Rozali TTV

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIKUM KLINIK KEPERAWATAN


TANDA-TANDA VITAL (TTV)
Ns., Lailatul Hafidah S.Kep. M.,Kes

Disusun oleh :
ROZALI GUNAWAN
NRP : 33412001127

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI MADURA
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : ROZALI GUNAWAN


NRP : 33412001127
JUDUL : TANDA-TANDA VITAL

Laporan pendahuluan ini telah di konsultasikan kepada pembimbing dan dinyatakan layak
untuk di uji kan pada tanggal 1-3 maret 2021.

Pamekasan, 03 Maret 2021


Mahasiswa

Rozali Gunawan
33412001127

Mengetahui,
Pembimbing

Ns., Lailatul Hafidah S.Kep. M.,Kes


PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

1.PENGERTIAN

Pemeriksaan tanda-tanda vital atau TTV adalah prosedur pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui tanda vital seseorang. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi gangguan, kelainan, atau
perubahan pada fungsi organ tubuh.

Tanda-tanda vital adalah suatu standar nilai yang digunakan untuk mengukur fungsi dasar
tubuh. Pengukuran TTV dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan kondisi kesehatan
seseorang secara umum.

Pengukuran tanda-tanda vital juga dapat memberikan petunjuk mengenai penyakit yang
sedang diderita seseorang, serta menggambarkan tingkat efektivitas perawatan yang dijalani.

Nilai TTV normal dapat berbeda, tergantung dari usia, jenis kelamin, berat badan, hingga
kondisi kesehatan seseorang. Ada empat tanda vital yang paling utama di tubuh, yaitu:

1.Denyut nadi

2.Tekanan darah

3.Laju pernapasan

4.Suhu tubuh

1.Denyut Nadi

Pengukuran denyut nadi dilakukan untuk mengetahui jumlah detak jantung per menit. Selain
itu, pengukuran ini juga dapat mengetahui ritme detak jantung dan kekuatan detak jantung.

Nilai denyut nadi yang normal untuk orang dewasa adalah 60-100 kali per menit. Namun,
denyut dapat lebih rendah atau tinggi dari rentang normal sehabis berolahraga, sedang sakit, cedera,
atau ketika mengalami kondisi psikologis yang tidak stabil.

Perempuan berusia 12 tahun ke atas, umumnya memiliki denyut nadi yang lebih cepat
dibandingkan laki-laki. Selain itu orang yang berprofesi sebagai atlet, seperti pelari, mempunyai nilai
denyut nadi yang cenderung lebih lambat dari normal, yaitu sekitar 40 kali per menit. Kondisi ini
disebabkan oleh latihan kardio yang sering mereka lakukan.
2.Tekanan Darah

Mengukur tekanan darah adalah salah satu pengukuran tanda-tanda vital yang sudah
familiar. Hasil pengukuran tekanan darah, akan ditulis dalam dua angka, seperti 120/80 mmHg.

Angka 120 menunjukan angka sistolik sedangkan angka 80 merupakan angka diastolik.
Sistolik merupakan angka yang memperlitahkan ukuran tekanan di pembuluh darah (arteri) jantung,
saat jantung berdetak dan memompa darah keluar dari jantung.

Sementara itu, diastolik merupakan angka yang mengukur tekanan di arteri saat jantung
berada pada posisi istirahat, di antara detakan.

Angka 120/80 mmHg merupakan ukuran tekanan darah normal. Berikut ini rentang nilai
tekanan darah yang menandakan adanya gangguan kesehatan.

A.Tekanan darah rendah

Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah rendah apabila tensinya teraba pada angka
90/60 mmHg atau kurang. Bagi beberapa orang, tekanan darah tersebut memang tidak menimbulkan
masalah.

Namun, jika pada tekanan darah tersebut Anda merasakan gejala lain seperti pusing, mual,
keringat dingin, hingga pingsan, segeralah memeriksakan diri ke dokter.

