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan nifas,
pembudayaan norma keluarga kecil bahagia sejahtera (NKKBS), peningkatan peran serta
masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB untuk tercapainya
masyarakat sehat sejahtera;
• pemberdayaan dasa wisma melalui: penghayatan dan pengamalan pancasila; gotong
royong; pangan; sandang; perumahan dan tata laksana rumah tangga; pendidikan dan
keterampilan; kesehatan; pengembangan kehidupan berkoperasi; kelestarian lingkungan
hidup; dan perencanaan sehat.
• mendorong perekonomian berbasis keluarga melalui pemanfaatan lahan/pekarangan
dengan tanaman bernilai ekonomi dan produktif;
• mendorong semangat kewiraswastaan di bidang industri kerajinan dan program
peningkatan kualitas sumber daya manusia serta memperluas pangsa pasar hasil
kerajinan;
• dukungan pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan
Keluarga (TP-PKK) provinsi/kabupaten/kota dianggarkan dalam APBD TA 2022 dengan
memprioritaskan melalui program, kegiatan dan sub kegiatan pada SKPD.
22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
KEBIJAKAN PENYUSUNAN APBD TA 2022
mendukung Pembangunan Kawasan Perdesaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
POINT OF VIEW • pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota yang memiliki desa, menganggarkan kegiatan dalam
APBD, meliputi:
a. penggunaan dan pemanfaatan wilayah Desa dalam rangka penetapan kawasan pembangunan sesuai
dengan tata ruang Kabupaten/Kota;
b. pelayanan yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan;
c. pembangunan infrastruktur, peningkatan ekonomi perdesaan dan pengembangan teknologi tepat guna;
d. pemberdayaan masyarakat desa untuk meningkatkan akses terhadap pelayanan dan kegiatan ekonomi;
dan
e. pembangunan Kawasan Perdesaan melalui SKPD yang memiliki tugas dan fungsi terkait dengan
mengikutsertakan masyarakat Desa.
• pembangunan infrastruktur kawasan perdesaan sesuai dengan kewenangan lokal berskala desa antara lain
perpustakaan desa, tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, saluran irigasi, sanitasi
lingkungan, pos pelayanan terpadu, sanggar seni dan belajar, embung desa, serta jalan desa.
• dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk aparatur dan masyarakat di desa,
Pemerintah Daerah menyediakan alokasi anggaran untuk pengembangan literasi, termasuk penggunaan
literasi digital guna peningkatan kualitas membaca dan menulis sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
• penyelarasan dan penguatan kebijakan pelaksanaan program padat karya tunai di desa untuk
pembangunan, sebagai pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• percepatan pelaksanaan kebijakan Satu Peta melalui Penetapan dan Penegasan Batas Desa, Pemerintah
Daerah memprioritaskan kebijakan Satu Peta dimaksud sebagaimana diamanatkan dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan;
• pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan evaluasi perkembangan desa dan kelurahan serta
pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi dan publikasi serta pendayagunaan data profil
desa dan kelurahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
POINT OF VIEW • pelaksanaan Kegiatan Indonesia Maju Virtual Expo dan Forum
untuk penguatan ketahanan ekonomi daerah dimasa dan pasca
Pandemi Corona Virus Disease 19 sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka
Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan
Pandemi Corona Virus Disease 19 dan/atau Menghadapi
Ancaman Yang Membayakan Perekonomian Nasional dan
