Laporan Praktikum Kimia Organik Modul 1 Identifikasi Senyawa Hidrokarbon
Laporan Praktikum Kimia Organik Modul 1 Identifikasi Senyawa Hidrokarbon
Laporan Praktikum Kimia Organik Modul 1 Identifikasi Senyawa Hidrokarbon
Dosen Pengampu :
Di susun oleh :
BOGOR
2022
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
hidrokarbon ditentukan oleh jenis ikatannya. Hidrokarbon
jenuh (alkana) tidak reaktif terhadap Sebagian besar preaksi.
Hidrokarbon tak jenuh, (alkena dan alkuna) dapat mengalami
reaksi adisi pada ikatan rangkap dua atau rangkap tiganya.
Senyawa aromatic biasanya mengalami reaksi substitusi.
(Anonim,2012)
Hidrokarbon dapat diklarifikasikan menurut macam-macam
ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan
karbon-karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau
tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh. (Fesenden,1997)
Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas
atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau
lebih.Hidrokarbon aromatic merupakan golongan khusus
senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar
enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih-
ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon
asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang
khas. (Syukri,1999)
Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam
alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada
pasangan electron bebas. Semua electron terikat kuat oleh
kedua atom. Akibatnya , senyawa ini cukup stabil dan
disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif.
(wilbrahim,1992)
Karbon-karbon dari suatu hidrokarbon dapat Bersatu sebagai
suatu rantai atau suatu cincin.hidrokarbon jenuh dengan
atom-atomnya bersatudalam suatu rantai lurus atau rantai
yang bercabang diklarifikasikan sebagai alkana. Suatu rantai
lurus berarti dari tiap atom karbon dari alkana akan terikat
2
pada tidak lebih dari dua atom karbon lain. Suatu rantai
cabang alkana mengandung paling sedikit sebuah atom
karbon yang terikat pada tiga atau lebih atom karbon lain.
(Fesseenden,1997)
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair,
dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana
merupakan zat non polar, zat yang tak larut dalam air dengan
kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. selain alkana juga
ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih
ikatan rangkap dua karbon-karbon. Senyawa ini dikatakan
tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom
yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon.
(Petrucci, 1987)
Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan
hidrokarbon aromatic dari batu bara. Semua hidrokarbon,
alifatik dan aromatic mempunyai tiga sifat umum, yaitu tidak
larut dalam air, lebih ringan disbanding air dan terbakar di
udara. (Wilbraham,1992)
3
BAB II
ALAT DAN BAHAN
4
BAB III
PROSEDUR KERJA
5
6. Lalu amati setiap perubahan yang terjadi
b. Uji KMnO4
1. Berikan lable pada tabung reaksi dengan nama
senyawa yang akan di uji.
2. Kemudian masukan kedalam tabung reaksi masing
masing 5 tetes senyawa hidrokarbon (n-Heksena,
toluena, bensin, minyak tanah)
3. Tetesi sedikit demi sedikit larutan 1% KMnO4 disertai
pengocokan setiap penetesan.
4. Hitung jumlah tetesan larutan 1% KMnO4 hingga
warna tetap dan tidak hilang
c. Uji H2SO4
1. Berikan label pada tabung reaksi dengan nama
senyawa yang akan di uji.
2. Kemudian masukan kedalam tabung reaksi masing
masing 5 tetes senyawa hidrokarbon (n-Heksena,
toluena, bensin, minyak tanah)
3. Lakukan percobaan pada satu per satu tabung reaksi
6
4. Tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat pada tabung
5. Kemudian pengang tabung dan rasakan apakah
terjadi perubahan suhu.
6. Amati apakah larutan menjadi homogen bercampur
atau terjadi perubahan warna
d. Uji HNO3
1. Berikan label pada tabung reaksi dengan nama
senyawa yang akan di uji.
2. Masukan kedalam tabung reaksi masing-masing
tabung 1ML H2SO4 pekat dan 0,5 ml (10 tetes ) HNO3
pekat, dinginkan
3. Tambahkan 5 tetes senyawa hidrokarbon (n-
Heksena, toluena, bensin, minyak tanah).