2.Tekanan darah tinggi

Tekanan darah tinggi dibagi ke dalam beberapa tingkat, yaitu pra-hipertensi, tingkat 1, dan
tingkat 2.

Pra-hipertensi. Seseorang dikatakan berada pada tingkat pra-hipertensi apabila hasil


pengukuran tekanan darahnya menunjukkan angka sistole sebesar 120-129, sedangkan diastolenya
kurang dari 80.

Tingkat 1. Kondisi ini terjadi jika tekanan sistole tercatat pada angka 130-139 dan diastole
pada angka 80-89.

Tingkat 2. Jika tekanan sistole tercatat pada angka 140 atau lebih dan diastole 90 atau lebih,
tekanan darah tinggi masuk pada tingkat 2.

Perlu diingat, satu kali pengukuran tekanan darah tidak menggambarkan kondisi Anda dalam
jangka panjang. Apabila tekanan darah rendah atau tinggi hanya terjadi sesekali, maka Anda tidak
perlu terlalu khawatir. Namun, jika tekanan darah Anda secara konstan terus-menerus rendah atau
tinggi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
3.Laju Pernafasan

Saat mengukur tanda-tanda vital, perawat atau dokter akan mengukur intensitas Anda
bernapas dalam satu menit. Untuk orang dewasa, nilai TTV normal untuk jumlah napas adalah 12-16
kali per menit.

Untuk menghitung jumlah pernapasan dalam satu menit, tenaga kesehatan akan mengukur
intensitas dada Anda terlihat naik atau sedang mengambil napas. Mengukur pernapasan juga dapat
dilakukan dengan memegang bahu, dan menghitung intensitas bahu terasa naik saat sedang
bernapas.

Jumlah pernapasan dapat meningkat saat seseorang sedang mengalami demam atau
gangguan kesehatan lainnya. Saat mengukur pernapasan, dokter juga akan mengamati kemungkinan
adanya kesulitan bernapas yang Anda alami.

4.Suhu Tubuh

Ukuran suhu tubuh seseorang dapat berbeda, tergantung dari:

1.Jenis kelamin

2.Aktivitas yang dilakukan

3.Makanan dan minuman yang dikonsumsi

4.Cuaca

5.Siklus menstruasi pada wanita

Untuk orang dewasa yang sehat, temperatur tubuh yang normal dapat berkisar antara 36,5
derajat Celcius hingga 37,2 derajat Celcius. Pengukuran temperatur tubuh dapat dilakukan dengan
bermacam cara, seperti:

1.Secara oral atau melalui mulut

2.Melalui rektal atau anus

3.Dengan menjepit termometer di ketiak

4.Melalui telinga

5.Dengan menempelkan termometer pada kulit dahi

Secara internal, melalui pengukuran suhu di organ dalam seperti kerongkongan, jantung,
atau kandung kemih.

Seseorang dikatakan demam apabila suhu tubuhnya meningkat sekitar satu derajat dari
rentang suhu tubuh yang normal. Sementara itu, seseorang dikatakan hipotermia apabila suhu
tubuhnya kurang dari 35 derajat Celcius.

Mengenali tanda-tanda vital di tubuh dapat membantu Anda cepat menyadari apabila ada
nilai TTV yang tidak normal. Meski tidak selalu menandakan gangguan, namun tidak ada salahnya
untuk segera memeriksakan kondisi ke dokter saat merasa nilai TTV Anda tidak normal, sebagai
langkah pencegahan.
SOP PEMERIKSAAN TANDA – TANDA VITAL

