Tugastot
Tugastot
Tugastot
20180711014061
UNIVERSITAS CENDRAWASIH
2020
TANAMAN OBAT TRADISIONAL YANG ADA DISUKU PAPUA
1. Jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat yang ada di Papua
Tanaman ini termasuk tanaman perdu kecil yang tumbuh tegak, tinggi tanaman sekitar
3m. Batang bulat, berkayu, bercabang, berduri jarang dan percabangan simpodial warna-
nya putih kotor. Daunnya tunggal, berwarna hijau, tersebar, berbentuk bulat telur, berca
ngap, tepi rata , ujung meruncing dan panjang se kitar 27 - 30 cm dan lebar 20 - 24 cm,
pertula ngan menyirip dan ibu tulang berduri. Buah buni, bulat, apabila masih muda
berwarna hijau setelah tua berwarna jingga. Bijinya pipih, kecil, licin berwarna kuning
pucat, berakar tunggang berwarna kuning pucat
Habitat dan penyebarannya : Tumbuh di mana-mana pada lahan yang dibiarkan, baik
di dataran rendah ataupun di dataran tinggi, pada tanah yang gembur atau berbatuan
dengan air yang cukup. Spesies ini awalnya menyebar Asia, namun kini terse bar luas
sampai di wilayah tropis Indonesia, termasuk di Papua. Tumbuh liar di hutan-hutan
semak dan di hutan-hutan terbuka. Hidup dari dataran rendah sampai di dataran tinggi
pada ketinggian 1600 m. Dpl
Penggunaan Secara Tradisional. Menurut masyarakat Timika buah terong hutan dapat
dijadikan bahan alami untuk menahan kesuburan pria (inaktif-sperma) secara
temporer/sementara selama kurang lebih 40 hari apabila dimakan, apabila konsumsi
terong hutan dihentikan maka pria tersebut akan kembali normal (dapat digunakan
sebagai kontrasepsi alamiah).
Tumbuhan berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 10 m. Daun roset tersusun atas
empat tingkatan, daun leba r, ujung runcing dengan bagian te pi berduri, berwarna hijau
ke kuningan. Memiliki perakaran yang mirip dengan pohon kelapa. Buah anggur
berbentuk tandan dan masing-masing memiliki berat bisa mencapai beberapa kg.
S.sinuoasa merupakan salah satu spesies dari dua spesies yang diketahui (spesies yang
lain S.philipinensis penyebarannya di Filipina), jenis ini ditemuka n di Kepuluan Yapen,
Waropen dan Jayapura, dapat tumbuh pada ke tinggian 0-200 m dpl.
Merupakan tumbuhan pohon, tinggi dapat mencapai 3 m. Batang coklat berdiameter 2-4
cm. Daun majemuk, anak daun tersusun berselang seling gasal jumlah 11-13, anak daun
berbangun jorong, berwarna hijau agak muda, ukuran 2-5 cm , tangkai daun pendek.
Bunga dan buah dibawah tangkai ibu tulang daun majemuk pada setiap ketiak anak daun.
Buah bulat berkendaga ukurannya kecil (0.5-1 cm) berwarna hijau kekuningan dan akan
berubah warna menjadi hitam ketika sudah tua. Habitat dan penyebarannya. Banyak
tumbuh di dataran rendah seperti daerah pantai tetapi agak sedikit jauh dari pantai.
Tumbuh di tanah subur, gembur, dengan kadar air yng cukup. Menyebar di dataran
rendah yang datar pada ketinggian sampai 50 m dpl. Banyak dijumpai hampir disemua
dataran rendah pantai utara Papua
Penggunaan secara tradisional. Masyarakat Timika dan Jayapura memanfaatkan daun
katuk untuk menyembukan kanker payudara , kanker rahim dan kista. Cara meramunya,
daun katuk hutan secukupnya dicuci bersih kemudian direbus dengan air bersih. Air
rebusannya diminum 2x sehari pagi dan sore hari sampai penyaklitnya sembuh.
Informasi kandungan senyawa kimia dan aktivitas farmakologi. Belum ada laporan
Glochidion sp. Var. Biak
Famili : E uphorbiaceae
Nama lok al : Sampare (Biak Papua)
Nama lain :
Berupa tumbuhan perdu, tinggi 2-3 m, cabang menyudut ke atas. Daun majemuk
menyirip gasal , anak daun berseling, berpasangan 8– 15 pasang, bangun anak daun
memanjang-oval, ketika masih muda berwarna kecoklatan agak merah. Ranting dan
tangkai daun merah kecoklatan. Bunga tersebar di ketiak anak daun, daun mahkota bunga
berwarna ke hijaun sedikit ke kuningan, ukuran kecil 3-5 mm, seperti lonceng. Buah
bulat berkendaga 5 bagian, ukuran diameter 1-1,5 c m. Berbunga dan berbuah dapat
sepanjang tahun tidak mengenal musim.
Habitat dan penyebarannya. Tumbuh liar di hutan hujan tropis dengan habitat tanah
yang agak kering, di tanah gembur, di lahan terbuka, di lading atau di tepi-tepi jalan.
Menyebar luas di daerah tropis, banyak tumbuh di daerah Biak Papua mulai dari dataran
rendah sampai ketinggian kira-kira 8- 25 m dpl. (diatas permukaan laut)
Penggunaan secara tradisional. Tumbuhan ini digunakan secara luas di dataran rendah
Papua terutama di Biak Papua digunakan untuk me ngobati malaria. Cara meraciknya 2
tangkai daun sampare yang tidak terlalu tua di cuci bersih,kemudian direbus dengan air.
