Problematika Pembelajaran Ips
Problematika Pembelajaran Ips
Problematika Pembelajaran Ips
JUDUL PENELITIAN:
IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS
(Kajian di SMP N 5 Yogyakarta, SMP N 8 Yogyakarta, dan SMP
Muhammadiyah 1 Yogyakarta )
OLEH :
Dr. Taat Wulandari, M.Pd 19760211 200501 2 001
Dr. Supardi, M. Pd 19720315 200312 1 001
Dr. Nasiwan, M.Si 19650417 200212 1 001
Sylvi Marini 17705251004
1
IDENTIFIKASI PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN IPS
(Kajian di SMP N 5 Yogyakarta, SMP N 8 Yogyakarta, dan SMP
Muhammadiyah 1 Yogyakarta )
ABSTRAK
2
BAB I
PENDAHULUAN
ekonomi, sosial, budaya, politik, dan aspek kehidupan lain. pendidikan yang
bagus akan melahirkan tenaga kerja yang berkualitas. Tenaga berkualitas baik
memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang lebih baik, dan dalam penyiapan
Untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, maka diperlukan generasi yang
cerdas. Pembukaan UUD 1945 secara jelas menyebutkan bahwa salah satu tujuan
3
Dalam rangka mencapai bangsa yang cerdas perlu diupayakan melalui
pendidikan. Itulah sebabnya, Pasal 31 ayat (1) dinyatakan bahwa setiap warga
negara berhak untuk memperoleh pengajaran atau pendidikan. Hingga saat ini,
Permasalahan tersebut diantaranya adalah terkait dengan akses dan yang kedua
erat dengan upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat dan daya saing
kemanusiaan yang meliputi keteguhan iman dan takwa serta berakhlak mulia,
kualitas jasmani.
didik. Hasil belajar juga dapat menjadi salah satu indikator kualitas pendidikan
yang sering digunakan. Apabila melihat kualitas hasil belajar yang dilakukan oleh
4
Faktor lain yang berpengaruh kepada kualitas dan daya saing pendidikan
Pembelajaran IPS menjadi salah satu yang diteliti diantara sekian banyak mata
IPS adalah untuk menjadikan warna negara yang baik (good citizenship).
tujuan ideal setelah mempelajari IPS. Jika hal tersebut masih terjadi pada
karena perlu untuk diungkapkan permasalahan apa saja dalam pembelajaran IPS
5
sehingga dapat efektif dicari solusi yang tepat untuk mewujudkan tujuan
pembelajaran IPS.
B. Identifikasi Masalah
akurat.
C. Batasan Masalah
6
peningkatan kualitas pendidikan proses pembelajaran yang belum efisien dan
evaluasi hasil belajar tidak termonitor secara efektif oleh para supervisor,
D. Rumusan masalah
E. Tujuan Penelitian
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Problematika
berasal dari bahasa inggris, yakni dari kata problematic yang berarti
hal yang menimbulkan masalah. Pengertian ini juga merujuk kepada segala
suatu disparitas antara harapan ideal atau kondisi yang ideal dengan realita
masalah. Apabila kondisi yang senjang tersebut terjadi secara terus menerus
tanpa ada pemecahan, situasi ini juga dapat disebut sebagai atau telah terjadi
masalah. Masalah yakni suatu persoalan atau kendala yang perlu dipecahkan.
Problema merupakan suatu hal yang belum dapat dipecahkan dan dapat
8
problematika yakni suatu kesenjangan yang mana antara harapan dan
mengatasinya. Apabila tidak ada atau belum diatasi maka persoalan ini
B. Pembelajaran IPS
1) Pembelajaran
9
komponen, antara satu komponen pengajaran dengan yang lainnya
tersebut.
tertentu. Ada unsur keterlibatan antara peserta didik dan guru dalam
2) IPS
a) Pengertian IPS
10
PPSP (Proyek Perintis Sekolah Pembangunan), yang merupakan
itu lebih mempunyai arti bagi peserta didik serta untuk mencegah
fundamental belaka. Pada tingkat yang lebih tinggi ilmu ini sudah
11
berkembang sedemikian rupa. Oleh karena itu, IPS yang dipelajari
pada perguruan tinggi disebut dengan istilah lain yaitu social science.
sosial dalam IPS juga menjadi inti dari pengertian tentang IPS yang
12
macam ide dari berbagai bidang, termasuk sejarah, ilmu-ilmu
pada jenjang pendidikan dasar. Mengingat IPS merupakan salah satu mata
13
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang
Terkait dengan hal tersebut di atas, maka mata pelajaran IPS harus
dan perubahan, (c) sistem sosial dan budaya, dan (d) perilaku ekonomi
dan kesejahteraan.
yang satu dengan yang lainnya memberikan garis besar yang sama,
14
yaitu bahwa IPS merupakan perpaduan dari berbagai cabang ilmu-ilmu
b) Pembelajaran IPS
15
Rumusan tersebut di atas jelas menunjukkan bahwa tujuan
yang asasi.
16
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), termasuk sudah
barang tentu untuk IPS. IPS pun harus diajarkan sesuai dengan
17
terhadap masalah sosial dan yang paling utama adalah supaya anak
komplek.
43).
18
negara. Ketiga, IPS sebagai Reflective Inquiry, melalui keyakinan
bahwa warga negara yang dididik dengan baik dan selalu dilatih
berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, ikuiri, memecahkan masalah,
19
Dengan demikian siswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri
tidak bisa diabaikan begitu saja. Persoalan tersebut harus diupayakan cara-
20
mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada
Hal ini sesuai dengan hakikat IPS yaitu bidang studi tentang tingkah
kehidupan bermasyarakat.
21
untuk menunjang perbaikan tersebut, pendidikan menuntut hadirnya
yang kondusif.
IPS begitu sulit untuk diintegrasikan, salah satunya terletak dari peran
guru itu sendiri. Dalam penyajian materi, guru lebih banyak berceramah
berdampak pada bobot dari pendidikan IPS itu sendiri. Belum lagi jika
guru tidak memahami dengan jelas isi dari materi yang akan disampaikan.