4. Kemudian masukan tabung reaksi kedalam penangas
air selama 10 menit
5. Sesekali aduk dengan menggoyangkan tabung reaksi
6. Tuangkan isi tabung kedalam gelas piala yang telah
berisi pecahan es batu.
7. Lakukan percobaan tersebut satu per satu setiap
tabung
8. Lalu amati
7
BAB IV
DATA PENGAMATAN
Sampel Air
Kelarutan Densitas
hidrokarbon
Heksana Sebelum Bagian atas heksana
dikocok Bawah
Tidak larut air
Sesudah
dikocok
Tidak larut
Toluena Sebelum Bagian atas toluena
dikocok Bawah Air
Tidak larut
Setelah di kocok
Sesudah
senyawa sempat terlarut
dikocok
berwarna keruh namun
Tidak larut
kemudian terpisah
kembali
8
Tidak larut
Sesudah
dikocok
Tidak larut
9
Minyak Sebelum Bagian atas minyak
Tanah dikocok tanah
Tidak larut Bawah Minyak kelapa
Sesudah
dikocok
Tidak larut
Mudah menguap
Mudah Menguap
10
Tidak Mudah menguap
11
c. Table Percobaan ke 5 :Uji H2SO4
Hidrokarbon
5 tetes Heksana+ 10 Larutan tetap bening (tidak berbau)
Tetes HNO3
12
2) Uji HNO3 dengan pemanasan selama 10 menit
Sampel Hasil
Hidrokarbon
5 tetes Heksana+ 10 Larutan tetap bening (tidak berbau)
Tetes HNO3
Sampel Hasil
Hidrokarbon
5 tetes Heksana+ Larutan tetap bening menyengat
10 Tetes HNO3 ditenggorokan
13
4.3 Reaksi yang dihasilkan
a. Kelarutan dan Densitas Dalam Air
14
Gambar 4.5 Reaksi n-heksana dengan klorofom (minyak kelapa)
15
Reaksi pembakaran pentana (Paraffin)
b. Uji KMnO4
Reaksi KMnO4 dengan n-heksana
c. Uji H2SO4
16
BAB V
PEMBAHASAN
17
hidrogen. Walaupun secara biologis persenyawaan hidrokarbon
tidak penting, tetapi persenyawaan hidrokarbon biologis dapat
dipandang sebagai turunan dari hidorkarbon (Riyanti, 2008).
Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam
ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-
karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon
jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang
mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon
tak jenuh (Fessenden, 1997).
18
Fase yang terbentuk dapat dilihat berdasarkan massa
jenisnya,pada bagian atas senywa hidrokarbon dan pada bagian
bawah yaitu air. Hal ini disebabkan massa jenis air lebih besar
dibandigkan massa jenis senyawa hidrokarbon .
19
terbentuklah 2 fasa (Martin, 2012). Menurut Riswiyanto (2009),
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepolaran suatu senyawa
adalah momen dipol, bentuk molekul, gugus fungsi, jumlah atom
C, konstanta dielektrik, keelektronegatifan, dan kelarutan dalam
air
20
oksigen pada pereaksi pembakaran dan hasil pembakaran
tersebut menghasilkan gugus H dan C lepas dipengaruhi oleh
terjadinya oksidasi. Pada senyawa n-heksana api termasuk
lumayan agak besar, hal ini dipengaruhi dari sifat alkane yang
sulit untuk cepat teroksidasi yang menyebabkan tidak adanya
asap saat pembakaran berlangsung.
21
terjadi reaksi warna kuning kecoklatan,pada tetes kedua menjadi
warna merah anggur,pada saat tetes ke 3 merah keunguan tetes
ke 4 merah pekat dan pada tetes ke 5 terjadi warna coklat.