Air rebusan daun sampare diminum 2x sehari pagi dan sore hari sampai penderita malaria
sembuh (biasanya anta ra 3-5 hari)
Tumbuhan perdu atau pohon kecil (tinggi sekitar 1.5-2 m ) memiliki batang berkayu
silindris, dan teg k. Daun tunggal, mempunyai struktur posisi daun tersusun berhadapan
dengan helaian daun tipis teg r, ujung daun runcing dengan tepi daun rata. Bunga
bersusun da am rangkaian tandan yang berwarna merah tua. Bunga majemuk, muncul
dari ujung batang. Ada beberapa varietas dari tumbuhan ini diantara nya
Graptophyllumpictum varluridosanguineum, Graptophyllumpictum aureavariegata,
Graptophyllumpictum roseavariegata.
Cara Pemanfaatan Secara Tradisional: Daun dicuci dan dibersihkan, kemudian daun
dikeringkan dan dibuat seduhan sebagai minuman.
Tumbuhan dapat mencapai 2.5 m, berumbi batang, berbatang semu yang tersusun atas
kumpulan pelepah daun tegak dan berbentuk rimpang, berwarna hijau .Daun tunggal, dan
bertangkai panjang, Helaian daun bentuknya bundar memanjang sampai lanset, ujung dan
pangkal runcing, tepirata, pertulangan menyirip. Bunganya bunga ma jemuk berbentuk
bulir yang tandannya keluar langsung dari rimpang, bunga mekar secara bergiliran dari
kantong-kantong daun pelindung yang besar, pangkal daun pelindung berwarna putih,
ujung daun pelindung berwarna ungu ke meraha n. Mahkota bunga berwarna kuning.
Rimpangnya cukup besar dan bercabang-cabang. Rimpang mempunyai aroma khas yang
disebabkan oleh kandungan minyak atsirinya.
Kegunaan bagi Masyarakat: Obat untuk menyem buhkan luka luar dan dalam,paruparu
basah dan asma.
Merupakan pohon besar yang hijau sepanjang tahun, tinggi lebih kurang 15-50 m, bergeta
h putih seperti susu. Kulit batang tebal, warna coklat keabu-abuan, permukaan batang
mempunyai lentisel dan banyak bergalur. Daun memanjang tersusun melingkar 4-7 daun,
permukaan halus, umumnya bergerombol pa da ujung cabang. Bunga kecil, berwarna
putih kehijauan, mempunyai aroma yang kuat. Kalik bergerigi, mahkota bunga berbentuk
tabung panjang 8-10 mm, bagian luarnya berambut halus. Mempunyai kantung kelenjar
yang panjang dan sempit. Biji berwarna coklat berambut pada kedua ujungnya. Musim
berbunga pada bulan April.
Termasuk tumbuhan terna tegak, ketinggian dapat mencapai 90 cm. batang berwana
hijau, diameter kurang dari 1 cm. Daun tunggal bentuk memanjang, ujung daun
meruncing, pangkal daun runcing , panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm.
Habitat dan penyebarann ya. Tumbuh subur pada tanah yang gembur dan basah, pada
dataran rendah sampai ketinggian 700 m dpl. dengan curah hujan cukup 2000-8000
mm/tahun, dengan temperatur 25-32 ℃, kelembaban sedang 70-90%. Asalnya diduga
dari Asia Tropika. Penyebarannya dari India meluas ke selatan sampai Myanmar dan ke
timur sampai semenanjung Malaysia, kemudian diketemukan sampai di Jawa dan bahkan
diPapua.
Penggunaan secara tradisional. Masyara kat Papua seperti di daerah Kabupaten Sarmi
tumbuhan Sambiloto digunakan untuk menyembuhkan penyakit malaria , Carame ngguna
kannya , 10-15 helai daun Sambiloto direbus dengan air bersih sampai mendidih,
kemudian diminum air rebusan 2 x sehari sampai sembuh.
Informasi Kandungan kimia dan Aktifitas farmakoogi. Kandungan utamanya
diterpen laktonandrografolida juga mengandung andrografin, panikolin, pa nikolida,
antioksida n fla vonoid. Aktifitas farmakologi kandungan zat andrografolida dalam
ekstrak mempunyai efek mencegah penyakit hati atau hepar, antikanker, antidiare,
antiinflamasi, antidiabetes dan dapat meningkatkan sistem imun. Air rebusan Sambiloto
dapat memberikan penurunan kadar gula darah, dengan takaran 0,3 ml / kg berat badan
sebanding dengan pemberian suspensi obat penurun gula darah glibencla mid, dapat
digunakan untuk anti peradangan, memperlancar air seni (diuretika), penurun panas
(antipire tik), obat sakit perut, kandungan senyawa Kalium nya dapat menurunkan
tekanan darah tinggi dan dipercaya dapat mengobati tifus.
Tumbuhan menjalar dan berbunga setiap tahun. Tumbuh merambat dengan stolon dan
tidak memiliki batang. Daun hijau tunggal, berbentuk seperti ginjal, bertangkai dengan
panjang tangkai 15 cm, tepi daun bergrigi.
Habitat dan Distribusi: Tumbuhan banyak terdapat di wilayah pegunungan tengah
seperti Wamena dan Timika.
Bagian yang digunakan : Seluruh Tumbuhan
Cara Pemanfaatan Secara Tradisional: Daun tumbuhan ini direbus dan diminum.
Kegunaan bagi Masyarakat : Untuk penurun demam atau panas, penyakit ayan.