22
pemahaman dan juga pengetahuan manusia di bidang Sains dan Teknologi
sangat cepat sampai saat ini kita masih menggantungkan harapan pada
dari tantangan yang sangat keras yang berupa tuntutan akan adanya
kondisi yang dihadapi dan memang harus dilewati tersebut maka sudah
selama ini, adalah temuan dari beberapa penelitian (Hasan, 2002) dan
23
dalam bentuk faktual, konsep yang kering, guru hanya mengejar target
2001).
dalam berbagai aktivitas kelas dan sekolah. Selain itu dalam pembelajaran
Yogyakarta.
dari proses, kurang diarahkan pada proses berpikir dan kurang diarahkan
dapat hidup secara efektif dan produktif dalam kehidupan masa yang
24
akan datang. Oleh karena itu sudah semestinya pembelajaran IPS masa
Yogyakarta.
didik di sekolah yang kan di bahas secara global berdasarkan data yang
25
kami peroleh dari wawancara, observasi ke sekolah dan MGMP IPS
26
BAB III
METODE PENELITIAN
DIY. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang
dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat
Cresswel (1998: 266), partisipan dan lokasi penelitian itu dipilih secara
sendiri yang dapat mengukur ketepatan dan ketercukupan data serta kapan
sendiri apa saja yang dihadapi ketika membelajarkan IPS. Guru sebagai
pembelajaran IPS.
27
B. Teknik Validitas Data
pada jenis data yang akan diperoleh dalam penelitian. Peneliti melakukan
datanya. Model analisis data yang dipergunakan adalah model Miles &
tujuan; ketiga, penyajian data yaitu tahapan memaknai apa yang terjadi;
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Profil Sekolah
1. SMPN 5 Yogyakarta
NPSN : 20403257
NSS : 201046002003
Akreditasi : Akreditasi A
Status : Negeri
Lintang : -7.786308984924931
Bujur : 110.37626177072525
Visi – Misi
Pekerti
Misi :
29
2. Menciptakan inovasi-inovasi pembelajaran
melalui IPTEK
efektif
akademik
Pada tahun 1944 – 1945 (jaman sebelum clas II) berdirilah Sekolah
Menengah Pertama khusus Putri (SMPP), yang awal berdiri berlokasi di Jalan
Sabirin Yogyakarta (sekarang lokasi SMU Stella Duce) dipimpin oleh Bp. Markoes
SMPP mengalami kesulitan mendapatkan lokasi kegiatan yang sesuai dengan laju
pindah beberapa kali, dari Jl. Sabirin ke Jl. Kaliurang (sekarang lokasi
30
SMU 6 Yogyakarta) kemudian pindah ke Dagen (sekarang lokasi SMEA Negeri
AKABRI) yang sebelumnya sebagai asrama tentara Dai Nippon di Jl. Djuwadi 4
Yogyakarta.
meningkat kiprah baktinya dan pada tanggal 23 Juli 1951 pemerintah menambah
lingkup peserta didiknya yang semula hanya peserta didik putri menjadi peserta
didik putra dan putri, dengan nama SMP Negeri V Yogyakarta. Sampai dengan
tahun 1959 SMP Negeri V tetap di bawah pimpinan Bp. Soemadi. Karena Bp.
Bp. Hadi Sajogo dan kemudian pada 28 Juni 1971, beliau menyerahkan
Pada tanggal 17 Juli 1974, di saat SMP Negeri V yang berlokasi di Jl.
Wardani dan dipimpin oleh Bp. R.D. Soeprapto, SMP Negeri IV diintegrasikan
SMP Negeri V (baru) ini menjadi sekolah besar ditilik dari jumlah peserta
didik yang tertampung dalam 33 kelas. Karena kesulitan pengadaan ruang guru,
membangun SMP Negeri IV yang baru di Jl. Wates Yogyakarta. Pada tahun 1980
31
(penulisannya) menjadi SMP Negeri 5 Yogyakarta. Bp. Drs. H. Soerjadi
menjabat kepala sekolah dari tanggal 26 Januari 1974 sampai dengan tanggal 31
Kepala Sekolah sebagai berikut: Bp. Soegiyarno, BA( 31-3-1982 s.d. 16-2-
1986), Bp. Bisoharjo, BA (17-2-1986 s.d. 7-8- 1992), Bp. Drs.H. Suraji (8-8-
S.Pd. (6-8-1998 s.d 31-12-2005), Bp. Drs. Suparno, M.Pd. (25-06-2005 s.d 24-
09-2012), Bp. Drs. Martoyo (25-09-2012 s.d 29-10-2013), Bp. Drs. Sugiharjo,
M.Pd(31-10-2013 s.d 2015), Dr. Suharno, S.Pd., S.Pd.T., M.Pd (05-2015 s.d
Sekarang).
2. SMPN 8 Yogyakarta
NPSN : 20403260
Akreditasi : Akreditasi A
Status : Negeri
Visi – misi
32
manusia yang religius, rasional, reflektif,
Misi :
hari.
lain.
33
5. Menjalankan proses belajar mengajar yang
34
Sejarah singkat SMPN 8 Yogyakarta
Salah satu bagian yang cukup penting dari kebijaksanaan Politik Etis
hanya suatu bagian dari politik kolonial, akan tetapi menurut Brugmans
dari Politik Etis yang diterapkan Belanda, dengan Trilogi Van Deventer yaitu
35
Timur Asing (Cina), dan Pribumi. Pada awalnya persoalan pendidikan rakyat
terletak di jalan Jati No. 2 Yogyakarta (sekarang Jl Prof DR. Kahar Muzakkir).
dipergunakan sebagai tempat pendidikan SGP (Sekolah Guru Putri) atau SGB
II dibawah pimpinan Sri Umiyati, adik Dr. Sutomo (pendiri Budi Utomo).
Terjadinya Clash II dan kota Yogyakarta diduduki Belanda, maka SGP mulai
tanggal 18 Desember 1948 sampai 29 Juni 1949 ditutup dan dibuka kembali
sekarang.
NPSN : 20403243
Yogyakarta
36
Status : Swasta
Visi – misi
budi terpuji.
Misi :
pola baru.
karakter.
