Contoh Skripsi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 174

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK


(HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA
BOOKLETTERHADAPPENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA
USIA SUBURDI DESA SUMOROTO

Oleh:

NADIA ISTIBAKHATI
NIM: 201503078

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019
SKRIPSI
PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK
(HARI PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA
BOOKLETTERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP
WANITA USIA SUBURDI DESA SUMOROTO

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Oleh:

NADIA ISTIBAKHATI
NIM: 201503078

PEMINATAN PROMOSI KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
TAHUN 2019

ii
iii
iv
LEMBAR PERSEMBAHAN

Segala puji kupersembahkan kepada sang pemberi nikmat dan karunia Allah

SAW, serta sujud syukur ku panjatkan kepada-Mu atas takdir-Mu menjadikan

manusia senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar. Semoga karya

kecilku ini menjadi langkah awal untuk meraih cita-citaku. Kupersembahkan

karya kecilku ini untuk:

1. Ibu dan adik saya yang senantiasa memberikan doa dan semangat, mulai awal

hingga tiada akhir. Terimakasih untuk pelajaran hidup yang kalian berikan

yang menguatkan hati dan belajar untuk selalu bersyukur dengan keadaan.

2. Dosen pembimbing, penguji dan dosen pengajar.

Ibu Riska Ratnawati S.KM. M.Kes selaku pembimbing 1.

Ibu Avicena Sakufa Marsanti S.KM., M.kes selaku pembimbing 2.

Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua penguji skripsi.

Terimakasih atas bimbingan dan kesabaran yang luar biasa, nasihat serta masukan

yang sangat membangun sehingga terselesainya karya kecil saya ini. Tak lupa

ucapan terimakasih yang paling dalam untuk dosen-dosen pengajar yang tidak

kenal lelah dalam memberikan ilmu dan pengalaman serta nasehat yang tak

ternilai harganya.

3. Sahabat-sahabat saya One, Safira, Ifa, Aldela, dan Dema yang selama 4 tahun

ini telah mewarnai hidup saya, selalu memberi dukungan semangat, dan

bantuan tidak hanya untuk karya kecil saya, namun lebih dari itu. Saya

bersyukur dipertemukan dengan kalian, dan saya sangat sayang dengan kalian.
v
Begitupun juga dengan teman-teman SKM B dan teman-teman peminatan

PKIP yang telah memberikan warna yang berbeda untuk hidup saya,

memberikan pengalaman unik dan terkenang. Namun, melihat kalian sukses

membuat semangat ini semakin membara untuk menyelesaikan karya kecil ini

dan menyusul kalian ketangga kesuksesan. Untuk teman-teman organisasi

HIMPHA terimakasih atas pengalaman dan kepercayaan yang diberikan.

4. Dan terimakasih saya ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa saya

sebutkan satu persatu yang telah membantu pembuatan karya kecil ini.

Nadia Istibakhati

vi
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nadia Istibakhati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Ponorogo, 27 Agustus 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Semeru No. 33 KelurahanNologaten

Kecamatan Ponorogo Kabupaten Ponorogo

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan :

1. TK BustanulAthfal „AisyiyahNologaten (2002-2003)

2. SD Negeri 2 Nologaten (2003-2009)

3. SMP Negeri 6 Kec. Ponorogo (2009-2012)

4. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (2012-2015)

5. Tahun 2015 hingga sekarang menempuh Pendidikan S1 Kesehatan

Masyarakat di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Peminatan

Promosi Kesehatan

viii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas semua berkat dan rahmat-Nya sehingga

dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Gizi Seimbang

1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan) Dengan Media Booklet Terhadap

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur Di Desa Sumoroto”, sebagai salah satu

syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Program

Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena

itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Sidi selaku Kepala Desa Sumoroto yang telah memberikan izin

untuk melakukan penelitian di Desa Sumoroto.

2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM., M.Kes. (Epid) selaku Ketua STIKES

Bhakti Husada Mulia Madiun.

3. Ibu Avicena Sakufa.M, S.KM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun sekaligus

pembimbing II yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun

Skripsi dan memberikan bimbingan dengan setulus hati sehingga Skripsi

ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Hanifah Ardiani, S.KM,.M.KM selaku ketua dewan penguji skripsi.

5. Ibu Riska Ratnawati, S.KM., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan kesempatan untuk menyusun Skripsi dan memberikan

ix
bimbingan dengan setulus hati sehingga tugas Skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Keluargaku atas dukungan dan doa yang selalu diberikan sehingga

Skripsi dapat terselesaikan.

7. Sahabat-sahabatku, rekan seangkatan dan pihak-pihak terkait yang

banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.

Penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bermanfaat untuk perbaikan pada skripsi ini

agar lebih baik daripada sebelumnya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telah

diberikan.

Madiun, Agustus 2019

Nadia Istibakhati

x
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ABSTRAK

Nadia Istibakhati

PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK (HARI


PERTAMA KEHIDUPAN) DENGAN MEDIA BOOKLET TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (Studi Kasus di
Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo)

151 Halaman+ 19 tabel+ 5 gambar+ 23 lampiran


Latar Belakang : Desa Sumoroto merupakan desa dengan angka kejadian BBLR
tertinggi di bandingkan desa yang lain di wilayah kerja Puskesmas Kauman.
Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi 1000 HPK, maka
salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu pendidikan gizi seimbang 1000 HPK
dengan media booklet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet terhadap pengetahuan
dan sikap wanita usia subur.
Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakandesain one group pretest
posttest. Sampel berjumlah 96 orang dengan sasaran wanita usia subur. Media
yang digunakan yaitu booklet dan metode yang digunakan yaitu ceramah. Analisis
data menggunakan uji Wilcoxon dengan taraf signifikan 0,05
Hasil: Positive ranks variabel pengetahuan sebesar 93, sedangkan variabel sikap
sebesar 92. Ties variabel pengetahuan sebesar 3, sedangkan variabel sikap sebesar
4. Hasil P value variabel pengetahuan dan sikap masing-masing sebesar 0,000 < α
(0.05)
Kesimpulan : Terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan
media booklet terhadap pengetahuan dan sikap wanita usia subur.

Kata kunci : Pendidikan gizi seimbang, 1000 Hari Pertama


Kehidupan, booklet, pengetahuan, sikap
Kepustakaan : 41 (2009-2019)

xi
PUBLIC HEALTH STUDIES PROGRAM
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ABSTRACT

NADIA ISTIBAKHATI

KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF FERTILE WOMEN AFFECTED


BY EDUCATION BALANCED NUTRITION 1000 HPK (THE FIRST
DAYS OF LIFE) BY THE BOOKLETS (a case study in Sumoroto Village,
Subdistrict Kauman, Ponorogo)

151 Pages+ 19 tables+ 5 pictures+ 23 attachment


Background: Sumoroto is the village with the highest BBLR incidence compared
to other villages in the KaumanPuskemas working area. To do prevention and
control of 1000 HPK nutritional problem, one of the efforts can do is 1000 HPK
balanced nutrition education by booklet media. This study aims to determine the
effect of 1000 HPK balanced nutrition education by booklet media on the
knowledge and women attitudes of fertile age.
Research methods: The study has been used one group pretest postest design.
The sample was 96 people targeting fertile woman. The media used are booklets
and the methods used are lectures. Data analysis used wilcoxon test with a
significant level 0,05.
The results: Positive ranks knowledge variable was 93, while attitude variable
was 92. Ties knowledge variable was 3, while attitude variable was 4. Results P
value of knowledge and attitude variables were 0.000 < α (0.05).
Conclusion: There is an influence of 1000 HPK balanced nutrition education by
booklet media on the knowledge and women attitudes of fertile age.

Keywords : education balanced nutrition, the 1000 first Day of life,


booklet, knowledge, attitude
Bibliography : 41 (2009-2019)

xii
DAFTAR ISI

Sampul Depan ............................................................................................... i


Sampul Dalam ............................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ....................................................................................... iv
Lembar Persembahan ...................................................................................... v
Halaman Pernyataan ...................................................................................... vii
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................... viii
Kata Pengantar ............................................................................................... ix
Abstrak ........................................................................................................... xi
Abstract .......................................................................................................... xii
Daftar Isi ........................................................................................................ xiii
Daftar Tabel ................................................................................................... xvi
Daftar Gambar ............................................................................................... xvii
Daftar Lampiran ............................................................................................ xviii
Daftar Singkatan ............................................................................................ ix
Daftar Istilah ................................................................................................... xx

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 RumusanMasalah .......................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 6
1.3.1 Tujuan Umum .................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 7
1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas .................................................... 7
1.4.2 ManfaatBagiPeneliti .......................................................... 7
1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia ...................... 8
1.4.4 ManfaatBagiMasyarakat .................................................... 8
1.4.5 ManfaatBagiPenelitiBerikutnya ......................................... 8
1.5 KeaslianPenelitian ......................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pendidikan Gizi ............................................................................. 10
2.2 Gizi Seimbang ............................................................................... 15
2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil .......................................... 19
2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui ..................................... 22
2.2.3 Gizi Seimbang padaBayi 0-6 bulan .................................... 24
2.2.4 Gizi Seimbang padaBayi 6-24 bulan .................................. 25
2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan ..................................................... 26
2.4 Booklet .......................................................................................... 29
2.5 Pengetahuan .................................................................................. 31
2.5.1 Tingkat Pengetahuan .......................................................... 31
xiii
2.5.2 Faktor yang DapatMempengaruhiPengetahuan................... 34
2.6 Sikap ............................................................................................. 36
2.6.1 Komponen Sikap................................................................ 36
2.6.2 Tingkatan Sikap ................................................................. 37
2.6.3 Faktor-faktor yang MempengaruhiSikap ............................ 38
2.6.4 PengukuranSikap ............................................................... 40
2.7 WanitaUsiaSubur........................................................................... 42
2.8 KerangkaTeori............................................................................... 44

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN


3.1 KerangkaKonseptual ..................................................................... 45
3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................ 46

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN


4.1 DesainPenelitian ............................................................................ 47
4.2 PopulasidanSampel........................................................................ 48
4.4.1 Populasi ............................................................................. 48
4.4.2 Sampel ............................................................................... 48
4.3 Teknik Sampling ........................................................................... 49
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................. 51
4.5 VariabelPenelitiandanDefinisiOperasional ..................................... 53
4.5.1 VariabelPenelitian .............................................................. 53
4.5.2 DefinisiOperasional ........................................................... 54
4.6 InstrumenPenelitian ....................................................................... 57
4.6.1 UjiValiditas........................................................................ 58
4.6.2 UjiReliabilitas .................................................................... 60
4.6.3 Uji Media........................................................................... 61
4.7 LokasidanWaktuPenelitian ............................................................ 64
4.7.1 LokasiPenelitian ................................................................ 64
4.7.2 WaktuPenelitian ................................................................. 64
4.8 Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 65
4.8.1 Cara Pengumpulan Data ..................................................... 65
4.8.2 Sumber Data ...................................................................... 66
4.8.3 Proses Pengolahan Data ..................................................... 67
4.9 TeknikAnalisis Data ...................................................................... 68
4.9.1 Analisis Univariat .............................................................. 68
4.9.2 Analisis Bivariat ................................................................ 68
4.10EtikaPenelitian .............................................................................. 70

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 73
5.2 Hasil Penelitian............................................................................. 74
5.2.1 Analisis Univariat .............................................................. 74
5.2.2 Uji Normalitas.................................................................... 77
5.2.3 Analisis Bivariat................................................................. 79
xiv
5.3 Pembahasan .................................................................................. 82
5.4 Keterbatasan Penelitian................................................................. 95

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN


6.1 Kesimpulan ............................................................................................... 96
6.2 Saran......................................................................................................... 97

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 99


LAMPIRAN .................................................................................................. 103

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .......................................................................... 9


Tabel2.1 SkoringPadaSkalaLikert ....................................................................... 42
Tabel 4.1 Definisi Operasional ....................................................................... 55
Tabel 4.2 Data Validitas Variabel Pengetahuan ............................................... 59
Tabel 4.3 Data Validitas Variabel Sikap .......................................................... 59
Tabel 4.4 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan ........................................... 60
Tabel 4.5 Data Reliabilitas Variabel Sikap ...................................................... 61
Tabel 4.6 Hasil Uji Media Booklet Gizi Seimbang 1000 HPK......................... 62
Tabel 4.7 Tabel Waktu Penelitian .................................................................. 64
Tabel 5.1 Data Distribusi Umur Responden .................................................... 74
Tabel 5.2 Data Statistik Umur Responden ....................................................... 75
Tabel 5.3 Data Distribusi Pendidikan Responden ............................................ 75
Tabel 5.4 Rata-Rata Skor Pengetahuan ........................................................... 76
Tabel 5.5 Rata-Rata Skor Sikap ...................................................................... 77
Tabel 5.6 Distribusi Hasil Normalitas Pengetahuan ......................................... 78
Tabel 5.7 Distribusi Hasil Normalitas Sikap .................................................... 78
Tabel 5.8Hasil Ranks Uji Wilcoxon Pengetahuan Dan Sikap .......................... 80
Tabel 5.9 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Pengetahuan ......................... 81
Tabel 5.10 Hasil Analisis Uji Wilcoxon Variabel Sikap .................................. 81

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ........................................................................... 44


Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 45
Gambar 4.1. Rancangan Penelitian ................................................................. 47
Gambar 4.2. Kerangka Kerja Penelitian .......................................................... 51
Gambar 5.1 Peta lokasi penelitian .................................................................. 73

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Data Awal .................................................. 103


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian STIKES ................................................... 104
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian KESBANGPOL ....................................... 105
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian ......................................... 106
Lampiran 5 Form Audiens Seminar Proposal .............................................. 107
Lampiran 6 Informed Consent ........................................................................ 109
Lampiran 7 Lembar Kisi-Kisi KuesionerPenelitian ..................................... 110
Lampiran 8 LembarKuesionerPretest ............................................................. 112
Lampiran 9 LembarKuesionerPost-test .......................................................... 114
Lampiran 10 LembarUji Media ..................................................................... 116
Lampiran11 Lembar SAP ............................................................................ 117
Lampiran 12 Lembar POA ............................................................................ 121
Lampiran 13 Lembar Konsultasi Bimbingan Skripsi ..................................... 122
Lampiran 14 Desain Cover Booklet ............................................................... 123
Lampiran 15 Isi Materi Booklet..................................................................... 124
Lampiran 16 Output Uji Validitas dan Uji Reliabilitas .................................. 126
Lampiran 17 Data Primer Hasil Kuesioner Pengetahuan ............................... 135
Lampiran 18 Data Primer Hasil Kuesioner Sikap .......................................... 138
Lampiran 19 Output Hasil Normalitas Data .................................................. 141
Lampiran 20 Output Hasil Uji WilcoxonPengetahuan ................................... 143
Lampiran 21 Output Hasil Uji Wilcoxon Sikap ............................................. 145
Lampiran 22 Dokumentasi ............................................................................ 147
Lampiran 23 Penentuan Kelas Interval .......................................................... 150

xviii
DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air SusuIbu


AKG : AngkaKecukupanGizi
Baduta : BawahDuaTahun
BBLR : BeratBadanLahirRendah
HPK : HariPertamaKehidupan
IMT : IndeksMasaTubuh
ISPA : Infeksi Saluran Pernapasan Akut
KEK : KurangEnergiKronis
KEMENKES : KementerianKesehatan
KESMAS : KesehatanMasyarakat
KIA : KesehatanIbudanAnak
KIE : Komunikasi, InformasidanEdukasi
KMS : KartuMenujuSehat
MP ASI : MakananPendamping Air SusuIbu
NTD :Neural Tube Defect
PGS : PedomanGiziSeimbang
PJT : PertumbuhanJaninTerhambat
PMT : PemberianMakananTambahan
PUSKESMAS : PusatKesehatanMasyarakat
RISKESDAS : RisetKesehatanDasar
SDM : SumberDayaManusia
UNICEF : United Nations Children's Fund
WHO : World Health Organization
WUS : WanitaUsiaSubur

xix
DAFTAR ISTILAH

Audio Visual Aids : Alat bantu yang mengkombinasikan antara


gambar dan suara.
Booklet : Sebuah buku yang biasanya digunakan sebagai
media untuk menampilkan berbagai produk dan
jasa suatu perusahaan.
Continum of care : Asuhan berkesinambungan
Cross sectional : Studi untuk merumuskan hipotesis hubungan
kausal secara serentak.
Dependen : Terikat
Enabling : Faktorpemungkin
Independen : Bebas
Multiple Choice Test : Pilihanganda
Neural Tube Defect : Neural Tube Defect (NTD) adalah cacat bawaan
yang timbul akibat tidak sempurnanya penutupan
tabung saraf selama pertumbuhan embrional.
Neurotransmiter : Senyawa organik endogenus membawa sinyal di
antara neuron.
Non Probability Sampling : Teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang sama bagi populasi
Post-test : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan
di akhir untuk memperoleh informasi tentang
hasil yang telah dicapai
Pretest : Suatu pengukuran atau evaluasi yang dilakukan
di awal untuk memperoleh informasi awal
tentang sesuatu
Purposive Sampling : teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.
Reliability : Dapatdiandalkan
Reinforcing : Faktorpenguat
Scientific attitude : Sikapilmiah
Stunting : Sebuah kondisi di mana tinggi badan jauh lebih
pendek dibandingkan tinggi badan orang
seusianya.

xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gizi yang baik menjadi landasan bagi setiap individu untuk mencapai

potensi maksimal yang dimilikinya. Periode 1000 HPK (Hari Pertama

Kehidupan) merupakan periode sensitif yang menentukan kualitas hidup anak

di masa yang akan datang, dimana akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada

masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Perbaikan gizi

dilakukan melalui pendekatan continuum of caredengan fokus pada 1000 HPK

yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2

tahun(Kemenkes, 2019).

Prevalensi penyakit defisiensi zat gizi makro dan mikro di seluruh dunia

meningkat dengan drastis hingga menempatkan masalah gizi menjadi salah

satu masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius, terutama pada

kelompok rawan gizi, salah satunya ibu hamil dan anak bawah dua tahun

(Baduta). Hal ini sangat membutuhkan penanganan yang komprehensif dan

dimulai dari asuhan gizi pada kehamilan. Defisiensi harus dianggap sebagai

penyakit dan faktor risiko status gizi serta penyakit lainnya (Sudargo, 2018).

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kemenkes 2017, prevalensi balita

stunting sebesar 29,6% sedangkan menurut Riskesdas pada tahun 2018

meningkat menjadi 30,8%. Pada kelompok umur Baduta, persentase stunting

mengalami penurunan dari 20,1% pada tahun 2017 menjadi 29,9% pada tahun

1
2

2018. Persentase gizi kurang juga mengalami penurunan dari 17,8%menjadi

17,7%, sedangkan gizi lebih pada balita tahun 2017 sebesar 4.6%kemudian

meningkat menjadi 8,0% di tahun 2018. Cakupanbayi mendapat ASI eksklusif

pada tahun 2017 sebesar 61,33%, sedangkan pada tahun 2018 menurun

menjadi 37,3%. Proporsi risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil

tahun 2017 yaitu sebesar 14,8%, kemudian meningkat pada tahun 2018

menjadi17,3%(Riskesdas, 2018).

Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, bahwa masih banyak

permasalahan gizi yang terjadi pada periode 1000 HPK di Kabupaten

Ponorogo. Pada tahun 2017 persentase kejadian stunting pada balita di

Kabupaten Ponorogo yaitu sebesar 21,72% sedangkan pada tahun 2018

meningkat sebesar 25,1%. Kejadian anemia pada ibu hamil yaitu sebesar 33%

kemudian menurun sebesar 25,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR

pada tahun 2017 sebesar 4,58% kemudian meningkat menjadi 4,61% pada

tahun 2018(Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten

Ponorogo, 2018). Sedangkan menurut data dari Puskesmas Kauman, angka

kejadian anemia pada ibu hamil pada tahun 2017yaitu sebesar 1,47%,

kemudian meningkat menjadi 1,5% pada tahun 2018. Angka kejadian BBLR

juga mengalami kenaikan dari 6,7% di tahun 2017 kemudian menjadi 7,7% di

tahun 2018(Bidang KIA Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).

Permasalahan-permasalahan gizi akan berdampak serius terhadap kualitas

sumber daya manusia (SDM). Permasalahan gizi yang dimaksud antara lain

kegagalan pertumbuhan pada awal kehidupan seperti berat badan lahir rendah
3

(BBLR), balita pendek, kurus dan gemuk, yang akan berdampak pada

pertumbuhanselanjutnya. Anak yang kekurangangizi nantinya bisa mengalami

hambatan kognitif dan kegagalan pendidikan, sehingga berdampak pada

rendahnya produktivitas di masa dewasa.Kurang gizi yang dialamipada awal

kehidupan juga berdampak pada peningkatan risiko gangguan metabolik yang

berujung pada kejadian penyakit tidak menularpada usia dewasa, seperti

diabetes type II, stroke, penyakit jantung dan lainnya.Salah satu kebijakan

nasional dalam upaya perbaikan gizi masyarakat tertuang dalam Undang-

Undang nomor 36 tahun 2009, bahwa upaya perbaikan gizi ditujukan untuk

peningkatan mutu gizi perorangan dan masyarakat (Kesmas Kemenkes, 2018).

Masalah gizi pada balita dapat munculkarena beberapa faktor yaitu

penyebablangsung, tidak langsung, akar masalah danpokok masalah. Masalah

gizi berawal darikekurangan nutrient yang spesifik ataukarena diet yang tidak

adekuat atau karenakomposisi proporsi makanan yangdikonsumsi tidak tepat.

Penyebab langsungyaitu asupan makan yang kurang danpenyakit infeksi yang

diderita balita.Balita yang mendapat asupan makananyang cukup tetapi sering

menderita penyakitinfeksi misalnya diare, akhirnya dapatmenderita

kekurangan gizi. Sebaliknyabalita yang tidak cukup makan dapatmelemahkan

daya tahan tubuhnya(imunitas), menurunkan nafsu makan danmudah terserang

infeksi, sehingga akhirnyajuga dapat terjadi kekurangan gizi.Penyebab tidak

langsung diantaranyapengetahuan ibu, ketersediaan pangan, polaasuh,

pelayanan kesehatan, dan lainnya.Faktor tidak langsung ini saling


4

berkaitandan bersumber pada akar masalah yaitupendidikan, dan ekonomi

keluarga (Sulistianingsih, 2015).

