Administrasi Dan Organisasi BK Di Sekolah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

Administrasi dan Organisasi BK di Sekolah

Makalah

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah

“bimbingan konseling”

Disusun Oleh Kelompok 13:

Noza Afrianto : 2019. 2508

Muhammd Rafi : 2019. 2505

Dosen Pengampu:

Hasnah, M.Pd

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN

ILMU AL-QUR’AN (STAI-PIQ)

SUMATERA BARAT

2021 M/1442 H
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
  Dalam setiap lembaga pendidikan, yang umumnya kita sebut sebagai
sekolah, keberadaan bimbingan dan konseling sebagai organisasi tersendiri
yang memiliki tugas memberikan bantuan kepada siswa tentu sangat di
perlukan. Setiap guru perlu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan
konseling dalam rangka membantu murid mencapai tujuan pendidikan di
sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling itu akan berjalan dengan baik
apabila pelaksanaannya didasari program yang terencana dan terarah.
Program bimbingan dan konseling yang telah tersusun secara baik akan
dapat dilaksanakan secara efektif apabila di dukung oleh organisasi yang
baik dan tertib. Kalau organisasi bimbingan dan konseling terlaksana
dengan baik, maka kegiatan-kegiatannya dapat terkordinasi dengan baik,
saran-saran layanan secara bijaksana.
  Selanjutnya organisasi bimbingan dan konseling yang baik dan tertib
perlu ditopang oleh administrasi yang teratur. Karena dengan adanya
administrasi yang teratur itu akan memungkinkan terlaksananya
mekanisme dan prosedur kerja yang lancar diantara berbagai petugas
bimbingan dan konseling di sekolah.
  Dalam perspektif pendidikan nasional, Bimbingan dan Konseling
merupakan bagian yang tidak bisa dilepaskan dari sistem pendidikan di
sekolah, yang bertujuan untuk membantu para siswa agar dapat
mengembangkan dirinya secara optimal dan memperoleh kemandirian.
Keberhasilan pelaksanaan bimbingan dan konseling setidaknya harus di
dukung oleh Semua stakeholder yang ada di sekolah, dalam artian harus
ada kegiatan kerja sama antar penghuni sekolah agar semua program yang
telah di susun dapat di laksanakan.

1
  Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling perlu dilakukan
sehingga pelayanan bimbingan dan konseling benar-benar memberikan
kontribusi pada penetapan visi, misi, dan tujuan sekolah dan madrasah
yang bersangkutan. Kegiatan ini didukung oleh manajemen pelayanan
yang baik pula guna tercapainya peningkatan mutu pelayanan bimbingan
dan konseling.

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan pengorganisasian bimbingan dan konseling?


2. Apa saja tugas-tugas personal bimbingan dan konseling?
3. Jelaskan administrasi bimbingan dan konseling?

2
BAB II
PEMBAHASAN 

A. Pengorganisasian Bimbingan Konseling


  Pengorganisasian merupakan aktivitas menyusun dan membentuk
hubungan-hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu
kesatuan usaha dalam mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkannya.1
  Kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar,
tertib, efektif, dan efesien apabila dilaksanakan dalam suatu organisasi
yang baik dan teratur. Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan
konseling ditandai oleh adanya dasar dan tujuan organisasi, personal, dan
perencanaan yang matang.2 Pengorganisasian dilaksanakan setelah
manajer menetapakan tujuan yang akan dicapai dan menetapkan strategi
untuk mencapainya melalui proses perencanaan konseling. 
  Dalam pengorganisasian ada dua aspek yang perlu diperhatikan,
yaitu asas koordinasi dan hierarki. Asas koordinasi adalah pengaturan
dan pemeliharaan tata hubungan agar tecipta tindakan yang sama dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Sedangkan asas hierarki adalah suatu
proses perwujudan koordinasi dalam organisasi.
  Struktur organisasi pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap
satuan pendidikan tidak mesti sama. Masing-masing disesuaikan dengan
kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Meskipun demikian,
struktur organisasi pada setiap satuan pendidikan hendaknya
memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 