B. Profil Narasumber
NIP : 197107282014061002
37
Riwayat pendidikan : S1 Fisipol UGM/Akta-IV UNY
Nama : Supraptama
NIP : 196103151984031011
NIP : -
Kabupaten Ngada
Pelatihan-pelatihan : -
38
DATA RESPONDEN MGMP IPS KOTA YOGYAKARTA
NIP : 19770409201461002
instansi :S1
Pendidikan : 18 tahun
Lama
mengajar
NIP : 1967705051991032015
Gol : Pembina/IV a
instansi : S1
Pendidikan : 24 tahun
Lama
mengajar
3 Nama : Rimawati
NIP :197002271997032004
Gol : Pembina/IV a
39
Instansi : SMP N 15 Yogyakarta
instansi : S2
Pendidikan : 20 Tahun
Lama
mengajar
NIP : M.551
Gol : Pembina/ IV a
instansi : S2
Pendidikan : 20 Tahun
Lama
mengajar
5 Nama : Nurgianti
NIP :197311212006042010
instansi : S1
Pendidikan :-
Lama
mengajar
6 Nama : Maryanto
40
NIP : 196605052007011022
instansi : Sarjana
Pendidikan : 12 Tahun
Lama
mengajar
7 Nama : Ratnawati M
NIP : 1997703152008012008
instansi : S2
Pendidikan : 12 Tahun
Lama
mengajar
8 Nama : Isyawati
NIP :-
Gol :-
instansi : S1
Pendidikan : 12 Tahun
Lama
41
mengajar
9 Nama : Sumarjo
NIP : 19736242000121001
Gol : III/d
instansi : S2
Pendidikan : 19 Tahun
Lama
mengajar
integral dalam kehidupan peserta didik untuk menyiapkan diri terjun dalam
pendidikan IPS sendiri telah diabaikan tidak hanya oleh pihak sekolah yang
keilmuan.
mata oleh sekolah hal ini terlihat dari dukungan yang dilakukan pihak sekolah
agar tujuan dari pembelajaran IPS tercapai dan dapat dirasakan oleh
42
peserta didik/peserta didik terbukti dengan tidak adanya laboratorium IPS di
sekolah baik di sekolah swasta maupun negeri jarang kita temui setelah
“belum ada lab IPS disekolah mbak, walaupun begitu kehidupan sehari-
laboratorium IPS. Walaupun ada lab IPS juga jarang sekali di pakai”
mata baik oleh sekolah, peserta didik maupun masyarakat secara umum
IPS dengan adanya Laboratorium IPS karena hal ini juga dipicu oleh beberapa
hal lain seperti alokasi dana yang minim dan urgensi dari laboratorium IPS
di alami oleh guru IPS yang kurang kreatif dalam mengonsep pembelajaran
ini sesuai dengan data yang kami dapatkan dari angket terbuka yang kami
43
sebarkan MGMP IPS Kota Yogyakarta yang disampaikan oleh Pak Sumarjo
dalam bentuk bayangan, khayalan dan pengamatan dari jauh saja sehingga
setengah.
Akses jalan menuju sekolah. Akses jalan menuju sekolah MBS masih
terjadi hujan kondisi jalan menjadi genangan air. Ini terjadi karena
mengingat jalan tersebut juga sebagai jalan menuju tempat wisata sehingga
sekolah secara umum terlihat pada minimnya sarana dan prasarana seperti
LCD proyektor yang sekarang ini menjadi bagian penting dari pembelajaran
IPS di SMP kota Yogyakarta. Berdasarkan data yang kami peroleh dari
kurang lancar, kurang kondusif dan kurang maksimal karena kebanyakan guru
dan siswa sibuk membetulkan LCD portable atau bongkar pasang sehingga
memakan waktu dan pemahaman peserta didik terhadap materi IPS yang
di sampaikan juga kurang mendalam hanya pada bagian kulit luar dari materi
44
Kemudian problematika berikutnya ialah mengenai jam pelajaran IPS
kebanyakan berada pada hari jum’at dari 5 hari sekolah dan jamnya pun
mana peserta didik sudah berpikir untuk segera hari libur dan segera pulang
menyebutkan bahwa:
untuk menyerap pelajaran IPS juga menurun karena kondisi peserta didik
dan kondisi guru juga mungkin sudah sedikit terforsir, ini memang sangat
berbeda dengan mata pelajaran lain seperti Matematika atau IPA yang di
anggap sulit dan urgen karena masuk dalam mata pelajaran yang di uji
menjadi cenderung pasif dan ramai sendiri serta mengeluh capek. Hal yang
dilakukan untuk memenuhi presensi saja tanpa ada ilmu yang masuk dan di
serap oleh peserta didik, mindset peserta didik yang berpikiran bahwa
pelajaran IPS tidak penting karena tidak masuk pada ujian nasional juga
45
peserta didik termotivasi untuk serius dalam belajar IPS nyatanya justru
termakan oleh mindset tersebut, peserta didik malas untuk belajar IPS dan
dan pasif dalam pembelajaran IPS tapi aktif bermain dan asyik sendiri.
SMPN 8 Yogyakarta ketika peneliti beserta guru IPS ingin masuk ke kelas
pelajaran IPS terbuang begitu saja. Ini juga merupakan indikasi bahwa
pelajaran IPS tidak dianggap penting sehingga jam pelajaran terlewat pun
didik.