Penambahan KMnO4 secara sedikit demi sedikit bertujuan untuk
mengoksidasi zat organik tersebut sehingga tidak
mempengaruhi hasil penentuan indikasi terjadinya reaksi
(Mulyono, 1996). Fungsi dari pengocokan agar larutan 1% KMnO4
aqueous dengan senyawa hidrokarbon menjadi homogen dan
mempercepat proses reaksi (Mulyono, 2005). Kemudian jumlah
tetesan 1% KMnO4 aqueous dihitung hingga warnanya tetap ada
dan tidak hilang, penambahan tidak lebih dari 10 tetes.
Penambahan 5 tetes KMnO4 pada n- heksana, toluena, benzena,
dan paraffin menghasilkan larutan berwarna ungu pekat dan
terbentuk 2 fasa serta gelembung. Gelembung yang terbentuk
menandakan adanya reaksi oksidasi pada senyawa hidrokarbon
dengan KMnO4 (Martin, 2012)
22
Pada percobaan dengan H2SO4 Uji H2SO4 dilakukan
menunjukkan sifat kimia dari senyawa hidrokarbon yang dapat
bereaksi ataupun tidak bereaksi dengan asam sulfat (Martin,
2012) percobaan diawali dengan ditambahkan 5 tetes n-
heksana,toluene,bensin,dan minyak tanah pada masing masing
tabung. Pada masing masing tabung ditambahkan 3 tetes H 2SO4
pekat hasil yang terbentuk adalah terbentuk 2 fase dan tidak
berwarna serta ada larutan yang terasa panas dan hangat. Hal ini
dikarenakan terjadi reaksi eksoterm yaitu reaksi kalor dari system
ke lingkungan Penambahan 5 tetes H2SO4 pada n-heksana
menghasilkan larutan yang bening dengan suhu yang hangat.
Penambahan 5 tetes H2SO4 pada toluena menghasilkan larutan
yang keruh dengan suhu yang konstan. Penambahan 5 tetes
H2SO4 pada benzena menghasilkan larutan bening dan terbentuk
2 fasa dengan suhu yang konstan. Penambahan 5 tetes H2SO4
pada paraffin menghasilkan larutan kuning dan terbentuk 2 fasa
dengan suhu yang konstan. Perubahan suhu terjadi karena
adanya perbedaan titik didih antara asam sulfat dengan senyawa
hidrokarbon sehingga menghasilkan panas (eksoterm) (Mulyono,
1996). Adanya campuran yang homogen dan tidak homogen
dikarenakan adanya perbedaan densitas dan jenis kepolaran
senyawa (Martin,2102).
23
Pada percobaan dengan HNO3,Dimana ke dalam masing
masing tabung kita teteskan 1 ml H 2SO4 dan0,5 ml HNO3
kemudian ditambahkan masing masing dalam tabung 5 tetes
senyawa n –heksana,toluene,bensin,dan minyak tanah setelah
dimasukkan ke dalam penangas air selama 10 menit untuk n-
heksana larutan tetap bening tidak timbul bau,untuk
toluene,bensin,dan minyak tanah terjadi perubaha warna larutan
tetapi tidak timbul bau.
BAB VI
SIMPULAN
24
kelarutan dan densitas dalam air dan kloroform. Hidrokarbon
tidak larut dalam air karena bersifat polar dan larut dalam
kloroform yang bersifat non polar, namun dalam percobaan ini
didapatkan hasil yang negatif dikarenakan hidrokarbon tidak
larut didalam kloroform. n-heksana, toluena dan benzena
mempunyai densitas yang rapat saat dicampur dengan air,
sedangkan paraffin tidak rapat serta terbentuk 2 fase pada
senyawa hidrokarbon dengan air. Sifat kimia hidrokarbon dapat
diamati melalui percobaan pembakaran, uji KMnO4, dan uji
H2SO4.
25
LAMPIRAN
Gambar 2 :
Heksana Toulena
26
Minyak Tanah Bensin
27
Gambar 6 :Uji HNO3
Sebelum Pemanasan
Gambar 8 :
Dituang ke dalam gelas piala yang berisi pecahan es batu
28
DAFTAR PUSTAKA
29