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 42

tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi yang fokus

pada 1000 hari pertama kehidupan. Gerakan ini mengedepankan upaya

bersama antara pemerintah dan masyarakat melalui penggalangan partisipasi

dan kepedulian pemangku kepentingan secara terencana dan terkoordinasi

untuk percepatan perbaikan gizi masyarakat dengan prioritas pada 1000 HPK

(Kemenkes 2016).Pelaksanaan gerakan ini terdiri dari intervensi gizi spesifik

dan intervensi gizi sensitif.Intervensi gizi spesifik adalah upaya untuk

mencegah dan mengurangi masalah gizi secara langsung.Kegiatan ini pada

umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan. Kegiatan yang dilakukan antara

lain berupa imunisasi, PMT ibu hamil dan balita di posyandu. Sasaran yang

ingin dicapai khusus kelompok 1000 HPK (ibu hamil, ibu menyusui dan anak

0 – 23 bulan).Sedangkan intervensi gizi sensitif merupakan kegiatan yang

dilakukan di luar sektor kesehatan namun secara khusus dan terpadu memiliki

dampak sensitif terhadap 1000 HPK seperti pendidikan gizi dan kesehatan,

fortifikasi pangan, dan sebagainya (Rosha et al., 2016 ).

Wilayah kerja Puskesmas Kauman merupakan wilayah dengan angka

kejadian BBLR paling tinggi dibandingkan dengan puskesmas lain yang ada

di Kabupaten Ponorogo. Angka kejadian BBLRpada tahun 2018 yaitu sebesar

31 kejadian BBLR dengan persentase sebesar 6,62% dari total kejadian

sebesar 468 di Kabupaten Ponorogo.Peneliti memilih tempat penelitian


5

berdasarkan salah satu fokus masalah gizi pada 1000 HPK yaitu kejadian

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)paling tinggi di wilayah kerja Puskesmas

Kauman. Dari wilayah kerja Puskesmas Kauman, Desa Sumoroto merupakan

satu-satu nya desa dengan angka kejadian BBLR tertinggi di bandingkan desa-

desa yang lain dengan angka kejadian sebesar 10 kejadian BBLR(Bidang KIA

Puskesmas Kecamatan Kauman, 2018).

Untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan masalah gizi pada

1000 HPK terutama kejadian BBLR di desa Sumoroto, maka salah satu upaya

yang dapat dilakukan yaitu melalui pendidikan kesehatan berupa pendidikan

gizi seimbang 1000 HPK. Seperti yang diungkapkan oleh Notoatmodjo,

bahwa pendidikan kesehatan merupakan sarana informasi yang sangat intensif

dan juga efektif dalam usaha untuk meningkatkan aspek kesehatan yang masih

tertinggal di suatu tempat (Notoatmodjo, 2010). Sasaran dalam pemberian

edukasi ini yaitu wanita usia subur di desa Sumoroto, Kecamatan Kauman.

Peranseorang wanita yang berkaitan dengan kedudukannya dalam keluarga,

berperan penting dalam memelihara kesehatan keluarga, menyiapkan makanan

bergizi setiap hari dan bertanggungjawab terhadap sanitasi rumah tangga juga

menciptakan pola hidup sehat jasmani, rohani dan sosial.Bagi wanita usia

subur terutama yang tengah mempersiapkan kehamilan, penting bagi mereka

untuk mengetahui gizi seimbang mulai dari awal kehamilan sampai anak usia

dua tahun agar bayi lahir sehat serta terhindar dari berbagai masalah gizi

(Wahyuni, 2015).
6

Berdasarkaninformasi dari pemegang program gizi Puskesmas Kauman,

bahwa WUS di desa Sumorotopernahdiberikan pendidikan terkait gizi

seimbangdengan media leaflet oleh tenaga kesehatan melalui posyandu namun

belum pernah dilakukan penyuluhan menggunakan media booklet, oleh karena

itu peneliti akan menguji pengaruh media booklettersebut melalui

penyuluhan.Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian terkait pengaruh pendidikan gizi seimbang pada 1000

HPK dengan media bookletterhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa

Sumoroto, Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya maka

penelititertarik untuk melakukan sebuah penelitian yaitu “Apakah

terdapatpengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media booklet

terhadap pengetahuan dan sikap WUS di Desa Sumoroto?”.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK

dengan media booklet terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000

Hari Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi

seimbang.
7

2. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari

Pertama Kehidupan sebelum diberikan pendidikan gizi seimbang.

3. Mengidentifikasi pengetahuan WUS terhadap gizi seimbang 1000

Hari Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi

seimbang.

4. Mengidentifikasi sikap WUS terhadap gizi seimbang 1000 Hari

Pertama Kehidupan sesudah diberikan pendidikan gizi seimbang.

5. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang

dengan media bookletterhadap pengetahuan pada WUS di Desa

Sumoroto.

6. Menganalisis pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang

dengan media bookletterhadap sikap pada WUS di Desa Sumoroto.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 ManfaatBagi Puskesmas

Sebagai bahan informasi dan evaluasi bagi Puskesmas Kauman

khususnyayang berkaitan dengan program penanggulangan masalah

gizi pada 1000 HPK sehingga nanti nya dapat mengurangi angka

kejadian BBLR dan masalah-masalah gizi lainnya.

1.4.2 ManfaatBagi Peneliti

Menambah pengetahuan, ketrampilan, dan mengaplikasikan ilmu

kesehatan masyarakat yang telah didapatkan selama perkuliahan, serta


8

membuka wawasan peneliti untuk lebih peka terhadap permasalahan

kesehatan terutama mengenaimasalah gizi pada periode 1000 HPK.

1.4.3 ManfaatBagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Mengetahui permasalahan-permasalahan gizi pada 1000 HPK,

pencegahan dan penanggulangan nya serta dapat menjadi bahan kajian

pengembangan penelitian tentang pengaruh pendidikan gizi seimbang

pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

1.4.4 ManfaatBagi Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita Usia Subur dapat mengambil manfaat dari pendidikan gizi

seimbang yang diberikanoleh peneliti sehingga dapat meningkatkan

pengetahuan dan sikap terutama terkait dengan pendidikan gizi

seimbang 1000 HPK.

1.4.5 ManfaatBagi Peneliti Berikutnya

Bagipeneliti berikutnya semoga dapat menambah sumber referensi

dan acuan dalam membantu melakukan penelitian, dan dapat

mengembangkan ilmu kesehatan masyarakat.


9

1.5 Keaslian Penelitian

Berikut adalah hasil review dari beberapa penelitian terdahulu yang

mendukung penelitian ini berkaitan dengan pengaruh pendidikan gizi

seimbang pada 1000 HPK terhadap pengetahuan dan sikap WUS.

Tabel 1.1 Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan


dilakukan
Peneliti
Peneliti Terdahulu
Sekarang
Pembeda Raden Isfi Fathy N.A.Shofiyyatunnisa Mentari Olivia Nadia
Asfia ak Fatharanni Istibakhati
Judul Keterkaitan Hubungan Perilaku Hubungan Pengaruh
Pengetahuan, Ibu tentang 1000 Pengetahuan, Pendidikan Gizi
Sikap, dan Persepsi Hari Pertama Sikap dan Perilaku Seimbang 1000
1000 HPK dengan Kehidupan dengan Mengenai Gizi HPK dengan
Tingkat Kecukupan Status Gizi Baduta Seimbang dengan Media Booklet
Gizi dan Status di Wilayah Pedesaan Status Gizipada terhadap
Gizi Calon Wanita Usia Pengetahuan
Pengantin Wanita. Subur di dan Sikap
Kecamatan Wanita Usia
Terbanggi Besar Subur di Desa
Kabupaten Sumoroto
Lampung Tengah
Tahun 2017 2016 2017 2019
Tempat KUA Kabupaten Desa Gunung Geulis Kecamatan Desa Sumoroto,
Bogor. Kecamatan Sukaraja Terbanggi Besar, Kecamatan
Kabupaten Bogor. Kabupaten Kauman.
Lampung Tengah

Variabel Asupan zat gizi, Status gizi Status gizi Pendidikan gizi
dependen status gizi seimbang 1000
HPK.
Variabel Pengetahuan,sikap, Pengetahuan, sikap, Pengetahuan, Pengetahuan
Indepen- persepsi. praktik. sikap dan perilaku dan sikap.
den
Desain Cross sectional Cross sectional Cross sectional Pra Eksperimen
studi study tipe one
group pretest
posttest design.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pendidikan Gizi

Pendidikan kesehatan didefiniskan sebagai usaha atau kegiatan untuk

membantu individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan perilaku mereka, untuk mencapai tingkat kesehatannya secara

optimal. Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan mempunyai sedikit

perbedaan yaitu pada penekanannya saja. Pendidikan kesehatan dalam

mencapai perubahan perilaku masyarakat ditekankan pada faktor predisposisi,

dengan pemberian informasi atau peningkatan pengetahuan dan sikap.

Sedangkan, promosi kesehatan merupakan upaya perubahan perilaku hidup

sehat masyarakat, tidak hanya ditujukan pada faktor predisposisi atau

peningkatan pengetahuan dan sikap saja, tetapi juga terhadap faktor yang lain,

yakni enabling (pemungkin), dan reinforcing (penguat) (Notoatmodjo, 2011).

Pendidikan gizi pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku

individu atau masyarakat yang diperlukan dalam peningkatan atau dalam

mempertahankan gizi tetap baik. Pendidikan Gizi Masyarakat atau dalam

bahasa operasionalnya disebut KIE(Komunikasi, Informasi dan Edukasi) Gizi,

bertujuan untuk menciptakan pemahaman yang sama tentang pengertian gizi,

masalah gizi, faktor penyebab gizi, dan kebijakan dari program perbaikan gizi

kepada masyarakat termasuk semua pelaku program. Dalam gizi seimbang

tidak hanya mendidik soal makanan dan keseimbangan komposisi zat gizi dan

kebutuhan tubuh akan zat gizi (karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

10
11

mineral, dan air), tetapi juga kesimbangan dengan pola hidup bersih untuk

mencegah kontaminasi makanan dan infeksi (Depkes RI,2012).

Pendidikan kesehatan juga sebagai suatu proses, dimana proses

tersebut mempunyai masukan (input) dan keluaran (output). Dalam suatu

proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan pendidikan

yakni perubahan perilaku dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi suatu proses pendidikan di samping masukannya sendiri juga

metode materi atau pesannya, pendidik atau petugas yang melakukannya, dan

alat peraga pendidikan. Hal ini berarti bahwa masukan (sasaran pendidikan)

tertentu harus menggunakan cara tertentu pula, materi juga harus disesuaikan

dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan

disesuaikan(Notoatmodjo, 2011).

Dalam memilih metode pendidikan kelompok, harus mengingat

besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.

Jumlah sasaran pada pendidikan gizi dengan kelompok besar, maka

metodenya berbeda dengan kelompok yang kecil. Apabila peserta lebih dari

20 orang maka termasuk kelompok besar. Metode yang digunakan yaitu salah

satunya metode ceramah. Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan

metode ceramah:
12

1) Persiapan

Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi

dari yang akan diceramahkan. Untuk itu penceramah harus

mempersiapkan diri dengan:

a) Mempelajari materi dengan sistematika yang baik, lebih baik lagi

kalau disusun dalam diagram atau skema

b) Menyiapkan alat-alat bantu pengajaran misalnya, makalah singkat,

slide, sound system, dan sebagainya.

2) Pelaksanaan

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah

tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk dapat menguasai

sasaran (dalam arti psikologis), penceramah dapat melakukan hal-hal

sebagai berikut (Notoatmodjo, 2011):

a) Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-

ragu, dan gelisah.

b) Suara hendaknya cukup keras dan jelas.

c) Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah.

d) Menggunakan alat bantu audio visual aids (AVA).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu dapat meningkatkan pengetahuan.

Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup yang

pada akhirnya yaitu perubahan perilaku. Sasaran penyuluhan adalah individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga dapat diharapkan untuk

memahamidan mengaplikasikan pesan yang disampaikan dalam penyuluhan.


13

Materi dalam penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran penyuluhan

sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya.

Materi dan pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau

alat bantu pendidikan untuk membantu dalam menyampaikan informasi dan

untuk menarik perhatian sasaran (Notoatmodjo, 2014).

Media pendidikan gizi dan kesehatan tidak kalah pentingnya dalam

proses penyampaian informasi kesehatan. Media ini berfungsi sebagai alat

bantu penyuluhan. Berdasarkan fungsinya, media dibagi menjadi 3, yaitu

(Notoatmodjo, 2011)

a. Media cetak: media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan sangat bervariasi antara lain:

1) Booklet

Ialah media untuk menyampaikan informasi dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

2) Leaflet

Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan

melalui lembaran yang dilipat, isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

maupun gambar, atau kombinasi keduanya.

3) Flyer(selebaran)

Ialah bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan seperti

leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4) Flip chart atau lembar balik adalah media untuk menyampaikan

informasi dalambentuk lembaran besar yang disatukan. Halaman depan


14

bersisi materi yang dilihat peserta, bagian belakang berisi materi yang

sama tetapi dilihat oleh penyuluh.

5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan

suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi

kesehatan, yangbiasanya ditempel di tembok-tembok, pada tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

b. Media elektronik

Sebagai sasaran untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi-

informasi kesehatan jenisnya berbeda-beda, antara lain:

1) Televisi: penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan

melalui media televisi dapat dalam bentuk: sandiwara, sinetron, forum

diskusi, atau hanya tanya jawab seputar masalah kesehatan, pidato

(ceramah), dan sebagainya.

2) Radio: penyampaian informasi atau pesan-pesan kesehatan melalui

radio juda dapat berbentuk macam-macam antara lain: obrolan (Tanya

jawab), sandiwara radio, ceramah, dan sebagainya.

3) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

c. Media papan (bill board)

Papan (bill board) yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai

sebagaimedia untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan. Media


15

papan bisa juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran seng

yang ditempel pada kendaraan-kendaraan umum (bus atau taksi).

2.2Gizi Seimbang

Gizi seimbang yang dikenal masyarakat Indonesia adalah empat sehat

lima sempurna. Konsep ini dikenalkan sejak tahun 1950 oleh Prof Poerwo

Soedarmo, bapak gizi Indonesia. Saat ini, konsep tersebut dianggap tak sesuai

lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi. Sebagai

gantinya, kini dikenalkan pedoman gizi seimbang. Pedoman gizi seimbang

(PGS) adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam

jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh (Hartini, 2018).

PrinsipNutrition Guide for Balanced Diet hasil kesepakatan konferensi

pangan sedunia di Roma Tahun 1992 diyakini akan mampu mengatasi beban

ganda masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi. Di Indonesia

prinsip tersebut dikenal dengan Pedoman Gizi Seimbang. Perbedaan mendasar

antara slogan 4 Sehat 5 Sempurna dengan Pedoman Gizi Seimbang adalah

konsumsi makan sehari-hari harus mengandung zat gizi dalam jenis dan

jumlah (porsi) yang sesuai dengan kebutuhan setiap orang atau kelompok

umur. Konsumsi makanan harus memperhatikan prinsip 4 pilar yaitu

anekaragam pangan, perilaku hidup bersih, aktivitas fisik dan

mempertahankan berat badan normal. PGS berprinsip bahwa tiap golongan

usia, jenis kelamin, kesehatan, dan aktivitas fisik memerlukan gizi yang

berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing kelompok (Kemenkes, 2014).


16

Prinsip Gizi Seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarnya

merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang

keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur.

Empat Pilar tersebut adalah(Kemenkes, 2014):

1. Mengonsumsi Makanan Beragam

Tidak ada satupun jenis makanan yang mengandung semua jenis zat

gizi yang dibutuhkan tubuh untuk menjamin pertumbuhan dan

mempertahankan kesehatannya, kecuali Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi

baru lahir sampai berusia 6 bulan. Contoh: nasi merupakan sumber utama

kalori, tetapi miskin vitamin dan mineral; sayuran dan buah-buahan pada

umumnya kaya akan vitamin, mineral dan serat, tetapi miskin kalori dan

protein; ikan merupakan sumber utama protein tetapi sedikit kalori.

Khusus untuk bayi berusia 0-6 bulan, ASI merupakan makanan tunggal

yang sempurna. Hal ini disebabkan karena ASI dapat mencukupi

kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal, serta sesuai

dengan kondisi fisiologis pencernaan dan fungsi lainnya dalam tubuh.

2. Membiasakan Perilaku Hidup Bersih

Perilaku hidup bersih sangat terkait dengan prinsip Gizi Seimbang.

Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-anak. Seseorang yang

menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan

sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang.

Sebaliknya pada keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih
17

banyak untuk memenuhi peningkatan metabolisme pada orang yang

menderita infeksi terutama apabila disertai panas. Pada orang yang

menderita penyakit diare, berarti mengalami kehilangan zat gizi dan cairan

secara langsung akan memperburuk kondisinya.Demikian pula sebaliknya,

seseorang yang menderita kurang gizi akan mempunyai risiko terkena

penyakit infeksi karena pada keadaan kurang gizi daya tahan tubuh

seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah masuk dan

berkembang. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa hubungan kurang

gizi dan penyakit infeksi adalah hubungan timbal balik.

Dengan membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat akan

menghindarkan seseorang dari keterpaparan terhadap sumber infeksi.

Beberapa contoh perilaku perilaku hidup bersih diantaranya:

a. Selalumencuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir sebelum

makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan dan

minuman, dan setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan

terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara

lain kuman penyakit typus dan disentri;

b. Menutupmakanan yang disajikan akan menghindarkan makanan

dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa

berbagai kuman penyakit;

c. Selalumenutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak menyebarkan

kuman penyakit

d. Selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari penyakit kecacingan.


18

3. Melakukan Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk

olahraga merupakan salahsatu upaya untuk menyeimbangkan antara

pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh.

Aktivitas fisik memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga

memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme

zat gizi. Oleh karenanya, aktivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan

zat gizi yang keluar dari dan yang masuk ke dalam tubuh.

4. Mempertahankan dan Memantau Berat Badan (BB) Normal

Bagi orang dewasa salah satu indikator yang menunjukkan bahwa

telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam tubuh adalah tercapainya

Berat Badan yang normal, yaitu Berat Badan yang sesuai untuk Tinggi

Badannya. Indikator tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT).

Oleh karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus

menjadi bagian dari „Pola Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat

mencegah penyimpangan BB dari BB normal, dan apabila terjadi

penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-langkah pencegahan dan

penanganannya.

Bagi bayi dan balita indikator yang digunakan adalah perkembangan

berat badan sesuai dengan pertambahan umur. Pemantauannya dilakukan

dengan menggunakan KMS. Yang dimaksud dengan Berat Badan Normal

adalah: a. untuk orang dewasa jika IMT 18,5 – 25,0; b. bagi anak Balita

dengan menggunakan KMS dan berada di dalam pita hijau.


19

2.2.1 Gizi Seimbang pada Ibu Hamil

Gizi seimbang untuk ibu hamil dan ibu menyusui

mengindikasikan bahwa konsumsi makanan ibu hamil harus

memenuhi kebutuhan untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta

perkembangan janin/bayinya. Oleh karena itu ibu hamil dan ibu

menyusui membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan

dengan keadaan tidak hamil atau tidak menyusui, tetapi konsumsi

pangannya tetap beranekaragam dan seimbang dalam jumlah dan

proporsinya (Depkes RI, 2014).

Asupan konsumsi zat energi, protein, lemak, dan karbohidrat

yang kurang dapat memengaruhi pertumbuhan janin di dalam

kandungan dan dapat memengaruhi berat badan lahir bayi. Konsumsi

ibu hamil dapat berupa makanan dan minuman yang mengandung zat

energi, karbohidrat, protein, dan lemak. Kebutuhan makronutrien

meningkat selama kehamilan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

perubahan metabolik, fisiologi selama kehamilan, dan perkembangan

janin (Sudargo, 2018).

Energi merupakan sumber utama untuk tubuh. Energi berfungsi

untuk mempertahankan berbagai fungsi tubuh seperti sirkulasi dan

sintesis protein(Syari, 2015). Konsumsi gula yang berlebih selama

masa kehamilan berkaitan dengan kejadian kecil lahirnya bayi

dengan BBLR (berat badan lahir rendah). Meningkatnya usia

kehamilan dapat memengaruhi metabolisme tubuh dan peningkatan


20

kebutuhan kalori. Jika terjadi pembatasan kalori atau energi pada ibu

hamil trimester kedua dan ketiga maka akan dapat melahirkan bayi

dengan BBLR (Syari, 2015). Penambahan asupan energi berdasarkan

AKG 2013 untuk trimester I 180 kkal, trimester II, Dan trimester III

300 kkal (Sudargo, 2018).

Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), asupan protein

selama kehamilan sangat diperlukan untuk proses pertumbuhan janin

dan proses embriogenesis agar bayi yang dilahirkan dapat dilahirkan

dengan normal. Kurangnya asupan protein selama kehamilan dapat

mengganggu pertumbuhan janin di dalam kandungan yang

mengakibatkan bayi lahir BBLR. Begitu juga sebaliknya, kelebihan

gizi juga dapat diperoleh karena asupan energi dan protein yang

terlalu banyak sehingga dapat menghambat plasenta dan

pertumbuhan janin serta dapat meningkatkan kematian janin.

Berdasarkan AKG 2013. Penambahan protein bagi ibu hamil kurang

lebih 20 gram per hari(Sudargo, 2018).

Kekurangan nutrisi pada zat gizi protein dan energi pada ibu

hamil dapat mengganggu transfer zat gizi ibu ke janin menjadi

terganggu. Ukuran otak berkurang akibat perubahan struktur protein,

konsentrasi faktor pertumbuhan dan produksi neurotransmiter.

Malnutrisi pada protein dan energi terjadi pada minggu ke 24-44

pascakonsepsi dapat terjadi di dalam uterus maupun di luar uterus.

Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat.


21

Pertumbuhan janin terhambat berakibat pada buruknya pertumbuhan

kepala pada masa prenatal yang dapat berhubungan dengan buruknya

keluaran perkembanagan saraf (Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).

Lemak khusunya omega 3 dan omega 6 penting untuk

pertumbuhan janin dan terjadi peningkatan berat badan lahir 118

gram, 0,57 cm pada panjang badan, dan 0,20 pada lingkar kepala jika

ibu hamil mengonsumsinya. Kelebihan asupan lemak seperti minyak,

dan daging rendah lemak selama kehamilan dapat mengganggu

pertumbuhan bayi dan beresiko melahirkan bayi dengan BBLR.

(Syari, 2015 dalam Sudargo, 2018).