Jam pelajaran yang terbuang begitu saja dan jam pelajaran yang
kurang juga menjadi problem dalam pembelajaran IPS dengan materi yang
secara variatif dengan berbagai metode yang unik dan membuat siswa tertarik.
tersebut hanyalah bagaimana seluruh materi yang luas itu tersampaikan dalam
46
yang baik dan critical thingking yang menjadi tujuan utama dari
mata pelajaran ips diletakkan pada siang hari atau mendekati jam pulang
sekolah. Sehubungan dengan hal ini, tentu akan menjadikan kondisi badan
serta konsentrasi baik pendidik dan siswa kurang baik. Kondisi tersebut juga
pada siang hari untuk ishoma (istirahat, sholat, makan). Pada masalah ini,
tidak terlepas dari stereotype bahwa mata pelajaran IPS itu mudah dipelajari
Kebijakan full day school. Kebijakan yang menuai banyak reaksi dari
orangtua wali. Hal ini sebabkan karena waktu siswa telah habis dilakukan di
lelah dan beberapa siswa menjadi malas untuk bermain dengan teman di
area rumah karena tidak ada waktu. Disisi lain setelah orang tua wali
terbentuk saat ini bahwa IPS itu pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu
47
banyak belajar dan sudah dilakukan setiap harinya dalam kehidupan
dampaknya pada pembelajaran IPS di kelas ialah peserta didik yang kurang
tertarik dan mengabaikan guru saat menerangkan di dalam kelas, hal ini
tidak mempengaruhi motivasi siswa untuk belajar IPS yang mungkin bisa
disiasati dengan metode guru agar seluruh peserta didik di dalam kelas terlibat
misalnya metode jigsaw yang mau tidak mau siswa harus belajar untuk
tidak jarang ada orang tua yang menginginkan anaknya tidak mengambil
saintek yang dipandang sebagai ilmu yang sangat rumit sehingga orang
yang dapat memahaminya adalah orang yang sangat pintar, biaya les dan
sekolahnya pun juga mahal. Ketika hal tersebut terjadi dalam lingkungan
perlakuan yang juga biasa saja baik oleh peserta didik maupun oleh sekolah
masyarakat dalam hal ini adalah orang tua peserta didik yang terlibat
48
sebagai tiga pilar penting dalam terciptanya pendikan nilai yang bermakna
sebagai ilmu yang biasa saja, hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang
memahami urgensi dan manfaat dari belajar IPS untuk keberlangsungan hidup
menjadi warga negara yang baik, memiliki jiwa nasioanalisme yang tinggi
dan diharapkan akan berguna bagi orang tua, bangsa dan negara. Selain itu,
sekitar mereka, persepsi lain mengenai pembelajaran IPS juga muncul bahwa
belajar IPS itu tidak memiliki produk akhir yang konkret seperti jurusan IPA
pembuatan film sebagai tugas dan produk akhir inilah salah satu problem
melakukan dengan dua cara yaitu dengan observasi dan wawancara Guru
kelas VIII C pada mata pelajar IPS dengan Guru bernama Tama Enar
49
a) Mengetahui karakteristik peserta didik :
didik, peserta didik yang mempunyai minat balajar yang baik dan
50
kelompok berdiskusi dan mencari jawaban dengan menggunakan
bersifat pasif.
c) Pengembangan Kurikulum
51
2) Sumber media yang digunakan beragam berupa buku pelajaran
didik.
kelas VII pada mata pelajaran IPS dengan Guru bernama Supraptama,
52
1) Berdasarkan hasil pengamatan guru mengetahui sebagian besar
didik, peserta didik yang mempunyai minat balajar yang baik dan
53
buku penunjang dan internet. Ada dua kelompok yang
pasif.
pesetra didik.
54
10) KBM ditutup dengan kesimpulan bersama dan memberikan tegas
c) Pengembangan Kurikulum
didik.
55
c. SMP Muhammadiyah 10 Yogyakarta
pada kelas VIII pada mata pelajar IPS dengan Guru bernama Esti.
didik, peserta didik yang mempunyai minat balajar yang baik dan
56
pertimbangan tertentu. Guru menayangkan pertanyaan pada slide
bersifat pasif.
c) Pengembangan Kurikulum
didik.
57
1) Guru telah memberikan contoh komunikasi yang baik kepada
semua pertanyaan.
b. Wawancara terstruktur :
tidak ada lagi sub mata pelajaran seperti Sejarah, Geografi dan
yang ada.
ilmu sosial tersebut. Seperti halnya yang terjadi pada guru IPS yang
mengajar di SMP.
58
a) Berdasarkan hasil wawancara dengan guru IPS di SMP Negeri 5 yang
lulus saya ikut SM3T yang ditempatkan di Flores dan juga saya
ada.”
adalah geografi
59
e) guru IPS SMP Negeri 1 NanggulanGuru tidak memiliki latar belakang
ekonomi
f) Latar belakang pendidikan yang tidak linier. Guru IPS SMP Negeri 3
g) Latar belakang guru yang bukan dari jurusan pendidikan IPS. Guru IPS
di SMP MBS bukanlah asli dari jurusan Pendidikan IPS melainkan dari
jurusan pend. Sosiologi. Akibatnya guru harus belajar lagi mengenai materi
h) Latar belakang pendidikan guru yang bukan dari jurusan IPS. Guru yang
rumpun IPS akan tetapi hal ini berdampak pada proses pembelajaran
mengajar pada mata pelajaran tertentu semakin baik pula guru menguasai
60
semakin paham strategi mengajar agar peserta didik lebih memahami
materi pelajaran. Hal ini terbukti dengan hasil wawancara dengan guru
sebagai berikut:
61
diberikanpun beleum terselesaikan. Guru lebih suka menjelaskan
bukunya masing-masing.
dahulu agar proeses KBM berjalan sesuai dengan tujuan belajar yang
ingin dicapai. Persiapan ini berupa Perangkat Mengajar seeprti RPP dan
silabus, bahan atau media yang akan diajarkan, sumber belajar. Hal ini
sebagai berikut:
8 sebagai berikut:
62
“Saya memiliki perangkat mengajar yang disesuaikan dengan
kurikulum 13. Persiapan mengajar juga saya lakukan sebelum
proses KBM dilaksanakan”.
4. Kompetensi yang harus dimiliki peserta didik dari pembelajaran IPS dan
peserta didik agar menjadi warga negara yang baik dalam suasanan
63
saya selalu menanamkan dan menekankan agar peserta didik
berperilaku menjadi warga negara yang baik”
berikut :
5. Problemtika yang dihadapi guru dalam mengajar mata pelajaran IPS dan
bersama peserta didik. Selama ini kita ketahui bahwa guru sebagai kunci
guru ips yaitu problem intenal guru dan problem ekstenal guru. Adapun
a) Problematika Internal
diri guru itu sendiri. Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut
64
hasil wawancara dengan Bu Esti di SMP Muh. 10 mengatakan
bahwa :
bulan”.
b) Proplematika Eksternal
65
Menguasai karakter peserta didik dalam pembelajaran merupakan
berikut :
66
harus disiapkan sebagai kewajiban sedikit mengganggu
kelas.
berikut:
pensiun.”