Stabilitas Sistem Keuangan serta Penyelamatan Ekonomi
Nasional; dan
• fasilitasi pencegahan dan penanganan masalah sosial
kemasyarakatan
23
Terima kasih
@ditjenbinakeuda
PROFIL APBD
PROVINSI ACEH
24
ALOKASI PENDAPATAN
APBD PROVINSI ACEH TA 2021
milyar rupiah
Komposisi Kelompok Pendapatan
APBD PROVINSI ACEH TA 2021
Total Pendapatan : 14.183,39
Lain-Lain PD Yg Sah
Pendapatan 27,41
Transfer 0,19%
11.754,30 Jumlah Rasio (%)
82,87%
Lain-Lain Pendapatan
PAD Daerah Yang Sah
2.401,68 Pendapatan Hibah 27,41 0,19%
16,93%
Jumlah Rasio (%)
Pendapatan Transfer
dari Pemerintah Pusat 11.754,30 82,87%
Jumlah Rasio (%)
PAD
Pajak Daerah 1.374,56 9,69%
Retribusi Daerah 12,13 0,09%
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 182,39 1,29%
Lain-Lain PAD Yang Sah 832,81 5,87%
Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 49
-
Dana Transfer Umum-Dana Alokasi Umum (DAU)
DANA TRANSFER KHUSUS-DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) FISIK DANA TRANSFER UMUM-DANA BAGI HASIL (DBH)
204,05
90,00 84,41
250,00 80,00
200,00 70,00
60,00 45,73
49,36
150,00 50,00
15,00
14,69
10,48
100,00 40,00
6,66
6,41
4,90
4,90
3,86
2,16
30,00
50,00 20,00 13,36
5,84 3,89
- 10,00 0,17 0,09
-
Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 50
25
ALOKASI BELANJA
APBD PROVINSI ACEH TA 2021
milyar rupiah
Komposisi Kelompok Belanja
APBD PROVINSI ACEH TA 2021
Total Belanja : 16.763,47
Jumlah Rasio (%)
Belanja Modal
Belanja Operasi Belanja B. M. Tanah 98,51 0,59%
9.982,08 Modal B. M. Peralatan & Mesin 353,53 2,11%
59,55% 3.339,92 B. M. Gedung & Bangunan 1.090,49 6,51%
19,92% B. M. Jalan, Jaringan & Irigasi 1.595,09 9,52%
B. M. Aset Tetap Lainnya 202,30 1,21%
Belanja Transfer
3.093,59 Belanja
18,45% Tidak Jumlah Rasio (%)
terduga Belanja Tidak Terduga
Jumlah Rasio (%) 347,87 Belanja Tidak Terduga 347,87 2,08%
Belanja Operasi 2,08%
B. Pegawai 2.914,74 17,39% Jumlah Rasio (%)
B. Barang & Jasa 5.773,69 34,44%
Belanja Transfer
B. Hibah 907,33 5,41%
Belanja Bagi Hasil 811,20 8,84%
B. Bansos 386,32 2,30%
Belanja Bantuan Keuangan 2.282,39 13,62%
Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 51
BELANJA OPERASI
PAD
APBD PROVINSI
APBD KAB.
ACEH
... TA
TA2019
2021
milyar rupiah
Total Belanja Operasi : 9.982,08
2.220,53
2.500,00 1.000,00
928,79
2.000,00 781,16
479,66
800,00
389,67
369,13
188,18
1.500,00
1.000,00 600,00
500,00
- 400,00
200,00 97,53
5.773,69 25,56 3,08
57,84% -
kpd Badan, kpd KPD Pemda kpd Partai
907,33 Lembaga, Pemerintah Lainnya Politik
1.559,05
1.800,00
1.600,00 Belanja Bansos
1.400,00
629,96
601,05
1.200,00 2.914,74
1.000,00 500,00
800,00 29,20% 386,32 386,32
50,40
40,28
25,87
600,00 400,00
4,17
3,96
400,00 3,87%
200,00 300,00
-
200,00
100,00
-
Belanja Bantuan Sosial
26
BELANJA MODAL
APBD PROVINSI ACEH TA 2021
miliar rupiah
Total Belanja Modal : 3.339,92
B. MODAL TANAH B. MODAL PERALATAN DAN MESIN
101,68
150,000
120,00
76,49
98,51
67,16
100,000 100,00
38,46
50,000 80,00
60,00
17,90
15,90
14,45
-
8,65
40,00
3,91
2,85
2,37
2,24
0,96
0,42
0,10
Belanja Modal Tanah 20,00
-
B. MODAL GEDUNG & BANGUNAN
1.500,00
1.089,55
1.000,00
500,00
0,84 0,10
- B. MODAL ASET TETAP LAINNYA
B.M Bangunan Gedung B.M Tugu Titik Kontrol/Pasti B.M Monumen 100,00 92,89
77,60
80,00
B. MODAL JALAN, JARINGAN, DAN IRIGASI
1.500,00 1.271,57 60,00
40,00
1.000,00 17,66
20,00 10,47
3,23 0,24 0,20
500,00 -
313,88
9,64
-
B.M Jalan dan Jembatan B.M Bangunan Air B.M Instalasi
Sumber Data : Sistem Informasi Pemerintah Daerah (SIPD), Ditjen Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri, 2021. 53
PEMBIAYAANPAD
DAERAH
APBD PROVINSI
APBD KAB.