TEKANAN DARAH

Standard operasional Pemeriksaan Tekanan Darah (TD)


prosedur
Pengertian Pengukuran tekanan jantung untuk melawan tahanan dinding pembuluh
darah saat systole dan diastole. Yang diukur dalam satuan mmHg dengan
alat yang disebut tensimeter ( sfigmomanometer atau Aneroid
manometer).
Tujuan Untuk mengetahui nilai tekanan darah
Indikasi 1. Pada saat pertama kali mencatat riwayat kx, sebagai data dasar
2. Pada setiap pemeriksaan antenatal
3. Pada kondisi klinis yang telah ditetapkan, misalnya syok dan
perdarahan, gejala – gejala seperti sakit kepala, penglihatan kabur,
proteinuria.
4. Hipertensi akibat kehamilan.
5. Bayi preterm atau bayi sakit
6. Tranfusi darah
7. Selama dan setelah pembedahan.
Kontraindikasi -
Alat dan bahan 1. Sphygmomanometerrn atau aneroid tensimeter
2. stetoskop
3. sarung tangan bersih
4. antiseptic
5. buku catatan
Persiapan pasien 1. jelaskan pada px tujuan tindakan yang akan dilakukan
2. tanyakan apakah pasien terbiasa memeriksakan tekanan darahnya;
jika pasien rutin, memeriksakan tekanan darahnya, tanyakan berapa
tekanan darahnya terakhir
Persiapan lungkungan Jaga privasi pasien dengan cara :
1. minta pengunjung untuk keluar sebentar dari ruangan pasien
2. tutup korden atau pasang sampiran di sekitar tempat tidur pasien (jika
ruangan bangsal)
Prosedur pelaksanaan 1. cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Posisikan px ( duduk, berbaring atau berdiri)
3. Letakkan tensimeter sejajar dengan jantung atau sedikit di bawah
jantung
4. Gulung lengan baju ke atas, lalu pasang manset tensimeter pada
lengan atas, 2-3 cm di atas fossa cubiti. Posisikan pipa karet sejajar
dengan arteri. Pemasangan manset tidak boleh terlalu kenceng atau
terlalu longgar.

Jika manset tidak bisa dipasang pada kedua ekstremitas atas,


pengukuran tekanan darah bisa dilakukan di kaki. Letakkan manset 2-3
cm diatas lutut. Prosedur pemasangan sama sepeerti pemasangan di
tangan, hanya saja stetoskop diletakkan di atas arteri popliteal.
5. Anjurkan px untk merilekskan lengannya. Raba denyut arteri brakhialis
dengan ketiga jari tengah.
Jika arteri sudah teraba, letakkan stetoskop di atasnya.
6. Tutup sekrop balon karet (putar ulir ke atas ), lalu buka pengunci raksa.
Manset dipompa hingga air raksa di gelas manometer naik.
Pemompaan dilakukan hingga raksa menunjukkan angka 20 mmHg
diatas nilai systole hasil pemeriksaan terdahulu. Jika px lupa hasil
pemeriksaan terdahulu, pompa manset hingga air raksa mencapai
angka 20 mmHg diatas nilai systole normal ( jika nilai normal systole
120 mmHg, pemompaan dilakukan hingga 140 mmHg).
7. Buka sekrup balon karet (putar ke bawah) perlahan – lahan (2-3
mmHg/detik) sambil mendengarkan denyutan arteri brakhialis.
8. Dengarkan bunyi denyutan nadi sambil melihat skala manometer.
Denyutan pertama adalah bunyi Korotkoff I (sistole) dan saat denyutan
menghilang sama sekali adalah bunyi Korotkoff V ( diastole).
Setelah didaptakan systole dan diastole, kempiskan manset lalu
lepaskan manset. Jika perlu mengulag pemeriksaan, kempiskan
manset terlebih dahulu, tunggu selama 1 menit lalu lakukan
pengukuran ulangan.
9. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
10. Alat – alat dirapikan dan disimpan di temaptnya
11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12. Catat hasil pengukuran ke lemabr pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Berikan reinforcement positif
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan

2. Catat respon klien


3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat
PEMERIKSAAN NADI

Standard operasional Pemeriksaan Nadi


prosedur

Pengertian Pengukuran getaran / denyut darah di dalam pembuluh darah arteri akibat
kontraksi ventrikel kiri ke jantung.