67
mereka sudah mulai paham dengan perangkat yang lama ternyata
jarang digunakan.
3) Kurikulum IPS
didik mendalam.”
68
Selain itu juga berdasarkan hasil wawancara dengan Pak
berikut ini.
Saya ini orang sejarah jadi ndak dong untuk yang Ekonomi,
69
saya belajar Ekonomi, Geografi, dan Sosiologi, itu
orang itu mempelajari satu maka ini hebat tapi ketika orang
Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Pak M dari SMP di
Kecamatan Banguntapan.
yang kelas satu pertama materinya Geografi kalau kelas dua Sejarah,
kadang dipaksakan untuk bisa terpadu itu mbak, buku yang materi
Ekonomi itu juga belum ada, karena sekarang empat itu jadi satu ya
mau nggak mau harus belajar empat itu, saya kebetulan dari
akuntansi satu, guru di sini belum ada yang dari lulusan IPS, IPS itu
70
Menurut pernyataan dari Pak SD pada awal diterapkannya Kurikulum
untuk memadukan berbagai disiplin ilmu dalam mata pelajaran IPS tetapi
VII pernah ditatar di LPMP, total 22 guru per mata pelajaran dua
guru mapelnya ada sebelas, pelaksanannya aneh, di sana itu toh ditatar,
ditatar seminggu sebelum masuk ajaran baru lima hari, lima hari itu
ditatar oleh guru inti, saya ini IPS berarti dengan guru inti IPS, guru
instruktur dari Jakarta, jadi setelah lima hari ditatar guru inti langsung
ngisi di LPMP untuk ngisi seperti saya-saya ini, ketika lima hari saya
teman bertanya pak ini gimana ya kok ndak dong ya baca saja buku
petunjuknya ini pelajari sendiri pak terus ketika ada komplain pak ini
saja dari sana seperti itu. Ternyata waktu jam- jam istirahat kan guru
inti itu teman sendiri ya sesama guru ternyata banyak instruktur yang
bilang aku iki jane yo urung dong, ternyata banyak instruktur yang
71
Senada dengan pernyataan dari Pak SD, Ibu H yang
72
sikap peduli dan bertanggung jawab terhadap lingkungan sosial
dan alam.
disiplin ilmu tidak lagi tampak secara tegas dan jelas, karena konsep-
kontekstual.
73
Setiap materi yang dismapaikan juga memberika
sebagai berikut:
74
“Saya tidak mengetahui perubahan kurikulum secara jelas
waktu saya kuliah dan pada saat SM3T dan PPG 1 tahun.
secara mendalam .”
salam dan terima kasih kepada bapak dan ibu guru sebelum dan
75
sekolah berkorelasi dengan perilaku siswa di rumah oleh karena
perilaku anak.
76
Sedangkan di SMP Banguntapan yang merupakan sekolah
bahasa Jawa halus. Selain itu, juga dibiasakan untuk menyapa dan
pelajaran IPS
77
Dan Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh
KBM saat ini yang saya gunakan. Sumber belajar yang saya
mereka miliki.”
78
“Saya mengguankan strategi belajar yang membuat peserta
didik bisa aktif terlibat dalam kegiatan belajar. Sedangkan
sumber belajar yang saya gunakan dengan berbagai sumber
sesuai dengan materi yang saya ajarkan.”
79
dikemukakan oleh Pak Tama di SMPN 5 berdasarkan hasil
80
Kadang hasilnya juga tidak akurat karena terkadang guru juga
kurikulum 2013 tidak boleh ada peserta didik yang tidak tuntas
kognitif peserta didik bagus tetapi penilaian sikap kurang baik begitu
banyak sekali aspek yang harus dinilai jadi guru mau tidak mau
sudah memasuki usia yang tidak muda lagi bisa dibilang generasi
ada di Yogyakarta.
peralatan lainnya. Tetapi yang kami lihat peserta didik putri yang
81
lebih siap daripada peserta didik putra. Pada awal pembelajaran
82
power point, sebelum memberikan tugas kepada peserta didik
yang kurang ketika pelajaran IPS. Hal ini mungkin karena jam pelajaran
memberikan nilai plus bagi peserta didik yang ikut berperan aktif untuk
pembelajaran IPS dengan memberikan kuis dan bagi peserta didik yang
beberapa siswa aktif dalam diskusi dan presentasi, tetapi masih ada
besar siswa tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk membaca buku
dibenarkan guru.
83
bola dan voli di waktu istirahat. Disini belajar yang
kondusif hanya terjadi di pagi hari, karena kalau anak-
anak setelah olahraga nanti dikelas sudah tidak fokus.”
e) Interaksi peserta didik dengan guru kami lihat sudah bagus banyak
diajukan oleh guru, mereka juga tidak malu-malu lagi ingin berebut
satu dengan peserta didik lainnya maupun peserta didik dengan guru
Tetapi ada juga sedikit peserta didik yang tidak mau bertanya dan
memperbaikinya.
yang satu dengan peserta didik lainnya menurut yang kami lihat
84
mereka masih jauh dari penggunaan bahasa yang baik dan benar.
bahasa yang harusnya ada tata cara bagaimana berbahasa yang baik
salah seorang peserta didik : “Mas, coba apa yang kamu ketahui
lupa e‘’.
baku dan baik. Bahkan ketika kami para observer mewawancarai peserta
85
juga tertanam pada diri mereka karena yang kami jumpai ada peserta didik
yang mengucapkan salam setelah selesai jam pelajaran IPS waktu itu di
para guru IPS. Hanya saja memang peserta didik terkadang karena
memiliki jiwa yang masih labil ingin mencari jati diri. Problematika
peserta didik tiap sekolah sebetulnya factor utama adalah minat terhadap
pelajaran IPS. Tidak dipungkiri ketika kami tanya kendala apa yang
dihadapi oleh adik-adik saat belajar IPS : “Mbak, pelajaran IPS materi
dan ngantuk”.