ACEH
... TA
TA2019
2021
milyar rupiah
2.887,08 307,00
90,39% 9,61%
Penerimaan Pembiayaan
3500,000
2.887,08
3000,000
2500,000 Penerimaan Pembiayaan
2000,000 300,000 242,00
250,000
1500,000 200,000
1000,000 150,000
100,000 65,00
500,000 50,000 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 -
-
27
TOTAL PER JENIS SIMPANAN PROVINSI & KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI
POSISI AGUSTUS 2021
triliun rupiah TOTAL = 178.95 triliun rupiah TOTAL = 56.42
PROVINSI
PROVINSI
PROVINSI & KAB/KOTA 33,33
35,00
140,00
30,00
122,42 25,00 22,60
120,00 20,00
15,00
10,00
100,00 5,00 0,49
0,00
SIMPANAN PEMDA
80,00
GIRO DEPOSITO TABUNGAN
Sumber Data : Bank Indonesia, 2021, Data Diolah – 31 Agustus 2021, 18.00 WIB.
17.361,62
17.108,16
30.000,00
25.000,00
9.287,20
9.252,62
9.143,58
20.000,00
7.339,52
6.013,41
5.652,01
5.476,82
5.263,81
4.892,94
4.801,90
4.642,08
4.460,06
3.689,75
3.582,28
3.418,28
3.269,59
3.148,53
15.000,00
2.789,70
2.751,99
2.731,87
2.588,81
1.872,38
1.786,78
1.769,45
1.769,28
1.588,01
1.542,23
1.166,22
1.009,31
991,54
980,06
10.000,00
5.000,00
-
Simpanan Pemda tertinggi di Perbankan Posisi Agustus 2021 berada pada bank yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur dengan nilai mencapai
Rp25,81 T. Sementara itu, terendah berada pada Bank yang berlokasi di Provinsi Maluku Utara dengan nilai sebesar Rp0,98 T.
Ket:
Jumlah dana simpanan pemda sebagaimana tersebut di atas, merupakan saldo simpanan berdasarkan lokasi dimana bank-bank berada. Sehingga saldo
simpanan pemda diperbankan pada suatu daerah bisa jadi tidak hanya milik dari pemda setempat, namun ada kemungkinan milik pemda lain yang
membuka rekening pada bank-bank di daerah tersebut.
Sumber Data : Bank Indonesia, 2021, Data Diolah – 31 Agustus 2021, 18.00 WIB.
28
SIMPANAN PROVINSI DI PERBANKAN
POSISI AGUSTUS 2021
miliar rupiah 7.129,03 Total = 56,421.19
6.139,78 Rata-Rata = 1,659.45
6.013,41
5.666,79
8.000,00
4.316,63
7.000,00
6.000,00
2.914,32
5.000,00
2.264,83
1.827,41
1.734,03
1.634,03
1.359,07
1.329,35
4.000,00
1.225,15
1.115,16
1.032,76
896,00
3.000,00
858,23
836,54
831,36
772,88
767,35
715,60
602,31
563,08
548,04
486,34
458,02
444,62
396,72
380,81
331,95
328,96
284,97
215,62
2.000,00
1.000,00
0,00
Simpanan Pemda tertinggi di Perbankan Posisi Agustus 2021 berada pada bank yang berlokasi di Provinsi Jawa Timur dengan nilai mencapai
Rp7,13 T. Sementara itu, terendah berada pada Bank yang berlokasi di Provinsi Kepulauan Riau dengan nilai sebesar Rp0,21 T.
Ket:
Jumlah dana simpanan pemda sebagaimana tersebut di atas, merupakan saldo simpanan berdasarkan lokasi dimana bank-bank berada. Sehingga saldo
simpanan pemda diperbankan pada suatu daerah bisa jadi tidak hanya milik dari pemda setempat, namun ada kemungkinan milik pemda lain yang
membuka rekening pada bank-bank di daerah tersebut.