1. Menyeluruh, yaitu mencakup unsur-unsur penting yang terlibat di


dalam sebuah satuan pendidikan yang ditujukan bagi optimalnya
bimbingan dan 

1 M.Sobry Sutikno,(2010), Pengelolaan Pendidikan, Bandung: Prospect, h.23


2 Dewa Ketut Sukardi,(2003), Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah,
Bandung: Alfabeta, h. 96-97

3
2. yang cermat, dan pelaksanaan layanan/kegiatan bimbingan dan
konseling terhindar dari urusan birokrasi yang tidak perlu. 
3. Luwes dan terbuka, sehingga mudah menerima masukan dan upaya
pengembangan yang berguna bagi pelaksanaan dan tugas-tugas
organisasi, yang semuanya itu bermuara pada kepentingan seluruh
peserta didik.
4. Menjamin berlangsungnya kerja sama, sehingga semua unsur dapat
saling menunjang dan semua upaya serta sumber dapat
dikoordinasikan demi kelancaran dan keberhasilan pelayanan
bimbingan dan konseling untuk kepentingan peserta didik.
5. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak
lanjut, sehingga perencanaan pelaksanaan dan penilaian program
bimbingan dan konseling yang berkualitas dapat terus dilakukan.
Pengawasan dan penilaian hendaknya dapat berlangsung secara
vertikal (dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas), dan secara
horizontal (penilaian sejawat).

  Agar pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling dapat


mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bimbingan dan penyuluhan di
sekolah, maka beberapa hal yang perlu di perhatikan antaranya :

1. Semua staf sekolah harus terhimpun dalam satu wadah organisasi.


2. Mekanisme kerja, pola kerja, atau prosedur kerja bimbingan dan
konseling harus tunggal sehingga siswa tidak menjadi bingung karena
adanya berbagai bentuk layanan bimbingan dan konseling yang serupa
dan di laksanakan oleh petugas yang berbeda.
3. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing petugas
yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah
harus di rinci dengan jelas, sehingga masing-masing petugas
bimbingan akan dapat memahami dan mengerti kewajiban dan
tanggung jawab masing-masing.3
3 Ibid, h. 1

4
  Pola organisasi ialah kerangka hubungan struktural antara bagian-
bagian di dalam suatu badan sosial yang merupakan unit kerja, setiap
bagian itu dapat menunjuk pada suatu bidang atau pada suatu
kedudukan/posisi tertentu yang terdapat di dalam badan sosial. Kerangka
struktural hubungan itu digambarkan dalam suatu organogram, yaitu
bagan organisasi yang menjelaskan secara grafis hubungan saling
ketergantungan antara berbagai bidang atau antara berbagai petugas di
bidang tertentu, dengan menggunakan jabatan. Organogram di lembaga
pendidikan menggambarkan hubungan struktural antara bidang
administrasi dan supervisi, bidang pengajaran dan bidang pembinaan
siswa, masing-masing dilengkapi dengan beberapa sub bagian.

  Secara umum, organisasi  pelayanan  bimbingan  dan konseling di


sekolah di antaranya adalah Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah, Tata Usaha, Komite, Koordinator Guru
Pembimbing, Guru Pelajaran/Praktik, Wali Kelas, dan Siswa.
  Dalam pelayanan bimbingan konseling di sekolah, ditunjang
dengan adanya organisasi, para pelaksana, program pelayanan, dan
operasional pelaksanaan bimbingan dan konseling. Organisasi pelayanan
bimbingan dan konseling di sekolah dapat digambarkan sebagai berikut:4
B.Tugas -Tugas Personal Bimbingan Konseling
  Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling terentang secara vertical dan horizontal. Pada umumnya,
personal tersebut dapat diidentifikasikan sebgai berikut  :

a. Kepala Dinas Pendidikan 


 Melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di satuan
pendidikan.

4 Ibid, h. 171

5
b. Kepala Sekolah
  Sebagai penanggung jawab program pendidikan secara
menyeluruh di satuan pendidikan masing-masing.
c. Wakil Kepala Sekolah
  Mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan pimpinan
sekolah terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling kepada semua personel sekolah.
d. Koordinator Guru Pembimbing Bimbingan dan Konseling

 Mengkoordinasikan para guru pembimbing dalam: 

        -memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling.


        -menyusun program bimbingan dan konseling.
        -melaksanakan program bimbingan dan konseling.
        -mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan konseling.
        -menilai dan menganalisis program bimbingan dan konseling.
        -mengadakan tindak lanjut terhadap analisis bimbingan dan
konseling.

 Mengusulkan kepada kepala sekolah dan mengusahakan bagi


terpenuhnya tenaga, prasarana dan sarana alat dan perlengkapan
pelayanan bimbingan dan konseling.

e. Guru Mata Pelajaran

 Membantu memasyarakatkan layanan bimbingan kepada siswa.