Tujuan 1. Mengetahui denyut nadi


2. Menilai kemampuan fungsi kardiovaskuler
Indikasi 1. Secara rutin, yaitu di kerjakan bersama-sama pada waktu mengambil
suh badan dan tensi (tekanan darah).
2. Sewaktu-waktu apabila di periluhkan.
3. Atas intruksi dokter.
4. Pada waktu pasien akan, sedang, dan sesudah di operasi/ melahirkan
Kontraindikasi 5. Pengukuran Suhu Oral
6. Klien tidak kooperatif
7. Bayi atau toodler
8. Tidak sadar
9. Dalam keadaan menggigil
Alat dan bahan 1. Arloji
2. stetoskop
3. sarung tangan bersih
4. buku catatan
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan 1. cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Posisikan px ( duduk, berbaring atau berdiri)
3. Anjurkan px untuk rileks
4. Tempelkan 3 ujung jari tengah pada bagian dalam pergelangan tangan
untuk mencari denyutan A. radialis. Tekankan ujung ketiga jari tengah
supaya bisa merasakan denyutan A. radialis, tetapi jangan terlalu
kenceng karena akan menyakiti px.

5. Hitung frekuensi denyut nadi selama 1 menit penuh atau selama 30


detik lalu dikalikan dua.
6. Evaluasi ritme nadi.
7. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
8. Alat – alat dirapikan dan disimpan di temaptnya
9. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Tanda tangan dan nama perawat

PEMERIKSAAN SUHU TUBUH

Standard operasional Pemeriksaan Suhu Tubuh


prosedur
Pengertian Suhu tubuh adalah perbedaan antara panas yang dihasilkan tubuh dengan
jumlah panas yang dilepaskan ke lingkungan.
Tujuan Mengetahui suhu tubuh manusia.
Indikasi a.       Pengambilan suhu secara oral (mulut)
1)      Kebiasaan Rumah Sakit
2)      Pada pasien dewasa
3)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
4)      Atas instruksi dokter
b.      Pengambilan suhu secara Rectal (anus)
1)      Pada bayi, anak, dan pasien dalam keadaan parah
2)      Atas instruksi dokter
3)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
c.       Pengambilan suhu secara aksila (Ketiak)
1)      Bila tidak dapat dikerjakan pada bagian tubuh yang lain
2)      Atas instruksi dokter
Kontraindikasi a.       Pengambilan suhu secara oral (mulut).
1)      Tidak boleh di lakukan pada pasien yang tidak sadar atau gelisah.
2)      10 menit sebelum suhu di ambil, pasien tidak boleh minum atau
makan yang panas / yang dingin (es).
3)      Selama thermometer adadi mulut, pasien di karang berbicara.
4)      Berbahaya bila pecah didalam mulut, pecahnya dapat melukai
selaput lender mulut dan air raksanya dapat tertelan (bila
menggunakan thermometer raksa).
b.      Pengambilan suhu secara rectal (pelepasan).
1)      Pada pasien yan luka di daerah anus.
2)       Pada pasien yang  berpenyakit kelamin.
3)      Selama mengukur suhu pasien harus di jaga, untuk menghindari
bahaya pecahnya reservoir, untuk mempertahankan reservoir selama
waktu pengambilan suhu.
c.       Pengambilan suhu secara aksila (ketiak)
1)      Bayi.
2)       Pasien yang sangat kurus.
3)      Pasien yang luka / kudis ketiak, operasi pada mammae
(payudara).
4)      Pasien harus tenang dan berada si tempat tidur.
5)      Ketiak harus kering dan tertutup rapat.
6)      Tidak boleh ada yang menghalangi antara ketiak dan
thermometer.
7)       Sebelum thermometer di gunakan, di periksa dahulu apakah air
raksa sudah di turunkan atau belum