negeri lebih baik dari pada sekolah swasta. Input dari peserta didiknya
pun berbeda antara negeri dan swasta. Guru SMP N 5 Yogyakarta pun
86
sudah bagus jadi mereka kadang sudah bisa jalan sendiri, memang
Memang menurut kami lebih banyak factor dari dalam diri peserta
kurang baik.
pola pikir orang tua. Sudah dipastikanorang tua jarang yang menyuruh
87
anaknya untuk les mata pelajaran IPS, pasti yang diutamakan mengikuti
les adalah mata pelajaran yang di UNBK kan, karena sudah tetanam
pola pikir sedemikan rupa. Jam pelajaran IPS pun tidak sebanyak mata
pelajaran yang di UNBK kan. Padahal materi IPS tidak kalah banyak
dari materi mata pelajaran UNBK. Inilah tantangan guru IPS supaya
menumbuhkan minat peserta didik. Mungkin guru yang sudah tua juga
jauh. Kondisi sedemikian rupa memang sudah bukan hal baru. Banyak
88
Berdasarkan hal tersebut menurut kami input peserta didik juga
peserta didik di satu kelas tersebut.Input sekolah negeri dan swasta tentu
saja berbeda. Di sekolah negeri yang favorit tentu saja input peserta
cukup maka disini guru tidak hanya sebagai mediator tetapi masih perlu
diberi stimulus agar peserta didik mampu berpikir aktif kreatif dan
masih kurang begitu juga sebaliknya peserta didik tidak merasa terlalu
tantangan sendiri bagi guru, sama halnya dengan sekolah swasta yang
89
Proses Kegiatan Belajar Mengajar dengan kelompok diskusi dan
Alat tulis dan sumber belajar untuk peserta didik putri lebih siap
paham
90
didik melakukannya dengan baik dan selama kegiatan kelompok
guru menyuruh memperbaiki jawaban jika masih ada yang salah dan
baik dan benar meskipun tidak semua peserta didik mau bertanya
91
ketika proses kegiatan belajar mengajar IPS jujur ketika
mengerjakan soal
jawaban terbaik
presentasi. Pada saat akan masuk kelas agak terlambat dikarenakan guru
terbuang.
92
Ada beberapa peserta didik yang ramai, ngobrol dengan teman
sebangkunya , ada yang mainan hp, ada yang tidur dan ada yang
diajukan guru
Ada beberapa sebagian peserta didik yang focus saat pelajaran IPS
tetapi juga ada sedikit peserta didik yang asik dan sibuk dengan
temannya
baik dan benar tetapi bahasa yang digunakan masih kurang baku
93
Ada beberapa peserta didik yang tidak menggunakan bahasa baku
diskusi berlangsung
berjalan baik
Alat tulis dan sumber belajar ada sebagian yang menyiapkan dan
94
2) Antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran IPS
pembelajaran IPS
peserta didik
Ada sebagian peserta didik yang yang minat belajar kurang hal ini
dengan baik.
Ada peserta didik yang tidur dikelas karena memang pelajaran IPS
jam siang setelah dzuhur, ada yang asik ngobrol dengan temannya
sendiri.
Secara bergilir sebagian peserta didik bertanya pada guru dan guru
95
terkadang malah sering bercanda, menggoda gurunya karena
cari perhatian.
sungguh-sungguh.
96
3) Apakah materi yang disampaikan Bapak/Ibu guru di kelas mudah
sebelumnya ‘’.
IPS ? “ Hampir tidak ada kendala, hanya pada saat akan ulangan
97
Sampel peserta didik kedua
‘’.
Pak guru menggunakan media dan metode yang sangat menarik ‘’.
pelajaran IPS’’.
98
b) Di SMP Negeri 8 Yogyakarata, sampelnya sebanyak 2 orang.
‘’.
sulit’’.
permainan’’.
membosankan”.
99
8) Setelah pembelajaran IPS apakah ada makna dan manfaat yang
‘’.
kelas’’.
100
8) Setelah pembelajaran IPS apakah ada makna dan manfaat yang
ilmunya”.
orang.
IPS ? “ bosan dan ramai dan banyak yang mengira IPS hanya
hafalan’’.
binggo’’.
101
7) Pembelajaran yang seperti apa yang diinginkan untuk
diberikan game lain, ada cerita untuk membuat refreshing otak dan
‘’.
102
6) Apakah pada saat pembelajaran IPS Bapak/Ibu guru sering
bahwa problematika pembelajaran IPS yang terjadi pada peserta didik adalah
ada dari factor intern dan ekstern. Faktor intern yang kami lihat peserta didik
cenderung kurang berminat terhadap pelajaran IPS, hal ini bisa dikarenakan
materi IPS yang sangat banyak dan luas sedangkan alokasi waktu yang tidak
banyak, sedangkan IPS sudah tertanam dipikiran peserta didik yaitu ilmu
negeri maupun swasta kendala yang dirasakan oleh dalam diri peserta didik
ketika proses kegiatan belajar mengajar yaitu tentang pembelajaran IPS yang
didik malas, bosan, akhirnya ramai dan ribut sendiri apalagi pelajaran IPS
jam siang peserta didik sudah mulai tidak konsentrasi. Hal tersebut tidak
103
Di sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta fasilitas yang menunjang
untuk kegiatan belajar mengajar sudah terpenuhi. Hanya saja input di sekolah
negeri dan swasta memang beda. Mungkin dari yang kita lihat di sekolah negeri
apalagi yang favorit input guru dan peserta didik sudah jauh lebih unggul
kebanyakan sudah sadar akan pentingnya belajar jadi tidak heran mereka jauh
lebih tertata. Tidak dipungkiri bahwa guru juga sangat berperan dalam
menunjang keberhasilan pembelajaran IPS. Yang kami lihat guru yang sudah
peserta didik bosan dan akhirnya sibuk ngobrol dengan teman sebangkunya.