Menurut Syari (2015) dalam Sudargo (2018), lemak memiliki

peran penting dalam menyediakan energi metabolik. Hasil

metabolisme lemak dapat berupa asam lemak. Asam lemak dapat

dibagi menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh (DHA

dan AA). Pertumbuhan janin di dalam kandungan membutuhkan

asam lemak tak jenuh seperti docosahexaenoic (DHA) dan

arakhidonat acid (AA) (Sudargo, 2018).

Menurut Arisman (2010) dalam Sudargo (2018), asupan

mikronutrien seperti zat besi, asam folat, vitamin B12, vitamin D,

yodium dan kalsium juga diperlukan dalam pertumbuhan dan

perkembangan janin dalam kandungan. Asam folat berperan dalam

pembentukan dan perkembangan sistem saraf dan sel-sel dalam

tubuh. Kekurangan asam folat berkaitan dengan neural tube


22

defect(NTD), dan BBLR. Kebutuhan asam folat pada wanita dewasa

menurut AKG 2013 sebesar 400µg/hari dan penambahan 1 mg/hari

untuk ibu hamil. Ibu hamil yang memiliki riwayat NTD diberikan

tambahan sebesar 4 mg/hari. Zat besi berfungsi untuk metabolisme

energi dan sistem kekebalan. (Almatsier, 2010). Vitamin B12

berperan dalam pembentukan dan perkembangan sel darah merah

(Arisman, 2010). Vitamin D berfungsi untuk menurunkan infeksi

dan preeklampsia serta membantu penyerapan kalsium. Defisiensi

vitamin D menyebabkan gangguan metabolisme kalsium pada janin

dan ibu (Arisman, 2010). Sementara itu, kalsium berperan dalam

perkembangan tulang, gigi, jantung, saraf, dan otot bayi. Defisiensi

yodium dapat menyebabkan janin menderita hipertiroidisme dan

berkembang menjadi kretinisme. Dampak yang diakibatkan dari

defisiensi yodium di awal kehamilan lebih parah dibandingkan

dengan akhir kehamilan (Arisman, 2010 dalam Sudargo, 2018).

2.2.2 Gizi Seimbang pada Ibu Menyusui

Makanan pertama kali yang diberikan kepada bayi sesudah

lahir adalah air susu ibu (ASI). ASI adalah makanan alamiah yang

diperuntukkan bagi bayi. Di samping zat-zat antiinfeksi dan

antialergi yang penting untuk kesehatan. WHO dan UNICEF pada

tahun 2000 menetapkan pemberian ASI eksklusif kepada bayi sejak

lahir hingga umur 6 bulan. Sesudah itu pemberian ASI sebaiknya

tetap diberikan hingga bayi berumur dua tahun sesuai dengan


23

ketersediaan ASI; di samping itu diberikan makanan dan minuman

pendamping ASI (MP ASI) sesuai dengan kebutuhan

bayi.Kemampuan ibu menyediakan ASI yang bermutu dalam jumlah

yang cukup sebagian besar bergantung pada jumlah dan mutu

makanan yang dikonsumsi ibu (Almatsier dkk, 2011).

Ramdani (2010) menyatakan bahwa dukungan suami dapat

memengaruhi kondisi psikologis ibu yang akan berdampak terhadap

keberhasilan menyusui, dukungan suami membuat ibu berpeluang

5,1x lebih besar untuk memberikan ASI eksklusif dibandingkan

dengan yang tidak didukung oleh suami. Bentuk dukungan dari

lingkungan untuk ibu menyusui ialah penyediaan ruang laktasi bagi

para ibu yang bekerja sehingga ibu terdorong untuk tetap

memberikan ASI eksklusif kepada anaknya.

Manfaat pemberian ASI bagi bayi menurut Mustofa (2010)

dalam Sudargo(2018), antara lain:

1. Sebagai nutrisi terbaik dan ideal sesuai kebutuhan bayi serta

sumber kekebalan tubuh. Dengan melaksanakan tata laksana

menyusui yang tepat dan benar, produksi ASI soerang ibu akan

cukup sebagai makanan tunggal bagi bayi normal dengan usia 6

bulan.

2. Melindungi bayi dari infeksi karena memiliki kandungan berbagi

antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus,

jamurdan parasit yang menyerangmanusia.


24

3. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI

memudahkan bayi mencerna makanan pertamanya.

4. Menghindarkan bayi dari alergi. Bayi yang diberi susu sapi

terlalu dini dapat menderita lebih banyak masalah, misalnya

asma dan alergi.

2.2.3 Gizi Seimbang pada Bayi 0-6 bulan

Dibandingkan dengan orang dewasa, kebutuhan bayi akan zat

gizi boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur berdasarkan

persentase berat badan, kebutuhan bayi akan zat gizi ternyata

melampaui kebutuhan orang dewasa, nyaris dua kali lipat. Makanan

pertama dan utama bayi tentu saja ASI. Pilihan ini tak perlu

diperdebatkan lagi. ASI cocok sekali untuk memenuhi kebutuhan

bayi dalam segala hal, karbohidrat dalam ASI berupa laktosa,

lemaknya banyak mengandung asam lemak tak jenuh ganda; protein

utamanya laktalbumin yang mudah dicerna; kandungan vitamin dan

mineralnya banyak; rasio kalsium fosfat sebesar 2:1 yang merupakan

kondisi yang ideal bagi penyerapan kalsium. Selain itu, ASI juga

mengandung zat anti-infeksi (Kemenkes,2014).

ASI merupakan makanan ideal untuk bayi, dan setiap ibu yang

tertarik untuk menyusui harus dianjurkan untuk menyusui. Bayi yang

tidak diberi air susu ibu mempunyai peluang 14 kali meninggal

karena diare, atau empat kali meninggal karena serangan jantung dan

infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Diharapkan bahwa setelah


25

bayi lahir, harus segera disusukan ibunya pada saat berbaring. Hal

ini, selain dapat meningkatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak,

merangsang keluarnya ASI, juga dapat kolostrum yang banyak

mengandung zat kebal tersebut terminum bayi (Kemenkes,2014).

Ditegaskan pula bahwa ASI dapat menurunkan angka kematian

bayi karena diare, sejumlah 10% pada bayi berusia 0-6 bulan. Bayi

sangat membutuhkan ASI pada usia 0-6 bulan pertama, kemudian

diberikan makanan tambahan sejalan dengan pertumbuhan. Namun

ASI tetap menjadi makanan penting dalam diet anak sepanjang tahun

kedua. Beberapa keuntungan dalam pemberian ASI antara lain yaitu

mudah diberikan, mempunyai suhu yang sama dengan tubuh bayi

serta menjalin hubungan antara ibu dan anak (Adriani, 2012).

2.2.4 Gizi Seimbang pada Bayi 6-24 bulan

Pada anak usia 6-24 bulan, kebutuhan terhadap berbagai zat

gizi semakin meningkat dan tidak lagi dapat dipenuhi hanya dari ASI

saja. Pada usia ini anak berada pada periode pertumbuhan dan

perkembangan cepat, mulai terpapar terhadap infeksi dan secara fisik

mulai aktif, sehingga kebutuhan terhadap zat gizi harus terpenuhi

dengan memperhitungkan aktivitas bayi atau anak dan keadaan

infeksi. Agar mencapai gizi seimbang maka perlu ditambah dengan

Makanan Pendamping ASI atau MP-ASI, sementara ASI tetap

diberikan sampai bayi berusia 2 tahun. Pada usia 6 bulan, bayi mulai

diperkenalkan kepada makanan lain, mula-mula dalam bentuk lumat,


26

makanan lembik dan selanjutnya beralih ke makanan keluarga saat

bayi berusia 1 tahun(Kemenkes, 2014).

Ibu sebaiknya memahami bahwa pola pemberian makanan

secara seimbang pada usia dini akan berpengaruh terhadap selera

makan anak selanjutnya, sehingga pengenalan kepada makanan yang

beranekaragam pada periode ini menjadi sangat penting. Secara

bertahap, variasi makanan untuk bayi usia 6-24bulan semakin

ditingkatkan, bayi mulai diberikan sayuran dan buah-buahan, lauk

pauk sumber protein hewani dan nabati, serta makanan pokok

sebagai sumber kalori. Demikian pula jumlahnya ditambahkan

secara bertahap dalam jumlah yang tidak berlebihan dan dalam

proporsi yang juga seimbang.(Kemenkes, 2014).

2.3 Seribu Hari Pertama Kehidupan

Kualitas generasi bangsa yang sehat dan cerdas salah satunya ditentukan

oleh pertumbuhan dan perkembangan pada periode emas. Periode emas adalah

istilah untuk mendefinisikan 1.000 hari pertama kehidupan. Seribu hari

pertama kehidupan merupakan masa awal kehidupan saat masih berada dalam

kandungan hingga 2 tahun pertama kehidupan. Seribu hari pertama kehidupan

menjadi penting karena pada masa itu, kondisi pertumbuhan dan

perkembangan anak sangat cepat dan pesat sehingga akan berdampak terhadap

kesehatan pada masa yang akan datang (Sudargo, 2018).


27

Periode 1.000 hari pertama kehidupan menjadi sangat penting karena

pada masa itu pertumbuhan dan perkembangan anak berada dalam masa yang

riskan. Pada saat itu, terutama dalam kandungan, organ-organ penting mulai

terbentuk dan berkembang. Setelah itu, masa 2 tahun setelah kelahiran

merupakan masa anak mulai beradaptasi dengan lingkungannya, berkembang

dan mulai berfungsinya organ-organ, serta merupakan puncak perkembangan

fungsi kognisi anak. Seribu pertama menjadi riskan bagi anak untuk terjadi

gangguan terutama karena asupan zat gizi yang kurang maupun berlebih.

Kedua hal tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan anak. Di Indonesia,

hal yang sering terjadi ialah kurang asupan zat gizi (Sudargo, 2018).

Pertumbuhan dan perkembangan ini memerlukan asupan gizi dari ibu,

baik yang dikonsumsi ibu maupun yang berasal dari mobilisasi simpanan ibu.

Bila pasokan gizi dari ibu ke bayi kurang, bayi akan melakukan penyesuaian

karena bayi bersifat plastis (mudah menyesuaikan diri). Penyesuaian tersebut

bisa terjadi melalui pengurangan jumlah sel dan pengecilan ukuran organ dan

tubuh agar sesuai dengan terbatasnya asupan gizi. Sayangnya, sekali berubah,

bersifat permanen. Artinya, bila perbaikan gizi dilakukan setelah melewati

kurun seribu pertama kehidupan, efek perbaikannnya kecil. Sebaliknya, bila

perbaikan gizi dilakukan pada masa 1.000 HPK, terutama di dalam

kandungan, efek perbaikannya bermakna (Sudargo, 2018).

Perubahan permanen inilah yang menimbulkan masalah jangka panjang.

Mereka yang mengalami kekurangan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan,

mempunyai tiga risiko diantaranya yang pertama, risiko terjadinya penyakit


28

tidak menular atau kronis, tergantung organ yang terkena. Bila yang terkena

ginjal, ia akan menderita hipertensi dan gangguan ginjal. Bila yang terkena

pancreas, ia akan beresiko menderita penyakit diabetes mellitus tipe 2. Bila

yang terkena jantung, ia akan beresiko menderita penyakit jantung, dst.

Kedua, bila otak yang terkena, ia akan mengalami hambatan pertumbuhan

kognitif, sehingga kurang cerdas dan kompetitif. Ketiga, gangguan

pertumbuhan tinggi badan sehingga beresiko pendek/stunting. Keadaan ini

ternyata tidak hanya bersifat antargenerasi (dari ibu ke anak) tetapi bersifat

transgenerasi (dari nenek ke cucunya). Oleh karena itu, diperkirakan

dampaknya mempunyai kurun waktu 100 tahun. Artinya, risiko tersebut

berasal dari masalah yang terjadi sekitar 100 tahun yang lalu dan dampaknya

akan berkelanjutan pada 100 tahun berikutnya (Sudargo, 2018).

Berdasarkan Gerakan 1.000 HPK (2013) dalam Sudargo (2018), gizi

memegang peranan penting dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Gizi kurang

dan defisiensi zat gizi tertentu (misalnya: karbohidrat, protein, zat besi,

vitamin A, dan yodium) dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan anak, bahkan dapat menyebabkan kematian. Gizi kurang dapat

memberi dampak jangka pendek dan jangka panjang. Begitu pula pada gizi

lebih, gangguan pertumbuhan dan perkembangan akan sangat kompleks.

Akibat gizi lebih dapat menuju ke sindrom metabolik pada masa yang akan

datang. Keparahan akan terjadi jika perbaikan asupan gizi tidak dilakukan

secara optimal (Sudargo, 2018).


29

Status gizi masa lalu dapat memengaruhi kondisi kesehatan di masa

sekarang hingga masa yang akan datang. Perempuan harus mendapatkan

perhatian khusus karena nantinya mereka akan melahirkan anak. Status gizi

perempuan akan sangat memengaruhi status gizi anaknya esok. Status gizi

perempuan dewasa ditentukan kecukupan gizi saat masih remaja. Hasil

penelitian Sudargo dkk (2015) menemukan bahwa 35% wanita usia subur

(WUS) di Yogyakarta menderita anemia gizi besi. Seperti kita tahu, sebagian

besar remaja putri mengalami anemia. Hal ini di dukung hasil penelitian

Sudargo (2012) yang menemukan bahwa 37,1% remaja putri di Yogyakarta

menderita anemia gizi besi. Kondisi tersebut akan sulit untuk diperbaiki dan

akan lebih parah ketika hamil jika tidak dilakukan perbaikan gizi sejak remaja.

Status gizi ketika hamil juga ditentukan dari kesiapan perempuan secara fisik

dan psikologi. Persiapan secara fisik dan psikologi harus dilakukan sebelum

menikah. Asupan gizi yang baik harus selalu dilakukan hingga menyusui,

karena asupan gizi anak hanya berasal dari ASI ibu. Intervensi gizi tetap harus

dilakukan saat anak berusia dua tahun, agar pertumbuhan dan perkembangan

pada masa itu tidak terganggu (Sudargo, 2018).

2.4Booklet

Booklet adalah sebuah informasi tentang suatu produk maupun jasa

dari suatu perusahaan untuk mempromosikan perusahaan tersebut.

Bookletsebagai media massa yang mampu menyebarkan informasi dalam

waktu relatif singkat kepada banyak orang yang tempat tinggalnya berjauhan.
30

Bentuk fisiknya menyerupai buku yang tipis dan lengkap informasinya, yang

memudahkan media tersebut untuk dibawa kemana-mana.Sama halnya

dengan pamflet, booklet juga menyajikan berbagai informasi yang perlu di

tampilkan. Perbedaan booklet dengan pamflet, pamflet informasinya sedikit

namun bookletmemiliki informasi yang sangat kompleks.Selain itu pamflet

biasanya hanya satu lembar dan tidak memiliki halaman berikutnya,

sedangkan booklet memiliki banyak halaman dan booklet umumnya dilipat

menjadi sebuah buku (Slamet Riyanto dalam Darmoko, 2013).

Dalam pemanfaatannya sebagai media komunikasi booklet, tidak

lepas dari kelebihan dan kekurangan seperti halnya media pembelajaran

lainnya. Booklet memiliki beberapa kelebihan antara lain klien dapat

menyesuaikan dari belajar mandiri, selain itu pembaca juga dapat melihat dan

mempelajari isinya pada saat santai. Informasi yang ada pada booklet dapat

dibagikan kepada keluarga dan teman karena mengingat media booklet ini

mudah dibuat secara sederhana, diperbanyak, diperbaiki dan mudah untuk

disesuaikan. Media booklet juga memiliki daya tampung yang lebih luas,

awet dan dapat diarahkan pada segmen tertentu serta dapat mengurangi

kebutuhan mencatat karena media ini sudah memuat semua isi materi yang

paling penting (Ewles dan Simnett, 1994). Sedangkan kekurangan dari

booklet yaitu memerlukan ketrampilan untuk membaca (Putu dan Dewa,

2012). Booklet digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan tentang isu-isu kesehatan, karena booklet


31

memberikan informasi yang spesifik dan banyak digunakan sebagai media

dalam penyuluhan (Mudjiono, 1989).

2.5 Pengetahuan

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi,

sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi

sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik

agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat

(Notoatmodjo, 2006). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya

akan berpengaruh pada keadaan gizi yang bersangkutan.

2.5.1 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan

perilaku yang diambil dalam memilih makanan yang dikonsumsi,

sehingga akan berpengaruh pada status gizi individu yang bersangkutan.

Akan tetapi, tingkat pendidikan belum tentu mempengaruhi pengetahuan

seseorang mengenai gizi seimbang.

Walaupun seseorang memiliki tingkat pendidikan yang rendah,

apabila orang tersebut rajin mencari informasi mengenai gizi seimbang,

tingkat pengetahuan mengenai gizi seimbangnya pun akan meningkat.

Namun, faktor tingkat pendidikan seseorang menentukan mudah

tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi mengenai

pengetahuan gizi. Hal ini perlu diketahui untuk memilih metode


32

penyuluhan apa yang tepat untuk digunakan. Dalam kepentingan gizi

keluarga, pendidikan amat diperlukan agar seseorang lebih tanggap

terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa mengambil

tindakan secepatnya (Departemen gizi dan kesehatan masyarakat FKM

UI, 2014).

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai

enam tingkat yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Oleh sebab itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang

paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang

apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat

menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak

balita.

2. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.Orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan,


33

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap obyek yang dipelajari.

3. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau konsulidasi riil

(sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks

atausituasi yang lain.

4. Analisa

Analisa adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu obyek kedalam komponen, tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitan satu sama lain.

Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata karena

dapat menggambarkan, membedakan, dan mengelompokkan.

5. Sintesis

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

6. Evaluasi

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian


34

ini berdasarkan suatu keriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria yang telah ada sebelumnya.

2.5.2 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang

mempengaruhipengetahuan antara lain yaitu:

1) Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan ternyata belum tentu mempengaruhi

pengetahuan seseorang mengenai gizi seimbang. Seseorang yang

hanya tamat sekolah dasar memang berbeda pengetahuan gizinya

dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih tinggi. Namun, tidak

berarti bahwa seseorang yang hanya tamat sekolah dasar kurang

mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi. Ibu

yang rajin membaca informasi tentang gizi atau turut serta dalam

penyuluhan gizi bukan mustahil akan memiliki pengetahuan tentang

gizi yang lebih baik walaupun memiliki tingkat pendidikan yang

rendah (Septikasari et.al., 2016). Walaupun demikian tentu saja ibu

yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih

mudah dalam menerima pesan dan informasi (Nilakesuma et.al.,

2015).

Pendidikan pada satu sisi mempunyai dampak positif yaitu ibu

semakin mengerti akan pentingnya pemeliharaan kesehatan seperti

pemenuhan gizi keluarga, tetapi di sisi lain pendidikan yang semakin

tinggi juga berdampak pada adanya perubahan nilai sosial yang dapat
35

berpengaruh pada pola hidup sehat termasuk konsumsi makanan

(Septikasari et.al., 2016).

2) Faktor pekerjaan

Ibu yang bekerja di luar rumah sehingga waktu untuk

menyiapkan makanan bergizi menjadi berkurang. Hal ini berdampak

pada pemilihan makanan cepat saji yang sering diberikan kepada

anak dengan nilai gizi yang tidak memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

(Septikasari et.al., 2016).

3) Faktor pengalaman

Pengalaman seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan,

semakin banyak pengalaman seseorang tentang suatu hal, maka akan

semakin bertambah pula pengetahuan seseorang akan hal tersebut.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tantang isi materi yang ingin diukur dari

subjek penelitian atau responden.

4) Keyakinan

Keyakinan yang diperoleh oleh seseorang biasanya bisa didapat

secara turun-temurun dan tidak dapat dibuktikan terlebih dahulu,

keyakinan positif dan keyakinan negatif dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang gizi seimbang.

5) Sosial budaya
36

Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga

dapatmempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang

terhadap perilaku masyarakat tentang gizi seimbang .

2.6 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb salah seorang psikolog sosial

menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan „predisposisi‟

tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Dapat dijelaskan lagi

bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek. (Notoatmodjo,2011).

Sikap biasanya diperoleh dari pengalaman seseorang, walaupun orang

tersebut memiliki pengetahuaan tentang gizi dan kesehatan yang kurang

namun belum tentu seseorang tersebut mempunyai sikap yang tidak

mendukung akan upaya gizi seimbang (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan

mengenai gizi seimbang yang kurang di dukung dengan sikap yang kurang

baik maka akan menghasilkan perilaku yang kurang baik. Namun jika

pengetahuan tentang gizi seimbang yang baik didukung dengan sikap yang

baik maka akan menghasilkan perilaku gizi seimbang yang baik pula (Arbella

dkk, 2013).
37

2.6.1 Komponen Sikap

Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2011), menjelaskan bahwa

sikap mempunyai tiga komponen pokok, yakni:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu

objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini,

pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan

penting. Satu contoh misalnya, seorang ibu telah mendengarkan tentang

penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan

sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa si ibu untuk berpikir dan

berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini

komponen tersebut berniat akan mengimunisasikan anaknya untuk

mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Sehingga si ibu ini

mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio

itu.

2.6.2 Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan

menurut Notoatmodjo (2011) yaitu:

1. Menerima (Receiving)
38

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu

terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari

sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu

benar atau salah, adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung Jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya

dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

FaktorfaktoryangmempengaruhipembentukansikapmenurutAzwar

(2013)dalam Budiman dan Riyanto (2013)adalah:

1. Pengalaman pribadi

Sesuatu yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk

dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap.


39

2. Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita

hidup dalam budaya yang mempunyai normal onggar bagi

pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita akan mempunyai

sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pergaulan

heteroseksual.

3. Orang lain yang dianggap penting

Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita

harapkan persetujuannya bagi setiap gerak dan tingkah dan

pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau

seseorang yang berat khusus bagi kita, akan banyak mempengaruhi

pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Diantara orang yang

biasanya dianggap penting bagi individu adalah orangtua, orang

yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya,teman

dekat,guru,teman kerja,istri atau suami dan lain-lain.

4. Media massa

Media massa sebagai sarana komunikasi. Berbagai bentuk

media massa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini

dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap

terhadap hal tersebut.

5. Institusi Atau Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama


40

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatusis

temme mepunyai pengaruh dalam pembentukan sikap karena

keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam

diri individu.

6. Faktor Emosi Dalam Diri Individu

Bentuk sikap tidak semuanya ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang,

suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi

yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau bentuk

mekanisme pertahanan ego.