Alat dan bahan 1. Thermometer sesuai kebutuhan (aksila, rectal, oral atau timpani)
2. Pelumas
3. Wadah yang berisi cairan desinfektan, air sabun dan air bersih
4. Tissue
5. Sarung tangan bersih
6. Baki
7. Alas baki
8. Buku untuk mencatat
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan Termometer Aksila.
1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
2. Buka dua kancing baju pasien pada bagian atas, atau jika pasien
memakai kaos gulung lengan kaos hingga bahu.
3. Berikan tisu pada px, minta px untuk membersihkan ketiak dengan
tisu. Jika px tidak sadar atau tidak memungkinkan menekuk tangannya,
perawat membantu px membersihkan ketiak
4. Jika menggunakan termometer raksa, periksa terlebih dahulu apakah
raksa sudah menunjukkan angka di bawah 35°C; turunkan raksa hingga
di bawah 35°C sebelum mengukur suhu tubuh. Jika menggunakan
thermometer digital, periksa terlebih dahulu baterainya.
5. Letakkan bagian logam thermometer tepat di tengah ketiak. Perhatikan
jangan sampai berdesakan dengan baju pasien.

6. Setelah thermometer terpasang dengan tepat, minta pasien untuk


mengempit thermometer. Thermometer tetap di ketiak selama ± 5
menit ( thermometer raksa) atau hingga alarm thermometer berbunyi
( thermometer digital ).
7. Ambil thermometer dari ketiak px lalu baca hasil pengukuran suhunya.
Masukkan ke dalam cairan desinfektan selama 15 menit, lalu cuci
dengan air sabun, dan bilas dengan air bersih. Jika menggunakan
thermometer digital, bersihkan ujung thermometer dengan kapas
alcohol. Segera keringkan setelah termometer dibersihkan.
8. Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
9. Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien
10. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan px.

Termometer Rektal :
1. Cuci tangan
2. Buka tutup jelly, oleskan sedikit pada ujung thermometer rectal
3. Buka celana pasien atau singkapkan baju pasien ke atas lalu bersihkan
permukaan luar rectum pasien.
4. Gunakan tangan tidak dominan untuk mengangkat pantat bagian atas
pasien hingga perawat bisa melihat rectum pasien.

Dengan tangan dominan, masukkan thermometer rektal ke dalam


rectum sepanjang 5 – 7,5 cm untuk dewasa dan 1,5 – 2 cm untuk bayi.
Minta pasien untuk menarik napas panjang saat thermometer
dimasukkan dan anjurkan untuk tidak mengedan.
5. Diamkan thermometer selama 3 – 5 menit, lalu ambil thermometer
dari rectum pasien.
6. Baca hasil pengukuran suhu
7. Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam rectum dengan
tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selama 15 menit.
Setelah direndam, cuci dengan air sabun dan bilas dengan air bersih
lalu keringkan.
8. Turunkan air raksa hingga di bawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
9. Rapikan pasien dan beritahukan hasilnya pada pasien.
10. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
11. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
12. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku catatan
pasien.

Termometer Oral

1. Cuci tangan dan pakai sarung tangan


2. Minta pasien untuk mengangkat lidah ke atas. Letakkan ujung logam
thermometer oral tepat di bawah lidah ( di salah satu frenulum)

3. Minta px untuk mengatupkan bibir dan menahan thermometer dengan


bibir selama 3 – 5 menit, dan tidak berbicara selama thermometer
masih di mulut.
4. Setelah 3-5 menit, ambil thermometer lalu lihat hasilnya. Baca
thermometer dengan cara meletakkan thermometer sejajar dengan
mata.
5. Bersihkan ujung thermometer yang masuk ke dalam mulut denagn
tissue, lalu rendam dalam cairan desinfektan selam 15 menit. Setelah
direndam, cuci dengan air sabun dan bilas denagn air bersih lalu
keringka.
6. Turunkan air raksa hingga dibawah 35°C lalu kembalikan pada
tempatnya.
7. Rapikan px dan beritahukan hasilnya pada pasien
8. Kembalikan alat yang digunakan pada tempatnya
9. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan dalam lembar pemeriksaan atau buku caatan px.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan
4. Tanda tangan dan nama perawat

PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAFASAN

Standard operasional Pemeriksaan Frekuensi Pernafasan


prosedur
Pengertian Seseorang dikatakan bernafas bila menghirup oksigen (O2) dan
mengeluarkan karbondioksida (CO2) melalui sistem pernafasan.
Tujuan 1. Mengetahui frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
2. Menilai kemampuan fungsi pernafasan.
Indikasi 1. Maternal
a. Masuk RS dengan keluhan pernafasan, misalnya asma, nyeri dada,
tuberkolosis dll. Nyeri dada, sesak nafas, sianosis, kecelakaan lalu
lintas atau gannguan serius lainnya, seperti perdarahan hebat atau
pre eklamsi
b. Selama dan setelah pembedahan
c. Adanya tanda2 perubahan pola nafas yang berkaitan dengan
kesedihan psikologis
2. Bayi
a. Pada saat lahir, sebagai bagian dari skor APGAR
b. Adanya tanda2 sianosis, retraksi strernum, pernafasan cuping
hidung, bunyi nafas sing, misalnya mendengkur atau pernafasan
yang berat / sulit, saat bayi menggunakan energy yang besar untuk
bernafas.
Kontraindikasi -
Alat dan bahan 1. Arloji
2. Jam tangan
3. sarung tangan bersih
4. buku catatan
Persiapan pasien 1.Lakukan tindakan dengan 5S(Senyum,Salam,Sapa,Sopan dan Santun)
2.Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan
Persiapan lungkungan 1.Jaga privasi pasien
2.Ciptakan lingkungan yang aman dan aman
Prosedur pelaksanaan 1. lakukan prosedur ini setelah menghitung frekuensi nadi pasien, dengan
tangan perawat tetap memegang arteri radialis. Alternatif lainnya,
lakukan prosedur ini saat px tidur, sebelum melakukan pengukuran
TTV lainnya. Jika px tampak menahan nafas, tepuk perlahan bahu atau
kakinya untuk merangsang pernafasan kembali normal.
2. Observasi pergerakan dinding dada, atau rasakan gerakan dinding dada
px. Observasi juga adanya kesulitan bernafas atau penggunaan otot
bantu pernafasan.
3. Hitung frekuensi pernafasan px ( satu kali respirasi adalah satu inspirasi
dan satu ekspirasi) selama satu menit penuh jika pernafasan tampak
ireguler atau sangat lembut. Jika pernafasan tampak teratur, bisa
dihitung selama 30 detik lalu dikalikan 2.
4. Catat ritme, kedalaman dan pola pernafasan ke dalam lembar
pencatatan.
5. Rapikan px dan beritahukan hasil pemeriksaan.
6. Alat – alat dirapikan dan disimpan di temaptnya
7. Lepas sarung tangan dan cuci tangan
8. Catat hasil pengukuran ke lembar pemeriksaan atau buku catatan.
Evaluasi 1. Evaluasi respon pasien
2. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Mengakhiri kegiatan dengan baik
Dokumentasi 1. Catat kegiatan yang telah dilakukan dalam catatan keperawatan.
2. Catat respon klien
3. Dokumentasikan evaluasi tindakan: SOAP
4. Tanda tangan dan nama perawat
DAFTAR PUSTAKA

Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan. Yogyakarta. Fitramaya

Depkes RI.1994. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta


PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau
mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian tanda
vital memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan,
mengimplementasikan rencana intervensi dan mengevaluasi keberhasilan bila tanda vital
dikembalikan pada nilai yang dapat diterima.

B. Saran

Pengkajian tanda vital merupakan unsur yang esensial bila perawat dan dokter melakukan
kolaborasi dalam menentukan status kesehatan klien. Teknik pengukuran yang cermat menjamin
temuan yang akurat.
LEMBAR KONSUL

NAMA MAHASISWA : ROZALI GUNAWAN


NRP : 33412001127
PEMBIMBING : NS., LAILATUL HAFIDAH S.KEP. M.,KES
JUDUL : LAPORAN PENDAHULUAN TANDA-TANDA VITAL

TAHUN 2020/2021

No Hari / Tanggal Catatan Bimbingan Paraf

10

11

12

13

14

Anda mungkin juga menyukai