Pelajaran IPS yang kami lihat pelaksanaannya dalam KBM juga sudah
tidak dilakukan dengan model ceramah seluruhnya, metode yang variasi dan
minat belajara peserta didik untuk pembelajaran IPS. Tetapi para guru sudah
ada yang menggunakan kuis. Metode dan media yang digunakan untuk
System reward juga disukai oleh peserta didik, bisa dibarengi dengan sistem
104
itu selain untuk meningkatkan minat belajar IPS juga untuk memberikan kesan
bahwa pelajaran IPS itu tidak melulu soal hafalan yang membingungkan tetapi
menjadi daya tarik belajar IPS dengan menyenangkan. Belajar IPS tidak
misalnya.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
ajar, penilaian serta kaitannya dengan peserta didik dapat disimpulkan sebagai
berikut:
kurang maksimal dalam praktiknya, hal ini di alami oleh guru IPS yang kurang
105
dari pembelajaran IPS walaupun tidak harus menggunakan laboratorium IPS, hal ini
sesuai dengan data yang kami dapatkan dari angket terbuka yang kami sebarkan
MGMP IPS Kota Yogyakarta yang disampaikan oleh Pak Sumarjo bahwa
contoh ketika pembelajaran IPS menjadi abstrak hanya ada dalam bentuk bayangan,
khayalan dan pengamatan dari jauh saja sehingga pemahaman peserta didik
masalah ini yaitu kreativitas guru untuk membuat pembelajaran IPS lebih menarik
sekolah secara umum terlihat pada minimnya sarana dan prasarana seperti LCD
proyektor yang sekarang ini menjadi bagian penting dari pembelajaran IPS di
SMP kota Yogyakarta. Berdasarkan data yang kami peroleh dari MGMP IPS di Kota
laboratorum IPS adalah sarana dan prasarana terutama LCD yang menyebabkan
pembelajaran IPS menjadi terhambat, kurang lancar, kurang kondusif dan kurang
maksimal karena kebanyakan guru dan siswa sibuk membetulkan LCD portable atau
sehingga memakan waktu dan pemahaman peserta didik terhadap materi IPS yang
di sampaikan juga kurang mendalam hanya pada bagian kulit luar dari materi IPS
106
3. Jam pelajaran IPS di akhir menyebabkan konsentrasi peserta didik untuk
menyerap pelajaran IPS juga menurun karena kondisi peserta didik dan kondisi guru
juga mungkin sudah sedikit terforsir, solusinya terkait jam pelajaran dapat di
koordinasikan kepada waka kurikulum agar disortir dengan mata pelajaran lain yang
berada di jam-jam awal, jika hal tersebut tidak menjadi solusi maka pembelajaran
IPS dapat di setting sehingga tidak menjemukan dan memberikan ice breaking
terhadap peserta didik sehingga lebih fresh dalam menerima pembelajaran IPS atau
juga bisa mengajak peserta didik merasakan pembelajaran IPS di tempat lain seperti
4. Berbeda dengan mata pelajaran lain seperti Matematika atau IPA yang di anggap
sulit dan urgen karena masuk dalam mata pelajaran yang di uji nasionalkan
cenderung pasif dan ramai sendiri serta mengeluh capek. Hal yang demikian
untuk memenuhi presensi saja tanpa ada ilmu yang masuk dan di serap oleh
peserta didik, mindset peserta didik yang berpikiran bahwa pelajaran IPS tidak
penting karena tidak masuk pada ujian nasional juga membuat pembelajaran IPS
di kelas sedikit terabaikan sehingga alih-alih peserta didik termotivasi untuk serius
dalam belajar IPS nyatanya justru termakan oleh mindset tersebut, peserta didik
malas untuk belajar IPS dan berimbas pada pembelajaran yang cenderung
kurang kondusif dan pasif dalam pembelajaran IPS tapi aktif bermain dan asyik
sendiri.
107
5. Jam pelajaran yang terbuang begitu saja dan jam pelajaran yang kurang juga
menjadi problem dalam pembelajaran IPS dengan materi yang cukup luas
sehingga guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran IPS secara variatif dengan
berbagai metode yang unik dan membuat siswa tertarik. Yang menjadi target
seluruh materi yang luas itu tersampaikan dalam waktu yang singkat, bukan lagi
pembelajaran nilai untuk membentuk karakter siswa salah satunya menjadi warga
negara yang baik dan critical thinking yang menjadi tujuan utama dari pembelajaran
6. Problematika IPS juga muncul dari persepsi masyarakat yang terbentuk saat ini
bahwa IPS itu pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu banyak belajar dan
sudah dilakukan setiap harinya dalam kehidupan dampaknya pada pembelajaran IPS
di kelas ialah peserta didik yang kurang tertarik dan mengabaikan guru saat
menerangkan di dalam kelas, hal ini menuntut guru untuk lebih kreatif sehingga
belajar IPS yang mungkin bisa disiasati dengan metode guru agar seluruh peserta
didik di dalam kelas terlibat misalnya metode jigsaw yang mau tidak mau siswa
7. IPS menjadi pelajaran yang di nomor duakan sehingga tidak jarang ada orang tua
kurang bergengsi dibandingkan dengan ilmu saintek yang dipandang sebagai ilmu
yang sangat rumit sehingga orang yang dapat memahaminya adalah orang yang
108
sangat pintar, biaya les dan sekolahnya pun juga mahal. Ketika hal tersebut terjadi
memperoleh perlakuan yang juga biasa saja baik oleh peserta didik maupun oleh
sekolah karena tidak dianggap urgen, terlebih pembelajaran IPS yang cenderung
hal ini adalah orang tua peserta didik yang terlibat sebagai tiga pilar penting dalam
8. Secara keseluruhan dalam kompetensi guru secara pribadi tidak terlalu banyak
mengalami kendala hanya satu guru yang masih guru yang masih butuh pengalaman
mengajar lebih banyak. Sehingga alternatif solusi yang kami tawarkan ialah
lebih luwes dalam mengajar. Karena dengan kompetensi guru yang masih kurang
memberikan dampak negative bagi peserta didik yaitu pembelajaran yang kurang
9. Dalam kelas masih terdapat peserta didik yang belum maksimal mengikuti
kegiatan pembelajaran, masih ada yang sibuk sendiri dan mengobrol dengan
dilakukan masih perlu ada perhatian guru yang lebihsehingga peserta didik bisa
mengikuti kegiatan proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang ingin
capai.