2.6.4 Pengukuran Sikap

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis skala pengukuran

Skala Likert untuk mengukur sikap atau respon responden. Skala Likert

yaitu skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat,

dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu gejala atau

fenomena pendidikan.Ada dua bentuk pertanyaan yang menggunakan

skala Likert yaitu bentuk pertanyaan positif untuk mengukur sikap

positif, dan bentuk pertanyaan negatif untuk mengukur sikap negatif

(Djaali dan Muljono, 2009).

Item-item pernyataan yang disusun dalam skala Likert harus jelas

dinyatakan dalam bentuk positif atau negatif. Item positif adalah item-

item pernyataan yang menyatakan dukungan terhadap hal-hal positif

pada suatu topik yang akan di ukur. Sedangkan item-item pernyataan


41

negatif adalah pernyataan yang berlawanan dengan topik yang akan di

ukur. Item yang menyatakan tidak mendukung atau tidak melawan

(netral) yang hendak diukur tidak dimasukkan ke dalam skala

Likert(Habiby, 2017).

Hal yang perlu mendapatkan perhatian ekstra adalah perlunya

kehati-hatian dalam membuat item pernyataan, karena terkadang suatu

item dapat berkonotasi positif bagi suatu kelompok dan bisa

berkonotasi negative bagi kelompok lain. Oleh karena itu, sebaiknya

item-item pernyataan yang dibuat memiliki tingkat konsesus yang

tinggi diantara responden. Selain itu, item yang dibuat hendaknya tidak

menyudutkan responden untuk memilih respon yang sama, karena

apabila semua responden memberi respon yang sama, maka tidak akan

bermanfaat untuk dilakukan analisis selanjutnya (Habiby, 2017).

Biasanya banyaknya jenjang kategori yang terdapat dalam skala

Likert berjumlah lima, yaitu: sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak

setuju, dan sangat tidak setuju. Beberapa peneliti ada yang

menggunakan empat kategori (tanpa kategori tengah), enam kategori

atau tujuh kategori. Semua pilihan dapat digunakan, namun perlu

dipertimbangkan bahwa pengurangan jumlah kategori dapat

mempengaruhi penyebaran skor (varians) sehingga cenderung

mengurangi reabilitasnya. Sedangkan menambahkan banyaknya

kategori jawaban akan menambah error varian pada distribusi skornya,


42

oleh karena itu rentang kategori jangan terlalu besar dan jangan terlalu

sedikit (Habiby, 2017).

Teknik pemberian skor dimulai dari 4 untuk item pernyataan positif

dan dimulai dari 1 untuk item pernyataan negatif. Lebih jelasnya akan

disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Skoring Pada Skala Likert

Pilihan Kategori Skor Item Skor Item


Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
Sumber: (Habiby, 2017)
Dalam melakukan skoring terhadap data yang diperoleh

menggunakan skala Likert, kita perlu mengetahui posisi setiap

responden tentang suatu variabel dengan menggunakan skor maksimal

dan skor minimalnya (Habiby, 2017).

2.7 Wanita Usia Subur

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang masih dalam usia

reproduktif (sejak mendapat haid pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu

antara usia 15 – 49 tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda,

yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan (Novitasary, Mayulu, &

Kawengian, 2013).Wanita pada usia tersebut masih berpotensi untuk

mempunyai keturunan (Novitasary, 2013). Setiap wanita dewasa

membutuhkan energi berjumlah 2.200 kalori setiap harinya. Kekurangan

nutrisi pada wanita akan berdampak pada penurunan fungsi reproduksi


43

(Sembiring, 2010). Nutrisi adalah makanan dan zat gizi dalam makanan yang

berguna bagi kesehatan (Sulistiyani dan Aprilia, 2013 dalam Sudargo, 2018).

Gizi merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan otak. Status gizi wanita, terutama pada masa usia subur

merupakan elemen pokok dan kesehatan reproduksi meliputi prakehamilan,

kehamilan dan kesehatan ibu yang menyusui anaknya. Pengaruh kehamilan

dan persalinan pada wanita merupakan indikator penting kesehatan mereka.

(Sudargo, 2018).

Setiap orang memerlukan jumlah makanan (zat gizi) berbeda-beda

bergantung usia, berat badan, jenis kelamin aktivitas fisik, kondisi lingkungan

(misalnya suhu), keadaan tertentu (misalnya keadaan sakit, ibu hamil atau

menyusui). Umur, pendidikan dan pendapatan dapat menjadi faktor yang

memengaruhi pola makan dan tingkat kecukupan gizi wanita usia subur

(WUS) (Sudargo, 2018).

Kekurangan gizi dapat berdampak pada tingginya angka kematian ibu

saat melahirkan, angka kematian bayi, angka kematian balita serta rendahnya

usia harapan hidup. Keadaankesehatan dan status gizi ibu hamil ditentukan

jauh sebelum ibu tersebut mengandung, yaitu pada saat remaja, dewasa dan

sebelum hamil serta pada saat menjadi wanita usia subur (Indriani, Reni, dan

Rabiatul, 2013 dalam Sudargo, 2018).

Persiapan nutrisi sangat penting dilakukan oleh para ibu dan calon ibu

dalam mempersiapkan kehamilannya. Pemenuhan zat gizi tersebut dapat

mulai dilakukan pada saat wanita mengalami masa usia subur. Pemenuhan
44

gizi ibu dan bayi ditekankan untuk dilakukan sejak 1.000 Hari pertama

Kehidupan bayi sejak dalam kandungan. Wiryo(2002), dalam Sudargo (2018)

menyatakan bahwa suplementasi asam folat sebelum tejadi kehamilan sangat

dianjurkan untuk semua wanita usia subur. Asupan nutrisi sangatlah penting

untuk diperhatikan terutama pada wanita sebelum kehamilan serta wanita usia

subur. Kebutuhan asam folat untuk wanita normal yaitu 50-100µg/hari dan

300-400µg/hari pada wanita hamil sedangkan hamil kembar lebih besar lagi.

Gizi ibu yang buruk sebelum kehamilan maupun pada saat kehamilan, dapat

menyebabkan pertumbuhan janin terhambat (PJT), bayi lahir dengan berat

badan lahir rendah (BBLR), gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak

bayi, serta peningkatan risiko kesakitan dan kematian (Sudargo, 2018).

2.8 Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka dapat disusun Kerangka Teori

sebagai berikut:
Pengetahuan
1. Pendidikan
2. Pekerjaan Pendidikan Gizi
3. Pengalaman
4. Keyakinan Seimbang pada
5. Sosial Budaya 1000 HPK
Sikap
1. Media massa
2. Emosi Individu
3. Orang lain

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Sumber: Notoatmodjo (2010), Azwar (2013)
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan upaya merangkai variabel-variabel ke

dalam suatu bagan sehingga jelas hubungan masing-masing variabel. Cara

sederhana dalam menyusun kerangka konsep adalah menggunakan variabel

terikat sebagai titik tolak dan setelah itu menyusun berbagai variabel bebas

diseputar variabel terikat tersebut (Azwar dan Prihantono, 2014).

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Bebas: Variabel Terikat:

Pengetahuan Pendidikan gizi seimbang


1000 HPK
Sikap

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Keterangan Gambar 3.1:

: Diteliti

: Berpengaruh

Berdasarkan gambar 3.1 di atas dapat dijelaskan bahwa variabel terikat

dalam penelitian ini adalah pendidikan gizi seimbang 1000 HPK, sedangkan

variabel bebas nya adalah pengetahuan dan sikap. Variabel pengetahuan dan

sikap mempengaruhi variabel pendidikan gizi seimbang 1000 HPK.

45
46

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan dugaan tentang hubungan antara dua

variabel atau lebih. Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan

secara umum maupun khusus menghubungkan variabel yang satu dengan

variabel yang lain (Rosjidi, et al. 2017). Biasanya hipotesis dirumuskan

dengan H0 (hipotesis nol) sebagai dugaan awal setelah kita meninjau

permasalahan penelitian. Sebagai tandingan Ho yaitu hipotesis alternatif (Ha).

Ha selalu berlawanan dengan Ho. Pernyataan yang tertulis pada H0 selalu

negatif (menggunakan kata tidak), sebaliknya pernyataan pada Ha selalu

positif (Cahyono, 2018).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. H0 : Tidak ada pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang pada

1000 HPK dengan media booklet terhadap pengetahuan WUS.

H1 : Ada pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang pada 1000

HPK dengan media bookletterhadappengetahuan WUS.

2. H0 : Tidak adapengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang pada 1000

HPK dengan media bookletterhadap sikap WUS.

H1 : Ada pengaruh pemberian pendidikan gizi seimbang pada 1000

HPK dengan media bookletterhadapsikapWUS.


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenispenelitian

PraEksperimen.Dalam penelitian Pra Eksperimen tidak terdapat pengontrolan

variabel. Sedangkan rancangan penelitian ini yaitu menggunakan one group

pretest posttestdesign. Rancangan jenis ini hanya menggunakan satu

kelompok subyek, pengukuran dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan.

Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek perlakuan (Rosjidi

et al.2017). Adapun rancangan desain penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:

Pretest Perlakuan Postest


O1 X O2

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian


Sumber: Rosjidi, et al.2017

Keterangan:

O1 : pretest

O2 : posttest

X : perlakuan atau Treatment.

Dalam penelitian ini materi tes awal yaitu untuk mengetahui

pengetahuan, dan sikap WUS terhadap gizi seimbang. Tujuan diadakan tes

ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan dan sikap WUS

terhadap gizi seimbang. Dengan demikian pendidikan gizi seimbang dengan

47
48

mediabooklet ini dapat berpengaruh atautidak terhadap WUS. Dalam

penelitian ini, peneliti melakukan test sebanyak dua kali yaitu sebelum

perlakuan dengan menggunakan pretest dan setelah perlakuan menggunakan

posttest.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah kelompok subjek yang menjadi sasaran penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah WUS yang bertempat tinggal di

Desa Sumoroto Kecamatan Kauman.Wanita Usia Subur (WUS) adalah

wanita yang masih dalam usia reproduktif (sejak mendapat haid

pertama dan sampai berhentinya haid), yaitu antara usia 15 – 49 tahun,

dengan status belum menikah, menikah, atau janda, yang masih

berpotensi untuk mempunyai keturunan (Novitasary, Mayulu, &

Kawengian, 2013).Maka kriteria populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh WUS yang berusia 15-49 tahun dan bertempat tinggal di Desa

Sumoroto. Jumlah WUS yang tinggal di Desa Sumoroto yaitu sebanyak

1.023 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, artinya tidak akan ada

sampel jika tidak ada populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah

wanita usia subur yang berusia 15-49 tahun.


49

Untuk mengetahui besar sampel dalam penelitian ini maka peneliti

menggunakan rumus Slovin. Berikut rumus sampel yang digunakan:

n=

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

e = tingkat signifikasi (0,05)

n=

= 96

Jadi sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebanyak 96

orang wanita usia subur.

4.3 Teknik Sampling

Teknik penarikan sampel adalah salah satu komponen terpenting

dalampenelitian, sebab teknik penarikan sampel merupakan teknik untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian (Carsel, 2018).


50

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini yaitu menggunakan

teknik purposive samplingdengan pertimbangan, yaitu belum pernah

dilakukan penelitian serupa pada WUS tentang 1000 HPK sebelumnya dan

kemudahan untuk diakses baik dari segi lokasi, koordinasi maupun perizinan.

Purposive sampling biasa juga disebut judgmental sampling adalah

suatu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau seleksi

khusus. Atau dengan kata lain, teknik purposive samplingmerupakan cara

pengambilan subjek penelitian yang akan menjadi responden dalam penelitian

berdasarkan pada kriteria tertentu yaitu inklusi dan eksklusi(Carsel, 2018)..

Penarikan responden dilakukan pada saatdiadakannya arisan ibu-ibu di

dukuh Tengah. Adapun kriteria sampel yang dijadikan subjek dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Kriteria inklusi:

1. Wanita usia subur yang berusia (15-49 tahun)

2. Wanita usia subur yang sudah menikah.

3. Wanita usia subur yang bersedia mengikuti kegiatan penelitian dan

mengisi kuesioner.

Kriteria eksklusi:

Wanita yang tidak memenuhi kriteria usia wanita subur.


51

4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap Persiapan:

1. Menyusun rancangan penelitian


2. Studi Literature
3. Pembuatan Media Pembelajaran dan
Instrumen Penelitian
4. Melakukan Uji Media dan uji validitas
kuesioner
5. Mengurus Perizinan Penelitian
6. Koordinasi

Tahap Pelaksanaan Penelitian:


1. Pre-Test
2. Pendidikan Gizi seimbang menggunakan
media Booklet.
3. Post-Test

Tahap Pasca Penelitian:


1. Pengolahan dan Analisis Data
2. Interpretasi data dan menyimpulkan hasil
penelitian

Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian

Keterangan Gambar 4.1:

1. Tahap Persiapan, meliputi:

a. Menyusun rancangan penelitian

Memilih desain penelitian sangat berhubungan dengan tujuan dan

pertanyaan penelitian, serta untuk mencapai hasil yang memuaskan.


52

b. Studi Literature

Peneliti melakukan pengumpulan berbagai sumber tertulis baik

berupa buku, jurnal, maupun artikel untuk pembuatan yang relevan

dengan permasalahan yang dikaji oleh peneliti.

c. Pembuatan Media Pembelajaran dan Instrumen Penelitian

d. Melakukan uji media booklet untuk mengetahui kelayakan dari

media booklet tersebut sebelum diberikan kepada WUS. Uji media

dilakukan pada 2 ahli yaitu satu gizi Puskesmas dan satu bidan Desa

Sumoroto. Sedangkan uji media pada masyarakat akan di uji kan

pada 5 orang kader kesehatan di desa Sumoroto. Untuk uji validitas

akan dilakukan pada WUS di Kelurahan Nologaten yang memiliki

karakteristik kurang lebih sama dengan karakteristik sampel.

e. Mengurus Perizinan Penelitian

Peneliti mengajukan surat ijin penelitian untuk mengadakan

penelitian di Puskesmas Kauman dan Desa Sumoroto.

f. Koordinasi

Peneliti melakukan koordinasi dengan pihak Desa Sumoroto, Bidan

Desa dan Kader Posyandu sebelum mengadakan penelitian terkait

tujuan penelitian, prosedur pelaksanaan penelitian, dan pengaruh

penelitian.
53

2. Tahap Pelaksanaan:

a. Pre-Test

Pre-Test dilakukan untuk menguji seberapa besar tingkat

pengetahuan WUS sebelum diberikan intervensi.

b. Pendidikan Gizi Seimbang menggunakan media Booklet.

Pelaksanaan pendidikan gizi seimbang oleh peneliti dengan metode

ceramah dan menggunakan media booklet.

c. Post-Test

Post-Testdilakukan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan

peningkatan pengetahuan setelah dilakukan intervensi oleh peneliti.

3. Tahap Pasca Penelitian

a. Pengolahan dan Analisis Data

b. Interpretasi data dan menyimpulkan hasil penelitian.

4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu atau bagian dari individu atau objek

yang dapat diukur. Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu

variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent).

1. Variabel Independen (Bebas)

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang

menyebabkan perubahan terhadap variabel yang lain (Swarjana,


54

2012). Variabel independen dalam penelitian ini adalah

pengetahuan dan sikap WUS.

2. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel dependen (terikat) adalah variabel yang berubah

akibat dari perubahan variabel yang lain. Variabel ini sering

disebut sebagai variabel tergantung atau variabel terikat

(Thomas et al., 2010). Sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini yaitu pendidikan gizi seimbang pada 1000 HPK.

4.5.2 Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah definisi terhadap variabel

berdasarkan konsep teori namun bersifat operasional agar variabel

tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji baik oleh peneliti

maupun peneliti lain(Swarjana, 2012). Definisi operasional pada

penelitian ini terdapat pada tabel 4.1.


Berikut definisi operasional dalam penelitian ini:

Tabel 4.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Skala
No Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skor
data
1. Pengetahuan Hal-hal yang diketahui oleh Pertanyaan yang Kuesionerpretest Rasio Benar:1
WUS terhadap WUS dalam kaitannya dengan ada di kuesioner dan post-test Salah:0
gizi seimbang gizi seimbang 1000 HPK pretest dan posttest
1000 HPK. meliputi pengertian seribu hari berjumlah 10
pertama kehidupan, akibat pertanyaan
kekurangan gizi pada seribu hari mengenai
pertama kehidupan, konsep gizi pengetahuan yang
seimbang dan pilar gizi berkaitan dengan
seimbang pada seribu hari gizi seimbang 1000
pertama kehidupan. HPK.

2. Sikap WUS Reaksi atau respons WUS yang Pertanyaan yang Kuesionerpretest Rasio Vaforable
terhadap gizi kaitannya dengan gizi seimbang ada di kuesioner dan post-test 1. Sangat setuju
seimbang 1000 1000 HPK meliputi pengertian pretest dan posttest (SS): 4
HPK. seribu hari pertama kehidupan, berjumlah 10 2. Setuju (S): 3
akibat kekurangan gizi pada pertanyaan 3. Kurang setuju
seribu hari pertama kehidupan, mengenaisikap (KS): 2
konsep gizi seimbang dan pilar yang berkaitan 4. Tidak setuju
gizi seimbang pada seribu hari dengangizi (TS): 1
pertama kehidupan. seimbang 1000
HPK.

55
Skala
No Variabel Definisi operasional Parameter Alat ukur Skor
data
gizi seimbang 1000 Unvaforable
HPK. 1. Sangat setuju
(SS): 1
2. Setuju (S): 2
3. Kurang setuju
(KS): 3
4. Tidak setuju
(TS): 4

56
57

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen atau alat pengumpul data adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Instrumen memegang peranan

yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena

validitas atau keshahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh

kualitas instrumen yang digunakan, disamping prosedur pengumpulan data

yang ditempuh(Djaali dan Muljono, 2009).

Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan alat ukur untuk menilai hasil belajar yang

berisi daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik dimana

responden tinggal memberikan jawaban. Jumlah butir soal yang ada pada

kuesioner penelitian yang diujikan sebanyak 20 soal masing-masing

terdiri dari 10 soal untuk variabel pengetahuan dan 10 soal untuk variabel

sikap. Untuk variabel pengetahuan, responden diberikan pernyataan

benar salah dengan ketentuan jawaban benar mendapat skor satu dan

salah atau tidak dijawab skornya nol. Sedangkan untuk variabel sikap,

responden diberikan pernyataan setuju dan tidak setuju dengan

penghitungan skor dengan menggunakan skala Likert. Materi kuesioner

berisi tentang gizi seimbang pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.

2. Alat rekam berupa handphone atau kamera untuk proses dokumentasi.


58

3. Alat tulis untuk melakukan pencatatan peneliti dan pengisian kuesioner

untuk WUS.

Sebelum kuesioner diberikan kepada responden, maka terlebih dahulu

kuesioner tersebut di uji validitas dan reabilitasnya agar kuesioner tetap

valid dan reliable. Uji validitas dilakukan pada WUS yang memiliki

kemiripan karakteristik sampel.

4.6.1 Uji Validitas

Uji validitas kuesioner akan dilakukan pada kelompok sampel

tercoba sebelum diujikan pada sampel yang sesungguhnya.

Kuesioner sejumlah 20 butir pertanyaanakan dicobakan pada

20wanita usia subur di Kelurahan Nologaten karena kelompok

tersebut dirasa memiliki karakteristik yang kurang lebih sama

dengan karakteristik sampel.

Pengujian validitas Instrumen dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan teknik korelasi yaitu Korelasi Pearson

Product Moment dengan taraf signifikan sebesar 5%. Jika r hitung ≥

r tabel (uji 2 sisi dengan sign 0,05) maka instrumen atau item-item

pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan

valid), sedangkan jika r hitung < r tabel (uji 2 sisi dengan sign 0,05)

maka instrumen atau item-item pertanyaan tidak berkolerasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid)(Carsel, 2018).

Adapun uji validitas pada penelitian ini melibatkan 20 responden

sehingga r tabel yang digunakan yaitu 0,444.


59

Berikut hasil output analisis sesuai variabel yang digunakan :

Tabel 4.2Data Validitas Variabel Pengetahuan

No Item r hitung r tabel Keterangan


1 0,515 0,444 Valid
2 0,475 0,444 Valid
3 0,458 0,444 Valid
4 0,727 0,444 Valid
5 0,461 0,444 Valid
6 0,610 0,444 Valid
7 0,451 0,444 Valid
8 0,481 0,444 Valid
9 0,510 0,444 Valid
10 0,491 0,444 Valid
Sumber : Data primer uji validitas instrumen penelitian.

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa r hitung pada

variabel pengetahuan lebih dari r tabel sehingga seluruh item-item

pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

Tabel 4.3Data Validitas Variabel Sikap


No Item r hitung r tabel Keterangan
1 0,542 0,444 Valid
2 0,478 0,444 Valid
3 0,460 0,444 Valid
4 0,539 0,444 Valid
5 0,489 0,444 Valid
6 0,493 0,444 Valid
7 0,487 0,444 Valid
8 0,596 0,444 Valid
9 0,620 0,444 Valid
10 0,475 0,444 Valid
Sumber : Data primer uji validitas instrumen penelitian.
60

Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa r hitung pada

variabel sikap lebih dari r tabel sehingga seluruh item-item

pertanyaan dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen

penelitian.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliability yang berarti sejauhmana

hasil suatu pengukuran memiliki keterpercayaan, keterandalan,

keajegan, konsistensi, kestabilan yang dapat dipercaya. Hasil ukur

dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran terhadap

kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama.Pengujian reliabilitas dilakukan pada pertanyaan yang sudah

dinyatakan valid. Pengujiianreliabilitas pada penelitian ini

menggunakan Pearson Product Moment. Jika nilai alpha lebih besar

dari r tabel maka pertanyaan dinyatakan reliabel sehingga pertanyaan

dapat digunakan pada kuesioner(Azwar, 2011 dalam Endra, 2017).

Melakukan uji reliabel pada penelitian ini dengan melakukan

analisis pada 20 pertanyaan yang dapat dilihat dari hasil analisis

output dibawah ini :

1) Variabel Pengetahuan Reponden

Tabel 4.4 Data Reliabilitas Variabel Pengetahuan

Cronbanch alpha r tabel Keterangan


0,698 0,444 Reliabel
Sumber : Data primer uji reliabilitas instrumen penelitian.
61

2) Variabel Sikap

Tabel 4.5 Data Reliabilitas Variabel Sikap

Cronbanch alpha r tabel Keterangan


0,693 0,444 Reliabel
Sumber : Data primer uji reliabilitas instrumen penelitian.

Disimpulkan dari tabel diatas diperoleh hasil dari r hitung > r

tabel maka dinyatakan reliabel. Berdasarkan uji reliabilitas

didapatkan hasil cronbach alpha untuk variabel pengetahuan sebesar

0,698 dan variabel sikap 0,693 yang artinya reliabel.