Sumber Data : Bank Indonesia, 2021, Data Diolah – 31 Agustus 2021, 18.00 WIB.
Rata-Rata = 241.21
4.000,00
3.500,00
3.000,00
1.832,14
1.740,39
1.723,02
1.627,60
1.599,67
2.500,00
1.425,44
2.000,00
1.066,44
972,15
951,61
1.500,00
1.000,00 488 KABUPATEN/KOTA
0,00001
LAINNYA
0,0002
0,001
0,001
500,00
0,03
0,03
0,02
0,01
0,00
0,00
0,00
10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
SIMPANAN PEMDA DI PERBANKAN TERBESAR SIMPANAN PEMDA DI PERBANKAN TERKECIL
29
SIMPANAN KABUPATEN/KOTA SE-PROVINSI ACEH DI PERBANKAN
POSISI AGUSTUS 2021
miliar rupiah Total = 3,476.79
Rata-Rata = 151.16
600,00
481,53
474,47
500,00 437,19
400,00 338,21
256,19
251,47
241,39
199,59
190,63
300,00
132,97
116,23
115,27
200,00
93,80
92,77
20,61
100,00
0,001
8,97
8,40
7,63
7,42
1,77
0,25
0,03
0,00
Sumber Data : Bank Indonesia, 2021, Data Diolah – 31 Agustus 2021, 18.00 WIB.
60
30
TREN 3 BULAN TERAKHIR PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN
APBD PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA TA 2020-2021
30 September 2020
100,00% Provinsi, Kabupaten/Kota 743.34 T
Realisasi pendapatan
626.39 T daerah sampai dengan
80,00% 536.70 T 66,55%
17 September 2021
53,65%
60,00% 48,21% terdiri dari dana
40,00% 52,51% 57,43% transfer Rp437.65T
45,06% atau 65.33% dan
20,00% 583.92 T 669.92 T
524.57 T 17 September 2021 sisanya Rp232.27T
0,00% atau 34.67%
Juli Agustus September bersumber dari diluar
TA 2020 TA 2021 dana transfer.
Sumber Data : Laporan 509 Pemda (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
61
80,00%
61,24%
60,83%
59,77%
59,07%
58,70%
57,95%
57,29%
57,03%
55,65%
55,38%
55,33%
54,46%
54,42%
53,36%
53,31%
52,33%
51,89%
70,00%
50,73%
44,41%
44,37%
60,00%
39,13%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00%
10,00%
0,00%
31
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN
APBD KABUPATEN/KOTA SE-INDONESIA TA 2021
92,70%
Rata-Rata Kab/Kota = 57.48%
83,44%
82,92%
78,81%
78,67%
100,00%
77,27%
71,72%
71,04%
70,94%
70,86%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
36,70%
36,08%
36,07%
35,51%
35,33%
35,06%
34,84%
34,06%
50,00%
22,88%
18,58%
40,00%
30,00%
20,00% 488 KABUPATEN/KOTA
LAINNYA
10,00%
0,00%
10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERBESAR PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERKECIL
*) LRA 31 Juli 2021 PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN RATA-RATA KAB/KOTA
Sumber Data : Laporan 475 Kab/Kota (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
63
82,92%
78,67%
100,00%
77,27%
71,72%
70,94%
70,86%
70,75%
70,48%
90,00%
80,00%
70,00%
60,00%
36,70%
36,08%
36,07%
35,51%
35,33%
35,06%
34,84%
34,06%
50,00%
22,88%
18,58%
40,00%
30,00%
20,00% 395 KABUPATEN
LAINNYA
10,00%
0,00%
10 KABUPATEN 10 KABUPATEN
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERBESAR PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERKECIL
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN RATA-RATA KABUPATEN
Sumber Data : Laporan 385 Kabupaten (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
64
32
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN
APBD KOTA SE-INDONESIA TA 2021
Rata-Rata Kota = 57.81%
78,81%
71,04%