109
10. Problematika pembelajaran IPS terjadi karena faktor eksternal dari guru
seperti karakteristik siswa di mana masih ada beberapa peserta didik yang belum
mempunyai motivasi belajar dengan baik sehingga mereka tidak mengikuti kegiatan
belajar mengajar secara maksimal. Untuk mengatasi masalah tersebut guru lebih
IPS dalam kehidupan serta memberikan reward kepada peserta didik sehingga
11. Perubahan kurikulum yang sering terjadi pada akhir-akhir ini juga menjadi
kendala yang dihadapi guru karena ada beberapa materi yang belum tersampaikan
karena terjadi perubahan materi pada jenjang kelas. Banyak revisi-revisi yang sering
dilakukan baik kurikulum maupun materi menyebabkan guru tidak maksimal dalam
menyebabkan proses dan hasil pembelajaran IPS tidak maksimal. Selain itu materi
IPS yang terlalu banyak sehingga guru harus menambahkan materi di luar jam
12. Kurikulum 13 untuk pembelajaran IPS sudah cukup terpadu di mana sudah
saling berkaitan satu sama lain. Namun isi materinya hanya masih berupa materi
dasar sehingga guru masih perlu menambahkan materi agar tercapai tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk
aktif sedangkan tidak semua bisa seperti itu di terapkan disetiap sekolah, maka
mau tidak mau ketercapaian kurikulum 2013 belum sepenuhnya terlaksana dengan
110
13. Evaluasi dan penilaian yang dilakukan guru sudah cukup baik dan terkelola
dengan rapi. Mungkin penilaian dari kurikulum 2013 terlalu banyak,rinci karena
maka guru juga bisa membuat macam-macam pengambilan nilai untuk mengukur
sosialisasi tentang “penilaian” yang diadakan oleh MGMP ataupun sekolah untuk
menunjang kemampuan guru dalam system penilaian, dan tentu saja kemauan
yang sangat tinggi untuk selalu mengeksplore diri untuk memberikan kualitas
14. Komunikasi guru dan peserta didik sudah baik, dimana guru dapat
guru juga sudah sangat baik dalam penyampaian nasehat berupa teguran kepada
peserta didik yang belummengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Tetapi
kepada guru menggunakan bahasa yang tidak baik dan benar, hal ini
Solusinya guru lebih sering mengajarkan bagaimana cara penyampaian dengan baik
dan benar.
15. Evaluasi dan penilaian yang dilakukan guru pada dasarnya sudah cukup baik dan
terkelola dengan rapi mungkin hanya masalah penerapan penilaian apalagi yang
mengeluhkan dengan penilaian yang terlalu luas, detail dan rinci maka bisa
111
16. Komunikasi guru dan peserta didik sudah sangat baik, dimana guru dapat
guru juga sudah sangat baik dalam penyampaian nasehat berupa teguran kepada
peserta didik yang belum mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.
17. Berdasarkan dari data observasi peserta didik diatas dapat disimpulkan bahwa
problematika pembelajaran IPS yang terjadi pada peserta didik adalah ada dari
factor intern dan ekstern. Faktor intern yang kami lihat peserta didik cenderung
kurang berminat terhadap pelajaran IPS, hal ini bisa dikarenakan materi IPS yang
sangat banyak dan luas sedangkan alokasi waktu yang tidak banyak, sedangkan
IPS sudah tertanam dipikiran peserta didik yaitu ilmu hafalan yang membosankan.
Disetiap sekolah yang kami observasi pada dasarnya baik sekolah negeri maupun
swasta kendala yang dirasakan oleh dalam diri peserta didik ketika proses
akhirnya ramai dan ribut sendiri apalagi pelajaran IPS jam siang peserta didik sudah
mulai tidak konsentrasi. Hal tersebut tidak terlepas factor ekstern mungkin juga
maupun swasta fasilitas yang menunjang untuk kegiatan belajar mengajar sudah
terpenuhi.
18. Input di sekolah negeri dan swasta memang beda. Di sekolah negeri apalagi yang
favorit input guru dan peserta didik sudah jauh lebih unggul dibandingkan dengan
sekolah swasta. Di sekolah negeri peserta didik sendiri kebanyakan sudah sadar akan
pentingnya belajar jadi tidak heran mereka jauh lebih tertata. Tidak dipungkiri
112
pembelajaran IPS. Yang kami lihat guru yang sudah tua kadang sudah berbeda
cara mengajarnya cenderung banyak ceramah tapi tidak dibarengi dengan variasi
ngobrol dengan teman sebangkunya. Jadi metode yang digunakan menurut kami
19. Pelajaran IPS dalam kegiatan belajar mengajar sudah tidak dilakukan dengan
model ceramah seluruhnya, tetapi para guru sudah melakukan KBM dengan metode
diskusi, kerja kelompok, presentasi bahkan ada yang menggunakan kuis. Media
powerpoint. Tetapi dari hasil wawancara peserta didik kebanyakan dari mereka
kuis. Sistem reward juga disukai oleh peserta didik, bisa dibarengi dengan sistem
punishment juga. Mungkin dengan kegiatan seperti itu selain untuk meningkatkan
minat belajar IPS juga untuk memberikan kesan bahwa pelajaran IPS itu tidak
melulu soal hafalan yang membingungkan tetapi menjadi daya tarik belajar IPS
dengan menyenangkan.
B. Saran
IPS dapat berasal dari guru, peserta didik, maupun masyarakat. Dari hasil
pedagogik
113
2. Sebaiknya ada kegiatan rutin yang memberikan pemahaman kepada
DAFTAR PUSTAKA
Jarolimek, J., 1986. Social studies in elementary education (7th. Ed). New York:
Macmillan Publishing Company.
114
Majid, A., 2014. Strategi pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Massialas, B.G. and Allen, R.F. 1996. Critical issues in teaching social studies, K
to 12. USA: Wadsworth Publishing Company.
Miles, M.B dan Huberman, A.B. 1992. Analisis data kualitatif. Jakarta : UI
Press.
Musnir, D. N., 2008. Implementasi lima pilar belajar dalam pendidikan IPS.
(Makalah disampaikan pada Seminar Nasional dalam rangka Dies
Natalis ke-44 Universitas Negeri Yogyakarta, 10 Mei 2008)
Supriatna, N., dkk. 2007. Pendidikan IPS di SD. Bandung : UPI Press.
115