Sehingga 20 pertanyaan dalam kuesioner penelitian ini yang

telah dinyatakan valid dalam uji validitas dan reliabilitas dinyatakan

layak dan dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data pada

sasaran sampel penelitian yang akan dilakukan.

4.6.3 Uji Media

4.6.3.1 Prosedur

Sebelum media digunakan sebagai instrumen

penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji media yang

melibatkan 2 sampel ahli yaitu satu ahli gizi Puskesmas

Kauman dan satu bidan Desa Sumoroto dan 5 sampel

representatif yaitu dari kader kesehatan di Desa Sumoroto.

Para ahli diberi media kemudian dimintai pendapat tentang

media dan mengisi formulir penilaian media. Para ahli akan

memberi pendapat apakah media dapat digunakantanpa


62

perbaikan atau ada perbaikan.Setelah pengujian media

dengan para ahli selesai, maka akan diteruskanpengujian

mediapadasampel representatif dengan diberi media

kemudian diminta mengisi formulir penilaian media.

4.6.3.2 Hasil Uji Media

Dari pengujian media dengan satu ahli gizi

Puskesmas Kauman, satu bidan Desa Sumoroto dan 5 kader

kesehatan dengan mengisi form penilaian yang telah di isi,

maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.6Hasil Uji Media Booklet Gizi Seimbang 1000


HPK
Persentase
No Komponen Penilaian
Ya Tidak
1. Mudah dipahami 100% 0%
2. Menarik 71,4% 28,6%
3. Tepat sasaran 100% 0%
4. Dapat diterima 100% 0%
5. Dilakukan revisi 85,7% 14,3%
Sumber: data primer form penilaian uji media
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat persentase

dari lima komponen penilaian yaitu mudah dipahami,

menarik, tepat sasaran, dapat diterima, dan dilakukan revisi.

Dari komponen penilaian mudah dipahami didapatkan hasil

sebesar 100% penilai menyatakan bahwa isi di dalam

materi booklet mudah dipahami dan tidak ada kata-kata

atau kalimat yang sulit dipahami. Sebesar 71,4% penilai

menyatakan bahwa media booklet tersebut menarik dilihat


63

dari desain, gambar, judul, dan materi yang di angkat,

namun sebesar 28,6% penilai menyatakan booklet tidak

menarik karena cetakan nya yang kurang rapi.

Sebesar 100% penilai menyatakan bahwa media

sudah tepat sasaran dan dapat diterima baik dari kata-kata,

istilah, gambar dan semacamnya yang ada dalam media

booklet. Sebesar 14,3% penilai menyatakan bahwa media

tidak perlu dilakukan revisi atau perbaikan, sedangkan

85,7% penilai menyatakan bahwa media sebaiknya

dilakukan perbaikan atau revisi sehingga bisa dihasilkan

media yang lebih baik dan lebih menarik minat baca pada

WUS.

4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 LokasiPenelitian

Penelitian inidilaksanakan di Desa Sumoroto, Kecamatan

Kauman, Kabupaten Ponorogo.

4.7.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini mulai dilakukan pada 15Februari 2019 sampai Juli

2019, waktu penelitian dihitung mulai dari survey awal proposal

sampai dengan laporan hasil penelitian.Waktu penelitian secara jelas

dibuat dalam tabel 4.8.


64

Tabel 4.7Realisasi Pelaksanaan Penelitian Prodi S1 Kesehatan

Masyarakat Peminatan PromKes Di Desa Sumoroto Tahun 2019

REALISASI PELAKSANAAN PENELITIAN


NO
Kegiatan Tanggal, Bulan, Tahun
1. ACC Judul 15 Februari 2019
Penyusunan dan konsul proposal
2. 26 Februari 2019 – 14 Mei 2019
skripsi BAB 1-4
3. Seminar proposal skripsi 15 Mei 2019
4. Revisi dan ACC proposal skripsi 28 Mei 2019
5. Uji validitas 31 Mei 2019
6. Penelitian 19 Juni 2019
Entry data dan penyusunan laporan
7. 20 Juni-2 Juli 2019
skripsi
8. Konsul hasil BAB 5-6 3 Juli-7Agustus 2019
9. Pelaksanaan Ujian Skripsi 16 Agustus 2019
10. Revisi Laporan skripsi 20 Agustus 2019
11. ACC skripsi 30 Agustus 2019

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Cara Pengumpulan Data

1. Mengurus surat perijinan kepada Ketua STIKES Bhakti Husada

Mulia Madiun.

2. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten Ponorogo.

3. Mengurus surat pengambilan data awal kepada Kepala Puskesmas

Kauman.

4.8.2 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini yaitu:


65

a) Identitas WUS ( nama, usia, pendidikan terakhir).

b) Skor Pengetahuan WUS melalui pengisian kuesioner pretest

dan posttest.

c) Skor Sikap WUS melalui pengisian kuesioner pretest dan

posttest.

2. Data Sekunder

Data sekunder pada penilitian ini diantaranya data berupa

persentase masalah-masalah gizi diawalidengan pengambilan data

di Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo.Dari beberapa data

masalah gizi di Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo,kemudian

diambil satu fokus masalah gizi yaitu kejadian BBLR. Kejadian

BBLR tertinggi di Kabupaten Ponorogo berada di wilayah kerja

Puskesmas Kauman. Setelah itu, dilanjutkan lagi pengambilan data

kejadian BBLR yang didapat dari bidang KIA Puskesmas Kauman

dan didapatkan data bahwa Desa Sumoroto menjadi desa dengan

kejadian BBLR tertinggi dibandingkan desa-desa yang lain di

wilayah kerja Puskesmas Kauman. Data jumlah WUS di Desa

Sumoroto juga di dapat dari bidang KIA Puskesmas Kauman.

Sedangkan untuk gambaran umum lokasi penelitian diambil dari

data sekunder di Kantor Desa Sumoroto.


66

4.8.3 Proses Pengolahan Data

Analisa data dilakukan melalui pengolahan data yang dilakukan

melalui beberapa tahap yaitu editing, scoring, entry, dan tabulating

data(Saryono, 2011).

1. Editing data

Secara umum editing merupakan kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isi formulir atau kuesioner yang telah

di isi. Dalam penelitian ini yang dilakukan oleh peneliti adalah

memeriksa kembali data responden yang diperoleh atau

dikumpulkan. Kemudian editing dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Scoring

Scoring adalah memberikan penilaian terhadap item-item

yang perlu diberi penilaian skor dari jawaban responden tentang

pengetahuan dan sikap.

3. Entry

Entry adalah kegiatan memasukkan data kedalam program

komputer untuk pengambilan hasil dan keputusan.

4. Tabulating

Tabulating adalah pekerjaan membuat tabel. Jawaban-

jawaban yang telah diberi skor kemudian dimasukkan ke dalam

tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini adalah melakukan


67

analisa data. Selanjutnya data dimasukkan ke komputer dan

dianalisa secara statistik.

4.9 Teknik Analisis Data

4.9.1 Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmoodjo, 2012). Analisa univariat atau variabel yang

dianalisis dalam penelitian ini adalahdata distribusi umur responden

dan data distribusi pendidikan terakhir responden, gambaran rata-

rata skor pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah

diberikan intervensi.

4.9.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu antara variabel bebas dan

variabel terikat. Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan

gizi seimbang 1000 hari pertama kehidupanterhadap pengetahuan

dan sikap wanita usia subur di Desa Sumoroto, dapat dihitung

menggunakan uji parametrik yaitu uji t test berpasangan atau paired

simple t test. Paired simple t test merupakan analisis dengan

melibatkan dua pengukuran pada subjek yang sama terhadap suatu

pengaruh atau perlakuan tertentu (Harun, 2010). Pada uji beda

paired simple t test, peneliti menggunakan sampel yang sama, tetapi

pengujian terhadap sampel dilakukan sebanyak dua kali. Dalam


68

penelitian biasanya test yang diberikan disebut dengan pretest (tes

yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan) dan posttest (setelah

sampel diberikan perlakuan).

Setelah memperoleh data pretest, peneliti akan memberikan

intervensi pendidikan giziseimbang dengan media booklet kepada

WUS yang telah mengisi soal pretest. Setelah selesai dilakukan

intervensi, peneliti kemudian memberikan posttest kepada WUS.

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah H1= ada pengaruh

pendidikan gizi seimbang 1000 HPK terhadap pengetahuan WUS di

Desa Sumoroto dan H1 = ada pengaruh pendidikan gizi seimbang

1000 HPK terhadap sikap WUS di Desa Sumoroto. Data dari hasil

pretest dan posttest selanjutnya diolah dengan menggunakan uji

paired simple t test. Selanjutnya dicari nilai korelasi antara dua

variabel tersebut, bila angka signifikannya (2-tailed) dari < 0,05

artinya ada pengaruh dengan demikian hipotesa diterima.

Untuk menggunakan paired simple t testsyarat data yang harus

dipenuhi adalah :

1. Data untuk tiap pasang yang diuji dalam skala interval atau

rasio.

2. Data berdistribusi normal.

3. Menggunakan subjek penelitian yang sama dan dilakukan

pengukuran secara berulang.


69

Apabila syarat parametrik diatas tidak terpenuhi, maka dapat

menggunakan uji non parametrik, untuk alternatif uji paired simple t

test adalah uji Wilcoxon (Dahlan, 2014).

4.10 Etika Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian hendaknya memegang teguh

sikap ilmiah (scientific attitude) serta berpegang teguh pada etika

penelitian, diantaranya yaitu (Notoatmodjo, 2012) :

1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subjek penelitian

(responden) untuk mendapatkan informasi tentang tujuan peneliti

melakukan penelitian. Disamping itu, peneliti memberikan kebebasan

kepada subjek untuk memberikan informasi atau tidak memberikan

informasi. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan

martabat subjek penelitian, peneliti seyogyanya mempersiapkan

formulir persetujuan subjek (inform consent) yang mencakup :

a. Penjelasan manfaat penelitian.

b. Penjelasan kemungkinan resiko dan ketidaknyamanan yang

ditimbulkan.

c. Penjelasan manfaat yang didapatkan.

d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang

diajukan subjek penelitian berkaitan dengan prosedur penelitian.


70

e. Persetujuan subjek dapat mengundurkan diri sebagai objek

penelitian kapan saja.

f. Jaminan anonimitas dan kerahasiaan terhadap identitas dan

informasi yang diberikan oleh responden.

2. Menghormati privasi dan kerahasian subjek penelitian (respect for

privacy and confidentiality)

Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi

dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Peneliti tidak

boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasian

identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai

pengganti identitas responden.

3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for justice and

inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan

kejujuran, keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan

penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan,

yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan

menjamin bahwa semua subjek penelitian memperoleh perlakuan dan

keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis, dan

sebagainya.
71

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing

harms and benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada

khususnya.
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Sumoroto, Kecamatan Kauman

Kabupaten Ponorogo. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni 2019 dengan

responden wanita usia subur yang bertempat tinggal di Desa Sumoroto dan sudah

menikah. Jumlah sampel sebanyak 96 wanita usia subur yang mendapat intervensi

dan perlakuan yang sama. Peneliti memberikan perlakuan yang sama yaitu dengan

memberikan pendidikan gizi seimbang 1000 hari pertama kehidupan dengan

media booklet. Pengambilan data dilakukan bersamaan pada saat diadakannya

arisan ibu-ibu sehingga memudahkan peneliti untuk mengumpulkan responden

dan mengambil data. Peserta arisan yang hadir tersebut sejumlah 118 orang,

namun peneliti mengambil data sebanyak 96 WUS saja yang berusia 15-49 tahun

dan sudah menikah. Kegiatan penelitian berlangsung pada hari Rabu tanggal 19

Juni 2019 pukul 19.00 WIB sampai 19.40 WIB. Penelitian dilakukan sesuai

dengan alur yang sudah dirancang oleh peneliti.

Dalam bab ini penyajian data dibagi menjadi dua yaitu data umum dan

data khusus. Data umum berisi karakteristik responden meliputi usia dan

pendidikan terakhir. Data khusus yang disajikan berdasarkan pengukuran variabel,

yaitu pengetahuan dan sikap pada WUS Desa Sumoroto sebelum dan sesudah

intervensi.

72
73

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Sumoroto terletak di Kecamatan Kauman, Kabupaten

Ponorogo, Provinsi Jawa Timur. Letak Desa Sumoroto dari Pusat

pemerintahan Kecamatan berjarak 1 km, sedangkan dari Kabupaten berjarak

8 km. Luas wilayah Desa Sumoroto yaitu 443 Ha. Desa Sumoroto terdiri

dari 35 RT dan 11 RW.

Desa Sumoroto memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Kauman

Sebelah Timur : Desa Plosojenar

Sebelah Selatan : Desa Semanding

Sebelah Barat : Desa Maron

Berikut peta wilayah dari Desa Sumoroto:

Gambar 5.1 Peta lokasi penelitian


Sumber: Profil Desa SumorotoTahun 2018
74

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Analisis Univariat

5.2.1.1 Data Distribusi Umur Responden

Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang

masih dalam usia reproduktif (sejak mendapat haid pertama

dan sampai berhentinya haid), yaitu antara usia 15 – 49

tahun, dengan status belum menikah, menikah, atau janda,

yang masih berpotensi untuk mempunyai keturunan

(Novitasary, Mayulu, & Kawengian, 2013). Berdasarkan

definisi diatas dan setelah dilakukanlangkah-langkah

penentuan kelas interval (Lampiran 23), maka dapat dibuat

tabel sebagai berikut:

Tabel 5.1 Data Distribusi Umur Responden


Usia Jumlah Persentase (%)
25-27 tahun 15 15,6
28-30 tahun 23 23,9
31-33 tahun 14 14,5
34-36tahun 15 15,6
37-39 tahun 17 17,7
40-42 tahun 9 9,4
43-45 tahun 3 3,1
Total 96 100,0
Sumber: Data primer kuesioner pretest postest

Berdasarkan hasil dari tabel 5.1 diatas dapat ditarik

kesimpulan bahwa dari 96 responden penelitian, kelompok

usia paling dominan yaitu kelompok usia antara 28-30

tahun dengan jumlah responden sebesar 23 orang dengan

persentase sebesar 23,9%Sedangkan jumlah kelompok


75

umur 43-45 tahun merupakan kelompok umur dengan

jumlah paling rendah yaitu sebesar 3 responden dengan

persentase 3,1%.

Tabel 5.2 Data Statistik Umur Responden


Variabel Minimum Maksimum Mean Median Std
Deviasi
Umur 25 45 33 32 5.174
Berdasarkan tabel 5.2 usia minimum responden

yaitu 25 tahun, usia maksimum yaitu 45 tahun. Rata-

ratausia responden yaitu 33 tahun, nilai tengah dari usia

responden yaitu 32,dan standar deviasi sebesar 5.174.

5.2.1.2 Data Distribusi Pendidikan Responden

Di Indonesia tingkatan pendidikan berdasarkan UU No

20 Tahun 2003 dibedakan menjadi 3 tingkatan yaitu

pendidikan dasar, pendidikan menengah,dan pendidikan

tinggi.Berikut adalah data distribusi pendidikan WUS di

Desa Sumoroto:

Tabel 5.3 Data Distribusi Pendidikan Responden


Pendidikan Jumlah Persentase (%)
Pendidikan Dasar 5 5,2
Pendidikan Menengah 74 77,1
Pendidikan Tinggi 17 17,7
Total 96 100,0
Sumber: Data primer kuesioner pretest postest

Berdasarkan tabel 5.3data distribusi pendidikan

terakhir,dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan

terakhir WUS yang paling dominan yaitu pendidikan

Menengah dengan jumlah responden sebesar 74 orang


76

dengan persentase sebesar 77,1%, sedangkan jumlah

pendidikan WUS paling rendah yaitu Pendidikan Dasar

sebesar 5 responden dengan persentasesebesar 5,2%.

5.2.1.3 Gambaran Rata-Rata Skor Pengetahuan dan Sikap


WUS Desa Sumoroto Kecamatan Kauman Sebelum dan
Sesudah Diberikan Intervensi
Rata-rata skor pengetahuan WUS Desa Sumoroto

sebelum dan sesudah diberikan intervensi pendidikan gizi

seimbang 1000 HPK dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.4 Rata-rata skor pengetahuan WUS di Desa


Sumoroto sebelum dan sesudah diberikan
intervensi pendidikan gizi seimbang 1000
HPK
Standar
Intervensi N Mean
Deviasi (SD)
Pendidikan gizi
Pretest 96 4,84 1,496
seimbang
dengan media
Postest 96 8,76 1,044
booklet
Sumber: data primer kuesioner pengetahuan
Berdasarkan tabel 5.4 rata-rata skor pengetahuan pada

responden yang mendapat intervensi pendidikan gizi

seimbang dengan media booklet untuk pre-test yaitu sebesar

4,84. Sedangkan untuk hasil post-test mengalami

peningkatan yang signifikan yaitu menjadi 8,76. Selisih

untuk rata-rata skor nilai pretest dan postest yaitu sebesar

3,92.

Rata-rata skor sikap WUS Desa Sumoroto sebelum dan

sesudah diberikan intervensi pendidikan gizi seimbang 1000

HPK dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:


77

Tabel 5.5 Rata-rata skor sikap WUS di Desa Sumoroto


sebelum dan sesudah diberikan intervensi
pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan
media booklet
Standar
Intervensi N Mean
Deviasi
Pendidikan
Pretest 96 31,32 3,021
gizi seimbang
dengan media
Postest 96 34,27 2,940
booklet
Sumber: Data primer kuesioner pretest postest

Berdasarkan tabel 5.5 rata-rata skor sikap pada

responden yang mendapat intervensi pendidikan gizi

seimbang dengan media booklet untuk pre-test yaitu sebesar

31,32. Sedangkan untuk hasil post-test mengalami

peningkatan yang signifikan yaitu menjadi

34,27.Selisihantara rata-rata skor pre-test dan post-test yaitu

sebesar 2,95.

5.2.2 Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan uji wilcoxon maka dilakukan terlebih

dahulu uji normalitas data untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan untuk normalitas

yaitu menggunakan Kolmogorov-Smirnov dikarenakan sampel

berjumlah lebih dari 50.

Berikut hasil normalitas pengetahuan WUS sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK

dengan media booklet:


78

Tabel 5.6Hasil Uji Normalitas Data Pengetahuan


Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Statistic Df Sig.
Pretest .162 96 0.000
Postest .257 96 0.000
Sumber:Pengolahan data primer menggunakan
AplikasiAnalisis Data

Dari tabel 5.6 didapatkan hasil nilai Sig dari skor pretest

dan postest masing-masing sebesar 0,000. Data dikatakan

berdistribusi normal apabila nilai P>α(0,05). Karena nilai Ppada

tabel 5.5 diatas sebesar 0,000<α (0,05) maka dapat disimpulkan

data tidak berdistribusi normal sehingga pengujian hipotesis

menggunakan uji Wilcoxon.

Sedangkan untuk normalitas hasil sikap WUS sebelum dan

sesudah dilakukan intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK

dengan media booklet dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.7Hasil Uji Normalitas Data Sikap


Kolmogorov-Smirnov
Variabel
Statistic Df Sig.
Pretest .092 96 0.046
Postest .103 96 0.014
Sumber:Pengolahan data primer
menggunakanAplikasiAnalisis Data

Hasil uji normalitas pada tabel 5.7, diperoleh nilai

signifikan sikap responden sebelum dan sesudah dilakukan

intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media

booklet yaitu masing-masing sebesar 0,046 dan 0,014 yang artinya

data tidak berdistribusi normal (p<0,05) sehingga pengujian


79

hipotesis menggunakan uji non parametrik yaitu menggunakan uji

wilcoxon.

5.2.3 Analisis Bivariat

Untuk mengetahui pengaruh pemberian pendidikan gizi

seimbang pada 1000 hari pertama kehidupanterhadap pengetahuan

dan sikap wanita usia subur di Desa Sumoroto, dapat dihitung

menggunakan analisis bivariat yaitu uji paired t test untuk data yang

berdistribusi normal, dan uji Wilcoxon untuk data yang tidak

berdistribusi normal.

Hasil uji normalitas data baik variabel pengetahuan maupun

sikap,diperoleh hasil bahwa data tidak berdistribusi normal (p<0,05)

sehingga pengujian hipotesis menggunakan uji non parametrik yaitu

menggunakan uji wilcoxon.

Ujiwilcoxondilakukan untuk menguji perbedaan rerata skor

pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan

intervensi. Uji statistik pada perhitungan ini menggunakan tingkat

kemaknaan 95% (alpha 0,05).

Berikut ini merupakan hasil yang diperoleh setelah dilakukan uji

wilcoxon :
80

Tabel 5.8Hasil Ranks Uji Wilcoxon Pengetahuan dan Sikap

Responden

Wilcoxon Signed Ranks


Variabel Ranks N
Pengetahuan Sebelum – Negative Ranks 0
Pengetahuan Sesudah Positive Ranks 93
Ties 3
Total 96
Sikap Sebelum – Sikap Negative Ranks 0
Sesudah Positive Ranks 92
Ties 4
Total 96
Sumber: Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data
a. Post Test<Pre Test
b. Post Test>Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan hasil penelitian Pre-test

Post-test menggunakan intervensi pendidikan gizi seimbang 1000

HPK dengan media booklet, untuk hasil nilai negative ranks pada

variabel pengetahuan dan sikap menunjukkan hasil 0. Nilai 0 ini

menunjukkan tidak adanya penurunan dari nilai pre test ke nilai

posttest pada hasil intervensi variabel pengetahuan dan sikap

responden. Positive ranks pada hasil pengetahuan responden untuk

pre test dan post test nilai N sebesar 93, yang artinya 93 responden

mengalami peningkatan pengetahuan giziseimbang 1000 HPK dari

nilai pre test ke nilai post test. Sedangkanpositive ranks pada hasil

sikap responden untuk pre test dan post test nilai N sebesar 92, yang

artinya 92 responden mengalami peningkatan sikap terhadap gizi

seimbang 1000 HPK dari nilai pre test ke nilai post test.
81

Ties adalah kesamaan nilai pre test dan post test. Hasil nilai ties

pada pengetahuan responden sebesar 3 yang artinya terdapat 3

responden yang memiliki nilai pengetahuan sama antara nilai pretest

dan postest, sedangkan pada sikap responden nilai ties sebesar 4yang

artinya terdapat 4 responden yang memiliki nilai sikap sama antara

nilai pretest dan postest.