70,47%
70,27%
90,00%
68,05%
67,36%
67,21%
67,10%
66,34%
65,53%
80,00%
51,02%
50,68%
50,49%
50,44%
70,00%
49,35%
48,97%
47,36%
47,02%
40,30%
60,00%
39,16%
50,00%
40,00%
30,00%
20,00% 73 KOTA LAINNYA
10,00%
0,00%
10 KOTA 10 KOTA
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERBESAR PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN TERKECIL
PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN RATA-RATA KOTA
Sumber Data : Laporan 90 Kota (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
65
Sumber Data : Laporan 509 Pemda (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
66
33
PERSENTASE REALISASI BELANJA
APBD PROVINSI SE-INDONESIA TA 2021
Rata-Rata Provinsi = 48.49%
70,09%
68,31%
67,79%
66,73%
66,03%
65,17%
64,67%
63,58%
63,31%
62,84%
63,00%
62,21%
61,41%
61,24%
60,83%
59,77%
59,07%
58,70%
57,95%
57,29%
57,03%
80,00%
55,65%
55,33%
55,38%
54,42%
54,46%
53,36%
53,31%
52,33%
51,89%
50,73%
70,00%
44,41%
44,37%
39,13%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00%
61,53%
60,01%
58,03%
57,04%
56,86%
56,06%
55,08%
54,80%
53,43%
52,81%
52,80%
52,65%
51,36%
50,63%
50,56%
50,35%
50,22%
49,56%
49,14%
48,83%
48,52%
48,20%
47,06%
46,81%
45,63%
44,81%
43,26%
43,19%
43,09%
41,79%
41,03%
41,02%
37,15%
36,83%
20,00%
10,00%
0,00%
• Prov. Lampung, Prov. Kalimantan Tengah, Prov. Kalimantan Selatan, Prov. Jambi, dan Prov. Papua menggunakan Uang Kas
yang Tersedia.
PERSENTASE REALISASI BELANJA PERSENTASE REALISASI PENDAPATAN RATA-RATA PROVINSI
Sumber Data : Laporan 34 Provinsi (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
67
64,03%
63,10%
80,00%
62,21%
61,30%
60,68%
60,66%
60,29%
60,21%
60,19%
70,00%
60,00%
50,00%
29,82%
29,75%
29,41%
28,82%
27,90%
26,87%
24,02%
23,99%
40,00%
22,25%
21,75%
30,00%
20,00% 488 KABUPATEN/KOTA
10,00% LAINNYA
0,00%
10 KABUPATEN/KOTA 10 KABUPATEN/KOTA
PERSENTASE REALISASI BELANJA TERBESAR PERSENTASE REALISASI BELANJA TERKECIL
*) LRA 31 Juli 2021
**) LRA 31 Agustus 2021 PERSENTASE REALISASI BELANJA RATA-RATA KAB/KOTA
Sumber Data : Laporan 475 Kab/Kota (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
68
34
PERSENTASE REALISASI BELANJA
APBD KABUPATEN SE-INDONESIA TA 2021
Rata-Rata Kabupaten = 47.51%
71,09%
64,03%
63,10%
80,00%
62,21%
61,30%
60,66%
60,29%
60,21%
60,19%
60,08%
70,00%
60,00%
50,00%
29,82%
29,75%
29,41%
28,82%
27,90%
26,87%
24,02%
23,99%
40,00%
22,25%
21,75%
30,00%
20,00% 395 KABUPATEN
10,00% LAINNYA
0,00%
10 KABUPATEN 10 KABUPATEN
PERSENTASE REALISASI BELANJA TERBESAR PERSENTASE REALISASI BELANJA TERKECIL
PERSENTASE REALISASI BELANJA RATA-RATA KABUPATEN
Sumber Data : Laporan 385 Kabupaten (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
69
58,41%
57,65%
55,24%
55,12%
55,00%
54,91%
54,60%
70,00%
54,47%
54,39%
60,00%
39,03%
38,12%
37,74%
37,40%
36,74%
36,72%
36,30%
36,03%
50,00%
33,34%
33,12%
40,00%
30,00%
20,00%
73 KOTA LAINNYA
10,00%
0,00%
10 KOTA 10 KOTA
PERSENTASE REALISASI BELANJA TERBESAR PERSENTASE REALISASI BELANJA TERKECIL
*) LRA 31 Agustus 2021 PERSENTASE REALISASI BELANJA RATA-RATA KOTA
Sumber Data : Laporan 90 Kab/Kota (Data Diolah), Ditjen Bina Keuangan Daerah, 2021 – 17 September 2021, 18.00 WIB.
70
35