 Melakukan kerja sama dengan guru pembimbing dalam
mengidentifikasi siswa yang memerlukan bimbingan.
 Membantu mengumpulkan informasi yang diperlukan dalam
rangka penilaian bimbingan dari guru pembimbing.

f. Wali Kelas

6
 Membantu memberikan dan kemudahan bagi siswa khususnya di
kelas yang menjadi tanggung jawwabnya untuk
mengikuti/menjalani kegiatan bimbingan dan konseling.
 Mengalih tangankan siswa yang memerlukan layanan bimbingan
dan konseling kepada guru pembimbing.

g. Tata Usaha
  Pembantu kepala sekolah dalam penyelenggaraan administrasi
dan ketatausahaan.
h. Komite Sekolah
 Organisasi yang terdiri dari unsur sekolah, orang tua, dan tokoh
masyarakat, yang berperan membantu penyelenggaraan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
i. Siswa
 Sebagai kelompok subjek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya”. Untuk setiap personal yang
diidentifikasikan itu, diterapkan tugas, wewenang, dan tanggung
jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan
dengan organisasi pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas,
wewenang dan tanggung jawab guru pembimbing sebagai tenaga inti
pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan dengan rasio antara
seorang guru pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi
tangung jawab langsungnya. Guru kelas sebagai tenaga pembimbing
bertanggung jawab atas pelaksanaan bimbingan dan konseling
terhadap seluruh peserta didik di kelasnya.
  Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar
kecilnya satuan pendidikan, jumlah dan kualifikasi personal (khusus
personal sekolah) yang Dalam kaitan itu tugas, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing personal di setiap satuan pendidikan
disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan
tanpa mengurangi tuntunan akan efektivitas dan efisiensi pelayanan

7
bimbingan dan konseling secara menyeluruh demi kepentingan
peserta didik.dapat diibaratkan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling pada setiap satuan pendidikan tidak selalu sama. 

C. Administrasi Bimbingan Konseling


  Admnistrasi bimbingan adalah usaha pengendalian kerja sama antar
tenaga bimbingan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Selain itu dapat bermakna pada perencanaan, pelaksanaan, koordinasi,
pengarahan, kontrol serta evaluasi dari semua kegiatan bimbingan. Yang
dimaksudkan sebagai kegiatan pengaturan lalu lintas kerja pelayanan
bimbingan dan konseling sehinga kegiatan tersebut tetap lancar, efisien,
dan efektif. Pengadministrasiannya dapat berupa pencatatan data murid,
penyimpanannya, laporan, dan pengalih tanganan masalah murid kepada
tenaga yang lebih ahli/relevan.5
  Dalam buku Merville C. Shaw membahas beberapa kriteria yang
berlaku dalam penetapan rumpun tujuan bagi suatu program bimbingan,
yaitu:6

1. Tujuan harus dirumuskan dalam kata-kata yang tidak memungkinkan


berbagai interpretasi, lebih-lebih tujuan yang bersifat khusus. Misalnya,
perumusan tujuan: “Siswa menyesuaikan diri dengan kenyataan di pasar
kerja” memungkinkan berbagai interpretasi terhadap kata menyesuaikan
diri, seperti mengubah diri, menerima apa yang tidak dapat dihindari
dan membuat diri lebih kebal. Lebih baik tujuan itu di rumuskan:
“Siswa akan mengetahui informasi jabatan yang relevan baginya dan
mengambil makna yang terkandung dalam informasi itu bagi diri
sendiri”.
2. Tujuan harus selaras dengan tujuan pendidikan sekolah, baik tujuan
pendidikan nasional maupun internasional.
5 Erman Amti dan Marjohan,(1992), Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Depdikbud, h.
155
6 W.S. Winkel, dan M.M. Sri Hastuti,(2006), Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, h. 719

8
3. Tujuan harus mungkin untuk dicapai. Seandainya untuk program
bimbingan di kelas VI sekolah dasar di tetapkan sebagai tujuan:
“Supaya siswa pada akhir tahun ajaran mampu mengambil keputusan
tentang jabatannya kelak kemudian”, tujuan itu sudah diketahui tidak
pernah di capai karena siswa pada umur 11-12 tahun berada dalam
tahap perkembangan karier yang belum memungkinkan keputusan
definitif.
4. Tujuan harus khas bagi pelayanan bimbingan dan bukan tujuan yang
juga dapat di capai melalui usaha yang lain. Misalnya, tujuan untuk
kelas 1 SMU: “Siswa mampu menguraikan secara tertulis dampak
positif dari pengalaman pencasila terhadap kesatuan nasional” bukanlah
tujuan yang jatuh dalam lingkup pelayanan bimbingan, melainkan
menjadi tujuan di salah satu bidang studi.