Tabel 5.9Hasil analisis uji Wilcoxonvariabel pengetahuan


Variabel N Median (Minimum- Nilai p
Maksimum)
Pengetahuan sebelum 96 5 (2-8)
0.000
Pengetahuan sesudah 96 9 (5-10)
Uji Wilcoxon, 0 subjek pengetahuan menurun, 3 tetap, dan 93
meningkat
Sumber: Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data

Berdasarkan tabel 5.9 setelah dilakukan uji Wilcoxon

didapatkan hasil bahwa 93 responden penelitian mengalami

peningkatan nilai dan sebesar 3 responden memiliki nilai yang tetap.

Hasil pengujian data diatas menunjukkan hasil nilai p (Asymp.Sig.

(2-tailed)) = 0,000 < α (0.05), maka dapat disimpulkan terdapat

pengaruh yang signifikan antara pengetahuan WUS sebelum dan

sesudah intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan

media booklet pada hasil nilai pre-test dan post-test.

Tabel 5.10Hasil analisis uji Wilcoxon variabel sikap


Variabel N Median (Minimum- Nilai p
Maksimum)
Sikap sebelum 96 31 (25-38)
0.000
Sikap sesudah 96 34,5 (28-39)
Uji Wilcoxon, 0 subjek pengetahuan menurun, 4 tetap, dan 92
meningkat
Sumber: Data Primer Menggunakan Aplikasi Analisis Data
82

Berdasarkan tabel 5.10 setelah dilakukan uji Wilcoxon

didapatkan hasil bahwa 92 responden penelitian mengalami

peningkatan nilai dan sebesar 4 responden memiliki nilai yang tetap.

Hasil pengujian data diatas menunjukkan hasil nilai p (Asymp.Sig.

(2-tailed)) = 0,000 < α (0.05), maka dapat disimpulkan terdapat

pengaruh yang signifikan antara sikap WUS sebelum dan sesudah

intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media

booklet pada hasil nilai pre-test dan post-test.

5.3 Pembahasan

5.3.1 Pengetahuan WUS sebelum diberikan intervensi pendidikan gizi

seimbang 1000 HPK dengan media booklet

Berdasarkan hasil nilai rata-rata pengetahuanWUS saat

pretestyaitu sebesar 4,84 dari 10 soal tentang pengetahuan gizi

seimbang 1000 HPK yang diberikan sebelum intervensi kepada 96

responden. Sedangkan menurut hasil analisis menggunakan uji

Wilcoxon diketahui bahwa hasil pre-test sebelum diberikan

intervensi, nilai minimum nya masih terdapat nilai 2. Ini

menunjukkan bahwa pengetahuan WUS sebelum diberikan

intervensi sangatlah kurang.

Didukung fakta bahwa beberapa saat sebelum dilakukan

intervensi, peneliti memberikan pertanyaan terkait dengan gizi

seimbang, namun kebanyakan dari responden tidak bisa menjawab

pertanyaan dari peneliti. Respondentidak bisa menjawab pertanyaan


83

disebabkan karena responden masih belum mengetahui tentang

materi gizi seimbang 1000 HPK antara lain pengertian seribu hari

pertama kehidupan, akibat kekurangan gizi pada seribu hari pertama

kehidupan, konsep gizi seimbang dan pilar gizi seimbang pada

periode seribu hari pertama kehidupan.

Tingginya angka kejadian BBLR di Desa Sumoroto salah satu

nya dapat dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan WUS terkait gizi

seimbang 1000 HPK. Pengetahuan masyarakat terutama pada WUS

yang rendah juga menjadi hambatan untuk menurunkan angka

kejadian BBLR.Pengetahuan yang rendah cenderung memiliki

kebiasaan atau pola hidup yang buruk seperti makan makanan yang

tidak bergizi, tidak menerapkan pedoman gizi seimbang dll.

Sebaliknya, pengetahuan yang tinggi dapat menunjang perilaku

hidup sehat(Dinkes Kabupaten Situbondo, 2015).

Pengetahuan sangat diperlukan dalam semua hal terutama

kesehatan karena pengetahuan adalah sebuah proses dalam mencapai

suatu perilaku kesehatan. Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa

perubahan perilaku atau tindakan tersebut dilihat berdasarkan

pengetahuan dan kesadaran melalui pengalaman yang dilalui

sehingga diharapkan menjadi pembelajaran untuk lebih baik

kedepannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya

pengetahuan seseorang terutama mengenai gizi seimbang 1000 HPK

untuk menurunkan angka kejadian BBLR. Hal ini sejalan dengan


84

penelitian Intan, Suryadi, dkk (2014) yang menyatakan bahwa hasil

uji bivariat menunjukkan ada hubungan bermakna tingkat

pengetahuan dengan kejadian BBLR (p=0,000), dengan resiko 1,87

kali lebih besar terjadi pada ibu dengan tingkat pengetahuan dan

pendidikan rendah dari pada tingkat pengetahuan dan pendidikan

tinggi.

Berdasarkan tabeldistribusi tingkat pendidikan WUS, diketahui

bahwa WUS di Desa Sumoroto pendidikan terakhir yang dominan

yaitu pendidikan menengah dengan persentase sebesar 71,1%. WUS

yang berpendidikan tinggi sebesar 17,7%, dan berpendidikan dasar

sebesar 5,2%.

Menurut Notoatmodjo (2010), semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, maka akan semakin mudah untuk menerima

informasi tentang obyek atau yang berkaitan dengan pengetahuan.

Hal ini sejalan dengan penelitian Indriastuti (2013) yang menyatakan

bahwa rerata peningkatan pengetahuanmasyarakat tentang analgetik

yang berpendidikan tinggi lebih besar dengan nilai rata-rata 14,28

dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah dengan

nilai rata-rata sebesar 13,75.

Namun berbeda halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh

Septikasari (2016) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu yang

tinggi tidak dapat diartikan bahwa ibu memiliki pengetahuan yang

baik dalam pengasuhan anak terutama pemenuhan gizi anak.


85

Menurut penelitian Septikasari, seseorang yang hanya tamat sekolah

dasar memang berbeda pengetahuan gizinya dibandingkan dengan

yang berpendidikan lebih tinggi. Namun, tidak berarti bahwa

seseorang yang hanya tamat sekolah dasar kurang mampu menyusun

makanan yang memenuhi persyaratan gizi. Ibu yang rajin membaca

informasi tentang gizi atau turut serta dalam penyuluhan gizi bukan

mustahil akan memiliki pengetahuan tentang gizi yang lebih baik

walaupun memiliki tingkat pendidikan yang rendah (Septikasari

et.al., 2016). Walaupun demikian tentu saja ibu yang memiliki

tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah dalam

menerima pesan dan informasi (Nilakesuma et.al., 2015).

5.3.2 Pengetahuan WUS sesudah diberikan intervensi pendidikan gizi

seimbang 1000 HPK dengan media booklet

Berdasarkan intervensi dan postestyang telah dilakukan,

didapatkan hasil rata-rata nilai pengetahuan saat postest yaitu sebesar

8,53 dengan selisih nilai saat pretest dan postest sebesar 3,92. Dari

96 responden, terdapat 93 responden yang nilai pengetahuan nya

meningkat dan 3 responden yang nilai pengetahuan tidak berubah

atau tetap. Rata-rata nilai pengetahuan saat pretest dan postest yang

meningkat, menunjukkan bahwa terdapat manfaat dari pemberian

pendidikan gizi seimbang dengan media booklet. Hal ini sejalan

dengan penelitian Yessie dan Dyah, tahun 2017 bahwa nilai rata-rata

hasil posttest kelompok eksperimen lebih tinggi daripada kelompok


86

kontrol sehingga tingkat pengetahuanibu balita yang diberikan

metode ceramah menggunakan media booklet lebih tinggi

dibandingkan diberikan metode ceramah saja.

Pendidikan gizi menggunakan pendekatan edukatif untuk

menghasilkan pengetahuan dan sikap WUS yang diperlukan dalam

peningkatan atau dalam mempertahankan gizi tetap baik. Materi dan

pesan penyuluhan dapat disampaikan menggunakan media atau alat

bantu pendidikan untuk membantu dalam menyampaikan informasi

dan untuk menarik perhatian sasaran (Notoatmodjo, 2014).

Pada penelitian ini booklet merupakan salah satu media yang

dipilih dari sekian banyak media yang ada. Digunakannya booklet

sebagai media karena WUS akancenderung lebih mudah untuk

memahami tentang muatan informasi karena informasi yang

tercantum di dalam booklet tergolong ringan dan dapat

menyesuaikan dari belajar mandiri, selain itu WUS juga dapat

melihat dan mempelajari isinya pada saat santai. Notoatmodjo

(2010) menjelaskan bahwakurang lebih 75% dari pengetahuan

manusiadiperoleh melalui mata, sedang sisanyamelalui indera yang

lain.

Denganmenggunakan booklet,informasi yang disampaikan

melalui matalebih banyak, sehingga informasi akan lebihmudah

diterima oleh WUS. Selain itu booklet dapat disimpan dan dapat

dibaca sewaktu-waktu, juga informasi yang ada pada booklet dapat


87

dibagikan kepada keluarga dan teman karena mengingat media

booklet inidapat dibuat secara sederhana dengan biaya relative

murah, awet, mengurangi kebutuhan mencatat, daya tampung lebih

luas, dan dapat diarahkan pada segmen tertentu (Sari, 2017).

Selain itu di akhir pelaksanaan pendidikan gizi seimbang 1000

HPK diselingi dengan adanya sesi tanya jawab dari penyuluh terkait

materi gizi seimbang 1000 HPK sehingga diharapkan ada feedback

dari WUS, hal ini merupakan upaya untuk mereview kembali apakah

WUS masih ingat dengan materi yang telah diberikan.Saat dilakukan

tanya jawab yang diberikan oleh peneliti, banyak dari WUS yang

antusias menjawab serta menjawab dengan jawaban yang benar.

Pengaruh pendidikan gizi seimbang selain menggunakan media

booklet juga dapat dilakukan dengan menggunakan media lain

seperti leaflet, cerita bergambar, lembar balik, audio visual, film, dan

sebagainya. Berdasarkan penelitian Artini tahun 2014 tentang

Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media

Leaflet dengan Media Booklet Terhadap Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Di Desa Trangsan Gatak Sukoharjo. Hasil penelitian

tersebut yaitu rata-rata nilai pada kelompok dengan perlakuan

penyuluhan dengan media leafletmenunjukkan peningkatan

pengetahuan dari sebelum dan sesudah yaitu sebesar 1,07.

Sedangkan hasil rata-rata peningkatan pengetahuan sebelum dan

sesudah penyuluhan dengan media bookletpada penelitian yang


88

dilakukan oleh peneliti ini yaitu sebesar 3,92. Hasil kedua selisih

rata-rata jika dibandingkan, antara selisih peningkatan pengetahuan

menggunakan media leaflet dengan menggunakan media booklet,

maka lebih besar selisih peningkatan menggunakan media booklet.

5.3.3 Sikap WUS sebelum diberikan intervensipendidikan gizi

seimbang 1000 HPK dengan media booklet

Berdasarkan hasil nilai rata-rata sikap WUS saat pretest yaitu

sebesar 31,32 dari 10 soal sikap mengenai gizi seimbang 1000 HPK

yang diberikan sebelum intervensi kepada 96 responden. Hal ini

menandakan bahwa sikap WUS di Desa Sumoroto masih rendah

mengenai gizi seimbang 1000 HPK. Selain dapat dilihat dari nilai

rata-rata pretest, sikap wanita usia subur yang kurang baik mengenai

gizi seimbang 1000 HPK dapat tergambarkan melalui pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan peneliti beberapa saat sebelum dilakukan

penyampaian materi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK. Ketika di

berikan pertanyaan terkait apakah air susu ibu yang pertama kali

keluar dan berwarna kuning sebaiknya diberikan pada bayi atau

dibuang, maka rata-rata jawaban dari respondenair susu ibu yang

pertama kali keluar sebaiknya dibuang karena menurut mereka itu

tidak baik bagi bayi karena dapat menimbulkan penyakit.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa pembentukan sikap dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor menurut Azwar (2013) dalam


89

Budiman dan Riyanto (2013) faktor-faktor dalam pembentukan sikap

antara lain pengalaman pribadi. Responden memiliki sikap yang

kurang baik terkait dengan pemberian air susu ibu yang pertama kali

keluar.Menurut pengalaman mereka, air susu yang berwarna kuning

tidak pernah mereka berikan pada bayi mereka karena mereka

berasumsi dapat menimbulkan penyakit, padahal itu merupakan

pernyataan yang salah. Selain itu pembentukan sikap dipengaruhi

oleh adanya pengaruh dari orang lain, dalam hal ini responden

mendapatkan saran dari orang di sekitarnya seperti ibu, nenek

ataupun tetangga dan saudara mereka bahwa air susu ibu yang

pertama kali keluar sebaiknya dibuang saja dan tidak perlu diberikan

pada bayi. Sikap responden yang kurang baik tersebut sangatlah

memprihatinkan, sehingga intervensi pendidikan gizi seimbang 1000

HPK diberikan agar dapat merubah sikap WUS yang kurang baik.

5.3.4 Sikap WUS sesudah diberikan intervensi pendidikan gizi

seimbang 1000 HPK dengan media booklet

Dari 96 responden, terdapat 92 responden yang skor sikap nya

meningkat dan 4 responden yang nilai sikap nya tidak berubah atau

tetap. Hasil uji tanda pada sikap WUS diperoleh nilai p=0,000 yang

artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan sikap WUS

sebelum dan sesudah pemberian intervensi pendidikan gizi dengan

media booklet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan


90

kesehatan dengan media booklet memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap perubahan sikap pada WUS.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tyas tahun 2017

yang menunjukkan bahwa booklet mempengaruhi perbedaan skor

nilai rata-rata pretest dan posttest sikap ibu balita tentang keluarga

sadar gizi di desa Grogol, Kecamatan Weru, Kabupaten

Sukoharjo.Peningkatan nilai rata-rata sikap antara sebelum dan

sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet yakni 58,5

menjadi 69,2. Terdapat peningkatan nilai rata-rata sikap antara

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan media booklet

sebesar 10,7. Hasil uji statistik kelompok media booklet didapatkan

nilai p=0,000 , sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan

sikap ibu balita tentang keluarga sadar gizi di desa Grogol,

Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

Menurut Notoatmodjo (2010) sikap adalah respon tertutup

seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu yang sudah

melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-

tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya).

Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Berdasarkan pendidikan gizi seimbangyang telah dilakukan,

maka terjadi peningkatan sikap responden ke arah yang lebih baik.

Responden yang sebelumnya tidak setuju dengan pernyataan bahwa


91

air susu ibu yang pertama kali keluar atau disebut kolostrum,

menjadi berubah sikapnya menjadi setuju bahwa kolostrum

sebaiknya diberikan pada bayi. Hal ini tergambarkan pada nilai

postest, dimana lebih dari 80% responden banyak yang memilih

setuju dengan pernyataan tersebut.

Selain itu, media juga merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi perubahan sikap responden. Media berfungsi untuk

memudahkan seseorang dalam memahami informasi yang dianggap

rumit(Azwar, 2013). Media booklet yang dibuat oleh peneliti ini,

dibuat dengan materi yang sesuai dengan sasaran serta adanya

penambahan gambar-gambar agar bermanfaat menimbulkan minat

responden, merangsang responden untuk meneruskan pesan pada

orang lain, dan memudahkan penyampaian informasi. Hal ini sejalan

dengan penelitian Eka, Yulia, dkk (2015) bahwa hasil uji statistik

didapatkan ada pengaruh sebelum (pre-test) dan setelah (post test)

pemberian pendidikan kesehatan dengan menggunakan media

audiovisual terhadap pengetahuan remaja pada kelompok

eksperimen dengan p value (0,000) < alpha (0,05). Hasil uji pada

kelompok kontrol didapatkan tidak adanya pengaruh sebelum (pre-

test) dan setelah (post test) tanpa pemberian pendidikan kesehatan

dengan menggunakan media audiovisual terhadap pengetahuan

remaja dengan p value 0,110 > alpha (0,05).


92

Perubahan sikap pada responden juga terjadi karena ada nya

penambahan pengetahuan yang telah diterima oleh responden, dalam

hal ini perubahan sikap menunjukkan perubahan kearah yang lebih

baik, dimana terjadi peningkatan nilai sebesar 2,95.Kesimpulannya,

intervensi yang diberikan yaitu pendidikan gizi seimbang dengan

media booklet dapat meningkatkan sikap responden yang lebih baik.

Saat intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media

bookletpara responden juga memperhatikan dan mengikuti alur yang

telah disepakati.

5.3.5 Pengaruh Pemberian Pendidikan Gizi Seimbang 1000 terhadap

Pengetahuan dan Sikap WUS

Setelah dilakukan uji Wilcoxon didapatkan hasil bahwa dari

96 responden, terdapat 93 responden penelitian yang mengalami

peningkatan nilai pengetahuan dan sebesar 3 responden memiliki

nilai yang tetap. Peningkatan pengetahuan pada 93 responden karena

materi yang disampaikan merupakan materi yang sesuai dengan

sasaran dan media yang digunakan yaitu booklet yang berisi materi

beserta gambar yang memudahkan responden untuk memahami

materi. Selain itu peneliti menerapkan metode ceramah, sehingga

interaksi antara responden dan peneliti menjadi lebih menyenangkan.

Berdasarkan hal tersebut responden akan lebih

memperhatikan secara langsung penyampaian materi. Tidak hanya


93

itu, suasana yang kondusif juga mendukung peningkatan

pengetahuan dengan penyampaian intervensi dengan metode

ceramah. Sedangkan 3 responden yang memiliki nilai pretest dan

postest yang tetap disebabkan karena responden tersebut datang

terlambat sehingga tidak mendapatkan materi awal yang

disampaikan oleh pemateri.

Hasil nilai Sig pengetahuan WUS pada penelitian yang peneliti

lakukan diperoleh nilaip value 0,000 yangartinya secara statistik

menunjukkan terdapat perbedaan pengetahuan WUS sebelum dan

sesudah pemberian intervensi pendidikan gizi dengan media booklet.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan gizi seimbang 1000

HPK dengan media booklet memberikan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan pengetahuan WUS. Hasil penelitian ini sejalan

dengan penelitian Tyas tahun 2017 yang menunjukkan bahwa

booklet mempengaruhi perbedaan skor nilai rata-rata pretest dan

posttest pengetahuan ibu anak balita tentang keluarga sadar gizi

dengan diperoleh hasil p-value sebesar 0,002.

Dari 96 responden, terdapat 92 responden yang skor sikap

nya meningkat dan 4 responden yang nilai sikap nya tidak berubah

atau tetap.Peningkatan sikap pada responden ini karena ada nya

penambahan pengetahuan yang telah diterima oleh responden

melalui intervensi pendidikan gizi seimbang 1000 HPK, dalam hal

ini perubahan sikap menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik,


94

dimana terjadi peningkatan nilai sebesar 2,95.Kesimpulannya,

intervensi yang diberikan yaitu pendidikan gizi seimbang dengan

media booklet dapat meningkatkan sikap responden yang lebih baik.

Begitu juga dengan 4 responden yang memiliki nilai sikap yang tetap

disebabkan karena responden tersebut datang terlambat sehingga

tidak mendapatkan materi awal yang disampaikan oleh pemateri.

Hasil uji tanda pada sikap WUS diperoleh nilai p=0,000 yang

artinya secara statistik menunjukkan terdapat perbedaan sikap WUS

sebelum dan sesudah pemberian intervensi pendidikan gizi dengan

media booklet. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan

kesehatan dengan media booklet memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap perubahan sikap pada WUS.

Dalam penelitian ini, intervensi pendidikan gizi seimbang 1000

HPK dikatakan berhasil apabila telah memenuhi dua indikator yang

telah disebutkan dalam planning of action(POA), yaitu 100% peserta

hadir saat intervensi dan 95% peserta dapat mengerjakan kuesioner

dengan baik, serta terdapat perbedaan antara hasil pretest dan

posttest. Indikator yang pertama dapat dikatakan berhasil dengan

adanya 96 peserta yang hadir dan mengikuti intervensi pendidikan

gizi seimbang 1000 HPK dari awal hingga akhir pelaksanaan.

Sedangkan indikator kedua dapat dikatakan berhasil dengan

dibuktikan adanya peningkatan nilai dan terdapat perbedaan antara


95

nilai pretest dan postest baik pada variabel pengetahuan maupun

sikap.

5.4 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan yang di alami

peneliti selama melakukan penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Penggunaan booklet untuk responden menggunakan booklet yang tidak

berwarna atau hitam putih, dikarenakan terbatasnya dana apabila

menggunakan booklet yang berwarna, sehingga meskipun tampilan

booklettidak berwarna, namun peneliti berusaha memberikan penjelasan

gambar dengan detail agar responden paham dengan maksud apa yang

ada pada gambar tersebut.

2. Penelitian ini hanya menggunakan satu jenis media saja dan satu

kelompok saja, artinya tidak terdapat kelompok kontrol atau

pembanding serta tidak ada media pembanding untuk melihat kefektifan

antara media yang satu dengan media yang lain. Meskipun penelitian

ini menggunakan satu jenis media saja, namun peneliti berusaha

memaksimalkan isi materi yang terdapat dalam media tersebut agar

materi dalam booklet dapat diterima oleh sasaran dengan baik.


96

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil nilai rata-rata pengetahuan responden saat pre-test sebesar 4,84

dengan nilai median sebesar 4.

2. Hasil nilai rata-rata pengetahuan responden saat post-test sebesar 8,76

dengan nilai median sebesar 9. Selisih nilai antara pre-test dan post-test

variabel pengetahuansebesar 3,92.

3. Hasil nilai rata-rata sikapresponden saat pre-test sebesar 31,32 dengan

median sebesar 31.

4. Hasil nilai rata-rata sikapresponden saat post-test sebesar 34,27 dengan

median sebesar 34,5. Untuk selisih antara pre-test dan post-testvariabel

sikap yaitu sebesar 2,95.

5. Terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media

booklet terhadap pengetahuan WUS, diketahui nilai p (Asymp.Sig. (2-

tailed)) = 0,000 < α (0.05), dengan93 responden mengalami

peningkatan nilai dan 3 responden memiliki nilai yang tetap.

6. Terdapat pengaruh pendidikan gizi seimbang 1000 HPK dengan media

booklet terhadap sikap WUS, diketahui nilai p (Asymp.Sig. (2-tailed)) =

0,000 < α (0.05), dengan 92 responden mengalami peningkatan nilai

dan 4 responden memiliki nilai yang tetap.