D. Pola Kerja Administrasi Bimbingan Konseling di Sekolah


Pola kerja administrasi bimbingan konseling di sekolah dapat
diuraikan sebagai berikut:

1. Pada saat pertama di terima sekolah, data pribadinya dicatat dari hasil
pengedaran angket pada orang tua, atau dengan menggunakan teknik-
teknik pengumpulan data lainnya. Data tersebut kemudian dimasukkan
kedalam file, map atau buku pribadi masing-masing murid.
2. Data murid yang diperoleh dari catatan anekdot selama proses belajar
mengajar dimasukkan ke dalam dokumen murid yang bersangkutan.
3. Bila guru memandang perlu memberikan pelayanan kepada murid,
maka laporannya juga dimasukkan ke dalam dokumen di atas.
4. Konsultasi guru dengan orang tua murid hendaknya juga dicatat dan
dimasukkan ke dalam dokumen.
5. Sebulan guru diharapkan dapat memberikan laporan tentang pelayanan
bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah baik secara tertulis
maupun secara lisan.

9
6. Dalam keadaan yang sangat khusus guru kelas dapat menghasilkan
murid kepada petugas yang lebih relevan dan berwewenang atas izin
kepala sekolah.

E. Prinsip-Prinsip Organisasi dan Administrasi Bimbingan Konseling

1. Program bimbingan yang efektif harus menghasilkan timbulnya suatu


sikap pada anak yang dapat memahami dirinya sendiri, dapat
membantu diri sendiri dan dapat mengarahkan diri sendiri lebih baik.
2. Program itu harus merupakan bagian yang vital dan integral daripada
keseluruhan program sekolah dan harus erat sekali berhubungan
dengan kegiatan-kegiatan murid di rumah dan masyarakat.
3. Program itu harus didasarkan pada minat, motif-motif yang mendesak
dan tujuan-tujuan murid.
4. Program itu harus berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan
perkembangan anak yang telah di pengaruhi oleh lingkungannya serta
faktor-faktor lain.
5. Program itu harus merupakan program yang kontinu (berlangsung
terus) dan yang bertujuan melayani semua anak-anak sekolah, dan
bukan hanya anak-anak yang bertingkah laku tidak baik saja.
6. Program itu harus mudah dalam pengaturan dan tata laksananya.
7. Program itu harus di persiapkan untuk menentukan dan memecahkan
berbagai masalah anak.
8. Program itu harus merupakan usaha bersama semua anggota staf
sekolah.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
  Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling adalah
bentuk kegiatan yang mengatur cara kerja, prosedur kerja, dan pola atau
mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan
bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan lancar, tertib, efektif
dan efisien apabila dilaksanakan dalam suatu organisasi yang baik dan
teratur. Pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling ditandai
oleh adanya dasar dan tujuan organisasi, personal dan perencanaan yang
matang
  Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan dan
konseling terentang secara vertical dan horizontal. Dalam kaitan itu
tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing personal di
setiap satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan
yang bersangkutan tanpa mengurangi tuntunan akan efektivitas dan
efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara menyeluruh demi
kepentingan peserta didik.
  Administrasi program bimbingan dan konseling dimaksudkan
sebagai kegiatan pengaturan l lalu lintas kerja pelayanan bimbingan dan
konseling sehingga kegiatan tersebut berjalan lancar, efisien, dan
efektif. Pengadministrasiannya dapat berupa pencatatan data murid,
penyimpanan, pelaporan, dan pengalihtanganan masalah murid kepada
tenaga yang lebih ahli/relevan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman dan Marjohan.(1992), Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dedikbud.


Sukardi, Dewa Ketut.(2003), Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah.
Bandung: Alfabeta.
Sutikno, M. Sobry.(2010), Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Prospect.
Winkel, M.s. dan M.M. Sri Hastuti.(2006), Bimbingan dan Konseling di Institut
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

12

Anda mungkin juga menyukai