97

6.2 Saran

1. Bagi Wanita Usia Subur (WUS)

Diharapkan wanita usia subur dapat mempelajari booklet,

mengingat informasi yang telah disampaikan oleh penyuluh tentang gizi

seimbang 1000 HPK dan kemudian harapannya ilmu tersebut dapat

diterapkan dan disampaikan kembali pada orang lain.

2. Bagi Desa Sumoroto

Sebaiknya aparatur desa beserta tokoh masyarakat juga ikut

berperan aktif menangani masalah-masalah kesehatan terutama yang

berkaitan dengan masalah gizi pada 1000 HPK sehingga diharapkan

dapat menurunkan angka kejadian BBLR di Desa Sumoroto.

3. Bagi Puskesmas Kecamatan Kauman

Petugas Kesehatan di Puskesmas diharapkan dapat lebih

meningkatkan perannya dalam kegiatan-kegiatan kesehatan untuk

masyarakat khususnya tentang gizi seimbang 1000 Hari Pertama

Kehidupan di wilayah kerja Puskesmas Kauman. Sebaiknya juga dapat

didukung dengan media-media promosi kesehatan, sepertibooklet yang

berisi penjelasan dan gambar yang menarik sehingga pesan yang

disampaikan dapat lebih mudah diterima.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dikembangkan lagi oleh

penelitiselanjutnya dengan mengganti dengan metode lain contohnya


98

metode mentoring, yang diharapkan lebih membantu WUS untuk

mendapatkan pengetahuan dan praktik gizi seimbang yang lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Adriani.2012.Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana.

Artini, F Rahmi. 2014. Perbedaan Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Menggunakan Media Leaflet dengan Media Booklet Terhadap Tingkat
Pengetahuan Masyarakat Di Desa Trangsan Gatak Sukoharjo. Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Asfia, Raden I.F. 2017. Keterkaitan Pengetahuan, Sikap, dan Persepsi 1000 HPK
dengan Tingkat Kecukupan Gizi dan Status Gizi Calon Pengantin Wanita.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

Almatsier, Sunita. 2011. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.

BKKBN.2018. Peran BKKBN di Balik Gerakan Penanggulangan Stunting.


Jakarta.

Budiman dan Riyanto, Agus. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika

Cahyaningsih, Indriastuti. 2013. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Tingkat


Pengetahuan Masyarakat Tentang Analgetik Di Kecamatan Cangkringan
Sleman. Artikel Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Cahyono, Tri. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan.Yogyakarta:


Deepublish.

Carsel, Syamsunie HR. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Pendidikan.


Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.

Corneles, Sandra M dan Losu, Fredika. 2015. Hubungan Tingkat Pendidikan


Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko Tinggi. Jurnal
Ilmiah Bidan, Poltekkes Kemenkes Manado.

Dahlan M. Sopiyudin. 2017. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:


Epidemiologi Indonesia.

Djaali dan M.Pudji. 2009. Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. Jakarta:


Grasindo.

Endra, Febri. 2017. Pengantar Metodologi Penelitian (Statistika Praktis).


Sidoarjo: zifatama jawara.

99
100

Fatharanni, Mentari. 2017. Hubungan Pengetahuan, Sikap, Perilaku Mengenai


Gizi Seimbang dengan Status Gizi pada Wanita Usia Subur di Kecamatan
Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi, Bandar Lampung.
Diakses pada tanggal 13-03-2019.

HabibyW.Nadjib. 2017. Statistika Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah


University Press.

Hartini, Eko & Setyawati, Vilda. 2018. Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Masyarakat.
Yogyakarta: Deepublish.

Hartiningrum, Indri & Fitriyah, Nurul. 2018. Bayi Berat Lahir Rendah (Bblr) Di
Provinsi Jawa Timur Tahun 2012-2016. Jurnal Biometri dan
Kependudukan, Universitas Airlangga.

Hati, Tyas D. 2017. Pengaruh Penyuluhan Dengan Media Booklet Terhadap


Pengetahuan dan Sikap Ibu Anak Balita Tentang Keluarga Sadar Gizi Di
Desa Grogol, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Kristanto, V. Hery. 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis


Ilmiah (KTI). Yogyakarta: Deepublish.

Kumalasari, Intan & Tekjyan, Suryadi.2018.Faktor Resiko Dan Angka Kejadian


Berat Badan Lahir Rendah (Bblr) Di Rsup Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2014. Jurnal ilmu kesehatan masayarakat, Universitas
Sriwijaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Edisi revisi II.
Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2009. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Payadnya, I.P. & Jayantika, I.G. 2018. Panduan Penelitian Eksperimen Beserta
Analisis Statistik Dengan SPSS. Yogyakarta: Deepublish.

Pratiwi, Yessie F & Puspitasari, Dyah I. 2017. Efektivitas Penggunaan Media


Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi Seimbang Pada Ibu Balita Gizi
101

Kurang Di Kelurahan Semanggi Kecamatan Pasar Kliwon Kota


Surakarta. Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Puspitaningrum, Wanodya. 2017. Pengaruh Media Booklet Terhadap


Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Terkait Kebersihan Dalam
Menstruasi Di Pondok Pesantren Al-Ishlah Demak Triwulan II Tahun
2017. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro.

RI., Kementerian Kesehatan. 2014. Panduan Gizi Seimbang. Jakarta: Direktur


Jenderal Bina Gizi dan KIA.

RI., Kementerian Kesehatan. 2019.Perbaikan Gizi Bangsa Terus Dioptimalkan.


Jakarta.

RI., Kementerian Kesehatan.2018. Hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 (Riskesdas


2018). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

RI., Kementerian Kesehatan.2018. Panduan Kegiatan Peringatan Hari Gizi


Nasional ke-58.

RI., Kementerian Kesehatan.2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia.


Jakarta:Pusat Data dan Informasi.

RI., Kementerian Kesehatan.2018. Buku Saku Pemantauan Status Gizi. Jakarta:


Direktorat Gizi Masyarakat.

Rosha, Bunga Ch,. Kencana Sari., Indri Y.S.P., Nurilah Amalia., NH Utami.
2016. Peran Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif dalam Perbaikan
Masalah Gizi Balita di Kota Bogor.Buletin Penelitian Kesehatan, Pusat
Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Diakses pada tanggal 05-03-
2019.

Singgih, Santoso. 2006. SPPS Untuk Statistik Non Parametrik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.

Septikasari, Majestika. 2016. Status Gizi Anak dan Faktor Yang Mempengaruhi.
Yogyakarta: UNY Press.

Shofiyyatunnisaak, N.A. 2016. Hubungan Perilaku Ibu tentang 1000 Hari


Pertama Kehidupan dengan Status Gizi Baduta di Wilayah Pedesaan.
Skripsi, Institut Pertanian Bogor.

Sopingi.2015. Statistik Pendidikan.Malang: Gunung Samudera.


102

Sudargo, Toto., Aristasari, Tira., dan „Afifah,Aulia. 2018. 1.000 Hari Pertama
Kehidupan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sulistianingsih, Apri., Yanti, Desi A M., 2015. Kurangnya Asupan Makan


Sebagai Penyebab Kejadianbalita Pendek (Stunting). Jurnal Dunia
Kesehatan, STIKesMuhammadiyah Pringsewu Lampung. Diakses pada
tanggal 17-03-2019.

Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV Andi


Offset.

Wahyuni, Tri. 2015. Mentoring Sebagai Upaya Meningkatkan Pengetahuan WUS


Tentang Gizi Seimbang 1000 Hari Pertama Kehidupan(1000 HPK)(Studi
kasus di wilayah Kelurahan Purwoyoso Semarang).Skripsi, Universitas
Negeri Semarang.

Yanti, Eka D dan Dewi, Yulia I. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Menggunakan Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Remaja Mengenai Upaya Pencegahan Penyakit Menular Seksual. Jurnal
Kesehatan, Universitas Riau.
103

LAMPIRAN 1

SURAT PERMOHONAN DATA AWAL


104

LAMPIRAN 2

SURAT IZIN PENELITIAN DARI STIKES


105

LAMPIRAN 3

SURAT IZIN PENELITIAN KESBANGPOL


106

LAMPIRAN 4

SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN


107

LAMPIRAN 5

FORM AUDIENS SEMINAR PROPOSAL


108
109

LAMPIRAN 6

LEMBAR PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Setelahmendengardanmengertipenjelasan yang

diberikanolehpenelitimengenaitujuan, manfaat, prosedurkerjadanluarandari proses

penelitiandenganjudul “PengaruhPendidikanGiziSeimbang 1000

HPK(HariPertamaKehidupan)TerhadapPengetahuan Dan Sikap WUS Di

DesaSumorotoKecamatanKauman”.Denganpenuhkesadaransertatanpapaksaan,

sayamenyatakanbersediauntukmenjadirespondendalampenelitianini.

Demikianlembarpersetujuaninisayatandatanganidankiranyadapatdipergunakanden

gansebagaimanamestinya.

Ponorogo,Juni2019

Responden

(……………………..)
110

LAMPIRAN 7

Kisi-kisiKuesionerPenelitian

No Variabel dan Pertanyaan No Soal Jawaban


1. Pengetahuan
a. Pengertian 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) 1 Benar
b. Risiko anak-anak yang
mengalami kekurangan gizi 2 Benar
pada usia dua tahun pertama.
c. Pengertian Gizi Seimbang. 3 Benar
d. Slogan empat sehat lima
sempurna apakah masih 4 Salah
berlaku.
e. Jumlah pilar gizi seimbang. 5 Salah
f. Salah satu Pilar Gizi 6 Benar
Seimbang.
g. Zat gizi yang diperlukan saat 7 Salah
hamil.
h. Konsumsi gula yang berlebih 8 Salah
selama hamil.
i. Waktu pemberian ASI 9 Salah
eksklusif.
j. Gizi seimbang pada bayi usia 10 Benar
6-24 bulan

2. Sikap
a. Pentingnya masa baduta.
1 Sikap positif
b. Dampak pertumbuhan dan
perkembangan anak pada 2 Sikap negatif
periode 1.000 hari pertama
kehidupan.
c. Bila perbaikan gizi dilakukan
setelah melewati usia anak lebih 3 Sikap positif
dari 2 tahun, maka efek
perbaikannnya kecil.
d. Air susu ibu yang pertama kali
keluar. 4 Sikap negatif
111

e. Sebaiknya bayi usia kurang dari


5 Sikap negatif
6 bulan diberikan susu formula.
f. Memberi makanan orang
dewasa kepada bayi umur 10
6 Sikap negatif
bulan dengan tekstur yang
kasar.
g. Membiasakan Perilaku Hidup 7 Sikap positif
Bersih dan Sehat merupakan
bagian dari prinsip gizi
seimbang.
h. Dukungan suami berpengaruh 8 Sikap positif
terhadap kondisi psikologis ibu
yang akan berdampak terhadap
keberhasilan menyusui.
i. Kebutuhan gizi pada bayi usia 9 Sikap negatif
6-24 sudah cukup dipenuhi
dengan ASI saja.
j. Konsumsi zat besi penting
untuk ibu hamil yang berfungsi 10 Sikap positif
untuk asupan energi dan sistem
kekebalan.
112

LAMPIRAN 8

KUESIONER PENELITIAN (PRETEST)


PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WUS DI DESA SUMOROTO

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
3. Pendidikan Terakhir :
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√)
pada kolom jawaban yang telah disediakan.
2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal yaitu 15menit.
C. VARIABEL PENGETAHUAN WUS TENTANG GIZI SEIMBANG
No Pernyataan Benar Salah
Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa awal
1. kehidupan saat anak masih di dalam kandungan hingga usia 2
tahun.
Anak-anak yang kekurangan gizi pada usia 0-2 tahun dapat
2. beresiko mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan atau
pendek.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
3. mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
Slogan empat sehat lima sempurna masih berlaku dan dapat
4.
diterapkan untuk mencapai status gizi yang baik.
Prinsip gizi seimbang terdiri dari 5 pilar, yang merupakan
5. upaya untuk menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan
keluar.
Salah satu pilar gizi seimbang adalah melakukan aktivitas
6.
fisik.
Jumlah zat gizi yang diperlukan ibu hamil tidak ada beda nya
7.
dengan jumlah zat gizi saat keadaan tidak hamil.
Konsumsi gula yang berlebih selama hamil tidak bermasalah
8.
pada janin.
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sejak lahir hingga umur 4
9.
bulan.
Agar mencapai gizi seimbang pada bayi usia 6-24 bulan,
10. maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI atau
MP-ASI.
D. VARIABEL SIKAP WUS TENTANG GIZI SEIMBANG
Keterangan pilihan jawaban:
113

1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak Setuju
4. STS : Sangat Tidak Setuju
Jawaban
No. Pernyataan
SSS SS TTS SSTS
11. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan
masa paling penting untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak pada
periode 1.000 hari pertama kehidupan tidak
2.
akan berdampak pada kesehatan di masa
yang akan datang.
Bila perbaikan gizi dilakukan setelah
3. melewati usia anak lebih dari 2 tahun,
maka efek perbaikannnya kecil.
Air susu ibu yang pertama kali keluar dan
4. berwarna kuning sebaiknya dibuang karena
mengandung bakteri pembawa penyakit.
Sebaiknya bayi usia kurang dari 6 bulan
5.
diberikan susu formula.
Tidakmasalahapabila memberi makanan
6. orang dewasa dengan tekstur kasar kepada
bayi umur 10 bulan.
Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan
7. Sehat merupakan bagian dari prinsip gizi
seimbang.
Dukungan suami berpengaruh terhadap
8. psikologis istri yang dapat berdampak
terhadap keberhasilan menyusui.
Kebutuhan gizi pada bayi usia 6-24 sudah
9.
cukup dipenuhi dengan ASI saja.
Konsumsi zat besi penting untuk ibu
10. hamilyang berfungsi untuk asupan energi
dan sistem kekebalan.

LAMPIRAN 9

KUESIONER PENELITIAN (POST-TEST)


PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HPK TERHADAP
PENGETAHUAN DAN SIKAP WUS DI DESA SUMOROTO
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Usia :
114

3. Pendidikan Terakhir :
B. PETUNJUK PENGISIAN
1. Isilah pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√)
pada kolom jawaban yang telah disediakan.
2. Waktu yang diberikan dalam mengerjakan soal yaitu 15menit.
C. VARIABEL PENGETAHUAN WUS TENTANG GIZI SEIMBANG
No Pernyataan Benar Salah
Seribu hari pertama kehidupan merupakan masa awal
1. kehidupan saat anak masih di dalam kandungan hingga usia
2 tahun.
Anak-anak yang kekurangan gizi pada usia 0-2 tahun dapat
2. beresiko mengalami gangguan pertumbuhan tinggi badan
atau pendek.
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
3. mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
Slogan empat sehat lima sempurna masih berlaku dan dapat
4.
diterapkan untuk mencapai status gizi yang baik.
Prinsip gizi seimbang terdiri dari 5 pilar, yang merupakan
5. upaya untuk menyeimbangkan zat gizi yang masuk dan
keluar.
Salah satu pilar gizi seimbang adalah melakukan aktivitas
6.
fisik.
Jumlah zat gizi yang diperlukan ibu hamil tidak ada beda nya
7.
dengan jumlah zat gizi saat keadaan tidak hamil.
Konsumsi gula yang berlebih selama hamil tidak bermasalah
8.
pada janin.
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sejak lahir hingga umur
9.
4 bulan.
Agar mencapai gizi seimbang pada bayi usia 6-24 bulan,
10. maka perlu ditambah dengan Makanan Pendamping ASI atau
MP-ASI.
D. SIKAP WUS TENTANG GIZI SEIMBANG
Keterangan pilihan jawaban:

1. SS : Sangat Setuju
2. S : Setuju
3. TS : Tidak Setuju
4. STS : Sangat Tidak Setuju
Jawaban
No Pernyataan
SSS SS TTS SSTS
1. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan
masa paling penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak.
115

Pertumbuhan dan perkembangan anak pada


periode 1.000 hari pertama kehidupan
2.
tidakakan berdampak pada kesehatan di
masa yang akan datang.
Bila perbaikan gizi dilakukan setelah
3. melewati usia anak lebih dari 2 tahun, maka
efek perbaikannnya kecil.
Air susu ibu yang pertama kali keluar dan
4. berwarna kuning sebaiknya dibuang karena
mengandung bakteri pembawa penyakit.
Sebaiknya bayi usia kurang dari 6 bulan
5.
diberikan susu formula.
Tidakmasalahapabila memberi makanan
6. orang dewasa dengan tekstur kasar kepada
bayi umur 10 bulan.
Membiasakan Perilaku Hidup Bersih dan
7. Sehat merupakan bagian dari prinsip gizi
seimbang.
Dukungan suami berpengaruh terhadap
8. psikologis istri yang dapat berdampak
terhadap keberhasilan menyusui.
Kebutuhan gizi pada bayi usia 6-24 sudah
9.
cukup dipenuhi dengan ASI saja.
Konsumsi zat besi penting untuk ibu hamil
10. yang berfungsi untuk asupan energi dan
sistem kekebalan.

LAMPIRAN 10

FORM PENILAIAN UJI MEDIA BOOKLET GIZI SEIMBANG 1000 HPK


(HARI PERTAMA KEHIDUPAN)

A. IDENTITAS PENGUJI
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
B. Tujuan Media “BOOKLET GIZI SEIMBANG 1000 HPK”
Memberikan pendidikan mengenai gizi seimbang 1000 hari pertama kehidupan
pada wanita usia subur yang tinggal di Desa Sumoroto.
116

C. Sasaran Media “BOOKLET GIZI SEIMBANG 1000 HPK”


Wanita usia subur (WUS) yang tinggal di Desa Sumoroto.
D. PETUNJUK PENGISIAN
Isilah pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda checklist (√) pada kolom
jawaban yang telah disediakan.

No Komponen yang dinilai Ya Tidak

1. MenurutAnda, apakah booklet GiziSeimbangpada 1000


HPK(HariPertamaKehidupan) inimudahdipahami?
2. MenurutAnda, apakah booklet GiziSeimbangpada 1000
HPK(HariPertamaKehidupan) inimenarik?
3. MenurutAnda, apakah booklet GiziSeimbangpada 1000
HPK(HariPertamaKehidupan) initepatsasaran?
4. MenurutAnda, apakah kata-kata, istilah,
gambardansemacamnya yang adadalam Booklet
GiziSeimbangpada 1000 HPK(HariPertamaKehidupan)
inidapatditerima?
5. MenurutAnda, apakah booklet GiziSeimbangpada 1000
HPK(HariPertamaKehidupan)
iniperludilakukanrevisi/perbaikanatautidak?

Saran untuk Media “BOOKLET GIZI SEIMBANG 1000 HPK”:

LAMPIRAN 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Program Studi : S1 KesehatanMasyarakat


PokokBahasan :Pendidikan Gizi Seimbang 1000 Hari Pertama
Kehidupan
Hari / Tanggal : Rabu, 19 Juni 2019
Waktu : 19.00 WIB– Selesai
Tempat : Rumah Ibu Supriyadi
Sasaran : Wanita Usia Subur (WUS) di Desa Sumoroto
117

Penyuluh : Nadia Istibakhati

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah selesai mengikuti pendidikan gizi selama 40 menit, diharapkan WUS
mampu memahami tentang konsep gizi seimbang pada 1000 hari pertama
kehidupan.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang diharapkan :
1. Mengetahui pengertian Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).
2. Mengetahui akibat kekurangan gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan
(HPK).
3. Mengetahui konsep gizi seimbang dan pilar gizi seimbang pada periode
Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).
C. MATERI
Materi yang akan disampaikan pada saat penyuluhan adalah :
1. Pengertian Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).
2. Akibat kekurangan gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).
3. Konsep gizi seimbang dan pilar gizi seimbang pada periode Seribu Hari
Pertama Kehidupan (HPK).

D. METODE
Metode yang akan diterapkan dalam kegiatan penyuluhan adalah Metode
Ceramah.
E. MEDIA
Media yang akan dipakai dalam kegiatan penyuluhan adalah media Booklet.
F. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a) Semua responden yang datang dalam acara penyuluhan gizi seimbang.
b) Pemateri menyampaikan materi secara langsung sesuai metode yang
akan diterapkan dan sesuai media yang akan digunakan.
2. Evaluasi Proses
a) Responden mendengarkan materi dengan baik .
b) Responden datang dan mengikuti acara penyuluhan hingga selesai.
c) Responden mampu mengisi lembar pertanyaan pretest dan posttest
dengan baik.
3. Evaluasi Hasil
118

a) Responden mampu menjawab lembar pretest dengan baik dan benar.


b) Setelah mendapatkan penyuluhan tentang gizi seimbang, responden
mampu menjawab lembar posttest dengan lebih baik dan lebih benar.
c) Setelah mendapat penyuluhan tentang gizi seimbang, diharapkan
responden mampu menerapkan pendidikan gizi yang telah diberikan
dan terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap WUS.

G. JADWAL MATERI DAN ALOKASI WAKTU


NNO. WWAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
PESERTA
11. 15 Menit Pembukaan :
1. Membukakegiatandenganmengucapkansalam. 1. Menjawabsalam.
2. Memperkenalkandiri. 2. Mendengarkan.
3. Menjelaskantujuandaripenyuluhan 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkanmateri yang akandiberikan. 4. Memperhatikan
22. 430 Menit Pelaksanaan :
1. Membagikansoal Pretest. 1. Menjawab soal
2. MenjelaskanpengertianSeribu Hari Pertama pretest.
Kehidupan (HPK). 2. Menyimak dan
3. Menjelaskandampak kekurangan gizi pada memperhatikan.
Seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK). 3. Menyimak dan
4. Menjelaskankonsep gizi seimbang dan pilar memperhatikan.
gizi seimbang pada periode Seribu Hari 4. Menyimak dan
Pertama Kehidupan (HPK). memperhatikan.
5. Membagikansoal posttest. 5. Menjawab soal
posttest
33. 15 Menit Penutup
1. Memberikanpertanyaanlalu membagikan 1. Ikut menjawab
doorprize kepada audiens. pertanyaan dan
2. Penutup. antusias untuk
3. Salam mendapatkan
doorprize.
2. Menjawab salam.
119

H. SETTING TEMPAT Keterangan:

: Penyuluh

: Peserta

G. Pengorganisasian
Penyuluh : Nadia
Fasilitator : One, Ifa, Safira, Aldela
Pembagian Tugas
Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari
awal sampai akhir
Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan
Fasilitator : Memotivasi peserta untuk bertanya, mendokumentasi,
mengkondisikan audien,
membantumembagikandanmenarikkuesioner,membantumembagikand
anmenarikkuesioner booklet.
LAMPIRAN 12

PLANNING OF ACTION (POA)


PENYULUHAN PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG 1000 HARI PERTAMA KEHIDUPAN TERHADAP PENGETAHUAN
DAN SIKAP WUS DI DESA SUMOROTO
Anggaran S
JenisKegiatan Tujuan Sasaran IndikatorKeberhasilan Waktu Tempat
Dana
NON FISIK
Pemberian pendidikan gizi Meningkatkanpengetahuan, Wanita 100% peserta hadir saat intervensi pendidikan 19 Di Rp. P
seimbang pada 1000 hari dan juga sikap WUS terkait usia subur gizi seimbang 1000 hari pertama kehidupan. Juni2019 Rumah 200.000
pertama kehidupan gizi seimbang pada 1000 di Desa Ibu
hari pertama kehidupan. Sumoroto. Supriyadi

FISIK
Pembagiankuesionerpretest- Untuk menguji Wanita 95% 19 Di Rp. P
posttest, dan media booklet pengetahuan dan sikap usia subur pesertadapatmengerjakankuesionerdenganbaik, Juni2019 Rumah 300.000
WUS terkait dengan gizi di Desa dandidapatkanperbedaan antara hasil pretest Ibu
seimbang. Sumoroto. dan posttest. Supriyadi

120
LAMPIRAN 13

LAMPIRAN 14
SAMPUL DEPAN SAMPUL BELAKANG

121
122
LAMPIRAN 15

123
124
125

LAMPIRAN 16

HASIL OUTPUT UJI VALIDITAS DAN UJI RELIABILITAS

1. Uji Validitas
1) Variabel Pengetahuan Responden
NO Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 TS
1. 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 5
2. 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 5
3. 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 7
4. 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 4
5. 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6
6. 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8
7. 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9
8. 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7
9. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
10. 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 7
11. 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 3
12. 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 6
13. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
14. 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 6
15. 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 2
16. 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 5
17. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
18. 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8
19. 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
20. 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 5
126

Correlations
item_ total_
item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7 item_8 item_9 10 skor
item_1 Pearson
1 .157 .000 .302 .375 .452* -.167 -.050 .218 .357 .515*
Correlation
Sig. (2-tailed) .508 1.000 .196 .103 .045 .482 .833 .355 .122 .020
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_2 Pearson
.157 1 .061 .390 .419 .032 .454* .242 -.023 -.171 .475*
Correlation
Sig. (2-tailed) .508 .800 .089 .066 .895 .044 .303 .924 .471 .034
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_3 Pearson
.000 .061 1 .406 .000 .058 .192 .290 .126 .236 .458*
Correlation
Sig. (2-tailed) 1.000 .800 .076 1.000 .808 .416 .215 .597 .317 .042
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_4 Pearson
.302 .390 .406 1 .050 .414 .369 .212 .504* .082 .727**
Correlation
Sig. (2-tailed) .196 .089 .076 .833 .069 .110 .369 .023 .731 .000
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_5 Pearson
.375 .419 .000 .050 1 -.050 .250 -.050 .491* .102 .461*
Correlation
Sig. (2-tailed) .103 .066 1.000 .833 .833 .288 .833 .028 .669 .041
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_6 Pearson
.452* .032 .058 .414 -.050 1 -.034 .394 .154 .533* .610**
Correlation
Sig. (2-tailed) .045 .895 .808 .069 .833 .888 .086 .518 .015 .004
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_7 Pearson
-.167 .454* .192 .369 .250 -.034 1 .302 .145 .068 .451*
Correlation
Sig. (2-tailed) .482 .044 .416 .110 .288 .888 .196 .541 .776 .046
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_8 Pearson
-.050 .242 .290 .212 -.050 .394 .302 1 -.066 .123 .481*
Correlation
Sig. (2-tailed) .833 .303 .215 .369 .833 .086 .196 .783 .605 .032
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_9 Pearson
.218 -.023 .126 .504* .491* .154 .145 -.066 1 .134 .510*
Correlation
Sig. (2-tailed) .355 .924 .597 .023 .028 .518 .541 .783 .574 .021
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
item_ Pearson
.357 -.171 .236 .082 .102 .533* .068 .123 .134 1 .491*
10 Correlation
Sig. (2-tailed) .122 .471 .317 .731 .669 .015 .776 .605 .574 .028
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
127

total_ Pearson
.515* .475* .458* .727** .461* .610** .451* .481* .510* .491* 1
skor Correlation
Sig. (2-tailed) .020 .034 .042 .000 .041 .004 .046 .032 .021 .028
N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05
level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level
(2-tailed).

2) Variabel Sikap Responden


128

NO Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10 TS
1. 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 34
2. 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 34
3. 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 36
4. 4 3 2 4 3 4 4 2 4 4 34
5. 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6. 4 2 3 3 3 3 4 3 2 4 31
7. 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 35
8. 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 27
9. 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 33
10. 3 2 4 4 2 3 3 2 4 3 30
11. 4 4 3 2 3 2 3 3 3 3 30
12. 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 28
13. 3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 29
14. 4 3 2 4 2 3 3 3 4 3 31
15. 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 35
16. 3 4 3 4 2 3 4 4 3 4 34
17. 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 30
18. 3 3 2 2 3 4 3 2 2 4 28
19. 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 35
20. 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 33
129

Correlations

item_ total_
item_1 item_2 item_3 item_4 item_5 item_6 item_7 item_8 item_9 10 skor

item_1 Pearson
Correlation * *
1 .273 -.016 .356 .094 .061 .328 .159 .510 .082 .542

Sig. (2-tailed) .245 .946 .124 .694 .797 .158 .503 .022 .731 .014

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_2 Pearson
Correlation ** *
.273 1 .092 -.078 .133 .087 .175 .565 .167 -.029 .478

Sig. (2-tailed) .245 .701 .745 .575 .714 .461 .009 .481 .903 .033

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_3 Pearson
Correlation -.016 .092 1 .240 .285 .098 -.131 .506
*
.188 -.033 .460
*

Sig. (2-tailed) .946 .701 .309 .223 .681 .583 .023 .428 .891 .041

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_4 Pearson
Correlation ** *
.356 -.078 .240 1 -.069 .095 .250 .108 .638 .028 .539

Sig. (2-tailed) .124 .745 .309 .772 .690 .288 .652 .002 .907 .014

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

*
item_5 Pearson .489
*
Correlation .094 .133 .285 -.069 1 .319 .242 .268 .011 .450

Sig. (2-tailed) .694 .575 .223 .772 .171 .303 .253 .963 .046 .029

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
130

item_6 Pearson
Correlation ** *
.061 .087 .098 .095 .319 1 .143 .138 .193 .571 .493

Sig. (2-tailed) .797 .714 .681 .690 .171 .548 .561 .414 .009 .027

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_7 Pearson
Correlation .328 .175 -.131 .250 .242 .143 1 .161 .159 .458
*
.487
*

Sig. (2-tailed) .158 .461 .583 .288 .303 .548 .497 .502 .042 .029

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_8 Pearson
Correlation ** * **
.159 .565 .506 .108 .268 .138 .161 1 .000 .161 .596

Sig. (2-tailed) .503 .009 .023 .652 .253 .561 .497 1.000 .497 .006

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_9 Pearson
Correlation .510
*
.167 .188 .638
**
.011 .193 .159 .000 1 .106 .620
**

Sig. (2-tailed) .022 .481 .428 .002 .963 .414 .502 1.000 .656 .004

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

item_ Pearson
10 Correlation * ** * *
.082 -.029 -.033 .028 .450 .571 .458 .161 .106 1 .475

Sig. (2-tailed) .731 .903 .891 .907 .046 .009 .042 .497 .656 .034

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20

total_ Pearson
skor Correlation .542
*
.478
*
.460
*
.539
*
.489
*
.493
*
.487
*
.596
**
.620
**
.475
*
1
131

Sig. (2-tailed) .014 .033 .041 .014 .029 .027 .029 .006 .004 .034

N 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
132

2. Uji Reliabilitas
1) Variabel Pengetahuan Responden
Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.698 10

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item_1 5.85 4.871 .372 .673

item_2 6.00 4.842 .293 .687

item_3 5.90 4.937 .293 .686

item_4 6.10 4.200 .599 .626

item_5 5.85 4.976 .310 .683

item_6 6.20 4.484 .448 .658

item_7 5.75 5.145 .339 .681

item_8 6.20 4.800 .292 .688

item_9 5.95 4.787 .343 .678

item_10 6.05 4.787 .306 .685

2) Variabel Sikap Responden


133

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.693 10

Item-Total Statistics

Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted

item_1 28.80 9.116 .417 .662

item_2 29.25 8.934 .282 .685

item_3 29.25 9.145 .285 .682

item_4 28.95 8.576 .343 .673

item_5 29.40 9.095 .329 .674

item_6 29.20 9.116 .338 .672

item_7 28.95 9.313 .357 .671

item_8 29.35 8.555 .444 .653

item_9 29.25 8.092 .434 .653

item_10 28.75 9.355 .342 .673

LAMPIRAN 17
134

DATA PRIMER HASIL KUESIONER PENGETAHUAN WUS

Nomor Pendidikan Skor


NO Umur
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
1. 1 40 SMA 5 9 4
2. 2 29 S1 5 7 2
3. 3 28 SMA 6 8 2
4. 4 35 SMA 6 9 3
5. 5 25 SMA 8 8 0
6. 6 28 SMA 4 9 5
7. 7 38 S1 6 9 3
8. 8 30 SMA 7 10 3
9. 9 39 SMA 4 9 5
10. 10 27 SMA 5 8 3
11. 11 27 SMA 4 8 4
12. 12 25 SMA 6 9 3
13. 13 32 SMP 3 9 6
14. 14 27 SMA 4 8 4
15. 15 37 SMA 3 8 5
16. 16 41 SMP 6 10 4
17. 17 39 SMA 2 8 6
18. 18 32 SD 5 10 5
19. 19 39 SMA 5 8 3
20. 20 32 D3 5 10 5
21. 21 39 SMA 7 10 3
22. 22 42 SMA 8 9 1
23. 23 28 SMA 3 9 6
24. 24 29 SMK 5 9 4
25. 25 32 SMA 4 8 4
26. 26 29 SMA 4 9 5
27. 27 37 SMA 6 9 3
28. 28 35 SMA 4 8 4
29. 29 30 S1 7 10 3
30. 30 28 D3 6 9 3
31. 31 26 SMP 4 7 3
32. 32 25 SMA 3 10 7
33. 33 35 SMP 5 9 4
34. 34 33 S1 4 9 5
35. 35 35 SMA 6 10 4
36. 36 31 SMA 5 9 4
37. 37 28 SMA 6 10 4
38. 38 26 SMA 3 9 6
39. 39 36 SD 4 7 3
No Nomor Umur Pendidikan Skor
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
135

40. 40 39 SMK 3 8 5
41. 41 25 SMA 7 7 0
42. 42 39 SMA 6 9 3
43. 43 35 SMA 5 9 4
44. 44 37 SMP 6 10 4
45. 45 34 SMA 3 9 6
46. 46 32 SMA 5 8 3
47. 47 35 SMA 6 9 3
48. 48 43 S1 4 9 5
49. 49 38 SMA 3 9 6
50. 50 40 SMA 6 10 4
51. 51 41 SMA 4 9 5
52. 52 36 S1 7 10 3
53. 53 27 SMA 5 10 5
54. 54 29 SMA 5 8 3
55. 55 36 D3 7 9 2
56. 56 32 SMA 3 9 6
57. 57 34 SMA 4 7 3
58. 58 37 SMA 3 10 7
59. 59 38 SMA 7 10 3
60. 60 43 SMP 6 9 3
61. 61 30 SMA 5 8 3
62. 62 29 S1 5 10 5
63. 63 40 SMA 3 9 6
64. 64 30 SMA 5 8 3
65. 65 40 SMA 4 9 5
66. 66 36 D3 6 8 2
67. 67 45 SMP 3 7 4
68. 68 35 SMA 6 9 3
69. 69 31 S1 8 10 2
70. 70 31 SMA 4 7 3
71. 71 37 SMA 2 9 7
72. 72 39 SMA 4 10 6
73. 73 41 SD 6 9 3
74. 74 42 SD 3 7 4
75. 75 32 SMA 5 9 4
76. 76 37 SMA 4 7 3
77. 77 32 SD 3 9 6
78. 78 34 SMA 4 10 6
79. 79 26 S1 5 9 4
80. 80 29 SMA 5 5 0
81. 81 34 SMA 6 9 3
Nomor Pendidikan Skor
No Umur
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
136

82. 82 32 SMA 7 10 3
83. 83 29 SMA 4 9 5
84. 84 27 D3 3 10 7
85. 85 37 SMA 3 9 6
86. 86 25 SMA 4 8 4
87. 87 26 D3 3 7 4
88. 88 29 SMA 3 6 3
89. 89 29 S1 8 10 2
90. 90 27 S1 3 8 5
91. 91 30 SMA 5 9 4
92. 92 29 SMA 8 10 2
93. 93 28 SMA 5 8 3
94. 94 33 SMP 4 8 4
95. 95 30 SMA 7 10 3
96. 96 28 SMA 4 9 5

LAMPIRAN 18

DATA PRIMER HASIL KUESIONER SIKAP WUS


137

Nomor Pendidikan Skor


No Umur
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
1. 1 40 SMA 31 33 2
2. 2 29 S1 29 34 5
3. 3 28 SMA 34 36 2
4. 4 35 SMA 30 35 5
5. 5 25 SMA 29 31 2
6. 6 28 SMA 32 36 4
7. 7 38 S1 31 35 4
8. 8 30 SMA 30 36 6
9. 9 39 SMA 32 33 1
10. 10 27 SMA 34 35 1
11. 11 27 SMA 27 30 3
12. 12 25 SMA 28 31 3
13. 13 32 SMP 31 33 2
14. 14 27 SMA 27 29 2
15. 15 37 SMA 28 33 5
16. 16 41 SMP 30 30 0
17. 17 39 SMA 37 38 1
18. 18 32 SD 25 34 9
19. 19 39 SMA 32 37 5
20. 20 32 D3 36 39 3
21. 21 39 SMA 36 39 3
22. 22 42 SMA 29 34 5
23. 23 28 SMA 33 35 2
24. 24 29 SMK 31 32 1
25. 25 32 SMA 31 33 2
26. 26 29 SMA 29 34 5
27. 27 37 SMA 35 37 2
28. 28 35 SMA 33 38 5
29. 29 30 S1 32 35 3
30. 30 28 D3 29 33 4
31. 31 26 SMP 36 36 0
32. 32 25 SMA 31 34 3
33. 33 35 SMP 29 34 5
34. 34 33 S1 37 39 2
35. 35 35 SMA 27 28 1
36. 36 31 SMA 33 38 5
37. 37 28 SMA 31 35 4
38. 38 26 SMA 32 33 1
39. 39 36 SD 27 29 2
Nomor Pendidikan Skor
No Umur
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
40. 40 39 SMK 30 32 2
138

41. 41 25 SMA 34 37 3
42. 42 39 SMA 27 28 1
43. 43 35 SMA 35 38 3
44. 44 37 SMP 30 33 3
45. 45 34 SMA 27 29 2
46. 46 32 SMA 36 36 0
47. 47 35 SMA 34 38 4
48. 48 43 S1 38 39 1
49. 49 38 SMA 34 35 1
50. 50 40 SMA 32 35 3
51. 51 41 SMA 29 31 3
52. 52 36 S1 34 37 3
53. 53 27 SMA 31 36 5
54. 54 29 SMA 29 30 1
55. 55 36 D3 32 36 4
56. 56 32 SMA 27 28 1
57. 57 34 SMA 36 38 2
58. 58 37 SMA 30 34 4
59. 59 38 SMA 35 38 3
60. 60 43 SMP 28 31 3
61. 61 30 SMA 34 38 4
62. 62 29 S1 32 35 3
63. 63 40 SMA 36 37 1
64. 64 30 SMA 29 31 3
65. 65 40 SMA 32 34 2
66. 66 36 D3 33 37 4
67. 67 45 SMP 29 33 4
68. 68 35 SMA 32 37 5
69. 69 31 S1 29 32 3
70. 70 31 SMA 30 37 7
71. 71 37 SMA 27 34 7
72. 72 39 SMA 28 30 2
73. 73 41 SD 29 31 3
74. 74 42 SD 32 34 3
75. 75 32 SMA 33 38 5
76. 76 37 SMA 26 29 3
77. 77 32 SD 25 29 0
78. 78 34 SMA 33 35 2
79. 79 26 S1 36 37 1
80. 80 29 SMA 32 33 1
81. 81 34 SMA 28 33 6
Nomor Pendidikan Skor
No Umur
Responden Terakhir Pretest Postest Selisih
82. 82 32 SMA 33 35 2
139

83. 83 29 SMA 35 37 2
84. 84 27 D3 28 35 7
85. 85 37 SMA 31 37 6
86. 86 25 SMA 32 34 2
87. 87 26 D3 34 35 1
88. 88 29 SMA 34 37 3
89. 89 29 S1 30 32 2
90. 90 27 S1 35 38 2
91. 91 30 SMA 32 36 4
92. 92 29 SMA 31 34 3
93. 93 28 SMA 27 32 5
94. 94 33 SMP 30 33 3
95. 95 30 SMA 32 32 0
96. 96 28 SMA 36 39 3
140

LAMPIRAN 19

OUTPUT HASIL NORMALITAS DATA PENGETAHUAN WUS

Descriptives

Statistic Std. Error

PRETEST Mean 4.84 .153

95% Confidence Interval Lower Bound 4.54


for Mean
Upper Bound 5.15

5% Trimmed Mean 4.79

Median 5.00

Variance 2.238

Std. Deviation 1.496

Minimum 2

Maximum 8

Range 6

Interquartile Range 2

Skewness .312 .246

Kurtosis -.670 .488


141

Descriptives

Statistic Std. Error

POSTEST Mean 8.76 .107

95% Confidence Interval Lower Bound 8.55


for Mean
Upper Bound 8.97

5% Trimmed Mean 8.82

Median 9.00

Variance 1.089

Std. Deviation 1.044

Minimum 5

Maximum 10

Range 5

Interquartile Range 2

Skewness -.863 .246

Kurtosis .848 .488

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST .162 96 .000 .937 96 .000

POSTEST .257 96 .000 .866 96 .000

a. Lilliefors Significance Correction


142

LAMPIRAN 20

OUTPUT HASIL NORMALITAS DATA SIKAP WUS

Descriptives

Statistic Std. Error

PRETEST Mean 31.32 .308

95% Confidence Interval for Lower Bound 30.71


Mean
Upper Bound 31.94

5% Trimmed Mean 31.31

Median 31.00

Variance 9.126

Std. Deviation 3.021

Minimum 25

Maximum 38

Range 13

Interquartile Range 5

Skewness .065 .246

Kurtosis -.730 .488


143

Descriptives

Statistic Std. Error

POSTEST Mean 34.30 .299

95% Confidence Interval for Lower Bound 33.71


Mean
Upper Bound 34.90

5% Trimmed Mean 34.37

Median 34.50

Variance 8.592

Std. Deviation 2.931

Minimum 28

Maximum 39

Range 11

Interquartile Range 5

Skewness -.353 .246

Kurtosis -.670 .488

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

PRETEST .092 96 .046 .975 96 .066

POSTEST .103 96 .014 .958 96 .004

a. Lilliefors Significance Correction


144

LAMPIRAN 21

OUTPUT HASIL UJI WILCOXONPENGETAHUAN WUS

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
POSTEST – PRETEST Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 93 47.00 4371.00
c
Ties 3

Total 96

a. POSTEST < PRETEST

b. POSTEST > PRETEST

c. POSTEST = PRETEST

b
Test Statistics

POSTEST -
PRETEST
a
Z -8.434

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


145

LAMPIRAN 22

OUTPUT HASIL UJI WILCOXON SIKAP WUS

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
POSTEST – PRETEST Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 92 46.50 4278.00
c
Ties 4

Total 96

a. POSTEST < PRETEST

b. POSTEST > PRETEST

c. POSTEST = PRETEST

b
Test Statistics

POSTEST –
PRETEST
a
Z -8.370

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on negative ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


146

LAMPIRAN 22
DOKUMENTASI

Gambar 1.1 peneliti melakukan izin penelitian di kantor kepala Desa Sumoroto.

Gambar 1.2 peneliti mengunjungi rumah WUS di Kelurahan Nologaten untuk


melakukan uji validitas dan reliabilitas.
147

Gambar 1.3 Uji media bersama dengan petugas gizi Puskesmas Kauman

Gambar 1.4 Peneliti saat memberikan intervensi pendidikan gizi seimbang 1000
HPK.
148

Gambar 1.5 pengisian lembar kuesioner oleh responden.

Gambar 1.6 pemberian hadiah kepada responden yang bisa menjawab pertanyaan
dari peneliti dengan benar.
149

LAMPIRAN 23

Penentuan Kelas Interval Usia WUS di Desa Sumoroto

1. Menentukan Jangkauan (J)= Datum Terbesar-Datum Terkecil


J= 45-25
= 20
2. Menetukan Banyaknya Kelas Interval
k = 1+ 3,3 log n
= 1+ 3,3 log 96
= 1+ 3,3 (1,9823)
= 1+ 6,5
= 7,5
=7
3. Menentukan Panjang Interval (c)
c=

= 2,85
=3
4. Kelas pertama= (Datum terkecil + Panjang Interval)-1
= (25+3)-1
=27
Jadi Interval Kelas Pertama adalah (25-27 tahun)
5. Kelas kedua= (Batas bawah kelas kedua + Panjang Interval)-1
= (28+3)-1
= 30
Jadi Interval Kelas Kedua adalah (28-30 tahun)
6. Kelas ketiga = (Batas bawah kelas ketiga+ Panjang Interval)-1
= (31+3)-1
= 33
Jadi Interval Kelas Ketiga adalah (31-33 tahun)

7. Kelas ke empat= (Batas bawah kelas ke empat+ Panjang Interval)-1


150

= (34+3)-1
=36
Jadi Interval Kelas Keempat adalah (34-36 tahun)
8. Kelas ke lima = (Batas bawah kelas kelima+ Panjang Interval)-1
= (37+5)-1
=39
Jadi Interval Kelas Kelima adalah (37-39 tahun)
9. Kelas ke enam= (Batas bawah kelas ke enam+ Panjang Interval)-1
= (40+3)-1
=42
Jadi Interval Kelas Ke enam adalah (40-42 tahun)
10. Kelas ke tujuh= (Batas bawah kelas ke tujuh+ Panjang Interval)-1
= (43+3)-1
= 45
Jadi Interval Kelas Ke Tujuh adalah (43-45 tahun)
151
152
153

Anda mungkin juga menyukai